KONSULEN PEMBIMBING:
dr. Satrio Prodjohoesodo Sp. THT
OLEH:
Lucky Miftah Saviro (2007730076)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang berjudul otitis media supuratif
kronis.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Satrio Prodjohoesodo, Sp. THT
selaku konsulen dibagian THT di RSUD Cianjur dan rekan-rekan yang telah membantu penulis
dalam pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak terdapat
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.
Penulis
2|Page
BAB I
Identitas Pasien
Nama
: An. R
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 5 tahun
Alamat
: Cugenang
Pekerjaan
: Pelajar
Tanggal berobat
: 20 Maret 2012
No. CM
: 512525
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Keluar cairan dari telinga kanan sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan:
Gangguan pendengaran
3|Page
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
Nadi
Pernapasan
: 20 x / menit
Suhu
: 37,8 C
Kepala
: normocephal
Mata
Mulut
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
: udem (-/-)
Kulit
: skar (-)
AS
4|Page
Lapang
Tidak hiperemis
Udem (-)
Serumen (+) seropurulen
Lapang
Meatus Akustikus
Eksternus
Tidak hiperemis
Udem (-)
Serumen (-)
kehijauan
Perforasi (Attik)
Refleks Cahaya (-)
Intak
Membran timpani
Hiperemis (-)
Refleks Cahaya (+)
kehijauan
(+)
Rinne
Webber
Schwabach
(+)
Normal
Hidung
Kavum nasi
Mukosa
Konkha
: hipertrofi (-/-)
Septum
: deviasi (-)
Nasofaring
Sinus Paranasal
Inspeksi
Palpasi
Transiluminasi
: tidak dilakukan
Faring
Arkus faring
: simetris
Mukosa
: edema (-)
5|Page
Dinding faring
: hiperemis (-)
Tonsil
Uvula
Laring
: tidak dilakukan
Leher
Trakea
: di tengah
Kel Tiroid
: pembesaran (-)
KGB
: pembesaran (-/-)
RESUME
Anak perempuan, 5 tahun, datang ke poli THT dengan keluhan otorea pada aurikula
dextra sejak 1 tahun. Sekret seropurulen kehijauan. Otalgia dekstra (+). Hearing loss (+).
Pemeriksaan otoskopi AD, perforasi (attik) MT, sekret seropurulen kehijauan. Tes garpu tala
menandakan CHL AD.
Diagnosis Kerja
OMSK
Penatalaksanaan
Umum
Khusus
6|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada
beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi
umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa
sekolah.1
Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK), yang biasa
disebut congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea)
lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau
purulen.2 Penyakit ini biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.3
Insidensi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada
orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika
Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negaranegara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. 4
Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang
jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara
yang sedang berkembang.2
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi
penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK
melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita
kurang pendengaran yang signifikan.4 Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%
7|Page
dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah
sakit di Indonesia.2
Klasifikasi
Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen, tipe sekunder,
OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid, OMSK tipe ganas). OMSK tipe
jinak (benigna) dengan perforasi yang letaknya sentral, biasanya didahului dengan gangguan
fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe
mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut
juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya.2 OMSK tipe jinak
dibedakan menjadi dua, yaitu tipe aktif dimana pada tipe ini terdapat sekret yang masih keluar
dari telinga, dan yang kedua adalah tipe tenang, yang pada pemeriksaan telinga akan dijumpai
perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat disertai gejala lainnya
seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.4 Sedangkan OMSK tipe ganas dapat
menimbulkan komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat
fatal.2
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya
tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.4 Proses infeksi pada OMSK sering
disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap
standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah
Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.3
Otitis Media Supuratif Kronik ini sangat mengganggu dan sering menyulitkan baik
dokter maupun pasiennya sendiri.3 Penatalaksanaan OMSK didasarkan pada tipe klinik penyakit.
Tujuan penting dalam penatalaksanaan OMSK adalah untuk mengusahakan telinga yang aman
dan pertimbangan fungsional merupakan tujuan yang sekunder. Terapi medikamentosa ditujukan
pada OMSK tipe jinak dan tindakan operasi dikerjakan pada OMSK tipe ganas.
