PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjuangan utama Rasulullah SAW menjalankan dakwah, menyeru
manusia agar menyembah kepada Allah, mendidik manusia kepada kebaikan,
menyempurnakan akhlak manusia, diperlukan azam yang kuat, tekad yang
bulat, harus mempunyai pengharapan, optimisme, jangan sekali-kali putus
semangat, putus harapan apalagi putus asa. Sifat putus asa dalam perjuangan
merupakan mentalitas orang-orang kafir, hal itu ditegaskan dan diabadikan
dalam surat Yusuf: 87
.dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf :
87)
Demikian pula kegiatan mendidik merupakan kegiatan dakwah ilallah untuk
menyampaikan dakwah risalah ilahiyah kepada seluruh umat manusia, pada
umumnya selalu menghadapi tantangan demi tantangan, rintangan demi
rintangan, kesulitan demi kesulitan, sehingga kalau tidak kuat azamnya, tidak
bulat tekadnya maka kadang-kadang bisa membuat nafas menjadi sesak, tak
terkecuali Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dalam menjalan
tugas dan kewajibannya sebagai Rasul Allah, menyampaikan dakwah
ditengah masyarakat bangsa quraisy pada saat itu, tidak sedikit mengalami
kesulitan demi kesulitan, banyak perlakuan dari kaum kafir quraisy yang
menyakitkan, banyak ucapan dan tuduhan tidak menyenangkan ditujukan
kepada diri Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Maka, ketika Nabi
Muhammad sudah mencapai puncak kesulitan, pada saat itulah turun wahyu
ilahi rabbi yang memberikan pengharapan kembali pada diri Nabi
Muhammad, wahyu itu adalah surat Al Insyirah.
Surah Al-Insyirah (bahasa Arab:, "Kelapangan") adalah surah ke-94
dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surahsurah Makkiyah serta diturunkan sesudah surah Ad-Duha.
Surat itu memberikan semangat, injeksi kekuatan, memberikan energy kepada
Rasulullah. Pada pokoknya mengandung beberapa petunjuk yang bisa
dijadikan sebagai petunjuk bagi kehidupan kita di dalam menjalani berbagai
macam pekerjaan, persoalan, dalam menjalankan tugas dan kewajiban.
Allah Taala memberikan nama surat ini dengan As Syarh atau Al Insyirah,
karena di awal pembukaan surat ini, Allah Taala berfirman dengan redaksi
alam nasyrah laka shadraka sehingga disebutlan nama surat ini dengan Al
Insyirah yang artinya lapang dada (berjiwa besar).
Abu Hayyan dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
syarh Shadr di sini adalah Allah Taala menerangi dadanya dengan ilmu
dan hikmah, dan menjadikannya dadanya lapang, agar Rasulullah mampu
menerima wahyu ilahi, dan ini merupakan pendapat jumhur ulama.
Kemudian ada lagi yang menafsirkan syarh Shadrihi dengan; ketika
Rasulullah masih kecil sedang menggembala kambing, Jibril alaihissalam
datang membelah dadanya, mengambil hati atau jantungnya lalu dibersihkan
dengan air zam-zam, dikembalikan dan diisi kembali dengan iman, ilmu dan
hikmah.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa kelapangan dada merupakan awal atau
pondasi dasar kesiapan agar dapat menjadi guru bagi seluruh ummat manusia,
sebagaimana Rasulullah SAW dilapangkan dadanya terlebih dahulu untuk
dapat menerima wahyu dan menjadi tauladan dalam melaksanakan wahyu
tersebut. Kelapangan dada tersebut menjadi bekal dasar yang paling utama
agar dapat memahami, mentaati melaksanakan dan istiqomah dalam
melaksanakan ilmu dan mendakwahkannya atau mengajarkannya.
