Anda di halaman 1dari 11

JOB 5

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM


TELEKOMUNIKASI REKAYASA
NIRKABEL
( PRAKTIKUM WICOMM : MODULASI QPSK )

GRESIA EUNIKE MARAMPA


42219007

3A/ D4 TEKNOLOGI REKAYASA JARINGAN TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK
NEGERI UJUNG PANDANG
2022
MODULATION QUADRATURE PHASE SHIFT KEYING
I. TUJUAN
Untuk menyimulasikan pemancar dan penerima QPSK dengan mempertimbangkan phase
offset dan frequency offset.

II. TEORI DASAR


1. Pembangkitan Pulsa RRC
Ketika ada nois di penerima kita perlu untuk melakukan matched filtering untuk
meminimalkan Bit Error Rate (BER). Kita ingin output matched filter adalah pulsa RC seperti
pada job 1. Oleh karena itu pulsa pemancar dan respon impuls matched filter keduanya harus
sebuah pulsa dengan spektrum Root Raised Cosine (RRC). Respon impuls sebuah pulsa RRC
ideal adalah

Untuk t = 0 yaitu
𝑟
ℎ(𝑡) = 1 − 𝑟 + 4
𝜋
Untuk 𝑡 = ± 𝑇 yaitu
4𝑟
ℎ(𝑡) = 𝑟 2 𝜋 2 𝜋
( ) sin ( )]
[1+ ) + (1 − ) cos (
√2 𝜋 4𝑟 𝜋 4𝑟
Untuk t yang lain yaitu
𝑡 𝑡
sin *𝜋(1 − 𝑟) + + 4𝑟 cos *𝜋(1 + 𝑡
) +
𝑟
ℎ(𝑡) = 𝑇 𝑇
𝑡 2 𝑇
𝜋 [1 − (4𝑟 𝑡 ) ]
𝑇 𝑇

dimana r adalah faktor roll-off yang dipilih. Apabila diubah ke domain frekuensi maka
persamaan di atas secara umum dapat diubah menjadi bentuk

𝐻(ƒ) = √𝑃(ƒ)
Dimana P(f) adalah spektrum pulsa RC yang diperlihatkan pada job 1. Faktor roll-off pada
pulsa RRC yang mirip dengan faktor roll-off pada pulsa RC mengindikasikan berapa banyak
bandwidth yang digunakan terhadap bandwidth ideal. Jika nilai faktor lebih kecil maka skema
lebih efisien. Persentasenya terhadap bandwidth minimum yang diminta Nyquist dinamakan
kelebihan bandwidth.

2. Penilaian dan Pembetulan Frequency Offset


Frekuensi carrier yang digunakan untuk demodulasi analog tidak dapat disinkronisasikan
dengan frekuensi yang dipancarkan. Efek dari offset, yang mana nilainya bisa dalam beberapa
kHz, adalah untuk memutar titik-titik konstelasi QPSK yang diterima setahap demi setahap
terhadap waktu. Penilaian kasar satu waktu pada frekuensi carrier dilakukan dengan
menggunakan algoritma daya ke-4. Untuk menilai frequency offset ƒ′, symbol I dan Q di tahan
dan diproses dengan algoritma daya ke-4 untuk pertama kali. Dari besar yang dihasilkan dengan
menggunakan cara Diskrit Fourier Transform (DFT) kita akan mendapatkan nilai puncak
frekuensi, kemudian nilai puncak ini dibagi dengan N (yaitu jumlah titik yang digunakan dalam
DFT) dan dibagi dengan 4 untuk memperoleh frekuensi offset ƒ′′ yang mana tidak akan sama
dengan ƒ′. Dari sini resolusi yang kita peroleh adalah

2𝐹𝑠i𝑚𝑏𝑜𝑙 𝐹𝑠i𝑚𝑏𝑜𝑙
=
4𝑁 2𝑁
dimana 𝐹𝑠i𝑚𝑏𝑜𝑙 adalah kecepatan symbol. Penilaian frekuensi offset disimpan dalam sebuah
−j2𝜋ðf𝐹𝐹 T
variabel. Titik-titik sampel kemudian dikalikan dengan 𝑒 𝑐 m. Jadi frekuensi offset yang
tersisa adalah 𝛿ƒ𝑐 = ƒ′ − ƒ′′. Tergantung pada nilai frekuensi sampling jumlah frekuensi
offset yang kita dapat nilainya akan berada dalam rentan nilai antara − 𝐹 𝑠i𝑚𝑏𝑜𝑙 sampai 𝐹
𝑠i𝑚𝑏𝑜𝑙. Resolusi
4 4
adalah 𝐹𝑠i𝑚𝑏𝑜𝑙.
2𝑁

