Spreadsheet
Armein Z R Langi, STEI ITB
dan sebaliknya
Ringkasan
Catatan kuliah ini menjelaskan proses desain filter low-pass (LPF)
analog jenis Butterworth menggunakan spreadsheet. Sebuah tugas
desain dimulai dengan spesifikasi LPF yang diinginkan. Dipilih
kaskade filter LCCDE orde dua sebagai pendekatan implementasi.
Koefisien dari filter itu diperoleh dari pole-zero filter hasil desain.
Pole-zero tersebut diperoleh dari proses desain filter Butterworth
menurut spesifikasi LPF.
|H()|2 = 100.1y()
2.2
(4)
Filter LPF
Untuk sebuah LPF real dan praktis, terdapat daerah frekuensi passband [0, p ] dan stop band [s , ]. Di sini p < s ,
dan rentang ( p , s ) disebut daerah transisi. Titik p disebut
passband edge, sedangkan titik s disebut stopband edge.
Karena pada derah passband, penguatan tidak boleh lebih
1 Pendahuluan
rendah dari R p sedangkan di daerah stopband, penguatan
Sebuah filter low-pass analog hendak di desain dengan spe- tidak boleh lebih tinggi dari As , maka pada daerah pass band
sifikasi sebagai berikut. Passband edge dan stopband edge berlaku
masing-masing pada Fp = 50 Hz dan Fs = 100 Hz. Ripple pada
passband R p -0.5 dB dan peredaman stopband As -40
y() R p
(5)
dB. Bila filter ini dibuat dalam kaskade orde dua, apa persedangkan pada daerah stopband berlaku
samaan/koefisien filter masing-masing filter?
Sebagai solusi dari masalah ini, hendak digunakan peny() As
(6)
dekatan filter Butterworth.
Untuk itu pada Bagian 2 dijelaskan dasar teori mengenai
Besaran R p dan As masing-masing dikenal sebagai passband
filter linear time invariant LTI, low pass filter (LPF) dan
ripple, dan stopband attenuation.
sistem linear constant coefficient differential equations (LCPada titik tepi berlaku
CDE). Bagian 3 menjelaskan filter Butterworth. Bagian 4
menjelaskan proses desain Filter. Bagian 5 menjelaskan penR p y ( p )
(7)
erapan proses desain menggunakan spreadsheet. Bagian 6
mendiskusikan hasilnya.
As y (s )
(8)
2.1
Filter LTI
(s)1
H( p )2 100.1R p
(9)
(10)
dengan re-
(1)
= 2F
2
|H ()| =
HL (s)HL (s )|s= j
(11)
(2)
Dalam praktek respons magnituda filter ini dapat digam- 2.3 Filter LCCDE Orde N
barkan menurut Bode plot, di mana sumbu y dalam desibel
Filter LCCDE orde N memiliki bentuk persamaan diferensial
(dB) adalah
dengan koefisien ak dan bk
y() = 10 log10 |H()|2
1
(3)
dk
dk
ak dt k y(t) = bk dt k x(t)
k=0
k=0
(12)
(N+1)/2
HL (s) =
Hk (s)
(20)
k=1
k
M
k=0 bk s
N
k=0 ak sk
2.4
(22)
(15)
y () = 10 log10
b0 b2 2
2
+ (b1 )2
(a0 a2 2 )2 + (a1 )2
(23)
b2 (s z1 ) (s z2 )
a2 (s p1 ) (s p2 )
(25)
k=1
(26)
k=1
N/2
y () =
(27)
k=1
2.5
HL (s) = Hk (s)
(29)
k=1
(19)
(N+1)/2
k=1
Bila N ganjil
(28)
y () =
k=1
(30)
3 Filter Butterworth
3.2
Mencari N Minimum
(31)
es = y (s )
H
(32)
2N
=
Filter Butterworth
(39)
1
|H()|2
(40)
maka
3.1
|H()|2
Bila didefinsikan
C () =
= 2N C ()
c
Respons Magnituda
Filter Butterworth orde N dengan frekuensi cutoff c dengan persamaan sistem HL (s) memiliki spektrum H() yang dan
memenuhi persamaan
1
0.1R p
1
C ( p ) =
1 = 10
HB ( p )2
C (s ) =
|H()|2 =
1+
1
2N
1+
c
y () = 10 log10
(41)
1
|HB (s )|2
1 = 100.1As 1
2N )
(34)
2N log
(42)
(43)
(44)
s
C (s )
= log
p
C ( p )
Jadi pada titik passband edge Fp , yakni p = 2Fp , filter Dengan kata lain, orde filter adalah
ini memiliki penguatan
s)
log CC(
p)
1
(
(
2N )
(45)
N=
2 log ps
p
y ( p ) = 10 log10 1 +
(35)
c
Perhatikan N haruslah bilangan bulat, sehingga bila N yang
diperoleh dari Pers. (45) bukan bilangan tidak bulat, ia dibudan pada titik stopband edge Fs , yakni s = 2Fs , filter ini latkan ke atas. Apabila ini terjadi, filter hasil desain disebut
memiliki penguatan
overspecification, artinya memiliki performansi lebih baik
dari yang seharusnya.
