5
SISTEM INVARIAN-WAKTU LINEAR
(LINEAR-TIME INVARIANT SYSTEM)
SEBAGAI TAPIS SELEKSI-FREKUENSI
Dinda Kharisma 3135136204
Ghina Rosika 3135136203
Intro
Istilah tapis (filter) biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu
alat yang membedakan, sesuai dengan beberapa sifat objek yang dipakai
pada masukannya, apa yang melewatinya.
Rendah, Lolos Tinggi, Lolos Pita, dan Pipa Penghenti atau Eliminasi Pita.
Tapis ideal mempunyai suatu karakteristik Pipa Lolos Perolehan Konstan (biasanya diambil
Karakteristik lain Tapis Ideal: respons fase linier (linear phase response). Asumsikan bahwa suatu
barisan sinyal {x(n)} dengan komponen frekuensi yang dibatasi untuk kisaran frekuensi 1<<2
diloloskanlah suatu tapis dengan respons frekuensi:
Dengan C dan n0 adalah konstanta. Sinyal pada keluaran tapis mempunyai spektrum:
Dengan memakai sifat pembuatan skala pergeseran-waktu pada transformasi Fourier, kita
memperoleh keluaran domain-waktu:
g() biasanya dinamakan tunda selubung atau tunda grup tapis. Kita
menginterpretasikan y() sebagai waktu tunda bawa suatu komponen
frekuensi sinyal yang mengalami seperti hal itu lolos dari masukan menuju
keluaran sistem. Perhatikan bahwa bila () linear seperti dalam (4.5.4),
g() = n0 = konstan. Dalam kasus ini, seluruh komponen frekuensi sinyal
masukan mengalami tunda waktu yang sama.
secara fisis tetapi melayani sebagai idealisasi matematis dari tapis praktis.
lokasi pole dekat titik-titik lingkaran unit sesuai dengan frekuensi yang akan
diberikan, dan menempatkan zero dekat frekuensi yang akan diberikan
kemudian. Selanjutnya, kendala berikut harus dibebankan:
1.
2.
Seluruh pole dan zero kompleks harus terjadi dalam pasangan konjugasi
kompleks agar koefisien tapis menjadi real.
Untuk suatu pola pole-zero tertentu, fungsi sistem H(z) dapat dinyatakan
sebagai:
rendah dan tiga tapis lolos tinggi. Respons besar dan fase untuk tapis
pole tunggal dengan fungsi sistem:
10
Diilustrasikan
pada
gambar
4.45
disamping, untuk a = 0,9. Perolehan G
dipilih sebagai 1 a sehingga tapis
tersebut mempunyai perolehan satu di
= 0. Perolehan tapis ini pada frekuensi
tinggi relatif kecil.
Tambahan
11
Contoh 4.5.1
Suatu tapis lolos rendah dua pole mempunyai fungsi sistem:
H(z) =
Tentukan nilai b0 dan p sedemikian sehingga respons frekuensi H()
memenuhi kondisi:
H(0) = 1
dan
2
|H(| =
12
Jawab:
= 0 kita mempunyai:
Pada
H(0) = = 1
Karena itu,
b0 = (1 - p)2
Di = /4
H() =
=
=
H(z) =
Jadi,
= =
Atau ekivalennya:
13
Contoh 4.5.2
Desainlah sebuah tapis lolos gelombang dua-pole yang mempunyai pusat
Jawab:
H( = G = 1
G=
mempunyai:
|H( =
Atau ekivalennya:
H(z) = 0,15
Respons frekuensinya diilustrasikan pada gambar 4.47
15
16
dengan respons frekuensi H1p (), sebuah tapis lolos tinggi dapat
diperoleh dengan mentranslasi H1p () dengan radian (yaitu,
menggantikan dengan ). Jadi:
17
Nama
tapis.
18
Dalam desain resonator digital pada puncak resonansi pada atau dekat = 0,
Juga, kita dapat memilih untuk dua zero. Fungsi sistem resonator digital dengan
19
Dengan U1() dan U2() adalah besar vektor dari p1 dan p2 ke titik
dalam lingkaran unit dan 1() dan 2() adalah sudut yang sesuai
dengan kedua vektor ini. Besar U1() dan U2() dapat dinyatakan sebagai:
20
= /3,
r = 0,8 dan r = 0,45. Kita perhatikan bahwa respons fase menuju laju
perubahan terbesarnya dekat frekuensi resonansi.
