Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Ilmu Dalam Islam


B. Kegiatan Belajar : KB 1
C. Refleksi

N BUTIR
RESPON/JAWABAN
O REFLEKSI
A. Hakikat Ilmu dalam Islam
1. Pengertian ilmu
Secara bahasa :
bahasa Arab ilmu berasal dari kata ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengerti
atau memahami benar-benar.
Bahasa Inggris, istilah ilmu berasal dari kata science, yang berasal dari Bahasa Latin
scienta dari bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari dan mengetahui.
Secara istilah :
ilmu adalah rangkaian aktivitas rasional yang dilaksanakan dengan prosedur ilmiah
dan metodologi tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Menurut al-Ghazali :
ilmu pengetahuan adalah ilustrasi akal (tashwîr) yang valid tentang hakikat sesuatu,
yang terlepas dari unsur aksiden dengan segala dimensi, kualitas, kuantitas,
substansi dan zatnya.
Tashwîr ini meliputi pengetahuan :
1. aksiomatis (‘ilmal-dlarûriy),
2. pengetahuan intelektual (‘ilm al-kasbiy) dan
3. pengetahuan intuitif (‘ilm al-ladunniy).
Pengertian ilmu dalam islam beda dengan pengetahuan hishshiyyah (indrawi) tidak
termasuk dalam definisi ini karena tashwîrnya belum terlepas dari materi.

Konsep Kesimpulan ilmu adalah ilustrasi akal (tashwîr) mencakup alam kasat mata (‘alam
(Beberapa al-mulki wa al-syahâdah) dan alam metafisika (‘alam al-malakût wa al-jabarût),
1 istilah dan sehingga dimensi ilmu tidak hanya bekerja pada tataran empiris-fenomenologi
tetapi menusuk sampai pada wilayah transendental. Wilayah-wilayah itu tidak
definisi) di pernah dipandang sebagai sesuatu yang terpisah karena pada hakikatnya ia adalah
KB satu yakni wilayah ketuhanan (hadlrah Rubûbiyyah).

2. Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan


Ilmu dibedakan dengan pengetahuan. Pengetahuan lebih bersifat umum. Ia
merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu yang belum teruji secara ilmiah,
sedangkan ilmu teruji secara ilmiah dan bersifat empiris rasional saja tetapi pda
pengertian Islam menurut pemikir muslim ada keterlibatan wahyu menjadi
referensi dalam menakar kebenarannya, ilmu dalam agama menjelajah daerah yang
bersifat transendental yang berada di luar pengalaman manusia.
Ilmu dan pengetahuan adalah dua hal yang memiliki keterkaitan satu sama lain, di
mana ilmu membentuk intelegensia, yang melahirkannya skill atau keterampilan
yang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan sehari- hari. Sedangkan pengetahuan
membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku
kehidupan manusia.

3. Hakikat Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan dalam Islam bukan merupakan sesuatu di luar af’al Allah,
sehingga tidak ada pengetahuan yang tidak diurai dari sumber yang satu itu. Seluruh
jenis pengetahuan makhluk adalah setitik air dari samudera pengetahuan Allah.
Ketika al-Ghazali menjelaskan tentang tiga dimensi pengenalan (ma'rifah) manusia
kepada Allah dari sudut perbuatan-Nya (al-af'al), sifat (al-sifat) dan dzat-Nya (al-
dzat), ia mengatakan bahwa seluruh pengetahuan manusia (dalam bentuk science)
itu diambil dari samudera al-af'al. Yakni representasi perbuatan Allah yang begitu
luas terbentang ke penjuru semesta yang tak terarungi. Suatu kawasan pengetahuan
yang jika seluruh lautan di dunia ini dijadikan tinta untuk menuliskan kalimat-
kalimatNya, niscaya ia akan habis sebelum kalimat itu tuntas dituturkan.

