Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perjuangan utama Rasulullah SAW menjalankan dakwah, menyeru
manusia agar menyembah kepada Allah, mendidik manusia kepada kebaikan,
menyempurnakan akhlak manusia, diperlukan azam yang kuat, tekad yang
bulat, harus mempunyai pengharapan, optimisme, jangan sekali-kali putus
semangat, putus harapan apalagi putus asa. Sifat putus asa dalam perjuangan
merupakan mentalitas orang-orang kafir, hal itu ditegaskan dan diabadikan
dalam surat Yusuf: 87
.dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf :
87)
Demikian pula kegiatan mendidik merupakan kegiatan dakwah ilallah untuk
menyampaikan dakwah risalah ilahiyah kepada seluruh umat manusia, pada
umumnya selalu menghadapi tantangan demi tantangan, rintangan demi
rintangan, kesulitan demi kesulitan, sehingga kalau tidak kuat azamnya, tidak
bulat tekadnya maka kadang-kadang bisa membuat nafas menjadi sesak, tak
terkecuali Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dalam menjalan
tugas dan kewajibannya sebagai Rasul Allah, menyampaikan dakwah
ditengah masyarakat bangsa quraisy pada saat itu, tidak sedikit mengalami
kesulitan demi kesulitan, banyak perlakuan dari kaum kafir quraisy yang
menyakitkan, banyak ucapan dan tuduhan tidak menyenangkan ditujukan
kepada diri Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Maka, ketika Nabi
Muhammad sudah mencapai puncak kesulitan, pada saat itulah turun wahyu
ilahi rabbi yang memberikan pengharapan kembali pada diri Nabi
Muhammad, wahyu itu adalah surat Al Insyirah.
Surah Al-Insyirah (bahasa Arab:, "Kelapangan") adalah surah ke-94
dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surahsurah Makkiyah serta diturunkan sesudah surah Ad-Duha.
Surat itu memberikan semangat, injeksi kekuatan, memberikan energy kepada
Rasulullah. Pada pokoknya mengandung beberapa petunjuk yang bisa
dijadikan sebagai petunjuk bagi kehidupan kita di dalam menjalani berbagai
macam pekerjaan, persoalan, dalam menjalankan tugas dan kewajiban.

Allah Taala memberikan nama surat ini dengan As Syarh atau Al Insyirah,
karena di awal pembukaan surat ini, Allah Taala berfirman dengan redaksi
alam nasyrah laka shadraka sehingga disebutlan nama surat ini dengan Al
Insyirah yang artinya lapang dada (berjiwa besar).
Abu Hayyan dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
syarh Shadr di sini adalah Allah Taala menerangi dadanya dengan ilmu
dan hikmah, dan menjadikannya dadanya lapang, agar Rasulullah mampu
menerima wahyu ilahi, dan ini merupakan pendapat jumhur ulama.
Kemudian ada lagi yang menafsirkan syarh Shadrihi dengan; ketika
Rasulullah masih kecil sedang menggembala kambing, Jibril alaihissalam
datang membelah dadanya, mengambil hati atau jantungnya lalu dibersihkan
dengan air zam-zam, dikembalikan dan diisi kembali dengan iman, ilmu dan
hikmah.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa kelapangan dada merupakan awal atau
pondasi dasar kesiapan agar dapat menjadi guru bagi seluruh ummat manusia,
sebagaimana Rasulullah SAW dilapangkan dadanya terlebih dahulu untuk
dapat menerima wahyu dan menjadi tauladan dalam melaksanakan wahyu
tersebut. Kelapangan dada tersebut menjadi bekal dasar yang paling utama
agar dapat memahami, mentaati melaksanakan dan istiqomah dalam
melaksanakan ilmu dan mendakwahkannya atau mengajarkannya.
Jadi, implementasi Q.S. Al-Insyirah ini sangat penting dalam dunia
pendidikan, karena tanpa kelapangan dada, kepahaman tidak akan masuk,
tanpa kepahaman tidak ada arti materi pembelajaran bagi guru dan juga bagi
siswa. Ini dapat diartikan bahwa Sistem Pendidikan sebaik apapun tidak akan
memberi arti tanpa adanya kelapangan dada. Karena kelapangan dada
merupakan awal pemahaman terhadap petunjuk sebagaimana Allah berfirman
: Barangsiapa yang Allah berkehendak untuk memberi petunjuk kepadanya,
maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. (al-Anam: 125).
Atas latar belakang di atas, makalah ini dibuat untuk mengkaji lebih jauh
tentang kurikulum pendidikan Indonesia saat ini. Oleh karena itu makalah ini
diberi judul Implementasi Q.S. Al-Insyirah Terhadap Eleman Perubahan
Kurikulum 2013
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir Q.S. Al-Insyirah memandang pendidikan?
2. Bagaimana implementasi Q.S. Al-Insyirah terhadap elemen perubahan
Kurikulum 2013?
2

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan mengungkap konsep tafsir Q.S. Al-Insyirah
memandang pendidikan?
2. Untuk mengetahui dan mengungkap konsep implementasi Q.S. AlInsyirah terhadap elemen perubahan Kurikulum 2013
D. Batasan Masalah
Pembahasan makalah ini menyangkut pada tafsir tarbawi Q.S Al-insyirah dan
mengungkap konsep implementasinya terhadap elemen perubahan Kurikulum
2013. Dibatasi permasalahannya pada Q.S. Al-Insyirah yang terkait pada
elemen perubahan Kurikulum 2013. Tidak membahas Kurikulum 2013 secara
menyeluruh.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir Q.S. Al-Insyirah


Q.S. Al-Insyirah akan ditafsirkan dalam dua bentuk penafsiran yaitu at-tafsr
bi al- matsr dan at-tafsr bi- ar-rayi, dengan menggunakan empat metode,
yaitu ijmli, tahlli, muqrin dan maudhi, yang akan disajikan secara
terpadu dalam pembahasan ini. Sedangkan dari segi corak akan difokuskan
kepada tafsir tarbawi, yaitu melihat dan mengungkap nilai-nilai pendidikan
yang ada dalam Q.S. Al-Insyirah.
Secara utuh Q.S Al-Insyiroh sebagai berikut:

} 3{




} 2{
}1{

} 7{
} 6{
} 5{
} 4{
}8{
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al Insyirah: 1-8)
Pokok-pokok kandungan surat ini diantaranya:
Menjelaskan tentang banyaknya nikmat Allah yang dikaruniakan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Ada 3 nikmat yang paling
besar diberikan kepada Nabi Muhammad:
1.

Allah melapangkan dada Nabi Muhammad, yaitu dengan diberikan ilmu


hikmah dan iman, mensucikan Nabi dari segala macam dosa dan kotoran
serta mengangkat martabat dan kedudukan beliau di dunia dan di akherat.

2.

Allah Taala berjanji kepada Rasulullah akan memberikan solusi (jalan


keluar) dari sesuatu kesulitan menjadi kemudahan, dari kesukaran
menjadi kelapangan, dan akan menghilangkan segala macam hal yang
membuat hati dan diri Nabi menjadi hilang, sedih.

3.

Allah senantiasa memerintahkan Rasulullah untuk terus melakukan


ibadah setelah selesai melakukan sesuatu perjuangan, pekerjaan, dan
segala macam urusan sebagai tanda syukur kepada Allah Taala, dan
diperintahkan untuk senantiasa berharap dan berserah sepenuhnya kepada
Allah, dengan menjalankan ibadah kepada-Nya.

Berikut disajikan tafsir ayat demi ayat :


a) Tafsir ayat 1
Berdasarkan bentuk dan metode tafsir
}1{



Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
Di dalam gramatika bahasa arab susunan ayat ini pada lahirnya
bentuknya berupa pertanyaan istifham taqriri pertanyaan yang
berfungsi sebagai penegasan yang positif, sebuah pernyataan. Artinya
bentuknya pertanyaan tapi pada hakekatnya adalah penegasan positif
bahwa Allah Taala telah melapangkan dada Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam.
Imam Ali Ash Shabuni rahimahullahu dalam tafsirnya mengatakan:
Allah Taala melapangkan dada Nabi Muhammad dengan petunjuk,
iman dan dengan cahaya alquran.
Sedangkan Ibnu Katsir rahimahullahu memaknainya dengan: Allah
Taala menerangi hatinya, menjadikan dadanya lapang, sebagaimana
Allah Taala melapangkan dada Nabi demikian pula Allah Taala
melapangkan syareatNya, syareat Nabi Muhammad menjadi mudah,
ringan dan tidak sulit. Seperti halnya keringanan dalam shalat, jika
seseorang tidak mampu berdiri, maka ia boleh shalat dengan duduk,
jika tidak mampu maka dengan berbaring, dan jika tidak mampu juga
maka shalatlah dengan isyarat.
Kemudian Abu Hayyan dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan syarh Shadr di sini adalah Allah Taala menerangi
dadanya dengan ilmu dan hikmah, dan menjadikannya dadanya
lapang, agar Rasulullah mampu menerima wahyu ilahi, dan ini
merupakan pendapat jumhur ulama. Kemudian ada lagi yang
menafsirkan syarh Shadrihi dengan; ketika Rasulullah masih kecil
sedang menggembala kambing, Jibril alaihissalam datang membelah
dadanya, mengambil hati atau jantungnya lalu dibersihkan dengan air
zam-zam, dikembalikan dan diisi kembali dengan iman, ilmu dan
hikmah.

