Anda di halaman 1dari 60

4.

5
SISTEM INVARIAN-WAKTU LINEAR
(LINEAR-TIME INVARIANT SYSTEM)
SEBAGAI TAPIS SELEKSI-FREKUENSI
Dinda Kharisma 3135136204
Ghina Rosika 3135136203

Intro
Istilah tapis (filter) biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu

alat yang membedakan, sesuai dengan beberapa sifat objek yang dipakai
pada masukannya, apa yang melewatinya.

Dalam Pemrosesan Sinyal Digital, Tapis (filter) digunakan untuk

mendeskripsikan sistem invarian-waktu linear yang digunakan untuk


melakukan pembentukan spektrum atau pentapisan seleksi-frekuensi.

Contoh: pembersihan derau yang tidak diinginkan dari sinyal yang

diinginkan, pembentukan spektrum seperti ekualisasi saluran


komunikasi, deteksi sinyal dalam radar sonar dan komunikasi, untuk
melakukan analisis spektrum sinyal, dsb.

4.5.1 Karakteristik Tapis Ideal


Tapis biasanya digolongkan sesuai dengan karakteristik domain-frekuensi seperti: Tapis Lolos

Rendah, Lolos Tinggi, Lolos Pita, dan Pipa Penghenti atau Eliminasi Pita.

*H() = Respons frekuensi (fs bobot)

Tapis ideal mempunyai suatu karakteristik Pipa Lolos Perolehan Konstan (biasanya diambil

sebagai perolehan-satu) dan perolehan nol dalam pipa penghentinya.

Karakteristik lain Tapis Ideal: respons fase linier (linear phase response). Asumsikan bahwa suatu

barisan sinyal {x(n)} dengan komponen frekuensi yang dibatasi untuk kisaran frekuensi 1<<2
diloloskanlah suatu tapis dengan respons frekuensi:

Dengan C dan n0 adalah konstanta. Sinyal pada keluaran tapis mempunyai spektrum:

Dengan memakai sifat pembuatan skala pergeseran-waktu pada transformasi Fourier, kita
memperoleh keluaran domain-waktu:

Konsekuensinya, keluaran tapis secara absolut adalah suatu tunda dan


terjemahan skala-amplitudo sinyal murni biasanya dapat dipertahankan dan
tidak ditinjau sebagai distorsi sinyal. Tidak satupun pembuatan skala
amplitudo. Oleh karena itu, tapis ideal mempunyai karakteristik fase linear
dalam pita lolos mereka, yakni:

Turunan fase dengan respek terhadap frekuensi mempunyai satuan tunda.


Karena itu, kita dapat mendefinisikan tunda sinyal sebagai:

g() biasanya dinamakan tunda selubung atau tunda grup tapis. Kita
menginterpretasikan y() sebagai waktu tunda bawa suatu komponen
frekuensi sinyal yang mengalami seperti hal itu lolos dari masukan menuju
keluaran sistem. Perhatikan bahwa bila () linear seperti dalam (4.5.4),
g() = n0 = konstan. Dalam kasus ini, seluruh komponen frekuensi sinyal
masukan mengalami tunda waktu yang sama.

Kesimpulannya, tapis-tapis ideal mempunyai karakteristik besar yang

konstan dan karakteristik fase linear dalam lolos gelombang.

Dalam seluruh kasus, tapis-tapis seperti itu tidak dapat direalisasikan

secara fisis tetapi melayani sebagai idealisasi matematis dari tapis praktis.

Sebagai contoh, tapis lolos rendah ideal mempunyai respons impuls:

Untuk mendesain sejumlah tapis sederhana, digunakan suatu metode grafik

untuk menghitung karakter respons frekuensi dari diagram pole-zero.

Prinsip dasar yang mendasari metode penempatan pole-zero adalah membuat

lokasi pole dekat titik-titik lingkaran unit sesuai dengan frekuensi yang akan
diberikan, dan menempatkan zero dekat frekuensi yang akan diberikan
kemudian. Selanjutnya, kendala berikut harus dibebankan:

1.

Seluruh pole harus ditempatkan di dalam lingkaran unit agar tapis


menjadi stabil. Walaupun demikian, zero dapat ditempatkan dimanapun
dalam bidang-z

2.

Seluruh pole dan zero kompleks harus terjadi dalam pasangan konjugasi
kompleks agar koefisien tapis menjadi real.