Antibiotika
merupakan salah satu medikamentosa yang telah digunakan untuk pengobatan OMSK sejak
dulu. Namun demikian sampai saat ini masih terdapat perbedaan persepsi mengenai manfaat
antibiotika, baik yang diberikan secara topikal maupun sistemik. Perjalanan penyakit yang
8|Page
panjang, terputusnya terapi, terlambatnya pengobatan spesialis THT dan sosioekonomi yang
rendah membuat penatalaksanaan penyakit ini tetap menjadi problem di bidang THT. 3
Terapi
Terapi OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang ulang. Sekret yang keluar
tidak langsung cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh
salah satu atau beberapa keadaan: 5
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologi yang irreversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higiene yang kurang.
Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah
dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang
terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi
obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.5
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatannya dapt dibagi atas: 5
1. Konservatif
2. Pembedahan
9|Page
Antibiotika topikal
Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotika dan kortikosteroid, hal ini dikarenakan biasanya ada gangguan
vaskularisasi di telingah tengah sehingga antibiotika oral sulit mencapai sasaran optimal. 2
Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai ke telinga tengah,
maka tidak dianjurkan menggunakan antibiotika yang ototoksik dan lamanya tidak lebih dari satu
10 | P a g e
minggu. Cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab
dan uji resistensi.3
Mikrooganisme penyebab terbanyak OMSK seperti Proteus aeroginosa, P. Mirabilis,
dan S. Aureus, yang tidak sensitif lagi dengan pemberian kloramfenikol dan gentamisin
tetes telinga. Preparat yang baru yang banyak digunakan sebagi pengganti adalah ofloksasin
0,3%.4
Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia dalam bentuk tetes telinga dan
mengandung antibiotika tunggal atau antibiotika dalam kombinasi, jika perlu ditambahkan
kortikosteroid untuk mengatasi manifestasi alergi lokal.3 Banyak ahli berpendapat, bahwa semua
obat tetes yang dijual di pasaran saat ini banyak mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik.
Oleh sebab itu, jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada
OMSK yang sudah tenang.4
Adapun dasar pemilihan antibiotika topikal pada OMSK:
1. Dapat terdistribusi dengan baik pada jaringan yang terinfeksi (telinga tengah).
2. Spektrum yang luas meliputi organisme yang ditemuai pada infeksi telinga.
Antibiotika topikal yang sering digunakan untuk pengobatan OMSK adalah: 3
1. Kloramfenikol
Losin et. al (1983) melakukan penelitian pada 30 penderita OMSK jinak aktif
mendapatkan bahwa sensitifitas kloramfenikol terhadap masing-masing kuman adalah
sebagai berikut: Bacteroides sp. (90%), Proteus sp. (73,33%), Bacillus sp. (62,23%),
Staphylococcus sp. (60%), dan Pseudomonas sp. (14,23%). Amadasun (1991) melakukan
penelitian pada penderita OMSK jinak aktif yang tidak sembuh mendapatkan bahwa
kloramfenikol tidak efektif terhadap kuman Gram negatif terutama Pseudomonas sp. dan
Proteus sp. Penelitian tersebut menunjukkan sensitifitas kedua kuman tersebut yang
dominan pada OMSK jinak aktif terhadap khloramfenikol sebesar 16% dibanding
gentamisin sebesar 28%.
2. Polimiksin B atau Polimiksin E
Obat ini bersifat bekterisid terhadap kuman Gram negatif, Pseudomonas, E. coli,
Klebsiella dan Enterobakter tetapi tidak efektif (resisten) terhadap kuman Gram positif
seperti Proteus dan B. fragilis dan toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.
11 | P a g e
3. Gentamisin
Gentamisin adalah antibiotika derivat aminoglikosida dengan spektrum yang luas
dan aktif untuk melawan organisme Gram positif dan Gram negatif termasuk
Pseudomonas sp, Proteus sp. dan Staphylococcus s. Pemberian jangka pendek gentamisin
0,3% secara tunggal tanpa kombinasi di samping biayanya murah juga sangat efektif
untuk melawan organisme berspektrum luas terutama Pseudomonas aeruginosa.
Penambahan steroid akan menyebabkan peningkatan biaya dua kali lipat. Penelitian
Browning, Gatehouse and Calder (1988) mendapatkan bahwa penambahan steroid pada
tetes telinga gentamisin 0,3% tidak meningkatkan efektivitasnya, hasilnya tidak lebih
baik dari placebo. Salah satu bahaya dari pemberian gentamisin tetes telinga adalah
kemungkinan terjadinya kerusakan telinga dalam. Telah diketahui bahwa pemberian
gentamisin secara sistemik akan menyebabkan efek ototoksik. Podoshin, Fradis dan Ben
David (1989) pada penelitiannya menganjurkan untuk tidak memberikan gentamisin dan
aminoglikosida tetes telinga lainnya untuk penanganan OMSK jangka panjang
4. Ofloksasin
Merupakan derivat quinolon; sediaan yang terdapat di pasaran adalah berupa otic
solution 0,3%. Pada penelitian secara in vitro ofloksasin mempunyai aktivitas yang kuat
untuk bakteri Gram negatif dan Gram positif dan bekerja dengan cara menghambat enzim
DNA gyrase. DNA gyrase adalah suatu enzim yang berperan dalam mengontrol topologi
DNA dan replikasi DNA sehingga sintesis DNA dari kuman akan terhambat.
Ofloksasin efektif terhadap kuman aerob Gram positif seperti Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumonia serta untuk kuman aerob Gram negatif seperti H.influenza, M.
catarrhalis, P. mirabilis dan P. aeruginosa.
Konsentrasi ofloksasin ditemukan cukup tinggi di mukosa telinga tengah. Pada
penderita OMSK dengan perforasi membrana timpani, konsentrasi tinggi ofloksasin telah
ditemukan 30 menit setelah pemberian solusio ofloksasin 0,3%. Antibiotika topikal
golongan kuinolon yang lain adalah siprofloksasin 0,3% penelitian Utji (1999)
mendapatkan bahwa pemakaian tetes 0,3% siprofloksasin pada penderita OMSK lebih
berhasil guna dan lebih murah dibanding pemakaian tetes telinga kloramfenikol, dan
tidak dijumpai efek ototoksik. Keuntungan lain pemakaian tetes telinga dari golongan
12 | P a g e
kuinolon adalah dapat diberikan secara tunggal tanpa antibiotik oral dan dosis pemberian
2 kali sehari memungkinkan pasien merasa nyaman tanpa mengganggu aktifitas kerja
maupun sekolah. 3
Antibiotika oral
Secara oral dapat diberikan antibiotika golongan ampisilin atau eritromisin (bila alergi
pada penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebabnya
telah resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret
profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang
ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama
daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,
misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang
pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya
bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.4
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah: 4
Pseudomonas
: Aminoglikosida karbenisilin
P. mirabilis
P. morganii, P. vulgaris
: Aminoglikosida Karbenisilin
Klebsiella
E. coli
S. Aureus Anti-stafilikokus
Streptokokus
B. fragilis
: Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam
nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak
dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III
(sefotaksim, seftazidin, dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan
secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti
cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.
13 | P a g e
Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk
metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol) pada
OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4
minggu. 4
Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti yang bertujuan untuk menghentikan
infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi serta memperbaiki pendengaran. Sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada
atau terjadinya infeksi berulang harus diobati terlebih dahulu.5
Mastoidektomi Sederhana
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.
Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.1
Mastoidektomi Radikal
14 | P a g e
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolestetoma yang sudah
meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik
dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus
datang dengan teeratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran
berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat
meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi,
yaiut meatus liar telinga luar menjadi lebar.1
Mastoidektomi Radikal dengan Modifikasi (Operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolestetoma di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga dibersihkan dan dinding posterior liang telinga tengah
direndahkan.
Tujuan operasi ialah untuk membuang jaringan patologik pada rongga mastoid, dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.1
Timpanoplasti
Timpanoplasti adalah prosedur menghilangkan proses patologik di dalam telinga tengah
dan diikuti rekonstruksi sistem konduksi suara pada telinga tengah.
Timpanoplasti diajukan pertama kali oleh Wullstein tahun 1953 yang kemudian membagi
timpanoplasti menjadi V tipe pada tahun 1956.
Tujuan dari timpanoplasti itu sendiri adalah mengembalikan fungsi telinga tengah,
menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi berulang dan memperbaiki
pendengaran. Tujuan lainnya membersihkan semua jaringan patologis dimana anatomi dari
meatus eksternus termasuk sulkus timpani utuh. Kavum mastoid dibuka untuk menghindari
sistem aerasi yang tertutup. Aerasi dapat diperoleh dengan membersihkan penyumbatan antara
kavum timpani, antrum dan sistem sel mastoid.
Indikasi timpanoplasti dilakukan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
15 | P a g e
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan
eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan
patologis.1
Tipe-tipe timpanoplasti
Tipe I
Disebut juga dengan miringoplasti. Operasi ini merupakan timpanoplasti yang paling
ringan, dengan melakukan rekonstruksi hanya pada membran timpani dan cangkokan bersandar
pada maleus.
Indikasi operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan ketulian
ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
Tujuannya adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe
aman dengan perforasi yang menetap.
Pada tipe I ini seharusnya dapat memulihkan pendengaran konduktif sampai normal atau
hampir normal.
Tipe II sampai tipe V dilakukan rekonstruksi membran timpani dan rekonstruksi tulang
pendengaran.
16 | P a g e
Jenis Timpanoplasti
Keterangan
Diindikasikan pada perforasi membrane
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
Tipe Va
Tipe Vb
Stapedektomi.
17 | P a g e
18 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa OMSK atau yang biasa disebut di masyarakat dengan congek
adalah suatu infeksi telinga tengah menahun yang dapat mengakibatkan komplikasi yang fatal.
OMSK merupakan penyakit yang sering dijumpai pada negara yang sedang berkembang. Secara
umum, ras dan faktor sosioekonomi mempengaruhi kejadian OMSK, kehidupan sosial ekonomi
yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor
yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang
berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi tinggi untuk kasus OMSK di mana
prevalensi OMSK 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% pasien yang berobat di poliklinik
THT rumah sakit di Indonesia.
Penyakit ini ditandai dengan adanya perforasi membran timpani disertai dengan
keluarnya cairan dari telinga yang lamanya lebih dari 2 bulan. Berdasarkan tipe klinisnya,
OMSK dibagi atas tipe jinak (tipe tubotimpanal) di mana proses peradangannya hanya terbatas
pada mukosa telinga tengah, serta tipe ganas (tipe atikoantral) disertai kolesteatoma yang proses
peradangannya sudah melibatkan tulang dan dapat mengakibatkan komplikasi di tulang temporal
(ekstrakranial) atau ke dalam otak (intrakranial).
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu
atau beberapa keadaan, antara lain:
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah
dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan
anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang
19 | P a g e
terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi
obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan
tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi dua, yaitu
konservatif dan operasi.
Penatalaksanaan OMSK Benigna
OMSK Benigna Tipe Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek
telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat
bila menderita infeksi saluran nafas atas.
OMSK Benigna Tipe Aktif
Dalam pengobatan kasus otitis media supuratif kronis (OMSK) jinak aktif, prinsip terapi
yang dianjurkan adalah pembersihan lokal kavum timpani dan liang telinga luar disertai
pemberian antibiotika lokal berupa tetes telinga yang rasional. Mikroorganisme penyebab
terbanyak adalah P. aeruginosa, P. mirabilis dan S. aureus, yang tidak sensitif lagi
dengan pemberian kloramfenikol dan gentamisin tetes telinga. Preparat terbaru yang
tersedia adalah antibiotika tetes telinga ofloksasin 0,3% yang kelihatan efektif melawan
mikroorganisme penyebab OMSK.
Penatalaksanaan OMSK Maligna
Pengobatan
untuk
OMSK
maligna
adalah
operasi.
Pengobatan
konservatif
dengan
20 | P a g e
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani
yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Keseharan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007
2. Aboet A. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap: Radang Telinga Tengah Menahun.
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2007
3. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotika Topikal Pada Otitis Media Supurativa Kronik
Jinak
Aktif.
Cermin
Dunia
Kedokteran
No.
132.
2001:
diunduh
dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_PemakaianAntibiotikaTopikal.pdf/14_PemakaianA
ntibiotikaTopikal.html
4. Anonim.
Otitis
Media
Supuratif
Kronik.
2009:
diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/13607134/Otitis-Media-Kronik
5. Newbrain.blogspot.com. Padang: Otitis Media Supuratif Kronis. c2009 (diposkan 28 Juli
2009). Diunduh dari : http://rieck-newbrain.blogspot.com/2009/07/otitis-media-supuratifkronis.html
22 | P a g e