Anda di halaman 1dari 26

CATATAN: terjemahan cepat di bawah ini dibuat sematamata untuk membantu tenaga ahli internasional ACDP

memahami isi undang-undang dan tidak dimaksudkan


sebagai terjemahan resmi undang-undang. Koreksi dan
saran perbaikan sangat diharapkan (taat@acdpindonesia.org)

NOTES: this quick translation was made solely to assist


international experts of ACDP to understand the content
of laws and not intended as an official translation of the
law. We welcome any corrections and suggestions to
improve the translation (taat@acdp-indonesia.org)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN
DOSEN

LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA


NUMBER 14 OF 2005 ON TEACHERS AND
LECTURERS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BY THE GRACE OF GOD ALMIGHTY,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

THE PRESIDEN OF REPUBLIC OF INDONESIA

Menimbang:
a. Bahwa pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan
akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata
pemerintahan yang baik dan akuntabilitas
pendidikan yang mampu menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan
dan peningkatan mutu guru dan dosen secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan;
c. Bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran,
dan kedudukan yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
sebagaimana dimaksud pada , huruf a, sehingga
perlu dikembangkan sebagai profesi yang
berrnartabat;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
dibentuk Undang-undang tentang Guru dan Dosen;

Considering:
a. That national development in education is attempt
to provide intellectual living of the nation and
improve quality of life of the Indonesian people
who faithful, pious and noble character as well as
mastering science, technology and art to achieve
advantage, equitable, prosperous and civilized
community based on Pancasila and the Constitution
of the Republic of Indonesia 1945;

Mengingat :
1. Pasal 20, Pasal 22 d, dan Pasal 31 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Bear in mind:
1. Article 20, Article 22 paragraph d, and Article 31
of the Constitution of the Republic of Indonesia
1945;
2. Law No. 20 of 2003 on national Education System
(State Gazette of the Republic of Indonesia
Number 78 of 2003, Supplement to State Gazette
of the Republic of Indonesia Number 4301);

2.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG GURU DAN DOSEN.

b.

That to ensure the wide and equitable access,


improve quality and relevance, good education
governance and accountability which responsive to
challenging change in the local, national and global
demand it needs to empower and improve quality
of
teachers
and
lecturers
intentionally,
systematically and continuously;

c.

That teachers and lecturers has a strategic function,


role and position in the national development of
education area as stipulated in paragraph a, so it
need to be developed as dignity profession;

d.

That based on considerations as stipulated in


paragraph a, b, and c, it is necessary to establish
Law on Teachers and Lecturers;

With collective approval of


THE HOUSE OF REPRESENTATIVE OF THE
REPUBLIC OF INDONESIA
and
THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA
HEREBY DECIDED:
Enacted :
LAW ON TEACHERS AND LECTURERS.

BAB I
KETENTUAN UMUM

CHAPTER I
GENERAL PROVISIONS

Pasal 1

Article 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:


1.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas


utama
mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan
tugas
utama
mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
3. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut
profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi
dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan
pendidikan tinggi.
4. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
5. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah,
pemerintah daerah, atau masyarakat yang
menyelenggarakan
pendidikan
pada
jalur
pendidikan formal.
6. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
pada jalur pendidikan formal dalarn setiap jenjang
dan jenis pendidikan.
7. Perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
adalah perjanjian tertulis antara guru atau dosen
dengan penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta
hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip
kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
8. Pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian
kerja adalah pengakhiran perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama guru atau dosen karena
sesuatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak
dan kewajiban antara guru atau dosen clan
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan
scsuai dengan peraturan perundang-undangan.
9. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang
pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru
atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan
pendidikan formal di tempat penugasan.
10. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
11. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen.
12. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional.

In this Law, the following terms have the meanings


specified as follows:
1. Teacher is professional educator with main tasks to
educate, teach, guide, direct, train and assess
learner in the formal early child, elementary, and
secondary education.