(
2N )
s
y (s ) = 10 log10 1 +
(36)
c
3.3 Mencari Frekuensi Cut Off
Sekarang asumsi N yang diperoleh melalui Pers. (45) adalah
bilangan bulat, maka kita dapat memanfaatkan Pers (41) untuk memperoleh c , dengan memanfaatkan salah satu per(37) samaan:
p
p
= c
(46)
cp = 2N
C ( p )
2N )
2N )
p
1+
c
R p 10 log10
As 10 log10
s
1+
c
atau
(38)
p s
cs = 2N
= c
C (s )
(47)
Jadi desain filter ini pada dasarnya mencari N minimum dan Keduanya akan menghasilkan c yang sama.
c yang mudahkan implementasi filter sehingga kedua perAkan tetapi umumnya N adalah hasil pembulatan terhadap
tidaksamaan di atas terpenuhi.
Pers. (45). Maka Pers. (46) akan menghasilkan cp yang
3 Filter Butterworth
lebih kecil dari cs hasil dari Pers. (47) , sehingga semua nilai
dalam rentang cp c cs dapat digunakan. Kita bebas
memilih c yang mudah diimplementasi. Pemilihan frekuensi c = cp akan mengakibatkan penguatan di p tepat R p ,
dan overspec di s . Sedangkan pemilihan frekuensi c = cs
akan mengakibatkan penguatan di s tepat As dan overspec
di p . Pemilihan di antara kedua batas ini akan membuat
filter overspec di kedua tepi.
3.4
k
1
2
3
4
5
6
4
6 = 3
5
3
6
2 = 0
4 = 4
6 =
7
8
1
2
4
4
6 = 3
1
1
9
10
4 = 4
6 = 3
12
6 =0
14
1
6 = 3
(48)
Re
HL (s)HL (s) =
1+
s/ j
c
2N =
c2N
c2N
2N
+ (s/ j)
N=2
(49)
c2N
(s p1 ) (s p2 ) (s p2N )
N=3
Im
Re
HL (s) HL (s) =
Im
Re
(50)
pk = jc (1) 2N = c (1) 2N e j 2
e j
e j3
e j5
3.5
e j7
(2k1)
2N
ej2
N/2
H (s) = Hk (s)
pk = c e j
(2k+N1)
2N
(54)
k=1
= c e jk
(52)
k =
2N
Perhatikan karena semua poles memiliki magnituda yang Dengan membandingkan Pers. (55) dengan Pers. (15), dan
2
2
sama (c ), maka pole satu dapat dibedakan dari pole lain fakta bahwa |pk | = c maka disimpulkan bahwa
menurut sudut k nya saja (lihat Tabel 1). Perhatikan jub2 = 0;
b1 = 0;
b0 = c2
ga bahwa pNk+1 adalah konjugasi kompleks dari pk , kare(56)
a2 = 1; a1 = 2Re(pk ); a0 = c2
na ternyata Nk+1 = k . Sebagaimana diilustrasikan pada
Gambar 1, 2N pole dari filter Butterworth ini disebar merata Perhatikan bahwa koefisien filter menjadi bilangan real,
pada lingkaran berjari-jari c , sehingga ada N pole di sebelah meskipun polenya kompleks.
