Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

KONSULEN PEMBIMBING:
dr. Satrio Prodjohoesodo Sp. THT

OLEH:
Lucky Miftah Saviro (2007730076)

BAGIAN THT RSUD CIANJUR


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang berjudul otitis media supuratif
kronis.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Satrio Prodjohoesodo, Sp. THT
selaku konsulen dibagian THT di RSUD Cianjur dan rekan-rekan yang telah membantu penulis
dalam pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak terdapat
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.

Cianjur, Maret 2012

Penulis

2|Page

BAB I
Identitas Pasien

Nama

: An. R

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 5 tahun

Alamat

: Cugenang

Pekerjaan

: Pelajar

Tanggal berobat

: 20 Maret 2012

No. CM

: 512525

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Keluar cairan dari telinga kanan sejak 1 tahun yang lalu.

Keluhan Tambahan:

Gangguan pendengaran

Nyeri telinga kanan

Nyeri saat menelan

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluar cairan berwarna kehijauan pada telinga kanan, kental, sejak 1 tahun yang lalu.
Keluarnya cairan tidak disertai darah, berbau busuk, dan terkadang terasa sakit pada telinga
kanan namun tidak berdenging. Ibu pasien mengeluh anaknya sulit menyahut ketika dipanggil.
Pasien tidak mengeluh kelihan yang sama pada telinga kirinya. Keluhan sudah pernah diobati ke
bidan, diberikan obat tetes telinga namun tidak ada perubahan. Saat keluar cairan, ibu pasien
membersihkannya dengan kapas untuk mengeluarkan cairan. Pasien sering mengeluh nyeri saat
menelan.

3|Page

Riwayat Penyakit Dahulu

Sakit gigi (-).

Bersin-bersin di pagi hari (-).

Gatal-gatal setelah memakan seafood, obat, dsb (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang menderita keluhan seperti pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

Keadaan umum

: Sakit ringan

Kesadaran

: Composmentis

Tanda vital

Nadi

: 84 x / menit, kuat, reguler.

Pernapasan

: 20 x / menit

Suhu

: 37,8 C

Kepala

: normocephal

Mata

: sklera ikterik (-/-)

Mulut

: bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)

Thorax

: simetris, retraksi (-/-), massa (-/-), scar (-/-)

Abdomen

: cembung (-), cekung (-), massa (-), scar ()

Ekstremitas

: udem (-/-)

Kulit

: skar (-)

Pemeriksaan Fisik THT


Telinga
AD

AS

Heliks sign (-)


Tragus sign (-)

Heliks sign (-)


Aurikula

Tragus sign (-)

4|Page

Lapang
Tidak hiperemis
Udem (-)
Serumen (+) seropurulen

Lapang
Meatus Akustikus
Eksternus

Tidak hiperemis
Udem (-)
Serumen (-)

kehijauan
Perforasi (Attik)
Refleks Cahaya (-)

Intak
Membran timpani

Serumen (+) seropurulen

Hiperemis (-)
Refleks Cahaya (+)

kehijauan
(+)

Rinne

Webber

Schwabach

(+)

Normal

Kesimpulan pemeriksaan garpu tala: CHL AD

Hidung
Kavum nasi

: kanan sempit, kiri lapang

Mukosa

: edema (-/-), hiperemis (-/-), sekret (-/-)

Konkha

: hipertrofi (-/-)

Septum

: deviasi (-)

Nasofaring

: hiperemis (-), massa (-)

Sinus Paranasal

Inspeksi

: pembengkakan pada wajah ()

Palpasi

: nyeri tekan pada kedua pipi (-/-), nyeri tekan pada


bagian atas orbita (-/-)

Transiluminasi

: tidak dilakukan

Faring
Arkus faring

: simetris

Mukosa

: edema (-)
5|Page

Dinding faring

: hiperemis (-)

Tonsil

: T1-T1, kripta (-/-), detritus (-/-)

Uvula

: di tengah, hiperemis (-)

Laring

: tidak dilakukan

Leher
Trakea

: di tengah

Kel Tiroid

: pembesaran (-)

KGB

: pembesaran (-/-)

RESUME
Anak perempuan, 5 tahun, datang ke poli THT dengan keluhan otorea pada aurikula
dextra sejak 1 tahun. Sekret seropurulen kehijauan. Otalgia dekstra (+). Hearing loss (+).
Pemeriksaan otoskopi AD, perforasi (attik) MT, sekret seropurulen kehijauan. Tes garpu tala
menandakan CHL AD.

Usulan Pemeriksaan Penunjang


Roentgen mastoid dextra posisi Schuller

Diagnosis Kerja
OMSK

Penatalaksanaan
Umum

: Hindari telinga dari kemasukan air


Mandi dengan kapas menutupi kedua telinga

Khusus

: Aural toilet H2O2


Clavamox syrup (125 mg/mL) 3 x cth 1
H2O2 solutio 3 x gtt 3

6|Page

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada
beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi
umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa
sekolah.1
Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK), yang biasa
disebut congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea)
lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau
purulen.2 Penyakit ini biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.3

Insidensi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada
orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika
Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negaranegara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. 4
Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang
jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara
yang sedang berkembang.2
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi
penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK
melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita
kurang pendengaran yang signifikan.4 Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%
7|Page

dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah
sakit di Indonesia.2

Klasifikasi
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe sekunder,
OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid, OMSK tipe ganas). OMSK tipe
jinak (benigna) dengan perforasi yang letaknya sentral, biasanya didahului dengan gangguan
fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe
mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut
juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.2 OMSK tipe jinak
dibedakan menjadi dua, yaitu tipe aktif dimana pada tipe ini terdapat sekret yang masih keluar
dari telinga, dan yang kedua adalah tipe tenang, yang pada pemeriksaan telinga akan dijumpai
perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat disertai gejala lainnya
seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.4 Sedangkan OMSK tipe ganas dapat
menimbulkan komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat
fatal.2
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya
tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.4 Proses infeksi pada OMSK sering
disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap
standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah
Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.3
Otitis Media Supuratif Kronik ini sangat mengganggu dan sering menyulitkan baik
dokter maupun pasiennya sendiri.3 Penatalaksanaan OMSK didasarkan pada tipe klinik penyakit.
Tujuan penting dalam penatalaksanaan OMSK adalah untuk mengusahakan telinga yang aman
dan pertimbangan fungsional merupakan tujuan yang sekunder. Terapi medikamentosa ditujukan
pada OMSK tipe jinak dan tindakan operasi dikerjakan pada OMSK tipe ganas.

Antibiotika

merupakan salah satu medikamentosa yang telah digunakan untuk pengobatan OMSK sejak
dulu. Namun demikian sampai saat ini masih terdapat perbedaan persepsi mengenai manfaat
antibiotika, baik yang diberikan secara topikal maupun sistemik. Perjalanan penyakit yang

8|Page

panjang, terputusnya terapi, terlambatnya pengobatan spesialis THT dan sosioekonomi yang
rendah membuat penatalaksanaan penyakit ini tetap menjadi problem di bidang THT. 3

Terapi
Terapi OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang ulang. Sekret yang keluar
tidak langsung cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh
salah satu atau beberapa keadaan: 5
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologi yang irreversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.

Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah
dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang
terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi
obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.5
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatannya dapt dibagi atas: 5
1. Konservatif
2. Pembedahan

OMSK Benigna Tipe Tenang


Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan pasien di edukasi atau dinasehatkan
untuk jangan mengorek telinga, jangan masuk air pada telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran napas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan
pendengaran.2,3,4

9|Page

OMSK Benigna Tipe Aktif


Pada OMSK jinak aktif prinsip terapi yang dianjurkan adalah pembersihan secara lokal
kavum timpani dan liang telinga luar disertai pemberian obat lokal berupa antibiotik tetes telinga.
Pemberian antibiotika topikal jauh lebih baik dibanding pemberian secara oral karena dalam
waktu singkat sudah ditemui dengan konsentrasi tinggi pada mukus dan debris di telinga tengah.
Keluarnya sekret menandakan adanya perforasi membrana timpani, oleh karena itu penggunaan
antibiotik topikal menjadi praktis dan bermanfaat. Ada beberapa pendapat mengenai penggunaan
antibiotika topikal untuk OMSK. 2,3

Pembersihan kavum timpani


Dengan menggunakan cairan pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3 5 hari.
Garam faal agar lingkungan bersifat asam sehingga merupakan media yang buruk untuk
pertumbuhan kuman.1 Riff menganjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat
lebih asam dan merupakan media buruk untuk tumbuh kuman. Selain itu dikatakan bahwa
tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono
menggunakan antibiotika topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil yang cukup
memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan
mastoid.3
Naser Aminifarshhidmehr (1996) dari Kuwait melaporkan irigasi asam asetat 2%
menyebabkan keringnya sekret telinga pada 74 penderita OMSK (77%) dan pada 19 orang di
antaranya (19%) perforasi membrana timpani menutup secara spontan. 3
Supaya didapatkan hasil yang efektif, larutan yang dipergunakan harus dilarutkan dalam
cairan higroskopik; propylene glycol adalah yang terbaik untuk keperluan ini. 3