Untuk suatu pola pole-zero tertentu, fungsi sistem H(z) dapat dinyatakan
sebagai:

Dengan b0 konstanta perolehan yang dipilih untuk menormalisasi respons


frekuensi pada beberapa frekuensi tertentu. Yakni, b0 dipilih sedemikian
sehingga:

Dengan 0 adalah frekuensi dalam gelombang lolos tapis. Biasanya, N


dipilih sama atau melebihi M, sehingga tapis mempunyai pole yang lebih
berarti daripada zero.

4.5.2 Tapis Lolos Rendah, Lolos Tinggi,


dan Lolos Gelombang
Dalam desain tapis digital lolos rendah, pole harus ditempatkan dekat

lingkaran unit pada titik-titik yang sesuai dengan frekuensi rendah


(dekat = 0) dan zero harus ditempatkan dekat atau pada lingkaran
unit di titik-titik yang sesuai dengan frekuensi tinggi (dekat =
).
Pegangan yang berlawanan benar untuk tapis lolos tinggi.

Gambar 4.44 mengilustrasikan penempatan pole-zero dari tiga tapis lolos

rendah dan tiga tapis lolos tinggi. Respons besar dan fase untuk tapis
pole tunggal dengan fungsi sistem:

10

Diilustrasikan

pada
gambar
4.45
disamping, untuk a = 0,9. Perolehan G
dipilih sebagai 1 a sehingga tapis
tersebut mempunyai perolehan satu di
= 0. Perolehan tapis ini pada frekuensi
tinggi relatif kecil.

Tambahan

sebuah zero di z = -1,


selanjutnya melemahkan respons tapis
pada frekuensi tinggi. Ini mengarahkan
ke sebuah tapis dengan fungsi sistem:

Dan a suatu karakteristik respons


frekuensi juga diilustrasikan pada Gambar
4.45. Dalam kasus ini, besar H2() menuju
nol di = .
Dengan cara yang sama, kita dapat

memperoleh tapis lolos tinggi dengan


memantulkan (mencerminkan) lokasi
pole-zero dari tapis lolos rendah di
sekitar sumbu imajiner dalam bidangbidang z. Jadi, kita memperoleh fungsi
sistem:

11

Contoh 4.5.1
Suatu tapis lolos rendah dua pole mempunyai fungsi sistem:

H(z) =
Tentukan nilai b0 dan p sedemikian sehingga respons frekuensi H()
memenuhi kondisi:

H(0) = 1
dan
2

|H(| =
12

Jawab:
= 0 kita mempunyai:
Pada

H(0) = = 1
Karena itu,

b0 = (1 - p)2

Di = /4

Nilai p = 0,32 memenuhi persamaan ini.

H() =
=
=

Konsekuensinya, fungsi sistem untuk tapis


yang diinginkan adalah:

H(z) =

Jadi,

= =
Atau ekivalennya:
13

Contoh 4.5.2
Desainlah sebuah tapis lolos gelombang dua-pole yang mempunyai pusat

gelombang lolosnya di = , nol dalam karakteristik respons frekuensinya di


= 0 dan = dan respons besarnya adalah 1 di = 4/9

Jawab:

Tapis harus mempunyai pole di p1,2 = re


Dan zero di = 1 dan = -1. Konsekuensinya, fungsi sistem adalah:
H(z) =
=G
Faktor perolehan ditentukan dengan mengevaluasi respons frekuensi
H() tapis di = /2. Jadi kita mempunyai:
14

H( = G = 1
G=

Nilai r ditentukan dengan mengevaluasi H() di = 4/9. Jadi kita

mempunyai:
|H( =

Atau ekivalennya:

1,94(1 r2)2 = 1 1,99r2 + r4


Nilai r2 = 0,7 memenuhi persamaan ini. Oleh karena itu, fungsi sistem

untuk tapis yang diinginkan adalah:

H(z) = 0,15
Respons frekuensinya diilustrasikan pada gambar 4.47

15

16

Transformasi Tapis Lolos Rendah-ke-Lolos


Tinggi Sederhana
Jika h1p(n) menunjukkan respons impuls sebuah tapis lolos rendah

dengan respons frekuensi H1p (), sebuah tapis lolos tinggi dapat
diperoleh dengan mentranslasi H1p () dengan radian (yaitu,
menggantikan dengan ). Jadi:

17

4.5.3 Resonator Digital


resonator digital adalah tapis

lolos gelombang dua-pole khusus


dengan pasangan pole konjugasikompleks yang berlokasi dekat
lingkaran unit seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 4.48
(a) berikut ini :

Besar respons tapis diperlihatkan pada Gambar

4.48 (b) berikut ini:

Nama

resonator menunjukkan kepada fakta


bahwa tapis tersebut mempunyai respons besar
yang luas dalam hampiran lokasi pole.