21
Kita amati bahwa zero di z = 1 mempengaruhi kedua respons besar dan fase
22
Jadi, fungsi sistem untuk sebuah tapis lolos sempit FIR secara absolut
adalah:
23
24
Masalah dengan tapis lolos sempit FIR adalah bahwa tapis lolos rendah
kompleks di:
25
Sebuah tapis sisir dapat dipandang sebagai tapis lolos sempit dengan
26
Dari (4.5.3.3) kita mengamati bahwa tapis tersebut mempuntai zero pada
27
Dalam istilah yang lebih umum, kita dapat menciptakan sebuah tapis sisir
Dan menggantikan z dengan zL, dengan L adalah integer positif. Jadi tapis
Jika respons frekuensi tapir FIR asli adalah H(), respons frekuensi FIR
28
29
30
31
sebagai:
32
Selanjutnya, jika z0 adalah sebuah pole dari H(z) maka 1/z0 adalah zero
H(z)(yaitu, pole dan zero timbal balik satu sama lain).
33
Bentuk paling umum untuk fungsi sistem dari sebuah sistem lolos
Untuk sistem kausal dan stabil kita membutuhkan bahwa -1 <k <1 dan |
k < 1
mempunyai:
34
resonator dua-pole untuk pole konjugasi kompleks terletak pada lingkaran unit.
Dan parameter:
35
Jika respons impuls sistem orde kedua dengan pole konjugasi kompleks
pada lingkaran unit adalah sebuah sinusoida dan sistem ini dinamakan
osilator sinusoida digital atau generator sinusoida digital.
digital.
36
Dalam banyak aplikasi praktis yang meliputi modulasi dari dua sinyal
37
Sekarang
anggaplah bahwa sistem invarian-waktu linear T mempunyai
respons implus h1(n) menunjukkan respons implus sistem invers . Maka
ekuivalennya dengan persamaan konvolusi
Menjelaskan bahwa:
Pendekatan
sederhana adalah mentransformasikan kedalam domain-z dan
menyelesaikan
Dan oleh karena itu, fungsi sistem untuk sistem invers adalah:
Jadi zero pada H(z) menjadi pole maka H(z) adalah suatu pole-seluruhnya. Maka
h1(z) adalah suatu pole, maka H(z) adalah suatu pole-seluruhnya. Maka h 1(z)
adalah sistem FIR.
Penyerdehanaan ke persamaan
Sistem pada (4.6.10) mempunyai zero di z=- dan respon implus h(0)=1, h(1)=.
Sistem pada (4.6.11) mempunyai zero di z=-2 dan respon implus h(0)=, h(1)=
Dan
Karakteristik besar untuk kedua sistem ini identic, karena zero dari H1(z)
dan H2(z) adalah berkebalikan.
Jika |H(| adalah besar respon frekuensi kuadrat sistem FIR yang
Umumnya jika B(z) mempunyai satu atau lebih akar diluar lingkaran
Jadi H(z) =
Hmin(z).Hap(z)
didefinisikan sebagai:
Dan
Sehingga:
Metode lain untuk mengidentifikasi suatu sistem yang tidak diketahui adalah
berdasarkan pada teknik kolerasi-silang.
Dengan
adalah barisan korelasi silang masukan {x(n)} kepada sistem dengan
keluaran {y(n)} sistem dan rxx(m) adalah barisan otokorelasi sinyal masukan. Dalam
domain frekuensi, hubungan yang sesuai adalah:
Karena itu:
Cepstrum Kompleks adalah suatu alat yang berguna untuk melakukan dekonvolusi
pada beberapa aplikasi. Untuk mendeskripsikan metode ini, kita anggap {y(n)}
adalah barisan keluaran dari suatu sistem invarian-waktu linear yang diekstasi
dengan barisan masukan {x(n)} maka: Y(z) = X(z).H(z)
Cepstrum Kompleks keluaran {y(n)} dinyatakan sebagai jumlah cepstrum dari {x(n)}
melalui
Contoh 1:
Contoh 2: