Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ET2212 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2A

MODUL : 02

DERET FOURIER DAN RESPONS FREKUENSI

NAMA : MUHAMMAD MALIK MUBAROK


NIM : 18117036
KELOMPOK : 01
HARI, TANGGAL : SELASA, 16 MARET 2021
WAKTU : 11.00-13.00
ASISTEN : GELAR PAMBUDI ADILUHUNG

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI RADIO DAN GELOMBANG MIKRO


PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
Modul 02 – Deret Fourier dan Respons Frekuensi

Muhammad Malik Mubarok


Teknik Telekomunikasi
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
malikmubarok69@gmail.com

Abstract—Respons frekuensi merupakan luaran sistem LTI Dengan 𝜔0 merupakan frekuensi fundamental, dihitung dari
terhadap masukan sinyal sinusoid steady-state. Sinyal periodik 2𝜋
𝜔0 = .
dapat diaproksimasi dengan deret fourier sebagai penjumlahan 𝑇
sinyal-sinyal sinusoid yang saling harmonik satu sama lain. Koefisien deret Fourier dapat dituliskan menjadi
Dengan mengetahui deret fourier sinyal periodik masukan, penjumlahan riil dan imajiner dari 𝑋[𝑘] , seperti pada
dapat dicari respons frekuensi sistem dengan melakukan persamaan (2) berikut:
penjumlahan respons frekuensi dari sinyal-sinyal sinusoid pada
deret fourier. Respons frekuensi rangkaian RC yang digunakan
adalah berupa monoton turun dan berfungsi sebagai filter ∞
lowpass. 𝑥(𝑡) = 𝑋[0] + 2 ∑ (𝑅𝑒{𝑋[𝑘]} cos(𝑘𝜔0 𝑡)
𝑘=1
Keywords— respons, frekuensi, LTI, sinusoid, dan fourier − 𝐼𝑚{[𝑋[𝑘]} sin(𝑘𝜔0 𝑡))

I. PENDAHULUAN (2)
Deret fourier dapat memudahkan kita dalam menentukan Dengan 𝑋[0] merupakan komponen sinyal DC.
respons sistem LTI terhadap masukan sinyal periodik. Deret
Dari persamaan (2), dapat dilihat bahwa koefisien riil dari
fourier merupakan teknik penguraian sinyal periodik menjadi
𝑋[𝑘] terkait dengan fungsi cosinus sebgai fungsi genap,
penjumlahan sinyal-sinyal sinusoid yang saling harmonik.
sedangkan koefisien imajiner dari 𝑋[𝑘] terkait dengan fungsi
Respons frekuensi dapat dibagi menjadi respon magnituda
sinus sebagai fungsi ganjil. Oleh karena itu, fungsi periodik
dan respon fasa. Respons magnituda dapat ditentukan dengan
genap akan memiliki koefisien 𝑋[𝑘] yang riil dan fungsi
melihat perubahan amplituda sinyal masukan dan sinyal
periodik ganjil akan memiliki koefisien 𝑋[𝑘] yang imajiner.
luaran. Repons fasa dapat ditentukan dengan melihat
pergeseran sinyal masukan dan sinyal luaran. Dengan adanya Sinyal kotak periodik simetris ganjil dapat
praktikum ini, praktikan menjadi lebih memahami direpresentasikan dalam deret Fourier. Secara matematis,
representasi deret fourier sinyal periodik dan respons koefisien deret Fourier sinyal kotak periodik simetris ganjil
frekuensi sistem LTI. seperti pada Persamaan (3) berikut:
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: −𝑗2
𝑋[𝑘] = , 𝑘 = ±1, ±3, ±5, … (3)
1. Membandingkan sinyal periodik dan representasi 𝑘𝜋
deret fourier-nya.
2. Menetukan respons frekuensi rangkaian RC yang Untuk k bernilai genap, nilai koefisien deret Fourier-nya
digunakan. adalah 0.
Representasi deret Fourier dari sinyal kotak periodik
simetris ganjil adalah seperti pada persamaan (4) berikut:
II. DASAR TEORI
A. Deret Fourier
4 4 4
Deret Fourier merupaka teknik penguraian sinyal periodik 𝑥(𝑡) = sin(𝜔0 𝑡) + sin(3𝜔0 𝑡) + sin(5𝜔0 𝑡) …
menjadi penjumlahan sinyal-sinyal sinusoid atau eksponensial 𝜋 3𝜋 5𝜋
kompleks. Sinyal periodik 𝑥(𝑡), dengan periode fundamental
(4)
𝑇 , dapat direpresentasikan menjadi penjumlahan sinyal
sinusoid yang saling harmonik, dengan masing-masing B. Respons Frekuensi
harmonisasi ke-k diberi bobot koefisien deret Fourier 𝑋[𝑘]. Respons frekuensi 𝐻(𝑗𝜔) merupakan respon sistem LTI
Secara matematis, persamaan deret Fourier dari sinyal 𝑥(𝑡) ketika diberi masukan sinyal sinusoid frekuensi 𝜔 dalam
dapat dilihat pada persamaan (1) berikut: keadaan steady-state. Secara matematis, respons frekuensi
dalam bentuk polar dinyatakan seperti persamaan (5) berikut:

𝑥(𝑡) = ∑ 𝑋[𝑘]𝑒 𝑗𝑘𝜔0𝑡 (1)
𝑘=−∞ 𝐻(𝑗𝜔) = |𝐻(𝑗𝜔)|𝑒 𝑗(arg (𝐻(𝑗𝜔)) (5)

Dengan |𝐻(𝑗𝜔)| menyatakan respons magnituda dan


arg (𝐻(𝑗𝜔)) menyatakan respons fasa.
Respons magnituda dapat ditentukan dengan melihat
perubahan amplituda sinyal masukan dan sinyal luaran. Secara Membuat rangkaian seperti Gambar 1 pada modul
matematis, respon magnituda dapat dicari dengan persamaan Edibon M2 dengan R4 dan C5
(6) berikut:

𝐴𝑜𝑢𝑡;𝑘 Membangkitkan sinyal kotak periodik frekuensi


|𝐻(𝑗𝜔)| = | | (6) 200 Hz, duty cycle 50%, 2 Vpp, dan offset DC 0 V
𝐴𝑖𝑛;𝑘

Dengan 𝐴𝑜𝑢𝑡;𝑘 merupakan amplituda sinyal luaran harmonik Melihat luaran pada osiloskop dan mencatat data
ke-k dan 𝐴𝑖𝑛;𝑘 merupakan amplituda sinyal masukan harmonik hasil percobaan
ke-k.
Penentuan respons fasa dapat dilakukan dengan melihat
perbedaan waktu sinyal masukan dan luaran. Secara matematis,
respons fasa dapat dicari dengan persamaan (7) berikut:
Menyimpan hasil percobaan pada Flash Disk

𝑡𝑖𝑛 − 𝑡𝑜𝑢𝑡
arg (𝐻(𝑗𝜔) = . 2𝜋 (7)
𝑇𝑘
Mengulangi percobaan dengan membangkitkan
Respons frekuensi dari rangkaian RC, secara matematis sinyal sinus dan sinyal DC
dapat dicari dengan persamaan (8) berikut:

1 Menjalankan MATLAB untuk mengolah data


𝐻(𝑗𝜔) = percobaan
𝑗𝜔𝑅𝐶 + 1 (8)

III. METODOLOGI PERCOBAAN Membandingkan hasil pengolahan data dengan


A. Alat Percobaan perhitungan teori
1. Modul Edibon M2
2. Generator Sinyal 2) Percobaan 2: Respons Frekuensi
3. Osiloskop
4. Kabel Probe Menghitung respons frekuensi rangkaian secara
teoretis
5. Kabel Jumper
6. Flasdisk
7. PC dengan MATLAB Menghitung respons magnituda dan respons fasa
dari data percobaan
B. Langkah Kerja
Langkah-langkah percobaan pada Modul 02 : Deret
Fourier dan REspons Frekuensi adalah sebagai berikut.
1) Percobaan 1: Representasi Sinyal Periodik dengan Membandingkan hasil secara teoretis dan praktis
Deret Fourier