Posisi sudut pole menentukan frekuensi resonasi

tapis.

Resonator digital berguna dalam banyak aplikasi,

termasuk pentapisan lolos gelombang sederhana


dan generasi suara.

18

Dalam desain resonator digital pada puncak resonansi pada atau dekat = 0,

kita memilih pole konjugasi-kompleks di

Juga, kita dapat memilih untuk dua zero. Fungsi sistem resonator digital dengan

zero pada titik asal adalah:

Karena |H()| mempunyai puncaknya pada atau dekat = 0, kita memilih b0

sehingga |H(0)| = 1. Dari (4.5.19) kita memperoleh:

19

Jadi, faktor normalisasi yang diinginkan adalah:

Respons frekuensi resonator dalam (4.5.19) dapat dinyatakan sebagai:

Dengan U1() dan U2() adalah besar vektor dari p1 dan p2 ke titik

dalam lingkaran unit dan 1() dan 2() adalah sudut yang sesuai
dengan kedua vektor ini. Besar U1() dan U2() dapat dinyatakan sebagai:

Untuk setiap nilai r, U1() mendapat nilai minimumnya (1-r) di = 0.

Perkalian U1() U2() mencapai nilai minimum pada frekuensi pada:

20

Untuk nilai-nilai r yang dekat dengan satu,

Gambar 4.48 mengilustrasikan besar dan fase resonator digital dengan 0

= /3,
r = 0,8 dan r = 0,45. Kita perhatikan bahwa respons fase menuju laju
perubahan terbesarnya dekat frekuensi resonansi.

Jika zero resonator digital ditempatkan di z = 1 dan z = -1, resonator

mempunyai fungsi sistem:

21

Dan karakteristik respons frekuensi

Kita amati bahwa zero di z = 1 mempengaruhi kedua respons besar dan fase

resonator. Sebagai contoh, respons besar adalah:

Dengan N() didefinisikan sebagai:

22

4.5.4 Tapis Lolos Sempit (Notch)


Tapis lolos sempit adalah tapis yang berisi satu atau lebih lolos sempit

yang dalam atau, idealnya, nol sempurna dalam karakteristik respons


frekuensinya.

Untuk menciptakan sebuah nol dalam respons frekuensi sebuah tapis

dalam frekuensi 0, kita secara absolut memperkenalkan pasangan zero


konjugasi-kompleks pada lingkaran unit pada sudut 0, yakni:

Jadi, fungsi sistem untuk sebuah tapis lolos sempit FIR secara absolut

adalah:

23

Gambar 4.5.1 disamping memperlihatkan respons besar


untuk sebuah tapis lolos sempit yang mempunyai nol di
= /4

24

Masalah dengan tapis lolos sempit FIR adalah bahwa tapis lolos rendah

mempunyai lebar gelombang yang relatif besar, yang berarti bahwa


komponen frekuensi lainnya di sekitar nol yang diinginkan diperlemah
dengan kuat.

Anggap bahwa kita menempatkan suatu pasangan pole konjugasi-

kompleks di:

Pengaruh pole tersebut adalah untuk memperkenalkan resonansi dalam

hampiran nol dan kemudian mengurangi lebar gelombang tapis lolos


sempit. Fungsi sistem untuk tapis yang dihasilkan adalah:

25

4.5.5 Tapis Sisir (Comb)

Sebuah tapis sisir dapat dipandang sebagai tapis lolos sempit dengan

nolnya terjadi secara periodik melintasi gelombang frekuensi.

26

Untuk mengilustrasikan bentuk sederhana dari sebuah tapis sisir,

perhatikan sebuah tapis rata-rata bergerak (FIR) yang dideskripsikan


dalam persamaan diferensi:

Fungsi sistem tapis FIR ini adalah:

Dan respons frekuensiya adalah:

Dari (4.5.3.3) kita mengamati bahwa tapis tersebut mempuntai zero pada

lingkaran unit di:

27

Perhatikan bahwa pada pole di z = 1 sebenarnya dibatalkan oleh zero di z =

1, sehingga pengaruh tapis FIR tidak berisi pole di luar z = 0.

Dalam istilah yang lebih umum, kita dapat menciptakan sebuah tapis sisir

dengan mengambil sebuah tapis FIR dengan fungsi sistem:

Dan menggantikan z dengan zL, dengan L adalah integer positif. Jadi tapis

FIR yang baru mempunyai fungsi sistem:

Jika respons frekuensi tapir FIR asli adalah H(), respons frekuensi FIR

dalam (5.5.37) adalah:

28

Konsekuensinya, karakteristik respons frekuensi HL() secara absolut

adalah respons order-L dan H() dalam kisaran 0 2. Gambar 4.5.4


mengilustrasikan hubungan antara HL() dan H() untuk L = 5.

29

Sekarang kita kembali ke tapis rata-rata bergerak dengan fungsi sistem

yang diberikan oleh (4.5.33). Anggap bahwa kita mengganti z dengan z L.


Kemudian tapis sisir yang dihasilkan mempunyai fungsi sistem:

Dan respons frekuensi:

Tapis ini mempunyai zero pada lingkaran unit di:

30

Gambar 4.57(a) memperlihatkan


Diagram spektrum rapat daya
Pengukuran konsentrasi elektron
ionosfer tanpa tapis. Perhatikan
Komponen spektrum yang lemah
Hampir tertutup oleh komponen
Spektrum solar yang kuat.

31

4.5.6 Tapis-Lolos Seluruhnya


Sebuah tapis lolos-seluruhnya didefinisikan sebagai suatu sistem yang

mempunyai respons besar konstan untuk seluruh frekuensi, yakni:

Contoh paling sederhana dari sebuah tapis lolos-seluruhnya adalah

sebuah tapis tunda murni dengan fungsi sistem:

karakteristik respons fase linier sistem lolos seluruhnya dapat dinyatakan

sebagai:

32

Sistem yang diberikan dengan (4.5.44) adalah sistem lolos-seluruhnya.

Selanjutnya, jika z0 adalah sebuah pole dari H(z) maka 1/z0 adalah zero
H(z)(yaitu, pole dan zero timbal balik satu sama lain).

Gambar 4.58 mengilustrasikan pola pole-zero yang umum untuk sebuah

tapis pole-tunggal, zero-tunggal dan sebuah tapis dua-pole, dua-zero.

33

Bentuk paling umum untuk fungsi sistem dari sebuah sistem lolos

seluruhnya dengan koefisien-koefisien real, dinyatakan dalam bentuk


faktor dari segi pole dan zero adalah:

Dengan terdapat NR pole dan zero real dan Nc pasangan konjugasi-

kompleks pole dan zero.

Untuk sistem kausal dan stabil kita membutuhkan bahwa -1 <k <1 dan |

k < 1

Untuk sebuah sistem lolos-seluruhnya pole-tunggal zero-tunggal kita

mempunyai:

34

4.5.7 Osilator Sinusoida Digital


Osilator
sinusoida digital dapat dipandang sebagai bentuk batasan dari

resonator dua-pole untuk pole konjugasi kompleks terletak pada lingkaran unit.

Suatu sistem dengan fungsi sistem:

Dan parameter:

Mempunyai pole konjugasi-kompleks di p = rejo, dan respons cuplikan satuan:

35

Jika pole-pole ditempatkan pada lingkaran unit ( r = 1) dan b0 diatur

menjadi A sin 0, maka:

Jika respons impuls sistem orde kedua dengan pole konjugasi kompleks

pada lingkaran unit adalah sebuah sinusoida dan sistem ini dinamakan
osilator sinusoida digital atau generator sinusoida digital.

Generator Sinusoida digital adalah komponen dasar dari peniru frekuensi

digital.

Diagram kotak yang menggambarkan fungsi sistem yang diberikan oleh

(4.5.47) diilustrasikan pada Gambar 4.60.