Jadi, implementasi Q.S. Al-Insyirah ini sangat penting dalam dunia
pendidikan, karena tanpa kelapangan dada, kepahaman tidak akan masuk,
tanpa kepahaman tidak ada arti materi pembelajaran bagi guru dan juga bagi
siswa. Ini dapat diartikan bahwa Sistem Pendidikan sebaik apapun tidak akan
memberi arti tanpa adanya kelapangan dada. Karena kelapangan dada
merupakan awal pemahaman terhadap petunjuk sebagaimana Allah berfirman
: Barangsiapa yang Allah berkehendak untuk memberi petunjuk kepadanya,
maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. (al-Anam: 125).
Atas latar belakang di atas, makalah ini dibuat untuk mengkaji lebih jauh
tentang kurikulum pendidikan Indonesia saat ini. Oleh karena itu makalah ini
diberi judul Implementasi Q.S. Al-Insyirah Terhadap Eleman Perubahan
Kurikulum 2013
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir Q.S. Al-Insyirah memandang pendidikan?
2. Bagaimana implementasi Q.S. Al-Insyirah terhadap elemen perubahan
Kurikulum 2013?
2
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan mengungkap konsep tafsir Q.S. Al-Insyirah
memandang pendidikan?
2. Untuk mengetahui dan mengungkap konsep implementasi Q.S. AlInsyirah terhadap elemen perubahan Kurikulum 2013
D. Batasan Masalah
Pembahasan makalah ini menyangkut pada tafsir tarbawi Q.S Al-insyirah dan
mengungkap konsep implementasinya terhadap elemen perubahan Kurikulum
2013. Dibatasi permasalahannya pada Q.S. Al-Insyirah yang terkait pada
elemen perubahan Kurikulum 2013. Tidak membahas Kurikulum 2013 secara
menyeluruh.
BAB II
PEMBAHASAN
} 3{
} 2{
}1{
} 7{
} 6{
} 5{
} 4{
}8{
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al Insyirah: 1-8)
Pokok-pokok kandungan surat ini diantaranya:
Menjelaskan tentang banyaknya nikmat Allah yang dikaruniakan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Ada 3 nikmat yang paling
besar diberikan kepada Nabi Muhammad:
1.
2.
3.
Karena Rasulullah adalah Nabi yang terpilih, maka Allah Taala tidak
mau ketika Rasulullah menyampaikan tugas dan kewajibannya ada
kemurungan tidak berhasil. Sebagaimana yang telah kita ketahui
bahwa perjuangan Rasulullah sungguh sangat dahsyat, diperlakukan
sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak senang, baik berupa
sikap, ucapan maupun perbuatan, semuanya membuat Nabi tidak
senang. Dan ini merupakan gangguan, tantangan, rintangan dan
kesulitan. Sebab itu, Allah Taala telah memberikan hidayah,
memantapkan iman dan telah memancarkan cahaya alquran kepada
diri Nabi Muhammad, maka dada Nabi menjadi lapang dan beliau
memilikii jiwa yang besar sehingga beliau mampu menjalani tugas
dan kewajibannya sampai akhirnya menggapai kemenangan yang
gilang gemilang.
Setiap orang apalagi pemimpin yang diberikan Allah Taala dada yang
lapang, pandangan yang luas, jiwa yang besar maka ia akan
mendapatkan keteguhan hati untuk melanjutkan perjuangannya,
meneruskan pekerjaannya, walaupun banyak tantangan dan rintangan
karena Allah telah mengaruniakan dada yang lapang dan jiwa yang
besar, maka insya Allah dia akan berhasil sampai mencapai
kesuksesan, kemenangan seperti yang dicontohkan dalam kehidupan
pribadi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Jadi orang yang mempunyai dada yang lapang atau jiwa yang besar
ini, ia akan mendapatkan semacam kekuatan batin, akan memperoleh
energy dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, sehingga beban
yang berat akan terasa ringan, pekerjaan yang besar akan terasa kecil,
ia tidak mudah cemas, tidak mudah gudup, dan tidak akan kehilangan
keseimbangan, apalagi patah semangat. Seorang muslim itu
semangatnya berkesinambungan apabila ia istiqamah membaca
alquran sehingga ia mendapatkan cahaya ilahi.