Analisis fungsi rangkaian berdasarkan respons


magnituda
IV. HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN 4 4 4
𝑥(𝑡) = sin(𝜔0 𝑡) + sin(3𝜔0 𝑡) + sin(5𝜔0 𝑡) …
A. Percobaan 1: Representasi Sinyal Periodik dengan 𝜋 3𝜋 5𝜋
Deret Fourier 𝜔0 = 2𝜋. 200 𝐻𝑧
Pada percobaan 1, dilakukan pengujian representasi sinyal Hasil plot kurva sinyal kotak masukan dan representasi
periodik dengan deret fourier. Skema rangkaian yang deret fourier-nya yaitu x(t) dapat dilihat pada Gambar 2.
digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Rangkaian terdiri dari Kurva berwarna merah merupakan sinyal kotak periodik,
generator sinyal, resistor R4 sebesar 10 kΩ, dan kapasitor C5 sedangkan kurva berwarna biru merupakan representasi deret
sebesar 100 nF yang disusun secara seri. Sinyal masukan x(t) fourier-nya.
didapat dari generator sinyal, sedangkan luaran y(t) diambil
pada kapasitor. Dilakukan beberapa pengambilan data yaitu
dengan masukan sinyal kotak periodik, sinyal sinus saling
harmonik, dan sinyal DC.

Gambar 1. Skema rangkaian RC

Pengambilan data pertama, generator sinyal digunakan


untuk membangkitkan sinyal periodik sebagai referensi
berupa sinyal kotak dengan frekuensi 200 Hz, tegangan peak-
to-peak 2 V, duty cycle 50%, dan offset DC 0 V. Hasil luaran
sistem dapat dilihat pada osiloskop dengan skala yang Gambar 2. Plot sinyal kotak dan representasi deret fourier
digunakan yaitu sebesar 500 mV/div dan 1 ms/div. Data sinyal
kotak periodik dan luaran sistem tersebut kemudian disimpan Hasil representasi deret fourier memiliki bentuk yang
ke dalam flashdisk. mirip dengan sinyal kotak periodik, perbedaannya adalah
adanya ripple pada daerah atas dan bawah sinyal. Nilai ripple
Pengambilan data kedua, sinyal yang dibangkitkan berupa akan semakin tinggi ketika mendekati tepi dari aproksimasi
sinyal sinus dengan frekuensi sebesar 200 Hz, 600 Hz, 1000 sinyal kotak seperti pada Gambar 2, hal ini disebut fenomena
Hz, 1400 Hz, 1800 Hz, 2200 Hz, 2600 Hz, dan 3000 Hz. Gibbs. Fenomena ini muncul akibat penjumlahan dari sinyal
Frekuensi 3000 Hz adalah 15 kali dari frekuensi fundamental sinusoid saling harmonik pada deret fourier, semakin banyak
200 Hz, sehingga nilai k terbesar adalah 15. Tegangan peak- sinyal sinusoid yang digunakan akan semakin terlihat jelas
to-peak 2V dan offset DC 0 V digunakan untuk semua fenomena Gibbs.
frekuensi. Skala yang digunakan masih sama, yaitu sebesar
500 mV/div dan 1 ms/div. Data sinyal sinusoid berbagai Selanjutnya, perangkat lunak MATLAB juga dapat
frekuensi dan luaran sistem tersebut kemudian disimpan ke digunakan untuk memplot luaran dari sinyal kotak dan
dalam flashdisk. representasi deret fourier-nya seperti pada Gambar 3. Kurva
berwarna merah merupakan respon sistem terhadap sinyal
Pengambilan data ketiga, Sinyal DC dibangkitkan dengan kotak periodik, sedangkan kurva berwarna biru merupakan
menggunakan sinyal kotak periodik dengan frekuensi 100 Hz, luaran representasi deret fourier-nya.
duty cycle 60%, tegangan peak-to-peak 1 V, dan offset DC
500 mV yang dilihat pada satu periode saja. Skala yang
digunakan diubah menjadi 500 mV/div dan 2 ms/div. Data
sinyal DC dan luaran sistem tersebut kemudian disimpan ke
dalam flashdisk. Ketiga data sinyal yang tersimpan di dalam
flashdisk tersebut kemudian dimasukkan ke PC untuk diolah
dengan perangkat lunak MATLAB atau GNU OCTAVE.
Perangkat lunak MATLAB dapat digunakan untuk
memplot kurva sinyal masukan pertama yaitu sinyal kotak
periodik dengan representasi deret fourier-nya yaitu
penjumlahan sinyal sinus dengan frekuensi sebesar 200 Hz,
600 Hz, 1000 Hz, 1400 Hz, 1800 Hz, 2200 Hz, 2600 Hz, dan
3000 Hz yang masing-masing diberi bobot koefisien deret
fourier X[k]. Frekuensi fundamental sinyal sinus tersebut
adalah 200 Hz, sinyal sinus lainnya merupakan kelipatan
ganjil dari frekuensi fundamental karena sinyal kotak yang
digunakan adalah sinyal kotak periodik ganjil. Representasi
deret fourier-nya dapat dilihat seperti pada persamaan (4)
berikut:
Gambar 3. Plot luaran sinyal kotak dan representasi deret fourier
Hasil plot luaran sinyal kotak dan representasi deret 𝑡𝑖𝑛 − 𝑡𝑜𝑢𝑡
arg (𝐻(𝑗𝜔) = . 2𝜋
fourier-nya memiliki bentuk yang sama. Dengan melihat 𝑇𝑘
kemiripan kurva sinyal kotak dan representasi deret fourier
pada Gambar 2 dan Gambar 3, terlihat bahwa representasi Untuk menghitung repons magnituda dan respons fasa,
deret fourier dari sinyal kotak periodik yang digunakan telah diperlukan data tegangan maksimum masukan Ain, tegangan
sesuai dengan ekspektasi. maksimun luaran Aout, perbedaan waktu untuk tin dan tout.
Hasil pengukuran data tersebut untuk sinyal-sinyal sinusoid
yang digunakan dapat dilihat pada TABEL I berikut.
B. Percobaan 2: Respons Frekuensi TABEL I. HASIL PENGUKURAN
Pada percobaan 2, dilakukan penentuan respons frekuensi
dengan menggunakan respons sistem terhadap masukan Frekuensi Ain;k Aout;k tin tout
𝟏
sinyal-sinyal sinusoid dengan frekuensi sebesar 200 Hz, 600 = (Hz) (V) (V) (ms) (ms)
𝑻𝒌
Hz, 1000 Hz, 1400 Hz, 1800 Hz, 2200 Hz, 2600 Hz, dan 3000
Hz, ditambah respons dari masukan sinyal DC yang telah 0 1.06 1 3 5
diukur dan hasilnya disimpan ke dalam flashdisk.
200 1.04 0.66 -0.08 0.6
Dengan menggunakan MATLAB, plot sinyal masukan
dan luaran untuk sinyal sinusoid dan sinyal DC dapat 600 1.02 0.3 -0.03 0.3
digambarkan. Plot sinyal sinusoid dengan frekuensi 200 Hz 1000 1.02 0.18 -0.02 0.2
dapat dilihat pada Gambar 4. Kurva berwarna biru merupakan
sinyal masukan, sedangkan kurva berwarna merah merupakan 1400 1.02 0.16 -0.02 0.13
respons sistem. Kedua kurva memiliki bentuk sinusoid dengan 1800 1.02 0.12 0 0.09
frekuensi sama yaitu 200 Hz, akan tetapi amplituda sinyal
luaran lebih kecil dan mengalami pergeseran fasa. 2200 1.02 0.1 0 0.08
2600 1.04 0.1 0 0.05
3000 1.02 0.1 0 0.05

Respons frekuensi, secara teoretis, dari rangkaian RC yang


digunakan, dapat dicari dengan persamaan (8) berikut:

1 1
𝐻(𝑗𝜔) = =
𝑗𝜔𝑅𝐶 + 1 𝑗𝜔10−3 + 1

Selanjutnya, untuk membandingkan hasil perhitungan


respons magnituda dan respons fasa secara praktis (
persamaan (6) dan persamaan (7) ) dengan hasil teoretis (
persamaan (8) ) dapat dilihat pada TABEL II berikut.

TABEL II. HASIL PERHITUNGAN


Gambar 4. Sinyal sinusoid 200 Hz dan respons sistem
Frekuensi Frekuensi Respons Respons Teoretis Teoretis
𝟏 Sudut ωk Magnituda Fasa
= (Hz)
𝑻𝒌
|𝑯(𝒋𝝎𝒌 )| 𝒂𝒓𝒈(𝑯(𝒋𝝎𝒌 ))
(rad/s)
Untuk menghitung respons frekuensi, diperlukan
perhitungan untuk respon magnituda dan respon fasa sistem. 0 0 0.94 0 1 0
Respons magnituda dapat ditentukan dengan melihat 200 1256 0.63 -0.85 0.622 -0.898
perubahan amplituda sinyal masukan dan sinyal luaran. 600 3768 0.28 -1.24 0.264 -1.311
Secara matematis, respon magnituda dapat dicari dengan 1000 6280 0.175 -1.38 0.158 -1.413
persamaan (6) berikut:
1400 8792 0.155 -1.32 0.113 -1.457
1800 11304 0.11 -1.02 0.091 -1.482
𝐴𝑜𝑢𝑡;𝑘 2200 13816 0.09 -1.10 0.072 -1.498
|𝐻(𝑗𝜔)| = | |
𝐴𝑖𝑛;𝑘 2600 16328 0.096 -0.81 0.063 -1.510
3000 18840 0.09 -0.94 0.055 -1.512

Penentuan respons fasa dapat dilakukan dengan melihat


perbedaan waktu sinyal masukan dan luaran. Secara Selanjutnya, dengan data pada TABEL II dapat dibuat
matematis, respons fasa dapat dicari dengan persamaan (7) kurva perbandingan hasil perbandingan respon magnituda
berikut: secara praktis dan teoretis seperti pada Gambar 5. Kurva
berwarna biru adalah respons magnituda secara praktis,
sedangkan kurva berwarna merah adalah kurva respons
magnituda rangkaian secara teoretis. Hasil keduanya memiliki lowpass filter karena repons magnitudanya meredam
bentuk yang mirip, monoton turun dan bersifat lowpass atau frekuensi tinggi.
meredam frekuensi tinggi.

V. KESIMPULAN
Dari percobaan 1, sinyal kotak periodik dapat
diaproksimasi dengan deret fourier yaitu penjumlahan sinyal-
sinyal sinusoid saling harmonik, yang hasilnya representasi
deret fourier berbentuk seperti sinyal kotak, namun memiliki
ripple pada bagian atas dan bawah sinyal kotak akibat
penjumlahan sinyal sinusoid. Dengan menambah jumlah
sinyal sinusoid harmonik pada deret fourier, ripple akan
semakin tidak terlihat, namun fenomena gibbs masih tetap
ada.
Gambar 5. Perbandingan respon magnituda secara praktis dan teoretis
Respon frekuensi rangkaian RC yang digunakan dapat
Selanjutnya, dengan data pada TABEL II dapat dibuat dilihat pada hasil percobaan 2, respons frekuensi berbentuk
kurva perbandingan hasil perbandingan respon fasa secara monoton turun seperti hasil teoretis dan berfungsi sebagai
praktis dan teoretis seperti pada Gambar 6. Kurva berwarna lowpass filter.
biru adalah respons fasa secara praktis, sedangkan kurva
berwarna merah adalah kurva respons magnituda rangkaian DAFTAR PUSTAKA
secara teoretis. Hasil keduanya memiliki bentuk yang mirip,
monoton turun hingga frekuensi sudut 6280 rad, kemudian 1. A. S. W. S. H. Alan V. Oppenheim, Signals and Systems, 2nd edition,
terjadi perbedaan yaitu respons fasa teoretis monoton turun, Prentice-Hall, 1996.
sedangkan respons fasa praktis naik-turun. Hal ini dapat 2. Simon Haykin, Barry Van Veen, Signals and Systems, 2nd edition,
terjadi akibat kesalahan dalam pengukuran nilai tin dan tout John Wiley & Sons, Inc., 2004.
yang memiliki skala milisecond. Pada frekuensi lebih tinggi,
kurva akan lebih rapat sehingga kemungkinan kesalahan
pembacaan menjadi meningkat.

Gambar 6. Perbandingan respon fasa secara praktis dan teoretis

Dari perbandingan respons magnituda dan respons fasa


secara praktis dan teoretis seperti pada Gambar 5 dan Gambar
6, keduanya memiliki kemiripan yang cukup baik, walaupun
pada respons fasa praktis kemungkinan terjadi kesalahan
pengukuran nilai tin dan tout, hasilnya sesuai ekspektasi
karena mendekati hasil teoretis. Jika dilihat dari respons
magnitudanya, rangkaian RC tersebut berfungsi sebagai
Nama Rekan : Daffa Alun Sagara
NIM Rekan : 18118038

Kesiapan dan keaktifan : 5


Membantu/mengarahkan rekan tim : 5
Komunikasi dengan rekan tim : 5

Anda mungkin juga menyukai