Karena Rasulullah adalah Nabi yang terpilih, maka Allah Taala tidak
mau ketika Rasulullah menyampaikan tugas dan kewajibannya ada
kemurungan tidak berhasil. Sebagaimana yang telah kita ketahui
bahwa perjuangan Rasulullah sungguh sangat dahsyat, diperlakukan
sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak senang, baik berupa
sikap, ucapan maupun perbuatan, semuanya membuat Nabi tidak
senang. Dan ini merupakan gangguan, tantangan, rintangan dan
kesulitan. Sebab itu, Allah Taala telah memberikan hidayah,
memantapkan iman dan telah memancarkan cahaya alquran kepada
diri Nabi Muhammad, maka dada Nabi menjadi lapang dan beliau
memilikii jiwa yang besar sehingga beliau mampu menjalani tugas
dan kewajibannya sampai akhirnya menggapai kemenangan yang
gilang gemilang.
Setiap orang apalagi pemimpin yang diberikan Allah Taala dada yang
lapang, pandangan yang luas, jiwa yang besar maka ia akan
mendapatkan keteguhan hati untuk melanjutkan perjuangannya,
meneruskan pekerjaannya, walaupun banyak tantangan dan rintangan
karena Allah telah mengaruniakan dada yang lapang dan jiwa yang
besar, maka insya Allah dia akan berhasil sampai mencapai
kesuksesan, kemenangan seperti yang dicontohkan dalam kehidupan
pribadi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Jadi orang yang mempunyai dada yang lapang atau jiwa yang besar
ini, ia akan mendapatkan semacam kekuatan batin, akan memperoleh
energy dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, sehingga beban
yang berat akan terasa ringan, pekerjaan yang besar akan terasa kecil,
ia tidak mudah cemas, tidak mudah gudup, dan tidak akan kehilangan
keseimbangan, apalagi patah semangat. Seorang muslim itu
semangatnya berkesinambungan apabila ia istiqamah membaca
alquran sehingga ia mendapatkan cahaya ilahi.
Apabila seseorang ingin memperoleh dada yang lapang, selain
daripada membaca alquran maka hendaknya kita selalu berdoa kepada
Allah Taala. Bunyi doa itu adalah:

Ya Allah lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku
urusanku, serta lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka
mengerti perkataanku. (QS. Thaha: 25-27)
Doa ini diabadikan di dalam alquranul karim dalam surat Thaha: 2527. Dan doa ini diucapkan oleh nabi Musa alaihissalam saat akan
menghadapi Firaun. Hal ini mengandung makna bahwa nabi Musa
alaihissalam memohon diberi kelapangan dan kekuatan jiwa saat

menghadapi Firaun yang begitu zalim dan sangat besar


kekuasaannya. Jadi doa ini tidak hanya diucapkan ketika akan
menyampaikan kajian, namun doa ini juga bisa digunakan untuk
memiliki kelapangan dada dalam mengatasi berbagai masalah
kehidupan.
Seseorang juga dianjurkan untuk berdoa setelah membaca alquran,
diantaranya yaitu doa.
,
, ,

, , ,
ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, dan cahaya di lidahku,
jadikanlah dalam pendengaranku cahaya, dan dalam pandanganku
cahaya, dan jadikanlah di kananku cahaya,dan di kiriku cahaya, dan
jadikanlah di belakangku cahaya, di atasku cahaya, dan di hadapanku
cahaya, dan jadikanlah dari atasku cahaya, dan dibawahku cahaya ,
ya Allah jadikanlah bagiku cahaya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka dengan doa di atas, Allah Taala akan memberikan cahaya
alquran ke dalam diri kita sehingga mampu menjalani hidup ini
dengan tenang.
Kalau demikian, ternyata dada yang lapang sangat berpengaruh di
dalam setiap tindakan manusia. Apabila jiwa seseorang besar,
tentunya daya tahan dan daya juangnya semakin kuat, kuat
menghadapi tantangan, gosip, kuat menghadapi ocehan orang,
istiqamah di dalam berdakwah, di dalam memperjuangkan kegiatan
islam, dan terus berjalan di atas shiratal mustaqim.
Oleh sebab itu Allah Taala memberikan jiwa yang besar kepada Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam agar tenang, tidak gugup dan
berani dalam menghadapi orang orang kafir yang tidak senang
kepada dakwah islam. Inilah rahasia ayat alam nasyrah laka
shadrak. Sebab itu jadikanlah surat ini sebagai tadabbur alquran
dengan harapan Allah melapangkan dada kita dalam menghadapi
persoalan hidup.
Ibnu Taimiyah rahimahullahu jika suasana hatinya tidak enak,
kesedihan, galau, maka beliau membaca ayat-ayat yang berkaitan
dengan ketenangan, sehingga lambat laun hatinya akan menjadi
tentram.
Berdasarkan tafsir tarbawi
Dalam ayat pertama ini dapat diketahui urgensi melapangkan dada
sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar, baik bagi guru maupun

bagi siswa. Sebagaimana diterangkan dalam Latar Belakang Bab I,


bahwa implementasi Q.S. Al-Insyirah ini sangat penting dalam dunia
pendidikan, Karena kelapangan dada merupakan awal pemahaman
terhadap petunjuk sebagaimana Allah berfirman : Barangsiapa yang
Allah berkehendak untuk memberi petunjuk kepadanya, maka Dia
akan melapangkan dadanya untuk Islam. (al-Anam: 125)
Dan dari pemahaman tersebutlah akan membentuk sebuah kebaikan,
kebaikan dalam seluruh makna termasuk kebaikan akhlak,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah
akan memahamkannya dalam urusan agama. (HR. Bukhari nomor
71 dan Muslim nomor 1037).
Pada sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam tadi, rasulullah
menyebutkan lafadz yang berarti kebaikan dalam bentuk nakirah
(indefinitif) yang didahului oleh kalimat bersyarat sehingga
menunjukkan makna yang umum dan luas. Seakan-akan
nabi shallallahu alaihi wa sallam hendak mengatakan, jika Allah
menghendaki seluruh kebaikan diberikan kepada seorang, maka Allah
hanya akan memberikannya kepada para hamba-Nya yang Dia
pahamkan terhadap agama-Nya. Karena seluruh kebaikan hanya Allah
berikan bagi orang-orang yang mau mempelajari dan mengkaji agama
Allah taala.
Dari hadits di atas juga, kita dapat memahami bahwasanya mereka
yang enggan mempelajari agama Allah taa a, maka pada hakikatnya
mereka tidak memperoleh kebaikan.
Oleh karenanya, imam Ibnu Hajr Al Asqalani Asy Syafii tatkala
menjelaskan hadits di atas, beliau mengatakan,


:


Konteks hadits di atas menunjukkan bahwa seorang yang tidak
memahami agama, dalam artian tidak mempelajari berbagai prinsip
fundamental dalam agama Islam dan berbagai permasalahan cabang
yang terkait dengannya, maka sungguh ia diharamkan untuk
memeproleh kebaikan (Fathul Baari 1/165).
Berdasarkan keterangan di atas dapat dibentuk 3 bagan perbandingan :

syarh Shadr

Faqqih

Melapangkan
dada sebelum
melakukan
proses
pendidikan

Wadah dan Tanaman

Kepahaman
pada materi
ilmu
pengetahuan
akan datang
dengan
sendirinya

Tanaman dan
Perawatan

Dada yang lapang


itu adalah wadah
(tanah) mendapat
petunjuk yang
baik (tanaman
kebaikan)
dikatakan sebagai
best input

Tanaman
kebaikan yang
dirawat dengan
baik, dalam artian
seluruh madah
yang diberikan
terintegrasi
dengan
pendidikan Islam
dikatakan sebagai
best proses

Khair
Memperoleh
kebaikan
secara
menyeluruh
jika semua
materi ilmu
pengetahuan
dipondasikan
engan
pendidikan
Islam

Buah dan Rindang


Akan memperoleh
buah kebaikan
secara
menyeluruh baik
untuk dirinya dan
rindang daunnya
dalam artian
bermanfaat untuk
seluruh ummat,
dapat dikatakan
sebagai best
output

Dengan demikian Q.S. Al-Insyirah : 1 ini membawa paradigma


berpikir akademisi kepada konsep mutu pendidikan seperti bagan di
bawah ini :

Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh


dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam
konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan
output pendidikan.
Input Pendidikan
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu
yang dimaksud adalah berupa sumberdaya, perangkat-perangkat lunak
serta harapan-harapan sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya
proses (Dikmenum, 1999 hal. 108).
1.
Input sumber daya terbagi menjadi dua, antara lain:
a. Input sumber daya manusia, meliputi: kepala sekolah, guru
termasuk guru BP), karyawan, dan siswa.
b. Input sumberdaya non manusia, meliputi: peralatan,
perlengkapan, uang, bahan, dan lain-lain.
2.
Input perangkat lunak yaitu yang meliputi: struktur organisasi
sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana pendidikan, program pendidikan, dan lain-lain.
3.
Input harapan-harapan yang berupa: visi, misi, tujuan, dan
sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut
semakin tinggi tingkat kesiapan input, maka semakin tinggi pula
mutu input tersebut.
Proses Pendidikan
Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain
(Dikmenum, 1999 hal. 108). Sesuatu yang berpengaruh bagi
berlangsungnya proses disebut input, dan sesuatu dari hasil proses disebut
output. Proses dapat dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian
dan penyerasian serta pemaduan input sekolah dilakukan secara harmonis,
sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan.
Dalam pendidikan, proses yang dimaksud adalah proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan
catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan
tinggi dibanding proses-proses yang lain.
Output pendidikan
Output pendidikan adalah kinerja sekolah. Sedangkan kinerja sekolah itu
sendiri adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku

10

sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,


produktifitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya,
dan moral kerjanya (Dikmenum, 1999 hal. 213).
Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan
yang ditentukan atau yang tersirat. Efektifitas adalah ukuran yang
menyatakan sejauh mana sasaran (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang
telah dicapai. Produktifitas adalah hasil perbandingan antara output dan
input. Baik output dan input adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas
input berupa tenaga kerja, modal, bahan, dan energi. Sedangkan kuantitas
output berupa jumlah barang atau jasa yang tergantung pada jenis
pekerjannya. Output sekolah dapat dikatakan berkualitas dan bermutu
tinggi apabila prestasi pencapaian siswa menunjukan pencapaian yang
tinggi dalam bidang:
1.
Prestasi akademik, berupa nilai ujian semester, ujian nasional,
karya ilmiah, dan lomba akademik.
2.
Prestasi non akademik, berupa kualitas iman dan takwa, kejujuran,
kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan, dan kegiatankegiatan ekstrakulikuler lainnya.
Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling
berhubungan (proses) seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Dengan demikian, apabila dianalogikan maka input syarh shadr
dengan proses faqqih akan menghasilkan output khairan yaitu
kinerja sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kebaikan
kerjanya menurut Allah, kebaikan akhlak kerjanya menurut
manusia, kualitasnya, efektivitasnya, produktifitasnya, efesiensinya,
inovasinya, dan kualitas kehidupan kerjanya.
b) Tafsir ayat 2-3
Berdasarkan bentuk dan metode tafsir
Ayat selanjutnya yaitu:
}3{


} 2{

Dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang
memberatkan punggungmu. (QS. Al Insyirah: 2-3)
Yang dimaksud dengan beban disini yaitu perkara ijtihad Rasulullah
yang mendapatkan teguran dari Allah Taala, sehingga membuat
Beliau merasa berdosa. Sebagaimana teguran Allah Taala terkait
dengan kisah Abdullah bin Umi Maktum yang datang kepada
Rasulullah meminta ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah

11

bermuka masam dan berpaling daripadanya, karena beliau sedang


menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesarpembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat Abasa
sebagai teguran kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Dalam sebuah riwayat beliau shallallhu alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya seolaholah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan
menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya
seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya
dengan tangannya begini, maka lalat itu terbang. (HR. AtTirmidzi, no. 2497 dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albni rahimahullh-)
Karena Rasulullah merasa mempunyai beban dosa, kemudian Allah
Taala menurunkan ayat al insyirah ini, untuk menghilangkan beban
itu dari pundaknya. Oleh karena itu setiap orang apalagi pemimpin
yang mempunyai seribu satu macam persoalan dan tantangan,
haruslah memiliki jiwa yang besar, keteguhan hati, kemantapan rohani
dan dada yang lapang, jikalau tidak maka fisiknya tidak akan cukup
tangguh untuk memikul beban yang demikian berat dan tidak akan
kuat menangkis serangan yang datang bertubi-tubi.
Dalam tafsir Al-Azhar Q.S. Al-Insyirah disebutkan beberapa ahli
tafsir mengatakan: Beban berat ialah tekanan dosa yang menimpa
perasaan Nabi s.a.w. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menguatkan bahwa
arti wizraka di sini ialah dosa-dosa. Dan itu adalah dosa-dosa zaman
jahiliyah, meskipun di zaman jahiliyah itu beliau tidak pernah
menyembah berhala. Tetapi satu tafsir yang menarik hati kita dan
cocok dengan perasaan kita ialah yang diriwayatkan dari Abdul Aziz
bin Yahya dan Abu 'Ubaidah; "Dan Kami telah lepaskan daripadamu
beban beratmu," ialah tanggungjawab nubuwwat. Sebab menjadi Nabi
dan Rasul adalah satu beban berat. Itulah telah dibuat ringan oleh
Allah sehingga tidak berat memikulnya lagi."
Berdasarkan corak tafsir tarbawi
Dalam ayat ini mengandung motivasi tinggi kepada pendidik dan anak
didik, bahwa Allah SWT akan melepas beban berat pendidik dan anak
didik ketika melakukan proses Kegiatan Belajar Mengajar.
Sebagaimana Rasulullah SAW juga memiliki beban berat dalam
mengemban risalah nubuwwat yang sangat berat. Dalam hal ini dapat
diberikan berbagai bentuk pengertian dalam konteks pendidikan :

12

1.

Motivasi dalam keutamaan amal sebagai pendidik dan anak


didik (karena dilepaskan beban ujian dan dosa)
Ada beberapa dalil yang disajikan untuk menjelaskan konsep
motivasi dalam pelepasan beban ujian dan dosa :
a) Dalam kitab Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An
Nawawi menyebutkan hadits nabi shallalahualaihi wasallam,
,
:

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah
shallallahualaihi wasallam bersabda: Barang siapa menempuh
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga. (H.R Muslim)
b) Orang yang menuntut ilmu syari diibaratkan seperti seorang
yang berjihad di jalan Allah Taala. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam pernah bersabda,




.
Artinya: Barang siapa yang memasuki masjid kami ini (masjid
Nabawi) dengan tujuan untuk mempelajari kebaikan atau
mengajarkannya, dia ibarat seorang yang berjihad di jalan
Allah. Dan barang siapa yang memasukinya dengan tujuan
selain itu, dia ibarat orang yang sedang melihat sesuatu yang
bukan miliknya. [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ahmad
(II/350, 526-527), Ibnu Majah (no. 227), Ibnu Hibban (no. 87At-Taliqat), Ibnu Abi Syaibah (no. 3306), dan Al-Hakim (I/91),
dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu]
Abud Darda radhiyallahuanhu pernah berkata, Barang siapa
yang berpendapat bahwa perginya seseorang untuk menuntut
ilmu itu tidak termasuk jihad, sungguh, dia kurang
akalnya. [Lihat Al-Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 145)
dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga (hal. 45)]
Berjihad dengan hujjah (dalil) dan keterangan lebih didahulukan
dari pada jihad dengan pedang dan tombak. Sebagaimana
Allah Taala pernah memerintahkan Rasulullahshallallahu
alaihi wa sallam agar berjihad dengan Al-Quran untuk
melawan orang-orang kafir, seperti disebutkan dalam firmanNya,

13

Artinya: Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir,


dan berjihadlah kepada mereka dengan Al-Quran dengan jihad
yang besar. (Qs. Al-Furqan: 52)
c) Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka itu termasuk fi
sabilillah sampai ia kembali (HR. Tirmidzi, Al Albani berkata
"hasan li ghairihi")
Dari tiga dalil di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik
dan anak didik diberikan motivasi akan diberikan surga
dan diberikan amal jihad atau mati syahid. Apabila ujian
dan beban yang diberikan di dunia dapat dilalui dengan
baik maka merekapun masuk surga. Apabila ujian dan
beban yang diberikan di dunia tidak dapat dilalui dengan
baik maka merekapun masuk neraka. Artinya sebelum
mereka masuk surga atau mati syahid, tentunya mereka
telah melalui ujian dan beban dengan baik sebagaimanapun
beratnya, atau diampunkan dosa-dosanya bagaimanapun
keadaanya. Inilah bukti bahwa mereka telah diringankan
bebanya sehingga berhasil dengan selamat masuk surga
atau mati syahid.
2.
Motivasi dalam meningkatkan semangat meningkatkan kinerja
sebagai pendidik dan anak didik
Ada beberapa dalil yang disajikan untuk menjelaskan konsep
motivasi :
Pertama,
"Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris
para Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, karena merekalah
yang menggantikan tugas para Nabi dan Rasul alaihis salam,
yaitu menyebarkan petunjuk Allah Taala dan menyeru manusia
ke jalan yang diridhai-Nya, serta bersabar dalam menjalankan
semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia
kedudukannya di sisi Allah Taala setelah para Nabi dan Rasul
alaihis salam" Sebagaimana tercantum dalam HR Abu Dawud
dan keterangan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab
Miftaahu daaris saaadah.
Kedua,
"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk
di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan
(di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi

14

orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia" HR atTirmidzi


Ketiga,
"Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan
mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan
(kepada Allah Taala) pengampunan (dosa-dosanya) oleh
semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikanikan di lautan" HR Abu Dawud.
Berdasarkan dalil di atas diketahui bahwa amal menjadi
pendidik itu berat, karena menjadi pewaris risalah Rasul,
oleh karena itu besar keutamaannya, sedangkan keutamaan
yang besar tentu tidak akan diperoleh kecuali dengan usaha
yang besar, tekad yang besar dan visi serta misi yang besar
pula. Jadi, dalam Q.S. Al-insyirah : 2-3 ini mengajak kita
bekerja keras, karena dengan kerja keras menjadi pendidik
tersebut akan menghilangkan kesusahan-kesusahan dan
beban-beban berat.
3.

Motivasi dalam Perencanaan Program Pembelajaran


Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan,
semangat, tekanan atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi
tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Selanjutnya menurut Sutikno (2007:143) motivasi dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mencakup
dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan
tujuan sendiri. Dengan kata lain motivasi ini timbul dari dalam
diri orang itu sendiri. Kegiatan yang dilaksanakan karena adanya
dorongan yang langsung berkaitan dengan kegiatan tersebut.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan
oleh faktor faktor yang berasal dari luar situasi belajar.
Kegiatan yang dilakukan karena adanya dorongan yang tidak
langsung berhubungan dengan kegiatan tersebut. Menurut
Winkel dalam Yamin (2007:227) terdapat beberapa bentuk
motivasi belajar ekstrinsik yaitu sebagai berikut:

Belajar demi memenuhi kewajiban.

Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan.

Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan.

15

Belajar demi meningkatkan gengsi.


Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting
seperti orang tua dan guru.
Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau
demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat atau
golongan administratif.