Apabila seseorang ingin memperoleh dada yang lapang, selain
daripada membaca alquran maka hendaknya kita selalu berdoa kepada
Allah Taala. Bunyi doa itu adalah:
Ya Allah lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku
urusanku, serta lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka
mengerti perkataanku. (QS. Thaha: 25-27)
Doa ini diabadikan di dalam alquranul karim dalam surat Thaha: 2527. Dan doa ini diucapkan oleh nabi Musa alaihissalam saat akan
menghadapi Firaun. Hal ini mengandung makna bahwa nabi Musa
alaihissalam memohon diberi kelapangan dan kekuatan jiwa saat
syarh Shadr
Faqqih
Melapangkan
dada sebelum
melakukan
proses
pendidikan
Kepahaman
pada materi
ilmu
pengetahuan
akan datang
dengan
sendirinya
Tanaman dan
Perawatan
Tanaman
kebaikan yang
dirawat dengan
baik, dalam artian
seluruh madah
yang diberikan
terintegrasi
dengan
pendidikan Islam
dikatakan sebagai
best proses
Khair
Memperoleh
kebaikan
secara
menyeluruh
jika semua
materi ilmu
pengetahuan
dipondasikan
engan
pendidikan
Islam
10
11
12
1.
13
14
15
16
17
18
19
c) Tafsir ayat 4
]4 : [
"Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu".(QS Alam Nasyrah: 4).
Berdasarkan bentuk dan metode tafsir
Meskipun demikian beratnya beban nubuwwat yang laksana
membuat tulang punggung jadi bungkuk, namun sebutanmu Kami
naikkan. Namamu Kami junjung tinggi. Mujahid menafsirkan;
"Tidaklah disebut orang namaKu, namun namamu turut disebutkan
bersama namaKu."
Dan ternyata perjuangan Rasulullah digambarkan oleh ayat ini bahwa
akan tercapai kemenangan yang gilang gemilang, cita-cita yang
ditanamkan oleh beliau tumbuh subur menyebar ke pelosok dunia.
Sehingga nama beliau disebut-sebut oleh jutaan manusia sebagai tanda
kecintaan umat islam kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
yaitu dengan bershalawat kepada beliau.
Menurut riwayat yang dirawikan oleh Abu Dhahhak dari Ibnu
Abbas, ber kata beliau: "Bila disebut orang namaKu, namamu pun
turut disebut dalam azan (bang), dalam iqamat, dalam syahadat. Di
hari Jum'at di atas mimbar, di Hari Raya 'Idul Fithri, di Hari Raya 'Idul
Adhha, di Hari Tasyriq di Mina, di hari wuquf di 'Arafah, di hari
melontar jumrah ketiganya, di antara bukit Shafa dan Marwah,
bahkan sampai kepada khutbah nikah, namun namamu disejejerkan
menyebutkannya dengan namaKu, sampai ke Timur, sampai ke
Barat. Malahan jika adalah seseorang menyembah beribadat
kepada Allah yang Maha Kuasa, seraya mengakui akan adanya
syurga dan neraka, dan segala yang patut diakui, padahal tidak dia
akui bahwa engkau Rasulullah, tidaklah ada manfaatnya segala
pengakuannya itu, malahan dia masih kafir." Demikian satu tafsir Ibnu
Abbas.
Dan lebih tepat lagi tafsir Imam asy-Syafi'i. Beliau berkata:
Artinya ialah: "Tidak disebut namaKu, melainkan mesti diiringi
dengan namamu. Kalau orang mengucapkan Asyhadu Alla Ilaha
Illallah, barulah sah setelah diiringkan dengan Wa Asyhadu Anna
Muhammadar Rasulullah."
Kata Imam Syafi'i lagi: "Ucapan syahadat yang seiring dua itu adalah
alamat Iman, dan ucapan seiring pada azan adalah panggilan ibadat.
20
Diseiringkan pula ketika membaca al-Quran dan segala amal shalih dan
taat, dan ketika berhenti dari maksiat." Kata beliau seterusnya:
"Apa saja pun nikmat yang menyentuh kita, baik lahir ataupun batin.
Atau nasib baik yang kita capai, baik dunia atau akhirat, atau kita
terhindar bencana dosa yang kita benci, di dunia dan akhirat, atau di
salah satu keduanya, pastilah Muhammad yang menjadi sebabnya.
Dari itu dapatlah diketahui bahwa meskipun pada lahirnya
sebutan itu terbatas, namun dia pun mengandung juga dzikrqalbi, (ingatan dalam hati) sehingga meliputi segala lapangan
ibadat dan ketaatan. Seorang yang berakal lagi beriman, apabila
dia mengingat Allah, akan senantiasa teringat pula dia kepada
orang yang memperkenalkan Allah itu kepadanya dan siapa yang
menunjukkan jalan bagaimana cara mentaati perintah Allah itu.
Itulah Rasul Allah Shalallahu 'alaihi wasallama. Sebagai
dikatakan orang:
"Engkau adalah laksana pintu untuk menuju Allah; siapa saja yang
hendak datang kepadaNya tidaklah dapat masuk kalau tidak
melaluigerbangmu." Demikian tafsir darial-Imamasy-Syafi'i r.a.
Dan boleh juga engkau katakan. "Yang dimaksud dengan
meninggikan sebutannya itu ialah selalu memuliakannya dan
menyebut namanya pada sekalian syi'ar-syi'ar agama yang lahir.
Yang pertama sekali ialah kalimat syahadat, sebagai pokok pertama
dari agama. Kemudian itu pada azan dan iqamat dan sembahyang dan
khutbah, dan sebagainya." Itulah tafsir dariasy-Syihab
Berdasarkan corak tafsir tarbawi
Apabila pendidik dan anak didik telah memiliki pengamalan konsep
Q.S. Al-insyirah : 1-3 maka mereka akan menikmati keutamaan
seperti yang dimaksud Q.S. Al-Insyirah : 4, yaitu tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu. Dalam artian kedudukan sebagai guru memiliki
derajat tinggi sehingga disebut-sebut sebagai reperensi dalam
mencari kebenaran, diskusi atau dasar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, juga ketika berselisih paham maka mereka akan
merujuk kepada guru yang paling diterima perkataannya. Ini
merupakan bentuk pengangkatan derajat orang berilmu dalam
dunia pendidikan.
Allah Taala akan mengangkat derajatnya, sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya,
21
22
23
bahwa antara yang pertama dan kedua itu sama hakekatnya, adapun
kemudahan yang disebut dalam dua ayat diatas tidak ditampilkan dengan
alif dan lam namun datang dengan isim nakirah (umum), maka kaidahnya
apabila ada sebuah kata benda yang diulang dua kali secara ma'rifah
(jelas) maka yang kedua kalinya sama kedudukannya seperti pertama,
melainkan sangat sedikit kasus yang keluar dari kaidah umum ini. Dan
apabila ada kata benda yang diulang dua kali dengan ungkapan nakirah
(umum) maka yang kedua bukan yang dimaksud pada jumlah pertama,
dikarenakan yang kedua juga dengan lafad nakirah.
