MODUL : 02
Abstract—Respons frekuensi merupakan luaran sistem LTI Dengan 𝜔0 merupakan frekuensi fundamental, dihitung dari
terhadap masukan sinyal sinusoid steady-state. Sinyal periodik 2𝜋
𝜔0 = .
dapat diaproksimasi dengan deret fourier sebagai penjumlahan 𝑇
sinyal-sinyal sinusoid yang saling harmonik satu sama lain. Koefisien deret Fourier dapat dituliskan menjadi
Dengan mengetahui deret fourier sinyal periodik masukan, penjumlahan riil dan imajiner dari 𝑋[𝑘] , seperti pada
dapat dicari respons frekuensi sistem dengan melakukan persamaan (2) berikut:
penjumlahan respons frekuensi dari sinyal-sinyal sinusoid pada
deret fourier. Respons frekuensi rangkaian RC yang digunakan
adalah berupa monoton turun dan berfungsi sebagai filter ∞
lowpass. 𝑥(𝑡) = 𝑋[0] + 2 ∑ (𝑅𝑒{𝑋[𝑘]} cos(𝑘𝜔0 𝑡)
𝑘=1
Keywords— respons, frekuensi, LTI, sinusoid, dan fourier − 𝐼𝑚{[𝑋[𝑘]} sin(𝑘𝜔0 𝑡))
I. PENDAHULUAN (2)
Deret fourier dapat memudahkan kita dalam menentukan Dengan 𝑋[0] merupakan komponen sinyal DC.
respons sistem LTI terhadap masukan sinyal periodik. Deret
Dari persamaan (2), dapat dilihat bahwa koefisien riil dari
fourier merupakan teknik penguraian sinyal periodik menjadi
𝑋[𝑘] terkait dengan fungsi cosinus sebgai fungsi genap,
penjumlahan sinyal-sinyal sinusoid yang saling harmonik.
sedangkan koefisien imajiner dari 𝑋[𝑘] terkait dengan fungsi
Respons frekuensi dapat dibagi menjadi respon magnituda
sinus sebagai fungsi ganjil. Oleh karena itu, fungsi periodik
dan respon fasa. Respons magnituda dapat ditentukan dengan
genap akan memiliki koefisien 𝑋[𝑘] yang riil dan fungsi
melihat perubahan amplituda sinyal masukan dan sinyal
periodik ganjil akan memiliki koefisien 𝑋[𝑘] yang imajiner.
luaran. Repons fasa dapat ditentukan dengan melihat
pergeseran sinyal masukan dan sinyal luaran. Dengan adanya Sinyal kotak periodik simetris ganjil dapat
praktikum ini, praktikan menjadi lebih memahami direpresentasikan dalam deret Fourier. Secara matematis,
representasi deret fourier sinyal periodik dan respons koefisien deret Fourier sinyal kotak periodik simetris ganjil
frekuensi sistem LTI. seperti pada Persamaan (3) berikut:
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: −𝑗2
𝑋[𝑘] = , 𝑘 = ±1, ±3, ±5, … (3)
1. Membandingkan sinyal periodik dan representasi 𝑘𝜋
deret fourier-nya.
2. Menetukan respons frekuensi rangkaian RC yang Untuk k bernilai genap, nilai koefisien deret Fourier-nya
digunakan. adalah 0.
Representasi deret Fourier dari sinyal kotak periodik
simetris ganjil adalah seperti pada persamaan (4) berikut:
II. DASAR TEORI
A. Deret Fourier
4 4 4
Deret Fourier merupaka teknik penguraian sinyal periodik 𝑥(𝑡) = sin(𝜔0 𝑡) + sin(3𝜔0 𝑡) + sin(5𝜔0 𝑡) …
menjadi penjumlahan sinyal-sinyal sinusoid atau eksponensial 𝜋 3𝜋 5𝜋
kompleks. Sinyal periodik 𝑥(𝑡), dengan periode fundamental
(4)
𝑇 , dapat direpresentasikan menjadi penjumlahan sinyal
sinusoid yang saling harmonik, dengan masing-masing B. Respons Frekuensi
harmonisasi ke-k diberi bobot koefisien deret Fourier 𝑋[𝑘]. Respons frekuensi 𝐻(𝑗𝜔) merupakan respon sistem LTI
Secara matematis, persamaan deret Fourier dari sinyal 𝑥(𝑡) ketika diberi masukan sinyal sinusoid frekuensi 𝜔 dalam
dapat dilihat pada persamaan (1) berikut: keadaan steady-state. Secara matematis, respons frekuensi
dalam bentuk polar dinyatakan seperti persamaan (5) berikut:
∞
𝑥(𝑡) = ∑ 𝑋[𝑘]𝑒 𝑗𝑘𝜔0𝑡 (1)
𝑘=−∞ 𝐻(𝑗𝜔) = |𝐻(𝑗𝜔)|𝑒 𝑗(arg (𝐻(𝑗𝜔)) (5)
Dengan 𝐴𝑜𝑢𝑡;𝑘 merupakan amplituda sinyal luaran harmonik Melihat luaran pada osiloskop dan mencatat data
ke-k dan 𝐴𝑖𝑛;𝑘 merupakan amplituda sinyal masukan harmonik hasil percobaan
ke-k.
Penentuan respons fasa dapat dilakukan dengan melihat
perbedaan waktu sinyal masukan dan luaran. Secara matematis,
respons fasa dapat dicari dengan persamaan (7) berikut:
Menyimpan hasil percobaan pada Flash Disk
𝑡𝑖𝑛 − 𝑡𝑜𝑢𝑡
arg (𝐻(𝑗𝜔) = . 2𝜋 (7)
𝑇𝑘
Mengulangi percobaan dengan membangkitkan
Respons frekuensi dari rangkaian RC, secara matematis sinyal sinus dan sinyal DC
dapat dicari dengan persamaan (8) berikut:
1 1
𝐻(𝑗𝜔) = =
𝑗𝜔𝑅𝐶 + 1 𝑗𝜔10−3 + 1
V. KESIMPULAN
Dari percobaan 1, sinyal kotak periodik dapat
diaproksimasi dengan deret fourier yaitu penjumlahan sinyal-
sinyal sinusoid saling harmonik, yang hasilnya representasi
deret fourier berbentuk seperti sinyal kotak, namun memiliki
ripple pada bagian atas dan bawah sinyal kotak akibat
penjumlahan sinyal sinusoid. Dengan menambah jumlah
sinyal sinusoid harmonik pada deret fourier, ripple akan
semakin tidak terlihat, namun fenomena gibbs masih tetap
ada.
Gambar 5. Perbandingan respon magnituda secara praktis dan teoretis
Respon frekuensi rangkaian RC yang digunakan dapat
Selanjutnya, dengan data pada TABEL II dapat dibuat dilihat pada hasil percobaan 2, respons frekuensi berbentuk
kurva perbandingan hasil perbandingan respon fasa secara monoton turun seperti hasil teoretis dan berfungsi sebagai
praktis dan teoretis seperti pada Gambar 6. Kurva berwarna lowpass filter.
biru adalah respons fasa secara praktis, sedangkan kurva
berwarna merah adalah kurva respons magnituda rangkaian DAFTAR PUSTAKA
secara teoretis. Hasil keduanya memiliki bentuk yang mirip,
monoton turun hingga frekuensi sudut 6280 rad, kemudian 1. A. S. W. S. H. Alan V. Oppenheim, Signals and Systems, 2nd edition,
terjadi perbedaan yaitu respons fasa teoretis monoton turun, Prentice-Hall, 1996.
sedangkan respons fasa praktis naik-turun. Hal ini dapat 2. Simon Haykin, Barry Van Veen, Signals and Systems, 2nd edition,
terjadi akibat kesalahan dalam pengukuran nilai tin dan tout John Wiley & Sons, Inc., 2004.
yang memiliki skala milisecond. Pada frekuensi lebih tinggi,
kurva akan lebih rapat sehingga kemungkinan kesalahan
pembacaan menjadi meningkat.