Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK KADER DA’WAH

Kader da’wah adalah seorang yang telah mengikuti proses tarbiyah secara intensif, memiliki
kesiapan untuk berjuang dan berkorban di jalan da’wah dan berpotensi untuk melakukan perubahan
secara islami di masyarakat. Oleh karenanya ia harus memiliki kelebihan dan keistimewaan dibanding
dengan masyarakat umum lainnya, dan tidak semua orang harus menjadi kader, sebab kader pada
umumnya lebih sedikit jumlahnya dari jumlah simpatisan dan masyarakat umum. Allah SWT.
menegaskan hal itu dalam surat al-Ahzab ayaat 23, yang artinya:
“Di antara orang orang mu’min itu ada rijal [kader] yang memepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah;maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada pula yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah janjinya “.
Para kader ini telah siap berjuang dan berkorban dengan jiwa raga dan seluruh harta serta potensi
yang mereka miliki. Di dalam surat at-Taubah ayat 111, Allaoh berfirman, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan
memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh, itu telah menjadi janji yang benardari Allah di dalam Taurot, Injil dan AL-qur’an Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya selain dari pada Allah?Maka bergembiralah dengan iual beli
yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar “.
Sesungguhnys da’wah ini tidak dapat diemban kecuali oleh kader yang membelanya secara
maksiamal dan siap memberikan jiwa raga, harta, waktu dan seluruh potensi yang dimilikinya,
kesungguhan, keseriusan dan usahanya hanya untuk da’wah, jiwa raganya sudah menyatu dengan
da’wah, cita-citanya hanya untuk kemajuan dan kebesaran da’wah.
Kader yang seperti ini harus ada padanya:
-pemahahan Islam yang menyeluruh dan benar bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.
-keikhlasan yang tinggi, sehingga ia menjadi pembela fikroh dan aqidah bukan pembela
kepentingan dan keuntungan pribadi.
-mengutamakan kerja dari pada berbicara.
-totalitas untuk da’wah.
-selalu siap jihad dalam rangka menegakkan syari’at Allah.
-siap berkorban dengan segala potensi yang ia miliki.
-tegar dijalan untuk mencapai cita-cita da’wah, sekalipun lama waktunya, panjang perjalanannya
dan berat tantangannya.
-membiasakan diri untuk selalu taat kepada qiyadah dan jama’ah.
-percaya kepada kepada qiyadah dan jama’ah.
-selalu memelihara kemurnian ukhuwwah yang berdiri di atas kasih sayang dan cinta
mencintai.
Syekh Hasan Al-Banna menggambarkan kader yang beliau inginkan;
“ Rojulul qoul [orang yang pandai berbicara] tidak sam dengan rojulul’amal [orang yang
pandai bekerja] dan rojulul’amal tidak sama dengan rojulul jihad [orang yang optimal dalam
bekerja] dan rojulul jihad saja tidak sama dengan rojulul jihad yang muntij [produktif] ,
alhakim [yang bijak] yaitu orang yang mendatangkan hasil yang maksimal dengan pengorbanan
yang paling kecil “.
“ Sesungguhnya orang pandai berbicara itu banyak, tetapi sedikit diantara mereka yang
konsisten ketika bekerja, dan banyak diantara mereka yang tidak bisa bekerja, dan yang bisa
bekerja sedikit di antra mereka yang mampu mengemban amanah [tugas] jihad yang berat dan
kerja keras. Mereka adalah para mujahid dan orang –orang pilihan yang terkadang merka salah
jalan dan tidak tepat sasaran bila tidak mendapat pertolongan dari Allah “

1
DASAR-DASAR [ASAS] PEMBENTUKAN KADER DA’WAH.
Kader yang berkualitas haarus di bangun di atas 4 asas:
a. Al-fahmu ad-daqiq [pemahaman yang luas] .
Kader da’wah memahami Islam sebagai manhajulhayah dengan pemahaman yang benar [al-fahmu
as-shohih] , pemahaman menyeluruh [al-fahmu as-syamil] dam pemahaman yang utuh [al-fahmu al-
kamil] .
Syekh Hasan AL-Banna ketika memberikan definisi islam di dalam ushul isyrin berkata:
“Islam adalah system yang menyeluruh mencakupseluruh seluruh segi kehidupan. Maaka ia adalah
negara dan ytanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih saying dan keadilan peradaban
dan undang-undang, ilmu pengetahuan an hokum, materi dan kekayaan alam penghasilan dan kekayaan
jihad dan da’wah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah
yang bernar, tidak kurang dan tidak lebih “.
Kader da’wah yang pemahaman Islamnya benar ia akan terpelihara dari derbagai penyimpangan
[inhirofat] , karena terjadinya penyimpangan da’wah sebab utamanya adalah inhirof fikri yang
sumbernya adalah pemahaman yang salah, baik pemahaman yang parsial ataupun pemahaman yang
keliru. Pemahaman Islam yang benar adalah dengan merujukada sumber aslinya, yaitu al-Qur’an dan
as-Sunnah dan peraktek amali salafus sholih.
b. Al-Iman al- Amiq [keyakinan yang kuat] .
Kader da’wah harus tertaman di dalam jiwanya keyakinan yang kuat, bahwa Islam satu- satunya
syistem yang mampu memenuhi kebutuhan manusia dankebahagiaan mereka lahir dan batin, dunia dan
akhirat. Allah mengingatkan Rasul dan umatnya; “Berpegang teguhlah kamu dengan apa yang Aku
telah wahyukan kepadamu [al-Islam] sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus “ (az-
Zuhruf: 43).
Kader da’wah harus yakin, dengan al-Islam umat Islam mampu memimpin dunia, menjadi guru
peradaban dunia. Dan Allah telah mempersiapkan ummat islam untuk itu. “Kalian [ummat Islam]
adalah ummat yang terbaik dipersiapkan untuk [memimpin] manusia, menyeru kepada yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah “. (Ali Imron:10).
Kader da’wah harus yakin, bahwa Allah bersama orang-orang yang membela agama-Nya, dan Ia
selalu membela dan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang berjuang di jalan da’wah untuk
menegakkan syaria’at Nya.
“Sesungguhnya bumi ini milik Allah, diwariskan kepada hamba- hambanNya yang dikehendaki
dan kemenangan diberikan kepada orang-orang bertaqwa“ al-A’rof:128).
“Dan Allah pasti membela orang yang menolongNya, dan Allah maha Kuat lagi perkasa “ (al-
Hajj:40).

c. At-takwin al-matin [pembinaan yang kokoh] .


Kader da’wah lahir karena proses pembinan diberbagai asfek kehidupannya baik shiaghoh fikriyah
[pembentukan fikroh] , shiaghoh ruhiyah [pembentukan mental sepiritual] atau shiaghoh harokiyah
[pembentukan harokah] . Sehingga kader memiliki ketahanan di tiga sisi ini dan mampu melakukan
perubahan [unshuruttaghyir] . Tugas da’wah berat dan besar harus dipikul oleh kader yang kuat pula
yang memiliki daya gerak, daya angkat dan daya pikul yang seimbang dengan tugas yang diembannya
bahkan melebihinya. Tetapi jika fikroh, ruhiyah dan harokah kader lemah tidak mungkin dapat
melakukan perubahan dimasyarakatnya. Tugas besar hanya dapat dilaksanakan oleh orang besar,
amanah yang berat hanya dapat diemban oleh orang yang kuat. Maka umat yang penuh dengan masalah
hanya dapat diselamatkan oleh para kader da’wah yang kokoh dan tangguh. Jalan da’wah tidak
dihampari permadani, tidak ditaburi bunga melati dan tidak disirami minyak kasturi, Namun jalan
da’wah penuh dengan duri dan ranjau-ranjau yang setiap saat meledak serta jalan berliku-liku dan
tikungan maut, jurang-jurang curam yang berada di kanan dan kiri jalan yang panjang. Mengingat

2
perjalanan da’wan yang kondisinya seperti ini, maka diperlukan kader –kader da’wah yang tahan
banting dan pantang menyerah.
Dalam hal ini syekh Hasan al-Banna menegaskan: “Yang menjadi perhatian utama Ikhwanul
Muslimin adalah tabiyatun nufus [mendidik jiwa] , tajdidul arwah [memperbaharui semangat] ,
taqwiyatul akhlaq [memperkuat [moral] dan tanmiyatur rojulah as-shohihah [mengembangkan
kepahlawan yang benar] .
Mereka meyakini itu sebagai asas kebangkitan ummat “. “Oleh karenanya persiapkanlah diri kamu
dengan mantap untuk menjalani tarbiah yang benar, seleksi yang ketat dan ujilah dirimu dengan amal,
amal yang berat lagi sulit, sapihlah dirimu dari syahwat [selera nafsu] , kebiasaan dan tradisi yang tidak
baik “.

d. Tarbiyah mutawashilah [tarbiyah yang berkesinambungan] .


Proses tarbiyah dalam Islam tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan keadaan yang dikenal dengan
tarbiyah madal hayah [tarbiyah seumur hidup] . Kader da’wah yang berkualitas adalah kader yang
mengikuti proses taarbiyah secara intensif [tarbiyah murokkazah] , komperehensif [mutakamilah] dan
berjenjang [mutadarijah] .
Kader yang proses tarbiyahnya bermasalah akan menjadi masalah dan menimbulkan banyak
masalah, baik masalah pribadi, keluaga, sosial, da’wah dan harokah.
Kegiatan tarbiyah bagi kader da’wah bukan kegiatan sampingan atau aktifitas sekunder yang boleh
diabaikan dan ditunda atau diganti dengan kegiatan yang lain. tetapi ia menjadi kegiatan yang asasi
baginya yang harus diutamakan dari kegiatan yang lain, walaaupun kegiatan da’wah sekalipun. Bagi
kader da’wah tidak boleh meninggalkan tarbiyah dengan alasan sibuk da’wah sya’biyah [da’wah di
masyarakat] atau istirahat dan cuti tarbiyah karena kuliah dan kerja cari maisyah.
Tarbiyah dapat dilakukan secara mandiri [tarbiyah dzatiyah] atau secara kolektif [jama’ iah] , namun
tarbiyah dzatiyah tidak dapat mengcover tarbiyah jama’iyah , karena seseorang sehebat dan sepintar
apapun tidak bisa menilai diri sendiri secara obyektif. Dan syetan sangat suka pada orang yang
menyendiri, termasuk da’i liar dan keluar dari kantong-kantong tarbiyah [mahadhin at-tarbiyah] .
Rasul tidak pernah putus dari bimbingn Allah melalui malaikat Jibril AS. dan para sahabat tidak
pernah putus tarbiyah dari Rasul, walaupun mereka ditugaskan di tempat yang jauh darinya, mereka
selalu berkomunikasi tarbiyah [ittishol tarbawi] atau ketika mereka kembali dari melaksanakan tugas
da’wah, segera menemui Rasul sebelum menemui yang lain. Kader da’wah harus gelisah dan resah
mana kala tertinggal atau absen dari kegiatan tarbiyah.
Diantara kesalahan yang fatal meluasnya da’wah diberbagai lapisan masyarakat sementara kader
da’wah yang mampu menangani tarbiyah belum memadai. , oleh karenanya harus menjadi bagian dari
program harokah da’wah memfokuskan sebagian kader untuk mengintensifkan tarbiyah mereka dengan
membekali diri dengan ilmu dan ibadah. Dan di antara penyimpangan harokah da’wah hanya terpokus
pada upaya rekrutmen besar-besaran dengan mengabaikan pembinaan qoidah sholbah [basis kader yang
kokoh] .
Harokah isalamiyah tidak boleh disibukan oleh da’wah jamahiriyah [ekspansi keluar] sementara
melupakan penataan kedalam, mempersiapkan kader yang siap dan mampu menghadapi tantangan.

SIFAT-SIFAT KADER DA’WAH.


Syekh Abdul Qodir Jailani memberikan perumpamaan bagi hati seorang mu’min yang telah matang
proses tarbiyahnya dan ditunggu-tunggu kedatangannya oleh masyarakat, seperti biji kurma yang
berada di halaman/pelataran rumah yang tidak beratap dan pagar tembok mengelilinginya, kemudian
biji kurma itu mentik dan tumbuh subur disirami hujan serta diterangi sinar matahari sehingga menjadi
pohon kurma yang besar berdiri kokoh menjulang tinggi, disaksikan oleh orang banyak, mereka tertarik
untuk memungut buahnya yang matang berjatuhan dari pohon itu, mereka bernaung di bawah atap

3
yang berasal dari induk yang di ambil darinya. Pohon kurma itu terjaga dan terpelihara dari tangan-
tangan jahat.
Kehidupan tarbiyah bagi para kader da’wah seperti proses pertumbuhan pohon kurma seperti yang
digambarkan diatas, masyarakat kemudian membutuhkannya , mengelilinginya dan merasa aman di
dekatnya karena wibawa dan pengaruhnya yang sangat besar. [Ahmad Rosyid, Al-masar: 504] .
Kader da’wah yang berkualitas seperti gambaran di atas memiliki karakter dan sifat-sifat yang yang
tercermin pada akhlak, prilaku dan sikap dalam kehidupan sehari-harinya, di antara karakter dan sifat-
sifat itu:
a. Ubudiyah kholishoh lillah [semangat yang tinggi untuk beribadah kepada Allah] .
Poros da’wah Islam berputar pada ibadah yang murni kepada Allah SWT.
Sebagai mana Rasul SAW. berkata kepada Muadz bin Jabal ;wahai Muadz bin Jabal apakah kamu
tahu apa hak Allah pada hambaNya? Muadz menjawab;Allah dan RasulNya lebih tahu. Rasul
bersabda:Hak Allah pada hambaNya adalah mereka harus beribadah kepadaNya dan tidak
mensekutukanNya dengan sesuatu apapun.
Tarbiyah seorang kader dengan beribadah kepada Allah, melaksanakan yang fardhu dan
memperbanyak ibadah sunnah, takut akan siksaanNya, ketika ayat-ayat al-Qur’an dibacakan bergetar
hatinya. “Yaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar dan bila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambah iman mereka dan mereka selalu bertawakkal
[berserah diri] kepada Robb mereka “. (al-Anfal:2) dan kulit tubuhpun ikut menggigil. “darinya
menggigil kulit orang-orang yang takut kepada Rabb mereka “. Mereka menangis disaat mendengarkan
al-qur’an. “Bila mereka mendengarkan ayat-ayat yang diturunkan kepada rasul, kamu lihat mata
mereka berlinang [air mata ] karena mereka telah mengetahui kebenaran “.
Kader da’wah meyakini bahwa rahmat Allah mendahului murkaNya. Rasul bersabda: “Seandainya
orang kafir mengetahui rahmat [kasih saying] Allah tidak akan putus asa dari syurganya, dan
seandainya seorang mu’min mengetahui azab yang ada di sisi Allah tidak akan aman dari nerakaNya”.
[HR. Bukhori] . seorang kader mengharapkan kebaikan untuk dirinya bila ia melihat kebaikan pada
Islam, dan kondisiny lebih baik dari orang kafir, sehingga ia tetap optimis, tidak pernah putus asa. Ia
selalu ingat dan waspada akan kekurangan pada dirinya sengga ia tidak merasa aman atas keselamatan
dirinya.
Dengan demikian kader da’wah senantiasa meningkatkan taqorrubnya kepada Allah dengan ibadah-
ibadah mahdhoh, seperti qiamullail, shoum sunnah, tilawatul qur’an, doa-doa ma’tsur, dzikir dll.
Jika kader da’wah tidak melukan ibadah-ibadah seperti ini, maka siapa lagi yang melakukannya, jika
orang-orang umum melaksanakannya berarti kualitas kader dibawah mereka.
b. Tajridus sair wal hadap lillah [ hanya hanya berorientasi kepada Allah] .
Kader da’wah dalam menjalankan tugas-tugas da’wahnya diharuskan hanya berorientasi
kepadaAlloh, ridho dan syurgaNya. Kader da’wah ketika berjalan hanya berjalan di satu jalan yaitu
jalan Allah, ketika bercita –cita hanya satu cita-cita yaitu demi tegaknya Islam di muka bumi ini. Jalan
da’wah itu hanya satu jalan tidak bercabang-cabang dan cirri kader da’wah yang membela agama
Allah, dekat dengan Allah, kondisi umum hatinya merasakan manisnya taat kepada Allah, Rasul dan
qiadah harokah. Karena hati manusia tidak luput manisnya cinta ;cinta kepada dunia atau cinta kepada
Allah. Kedua jenis cinta ini di dalam hati manusia seperti air dan udara di dalam gelas, air bila
dituangkan kedalam gelas udara yang ada di dalamnya pasti keluar tidak akan pernah bercampur, maka
setiap orang yang dekat dengan Allah dan sibuk padaNya tidak akan disibukkan dengan yang lain. Oleh
karenanya ketika seorang ulama ditanya ;sampai mana zuhud berakhir?maka ia menjawab: Ilal-unsi
billah [sampai dekat benar dengan Allah] .
C. Rofdhutasallut al-jahiliyah [menolak kekuasaan jahiliyah] .
Di antara tanda hari kiamat terjadinya penyimpangan yang sangat jauh, seperti yang telah dijelaskan
oleh Rasul: “Sesungguhnya akan dihadapi oleh masyarakat tahun-tahun di mana terjadi penipuan
penopuan:yang bohong dianggap benar, yang benar dianggap bohong, yang hianat diberi
4
tanggungjawab, yang jujur di anggap khianat dan orang –orang tidak tahu apa-apa berbicara urusan
publik “ [HR Ahmad] .
Betapa banyaknya saat ini yang yang tidak tahu urusan agama berbicara tentang agama, orang yang
tidak tahu urusan politik berbicara politik, yang tidak tahu tentang ekonomo berbicara ekonomi, urusan
bangsa dan negara diserahkan kepada orang yang tidak memiliki kemampuan untuk itu. Semua ini
adalah bentuk-bentuk kekuasaan jahiliyah, akibat dari kelalaian rakyat. Sikap kader da’wah dalam hal
ini harus jelas dan tegas, menolak semua itu, dengan program dan aktifitas serta aksi-aksi perubahan
yang nyatauntuk menggeser posisi-posisi strategis yang ditempati oleh orang orang yang bukan
ahlinya, melalui pembentukan publik opini yang islami [takwin al-wa’yul amm al-islamy] Rekruting
da’wah [tajmi’ jamahiry ] , kaderisasi [tarbiyah] dan penataan kader [tanzhim] . Kader da’wah menyeru
masyarakat deangan seruan pujangga Ar-Rofi’i:
Jangan kacau…di sini ketertiban.
Jangan menyimpang…di sini jalanyang lurus.
Jangan mundur…di sini saya menyeru.
Tidak ada sesuatu apapun yang dapat memperbudak kalian selama teriakanmu ALLAHU AKBAR.
[ar-Rof’i, Wahyul qlam 1/360, al-Masar/516] .
d. Selalu memilih hidup serius [‘aisyul jidd ad-da-ib] .
Sifat ini adalah sifat kebanyakan para shohabat dan generasi kejayaan dari kalangan tabi-in [salafus
sholih] dan generasi penerus seperti ;Umar bin Abd. Aziz, Ahmad bin Hanbal dan para fuqoha,
mujahidin dan duat yang telah mengerahkan seluruh kemampuan diri mereka untuk mempengaruhi
kehidupan dengan dengan syariat Islam, mereka berbuat bukan untuk kepentingan pribadi mereka,
karenanya mereka mampu menegakan panji Islam berkibar jaya memimpin peradaban dunia.
Terdapat di dalan shohih imam al-Bukhori “Bahwa Abd. Rahman bin’Auf ra. pada suatu hari sedang
menghadapi hidangan berbuka puasa, ia berkata;Mushab bin Umair telah terbunuh dan dia lebih baik
dari saya, dikapani dengan bajunya, bila ditutupi kepalanya terlihat kedua kakinya dan sebaliknya,
Hamzah telah terbunuh dan dia lebih baik dari saya, dunia telah dihamparkan untuk kita, kita hawatir
bahwa kebaikan-kebaikan kita telah dipercepat balasannya oleh Allah di dunia. Kemudian Abd.
Rahman menangis dan tidak memakan makanan yang sudah disediakan untuk nya.
Bahwa tantangan da’wah begirtu besas, pertaruangan antara haq dan batil terus berkecamuk dan
tidak ada harapan untuk menghadapinya kecuali dengan menghudupkan budaya serius, budaya generasi
awal.
Imam Malik pernah berkata:Kondisi generasi akhir dari uamat ini tidak akan membain kecuali
dengan mencontoh generasi awal [salafus sholih] .
Sudah menjadi kewajiban setiap kader da’wah memikul penderitaan ummat siang dan malam tidak
ada waktu istirahat bagi kader da’wah kecuali setelah mati. Allah berfirman:”Ambilah olehmu apa yang
telah Kami berikan kepadamu dengan sungguh-sungguh [serius] dan ingatlah olehmu apa-apa yang
terdapat didalamnya agar kamu bertaqwa “. [al-Baqoroh/63] .
Rasul SAW. setelah menerima tugas da’wah dari Allah, ia berkata pada
isterinya Khodijah;Telah berakhir masa tidur wahai Khodijah !.

d. To’atul jamaah wal qiyadah [metaati jamaah dan pemimpin] .


Kesiapan untuk mendegar dan mentaati aturan di antara sifat kader da’wah yang sangat penting,
karena tanpa adanya kedisiplinan dan ketaatan jama’ah tidak akan mempu berjalan dengan tertib,
ummat tidak akan eksis dan kehidupan tidak akan sampai pada tujuan.
Disiplin organisasi adalah kawajiban setiap kader yang berada di organisasi apa saja, terutama
organuisasi da’wah yang bertujuan menegakkan syariat Islam, oleh karenanya Islam telah mewajibkan
taat kepada amir [pemimpin] .
Kholifah Umar bin Khottob ra. berkata:Tidak ada Islam tanpa jama’ah, tidak ada jama’ah tanpa
imaroh [kepemimpinan] dan tida ada imaroh tanpa toah [disiplin organisasi] .
5
Kewajiban taat ini berlaku kepada setiap orang yang diberi amanah memimpin urusan kaum
muslimin, baik besar atau kecil amanah itu siapapun dia. Rasul bersabda:”Dengar dan taatilah olehmu
[pemimpin kamu] sakipun kamu dipimpin oleh budak habasyi, yang seakan-akan kepadanya kismis
[berpenampin buruk dan tidak menarik] . [HR. Muslim] .
Diantar cirri-ciri kader yang taat adalah sebagai berikut:
1. Taat di saat giat dan maalas, di saat susah dan mudah, disukai atau tidak.
Ubadah bin Somit berkata:Rasulullah meminta kami untuk berbaiat kepadanya, maka kami
berbaiat padanya untuk selalu mendengar dan mentaatinya pada saat giat dan malas, susah dan
mudah… [HR. Bukhori , Muslim] .
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat kepada pimpinannya, selama perintahnya tidak ma’siat
“. [HR. Muslim] .
2. Sur’atul istijabah [segera manyambut dan melaksanakan perintah] .
Kader da’wah sambutannya terhadap perintah qiadah cepat, tidak lamban, tdak merasa berat, tidak
ragu dan tidak malas.
3. Taharrid diqqoh [melaksanakan perintah dengan tepat dan akurat] .
Kader da’wah di saat melaksanakan perintah qiadah, sesuai dengan arahan qiyadah, bukan
mengikuti pendapat dan keinginan pribadinya.
4. Tidak meninggalkan tugas tanpa idzin qiadah, dan tidak mudah minta
Izin kecuali dalam keadaan sangat darurat. Dan harus meyakini ketika qiadah memberi idzin, tidak
berarti tidak ada beban morol baginya yang mengharuskan istghfar.

e. As-tsabat’alatthoriqidda’wah [konsisten di jalan da’wah] .


Konsisten di atas jalan da’wah salah satu konsekwensi iman, iman bukanlah kata-kata yang
diucapkan, akan tetapi iman itu dalah kewajiban dan tanggung jawab, jihad yang membutuhkan
kesabaran dan kekuatan, tidak bagi kader da’wah mengatakan kami percaya pada Islam dan da’wah
sementara ia tidak berhadapan dengan ujian dan dan lulus melewati ujian itu. [Sayid Qutb, Fizilalil
Rur’an 5/2720] .
Ibnul Qoyyim al-Jauziah berkata:Tidak ada di dunia ini yang paling sulit selain tsabat [konsistensi] ,
baik dari meninggalkan yang dicintai atau di atas kesulitan yang dibenci, terutama dengan rentang
waktu yang panjang dan di saat munculnya gejala putus asa di kalangan kadaer da’wah, semua itu
memerlukan bekalan yang cukup untuk menempuh perjalanan yang pangjang. Bekal yang dimaksud
adalah tsabat [konsistensi] di atas hokum Allah, takdir dan ujian Nya, menjadi keharusan kader da’wah
membekali diri dengan tsabat dan menempuh jalan dengannya disaat-saat ibtila [sulit] .
Konsisten di atas al-haq sampai mati sesuatu yang sangat berat, sehingga Rasul sering berdo’a
dengan do’a ini “Yaa Allah yang memutar balikan hati manussia teguhkanlah hatiku di jalan
agamaMu“.
Terjadinya sedikit penyimpangan di awal perjalanan mengakibatkan penyimpangan total di
penghujung jalan. Tsabat di jalan da’wah dan bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan bagi da’wah
Islam, karena jalan ini jalan yang sangat panjang dan sulit, penuh dengan tantangan dan rintangan, di
hampari dengan darah dan mayat para syuhada.
Agar kader da’wah tetap konsisten di atas jalan da’wah, maka perlu memperhatikan anashirut tatsbit
[paktor pendung konsistensi] , yaitu:
1. Dawamuluju ilalloh [senantiasa kembali kepada Allah] .
Tidak ada seorangpun dapat menjamin dirinya tsabat, istiqomah dan Selamat sampai akhir
hayatnya, tidak ada yang mengetahui hati seseorang kecuali Allah, Allahlah yang memiliki hati
manusia dan Dia pulalah yang mutar balikan hati manusia. oleh karenanya taqorrub ilalloh menjadi
sebuah keniscayaan bagi setiap muslim. Semakin dekat seseorang dengan Allah, semakin besar peliung
untuk mendapatkan rahmatNya, dan di antara rahmatNya ialah istiqomah di jalan da’wah.
2. Marifatutobiatutoriq [mengenal karakter jalan da’wah] .
6
Diantara karakter jalan da’wah adalah jalan yang panjang, berat, bertingkat dan banyak rintangqan.
Bagi setiap kader da’wah harus memperkuat dirinya dengan kesabaran, bernapas panjang dan dan
memahami bahwasanya ia munkin meninggal terlebih dahulu sebelum melihat kemenangan, sudah
cukup bagi dia mati di jalan da’wah.
3. Adamutanazu’ [menghindari komplik internal] .
Terjadinya komplik internal disebabkan taadud jihat qiadah [dualisme kepemininan] , taadud
taujihat [banyaknya suber arahan] dan mana kala hawa nafsu/selera pribadi yang mengarahkan
pendapat dan pemikiran.
Bila manusia tunduk kepada Allah dan RasulNya sebab yang pertama dapat dihindari walaupun
banyaknya perbedaan pendapat, akan tetapi ambisi pribadilah [hawa nafsu] yang menjadikan seseorang
bersikukuh dengan pendapatnya walaupun sudah jelas kebenaran didepannya, karena ia telah
menempatkan kepentingan pribadi di atas kebenaran. “Dan janganlah kamu berselisih yang
mengakibatkan kegagalan dan kehilangan wibawa “. [al-anfal/46] .

Berbicara tentang karakteristik kader da’wah secara konseptual tidaklah terlalu sulit karena sudah
banyak referensi yang membahasnya, namun yang paling sulit ketika berbicara pad tataran
operasiaonal, di mana kader da’wah yang berkualitas lagi bermutu masi tergolong sesuatu yang langka
dan dan tidak mudah untuk menemukannya, namun mencetak dan melahirkan kader da’wah yang
berkualitas dan bermutu itu bukan sesuatu yang mustahil walaupun memerlukan kesungguhan dan
keseriusan yang maksimal. Sesuatu yang pernah terjadi bukanlah sesuatu yang mustahil terulang
kembali. [Sayid Qutb, Hadzadin] .
Kader da’wah yang diharapkan kehadirannya saat ini adalah kader yang siap dan mampu
menghadapi tantangan dengan segala permasalahannya.
Syehk Hasan al-Banna dalam Risalah, Hal nahnu kaum’amaliyun, menegaskan hal ini. “Saya
pertegas kepada saudara-saudara yang memilki giroh Islam, bahwa setiap jama’ah islamiyah pada saat
ini sangat membutuhkan kader yang aktif bekerja [‘amil] , pemikir [mufakkir] , pemberani/pokal [jar-i],
produktif [muntij] .
Maka haram hukumnya bagi kader da’wah lambat memenuhi panggilan da’wah walaupun hanya
satu menit saja “. “Kader da’wah yang di butuhkan hari ini berbeda dengan kader da’wah kemarin,
kader da’wah hari ini harus memiliki wawasan intelektualitas yang luas [mutsaqqofun] , terampil
[mujahhazun] , terlatih [mudarrobun] dan memeliki kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan
data secara akurat dan palid [ihsho-iyun] . [Risalah da’watuna] .
Kader da’wah yang dibutuhkan saat ini adalah kader yang memiliki kemampuan memelihara dan
mengembangkan potensi kebaikan yang ada pada dirinya [tarqiyah tarbawiyah] dan kemampuan
memperluas jaringan da’wah [tausi’ah da’wiyah] sehingga isalam sebagai sumber peradaban dan
kebudayaan serta pedoman hidup menjadi kenyataan.
Amal islami memerlukan kesungguhan yang tulus [al-azmu as-shodiq] , sebagai mana telah
dicontohkan oleh amirul mu-minin Umar bin Khottob mengaharuskan diri untuk tidak istirahat.
Pada suatu hari utusan gubernur Mesir Amru bin Ash yangbernama Mua’wiyah bin Khudaij dating
ke Madinah untuk melaporkan tentang telah dibebaskannya kota Iskandariyah kepada Amirul mu-
minin Umar bin Khottob ra. namun ketika sampai di Madinah pada saat tengah hari panas terik, sengga
ia singgah terlebih dahulu kemasjid tidak langsung menumui Umar, karena ia menduga Amirul mu-
minin sedang istirahat siang, hal itu di ketahui Umar, lalu ia memanggilnya, kemumudian Umar
bertanya kepada Mua’wiyah;apa yang duga wahai Mua’wiyah ketika kamu singgah kemasjid?,
Mua’wiyah menjawab:saya menduga Amirul mu-minin sedang istirahat, Umar berkomentar:sangat
keliru dugaanmu itu, jika aku tidur [istirahat] siang hari berarti aku telah menelantarkan rakyat, dan jika
aku tidur [istirahat] malam hari berarti aku telah menelantarkan diriku, bagai mana dengan dua tanggun
jawab ini aku bisa istirahat wahai Mua’wiyah.

7
Apakah mungkin bagi kader da’wah banyak tidur dan istirahat ?, jika ia istirahat siang hari berarti ia
telah menelantarkan pendukung da’wah dan simpatisan yang memerlukan penanganan kaderisasinya,
dan banyak istirahat di malam hari berarti ia telah mengabaikan kebutuhan dirinya sendiri.
Kader da’wah semenjak ia mendapat petunjuk dari Allah dan bergabung di dalam barisan jama’ah
da’wah sesungguhnya ia telah memilih capek dan letih serta telah menceraikan rilek dan santai demi
kepuasan batin dan kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.

Anda mungkin juga menyukai