Maka kesimpulannya, didalam dua ayat diatas menjelaskan pada kita
adanya dua kemudahan pada satu kesulitan. Dan dalam hal ini, ada
seorang ulama yang mengatakan dalam untaian bait syairnya:
Tatkala hati penuh dengan kegundahan
Begitu sempit terasa dada nan luas ini
Kebencian seakan merasuk dan tinggal dengan tenangnya
Membuat dada sibuk menghapus perkaranya
Datang padamu keterputus asaan, lalu dirimu
Memohon pada Dzat Pemurah yang mengabulkan do'a
Karena tiap kejadian apabila sulit terselesaikan
Maka pertolongan akan segera menghampirinya
Ada lagi yang mengatakan:
Sekiranya ada kesedihan yang menimpa seorang
Di sisi Allah lah jalan keluar semuanya
Dikala semua hamba mengira tidak ada jalan lagi
Maka Dia angkat kesulitan yang telah disangka tertutup
Berdasarkan corak tafsir tarbawi
Dalam mendidik dan menuntut ilmu pasti menemukan, tantangan,
hambatan dan kendala, sayangnya, seiring dengan perjalanan waktu,
banyak orang tidak sabar dalam menuntut ilmu dan berhenti karena
merasa kesulitan untuk mengikutinya. Padahal jika mereka mau bersabar
sejenak dan meluangkan sedikit kesusahan dalam belajar, mungkin
mereka sekarang telah mencapai derajat yang mereka idamkan
sebelumnya.
Sejatinya, ilmu memang tidak dapat diperoleh dengan badan yang
bersantai-santai dan dalam waktu yang singkat. Kita memohon kepada
Allah agar dikaruniai kesabaran dalam menuntut ilmu serta menjadikan
ilmu tersebut bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain di sekitar
kita. Imam Syfaii ra mengatakan :
24
Siapa yang tidak merasakan pahitnya menuntut ilmu barang sekejap
mata, niscaya dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang
hidupnya.
Dan barangsiapa yang ketinggalan belajar di masa mudanya, Maka
ucapkanlah takbir empat kali karena kematiannya.
Kaitannya dengan Q.S. Al-Insyirah : 5-6 dalam kontek tarbawi adalah :
1.
Nilai Tarbawi Optimis
Seperti yang dikatakan dalam syair Imam Syafii tersebut, bahwa
apabila seseorang tidak mendapatkan pahitnya, susahnya, dan
sulitnya menuntut ilmu sesaat maka akan mendapatkan hinanya
kebodohan seumur hidup, ini berarti juga bila seseorang telah
mendapatkan kesulitan sesaat dalam menuntut ilmu maka ia akan
mendapatkan kemuliaan selama hidupnya.
Ilmu yang dipelajari sesaat dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketekunan, sehingga dapat dipahami artinya, dapat diamalkan dalam
keshariannya maka ia akan mendapatkan kemuliaan dari ilmu
tersebut selamanya, bahkan kemuliaan itu masih diperoleh sampai
hidup setelah mati.
Contohnya, seseorang yang tinggal di Pondok Pesantren
mempelajari tentang ilmu tentang kebersihan, lalu ia sungguhsungguh menghayati dan mengamalkannya secara istiqomah, setiap
ada sampah tercecer ia ambil, lalu dimasukkan ke tong sampah,
begitulah kegiatanya setiap hari, selalu memperhatikan sampah.
Maka suatu saat nanti keistiqomahannya tersebut akan menjadi
kemuliaan, setiap melakukan kegiatan kebersihan pasti namanya
disebut oleh pimpinan pondok, ikutlah contoh santri A yang selalu
menjaga kebersihan demikian pula berikutnya nama si A menjadi
pelopor kebersihan selama pondok masih ada, walaupun si A
tersebut telah meninggal namanya tetap disebut dan menjadi amal
jahriyah. Dengan demikian kesulitan sesaat mendapatkan kemuliaan
selamanya, atau satu kesulitan dibaliknya terdapat banyak
kemudahan.
25
26
27
] 8 : [
"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap". (QS Alam
Nasyrah: 8).
Ats-Tsauri mengatakan, "Jadikan niatmu serta tujuanmu hanya tertuju
kepada Allah azza wa jalla".