B. Sumber Ilmu dalam Islam


1. Perdebatan Sumber Ilmu
Sumber ilmu menurut agama yang rasional, Islam tentu mengakui adanya keempat
sumber pengetahuan yang diakui oleh epistemologi modern, yaitu :
1. empiris,
2. rasional,
3. intuitif dan
4. otoritatif
Sumber-sumber pengetahuan tersebut itu dipandang sebagai sesuatu yang
berkaitan. Tidak seperti empirisme yang menafikan pengetahuan rasional, atau
rasionalisme yang menafikan pengetahuan empiris

2. Ragam Sumber Pengetahuan


1) Pengetahuan Empiris
Yang dimaksud pengetahuan empiris yaitu pengetahuan yang didapatkan melalui
pengalaman inderawi dan akal mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari
pengalaman dengan cara induksi.
Empirisme menjadikan pengalaman inderawi sebagai sumber pengetahuan. Sesuatu
yang tidak diamati dengan indra bukanlah pengetahuan yang benar.
Menurut al-Farabi, Ibnu Sina dan al-Ghazali :
Al-Ghazali membagi alam dalam dua kategori besar yaitu alam al-mulki wa al-
syahâdah (semesta) dan alam al-malakût wal-Jabarût (metafisika). Adapun yang
menjadi obyek bagi pengetahuan empiris adalah alam semesta. Alam ini oleh al-
Ghazali dalam konsep metafisikanya diletakkan sebagai wujud terendah.
Pengetahuan empiris ini merupakan hasil dari aktivitas jiwa sensitif (al-nafs al-
hayawâniyah) yang dalam batas-batas tertentu dibagi menjadi dua yaitu: Akal
adalah substansi, sedangkan daya dibagi menjadi dua, yaitu daya batin (internal)
dan daya zahir yang meliputi seluruh anggota badan (eksternal). Akal merupakan
substansi imateri yang menggerakkan daya tangkap dari dalam (batin), seperti daya
imajinasi (mutakhayyilah), pengingat (dhākirah), estimasi (wahmīyah), representasi
(khayālīyah), dan indra bersama (al-hiss al-mushtarak) yang semuanya itu
bertempat di rongga otak manusia.
Kelima daya tangkap pengetahuan dari batin tersebut bertempat di otak. Karena
seluruh daya ini menggunakan organ fisik maka al-Ghazali menyebutnya sebagai
daya jasmani (qiwâ jasmaniyyah) yang bekerja secara reflektif alami
2)Pengetahuan Rasional
Descartes, bapak rasionalisme continental, berusaha menemukan suatu kebenaran
yang tidak dapat diragukan yang darinya memakai metode deduktif dapat
disimpulkan semua pengetahuan seseorang. Ia yakin bahwa semua kebenaran itu
ada dan bahwa kebenaran-kebenaran tersebut dikenal dengan cahaya yang terang
dari akal budi sebagai hal-hal yang tidak dapat diragukan.
Menurut aliran Rasionalisme, pengetahuan hanya dapat ditemukan dalam dan
dengan bantuan akal (rasio). Dengan cara ini, maka proses pengetahuan manusia
adalah dengan mendeduksikan, menurunkan, pengetahuan-pengetahuan partikular
dari prinsip-prinsip umum, atau dengan kata lain bahwa pengetahuan manusia
harus mulai dari aksioma-aksioma yang telah terbukti dengan sendirinya, dan dari
situ ditarik teorema-teorema sedemikian rupa sehingga kebenaran aksioma menjadi
kebenaran teorema.
Dalam Misykah al-Anwâr, al-Ghazali menjelaskan bahwa proses pencapaian
pengetahuan itu ada lima tahapan. Dua di antaranya berada dalam wilayah
pengetahuan empiris yaitu al-rûh al-hisâs dan al-khayâliy, sedangkan tiga bagian
berikutnya yang menjadi bagian dari jiwa rasional adalah al-rûh al-aqliy, dan al-rûh
al-fikriy yang keduanya berada dalam kawasan wilayah pengetahuan rasional dan
al-rûh al-qudsiy al-nabawiy yang berada dalam wilayah pengetahuan intuitif.
Daya rasional (al-rûh al-aqliy) adalah substansi manusia yang hanya ada pada
manusia dewasa, tidak pada anak, terlebih pada binatang. Daya ini menyerap
makna-makna di luar indra dan imajinasi. Adapun jangkauan penerapannya adalah
pengetahuan-pengetahuan dlarûriy (aksiomatis) dan universal. Eksistensinya
sebagai pencerap makna-makna itu dalam bahasa metafora al-Qur'an adalah pelita
(mishbâh)
Al-Ghazali membagi jiwa rasional itu kedalam dua bagian besar yaitu: akal praktis
(al-'amilah) dan akal teoritis (al-'âlimah). Kedua akal tersebut bukanlah dua hal
yang benar-benar terpisah, akan tetapi lebih merupakan dua sisi dari substansi yang
sama. Sisi yang menghadap ke bawah adalah akal praktis sedangkan yang
menghadap ke atas adalah akal teoretis.
Akal praktis berfungsi untuk menggerakkan tubuh melalui daya- daya jiwa sensitif
Jika akal praktis berfungsi untuk menyempurnakan penampilan lahir manusia maka
akal teoretis lebih berfungsi untuk menyempurnakan substansinya yang bersifat
immaterial dan ghaib. Akal teoritis ini berhubungan dengan pengetahuan yang
abstrak dan universal. Ia mempunyai empat tingkatan evolutif yaitu:
1. al-'aql al-hayulaniy (Akal Material),
Pada fase ini akal masih berupa potensi karenanya ia merupakan tingkatan
terendah dari dinamika intelektual manusia. Kondisi akal pada tahap ini
diumpamakan seperti adanya kemampuan menulis pada anak kecil yang belum
dapat menulis. Potensi menulis itu ada tapi belum aktual
2. al-'aql bi al-malakah ,
Akal ini disebut juga al-'aqlbi al-mumkin karena pada fase ini akal telah
dimungkinkan untuk mengetahui pengetahuan aksiomatis (al-'ulûm al-
dlarûriyyat) secara reflektif. Pengetahuan ini disebut sebagai pengetahuan
rasional pertama (al-ma'qûlah al-ûlâ). Dalam al-Qisthâs al- Mustaqîm akal ini
disebut dengan gharîzah al-'aql (insting akal).
3. al-'aql bi al-fi'il (Akal Aktual)
Pada fase ketiga ini akal telah bisa menggunakan pengetahuan pertama sebagai
premis mayor dalam silogisme untuk memperoleh pengetahuan rasional kedua
(al-ma'qûlah al-tsâniyah). Pengetahuan pertama sebagai modal dan
pengetahuan kedua sebagai hasil pemikiran. Kegiatan berpikir pada fase ini
bukan semata-mata merupakan aktivitas akal murni tetapi juga menggunakan
daya al-mutakhayyilah yang ada pada jiwa sensitif.
4. al-'aql al-mustafad. (Akal Perolehan)
Akal pada tingkatan ini telah mempunyai pengetahuan- pengetahuan secara aktual
dan menyadari kesadarannya secara faktual. Berbeda dengan aktivitas berpikir
sebelumnya di mana akal secara aktif menciptakan bentuk-bentuk pengetahuan
baru dengan menggunakan informasi pada tahapan sebelumnya; pada tahap ini akal
hanya bersifat pasif. Pengetahuan-pengetahuan itu telah hadir dengan sendirinya
tanpa memerlukan kegiatan berpikir. Oleh karena itu ia disebut dengan al-
mustafâd (perolehan). Akal ini juga sering disebut dengan al-aql al-qudsiy(akal suci)
Pengetahuan tersebut merupakan limpahan dari akal yang selamanya aktual yaitu
Akal Aktif. Dalam Mi'yâr al-'Ilm al-Ghazali mengatakan bahwa Akal Aktif itu adalah
malaikat yang bertugas untuk memberi pengetahuan kepada manusia
3)Pengetahuan Intuitif (Ladunni)
Apa yang dimaksud dengan intuisi dalam Islam sangat berbeda dengan wacana
Barat, baik di bidang psikologi maupun filsafat. Intuisi di Barat merupakan bentuk
perkembangan lebih lanjut dari intelektual dan masih dalam kawasan rasional.
Intuisi dipahami oleh ilmuwan dan filosof Barat sebagai bentuk pemunculan ide-ide
terpendam di bawah sadar. Oleh karena itu Iqbal mengatakan: "In fact, intuition, as
Bergson rightly says, is only a higher kind of intellect." (intuisi sebagaimana
dimaksud oleh Bergson, hanyalah salah satu jenis kemampuan nalar tinggi). (Iqbal:
19981).
Di dalam wacana Islam, intuisi merupakan bentuk pencapaian ilmu hudluriy yang
didapatkan seseorang dengan cara pasif baik itu secara langsung dari Allah atau
melalui perantara. Perantara di sini dapat berupa malaikat (Akal Aktif), bisa juga
melalui Lauh Mahfuzh (Jiwa Universal) ataupun al-Qalam atau Nur Muhammad
(Akal Universal). Adapun pengaktifan jiwa manusia yang disulut oleh syetan tidak
termasuk dalam definisi intuisi yang dikehendaki di dalam bahasan ini.

