1
Pada marhalah makiyah, Rasulullah SAW telah menghadapi banyak tantangan dan rintangan dalam
dakwah. Beliau berhadapan dengan pamannya sendiri, Abu Lahab yang selalu menghalang-halangi jalan dakwah
bersama istrinya, Ummu Jamil. Sementara itu cercaan, tuduhan, ancaman, penangkapan dan siksaan silih
berganti mewarnai kehidupan dakwah Beliau. Bahkan pernah mengalami embargo yang dilakukan oleh Kuffar
Quraisy selama tiga tahun lamanya. Di sisi lain, sebagian para sahabat mendapatkan ancaman dan siksaan yang
serius dari tangan-tangan Kuffar sebagaimana yang dialami Abu Bakar, Ammar, Sumayyah, Khabab bin Art,
Bilal dan yang lainnya. Meskipun dahsyatnya ujian dan beratnya cobaan dalam dakwah, mereka tetap sabar dan
teguh dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran. Mereka tidak pernah merasa loyo, lemah dan payah di jalan
yang telah dipilihnya. Mereka terus bangkit dan melaju dalam melakukan perubahan dan perbaikan. Allah SWT
berfirman;
Dan banyak Nabi yang telah berperang bersama para cendekiawan, mereka tidak pernah merasa lemah
atas musibah yang menimpa mereka di jalan Allah, mereka tidak pernah loyo dan tidak pernah merasa hina.
Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. (QS 3:146)
Begitu juga yang dialami oleh para dai sesudahnya hingga dewasa ini. Memang perjalanan dakwah
penuh dengan tangan-tangan besi musuh-musuh Islam, selalu diwarnai dengan makar para penguasa lalim dan
senantiasa dipenuhi bebatuan ujian dan cobaan. Oleh karenanya tatkala kita meyakini dengan kebenaran
“mabaadi” (prinsip-prinsip) dakwah ini dan berikrar untuk setia dalam memperjuangkan nilai-nilai atau fikrah-
fikrahnya, maka kita harus siap menghadapi segala kemungkinan, segala ujian dan rintangan di jalan dakwah ini.
Hal ini merupakan resiko yang harus kita terima dan sebuah konsekuensi dari pilihan afiliasi kita dengan dakwah
ini.
Iradah Qawiyah; Sebuah Keharusan
Ikhwah Fillah….
Setelah tergambar dengan jelas tentang resiko perjalanan dakwah, seorang dai harus senantiasa menjaga
kebugaran ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. Dengan hubungan yang kuat kepada Allah dan kematangan fikriyah,
seorang dai akan terus eksis menebarkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan Islam di tengah-tengah
masyarakatnya.
Dan salah satu factor yang menjadikan du’at bertahan dan terus eksis di jalan dakwah adalah adanya
hamasah (semangat) dan iradah (kehendak) kuat yang tertanam dalam jiwa mereka. Tanpa iradah mustahil kita
bergerak dan melangkah untuk kepentingan dakwah. Dan tanpa hamasah yang membara, jiwa-jiwa kita akan
mudah loyo dan terpuruk. Itulah iradah dan hamasah yang lahir dari kekuatan “yaqdlah ruhiah” (kesiagaan
ruhani). Iradah yang merupakan anak panah yang membimbing para dai untuk sampai sasaran-sasaran yang
dibidik ole dakwah. Muassis dakwah ini hanya menginginkan kader-kader yang bergabung di dalamnya adalah
kader-kader atau para da’I yang memiliki jiwa-jiwa muda yang senantiasa membara dan semangat yang
menggelora dalam medan dakwah. Oleh karenanya, Imam asy-Syahid berkata dalam risalah “da’watunaa fii
thaurin jadiid”: “Kami hanya menginginkan jiwa-jiwa yang hidup, kuat dan muda, hati yang baru nan berkibar,
emosi-emosi yang pencemburu, menyala-nyala dan meronta-ronta serta ruh-ruh yang memiliki obsesi,
pandangan jauh dan menari-nari yang menghayalkan teladan-teladan tinggi dan tujuan-tujuan agung…”
(Majmu’at Rasaa-il, hal233)
Dalam risalat “hal nahnu qaumun ‘amaliyyun” beliau berkata: “Dan tidak ada bekal yang layak bagi
umat dalam meniti jalan yang keras dan mengerikan ini kecuali jiwa yang beriman, tekad kuat nan jujur,
kegemaran berkorban dan berani menanggung resiko. Dan tanpa ini semua gerakan dakwah akan dikalahkan dan
kegagalan menjadi sahabat putra-putra dakwah.” (Majmu’at Rasaa-il, hal 69)
Ikhwah Fillah….
Jadi iradah dan hamasah merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan dalam memperjuangkan fikrah
dakwah ini. Karena fikrah dakwah ini tidak mungkin dirasakan oleh masyarakat dan menjadi opini umum
kecuali adanya kekuatan hamasah dan iradah yang bersemayam dalam jiwa para dai. Fikrah dakwah ini bias
sukses apabila ada kekuatan iman, keikhlasan di jalannya, kekuatan hamasah, kesiapan berkorban dan beramal
untuk merealisasikan tujuan-tujuannya.
2
Kiat-kiat Menumbuhkan dan Menjaga Iradah Qawiyah
Ikhwah Fillah…
Untuk menumbuhkan dan menjaga iradah qawiyah dalam diri seorang dai, maka harus dilakukan
beberapa langkah berikut ini;
Pertama, Keimanan yang kuat akan kebenaran prinsip dakwah
Dengan mengimani kebenaran prinsip-prinsip dakwah, maka seorang kader atau dai akan terus memperjuangkan
nilai-nilainya tanpa mengenal lelah, bosan dan loyo dalam bergerak. Keimanan inilah yang mampu membangun,
menumbuhkan dan memelihara iradah dan semangat yang telah mengakar dalam jiwa seorang dai. QS 22:77
Kedua, Pemahaman yang Integral dan Komprehensif Tentang Visi dan Misi Kehidupan
Ketika kita memahami dengan benar tentang visi dan misi kehidupan, maka akan lahir sebuah kehendak yang
kuat dan hamasah yang menggelora untuk bias mewujudkan visi misi ini. Kita akan senantiasa berpacu dalam
mengemban dan menebarkan nilai-nilai dakwah untuk mengisi ruang visi misi kehidupan kita. Semangat
mencari ridha Allah dalam beribadah, berkarya, bekerja dan bermuamalah adalah semangat yang lahir dari
pemahaman yang benar tentang visi misi kehidupan kita.