28
29
dari prasangka negatif, serta menjadikan keteguhan hati tidak akan mudah
terpengaruh dengan kedaan negatif dan perangsaka ketidakberhasilan
dalam mendidik.
B. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Perhatikan diagram berikut.
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of
inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan
kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting
adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).
31
32
33
Untuk elemen Standar Penilaian, jika biasanya nilai diambil dari sebuah
tes/ujian maka diubah menjadi penilaian yang otentik (mengukur semua
kompetensi mulai dari sikap, ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan
proses dan hasil kerja. Setiap siswa memiliki semua rekaman kegiatan berupa
portofolio yang dibuat oleh siswa sendiri sebagai instrumen utama penilaian.
Ekstrakurikuler Pramuka akan menjadi wajib pada semua jenjang pendidikan
dasar sampai menengah.
34
Input
Proses
Output
35
Gambar 1
2) Implementasi Q.S. Al-Insyirah pada Elemen Perubahan Standar Isi
Standar Isi merupakan salah satu dari elemen proses dalam kurikulum
2013seperti yang ditunjuk pada gambar 1, kegiatan proses merupakan
kegiatan pendidikan untuk mengubah input menjadi sesuai keriteria yang
menjadi output. Keriteria output disajikan dalam Standar Kelulusan
berupa kompetensi Inti, Kompetensi Inti dibagi menjadi 4 cabang yaitu
sikap keagamaan, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Maka
Muatan Kurikulum atau Mata Pelajaran yang ada pada Standar isi, harus
mengacu atau menuju pemenuhan kompetensi inti tersebut. Kedudukan
36
37
38
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep tafsir Q.S. Al-Insyirah memandang pendidikan:
Ayat 1:
Memberikan pencerahan tentang paradigma berpikir akademisi kepada
konsep mutu pendidikan. Mulai dari input syarh shadr dengan proses
pemahaman akan menghasilkan output Khair yaitu kinerja sekolah.
Kinerja sekolah dapat diukur dari kebaikan kerjanya menurut Allah,
kebaikan akhlak kerjanya menurut manusia, kualitasnya, efektivitasnya,
produktifitasnya, efesiensinya, inovasinya, dan kualitas kehidupan
kerjanya.
Ayat 2-3 :
Memberikan pencerahan bahwa pendidikan yang dilakukan seorang guru
dan menuntut ilmu anak didik akan membawa hikmah besar yaitu, untuk
menghilangkan beban berat yang berupa penghapusan dosa dan diberi
kemampuan pendidik dan anak didik untuk menyelesaikan ujian
kehidupan. Yang dengan demikian akan memotivasinya, karena menjadi
pendidik dan anak didik balasannya surga dan mati syahid.
Ayat 4 :
Pendidik dan anak didik memiliki derajat tinggi sehingga disebut-sebut
sebagai reperensi dalam mencari kebenaran, diskusi atau dasar melakukan
atau tidak melakukan sesuatu, juga ketika berselisih paham maka mereka
akan merujuk kepada guru yang paling diterima perkataannya. Ini
merupakan bentuk pengangkatan derajat orang berilmu dalam dunia
pendidikan.
Ayat 5-6 :
Mengandung nilai tarbawi tentang konsep optimis, sabar dan istiqomah
dalam pendidikan.
Ayat 7-8 :
Memberikan pencerahan tentang pendidikan yang terus menerus harus
dikembangkan, sebagaimana ilmu sains yang terus berkembang. Dan
dalam pengembangannya agar tidak salah ara selalu berhrap kepada Allah.
2. Implementasi Q.S. Al-Insyirah terhadap elemen perubahan Kurikulum
2013 sebagai berikut :
Pada Standar Kelulusan, terimplementasikan konsep mutu pendidikan
dengan output khair sesuai dengan isyarat Q.S. Al-Insyirah : 1
40
Saran
1.
2.
41
DAFTAR PUSAKA
42