3. Ketepatan Pewaktuan
Sampel-sampel yang disampling dalam ADC tidak terjadi pada sampel yang bebas ISI.
Untuk menentukan sampel bebas ISI, kita menggunakan filter polyphase dan menginterpolasi 20
nilai dalam sebuah durasi simbol untuk keduanya simbol I dan Q. Respon impuls pada filter
polyphase adalah pulsa RRC karena pulsa pancar adalah RRC bukan RC. Dalam job 1 kita hanya
menggunakan kanal I untuk menilai sampel yang kira-kira bebas ISI dan melakukan pairing
sampel. Dalam QPSK akan ada cross talk antara I dan Q pada output IF demodulator. Sehingga
kita tidak dapat menggunakan metode pairing, menginterpolasi, merata-ratakan dengan
menggunakan salah satu sinyal I dan Q yang sama dengan baseband komunikasi pada job 1.
Malahan kita melakukan interpolasi pada kedua sinyal I dan Q pada pewaktuan sampel diantara
kedua pairing yang mungkin, dan merata-ratakan energi untuk menilai pewaktuan. Cara ini
dinamakan strategi penilaian waktu non-coherent. Karena phasa offset, gelombang kanal I dan Q
setelah LPF adalah

𝐼(𝑡) = 𝐼 cos 𝜃 + 𝑄 sin 𝜃

𝑄(𝑡) = 𝑄 cos 𝜃 + 𝐼 sin 𝜃

Jika kita mengambil (𝐼2 + 𝑄2) maka efek 𝜃 dihilangkan. Sampel pada nilai maksimum
adalah sampel sampling yang paling bagus. 20 interpolator disimpan dalam pola array dan dari
nila-nilai interpolator yang dihitung kita memutuskan sampel sampling yang benar dengan
akurasi sebesar
1/20 durasi simbol. Dari sini mematched filter yang paling bagus dari 20 itu ditentukan. Nilai
sampel pewaktuan disimpan dalam sebuah variabel. Disebabkan karena frekuensi offset
pewaktuan, interpolator yang memberikan nilai puncak tetap berubah.

4. Matched Filter
Seperti yang dijelaskan pada sesi ketepatan pewaktuan, matched filter yang paling bagus
diperoleh dengan penilaian pewaktuan. Sampel yang datang setelah kompensasi untuk frekuensi
offset kemudian difilter dengan matched filter yang benar untuk memperoleh simbol yang
didemodulasi yang disimpan dalam sebuah array.

5. Penilaian Phase Offset dan Pembetulan


Setelah pembetulan frekuensi, sinyal yang didemodulasi akan mempunyai sebuah phase
offset dengan merujuk ke sinyal yang dipancarkan yang mempunyai rentan nilai 0 sampai 2π.
Efek dari phase offset carrier ini adalah untuk memutar setiap titik konstelasi QPSK yang
diterima. Phase offset ini berubah secara lambat disebabkan karena frekuensi offset yang
tertinggal. Menggunakan beberapa simbol yang pertama yang diperoleh setelah matched filter,
penilaian phase offset carrier dilakukan dengan menggunakan metode daya ke-4 pada simbol I
dan Q yang ditahan (buffer) yaitu mencerminkan simbol ke kuadran 1 dan kemduian merata-
ratakan. Sudut antara titik yang dirata-ratakan dengan titik ideal memberikan nilai phase offset.
Phase offset disimpan dalam variabel.

6. Tracking Pewaktuan
Sekali sampel pewaktuan paling bagus untuk blok pertama diperoleh dengan
menggunakan algoritma ketepatan pewaktuan seperti yang dijelaskan di atas, maka itu cukup
untuk memperoleh nilai yang diinterpolasi untuk posisi sebelahnya pada salah satu sisi dari
sampel paling bagus dan pada sampel pewaktuan paling bagus (metode awal-akhir) pada job 1.

7. Penilaian Frekuensi Yang Tersisa dan Pembetulan


Untuk mentrack frekuensi offset yang tersisa, yang menunjukkan phase yang berubah dengan
lambat, kita menggunakan tracker satu tap dengan sebuah adaptive weight ‘w’ yang mengikuti
sebuah algoritma LMS (Least Mean Square). Nilai w diperbaharui dengan menggunakan
persamaan

𝑦(𝑛) = 𝑐𝑜𝑛j(𝑤) * 𝑢(𝑛)


𝑒(𝑛) = 𝑑(𝑛) − 𝑦(𝑛)
𝑤(𝑛 + 1) = 𝑤(𝑛) + 𝜇 * (𝑒(𝑛) * 𝑢(𝑛))
Dimana w(0) = 1;
u(n) = input yang datang setelah menghilangkan phase offset ;
y(n) = simbol di putar balik
d(n) = simbol yang diinginkan
dimana riil [d(n)] = (+/-) 1, jika riil (y(n)) adalah (>/<) 0;
dimana im [d(n)] = (+/-) 1, jika im (y(n)) adalah (>/<) 0;
μ = ukuran step (0,25);
e(n) = error antara simbol yang diputar balik dan simbo yang dideteksi

Dalam algoritma LSM, kita akan menyesuaikan filter adaptif 1-tap untuk meminimalkan nilai
mean square pada error antara nilai yang diinginkan d dan output y.