C. Klasifikasi Ilmu dalam Khazanah Intelektual Islam


Aristoteles membagi ilmu kepada dua bagian pokok, yang kemudian melahirkan
sejumlah cabang lainnya:
 Pertama, ilmu teoretis. Jenis ilmu ini semata pengetahuan, yang terbagi pada tiga
bagian: 1) ilmu metafisika/ filsafat/ ketuhanan (teologi) yaitu jenis ilmu yang
membahas tentang wujud mutlak. 2) ilmu matematika, yakni pembahasan tentang
wujud dari sudut ia adalah ukuran dan jumlah; 3) ilmu fisika, yakni pembahasan
tentang wujud dari perspektif yang dapat diindera dan bergerak.
 Kedua, ilmu praktis. Tujuannya adalah pengetahuan untuk mengatur perbuatan
manusia yang terbagi kepada empat bagian: 1) ilmu akhlak; 2) ilmu pengaturan
rumah; 3) ilmu politik; dan 4) ilmu seni dan puisi. Adapun logika tidak termasuk
dalam pembagian ini karena objeknya adalah pemikiran. Ia adalah instrumen untuk
semua ilmu.
Klasifiki ilmu menurut Ilmuan Muslim :
1. Klasifikasi Ilmu Al-Farabi
Dalam pandangan al-Farabi, klasifikasi ilmu tergambar pada skema berikut ini:
UMUM SUB 1 SUB 2 SUB 3 SUB 4
ILMU Kalam
AGAMA Fiqh
Kaidah Bahasa Arab
ILMU Teoritis Metafisika Ontologi; Wujud Non Fisik dan
FILSAFAT tidak dalam Fisik; dan Prinsip-
Prinsip Demonstrasi
Matematika Bilangan; Geometri; Optik;
Astronomi; Musik; Ukuran; dan
Mekanika
Fisika Fisika Dasar; Benda Fisik
Sederhana; Kejadian dan
Kehancuran; Benda fisik dari
Unsur-unsur; Aksiden dan
Pengaruhnya; Minerologi; Botani;
Zoologi: Hewan dan Manusia
Ilmu Alat Logika Kategori;
Hermeneutika;
Qiyas;
Demonstrasi;
Topika; Sofistika;
Retorika; Puitik
Bahasa Kata Tunggal,
Kata Tersusun,
Kaidah Kata
Tunggal; Kaidah
Kata Tersusun,

Memperbaiki
Tulisan,
Memperbaiki
Bacaan, dan
Menyusun Syair
Praktis Politik
Etika

2. Klasifikasi Ilmu Ikhwan Al-Shafa


Dalam pandangan Ikhwan Al-Shafa, klasifikasi ilmu tergambar pada skema berikut ini:
KATEGORI SUB 1 SUB 2 & PENJELASAN
UMUM
Ilmu Adab Syariat: pengetahuan yang didapat melalui jiwa
dan akal secara mendalam
Syariat Pengetahuan yang mulia: Pengetahuan yang
diserahkan kepada para Nabi berupa wahyu
Filsafat Matematika Logika Fisika Metafisika (ilahiyyah)