Adapun motivasi yang diterima oleh Islam intrinsik atau


ekstrinsik adalah :
1. mengikhlaskan niat untuk menggapai ridho Allah SWT,
niat adalah pondasi dari tujuan tolabul ilmi, karena niat
itulah yang akan menentukan hasil dari yang dia tuju,
sebagaimana dalam hadits tentang niat yang sangat
masyhur diantara kaum muslimin, maka selayaknya para
pencari ilmu untuk mengikhlaskan niat dalam rangka
mencari mardhotillah, rosulullah SAW bersabda yang
maknanya "barangsiapa yang mencari ilmu dengan
tujuan mencari dunia maka dia tidak akan mencium bau
syurga pada hari kiamat" ( HR, ahmad 8438 ). Tapi
bagaimana jika diantara para tolibul ilmi syar'i ada yang
mengatakan " saya mencari ijazah bukan untuk tujuan
dunia, tapi memang karena da'wah di manusia dengan
hikmah adalah kwajiban para tolabul ilmi, maka syaikh
ibnu utsaimin rohimahullah berkata : jika niat seseorang
mencari ijazah karena ada maslahat untuk orang lain
semisal untuk da'wah, mengajar agama, maka niatnya
benar terlepas dari niat yang buruk, karena ia meniatkan
untuk haq ( lihat al washoya aljaliyah, hal 16 darul
kautsar ).
2. Mengangkat dirinya dan orang lain dari kebodohan,
sebagaimana kami sebutkan diatas bahwa secara realita
sejatinya manusia itu lahir dalam keadaan tanpa bodoh
tanpa mengetahui karena itulah Allah SWT membekali
mata, telinga, dan hati sebagai sarana untuk mengankat
diri dari kebodohan sebagaimana firman Allah " dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur " ( an-nahl : 78 ).

16

Imam ahmad rohimahullah berkata : tidak ada satupun


yang bisa menandingi ilmu jika ia benar niatnya, mereka
berkata : bagaimana hal itu bisa terjadi ? beliau berkata :
seseorang mencari ilmu dengan tujuan mengangkat
kebodohan dirinya dan orang lain, karena hakekatnya
manusia itu jahil sebagaimana juga kalian, jika kalian
belajar agama dengan tujuan mengangkat kebodohan
ummat ini maka kalian adalah mujahid fisabilillah yang
menyebarkan agama Allah.
3. Bersikap lapang dada dalam masalah khilafiyyah, ini
termasuk poin penting yang harus di perhatikan oleh para
tholibul ilmi, adalah berlapang dada dalam masalah
khilaf yang bersumber dari ijtihad. Adapun khilafiyyah
di antara para ulama diantaranya adalah ia tidak
mempunyai kapasitas ilmu untuk berijtihad sehingga
ijtihadnya asal asalan maka dalam hal ini perkaranya
jelas seseorang tidak ada udzur untuk menyelisihinya
dengan bersikap santun dan hikmah tanpa menghujat.
Tetapi jika yang di selisihi adalah rosulullah para sahabat
dan para salafus sholeh ahlus sunnah wal jamaah maka
perselisihan ini tidak boleh di sikapi lapang dada ,
adapun masalah khilafiyyah yang harus di sikapi dengan
lapang dada adalah masalah khilafiyyah dalam ranah
madzhab fiqih, karena ia bersumber dari hasil ijtihad
para ulama yang mempunyai bidang di dalamnya, maka
tidak boleh antar madzhab saling menhujat atau saling
membidahkan sehingga timbullah fanatik madzhabi
yang tercela sementara taassub madzhabi merupaka
indikasi orang bodoh, jika kita menilik dalam kitab tarikh
tasyri maka akan kita dapatkan bahwa factor utama
jumud dan kebodohan ummat adalah karena, tidak
pernah di dapatkan bahwa para imam madzhab saling
mencela dan saling mentabdi karena persoalan yang
mereka selisihi, yang ada adalah mereka saling
bertasammuh atau toleransi karena masing masing
mempunyai dalil sebagai sandaran pendapatnya. Maka
tidak selayaknya perselisihan ini di jadikan ajang
permusuhan dan kebencian, saling mencela antara satu
dengan lainya.

17

Tholibul ilmi harus bisa menjaga persatuan,


mengokohkan kekuatan, merapatkan barisan, karena jika
yang terjadi selain itu maka yang ada hanyalah
kerusakan ummat, universitas al azhar adalah contoh
dalam penyatuan madzhab ahlus sunnah, dan azhariyyun
harus bisa mencontoh, Allah SWT berfirman : dan
janganlah kamu berbantah bantahan maka kalian menjadi
gentar dan hilanglah kekuatan kalian ( QS Al anfal :
46 )
4. Beramal sesuai dengan ilmu, imam ali berkata : orang
yang berilmu adalah orang yang mengamalkan ilmunya
dan amalnya sesuai ilmunya .
5. Berpegang teguh dengan alquran dan as sunnah,
keduanya adalah sumber utama syariah islamiyyah yang
di jamin keautentikanya, tidak boleh memisahkan antara
keduanya atau memilih salah satu diantara keduanya,
tidak boleh menyelisihi al quran dan asunnah, tetapi
wajib bagi tolibul ilmi khusunya adalah berpegang erat
kepada keduanya, mengedepankan keduanya walaupun
bertentangan dengan realita, rosulullah SAW bersabda
:aku tinggalkan untuk kalian dua perkara selama kalian
berpegang teguh kepada keduanya maka tidak akan
tersesat selamanya yaitu kitabullah dan sunnnahku ,
imam abu hanifah berkata : jika telah datang sabda
rosulullah maka tidak boleh seorangpun untuk
membiarkanya dengan perkataan lainya, imam malik
berkata : apa yang datang dari manusia maka bisa di
ambil atau di tolak perkataanya kecuali pemilik kuburan
ini ( rosulullah ), imam syafiI berkata : jika ada hadits
shohih maka itulah madzhabku, imam ahmad berkata :
barrangsiapa yang menolak hadits shohih maka dia
berada dalam jurang kebinasaan.
Beberapa perkataan ulama ahlus sunnah yang bisa kita
ambil hikmah bahwa pendapat yang benar adalah
alquran dan assunnah serta larangan taqlid kepada imam
tertentu jika mereka berada di dalam ijtihad yang salah,
maka selayaknya para tholibul ilmi adalah menjadikan
dasar hokum yaitu alquran dan asunnah serta
mengambil kebenaran meninggalkan kesalahan

18

6. Menjaga pemahaman yang lurus sesuai dengan maksud


atau kehendak Allah SWT dan rosulullah SAW, hal ini
termasuk permasalahan penting yang harus di fahami
para tolibul ilmi syar'i, yaitu memahami apa yang Allah
dan rosulullah maksudkan di dalam ilmu, karena banyak
sekali orang yang belajar ilmu tetapi tidak faham dari apa
yang di pelajari, tidak cukup seseorang hanya menghafal
alqur'an atau hadits hadits tanpa dia memahami isi
kandunganya.
Orang yang salah memahami ilmu terkadang lebih
berbahaya dari pada salahnya orang jahil, karena orang
jahil itu salah karena dia memang tau kejahilanya dan
berusaha untuk belajar, sementara orang yang salah
memahami ilmu tanpa ada islah maka dampaknya bukan
hanya untuk diri sendiri tetapi kepada ummat pada
umumnya sehingga semuanya berada dalam kesalahan,
imam syafi'i rohimahullah berkata : saya beriman kepada
Allah atas apa yang di maksud oleh Allah, dan saya
beriman kepada rossulullah atas apa yang di maksud oleh
rosulullah.
7. Berbicara ( fatwa ) dengan ilmu, berbicara masalah
agama tanpa ilmu adalah bahaya besar dan sangat tercela
apalagi jika dia berbicara dalam masalah halal dan haram
tanpa di dasari ilmu, maka bisa jadi akan menghalalkan
yang sebenarnya haram, mengharamkan yang sebenarnya
halal, membid'ahkan yang sebenarnya sunnah atau
sebaliknya, Allah SWT berfirman: "dan janganlah kamu
mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta Ini halal dan ini haram, untuk
mengada-adakan
kebohongan
terhadap
Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung" ( QS, an
nahl : 116 ), Allah juga berfirman : " dan janganlah
mengatakan tentang Allah apa yang kalian tidak
mengetahui ( QS, al a'rof :33 ), maka ilmu adalah pokok
penting dalam sebelum berbicara atau sebelum berbuat
sesuatu, imam bukhori membuat satu kaidah yaitu : al
'ilmu qoblal qoul wal 'amal ( ilmu sebelum perkataan dan
perbuatan ).

19

c) Tafsir ayat 4
]4 : [

"Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu".(QS Alam Nasyrah: 4).
Berdasarkan bentuk dan metode tafsir
Meskipun demikian beratnya beban nubuwwat yang laksana
membuat tulang punggung jadi bungkuk, namun sebutanmu Kami
naikkan. Namamu Kami junjung tinggi. Mujahid menafsirkan;
"Tidaklah disebut orang namaKu, namun namamu turut disebutkan
bersama namaKu."
Dan ternyata perjuangan Rasulullah digambarkan oleh ayat ini bahwa
akan tercapai kemenangan yang gilang gemilang, cita-cita yang
ditanamkan oleh beliau tumbuh subur menyebar ke pelosok dunia.
Sehingga nama beliau disebut-sebut oleh jutaan manusia sebagai tanda
kecintaan umat islam kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
yaitu dengan bershalawat kepada beliau.
Menurut riwayat yang dirawikan oleh Abu Dhahhak dari Ibnu
Abbas, ber kata beliau: "Bila disebut orang namaKu, namamu pun
turut disebut dalam azan (bang), dalam iqamat, dalam syahadat. Di
hari Jum'at di atas mimbar, di Hari Raya 'Idul Fithri, di Hari Raya 'Idul
Adhha, di Hari Tasyriq di Mina, di hari wuquf di 'Arafah, di hari
melontar jumrah ketiganya, di antara bukit Shafa dan Marwah,
bahkan sampai kepada khutbah nikah, namun namamu disejejerkan
menyebutkannya dengan namaKu, sampai ke Timur, sampai ke
Barat. Malahan jika adalah seseorang menyembah beribadat
kepada Allah yang Maha Kuasa, seraya mengakui akan adanya
syurga dan neraka, dan segala yang patut diakui, padahal tidak dia
akui bahwa engkau Rasulullah, tidaklah ada manfaatnya segala
pengakuannya itu, malahan dia masih kafir." Demikian satu tafsir Ibnu
Abbas.
Dan lebih tepat lagi tafsir Imam asy-Syafi'i. Beliau berkata:
Artinya ialah: "Tidak disebut namaKu, melainkan mesti diiringi
dengan namamu. Kalau orang mengucapkan Asyhadu Alla Ilaha
Illallah, barulah sah setelah diiringkan dengan Wa Asyhadu Anna
Muhammadar Rasulullah."
Kata Imam Syafi'i lagi: "Ucapan syahadat yang seiring dua itu adalah
alamat Iman, dan ucapan seiring pada azan adalah panggilan ibadat.