Antibiotika topikal
Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kortikosteroid, hal ini dikarenakan biasanya ada gangguan
vaskularisasi di telingah tengah sehingga antibiotika oral sulit mencapai sasaran optimal. 2
Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai ke telinga tengah,
maka tidak dianjurkan menggunakan antibiotika yang ototoksik dan lamanya tidak lebih dari satu

10 | P a g e

minggu. Cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab
dan uji resistensi.3
Mikrooganisme penyebab terbanyak OMSK seperti Proteus aeroginosa, P. Mirabilis,
dan S. Aureus, yang tidak sensitif lagi dengan pemberian kloramfenikol dan gentamisin
tetes telinga. Preparat yang baru yang banyak digunakan sebagi pengganti adalah ofloksasin
0,3%.4
Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam bentuk tetes telinga dan
mengandung antibiotika tunggal atau antibiotika dalam kombinasi, jika perlu ditambahkan
kortikosteroid untuk mengatasi manifestasi alergi lokal.3 Banyak ahli berpendapat, bahwa semua
obat tetes yang dijual di pasaran saat ini banyak mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik.
Oleh sebab itu, jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada
OMSK yang sudah tenang.4
Adapun dasar pemilihan antibiotika topikal pada OMSK:
1. Dapat terdistribusi dengan baik pada jaringan yang terinfeksi (telinga tengah).
2. Spektrum yang luas meliputi organisme yang ditemuai pada infeksi telinga.
Antibiotika topikal yang sering digunakan untuk pengobatan OMSK adalah: 3
1. Kloramfenikol
Losin et. al (1983) melakukan penelitian pada 30 penderita OMSK jinak aktif
mendapatkan bahwa sensitifitas kloramfenikol terhadap masing-masing kuman adalah
sebagai berikut: Bacteroides sp. (90%), Proteus sp. (73,33%), Bacillus sp. (62,23%),
Staphylococcus sp. (60%), dan Pseudomonas sp. (14,23%). Amadasun (1991) melakukan
penelitian pada penderita OMSK jinak aktif yang tidak sembuh mendapatkan bahwa
kloramfenikol tidak efektif terhadap kuman Gram negatif terutama Pseudomonas sp. dan
Proteus sp. Penelitian tersebut menunjukkan sensitifitas kedua kuman tersebut yang
dominan pada OMSK jinak aktif terhadap khloramfenikol sebesar 16% dibanding
gentamisin sebesar 28%.
2. Polimiksin B atau Polimiksin E
Obat ini bersifat bekterisid terhadap kuman Gram negatif, Pseudomonas, E. coli,
Klebsiella dan Enterobakter tetapi tidak efektif (resisten) terhadap kuman Gram positif
seperti Proteus dan B. fragilis dan toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.

11 | P a g e

3. Gentamisin
Gentamisin adalah antibiotika derivat aminoglikosida dengan spektrum yang luas
dan aktif untuk melawan organisme Gram positif dan Gram negatif termasuk
Pseudomonas sp, Proteus sp. dan Staphylococcus s. Pemberian jangka pendek gentamisin
0,3% secara tunggal tanpa kombinasi di samping biayanya murah juga sangat efektif
untuk melawan organisme berspektrum luas terutama Pseudomonas aeruginosa.
Penambahan steroid akan menyebabkan peningkatan biaya dua kali lipat. Penelitian
Browning, Gatehouse and Calder (1988) mendapatkan bahwa penambahan steroid pada
tetes telinga gentamisin 0,3% tidak meningkatkan efektivitasnya, hasilnya tidak lebih
baik dari placebo. Salah satu bahaya dari pemberian gentamisin tetes telinga adalah
kemungkinan terjadinya kerusakan telinga dalam. Telah diketahui bahwa pemberian
gentamisin secara sistemik akan menyebabkan efek ototoksik. Podoshin, Fradis dan Ben
David (1989) pada penelitiannya menganjurkan untuk tidak memberikan gentamisin dan
aminoglikosida tetes telinga lainnya untuk penanganan OMSK jangka panjang
4. Ofloksasin
Merupakan derivat quinolon; sediaan yang terdapat di pasaran adalah berupa otic
solution 0,3%. Pada penelitian secara in vitro ofloksasin mempunyai aktivitas yang kuat
untuk bakteri Gram negatif dan Gram positif dan bekerja dengan cara menghambat enzim
DNA gyrase. DNA gyrase adalah suatu enzim yang berperan dalam mengontrol topologi
DNA dan replikasi DNA sehingga sintesis DNA dari kuman akan terhambat.
Ofloksasin efektif terhadap kuman aerob Gram positif seperti Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumonia serta untuk kuman aerob Gram negatif seperti H.influenza, M.
catarrhalis, P. mirabilis dan P. aeruginosa.
Konsentrasi ofloksasin ditemukan cukup tinggi di mukosa telinga tengah. Pada
penderita OMSK dengan perforasi membrana timpani, konsentrasi tinggi ofloksasin telah
ditemukan 30 menit setelah pemberian solusio ofloksasin 0,3%. Antibiotika topikal
golongan kuinolon yang lain adalah siprofloksasin 0,3% penelitian Utji (1999)
mendapatkan bahwa pemakaian tetes 0,3% siprofloksasin pada penderita OMSK lebih
berhasil guna dan lebih murah dibanding pemakaian tetes telinga kloramfenikol, dan
tidak dijumpai efek ototoksik. Keuntungan lain pemakaian tetes telinga dari golongan
12 | P a g e