2.

Lecturer is professional educator and scientist with


main tasks to transform, develop and disseminate
sciences, technologies and arts through education,
research and community service.

3.

Professor is highest functional position for lecturer


actively provides lecture in the higher education
unit.

4.

Professional is occupation or activities carried out


by someone and mean as livelihood that requires
skill, expertise, and capacity at certain quality
standard or norm and require professional
education.

5.

Education provider is central government, local


government or community who provides formal
education.

6.

Education unit is education service group who


provide formal education at each grade and type of
education.

7.

Employment agreement or working agreement is


written agreement between teacher or lecturer with
education provider or unit which contains terms,
rights and duties of all parties adopts equality and
trustworthy according to regulation.

8.

Layoff or dismissal is termination of employment


or working agreement of teacher or lecturer for
certain reason resulting to ending of right and
duties between teacher or lecturer with education
provider or unit according to regulation.

9.

Academic qualification is certificate of academic


degree all teacher and lecturer shall acquire
according to type, degree and formal education unit
in the workplace.
10. Competence is a set of knowledge, skill, and
attitude a teacher or lecturer shall own, internalize
and acquire to undertake professional assignment.
11. Certification is process of provision of educators
certificate to teacher or lecturer.
12. Educators certificate is formal evidence as a
recognition that is granted to teacher or lecturer as
professional worker.

13. Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang


berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh
guru untuk mengembangkan profesionalitas guru.
14. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan adalah
perguruan tinggi yang diberi tugas oleh Pemerintah
untuk menyelenggarakan program pengadaan guru
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan
menengah, serta untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan
ilmu
kependidikan
dan
nonkependidikan.
15. Gaji adalah hak yang diterima oleh guru atau dosen
atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan
atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial
secara berkala sesuai dengan peraturan perundangundangan.
16. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru
atau dosen dalam bentuk finansial sebagai imbalan
melaksanakan
tugas
keprofesionalan
yang
ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi dann mencerminkan martabat guru atau
dosen sebagai pendidik profesional.
17. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau
terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat
adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan
negara lain; daerah yang mengalami bencana alam,
bencana sosial, atau daerah yang berada dalam
keadaan darurat lain.
18. Masyarakat adalah kelompok warga negara
Indonesia nonpemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
19. Pemerintah adalah pemerintah pusat.
20. Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota.
21. Menteri adalah menteri yang menangani urusan
pemerintahan dalam bidang pendidikan nasional.
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN

13. Teacher professional organization is legal entity


established and managed by teachers to develop
teachers profession.
14. Teacher pre-service training institute is higher
education mandated by government to provide
teacher recruitment program for formal early child,
elementary and/or secondary education as well as
delivers and develops educational and noneducational knowledge.

15. Salary is a compulsory compensation received by


teacher or lecturer over occupation from education
provider or unit routinely in the form of financial in
accordance with the regulation.
16. Income is a financial compulsory compensation
received by teacher or lecturer as reward for
delivering professional assignment determined by
merit award and reflects teachers or lecturers
status as professional educator.
17. Special regions are remote or disadvantaged area;
area with isolated indigenous community; border
area; area with natural disaster; area with social
disaster; or area with other emergency situation

18. Community is a group of non-government


Indonesia citizen who has attention and role in
education sector.
19. Government is Central Government.
20. Local government is provincial, district or city
government.
21. Minister is minister governing educational affairs.

CHAPTER II
POSITION, FUNCTION AND OBJECTIVE

Pasal 2

Article 2

(1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga


profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

(1) Teacher has position as professional worker in the


elementary, secondary and early child formal
education hired according to regulation.

Pasal 3

(2) Recognition of teachers position as professional


worker as stipulated in paragraph (1) is proved by
educators certificate.

Article 3

(1) Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga


profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(2) Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

(2) Recognition of lecturers position as professional


worker as stipulated in paragraph (1) is proved by
educators certificate.

Pasal 4

Article 4

Kedudukan
guru
sebagai
tenaga
profesional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat(1) berfungsi

Position of teacher as professional worker as stipulated


in article 2 paragraph (1) aims to improve teachers

(1) Lecturer has position as professional worker for


higher education hired according to regulation.

untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai


agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.

status and role as learning agent to enhance quality of


national education.

Pasal 5

Article 5

Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat(1) berfungsi
untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai
agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat
berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.

Position of lecturer as professional worker as stipulated


in article 3 paragraph (1) aims to improve lecturers
status and role as learning agent; science, technology
and art developer, and community service provider to
enhance quality of national education.

Pasal 6

Article 6

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional


bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.

Position of teacher and lecturer as professional worker


aims to implement the national education system and
achieve national education goals, that is the development
potential of students to become a man of faith and fear
of God Almighty, noble character, healthy,
knowledgeable, skilled, creative, independent, and
become democratic and responsible citizens.

BAB III
PRINSIP PROFESIONALITAS
Pasal 7

CHAPTER III
PROFESSIONAL PRINCIPLES
Article 7

(1) Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang


pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia;
c. Kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan. sesuai
dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan
tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
(2) Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan
profesi
dosen
diselenggarakan
melalui
pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

(1) Teachers and lecturers profession is special


occupation implemented with following principles:

BAB IV
GURU

CHAPTER IV
TEACHER

a. Having the talent, interest, spiritual


obligation, and idealism;
b. Having commitment to improve quality of
education, faith, piety, and a noble character;
c. Academic qualifications and educational
background according to tasks;
d. Having required competence according to
tasks;
e. Having responsibility to implement the
professional tasks;
f. Receive income based on working
performance;
g. Having
opportunity
for
continuous
professional development through long life
learning;
h. Having legal security to carry out professional
tasks; and
i. Having professional organization authorized
to manage all matters relevant to teachers
professional tasks.
(2) Empowerment of teachers or lectures profession
is provided through self-development done in a
democratic, equitable, non-discriminatory, and
sustainable to uphold human rights, religious
values, cultural values, diversity of nations, and the
professional norms.

Bagian Kesatu
Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi

Section One
Qualification, Competence and Certification

Pasal 8

Article 8

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,


sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Teachers are required to have academic qualifications,


competency, certificates of educators, physical and
spiritual health, as well as having the ability to achieve
national education goals.

Pasal 9

Article 9

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program
sarjana atau program diploma empat.

Academic qualification as stipulated in Article 8 is


obtained through bachelor or diploma-4 program of
higher education.

Pasal 10

Article 10

(1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.

(1) Teacher competence as stipulated in Article 8


includes pedagogical competence, personal
competence, social competence, and professional
competence acquired through professional
education.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru


sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(2) Further provisions on teacher competence as


stipulated in paragraph (1) shall be regulated by
Government Regulation.

Pasal 11

Article 11

(1) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan.
(2) Sertifikasi
pendidik
diselenggarakan
oleh
perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
dan ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif,
transparan, dan akuntabel.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi
pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dan
ayat(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Educator certificate as stipulated in Article 8 to be


given to teachers who have met the requirements
.
(2) Certification organized by higher education that
have accredited recruitment programs for
educational staff and adopted by the Government.

Pasal 12

Article 12

Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik


memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi
guru pada satuan pendidikan tertentu.

Any person who has obtained a certificate of educator


has the same opportunity to be appointed as teacher at
certain education unit.

Pasal 13

Article 13

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib


menyediakan
anggaran
untuk
peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi
guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

(1) Government and local government are required to


provide budget for the improvement of academic
qualification and educators certification for inservice teacher appointed by the education unit
held by the Government, local government, and
community.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk


peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi
pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Further provisions on the budget for the


improvement of academic qualification and
educators certification as stipulated in paragraph
(1) shall be regulated by Government Regulation.