Dalam steady state filter adaptif 1-tap dapat mengganti phase offset yang terus berubah secara
lambat disebabkan karena frekuensi offset yang tersisa.

III. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Rangkailah WiCOMM-T dalam format baseband loopback seperti pada gambar di bawah.

2. Pasang modul pada gambar di atas ke modul BaseUnit yang diperlihatkan pada gambar
di bawah.

3. Hubungkan modul BaseUnit ke PC dengan kabel USB.


4. Hubungkan kabel power WiCOMM-T (Modul BaseUnit) dan switch on modul maka led
reset akan menyala.
5. Bangkitkan sampel-sampel modem pemancar dengan cara sebagai berikut :
a. Buka Matlab. Ketik command berikut pada prompt Matlab Command yaitu
addpath ‘C:\WiCOMM-T\Console’
kemudian enter.
b. Ketik command berikut
WiCOMM-T
Kemudian enter dan akan muncul gambar WiCOMM_T console seperti gambar di
bawah.

c. Klik tombol ‘INITIALIZE’ dan akan muncul window “ Cypress USB Console “.
d. Pilih Option pada menu paling atas, kemudian pilih ‘EZ-USB Interface’ maka akan
ditampilkan window WBU seperti pada gambar di bawah.
e. Klik tombol download untuk mendownload driver WBU’s USB yaitu file
‘WBU_USB.hex’. ini dilokasikan pada ‘C:\WiCOMM-T\Drivers\’ by
default.
f. Setelah didownload, pilih window USB Console dan pilih ‘Alt setting’ as ‘2’ pada
item Configuration Interfaces seperti pada gambar di bawah.

Kemudian close.
g. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, klik tombol
‘EXPERIMENT’ dan akan muncul gambar WEC seperti di bawah.
h. Pada item ‘Experiment’ pilih ‘QPSK’ dan kotak sebelah kanannya pilih ‘IF’.
i. Klik tombol ‘GENERATE’ yang akan membangkitkan sampel-sampel modem untuk
ditransmisikan.
j. Atur nilai parameter untuk SNR = 100 dB seperti yang diperlihatkan pada table
berikut :
Frequency Offset

0 Hz 60 Hz 120 Hz
Phase Offset
0 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB
60 derajat SNR = 100 dB SNR = 100 dB SNR = 100 dB
6. Transmisikan sampel-sampel modem melalui WiCOMM-T untuk setiap nilai parameter
di atas dengan cara sebagai berikut :
a. Kembali ke gambar WiCOMM_T console pada langkah 5.b, klik tombol ‘RUN’ dan
akan muncul gambar WBU console seperti gambar di bawah.

PERINGATAN : JANGAN MENGUBAH TX FILE ATAU RX FILE.


b. Pada menu sebelah kanan dari WBU console pilih menu pertama (atas) sehingga akan
nampak gambar seperti di bawah.
Kemudian pilih item Direction dengan Tx&Rx dan klik tombol Ok.
c. Klik tombol START pada WBU console untuk memulai memancar dan menerima
sampel-sampel modem. Ikon Tx dan Rx akan berkedip-kedip berwarna biru yang
menandakan peralatan sedang memancar dan menerima dengan benar. Ini dapat
diyakinkan dengan melihat window statistic. Caranya yaitu aktifkan WBU console
dan pada kolom sebelah kanan dari WBU console klik item kedua (tengah) sehingga
diperlihatkan gambar window statistic seperti di bawah.

7. Analisa sampel-sampel modem yang diterima dengan cara :


a. Apabila paket yang dikirim pada statistic window sudah mencapai 100.000 paket klik
tombol stop pada WBU console. Catatlah semua nilai yang diperlihatkan statistic
window.
b. Aktifkan layar WEC kemudian klik tombol ‘ANALYZE’. Gambar hasil ANALYZE
8. Gambar semua plot yang dihasilkan oleh Matlab.
9. Atur nilai SNR = 50 dB dan nilai-nilai parameter seperti pada table di bawah.

Frequency Offset

0 Hz 60 Hz 120 Hz
Phase Offset
0 derajat SNR = 50 dB SNR = 50 dB SNR = 50 dB
60 derajat SNR = 50 dB SNR = 50 dB SNR = 50 dB

10. Ulangi langkah 6 – 8.


11. Sekarang rangkai WiCOMM-T dalam format IF loop back seperti pada gambar di bawah.
12. Ulangi langkah 5 sampai 8.
13. Sekarang gunakankan 2 WiCOMM-T dan 2 PC dimana yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan yang lain sebagai penerima pada level baseband dengan menggunakan
modul RF seperti pada gambar di bawah.

Hubungkanlah setiap WiCOMM-T ke setiap PC dan ulangi langkah 1 – 8. Pada


langkah 6.b pilih item Direction pada setiap PC dimana satu PC pilih Tx only
dan PC yang lain pilih Rx only kemudian klik tombol Ok.

IV. HASIL PERCOBAAN


V. ANALISIS
VI. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai