Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR KERJA 3.

5
JURNAL MENGAJAR DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK MENGAJAR (PPL) KE-
3

Tanggal : 28 Juni 2022


Tempat : SMP Terpadu Darussalam
Bentuk : Luring
Waktu : Pukul 13.30-14.50
Kompetensi Dasar :
1.8 Melaksanakan zakat sesuai dengan ketentuan syari’at Islam.
2.8 Menunjukkan perilaku taat dan peduli sebagai hikmah dari ketentuan zakat.
3.8 Memahami ketentuan zakat.
4.8 Mempraktikkan ketentuan zakat
Indikator Capaian Pembelajaran :
1.8.1 Meyakini ajaran zakat merupakan perintah agama, ( ‫)تفقه فى الدين‬, ( ‫)صالح‬
1.8.2 Melakukan zakat dengan ikhlas, ( ‫)إخالص‬, (‫)طاعة‬,
2.8.1. Berperilaku empati dan gemar menolong kaum dhuafa sebagai implementasi dari
pemahaman makna zakat ( ‫أخوة‬/ ‫)تعاون‬, (‫)اعتماد على النفس‬
2.8.2. Berperilaku peduli kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari. (‫)مجتمعية‬,
3.8.1. Mendeskripsikan pengertian zakat
3.8.2. Menyebutkan dalil zakat
3.8.3. Menyebutkan ketentuan zakat mal
3.8.4. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah
3.8.5. Menyebutkan mustahiq zakat
3.8.6. Menyebutkan hikmah pelaksanakan zakat
4.8.1 Menghitung zakat mal dan zakat fitrah
4.8.2 Mempresentasikan hasil hitungan zakat mal dan zakat fitrah
Adapun pada pertemuan pertama Indikator Pencapaian dibatasi :
a. Pengertian Zakat Mal
b. Dalil Ancaman tidak menunaikan Zakat
c. Syarat kewajiban zakat mal
d. Mustahiq Zakat
e. Perhitungan zakat mal

Jumlah Peserta Didik Hadir : 33


Ketidaksesuaian antara
Kasus/Masalah yang
Kendala yang terjadi Rencana (RPP) dengan
No muncul dalam
dalam Pembelajaran Pelaksanaan
pembelajaran
Pembelajaran
1 Tidak terjadi kendala Telah sesuai dengan RPP Siswa kurang aktif
apapun dalam teknis bertanya, guru mencoba
memancing dengan
memberikan pertanyaan
yang dijawab oleh siswa
kembali, guru terus
menerus mengajukan
pertanyaan, siswa aktif
memberikan tanggapan,
tetapi jarang yang
memberi pertanyaan.
2 Asasemen diagnostic
diperlukan untuk materi
zakat mal, sebab tanpa
penguasaan materi
sebelumnya tidak akan
bisa memahami materi
zakat mal dengan baik,
asasemen diagnostic
masih tetap dilakukan
dengan online walaupun
hasil refleksi di RPP
pertemuan kedua
merekomendasikan
pembelajaran yang tidak
mengandalkan online
menimbang kondisi
sekolah berbasis
pesantgren. Hal ini terjadi
karena sangat
Ketidaksesuaian antara
Kasus/Masalah yang
Kendala yang terjadi Rencana (RPP) dengan
No muncul dalam
dalam Pembelajaran Pelaksanaan
pembelajaran
Pembelajaran
membutuhkan hasil yang
cepat untuk diagnostic.
3 Penggunaan meteri ajar
sumber dari penelitian
tidak diketahui batasan
untuk jenjang SD, SMP
atau SMA, sementara
untuk kajian Pustaka apa
yang terdapat dalam Jurnal
sama denga napa yang ada
dibuku ajar, tetapi untuk
menerangkan
penelitiannya sepertinya
belum terlalu nyambung
untuk jenjang SD atau
SMP, kalau SMA/SMK
masih memungkinkan.