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban

Section Two
Right and Obligation

(3) Certification of educators conducted in an


objective, transparent, and accountable manner.
(4) Further provisions regarding educator certification
as stipulated in paragraph (2) and (3) arranged by
Government Regulation.

Pasal 14

Article 14

(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru


berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan
hidup minimum dan jaminan kesejahteraan
sosial;
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Memperoleh
perlindungan
dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi;
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan
prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan;
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan
penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/ atau sanksi kepada peserta
didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode
etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
g. Memperoleh rasa aman clan jaminan
keselarnatan dalam melaksanakan tugas;
h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam
organisasi profesi;
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam
penentuan kebijakan pendidikan;
j. Memperoleh
kesempatan
untuk
mengembangkan
dan
meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan /
atau
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan.
profesi dalam bidangnya.

(1) In implementing professional task, teacher entitled


to:
a. Earn income at above minimum living needs
and social welfare assurance;

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak guru


sebagaimana dimaksud, pada ayat(1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(2) Further provision on teachers' rights as stipulated


in paragraph (1) shall be regulated by Government
Regulation.

Pasal 15

b. Receive promotion and award in accordance


with the duties and job performance;
c. Obtain protection in performing their duties
and protection on intellectual property rights;
d. Provided with opportunity to improve
competence;
e. Acquire and make use of learning facilities
and infrastructure to support the smooth
running of professional duties;
f. Having the freedom to carry out assessment,
participate in the students graduation,
appreciation and/or apply sanction to learners
according to the rules of education, teachers'
code of ethics and regulations;
g. Getting a sense of security and safety
assurance in performing the task;
h. Having the freedom of association in
professional organizations;
i. Having the opportunity to play a role in
determining educational policy;
j. Getting opportunity to develop and improve
academic qualifications and competence; and
/ or
k. Receive
training
and
professional
development in their field of service.

Article 15

(1) Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat(1)
huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa
tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan
khusus, dan maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
(2) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
Pasal 16

(1) Income at above minimum living requirements as


stipulated in Article 14 paragraph (1) letter a
covering basic salary, allowances attached to the
salary, allowances and other income in the form of
professional, functional allowance, special
allowance, and additional benefit related to his
duties as teacher determined according to
performance-based award.
(2) Teacher hired by educational units held by the
government or local governments was given
salaries according to regulation.

(1) Pemerintah memberikan tunjangan profesi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat(1)
kepada guru yang telah memiliki sertifikat

(1) Government gives allowance as stipulated in


Article 15 paragraph (1) to teacher who acquire
educators certificate who hired by the education

(3) Teacher who hired by the education unit run by the


community rated salary based on an employment
agreement or working agreement.
Article 16

pendidik yang diangkat oleh penyelenggara


pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
(2) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diberikan setara dengan 1(satu) kali gaji
pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan
kualifikasi yang sama.
(3) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dialokasikan dalam anggaran pendapatan
dan belanja negara(APBN) dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah(APBD).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi
guru sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat(2),
dan ayat(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 17

provider and/or educational units provided by


community.
(2) Professional allowance as stipulated in paragraph
(1) is equivalent to 1 (one) time basic salary of
teachers who hired by the education unit provided
by the government or the local government, at the
same level, working time and qualification.
(3) Professional allowance as stipulated in paragraph
(1) is allocated in the central government budget
(APBN) and/or local government budget (APBD).
(4) Further provision on teachers' professional
allowances as stipulated in paragraph (1),
paragraph (2), and paragraph (3) shall be regulated
by Government Regulation.
Article 17
(1) Government and/or local governments provide
functional allowance as stipulated in Article 15
paragraph (1) to teacher who hired by educational
units provided by Government and local
government.