20

Diseiringkan pula ketika membaca al-Quran dan segala amal shalih dan
taat, dan ketika berhenti dari maksiat." Kata beliau seterusnya:
"Apa saja pun nikmat yang menyentuh kita, baik lahir ataupun batin.
Atau nasib baik yang kita capai, baik dunia atau akhirat, atau kita
terhindar bencana dosa yang kita benci, di dunia dan akhirat, atau di
salah satu keduanya, pastilah Muhammad yang menjadi sebabnya.
Dari itu dapatlah diketahui bahwa meskipun pada lahirnya
sebutan itu terbatas, namun dia pun mengandung juga dzikrqalbi, (ingatan dalam hati) sehingga meliputi segala lapangan
ibadat dan ketaatan. Seorang yang berakal lagi beriman, apabila
dia mengingat Allah, akan senantiasa teringat pula dia kepada
orang yang memperkenalkan Allah itu kepadanya dan siapa yang
menunjukkan jalan bagaimana cara mentaati perintah Allah itu.
Itulah Rasul Allah Shalallahu 'alaihi wasallama. Sebagai
dikatakan orang:
"Engkau adalah laksana pintu untuk menuju Allah; siapa saja yang
hendak datang kepadaNya tidaklah dapat masuk kalau tidak
melaluigerbangmu." Demikian tafsir darial-Imamasy-Syafi'i r.a.
Dan boleh juga engkau katakan. "Yang dimaksud dengan
meninggikan sebutannya itu ialah selalu memuliakannya dan
menyebut namanya pada sekalian syi'ar-syi'ar agama yang lahir.
Yang pertama sekali ialah kalimat syahadat, sebagai pokok pertama
dari agama. Kemudian itu pada azan dan iqamat dan sembahyang dan
khutbah, dan sebagainya." Itulah tafsir dariasy-Syihab
Berdasarkan corak tafsir tarbawi
Apabila pendidik dan anak didik telah memiliki pengamalan konsep
Q.S. Al-insyirah : 1-3 maka mereka akan menikmati keutamaan
seperti yang dimaksud Q.S. Al-Insyirah : 4, yaitu tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu. Dalam artian kedudukan sebagai guru memiliki
derajat tinggi sehingga disebut-sebut sebagai reperensi dalam
mencari kebenaran, diskusi atau dasar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, juga ketika berselisih paham maka mereka akan
merujuk kepada guru yang paling diterima perkataannya. Ini
merupakan bentuk pengangkatan derajat orang berilmu dalam
dunia pendidikan.
Allah Taala akan mengangkat derajatnya, sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya,

21

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman


diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. (Qs. Al-Mujadilah: 11)
Dalam ayat di atas, Allah Taala mengabarkan bahwa Dia akan
mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman karena mereka
berhak mendapatkannya. Huruf al ( ) dalam kata al-ilm ( ) pada ayat
di atas menunjukkan ahdiyyah atau pengkhususan terhadap satu jenis
ilmu, bukan menunjukkan jinsiyyah atau keumuman atas semua jenis
ilmu, karena yang mendapatkan hak untuk dinaikkan derajatnya oleh
Allah hanyalah orang yang memiliki ilmu syariat yang dibawa oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan bukan mencakup pada
semua jenis ilmu. [Lihat Bahjatun Nazhirin (II/462-463) danSyarah
Riyadhush Shalihin Terjemah (IV/285)]
Disebutkan pula bahwa pernah ada seseorang yang lehernya cacat,
sehingga dia selalu menjadi bahan ejekan orang-orang disekitarnya.
Kemudian ibunya berkata kepadanya,Hendaklah engkau menuntut ilmu,
niscaya Allah akan mengangkat derajatmu.
Lalu orang tersebut menuntut ilmu syari sampai dia menjadi seorang
yang alim (pandai), sehingga dia diangkat menjadi Hakim di Mekah
selama 20 tahun. Dan jika ada seseorang yang memiliki perkara duduk
dihadapannya, gemetarlah seluruh tubuhnya sampai dia berdiri. [Lihat AlIlmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 26) dan Menuntut Ilmu Jalan Menuju
Surga (hal. 33)]
d) Tafsir ayat 5-6
Berdasarkan bentuk dan metode tafsir
]5 : [
"karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". (QS Alam
Nasyrah: 5).
Ini merupakan berita gembira dari Allah Shubhanahu wa taalla kepada
utusan -Nya serta umatnya. Sebagaimana kondisi Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam ketika berada di makah dengan keadaan yang begitu
sulit lagi sempit. Ketika beliau mencoba dakwahnya di Thaif juga
penerimaannya demikian, manakala sampai di madinah kesulitan itu
masih saja ada yakni tatkala berhadapan dengan orang-orang munafik.
Maka Allah Shubhanahu wa taalla pun benar-benar memenuhi janji
yang telah -Dia janjikan padanya dahulu dengan kemudahan pada urusan

22

dakwahnya, sehingga tidaklah beliau meninggal meliankan telah Allah


Shubhanahu wa taalla taklukan baginya negeri Hijaz dan Yaman, lalu
Allah Shubhanahu wa taalla lapangkan rizkinya, sampai sekiranya ada
dikalangan mukmin yang menerima dua ratus onta serta mendapat hibah
yang luar biasa banyaknya sehingga dia simpan bagi keluarganya dan
mampu mencukupi kebutuhannya selama satu tahun penuh.
Dan kemudahan ini yang dicapai oleh Nabi Muhammad Shalallahu
alaihi wa sallam demikian pula akan dirasakan oleh umat beliau. Begitu
pula maksud firman Allah ta'ala pada ayat berikutnya:
]6 : [
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". (QS Alam
Nasyrah: 6).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
:


] [


"Ketahuilah, sesungguhnya pada kesabaran terhadap apa yang engkau
benci mempunyai kebaikan yang sangat banyak. Dan sesungguhnya
pertolongan itu bersama dengan kesabaran, kelapangan bersama
kesusahan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan". HR Ahmad 5/19
no: 2803.
Ibnu Abbas menjelaskan, "Allah ta'ala berfirman, "Aku ciptakan satu
kesulitan, kemudian gantinya Aku ciptakan dua kemudahan, dan tidak
mungkin kesulitan itu mengalahkan kemudahan" (Tafsir al-Qurthubi
22/358). Yang ingin beliau jelaskan, walaupun bila dicermati bahwa ayat
tersebut menyebutkan kesulitan sebanyak dua kali begitu juga kemudahan
sebanyak dua kali. Maka sebagaimana dijelaskan oleh ahli balaghoh
bahwa kesulitan didua ayat tidaklah disebut kecuali sekali saja, Allah
Shubhanahu wa taalla berfirman:
]6-5 : [
"karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". (QS Alam
Nasyrah: 5-6).
Kesulitan pertama dalam ayat di ulangi kembali pada ayat kedua dengan
mengunakan alif lam, dan dua huruf ini memiliki pesan tersembunyi

23

bahwa antara yang pertama dan kedua itu sama hakekatnya, adapun
kemudahan yang disebut dalam dua ayat diatas tidak ditampilkan dengan
alif dan lam namun datang dengan isim nakirah (umum), maka kaidahnya
apabila ada sebuah kata benda yang diulang dua kali secara ma'rifah
(jelas) maka yang kedua kalinya sama kedudukannya seperti pertama,
melainkan sangat sedikit kasus yang keluar dari kaidah umum ini. Dan
apabila ada kata benda yang diulang dua kali dengan ungkapan nakirah
(umum) maka yang kedua bukan yang dimaksud pada jumlah pertama,
dikarenakan yang kedua juga dengan lafad nakirah.
Maka kesimpulannya, didalam dua ayat diatas menjelaskan pada kita
adanya dua kemudahan pada satu kesulitan. Dan dalam hal ini, ada
seorang ulama yang mengatakan dalam untaian bait syairnya:
Tatkala hati penuh dengan kegundahan
Begitu sempit terasa dada nan luas ini
Kebencian seakan merasuk dan tinggal dengan tenangnya
Membuat dada sibuk menghapus perkaranya
Datang padamu keterputus asaan, lalu dirimu
Memohon pada Dzat Pemurah yang mengabulkan do'a
Karena tiap kejadian apabila sulit terselesaikan
Maka pertolongan akan segera menghampirinya
Ada lagi yang mengatakan:
Sekiranya ada kesedihan yang menimpa seorang
Di sisi Allah lah jalan keluar semuanya
Dikala semua hamba mengira tidak ada jalan lagi
Maka Dia angkat kesulitan yang telah disangka tertutup
Berdasarkan corak tafsir tarbawi
Dalam mendidik dan menuntut ilmu pasti menemukan, tantangan,
hambatan dan kendala, sayangnya, seiring dengan perjalanan waktu,
banyak orang tidak sabar dalam menuntut ilmu dan berhenti karena
merasa kesulitan untuk mengikutinya. Padahal jika mereka mau bersabar
sejenak dan meluangkan sedikit kesusahan dalam belajar, mungkin
mereka sekarang telah mencapai derajat yang mereka idamkan
sebelumnya.
Sejatinya, ilmu memang tidak dapat diperoleh dengan badan yang
bersantai-santai dan dalam waktu yang singkat. Kita memohon kepada
Allah agar dikaruniai kesabaran dalam menuntut ilmu serta menjadikan
ilmu tersebut bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain di sekitar
kita. Imam Syfaii ra mengatakan :