Persamaan diferensi yang sesuai
untuk sistem ini adalah:

36

respons masukan-nol terhadap sistem orde-kedua, didiskripsikan dengan

persamaan diferensi homogen:

Dalam banyak aplikasi praktis yang meliputi modulasi dari dua sinyal

pembawa sinusoida dalam kuadrat fase, terdapat suatu kebutuhan untuk


membangkitkan sinusoida A sin 0n dan A cos 0n. Sinyal-sinyal ini dapat
dibangkitkan dari apa yang dinamakan osilator bentuk gandeng.

persamaan diferensi gandeng:

Yang juga dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai:

37

4.6 Invers dan Dekonvolusi


Suatu sistem invarian-waktu linear memakai sinyal masukan x(n) dan
menghasilkan sinyal keluaran y(n), yang adalah konvolusi x(n) dengan
respon cuplikan satuan h(n) sistem.
Sistem distorsif menghasilkan keluaran yakni, konvolusi masukan x(n)
dengan respon impuls h(n), operasi sistem invers yang mengambil y(n) dan
menghasilkan x(n) dinamakan dekonvolusi.
Istilah dekonvolusi sering digunakan dalam pemrosesan sinyal
seismik, dalam geofisika untuk mendiskripsikan operasi pemisahan sinyal
masukan dan karakteristik sistem yang ingin kita ukur.

4.6.1 Pembalikan Sistem Invarian-Waktu


Linear

Barisan
keluaran y(n), < n < , dari suatu sistem dapat dibalik T, kita
dapat menentukan masukannya secara unik x(n), < n < . Sistem
invers dengan masukan y(n) dan keluaran x(n) ditunjukan dengan . Suatu
hubungan kaskade suatu sistem dan inversnya ekivalen terhadap sistem
identitas, karena


Sekarang
anggaplah bahwa sistem invarian-waktu linear T mempunyai
respons implus h1(n) menunjukkan respons implus sistem invers . Maka
ekuivalennya dengan persamaan konvolusi

Menjelaskan bahwa:

Persamaan konvolusi diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan h 1(n)


untuk h(n) tertentu.

Pendekatan
sederhana adalah mentransformasikan kedalam domain-z dan

menyelesaikan

Dan oleh karena itu, fungsi sistem untuk sistem invers adalah:

Jadi zero pada H(z) menjadi pole maka H(z) adalah suatu pole-seluruhnya. Maka
h1(z) adalah suatu pole, maka H(z) adalah suatu pole-seluruhnya. Maka h 1(z)
adalah sistem FIR.

Dua daerah konvergen yang mungkin untuk H(z)

kita memakai ROC dari h1(z) sebagai |z| > , =


u(n) yang adalah respon implus dari suatu sistem
kausal dan stabil. Sebaliknya, jika ROC
diasumsikan sebagai |z| < , sistem invers
mempunyai sistem implus = -u(-n-1) dalam kasus
ini sistem invers adalah anti kausal dan tidak stabil.
Jika

Penyerdehanaan ke persamaan

Dengan asumsi, h1(n) = 0 untuk n<0, untuk n=0 kita memperoleh:

Nilai-nilai h(n) untuk n1 dapat diperoleh secara rekrusif dari persamaan:

4.6.2 Sistem Fase-Minimum, FaseMaksimum dan Fase-Campuran



Pembalikan
suatu sistem invarian-waktu linear secara intimidasi
berhubungan degan karakteristik fungsi spectrum fase sistem. Untuk
mengilustrasikan tujuan ini, ada 2 sistem FIR yang dicirikan dengan fungsi
sistem.

Sistem pada (4.6.10) mempunyai zero di z=- dan respon implus h(0)=1, h(1)=.
Sistem pada (4.6.11) mempunyai zero di z=-2 dan respon implus h(0)=, h(1)=

yang kebalikan dari sistem (4.6.10).

Dalam domain frekuensi, kedua sistem dicirikan dengan fungsi respons


frekuensi mereka, yang dinyatakan sebagai:

Dan

Karakteristik besar untuk kedua sistem ini identic, karena zero dari H1(z)
dan H2(z) adalah berkebalikan.

Respon fase untuk sistem (4.6.10) dan


(4.6.11)
Karakteristik

fase dari grafik (a) mulai di fase 0 pada


frekuensi = 0 dan berakhir di fase 0 pada frekuensi =
( sebaliknya, untuk karakteristik fase pada grafik (b)
menjalani perubahan fase yang berbeda. Kita
menamakan sistem pertama (a) dengan sistem fase
minimum dan sistem kedua (b) dengan sistem fase
maksimum.

Sekarang anggaplah bahwa kita mempunyai suatu sistem FIR dengan

koefesien real. Maka nilai kuadrat besar respon frekuensinya adalah:

Jika |H(| adalah besar respon frekuensi kuadrat sistem FIR yang

mempunyai M zero, terdapat konfigurasi yang mungkin untuk M zero,


beberapa diantaranya terdapat diluar lingkaran unit dan meninggalkan
didalam lingkaran unit.

Sistem fase-minimum sistem FIR mengarah ke sistem IIR yang

mempunyai sistem rasional. Khususnya, sebuah sistem IIR dengan


fungsi sistem:

Suatu sistem pole-zero stabil yang berfase minimum mempunyai invers

stabil yang juga berfase minimum. Sistem infers mempunyai fungsi


sistem:

Dekomposisi sistem pole-zero fase tidak


minimum
Setiap sistem pole-zero fase minimum dapat dinyatakan sebagai:

Dengan Hmin(z) adalah sistem fase-minimum dan Hap(z) adalah sistem


lolos seluruhnya. Kita mendemonstrasikan kebenaran penegasan ini untuk
golongan sistem klausal dan stabil dengan suatu sistem fungsi rasional
H(z) = B(z)/A(z).

Umumnya jika B(z) mempunyai satu atau lebih akar diluar lingkaran

unit, kita memfaktorkan B(z) menjadi factor perkalian B1(z).B2(z)


dengan B1(z) seluruh akarnya di dalam lingkaran unit dan B2(z) seluruh
akarnya berada didalam lingkaran unit.

Kita mendefinisikan sistem fase-minimum:

Dan sistem lolos seluruhnya:

Jadi H(z) =
Hmin(z).Hap(z)

Tunda grup sistem fase-tidak minimum.


Berdasarkan pada dekomposisi sistem fase-tidak minimum , kita dapat

menyatakan tunda grup H(z) sebagai:

Dari rumus diatas kita menyimpulkan bahwa diantara seluruh sistem

pole-zero yang mempunyai respons besar sama. Sistem fase-minimum


mempunyai tunda grup terkecil.

Energi parsial sistem fase tidak minimum


Energi parsial suatu sistem kausal dengan respons implus h(n)

didefinisikan sebagai:

Hal itu diperlihatkan diantara seluruh sistem yang mempunyai respons

besar sama dan energi total E

4.6.3 Identifikasi Sistem dan Dekonvolusi


Suatu masalah identifikasi sistem dapat diselesaikan dengan

dekonvolusi, kita mempunyai:

Dekonvolusi dapat diperoleh dengan bekerja dengan transformasi-z,

dalam domain transformasi-z kita mempunyai:

Dan

Sebagai alternatifnya kita dapat secara langsung setuju dengan

pernyataan domain-waktu yang debirikan. Jika sistem kausal,

Sehingga:

Jawaban rekrusif ini


membuktikan bahwa
x(0)

Metode lain untuk mengidentifikasi suatu sistem yang tidak diketahui adalah
berdasarkan pada teknik kolerasi-silang.

Dengan
adalah barisan korelasi silang masukan {x(n)} kepada sistem dengan
keluaran {y(n)} sistem dan rxx(m) adalah barisan otokorelasi sinyal masukan. Dalam
domain frekuensi, hubungan yang sesuai adalah:

Karena itu:

4.4.6 Dekonvolusi Homomorphic (Sebentuk)

Cepstrum Kompleks adalah suatu alat yang berguna untuk melakukan dekonvolusi

pada beberapa aplikasi. Untuk mendeskripsikan metode ini, kita anggap {y(n)}
adalah barisan keluaran dari suatu sistem invarian-waktu linear yang diekstasi
dengan barisan masukan {x(n)} maka: Y(z) = X(z).H(z)

Dengan H(z) adalah fungsi sistem, logartima Y(z) adalah:

Cepstrum Kompleks keluaran {y(n)} dinyatakan sebagai jumlah cepstrum dari {x(n)}

dan {h(n)}, yaitu:

Sistem yang melakukan transformasi dinamakan Sistem Homomorphic.

Sekali kita memisahkan barisan cepstrum


dengan menggunakan windowing, barisan
diperoleh dengan melewatkan
invers sistem sebentuk.

melalui

Contoh 1:

Contoh 2:

Anda mungkin juga menyukai