(N+1)/2
H (s) =
Hk (s)
(57)
k=1
di mana untuk stage k = 1, , (N 1) /2, Hk (s) adalah sistem orde dua menurut Pers. (55) sedangkan khusus untuk
k = (N + 1) /2 kita gunakan sistem orde satu
Hk (s) =
c
s pk
(58)
(2 (N + 1) /2 + N 1)
=
2N
(59)
maka
p(N+1)/2 = c e j
(2(N+1)/2+N1)
2N
= c
6. Verifikasi
c
s + c
(60)
atau
b2 = 0; b1 = 0;
a2 = 0; a1 = 1;
b0 = c
a0 = c
(61)
Proses Desain
2. Cari N, dengan
(a) Mencari C ( p ) menurut Persamaan (42)
(b) Mencari C (s ) menurut Persamaan (43)
(c) Lalu estimasi N menurut Pers. (45). Di sini bila N
tidak bilangan bulat, N dibulatkan ke atas.
3. Cari c , dengan
(a) Mencari batas bawah cp menurut Pers 46
(b) Mencari batas atas cs menurut Pers 47
5.1
Menset-up Spesifikasi
5.2
Mencari N
(c) Kemudian pilih c secara bebas asalkan dalam Untuk mencari N, kita menghitung C( p ) dan C(s ) pada
baris 8 dan 9. Kemudian kita menghitung C(s )/C( p ) pada
rentang cp c cs
baris 10 dan s / p pada baris 11. Hasil perhituang tersebut
4. Cari poles dari filter Butterworth untuk realisasi kaskade digunakan untuk menghitung N, yang dibulatkan ke atas pada
baris 12. Formula dan hasilnya dapat di lihat pada Gambar 3.
orde dua.
(a) Ada N buat poles menurut Pers. (51)
5.3
(a)
(b)
Fig. 2: Spesifikasi (a) Formula dan (b) Hasil
(a)
(b)
Fig. 3: Mencari orde filter: (a) Formula dan (b) Hasil
(a)
(b)
Fig. 4: Mencari Frekuensi Cutoff: (a) Formula dan (b) Hasil
5.4
5.5
5.6
Konfirmasi Hasil
Untuk memudahkan verifikasi, kita memilih untk mentranspose posisi koefisien. Stage filter ada di kolom, sedangkan jenis koefisien ada di baris, sebagaimana diperlihatkan Gambar
7. Kemudian pada baris 46 kita menghitung respons magnituda dari setiap stage untuk frekuensi tertentu. Pada kolom
B kita mengisi frekuensi (Hz) yang diinginkan. Frekuensi
ini diubah menjadi radian pada kolom C. Kemudian formula
seperti pada Gambar 8 digunakan untk menghitung respons
magnitudanya.
Desain filter LPF menjadi sederhana menggunakan filter Butterworth. Filter ini memiliki sifat frekuensi yang bergantung
dari orde N dan frekuensi cut-off c . Oleh sebab itu pada
prinsipnya mendesain LPF dengan filter Butterworth adalah
mencari orde minimal dan frekuensi cut-off sederhana.
Sebagai sistem LCCDE, Filter Butterworth mudah untuk
di-kaskade orde dua. Dengan menggunakan kaskade ini,
kompleksitas filter dapat dikelola.
Spreadsheet adalah alat bantu yang efektif sekaligus sederhana untuk mencoba sendiri proses desain ini.
(a)
(b)
Fig. 5: Mencari poles : (a) Formula dan (b) Hasil
(a)
(b)
Fig. 6: Koefisien Filter : (a) Formula dan (b) Hasil
(a)
(b)
Fig. 7: Konfirmasi Filter : (a) Formula dan (b) Hasil
(a)
(b)
Fig. 8: Formula Konfirmasi Filter : (a) Stage 1 dan (b) dB akhir