24





Siapa yang tidak merasakan pahitnya menuntut ilmu barang sekejap
mata, niscaya dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang
hidupnya.
Dan barangsiapa yang ketinggalan belajar di masa mudanya, Maka
ucapkanlah takbir empat kali karena kematiannya.
Kaitannya dengan Q.S. Al-Insyirah : 5-6 dalam kontek tarbawi adalah :
1.
Nilai Tarbawi Optimis
Seperti yang dikatakan dalam syair Imam Syafii tersebut, bahwa
apabila seseorang tidak mendapatkan pahitnya, susahnya, dan
sulitnya menuntut ilmu sesaat maka akan mendapatkan hinanya
kebodohan seumur hidup, ini berarti juga bila seseorang telah
mendapatkan kesulitan sesaat dalam menuntut ilmu maka ia akan
mendapatkan kemuliaan selama hidupnya.
Ilmu yang dipelajari sesaat dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketekunan, sehingga dapat dipahami artinya, dapat diamalkan dalam
keshariannya maka ia akan mendapatkan kemuliaan dari ilmu
tersebut selamanya, bahkan kemuliaan itu masih diperoleh sampai
hidup setelah mati.
Contohnya, seseorang yang tinggal di Pondok Pesantren
mempelajari tentang ilmu tentang kebersihan, lalu ia sungguhsungguh menghayati dan mengamalkannya secara istiqomah, setiap
ada sampah tercecer ia ambil, lalu dimasukkan ke tong sampah,
begitulah kegiatanya setiap hari, selalu memperhatikan sampah.
Maka suatu saat nanti keistiqomahannya tersebut akan menjadi
kemuliaan, setiap melakukan kegiatan kebersihan pasti namanya
disebut oleh pimpinan pondok, ikutlah contoh santri A yang selalu
menjaga kebersihan demikian pula berikutnya nama si A menjadi
pelopor kebersihan selama pondok masih ada, walaupun si A
tersebut telah meninggal namanya tetap disebut dan menjadi amal
jahriyah. Dengan demikian kesulitan sesaat mendapatkan kemuliaan
selamanya, atau satu kesulitan dibaliknya terdapat banyak
kemudahan.
25

Selain itu dari ayat 5 6 merupakan penjelasan salah satu


sunnatullah yakni ketetapanya yang bersifat umum dan konsisten ;
Setiap kesulitan pasti disusul dengan kemudahan selama yang
bersangkutan bertekad untuk menanggulanginya. Ayat tersebut di
atas seakan-akan menyatakan kelapangan dada Nabi Muhammad,
keringanan dari beban yang dirasakan, keharuman nama yang
disandang yaitu disebabkan sebelumnya mengalami puncak
kesulitan, namun bila tetap tabah dan optimis. Ayat 5 6 ini tidak
memberikan kesempatan kepada seseorang atau pendidik untuk
berputus asa (Quraish Shihab, 1997 hal 456).
Dengan kata-kata kesulitan bersamanya suatu kemudahan itu
memberikan peluang kepada seseorang untuk memiliki jiwa yang
kuat, menggunakan pikiranya, bagaimana untuk memecahkan
sebuah persoalan. Kemudian pada kalimat yang terulang yaitu pada
ayat 6 itu dimaksudkan untuk menghilangkan keraguan(M. Abduh,
1999 hal. 235).
Maka dengan meyakini dan memahami ayat-ayat Allah ini akan
menumbuhkan sikap optimis, tidak putusasa dan menjadi yakin
setiap akan melangkah, mengarungi kehidupan yang penuh dengan
liku-liku. Percaya diri, bisa menghargai potensi yang ada pada diri
dan menggalinya dengan baik dan akhirnya menambahkan rasa
syukur pada Allah atas segala anugerah dan petunjuk yang
diberikanya pada umat manusia.
2.

Nilai Tarbawi Kesabaran


Q.S. Al-Insyirah : 5-6 secara tidak langsung mengajarkan kepada
kesabaran, sebab mengubah kesulitan menjadi kemudahan hanya
bisa dilakukan oleh orang yang sabar dalam bekerja keras untuk
menghadapi kesulitan. Dalam kependidikan guru harus memiliki
jiwa sabar dalam proses pendidikan, mengubah mental anak menjadi
lebih baik. Dengan kesabaran itu akan mendatangkan pertolongan
Allah SWT. Pertolongan Allah akan mendatangkan kemudahan yang
banyak tidak sebanding dengan kesulitanya yang diterima.
Pertolongan Allah SWT yang diperoleh bagi guru yang sabar adalah
berupa keimanan anak didik meningkat, akhlak karimah anak didik
yang menyenangkan orangtuanya, prestasi anak didik yang
membanggakan sekolahnya.
Pepatah Arab menyatakan, Orang yang bersabar akan memperoleh
kemenangan. Allah berfirman, Hai orang-orang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, (karena) Allah

26

itu senantiasa bersama orang-orang yang sabar. (QS al-Baqarah [2]:


158).
Dari segi bahasa, shabr artinya menahan dan mengendalikan diri
agar tidak dijajah hawa nafsu dan emosi. Dalam kitab Tahdzib
Madarik al-Salikan, Ibnu al-Qayyim mendefinisikan sabar sebagai
menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara murka,
mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol
anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki.
Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi
kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (istiqamah) dalam
memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimistis
dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.
Sabar bisa diklasifikasikan menjadi lima, yaitu sabar dalam ketaatan,
sabar dalam menjauhi kemaksiatan, sabar dalam menerima dan
menghadapi musibah, sabar dalam menuntut dan mengem bangkan
ilmu, serta sabar dalam bekerja dan berkarya.
Kelima bentuk kesabaran ini berkaitan erat dengan ketahanan mental
spiritual, sehingga kesabaran itu selalu menuntut ketahanan jiwa dan
kekayaan mental spiritual yang tangguh.
Dalam menuntut ilmu dan berkarya, misalnya, kesabaran sangat
diperlukan karena kehidupan ini selalu berproses, memerlukan
waktu, dan tidak instan. Ketika melamar menjadi murid Khidir,
Nabi Musa AS diminta memenuhi satu syarat saja, yaitu sabar.
Menurut Ali bin Abi Thalib, sabar itu sebagian dari iman. Nilai sabar
itu identik kepala pada tubuh manusia. Jika kesabaran telah tiada,
berarti iman dalam diri manusia itu telah sirna.
Pendidikan kesabaran juga merupakan salah satu cara untuk
memperoleh petunjuk Allah SWT, karena orang yang sabar hanya
mau mendengar suara hati nurani, bukan mengikuti hawa nafsu dan
emosi. (QS as-Sajdah [32]: 24). Mendidik dengan sabar berarti Allah
memberikan petunjuk kepada anak didik melalui.
3.

Nilai Tarbawi Keistiqomahan


Pendidikan yang dilakukan secara terus menerus dan istiqomah akan
membuahkan hasil maksimal, sesulit apapun kesukaran jika terus
menerus diselesaikan pasti akan tuntas. Bahkan amal itu akan
menjadi amal yang sangat dicintai Allah SWT.
Dengan kata lain, mendidik dengan istiqomah akan menghasilkan
kualitas amal bertambah, dan kuantitas siswa juga bertambah, tentu

27

dengan demikian Lembaga Pendidikan akan semakin memperoleh


kemudahan dalam pembiayaan, SDM dan lain-lain
Nabi shollallahu alaih wa sallam memberi tauladan dan bersabda :

Lakukanlah amal sesuai kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah


tidak akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan
sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah yang terusmenerus / istiqomah dikerjakan walaupun sedikit. (HR Abu Dawud
1161)
e) Tafsir ayat 7-8
Berdasarkan bentuk dan metode tafsir
Selanjutnya Allah Shubhanahu wa taalla mengatakan dalam ayat
berikutnya:
]7 : [

"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain". (QS Alam Nasyrah: 7).
Maksudnya jika engkau telah selesai dari urusan dunia serta
kesibukannya, telah terputus hubunganmu bersamanya, segeralah
menunaikan ibadah, kerjakanlah dengan penuh semangat, pikiran kosong
dari dunia dan ikhlaskan niat dan tujuan hanya untuk Rabbmu. Ibnu
Abbas dan Qotadah mengatakan, "Apabila engkau telah selesai dari
sholatmu maka bersungguh-sungguhlah kamu didalam berdo'a dan
mintalah pada -Nya untuk dimudahkan urusanmu".
Adapun Ibnu Mas'ud maka beliau menjelaskan, "Apabila engkau telah
selesai dari perkara wajib, maka kerjakanlah sholat malam".
Ayat selanjutnya :

] 8 : [

"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". (QS Alam
Nasyrah: 8).
Ats-Tsauri mengatakan, "Jadikan niatmu serta tujuanmu hanya tertuju
kepada Allah azza wa jalla".

28

Maksudnya, jika engkau telah selesai mengurus berbagai kepentingan


dunia dan semua kesibukannya serta telah memutus semua jarigannya,
maka bersungguh-sungguhlah untuk menjalankan ibadah serta
melangkahlah kepadanya dengan penuh semangat, dengan hati yang
kosong lagi tulus, serta niat karena Allah. Dari pengertian ini terdapat
sabda Rasulullah saw. Di dalam hadits yang diserpakati keshahihannya:
Tidak sempurna shalat seseorang ketika makanan telah dihidangkan dan
tidak sempurna pula shalat dalam keadaan menahan buang air kecil dan
besar.
Dan dari Ibnu Masud: Jika engkau telah selesai menunaikan berbagai
kewajiban, maka bersungguh-sungguhlah untuk melakukan Qiyamul lain.
Dan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Masud: fangshab. Wa ilaa rabbika
farghab (dan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada
Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap.) setelah selesai dari shalat yang
engkau kerjakan sedang engkau masih dalam keadaan duduk. Ali bin Abi
Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Jika engkau telah
selesai, maka bersungguh-sunguhlah, yakni berdoa.
Berdasarkan corak tafsir tarbawi
Q.S. Al-Insyirah :5-6 di atas mengangkat konsep pendidik yang memiliki
nilai optimis, sabar dan istiqomah dalam menyelesaikan permasalahan
pendidikan. Apabila permasalahn tersebut telah selesai maka pendidik
akan memperoleh banyak kemudahan-kemudahan, kenikmatan, anugrah
yang merupkan buah dari kerja kerasnya. Allah SWT kembali
mengingatkan pendidik pada Q.S. Al-Insyirah : 7, agar jangan cepat puas
dengan segala nikmat yang ada, segara cari nikmat Allah SWT yang lebih
banyak lagi dengan peningkatan amal. Jangan terlena dengan keberhasilan
yang baru diperoleh, segera kembali membangun persiapan baru untuk
mendapatkan kesuksesan yang lebih besar. Metode pembelajaran yang
mungkin telah berhasil diaplikasikan, segera dikembangkan kembali
seraya mengharap perbaikan dari Allah SWT. Mungkin seseorang
mengatakan ini merupakan puncak usaha tetapi bagi pendidik harapan
kepada Allah SWT agar dunia pendidikan ini maju tak ada batasnya.
Demikian itu merupakan perwujudan Q.S. Al-Insyirah : 8
Melangkah kembali dengan kerja keras sambil berharap kepada Allah
SWT akan melahirkan ketenangan. Mereka tenang karena mereka percaya
walau dilanda kesusahan dan percaya bahwa kemudahan akan datang atas
kehendak-Nya. Begitu juga yang terdapat pada ayat 7 dengan anjuran
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan hal dan diiringi hati yang tenang
dan berharap hanya pada Allah, akhirnya dengan ketenangan terhindar

29

dari prasangka negatif, serta menjadikan keteguhan hati tidak akan mudah
terpengaruh dengan kedaan negatif dan perangsaka ketidakberhasilan
dalam mendidik.
B. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Perhatikan diagram berikut.

Ternyata di dalam kurikulum 2013 hanya ada 4 elemen perubahan yang


mendasar yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar
Isi, dan Standar Penilaian.
Untuk elemen SKL, semua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai dengan
SMA/SMK menuntut adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan
hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap (afektif, attitude),
ketrampilan (psikomotor), dan pengetahuan (kognitif).
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang
antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti dirancang dalam
empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan
(kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi
inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan
sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
30

teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan


(kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti
kelompok 4)
Untuk elemen Standar Isi, kedudukan mata pelajaran kompetensi yang
semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi. Ini sangat menarik bagi seluruh civitas
akademisi, sebab seluruh matapelajaran harus dikembangkan berdasarkan 4
rancangan kompetensi inti yang terdapat dalam standar SKL yaitu : Sikap
Keagamaan, Sikap Sosial, Pengetahuan dan Keterampilan. Silabus dan
Rencana Program Pembelajaran pun ikut mengacu pada standar SKL
tersebut. Ini merupakan peluang besar bagi Pendidikan Agama Islam masuk
keseluruh matapelajaran yang ada di Standar Isi.
Untuk elemen Standar Proses, bahwa semua siswa (mulai SD s.d.
SMA/SMK) harus memiliki kemampuan untuk mengamati, menanya,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, bahkan sampai mencipta. Belajar
tidak hanya terjadi di dalam kelas, tapi juga boleh di luar kelas seperti
perpustakaan, bengkel sekolah, industri/instansi terkait, dan bahkan
masyarakat sekitar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, tapi juga dapat
diperoleh dari buku, koran, TV, radio, internet. Dan sikap (attitude) tidak
diajarkan secara verbal, tetapi siswa akan lebih banyak melihat dari apa yang
dicontohkan oleh guru dengan memberikan suri tauladan yang baik. Standar
proses lebih menguatkan pada pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik ini
akan melahirkan pendidikan dengan motto, apa yang kau lihat, apa yang kau
dengar, apa yang kau rasakan adalah pendidikan

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of
inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).

31

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara


akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model
pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam
sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan
pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta
didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang
membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini
peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan
berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains
sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan
penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan
untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai
baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan
nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan
struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar
bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran
berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta
didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas
pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi,
sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan demikian peserta didik lebih
diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam
memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi
membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan
keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan
secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah
kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang
berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam
mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).
Sesuai dengan karakteristik fisika sebagai bagian dari natural science,
pembelajaran fisika harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir
ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
melalui proses mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data,
mengasosiasi/menalar, dan mengomuni-kasikan.

32

(1) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat


dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan seharihari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari
informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.
(2) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun
pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum
dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill)
secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui
kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik
diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan
ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan
bahasa daerah.
(3) Kegiatan mencoba/mengumpulkan data/informasi bermanfaat untuk
meningkatkan keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman
konsep dan prinsip/prosedur dengan mengumpulkan data,
mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan prosedural. Kegiatan
ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan kegiatan,
serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data/informasi.
Pemanfaatan sumber belajar termasuk teknologi informasi dan
komunikasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.
(4) Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan
berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi,
diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan
dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam
kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain
menganalisis
data,
mengelompokan,
membuat
kategori,
menyimpulkan,
dan
memprediksi/mengestimasi
dengan
memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan
mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis
tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir
metakognitif.
Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau
grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan
pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui
presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya.

33

Untuk elemen Standar Penilaian, jika biasanya nilai diambil dari sebuah
tes/ujian maka diubah menjadi penilaian yang otentik (mengukur semua
kompetensi mulai dari sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan
proses dan hasil kerja. Setiap siswa memiliki semua rekaman kegiatan berupa
portofolio yang dibuat oleh siswa sendiri sebagai instrumen utama penilaian.
Ekstrakurikuler Pramuka akan menjadi wajib pada semua jenjang pendidikan
dasar sampai menengah.

Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang


perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan

34

atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar


dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172).
Sedangkan Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik authentic assesment
adalah sebagai berikut:
a. melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)
b. dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
c. mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi
d. yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
e. berkesinambungan
f. terintegrasi
g. dapat digunakan sebagai umpan balik
h. kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas
(Nurhadi, 2004: 173).
C. Implementasi Q.S. Al-Insyirah pada Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Setelah diteliti secara seksama tinjauan pustaka tentang tafsir Al-Insyirah dan
elemen perubahan kurikulum diperoleh beberapa implementasi Q.S. AlInsyirah dalam Elemen perubahan Kurikulum 2013, berikut diuraikan satu
persatu :
1) Implementasi Q.S. Al-Insyirah pada Elemen Perubahan Standar
Kelulusan

Input

Proses

Output

input Q.S. Al-Insyirah : 1 adalah lapang dada


input kurikulum 2013 adalah Sumber Daya, Perangkat Lunak dan
harapan

Q.S. Al-Insyirah : 1 adalah Pemahaman


kurikulum 2013 adalah standar Isi, Proses dan penilaian

Q.S. Al-Insyirah : 1 adalah Kebaikan Menyeluruh


Terpenuhinya Standar Kelulusan melalui kompetensi inti : sikap
keagamaan, sikap sosial dan pengetahuan serta keterampilan

Terlihat adanya kesamaan atau dapat dikatakan implementasi Q.S.


Al-Insyirah : 1 terdapat dalam kurikulum 2013 pada pencapaian
Input yaitu pencapaian Kebaikan Menyeluruh sama seperti

35

pencapaian 4 cabang Kompetensi inti Standar Kelulusan. Pada Q.S.


Al-Insyirah : 1 seperti yang telah diuraikan pada Bab II bagian A.
Tafsir Q.S. Al-Insyirah ayat 1 diperoleh analogi input syarh shadr
dengan proses faqqih akan menghasilkan output khairan yaitu
kinerja sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kebaikan
kerjanya menurut Allah, kebaikan kerjanya menurut manusia,
kualitasnya,
efektivitasnya,
produktifitasnya,
efesiensinya,
inovasinya, dan kualitas kehidupan kerjanya. Demikian Pula
Kompetensi Inti juga sama mengacu pada aspek agama, sosial,
pengetahuan dan keterampilan. Melihat urutan penyebutan
kompetensi tersebut sama dengan konsep kebaikan yang dimaksud
dalam makalah ini.

Gambar 1
2) Implementasi Q.S. Al-Insyirah pada Elemen Perubahan Standar Isi
Standar Isi merupakan salah satu dari elemen proses dalam kurikulum
2013seperti yang ditunjuk pada gambar 1, kegiatan proses merupakan
kegiatan pendidikan untuk mengubah input menjadi sesuai keriteria yang
menjadi output. Keriteria output disajikan dalam Standar Kelulusan
berupa kompetensi Inti, Kompetensi Inti dibagi menjadi 4 cabang yaitu
sikap keagamaan, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Maka
Muatan Kurikulum atau Mata Pelajaran yang ada pada Standar isi, harus
mengacu atau menuju pemenuhan kompetensi inti tersebut. Kedudukan

36

mata pelajaran kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran


berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Itulah
elemen perubahan yang menunjukkan implementasi Q.S. Al-Insyirah : 23 yang sama-sama memotivasi kepada penghilangan beban, berupa ujian
dan dosa. Mengapa?
Sebab Mata Pelajaran yang dikembangkan dalam Standar Isi tidak lagi
memotivasi anak didik seperti motivasi menurut Winkel dalam Yamin
(2007:227) yaitu sebagai berikut:

Belajar demi memenuhi kewajiban.

Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan.

Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan.

Belajar demi meningkatkan gengsi.

Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti


orang tua dan guru.

Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi


memenuhi persyaratan kenaikan pangkat atau golongan
administratif.
tetapi motivasi yang ditujukan kepada perbaikan sikap keagamaan yang
paling petrama dan utama seperti yang terdapat pada kompetensi inti.
Apabila agama itu yang menjadi tujuan utamanya, maka tentu usaha itu
akan menghilangkan beban yang memberatkan pungunggung (berupa
kesulitan ujian dan dosa)seperti yang terdapat pada Q.S. Al-Insyirah :2-3.
3) Implementasi Q.S. Al-Insyirah pada Elemen Perubahan Standar
Proses
Pada Standar Isi, muatan kurikulum selalu mengacu untuk memenuhi
Kompetensi Inti, Kompetensi Inti diuraikan menjadi Dasar Kompetensi
lalu dijadikan acuan dalam penyusunan silabus dan dalam kegiatan
belajar mengajar berupa RPP. Penyusunan RPP merupakan kegiatan
Standar Proses, dan Mata Pelajaran di sampaikan ke anak didik melalui
pendekatan saintifik. Dengan pendekatan saintifik seluruh pelajaran
exack dan non exack didekatkan pada satu model penelitian ilmia
seorang saintist. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan
proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui
berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan
(scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan
demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk
kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada
pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan,

37

menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai


yang diperlukan (Semiawan: 1992)
Terjadinya proses penemuan berbagai fakta, konsep dan nilai-nilai oleh
siswa sendiri akan meningkatkan kualitas diri, tentu kualitas ilmu lebih
mengkristal dari pada proses yang disajikan oleh guru, terjadinya
penelitian ilmu oleh siswa itu sendiri menyebabkan siswa di dalam
ataupun diluar kelas selalu menelaah dan meneliti ilmu, sehingga lebih
mengkristal dan pikiran dan perbuatannya. Apabila telah Ilmu
mengkristal dalam diri anak, Allah SWT akan memberikannya
ketinggian derajat, dan ditinggikan kemuliaan namanya seperti yang
disebut dalam Q.S. Al-Insyirah : 4
4) Implementasi Q.S. Al-Insyirah pada Elemen Perubahan Standar
Penilaian
Materi yang disajikan melalui pendekatan saintifik akan dinilai
keberhasilannya melalui dua penilaian yaitu tes dan non tes.
Penilaian tes dan nontes dapat digabung menjadi Penilaian autentik yaitu,
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui
observasi/pengamatan menggunakan jurnal, penilaian diri, dan/atau
penilaian antar teman. Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes
lisan, dan/atau penugasan. Penilaian keterampilan melalui tes praktik,
penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment),
atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
Terjadi proses yang sangat rumit dalam standar penilaian karena
anak harus dinilai dari hulu sampai hilir pembelajarannya baik di
dalam kelas ataupun diluar kelas. Pengontrolan penilaian selama 24
jam dari materi ajar yang diberikan tentu susah kecuali bagi siswa

38

yang sekolah di pondok pesantren. Contoh dari penilaian autentik


misalnya; materi ajarnya tentang Bab Whudu, Penilaian Autentik
tentang pengetahuannya melalui tes tulis dan tes praktek, penilaian
autentik tentang sikapnya terhadap whudu, haruslah diketahui
sejauh mana siswa melakukan whudu untuk sholat lima waktu
sehari semalam dan sholat-sholat sunatnya.
Lalu diberikan nilai kepada anak didik sesuai dengan kenyataan
pengetahuan dan pengamalannya tentang whudu. Apabila hasil
kurang memuaskan dalam aspek pengetahuan dan sikap, guru
harus melakukan proses ulang secara optimis bahwa anak didik
akan berubah lebih baik, sabar, dan istiqomah melakukan proses
berulang-ulang sampai hasilnya memuaskan. Ini merupakan isyarat
implemantasi kandungan nilai tarbawi dari Q.S. Al-Insyirah : 5-6
Tidak berhenti sampai di sini, setelah hasil penilaian kepada siswa
telah memuaskan, masih tetap terus melakukan pengembangan
sebagaimana pendekatan sains, ilmunya terus berkembang, dan tak
ada batas kepuasan selalu melakukan pengembangan yang inovatif,
kreatif dan ide-ide baru yang terus berkembang, dalam kaitannya
pada Standar Penilaian, ketika terjadi pengembangan pada
pendekatan proses saitifik maka akan terjadi pengembangan
kriteria penilaian. Ini isyarat bahwa perubahan Elemen Standar
Penilaian ini mengimplimentasikan Q.S. Al-insyirah : 7.
Dan tentunya, pada empat Elemen perubahan Kurikulum 2013 telah
mengimplementasikan Q.S. Al-Insyirah : 8, sebab seluruh kegiatan
dari input proses dan output mengarah kepada kompetensi inti yang
pertama dan paling utama yaitu sikap kegamaan.

39

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep tafsir Q.S. Al-Insyirah memandang pendidikan:
Ayat 1:
Memberikan pencerahan tentang paradigma berpikir akademisi kepada
konsep mutu pendidikan. Mulai dari input syarh shadr dengan proses
pemahaman akan menghasilkan output Khair yaitu kinerja sekolah.
Kinerja sekolah dapat diukur dari kebaikan kerjanya menurut Allah,
kebaikan akhlak kerjanya menurut manusia, kualitasnya, efektivitasnya,
produktifitasnya, efesiensinya, inovasinya, dan kualitas kehidupan
kerjanya.
Ayat 2-3 :
Memberikan pencerahan bahwa pendidikan yang dilakukan seorang guru
dan menuntut ilmu anak didik akan membawa hikmah besar yaitu, untuk
menghilangkan beban berat yang berupa penghapusan dosa dan diberi
kemampuan pendidik dan anak didik untuk menyelesaikan ujian
kehidupan. Yang dengan demikian akan memotivasinya, karena menjadi
pendidik dan anak didik balasannya surga dan mati syahid.
Ayat 4 :
Pendidik dan anak didik memiliki derajat tinggi sehingga disebut-sebut
sebagai reperensi dalam mencari kebenaran, diskusi atau dasar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu, juga ketika berselisih paham maka mereka
akan merujuk kepada guru yang paling diterima perkataannya. Ini
merupakan bentuk pengangkatan derajat orang berilmu dalam dunia
pendidikan.
Ayat 5-6 :
Mengandung nilai tarbawi tentang konsep optimis, sabar dan istiqomah
dalam pendidikan.
Ayat 7-8 :
Memberikan pencerahan tentang pendidikan yang terus menerus harus
dikembangkan, sebagaimana ilmu sains yang terus berkembang. Dan
dalam pengembangannya agar tidak salah ara selalu berhrap kepada Allah.
2. Implementasi Q.S. Al-Insyirah terhadap elemen perubahan Kurikulum
2013 sebagai berikut :
Pada Standar Kelulusan, terimplementasikan konsep mutu pendidikan
dengan output khair sesuai dengan isyarat Q.S. Al-Insyirah : 1

40

Pada Standar isi, terimplementasikan konsep motivasi dalam pendidikan


dengan acuan kompetensi inti yang petama dan utama yaitu sikap
kegamaan, ini sesuai dengan isyarat Q.S. Al-Insyirah : 2-3
Pada Standar Proses, terimplementasikan konsep pematangan ilmu
sehingga ilmu tersebut meninggikan derajat seseorang, ini sesuai dengan
isyarat Q.S. Al-Insyirah : 4
Pada Standar Penilaian, terimplementasikan konsep optimis, sabar dan
istiqomah dalam pendidikan, serta pengembangan pendidikan, ini sesuai
dengan isyarat Q.S. Al-Insyirah : 5-7
Untuk Q.S. Al-Insyirah : 8, terimplementasikan pada 4 elemen
perubahan diatas sebab seluruh kegiatan dari input proses dan output
mengarah kepada kompetensi inti yang pertama dan paling utama
yaitu sikap kegamaan.
B.

Saran
1.

2.

Penyajian makalah ini meninjau kurikulum yang telah jadi untuk


dilihat kesesuaiannya dengan Al-Quran. Disaramkan agar ada tafsir
tarbawi yang membahas kurikulum atau membuat tawaran kurikulum
lalu ditinjau oleh kaum akademisi secara umum.
Agar diberikan kritik yang membangun dan koreksi.

41

DAFTAR PUSAKA

Abdurrahman, Aisyah . 1996. Tafsir Bintusy syathi. Terj. Mudzakir Abdussalam.


Bandung: Mizan
Abduh, M. 1999. Tafsir Juz Amma. Bandung : Mizan
Amin, Syaikh

Dikmenum. 1999. Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis

sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah


asy-Syaqawi, Abdullah bin. 2014. Tafsir Surah Al-Insyirah
Depag RI. 2006. Al-Quran dan Terjemahan. Surabaya: Pustaka Agung Harapan
Di kutip dari Darusun min al-Quran. Karya Syahid Ayatullah Murtadha
Muthahari. http///www.google.com.di kutip 1 april 2014.
Hasan, Hammad Dolay. 2000. Indek Terjemah al-Quran al-Karim. Jakarta:
Halimatus Sadiyah. Jilid ke-3.
Hamka. 1982. Tafsir al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas. Juz xxx
LPMP, Model Pembelajaran Berbasis Saintifik
Mustofa, A. al-maraghi. 1986. Tafsir al-Maraghi. Terj. Bahrun Abubakar.
Semarang: toha Putra.
Muthahari, murtado. Tafsir Surat Pilihan, Terj. Hasan rahmat dan M.S.
Nasrullah. Bandun: pustaka hidayah. Cet. Ke-3
Setiawan, hendrra. 2006. Cara Nabi Menghadapi Kesulita Hidup. Bandung: Jabal
Soleh dan ahmad dahlan. 2000. Asbab Anujul Latar Balakang Histori Turunnya
Ayat-ayat al-Quran. Bandung: Dipenegoro
Quraish, M. Shihab. 1997. Tafsir Al-Quran Al-Karim, atas Surat-surat Pendek.
Bandung : Pustaka Hidayat.
________________. 2002. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserusian alQuran. Jakarta: lentera hati. vol. 15.

42

Anda mungkin juga menyukai