Makalah BK
Makalah BK
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar
pemikiran
penyelenggaraan
bimbingan
dan
konseling
di
pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari
agraris ke industri.
Makalah ini merupakan studi kasus terhadap gaya hidup (life style)
glamour pelajar yang hidup di kota-kota besar, sehingga banyak mempengaruhi
perilaku mereka yang cenderung menyimpang. Hal ini tentu akan memberikan
pengaruh buruk pula kepada pelajar dari daerah pedesaan yang mengenyam
pendidikan di kota-kota besar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
Lia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit
Surabaya yang baru saja naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang
terbilang cukup secara sosial ekonomi di kota asalnya yakni Nganjuk. Sebagai
anak pertama semula orang tuanya berkeberatan setamat SLTP anaknya
melanjutkan ke SMU di Surabaya. Orang tua Lia sebetulnya berharap agar
anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota besar, tapi atas
bujukan wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan
anaknya melanjutkan sekolah ke Surabaya. Pertimbangan wali kelasnya
karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga wajar
jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak
Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai
minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya
dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia
menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang
egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga
kaya saja, dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolir, dan kesepian
makin mencekam dan mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan
untuk dirinya, tetapi mau keluar malu dengan orang tua dan temannya
sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman yang peduli. Dasar
saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya
pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan
serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya
makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai
ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
irasional;
ia
telah
menempatkan
harga
diri
pada
1. Konseling Kognitif
Konseling kognitif untuk menunjukkan bahwa Lia harus
membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah,
sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan
sukses. Konselor lebih bergaya mengajar, memberi nasehat, konfrontasi
langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training
dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan
sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan
sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari
seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman
yang mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah
mengasihi saya, karena saya berharga dihadiratNya. Terhadap diri saya
sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang
acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya
sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu
kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang
membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap orang
setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan
dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.
2. Konseling Emotiv - Evolatif
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan
menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti
pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan beban agar Lia
melepaskan
pikiran
dan
perasaannya
yang
tidak
rasional
dan
3. Konseling Behavioritas
BAB III
PENUTUP
2.
3.
4.
penstrukturan
kembali
filosofis
untuk
merubah
kepercayaan tidak rasional ; (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaankepercayaan ini; (5) menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk
berubah, kita lebih baik harus menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk
tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang
salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan (6) mempraktekkan
metode-metode
RET untuk
menghilangkan
atau
merubah
konsekuensi-
10
DAFTAR PUSTAKA
11