LEMBAR KERJA 3.6
DAFTAR PENYELESAIAN KASUS/MASALAH PELAKSANAAN PRAKTIK
MENGAJAR (PPL) KE-1

Tanggal : 28 Juni 2022


Tempat : SMP Terpadu Darussalam
Bentuk : Luring
Waktu : Pukul 13.30-14.50
Kompetensi Dasar :
1.8 Melaksanakan zakat sesuai dengan ketentuan syari’at Islam.
2.8 Menunjukkan perilaku taat dan peduli sebagai hikmah dari ketentuan zakat.
3.8 Memahami ketentuan zakat.
4.8 Mempraktikkan ketentuan zakat
Indikator Capaian Pembelajaran :
1.8.1 Meyakini ajaran zakat merupakan perintah agama, ( ‫)تفقه فى الدين‬, ( ‫)صالح‬
1.8.2 Melakukan zakat dengan ikhlas, ( ‫)إخالص‬, (‫)طاعة‬,
2.8.1. Berperilaku empati dan gemar menolong kaum dhuafa sebagai implementasi dari
pemahaman makna zakat ( ‫أخوة‬/ ‫)تعاون‬, (‫)اعتماد على النفس‬
2.8.2. Berperilaku peduli kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari. (‫)مجتمعية‬,
3.8.1. Mendeskripsikan pengertian zakat
3.8.2. Menyebutkan dalil zakat
3.8.3. Menyebutkan ketentuan zakat mal
3.8.4. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah
3.8.5. Menyebutkan mustahiq zakat
3.8.6. Menyebutkan hikmah pelaksanakan zakat
4.8.1 Menghitung zakat mal dan zakat fitrah
4.8.2 Mempresentasikan hasil hitungan zakat mal dan zakat fitrah
Adapun pada pertemuan pertama Indikator Pencapaian dibatasi :
a. Pengertian Zakat Mal
b. Dalil Ancaman tidak menunaikan Zakat
c. Syarat kewajiban zakat mal
d. Mustahiq Zakat
e. Perhitungan zakat mal

Jumlah Peserta Didik Hadir : 33


Kasus/Masalah yang
No Ditemukan dalam Faktor Penyebab Alternatif solusi/tindakan
Pembelajaran
1 Siswa kurang aktif 1. Siswa telah 1. Jika Siswa telah memahami
bertanya, guru mencoba memahami keterangan guru maka tidak
memancing dengan keterangan guru mesti siswa harus ramai bicara,
memberikan pertanyaan hendaknya dilihat dari lembar
yang dijawab oleh siswa kerja siswa, jika menjawab
kembali, guru terus diatas KKM maka betul mereka
menerus mengajukan rata-rata telah mehami
pertanyaan, siswa aktif pelajaran.
memberikan tanggapan, 2. Siswa bisa 2. Siswa bisa mencari jawaban
tetapi jarang yang mencari sendiri atas pertanyaannya di
memberi pertanyaan. jawaban sendiri google.com, maka tidak
atas masalah, lebih baik difasilitasi
pertanyaannya agar mengumpulkan
di google.com keterangan materi ajar
sebanyak-banyaknya di
goole.com lalu guru meminta
mereka menerangkan untuk
direview
3. Siswa telah 3. Sebaiknya indicator bertanya
mendapatkan hanya dimunculkan dengan
jawaban opsi apabila siswa tidak
pertanyaannya memahami, siswa tidak ada
dari aktivitas rasa ingin tahu, ketika mereka
Kerjasama aktif mencari tahu dengan
kelompok, bertanya kepada keompoknya
sementara yang sendiri, sumber bacaan atau ke
dinilai oleh google.com itu sudah menjadi
observer indicator aktif bertanya,
“bertanya” bertanya tidak mesti mencari
kepada guru. jawaban ke guru.
Kasus/Masalah yang
No Ditemukan dalam Faktor Penyebab Alternatif solusi/tindakan
Pembelajaran
2 Asasemen diagnostic Hal ini terjadi Pada SMP Terpadu Darussalam
diperlukan untuk materi karena sangat yang berbasis pesantren,
zakat mal, sebab tanpa membutuhkan hendaknya setiap guru maple
penguasaan materi hasil yang cepat dijadwalkan agar melakukan
sebelumnya tidak akan untuk diagnostic, pembelajaran berbasis TPACK ke
bisa memahami materi pertanyaan online Lab. Komputer karena hal ini
zakat mal dengan baik, sudah tersistem sangat penting, minimal jadwal
asasemen diagnostic mengoreksi dalam kegiatan asasemen
masih tetap dilakukan otomotis diagnostic, guru dalam satu Bab
dengan online walaupun materi ajar diwajibkan untuk
hasil refleksi di RPP melakukan asasemen diagnostic
pertemuan kedua sesuai dengan kebutuhan apakah
merekomendasikan diperlukan di awal, atau di
pembelajaran yang tidak pertemuan akhir yang materinya
mengandalkan online bersyarat harus paham betul dulu
menimbang kondisi materi dipertemuan sebelumnya.
sekolah berbasis
pesantren..
3 Penggunaan meteri ajar 1. Perbedaan level 1. Perlu ada penyederhanaan
sumber dari penelitian kognitif setiap dengan melakukan analisis jurnal
tidak diketahui batasan jenjang berbeda per jenjang, hal ini tentu dilakukan
untuk jenjang SD, SMP sehingga sumber oleh pemerintah sehingga guru
atau SMA, sementara bahan ajar dari tahu jurnal mana yang cocok
untuk kajian Pustaka apa hasil penelitian dengan level kognitif perjenjang.
yang terdapat dalam Jurnal yang bahasannya Hal ini sama dengan KD yang
sama denga napa yang ada tinggi bisa jadi telah disesuaikan oleh pemerintah
dibuku ajar, tetapi untuk tidak cocok untuk level kognitifnya per jenjang.
menerangkan level kognitiv
penelitiannya sepertinya jenjang SD dan
belum terlalu nyambung SMP
untuk jenjang SD atau
Kasus/Masalah yang
No Ditemukan dalam Faktor Penyebab Alternatif solusi/tindakan
Pembelajaran
SMP, kalau SMA/SMK 2. Belum diberikan
masih memungkinkan. batasan jurnal
untuk SD atau
SMP atau
SMA/SMK,
sehingga pada
materi yang sama
misalnya zakat,
boleh jadi jurnal
yang pakai sama
tanpa bisa
menimbang level
kognitif
3.7 LAPORAN SINGKAT KEGIATAN PRAKTIK MENGAJAR KE-1 SAMPAI KE-3

A. Deskripsikan Jenis Kasus/Masalah Pelaksanaan Pembelajaran


1. Kasus Kegiatan Mengajar 1
a. Ketika mengambil kupon berisi catatan Al-Qurán yaang harus dihapal, ayat
tersebut dibaca QS. Ali-Imron 139 padahal sebenarnya QS. Ali Imron 134,
angka 4 yang saya tulis hampir mirip dengan angka 9
b. Akses mudah diinternet menemukan jawaban, sehingga penilaian tes
dengan komputer tidak boleh pertanyaan tekstual, harus kontekstual
c. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang
diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi
stimulus berulang-ulang
d. Hasil belajar siswa berbasis masalah terlihat dari hasil LKPD masih kurang.
2. Kasus Kegiatan Mengajar 2
a. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang
diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi
stimulus berulang-ulang,
b. SMP Terpadu Darussalam sekolahnya berbasis pesantren, mendidik dengan
cara tidak bebas menggunakan HP, tentunya guru harus tetap memilih
Teknik bervariatif dalam pembelajaran di metode Cooperative Learning
tipe STAD ini tidak hanya harus menggunakan asasemen game online saja
c. Tugas kelompok menggunakan Teknik Asasemen game online ini
menjadikan siswa aktif, terjadi peningkatan aktivitas siswa terutama pada
keaktifan individu dalam kelompok, mereka ketika mengerjakan soal asyik
dengan soalnya masing-masing karena berbentuk game, konsentrasi
mereka lebih focus pada pekerjaan individunya sehingga untuk bertanya
dan berdiskusi tidak terlalu fokus tetapi ada peningkatan dari yang
sebelumnya.
3. Kasus Kegiatan Mengajar 3
a. Siswa kurang aktif bertanya, guru mencoba memancing dengan
memberikan pertanyaan yang dijawab oleh siswa kembali, guru terus
menerus mengajukan pertanyaan, siswa aktif memberikan tanggapan, tetapi
jarang yang memberi pertanyaan.
b. Asasemen diagnostic diperlukan untuk materi zakat mal, sebab tanpa
penguasaan materi sebelumnya tidak akan bisa memahami materi zakat mal
dengan baik, asasemen diagnostic masih tetap dilakukan dengan online
walaupun hasil refleksi di RPP pertemuan kedua merekomendasikan
pembelajaran yang tidak mengandalkan online menimbang kondisi sekolah
berbasis pesantren..
c. Penggunaan meteri ajar sumber dari penelitian tidak diketahui batasan
untuk jenjang SD, SMP atau SMA, sementara untuk kajian Pustaka apa
yang terdapat dalam Jurnal sama denga napa yang ada dibuku ajar, tetapi
untuk menerangkan penelitiannya sepertinya belum terlalu nyambung
untuk jenjang SD atau SMP, kalau SMA/SMK masih memungkinkan.
B. Deskripsikan Faktor Penyebab
1. Faktor Penyebab Kasus 1
a. Angka 4 yang saya tulis terlihat mirip oleh siswa dengan angka 9.
b. Pembelajaran di Lab Komputer yang sangat mudah mendapatkan informasi
c. Dugaan faktor penyebabnya adalah :
i. Sudah familiar dengan materi zakat sebab lingkungannya dibawah
naungan Pondok pesantren.
ii. Belum terbiasa berfikir kontekstual, perlu diberikan stimulus terus
yang lebih banyak
d. Siswa belum terbiasa menjawab soal berbasis masalah.
2. Faktor Penyebab Kasus 2
a. dugaan sementara akses internet lebih mudah dan lebih cepat mendapatkan
jawaban dari pertanyaan yang ada, dan mereka berada di depan layar
Google.com
b. Tidak setiap ruang kelas dibekali computer, dan anak tidak boleh
menggunakan HP Android
c. Terfokus perhatian masing-masing individu pada asasemen game online
yang menarik perhatiannya
3. Faktor Penyebab Kasus 3
a. Untuk kasus bagian a ini ada beberapa faktor penyebab :
i. Siswa telah memahami keterangan guru
ii. Siswa bisa mencari jawaban sendiri atas pertanyaannya di
google.com
iii. Siswa telah mendapatkan jawaban pertanyaannya dari aktivitas
Kerjasama kelompok, sementara yang dinilai oleh observer
“bertanya” kepada guru.
b. Hal ini terjadi karena sangat membutuhkan hasil yang cepat untuk
diagnostic, pertanyaan online sudah tersistem mengoreksi otomotis
c. Menurut peneilti ada 2 faktor penyebab pada bagian c ini :
i. Perbedaan level kognitif setiap jenjang berbeda sehingga sumber
bahan ajar dari hasil penelitian yang bahasannya tinggi bisa jadi tidak
cocok untuk level kognitiv jenjang SD dan SMP
ii. Belum diberikan batasan jurnal untuk SD atau SMP atau SMA/SMK,
sehingga pada materi yang sama misalnya zakat, boleh jadi jurnal
yang pakai sama tanpa bisa menimbang level kognitif
C. Deskripsikan Alternatif Solusi/Tindakan
1. Solusi/Tindakan Kasus 1
a. Anak tetap mempersentasekan hapalannya di kelas karena ayat yang
dihapal masih bisa dikaitkan dengan materi zakat, yaitu syarat zakat harus
islam atau beriman
b. Pembelajaran yang bermakna harusnya kontekstual dan bermakna,
pemahaman bermakna haruslah memberikan soal yang empiris, kontekstual
dan adanya penalaran berfikir dan pengalaman, untuk itu soal juga
diberikan dalam bentuk pertanyaan pemantik
c. Pembelajaran yang mengkondisikan untuk berdiskusi. Pembelajaran yang
merangsang siswa dapat mencari berbagai materi dari segala jalur seperti
internet. Pembelajran dilakukan dengan menarik perhatian dan adanya
kasus faktual yang cukup viral. Memberikan soal yang berkaitan dengan
kehidupannya atau keluarganya sendiri.
d. Siswa hendaknya dibiasakan dalam menjawab soal berbasis masalah, guru
harus menerangkan kasus kasus lapangan, apa yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, hal ini membantu siswa berfikir realitas yang ada di
kehidupan nyata.
2. Solusi/Tindakan Kasus 2
a. Menurut peneliti hal ini tidak jadi masalah sebab ini bagian dari peserta
didik belajar mengekplorasi pengetahuannya dari berbagai sumber
b. membuat Teknik belajar yang bervariatif, maka pada model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe STAD berikutnya dilakukan Teknik belajar dan
asasemen yang berbeda mengingat tidak setiap saat guru masuk ruang Lab
Komputer, tetapi akses internet di ruangan kelas cukup memadai.
c. Pembelajaran dilakukan dengan menarik perhatian dan adanya kasus
faktual yang cukup vital. Memberikan soal yang berkaitan dengan
kehidupannya atau keluarganya sendiri.
3. Solusi/Tindakan Kasus 3
a. Solusi yang diberikan :
1. Jika Siswa telah memahami keterangan guru maka tidak mesti siswa
harus ramai bicara, hendaknya dilihat dari lembar kerja siswa, jika
menjawab diatas KKM maka betul mereka rata-rata telah mehami
pelajaran.
2. Siswa bisa mencari jawaban sendiri atas pertanyaannya di
google.com, maka tidak masalah, lebih baik difasilitasi agar
mengumpulkan keterangan materi ajar sebanyak-banyaknya di
goole.com lalu guru meminta mereka menerangkan untuk direview
3. Sebaiknya indicator bertanya hanya dimunculkan dengan opsi apabila
siswa tidak memahami, siswa tidak ada rasa ingin tahu, ketika mereka
aktif mencari tahu dengan bertanya kepada keompoknya sendiri,
sumber bacaan atau ke google.com itu sudah menjadi indicator aktif
bertanya, bertanya tidak mesti mencari jawaban ke guru.
b. Pada SMP Terpadu Darussalam yang berbasis pesantren, hendaknya setiap
guru maple dijadwalkan agar melakukan pembelajaran berbasis TPACK ke
Lab. Komputer karena hal ini sangat penting, minimal jadwal dalam
kegiatan asasemen diagnostic, guru dalam satu Bab materi ajar diwajibkan
untuk melakukan asasemen diagnostic sesuai dengan kebutuhan apakah
diperlukan di awal, atau di pertemuan akhir yang materinya bersyarat harus
paham betul dulu materi dipertemuan sebelumnya.
c. Perlu ada penyederhanaan dengan melakukan analisis jurnal per jenjang,
hal ini tentu dilakukan oleh pemerintah sehingga guru tahu jurnal mana
yang cocok dengan level kognitif perjenjang. Hal ini sama dengan KD yang
telah disesuaikan oleh pemerintah level kognitifnya per jenjang.
D. Uraian Hasil yang didapatkan dari Tindakan
1. Hasil Tindakan 1
a. Ketika mengambil kupon berisi ctatan Al-Qurán yaang harus dihapal, ayat
tersebut dibaca QS. Ali-Imron 139 padahal sebenarnya QS. Ali Imron 134,
angka 4 yang saya tulis hampir mirip dengan angka 9, Anak tetap
mempersentasekan hapalannya di kelas karena ayat yang dihapal masih bisa
dikaitkan dengan materi zakat, yaitu syarat zakat harus islam atau beriman,
dengan demikian anak tidak merasa kecewa kalau harus menghafal lagi QS.
Ali Imron 134, waktu lebih efisien tidak menambah waktu dari yang telah
ditetapkan.
b. Akses mudah diinternet menemukan jawaban, sehingga penilaian tes
dengan komputer tidak boleh pertanyaan tekstual, harus kontekstual, siswa
lebih cepat mendapatkan pengetahuan tekstual pada internet. Kalau guru
tetap mengajar tekstual maka guru tersebut akan dikalahkan oleh
google.com yang berada di depan siswa. Pembelajaran yang bermakna
harusnya kontekstual, pemahaman bermakna haruslah memberikan soal
yang empiris, kontekstual dan adanya penalaran berfikir dan pengalaman
belajar, untuk itu soal juga diberikan dalam bentuk pertanyaan pemantik.
Dengan demikian siswa tidak hanya akan membaca teks untuk menjawab,
mereka harus berfikir dan bernalar dalam melakukan pembelajaran. Siswa
akan memiliki keterampilan HOTS, berfikir kritis dan akademis. Siswa
tidak hanya sekedar hafal dari pengetahuan, tetapi dapat memahami
pengetahuan tersebut dan bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
c. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang
diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi
stimulus berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena : (1) siswa sudah
familiar dengan materi zakat sebab lingkungannya dibawah naungan
Pondok pesantren. (2) Belum terbiasa berfikir kontekstual, perlu diberikan
stimulus terus yang lebih banyak, Adapun solusi yang diberikan adalah
Pembelajaran yang mengkondisikan untuk berdiskusi. Pembelajaran yang
merangsang siswa dapat mencari berbagai materi dari segala jalur seperti
internet. Pembelajaran dilakukan dengan menarik perhatian dan adanya
kasus faktual yang cukup viral. Memberikan soal yang berkaitan dengan
kehidupannya atau keluarganya sendiri. Diantara pembelajaran yang
menarik perhatian adalah dengan menggunakan aplikasi wordwall.net
untuk memberikan soal online berbasis game. Pemebelajaran ini akan
cukup menyenangkan sebab belajarnya seperti bermain game. Materi
selanjutnya itu tentang zakat fitrah, ini materi sangat viral di dalam
keluarga, maka agar ada buah bibir di keluarga mereka, peneliti menyuruh
siswa menghitung jumlah zakat fitrah keluarganya masing-masing, besaran
zakat terkini dengan melihat fatwa MUI atau Baznas di kabupaten mereka
masing-masing. Pembelajaran seperti ini peneliti rasakan selain
menyenangkan juga serasa menantang.
d. Kemampuan siswa memecahkan masalah terlihat dari hasil LKPD masih
kurang, disebabkan Siswa belum terbiasa menjawab soal berbasis masalah,
solusi yang diberikan : Siswa hendaknya dibiasakan dalam menjawab soal
berbasis masalah, guru harus menerangkan kasus kasus lapangan, apa yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini membantu siswa berfikir
realitas yang ada di kehidupan nyata. Hasil yang diharapkan siswa kan
mampu menjawab soal berbasis masalah dan mendapatkan pembelajaran
kehidupan nyata yang bermakna.
2. Hasil Tindakan 2
a. Siswa kurang aktif dalam berpendapat dan bertanya, stimulus yang
diberikan akan membawa kepada kepahaman, dan harus selalu diberi
stimulus berulang-ulang, sebabkan akses internet lebih mudah dan lebih
cepat mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada, dan mereka berada
di depan layar Google.com. Menurut peneliti hal ini tidak jadi masalah
sebab ini bagian dari peserta didik belajar mengekplorasi pengetahuannya
dari berbagai sumber, terlihat terjadi peningkatan aktivitas siswa terutama
pada keaktifan individu dalam kelompok, oertanyaan yang berupa
pertnayaan teks mereka bisa langsung mencari sendiri di google.com dan
selain itu terlihat literasi digital anak semakin terbiasa, atau adanya
kemampuan TAPCK guru.
b. SMP Terpadu Darussalam sekolahnya berbasis pesantren, mendidik dengan
cara tidak bebas menggunakan HP, tentunya guru harus tetap memilih
Teknik bervariatif dalam pembelajaran di metode Cooperative Learning
tipe STAD ini tidak hanya harus menggunakan asasemen game online saja,
tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran dengan menggunakan
asasemen online berbasis game melalui wordwall.net, alhamdulillah, terjadi
peningakatan keaktivan siswa, juga kerjasama kelompok; pada point
“bertanya” naik dari kategori kurang menjadi cukup, demikian pula juga
pada point “mendengarkan dengan aktif” naik dari kategori baik menjadi
baik sekali dan point, tetapi belum terlalu seperti yang diharapkan walaupun
secara keseluruhan susah melewati target keberhasilan, sebab siswa
kelihatan sangat asyik dengan game tersebut, perhatian focus ke game
keaktifan berpendapat dan bertnya tidak terlalu massif, untuk itu di siklus 3
perlu membuat teknik belajar yang bervariatif, maka pada model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD berikutnya dilakukan
Teknik belajar dan asasemen diagnostic berbasis game dialkukan sebentar
di pendahualuan, yang berbeda mengingat tidak setiap saat guru masuk
ruang Lab Komputer, agar menjadi prirotas dalam satu bab satu kali untuk
mengetahui kesiapan belajar siswa yang menjamin motivasi belajarnya
c. Tugas kelompok menggunakan Teknik Asasemen game online ini
menjadikan siswa aktif, terjadi peningkatan aktivitas siswa terutama pada
keaktifan individu dalam kelompok, mereka ketika mengerjakan soal asyik
dengan soalnya masing-masing karena berbentuk game, konsentrasi
mereka lebih focus pada pekerjaan individunya sehingga untuk bertanya
dan berdiskusi tidak terlalu fokus tetapi ada peningkatan dari yang
sebelumnya. Materi zakat fitrah dengan soal menghitung zakat fitrah
masing-masing keluarganya, dengan besaran zakat yang disesuaikan
dengan fatwa MUI atau Baznas di kabupatennya masing-masing menjadi
pembelajaran yang cukup menantang, dan ditekankan agar hasil
hitungannya disampaikan kepada orangtua atau keluarganya yang dihitung
zakatnya. Hal ini membuat anak lebih termotivasi dan lebih aktif, dan hasil
LKPD siswa meningkat, seluruhnya diatas KKM dengan kategori baik,
3. Hasil Tindakan 3
a. Siswa kurang aktif bertanya, guru mencoba memancing dengan memberikan
pertanyaan yang dijawab oleh siswa kembali, guru terus menerus
mengajukan pertanyaan, siswa aktif memberikan tanggapan, tetapi jarang
yang memberi pertanyaan. Setelah merenung dan meneliti dari siklus 1 dan
siklus peneliti menemukan faktor penyebab yang meyakinkan bahwa (1)
Siswa telah memahami keterangan guru (2) Siswa bisa mencari jawaban
sendiri atas pertanyaannya di google.com (3) Siswa telah mendapatkan
jawaban pertanyaannya dari aktivitas Kerjasama kelompok, sementara yang
dinilai oleh observer “bertanya” kepada guru. Maka dengan demikian, (1)
Jika Siswa telah memahami keterangan guru maka tidak mesti siswa harus
ramai bicara, hendaknya dilihat dari lembar kerja siswa, jika menjawab diatas
KKM maka betul mereka rata-rata telah mehami pelajaran. (2) Siswa bisa
mencari jawaban sendiri atas pertanyaannya di google.com, maka tidak
masalah, lebih baik difasilitasi agar mengumpulkan keterangan materi ajar
sebanyak-banyaknya di goole.com lalu guru meminta mereka menerangkan
untuk direview (3) Sebaiknya indicator bertanya hanya dimunculkan dengan
opsi apabila siswa tidak memahami, siswa tidak ada rasa ingin tahu, ketika
mereka aktif mencari tahu dengan bertanya kepada keompoknya sendiri,
sumber bacaan atau ke google.com itu sudah menjadi indicator aktif
bertanya, bertanya tidak mesti mencari jawaban ke guru.
Dengan solusi di atas maka tentunya intrumen bertanya lebih luas
penerapannya tidak terbatas sempit sehingga keaktiftan siswa bertanya tidak
selalu dianggap kurang. Hasil lain yang diperoleh, anak lebih massif
miengutarakan pendapat lebih kelihatan bersemangat, tentu dengan adanya
pancingan dari guru yang terus menerus memberikan pertanyaan dan
stimulus.
b. Asasemen diagnostic diperlukan untuk materi zakat mal, sebab tanpa
penguasaan materi sebelumnya tidak akan bisa memahami materi zakat mal
dengan baik, asasemen diagnostic masih tetap dilakukan dengan online
walaupun hasil refleksi di RPP pertemuan kedua merekomendasikan
pembelajaran yang tidak mengandalkan online menimbang kondisi sekolah
berbasis pesantren. Pada SMP Terpadu Darussalam yang berbasis pesantren,
hendaknya setiap guru mapel dijadwalkan agar melakukan pembelajaran
berbasis TPACK ke Lab. Komputer karena hal ini sangat penting, minimal
jadwal dalam kegiatan asasemen diagnostic, guru dalam satu Bab materi ajar
diwajibkan untuk melakukan asasemen diagnostic sesuai dengan kebutuhan
apakah diperlukan di awal, atau di pertemuan akhir yang materinya bersyarat
harus paham betul dulu materi dipertemuan sebelumnya. Teknik belajar dan
asasemen diagnostic berbasis game dialakukan sebentar di pendahualuan,
agar menjadi prirotas dalam satu bab satu kali untuk mengetahui kesiapan
belajar siswa yang menjamin motivasi belajarnya, hasilnya anak di awal
pembelajaran terlihat senang dengan game dan juga tidak terlalu terbwa
game sebab hanya dialukan di awal dalam waktu singkat. Untuk
pembelajaran kedepannya siswa lebih aktif, seiring sudah familier dengan
soal berbasis masalah maka hasil LKPD siswa meningkat menjadi kategori
baik sekali.
c. Penggunaan meteri ajar sumber dari penelitian tidak diketahui batasan untuk
jenjang SD, SMP atau SMA, sementara untuk kajian Pustaka apa yang
terdapat dalam Jurnal sama denga napa yang ada dibuku ajar, tetapi untuk
menerangkan penelitiannya sepertinya belum terlalu nyambung untuk
jenjang SD atau SMP, kalau SMA/SMK masih memungkinkan. hal ini
disebabkan (1) perbedaan level kognitif setiap jenjang berbeda sehingga
sumber bahan ajar dari hasil penelitian yang bahasannya tinggi bisa jadi tidak
cocok untuk level kognitiv jenjang SD dan SMP, (2) belum diberikan batasan
jurnal untuk SD atau SMP atau SMA/SMK, sehingga pada materi yang sama
misalnya zakat, boleh jadi jurnal yang pakai sama tanpa bisa menimbang
level kognitif, Adapun solusi yang peneliti tawarkan : Perlu ada
penyederhanaan dengan melakukan analisis jurnal per jenjang, hal ini tentu
dilakukan oleh pemerintah sehingga guru tahu jurnal mana yang cocok
dengan level kognitif perjenjang. Hal ini sama dengan KD yang telah
disesuaikan oleh pemerintah level kognitifnya per jenjang. In syaa Allah akan
melahirkan hasil tindakan : (1) pembelajaran dari sumber jurnal penelitian
yang sesuai dengan level kognitif, (2) guru akan lebih mudah mengases
jurnal yang cocok dengan jenjang sekolah atau level kognitifnya, (3)
pembelajaran yang dilakukan akan sesuai dengan kebutuhan anak pada
masanya.
E. Simpulan
Setelah menjalani tiga siklus atau tiga kali praktek mengajar, diketahui nilai Instrumen
untuk meneliti peningkatan motivasi belajar siswa dan kemampuan pemecahan
masalah siswa sangat baik, hal ini berarti penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe STAD pada Materi Zakat Fitrah dan Mal di Kelas IXB SMP Terpadu
Darussalam Rajapolah Tasikmalaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada soal
berbasis masalah dengan sangat baik.
Untuk mengetahui motivasi belajar siswa terutama pada indicator memberikan
tanggapan/pendapat dan bertanya maknanya harus diperluas, tidak hanya sekedar
bertanya pada guru lalu dileparkan jawabannya ke pada siswa yang lainnya, tetapi
aktivitas bertanya dalam kelompoknya, memeberikan pendapat dalam kelompoknya
menjadi indicator keaktifan juga. Demikian pula tidak mesti seluruh anak memberikan
pendapat dan bertanya.
F. Saran
1. Agar kegiatan belajar mengajar lebih baik agar selalu dilakukan PTK, ketika
mengajar setiap guru dapat meneliti sendiri di ruang kelasnya, saat jadwal
mengajar, dan bisa juga menjadi observer sendiri dengan maksud pengamatan itu
untuk muhasabah diri dan jujur dalam rangka perbaikan pembelajaran diri sendiri.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam tiga siklus memang sama tetapi teknik
pembelajaran agar bisa bervariatif, sepertinya setiap model pembelajaran
semuanya baik dan dapat meningkatkan motivasi belajar, hanya saja harus
disesuaikan dengan materi ajar.
3. Kegiatan observasi PTK bisa digabung dengan kegiatan supervisi, sehingga
supervisor bisa sekalian menjadi observer.

Anda mungkin juga menyukai