kuinolon adalah dapat diberikan secara tunggal tanpa antibiotik oral dan dosis pemberian
2 kali sehari memungkinkan pasien merasa nyaman tanpa mengganggu aktifitas kerja
maupun sekolah. 3

Antibiotika oral
Secara oral dapat diberikan antibiotika golongan ampisilin atau eritromisin (bila alergi
pada penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya
telah resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret
profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang
ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama
daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,
misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang
pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya
bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.4
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah: 4

Pseudomonas

: Aminoglikosida karbenisilin

P. mirabilis

: Ampisilin atau sefalosforin

P. morganii, P. vulgaris

: Aminoglikosida Karbenisilin

Klebsiella

: Sefalosforin atau aminoglikosida

E. coli

: Ampisilin atau sefalosforin

S. Aureus Anti-stafilikokus

: Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

Streptokokus

: Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

B. fragilis

: Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam
nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak
dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III
(sefotaksim, seftazidin, dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan
secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti
cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.
13 | P a g e

Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk
metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol) pada
OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4
minggu. 4
Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti yang bertujuan untuk menghentikan
infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi serta memperbaiki pendengaran. Sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada
atau terjadinya infeksi berulang harus diobati terlebih dahulu.5

Jenis Pembedahan pada OMSK


Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronik baik tipe aman atau bahaya, antara lain:1
1. Mastoidektomi sederhana (Simple mastoidectomy).
2. Mastoidektomi radikal.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi.
4. Miringoplasti.
5. Timpanoplasti.
6. Pendekatan Ganda timpanoplasti (Combined Approach Tympanoplasty).
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatom, sarana
yang tersedia serta pengalaman operator.
Sesuai dengan luasnya infeksi atau luas kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan
kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.

Mastoidektomi Sederhana
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.
Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.1

Mastoidektomi Radikal
14 | P a g e

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolestetoma yang sudah
meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik
dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus
datang dengan teeratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran
berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat
meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi,
yaiut meatus liar telinga luar menjadi lebar.1
Mastoidektomi Radikal dengan Modifikasi (Operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolestetoma di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga dibersihkan dan dinding posterior liang telinga tengah
direndahkan.
Tujuan operasi ialah untuk membuang jaringan patologik pada rongga mastoid, dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.1

Timpanoplasti
Timpanoplasti adalah prosedur menghilangkan proses patologik di dalam telinga tengah
dan diikuti rekonstruksi sistem konduksi suara pada telinga tengah.
Timpanoplasti diajukan pertama kali oleh Wullstein tahun 1953 yang kemudian membagi
timpanoplasti menjadi V tipe pada tahun 1956.
Tujuan dari timpanoplasti itu sendiri adalah mengembalikan fungsi telinga tengah,
menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi berulang dan memperbaiki
pendengaran. Tujuan lainnya membersihkan semua jaringan patologis dimana anatomi dari
meatus eksternus termasuk sulkus timpani utuh. Kavum mastoid dibuka untuk menghindari
sistem aerasi yang tertutup. Aerasi dapat diperoleh dengan membersihkan penyumbatan antara
kavum timpani, antrum dan sistem sel mastoid.
Indikasi timpanoplasti dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

15 | P a g e

Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan
eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan
patologis.1

Tipe-tipe timpanoplasti
Tipe I
Disebut juga dengan miringoplasti. Operasi ini merupakan timpanoplasti yang paling
ringan, dengan melakukan rekonstruksi hanya pada membran timpani dan cangkokan bersandar
pada maleus.
Indikasi operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan ketulian
ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
Tujuannya adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe
aman dengan perforasi yang menetap.
Pada tipe I ini seharusnya dapat memulihkan pendengaran konduktif sampai normal atau
hampir normal.

Gambar. Timpanoplasti tipe I

Tipe II sampai tipe V dilakukan rekonstruksi membran timpani dan rekonstruksi tulang
pendengaran.
16 | P a g e

Jenis Timpanoplasti

Keterangan
Diindikasikan pada perforasi membrane

Tipe II

timpani dengan erosi maleus. Cangkokan


bersandar pada inkus.
Diindikasi bila terjadi destruksi pada dua

Tipe III

tulang pendengaran dengan stapes masih intak


dan mobile. Cangkokan menempel pada kaput
stapes.

Tipe IV

Cangkokan menempel pada basis stapes.

Tipe Va

Fenestrasi pada kanalis semisirkularis lateralis.

Tipe Vb

Stapedektomi.

Gambar. Timpanoplasti Tipe II (b), Tipe III (c), Tipe IV (d)

17 | P a g e

Gambar. Timpanoplasti Tipe Va (e), Tipe Vb (f)

Timpanoplasti dengan Pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty)


Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK
tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa
melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui
dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati
oleh para ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.1

18 | P a g e

BAB III
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa OMSK atau yang biasa disebut di masyarakat dengan congek
adalah suatu infeksi telinga tengah menahun yang dapat mengakibatkan komplikasi yang fatal.
OMSK merupakan penyakit yang sering dijumpai pada negara yang sedang berkembang. Secara
umum, ras dan faktor sosioekonomi mempengaruhi kejadian OMSK, kehidupan sosial ekonomi
yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor
yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang
berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi tinggi untuk kasus OMSK di mana
prevalensi OMSK 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% pasien yang berobat di poliklinik
THT rumah sakit di Indonesia.
Penyakit ini ditandai dengan adanya perforasi membran timpani disertai dengan
keluarnya cairan dari telinga yang lamanya lebih dari 2 bulan. Berdasarkan tipe klinisnya,
OMSK dibagi atas tipe jinak (tipe tubotimpanal) di mana proses peradangannya hanya terbatas
pada mukosa telinga tengah, serta tipe ganas (tipe atikoantral) disertai kolesteatoma yang proses
peradangannya sudah melibatkan tulang dan dapat mengakibatkan komplikasi di tulang temporal
(ekstrakranial) atau ke dalam otak (intrakranial).
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu
atau beberapa keadaan, antara lain:

Adanya perforasi membrana timpani yang permanen

Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal

Terbentuk jaringan patologis yang ireversibel dalam rongga mastoid

Gizi dan higien yang kurang


Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah
dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang
19 | P a g e

terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi
obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan
tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi dua, yaitu
konservatif dan operasi.
Penatalaksanaan OMSK Benigna
OMSK Benigna Tipe Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek
telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat
bila menderita infeksi saluran nafas atas.
OMSK Benigna Tipe Aktif
Dalam pengobatan kasus otitis media supuratif kronis (OMSK) jinak aktif, prinsip terapi
yang dianjurkan adalah pembersihan lokal kavum timpani dan liang telinga luar disertai
pemberian antibiotika lokal berupa tetes telinga yang rasional. Mikroorganisme penyebab
terbanyak adalah P. aeruginosa, P. mirabilis dan S. aureus, yang tidak sensitif lagi
dengan pemberian kloramfenikol dan gentamisin tetes telinga. Preparat terbaru yang
tersedia adalah antibiotika tetes telinga ofloksasin 0,3% yang kelihatan efektif melawan
mikroorganisme penyebab OMSK.
Penatalaksanaan OMSK Maligna
Pengobatan

untuk

OMSK

maligna

adalah

operasi.

Pengobatan

konservatif

dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila


terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

20 | P a g e

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani
yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.

21 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Keseharan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007
2. Aboet A. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap: Radang Telinga Tengah Menahun.
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2007
3. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotika Topikal Pada Otitis Media Supurativa Kronik
Jinak

Aktif.

Cermin

Dunia

Kedokteran

No.

132.

2001:

diunduh

dari

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_PemakaianAntibiotikaTopikal.pdf/14_PemakaianA
ntibiotikaTopikal.html
4. Anonim.

Otitis

Media

Supuratif

Kronik.

2009:

diunduh

dari

http://www.scribd.com/doc/13607134/Otitis-Media-Kronik
5. Newbrain.blogspot.com. Padang: Otitis Media Supuratif Kronis. c2009 (diposkan 28 Juli
2009). Diunduh dari : http://rieck-newbrain.blogspot.com/2009/07/otitis-media-supuratifkronis.html

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai