1.
Etilen
Etilen merupakan salah satu senyawa penting dalam mata rantai industri
Bahan baku dari pabrik etilen ini adalah nafta. Pada tahun 2010, Indonesia
memproduksi 2.484.327 ton nafta. Spesifikasi umpan nafta harus memiliki
kandungan isoparafin diatas 60%. Berikut adalah tabel kadar isoparafin yang
terdapat pada nafta:
Tabel Kadar Isoparafin dari Berbagai Jenis Naphta
Nomor
Jenis Nafta
Ardjuna, Indonesia
64,30
Dukhan, Qatar
74,15
72,99
53,70
69,50
(Bhirud, 2005)
Pada Tabel I.3, terlihat bahwa nafta yang berasal dari timur tengah memiliki
kadar isoparafin yang lebih tinggi dibandingkan naphta domestik. Tetapi nafta
domestik masih memenuhi kriteria untuk menjadi umpan nafta yang memiliki
kadar minimal isoparafin sebesar 60%. Oleh karena itu bahan baku untuk pabrik
ini diambil dari dalam negeri karena biaya yang dikeluarkan lebih murah.
Etilen
Etilen merupakan hidrokarbon olefin (berantai ganda) paling ringan dengan
berat molekul 16, tak berwarna, mudah terbakar, dan sedikit wangi. Sifat etilen
ditentukan ikatan rangkapnya, yang reaksi utamanya adalah reaksi adisi
menghasilkan hidrokarbon jenuh dan turunannya atau polimer. (Kirk & Othmer,
1977)
Sekarang hampir seluruh etilen dibuat dari gas alam, etana, propana,
dan parafin lain yang berat serta fraksi minyak mentah, nafta, kerosin, dan gas
oil. Sejumlah kecil etilen didapat dari gas keluaran kilang (catalytic cracking).
Beberapa cara pembuatan etilen menurut Mc. Ketta (1984) adalah :
a. Pirolisis hidrokarbon
Teknik yang paling banyak dipakai dalam pembuatan etilen. Produksi
skala besar dilakukan dengan melakukan pirolisis bahan baku hidrokarbon
dan ditambah dengan steam dengan rasio dalam suatu pyrolysis heater dan
dilanjutkan dengan pemisahan campuran hasil gas melewati sistem operasi
yang kompleks. Proses ini menghasilkan campuran produk hidrokarbon
yang kompleks dan akan semakin kompleks lagi seiring dengan semakin
beratnya molekul hidrokarbon yang dipirolisis.
Selektifitas hasil yang tinggi terhadap olefin dan diolefin yang diinginkan
(etilen, propilen, butadiene) serta hasil metana dan coking yang minimum
dapat dicapai dengan mengoperasikan pyrolysis heater pada suhu tinggi
(750-900 oC).waktu tinggal yang pendek serta tekanan parsial yang rendah.
Penambahan
steam
berfungsi
untuk
mengurangi
tekanan
parsial
iii.
iv.
b. Dehidrasi etanol
Pembuatan etilen dari dehidrasi etanol mengikuti persamaan reaksi
berikut:
C2H5OH
C2H4 + H2O
C2H4 + C4H8
Sintesis
ii.
Recovery
iii. Pemurnian
Proses tersebut dilakukan pada suhu yang tinggi, yaitu antara 1500 2000oF.
Teknik yang dipakai dalam produksi etilen dengan cara pirolisis
hidrokarbon secara umum menurut Kirk & Othmer (1977) antara lain :
i.
Kedua
proses
yang disebutkan
pertama,
yaitu
proses
dengan
tahap
charging
selesai,
tahap
pereaksian
dimulai
dengan
pemanasan awal (heating up) reaktor dengan hot water yang di panasi dengan
steam, kemudian etilen diumpankan secara kontinyu. Selama etilen dimasukkan,
hidrogen (H2) juga dimasukkan. Proses berlangsung dengan waktu reaksi
selama 8 jam. setelah reaksi selesai maka produk slurry dikeluarkan secara
gravitasi dari reaktor menuju Pengering prepolimer. Di dalam reaktor suhu
operasi di jaga pada 68oC. Proses prepolimerisasi terjadi dalam tiga tahap yaitu
inisiasi, propagasi dan terminasi.
Inisiasi :
RO
Cl
Cl
Ti
R
+
RO
Al
Cl
R
CH2
R
Ti
CH2 + Cl
Al
Propagasi :
Polimerisasi etilen pada active site : Propagasi dengan absorbsi
etilen pada active site
R
CH2
RO
Ti
CH2
+
CH2
Cl
Cl
Ti
CH2-CH2-(CH2)n-CH2-R
CH2
CH2
CH2
+ n
Cl
CH2
RO
Ti
RO
CH2-R
Terminasi :
Polimerisasi etilen pada active site
CH2
CH2 (CH2)n
CH2
R
H
Cl
Ti
+
H
RO
Cl
Ti
H+H
CH2
CH2
(CH2)n
CH2
RO
3.
Cl
Ti
H+H
CH2
CH2
(CH2)n
CH2
RO
H
Cl
Ti
RO
H + (CH2)
CH2
CH2
(CH2)n
CH2
Propagasi :
(CH2)
CH2
CH2
(CH2)n
(CH2) (CH2)n
CH2
CH2
CH2
(CH2)n
R + (CH2 = CH2)n
CH2
Terminasi :
(CH2) (CH2)n
CH2
CH2
(CH2)n
(CH2) (CH2)n
CH2
R + H
CH2
CH2
(CH2)n
CH2