Disusun oleh :
1. Chomy Dwi Alel; 15130071
2. Febri Rahmadi; 15130077
3. Muhammad Triyo Rahmanto; 15130092
4. Azar Ihsan; 15130070
5. Willy Buana; 15130111
6. Alfon;
7. M. Hafis; 15130086
8. Sandi Youda;
BAB. 1 PENDAHULUAN
Pengertian frekuensi sendiri yaitu jumlah getaran yang terjadi dalam satu satuan
waktu atau pun jumlah gelombang listrik yang dihasilkan dalam satu satuan waktu
tertentu. Dalam dunia fisika, frekuensi biasanya sangat terkait dengan permasalahan
suara dan permasalahan media penghantar komunikasi seperti radio, telepon, televisi
dan berbagai macam media komunikasi.
Pada metode root locus dan metode-metode analisis dan disain yang membutuhkan
pengetahuan mengenai pole lup terbuka yang dimiliki sistem kendali sebagai metode-
metode respon waktu. Suatu sudut pendang alternatif yang juga relevan untuk sistem-
sistem linier yang didefenisikan oleh fungsi alih yang dimiliki adalah kelompok
metode respon frekuensi.
1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas ini yaitu agar kita bisa membuat simulasi respon frekuensi
menggunakan softwer MATLAB.
BAB. 2 DASAR TEORI
Diaplikasikan terhadap sistem tersebut. Maka output yang dihasilkan bila diasumsikan
sistem tersebut merupakan suatu sistem yang stabil adalah bentuk gelombang sinusoidal
pula. Hanya saja pada output kemungkinan terjadi perubahan amplitudo atau pergeseran
fasa, sehingga persamaan output bisa dituliskan sebagai :
c(t) = B sin (t + )
dimana :
Dalam analisa tanggapan frekuensi, fungsi alih biasanya dituliskan dalam bentuk
fungsi dari j yang dinamakan fungsi alih sinusoidal, sehingga fungsi alih sinusoidal dari
sistem pada Gambar 3.1 dapat dituliskan sebagai berikut :
a. Faktor Gain K
Kurva besaran-log untuk penguatan K yang konstan merupakan garis horizontal
dengan besaran 20.log.KdB.
Hanya memiliki bagian real saja tidak ada sudut phasa.
log-magnitude-nya adalah sebuah garis lurus pada 20 log (K).
Jika K > 1, maka magnitude-nya positif
Jika K < 1, maka magnitude-nya negatif
Perubahan K hanya mempengaruhi plot log-magnitude, sudut phasanya sama.
Slope bernilai 0 pada frekuensi sudut 0 rad/s.
Gambar 2: Garis konversi bilangan Db
sehingga gambar log magnitude merupakan garis lurus dengan penurunan (slope
turun) sebesar 20 dB/decade. Gambar 3.3 adalah gambar diagram Bode untuk
faktor pengali ini
Gambar 3.3. Diagram Bode untuk Faktor Pengali (j)1
Identik dengan faktor pengali (j)1, log magnitude untuk faktor pengali
(j)+1adalah merupakan garis lurus dengan kenaikan (slopenaik) 20 dB/decade
dan mempunyai sudut konstan 90. Gambar 3.4 menunjukkan diagram Bode
untuk faktor pengali (j)+1.
Gambar 3.4. Diagram Bode untuk Faktor Pengali (j)+1
frekuensi
Gambar 3.5. Diagram Bode untuk Faktor Pengali (1 + jT)+1
Integral:
Frekuensi sudut terjadi pada =1/T
Slope = -20 dB/decade
Sudut phasa = -45o pada frekuensi sudut
e. Faktor Kuadratis
Integral
Frekuensi sudut terjadi pada =n
Slopenya 40 dB/decade
Sudut phasanya -90o pada frekuensi sudut
Turunan
Frekuensi sudut terjadi pada =n.
Slopenya 40 dB/decade
Sudut phasanya 90o pada frekuensi sudut
Diagram polar suatu fungsi alih sinusoidal G(j) adalah suatu diagram
besaran G(j) terhadap sudut fasa G(j) pada koordinat polar, jika diubah dari 0
sampai . Jadi diagram polar adalah tempat kedudukan vektor G(j) G(j) jika
diubah dari 0 sampai .
Gambar 4: Sitem Lup tertutup
Dalam diagram polar, sudut fasa positif (negatif) diukur berlawanan arah
dengan arah jarum jam (searah dengan arah jarum jam) dari sumbu nyata positif.
Kriteria Nyquist menyatakan bahwa sistem akan stabil apabila bidang sebelah kanan
kurva G(j)H(j) tidak melingkupi titik (-1,0). Tingkat kestabilan sistem dapat
diukur dengan Gain Margin (GM) dan Phase Margin (PM), yang didefinisikan
sebagai berikut:
Jika dibandingkan dengan diagram Bode, diagram polar/ Nyquist plot memiliki
keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
a. Faktor Integral/turunan
Nyquist plot dari (j)-1 adalah sumbu imaginer negatif
Nyquist plot dari (j) adalah sumbu imaginer positif
b. Faktor Orde 1
Untuk (1+jT)-1
Untuk = 0 1 sudut 0o
Untuk = 1/T 1/2 sudut -45o
Untuk = 0 sudut -90o
Gambar 5: Nyquist plot untuk (1+j)-1
Untuk (1+jT)
Untuk = 0 1 sudut 0o
Untuk = 1/T 2 sudut 45o
Untuk = sudut 90o
b. Faktor Kuadratis
Untuk [1+2(j/n)+(j/n)2]-1
Untuk 0, G(j) = 1 sudut 0o
Untuk , G(j) = 0 sudut -180o
Gambar 7: Nyquist plot faktor kuadratis [1+2(j/n)+(j/n)2]-1
Untuk [1+2(j/n)+(j/n)2]
Untuk 0, G(j) = 1 sudut 0o
Untuk , G(j) = sudut 180o
v
Gambar 8: Nyquist plot faktor kuadratis [1+2(j/n)+(j/n)2]
Metode respon frekuensi dapat digunakan jika suatu model mengenai plant dan
aktuator sukar diperoleh.
Metode respon frekuensi dapat digunakan untuk sistem-sistem dengan penunda
waktu (time-delays).
Kompensator dapat lebih sederhana didisain dan dapat didisain jika hanya terdapat
data eksperimen mengenai system.
Metode respon frekuensi dapat digunakan untuk menentukan keadaan-keadaan
spesifik (properties), seperti keberadaan siklus pembatas dan stabilitas yang
berkenaan dengan sistem-sistem non-linier.
1. Bode diagram
( S 3)
G( s)
( s 2)( s 2 2s 25)
2. Nyquist (Polar) Plot
24.542
T2 ( s)
( s 10)( s 2 4s 24.542)
BAB. 3 KESIMPULAN
-Metode respon frekuensi dapat digunakan untuk sistem-sistem dengan penunda waktu (time-
delays).
Kompensator dapat lebih sederhana didisain dan dapat didisain jika hanya terdapat
data eksperimen mengenai system.
Metode respon frekuensi dapat digunakan untuk menentukan keadaan-keadaan
spesifik (properties), seperti keberadaan siklus pembatas dan stabilitas yang
berkenaan dengan sistem-sistem non-linier.