3. Klasifikasi Ilmu Ibnu Sina


Dalam pandangan Ibnu Sina, klasifikasi ilmu tergambar pada skema berikut ini:
KATEGORI UMUM SUB 1 SUB 2 PENJELASAN
Ilmu Hikmah Ilmu Fisika
Teoritis
Murni
Matematika
Ketuhanan 1) Pengamatan tentang
pengetahuan pengertian
umum semua maujudat;
2) pengamatan tentang
pokok-pokok dan dasar-
dasar seperti ilmu fisika,
matematika, dan logika;
3) pengamatan tentang
penetapan adanya Yang
Maha Benar (al Haq)
pertama dan
pengesaanNya;
4) pengamatan tentang
penetapan inti-inti
kerohanian (malaikat);
5) pengamatan tentang
pendayagunaan inti-inti
dari benda-benda langit
dan bumi terhadap inti-
inti kerohanian tersebut;
6) Pengetahuan tentang
cara turunnya wahyu;
7) Pengetahuan
pertemuan di akhirat (al
ma’ad), yakni membahas
tentang keadaan hari
berbangkit seperti
kebahagiaan dan
kesengsaraan rohani
yang dapat diketahui
melalui akal dan
kebahagiaan dan
kesengsaraan rohani
yang dapat diketahui
melalui syara’.
Ilmu Praktis Ilmu Akhlak
Ilmu Pengurusan Rumah
Ilmu Politik

4. Klasifikasi Ilmu Ibnu Haytham


Dalam pandangan Ibnu Haytham, klasifikasi ilmu tergambar pada skema berikut ini:
UMUM SUB 1 SUB 2 SUB 3 SUB 4
AL- Teori Matematika Geometri Geodesi,
HIKMAH Aritmatika Akunting,
Music Algebra,
astronomi Faraid,
Optik,
Timbangan
,
Geometric,
Mesin
Ilmu Alam Yang bersifat
fisik, objek yang
tampak yang
mampu
diketahui
melalui indra
Metafisika Sifat alam Sifat
Manusia
Ketuhanan
Praktik Individu Kesehatan
Moral/Akhlak

Kelompok Keluaraga
Admnistrasi
pemerintahan
Politik Hukum
Hukuman

5. Klasifikasi Ilmu Al Ghazali


Dalam pandangan al-Ghazali, klasifikasi ilmu tergambar pada skema berikut ini:
UMUM SUB 1 SUB 2 SUB 3 KETER
NGAN
ILMU Fardhu ‘Ain Mukasyafah (esoterik) makna Kasyf
yang kenabian,
berkenaan makna
dengan wahyu,
I’tiqad, malaikat,
Amal, mizan, sirat,
Larangan permusuha
n setan
dengan
malaikat,
dst
Fardhu Ilmu- Usul (pokok) ilmu tafsir, Berkena
Kifayah ilmu Furu’ (cabang) hadith, fiqh, dengan
yang agama Muqaddimah usul al-fiqh, industr
dipelajari (prasarana) dan lain-lain seperti
secukupnya Mutammimat pertani
(Pelengkap) tekstil,
desain
busana

Non yang berasal Kedokteran,


Agama dari hasil aritmatika,
penalaran akal politik,
manusia, logika,
pengalaman, bahasa
dan percobaan

6. Klasifikasi Ilmu Ibn Khaldun


UMUM SUB 1 SUB 2
Naqliyah hikmah dan Alqur’an dan ilmu
(berdasarkan falsafah Alqur’an, Tafsir,
otoritas atau ilmu hadis dan ilmu
tradisional) hadis, ilmu hukum,
ushul fiqh, dan fiqh,
teologi, ilmu tasawuf
dan bahasa
Aqliyah Logika, Ilmu Logika, fisika,
(berdasarkan akal Alam, kedokteran,
atau dalil Metafisika, pertanian, ilmu sihir,
rasional) Matenatika ilmu ghaib, kimia,
kuantitas (ukur,
bidang, ruang),
musik, ilmu
hitungan
(matematika),
astronomi

7. Klasifikasi Ilmu Konferensi Internasional Islamabad Berdasarakan hasil


Konferensi Internasional Islamabad, klasifikasiilmu tergambar dalam
skema berikut ini:
KLASIFIKASI CABANG-CABANG ILMU
ILMU
Ilmu-ilmu Al Qur’an: Studi dan penafsirannya
tentang yang Hadis/ Sunnah Nabi
kekal abadi Sirah (biografi) Nabi, para sahabat dan tabi’in
Keesaan Allah (tauhid)
Prinsip-prinsip ilmu Hukum
Bahasa Arab al Qur’an
Ilmu-ilmu tambahan/ penunjang metafisika
Islam, perbandingan agama, dan kebudayaan
Islam
Ilmu-ilmu Seni Imajinatif: seni arsitektur dan seni-seni
perolehan Islam lainnya, bahasa dan sastra
Ilmu-ilmu intelektual: ilmu-ilmu sosial
(teoretis), filsafat, pendidikan, ekonomi,
politik, sejarah, kebudayaan islam, teori-teori
Islam tentang politik, ekonomi, sosial, ilmu
budaya, sosiologi, linguistik, psikologi,
antropologi
Ilmu-ilmu fisika (teoretis): filsafat ilmu
pengetahuan, fisika, matematika, statistik,
kimia, ilmu biologi, astronomi, ilmu-ilmu
tentang angkasa luar
Ilmu-ilmu terapan: rekayasa dan teknologi
(sipil dan mesin), ilmu kedokteran, ilmu
pertanian, dan kehutanan
Ilmu-ilmu praktis: perdagangan, ilmu
administrasi, administrasi bisnis, administrasi
Negara, ilmu-ilmu perpustakaan, ekonomi
rumah tangga, ilmu-ilmu komunikasi

8. Klasifikasi Ilmu Kuntowijoyo


Menurut Kuntowijoyo, klasifikasi ilmu tergambar seperti dalam skema berikut ini:
Kawniyah ilmu-ilmu alam,
nomothetic
Qauliyyah ilmu-ilmu Alquran,
theological

Nafsiyah ilmu-ilmu
kemanusiaan,
hermeneutical

9. Klasifikasi Ilmu Amin Abdullah


Menurut Amin Abdullah, klasifikasi ilmu tergambar sebagaimana
skema berikut ini:
KLASIFIKASI LEVEL 1 KLASIFIKASI LEVEL 2
Alquran dan Sunnah
ilmu-ilmu Ushuluddin Kalam, Falsafah,
Tasawuf, Hadits, Tarikh, Fiqh,
Tafsir,
dan Lughah
pengetahuan teoritik Sociology, Hermeneutics,
Philology, Semiotics, Ethics,
Phenomenology, Psychology,
Philosophy, History,
Anthropology,
dan
Archeology
pengetahuan aplikatif Isu-isu Religious Pluralism,
Sciences and Technology,
Economics, Human Rights,
Politics/Civil Society, Cultural
Studies, Gender Issues,
Environmental Issues, dan
International Law

10. Klasifikasi Ilmu Imam Suprayogo


Menurut Imam Suprayogo, klasifikasi ilmu tergambar sebagaimana
skema berikut ini:
KLASIFIKASI KLASIFIKASI KLASIFIKASI
LEVEL 1 LEVEL 2 LEVEL 3
Fardhu ‘Ain Akar B. Indonesia, B.
Arab, B. Inggris,
Filsafat, Ilmu-Ilmu
Alam, Ilmu Sosial
dan Pancasila
Batang Kajian yang
bersumber pada
Al Quran dan
Hadist
Fardlu Kifayah Dahan, Ranting Jenis fakultas yang
dan Daun dipilih
Buah Bangunan ilmu
yang integratif
antara ilmu umum
dan agama yaitu
iman amal sholeh
dan akhlakul
karimah
Setelah mempelajari modul tentang Ilmu di Modul KB2, ada beberapa materi
yang menurut kami sulit untuk dipahami. Diantara materi tersebut Klasifikasi ilmu ada
Daftar 10 ilmuan yang memberikan pendapat lalu klasifikasi mana yang diterima yang paling
materi pada kuat
2
KB yang sulit intuisi merupakan bentuk pencapaian ilmu hudluriy yang didapatkan seseorang
dipahami dengan cara pasif baik itu secara langsung dari Allah atau melalui perantara, apa
maksudnya, sementara ilmu laduni untuk mendapatkannya seseorang secara
aktif berusaha, tidaklah datang sendiri tanpa usaha.
Daftar
materi yang
sering
Adapun daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran, yaitu:
mengalami
3 Intuisi, kasyaf, laduni dan jiwa sensitif
miskonsepsi
Akal amilah dan akal alimah
dalam
pembelajara
n

Anda mungkin juga menyukai