(1) Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah


memberikan tunjangan fungsional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat(1) kepada guru yang
diangkat
oleh
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerah.
(2) Pemerintah
dan/atau
pemerintah
daerah
memberikan
subsidi
tunjangan
fungsional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat(1)
kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dan subsidi tunjangan fungsional
sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dialokasikan
dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

(2) Government and/or local governments provide


subsidies functional allowance as stipulated in
Article 15 paragraph (1) to teacher who hired by
educational units provided by community in
accordance with the regulation.
.
(3) Functional allowance as stipulated in paragraph (1)
and the functional allowance subsidy as stipulated
in paragraph (2) shall be allocated in central
government budget and/or local government
budget.

Pasal 18

Article 18

(1) Pemerintah memberikan tunjangan khusus


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat(1)
kepada guru yang bertugas di daerah khusus.
(2) Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diberikan setara dengan 1(satu) kali gaji
pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan.
kualifikasi yang sama.
(3) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah di daerah khusus, berhak atas
rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat(2), dan
ayat(3) diatur derigan Peraturan Pemerintah.

(1) Government gives special allowance as stipulated


in Article 15 paragraph (1) to teacher assigned to
special areas.
(2) Special allowance as stipulated in paragraph (1) is
equivalent to 1 (one) time basic salary of teacher
who hired by education unit provided the
government or local government at the same level
of years of service, and qualifications.

Pasal 19
(1) Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
15
ayat(1)
merupakan
tambahan
kesejahteraan yang diperoleh dalarn bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa dan penghargaan bagi guru, serta
kernudahan untuk memperoleh pendidikan bagi

(3) Teacher assigned by Government or local


government in special area, is entitled to official
residence provided by local government in
accordance with the authority.
(4) Further provisions regarding special allowance as
stipulated in paragraph (1), paragraph (2), and
paragraph (3) is regulated by Government.
Article 19
(1) Additional benefit as stipulated in Article 15
paragraph (1) is additional welfare in the form of
education allowance, education insurance,
scholarships and awards for teachers, as well as
facility to acquire education for the sons and
daughters of teacher, health services, or other

putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau


bentuk kesejahteraan lain.
(2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin
terwujudnya maslahat tambahan sebagaimana
dimaksud pada ayat(1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) clan
ayat(2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 20
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru
berkewajiban :
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan
dan
mengembangkan
kualifikasi akadernik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran;
d. Menjunjung tinggi peraturan perundangundangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa.

forms of welfare.
(2) Government and/or local government guarantee
provision of additional benefit as stipulated in
paragraph (1).
(3) Further provision on additional benefits as
stipulated in paragraph (1) and paragraph (2) shall
be arranged by Government Regulation.
Article 20
In carrying out his professional duties, teacher is
obliged to:
a. Planning of learning, implement quality
learning process, as well as assess and
evaluate learning outcomes;
b. Continuously improving and developing the
academic qualifications and competence in
line with developments of science,
technology, and art;
c. Act objectively and non-discriminatory from
the point of view of gender, religion,
ethnicity, race, and certain physical
conditions, or family background, and
socioeconomic status of the students in the
learning;
d. Uphold regulations, laws, teachers norms,
and religious values and ethics; and
e. Maintain and foster national unity.

Bagian Ketiga
Wajib Kerja dan Ikatan Dinas

Section Three
Compulsory Work and Official Engagement

Pasal 21

Article 21

(1) Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat


memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada guru
dan/atau warga negara Indonesia lainnya yang
memenuhi kualifikasi akademik clan kompetensi
untuk melaksanakan tugas sebagai guru di daerah
khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan warga
negara Indonesia sebagai guru dalam keadaan
darurat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

(1) In the case of emergency, the Government may


impose compulsory work for teachers and/or other
Indonesian citizens who meet the academic
qualifications and competence to perform the
duties of a teacher in a special area in the territory
of the Republic of Indonesia.

Pasal 22

(2) Further provision more on the deployment of


Indonesian nationals as teachers in the case of
emergency as stipulated in paragraph (1) shall be
regulated by Government Regulation.
Article 22

(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat


menetapkan pola ikatan dinas bagi calon guru
untuk memenuhi kepentingan pembangunan
pendidikan
nasional
atau
kepentingan
pembangunan daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas
bagi calon guru sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Government and/or local government may


establish official engagement for prospective
teachers to meet the interests of national
educational development or interests of regional
development.
(2) Further provision on official engagement for
teacher candidates as referred to in paragraph (1)
shall be arranged by Government Regulation.

Pasal 23

Article 23

(1) Pemerintah mengembangkan sistem pendidikan


guru ikatan dinas berasrama di lembaga pendidikan
tenaga kependidikan untuk menjamin efisiensi dan

(1) Government develops a system of an officially


engaged boarding teacher education in the
educational training institute to ensure the

mutu pendidikan.
(2) Kurikulum pendidikan guru pada lembaga
pendidikan tenaga kependidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) hams mengembangkan
kompetensi yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan pendidikan nasional, pendidikan
bertaraf internasional, dan pendidikan berbasis
keunggulan lokal.

efficiency and quality of education.


(2) Teacher education curriculum in the educational
training institute as stipulated in paragraph (1) shall
develop competencies required to support
implementation
of
national
education,
international-class education, and local advantage
based education.

Bagian Keempat
Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan,
dan Pemberhentian

Section Four
Hiring, Deployment, Transfer, and Lay off

Pasal 24

Article 24

(1) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik


dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun
dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal serta untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah.
(2) Pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan
guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik,
maupun dalam kompetensi secara merata untuk
menjamin keberlangsungan pendidikan menengah
dan pendidikan khusus sesuai dengan kewenangan.
(3) Pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi
kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi
akademik, maupun dalam kompetensi secara
merata
untuk
menjamin
keberlangsungan
pendidikan dasar dan pendidikan anak usia dini
jalur
pendidikan
formal
sesuai
dengan
kewenangan.
(4) Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar,
dan
pendidikan
menengah
yang
diselenggarakan oleh masyarakat wajib memenuhi
kebutuhan guru-tetap, baik dalarn jumlah,
kualifikasi akademik, maupun kompetensinya
untuk menjamin keberlangsungan pendidikan.

(1) Governments shall fulfill teachers demand, both in


numbers, academic qualifications, as well as in
competence equitably to ensure the sustainability
of formal early child education units and to ensure
the continuity of primary and secondary education
provided by the Government.

Pasal 25

Article 25

(1) Pengangkatan dan penempatan guru dilakukan


secara objektif dan transparan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pengangkatan dan penempatan guru pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah atau
pemerintah daerah diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
(3) Pengangkatan dan penempatan guru pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan masyarakat
dilakukan oleh penyelenggara pendidikan atau
satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan
perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

(1) Hiring and deployment of teacher is conducted in


an objective and transparent manner in accordance
with regulation.
(2) Hiring and deployment of teacher in the education
unit provided by government or local government
shall be arranged by Government Regulation.

Pasal 26

Article 26

(1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau


pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan
struktural.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan guru
yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah

(1) Teachers who hired by the Government or local


governments may be deployed on the structural
position.
(2) Further provisions on the deployment of teachers
who are hired by the Government or local

(2) The provincial government shall fulfill teachers


demand, both in number, academic qualifications,
as well as in competence equitably to ensure the
sustainability of secondary education and special
education in accordance with their authority.
(3) The district/city government shall fulfill teachers
demand, both in number, academic qualifications,
as well as in competence equitably to ensure the
sustainability of formal elementary and early child
in accordance with their authority.

(4) Education provider or formal early child education


units, elementary and secondary education
provided by community shall fulfill the needs of
permanents teacher, both in number, academic
qualifications, and competence to ensure continuity
of education.

(3) Hiring and deployment of teacher in the education


unit provided community is carried out by the
service provider or the education unit based on an
employment agreement or work agreement.

daerah pada jabatan struktural sebagaimana


dimaksud pada ayat(1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

governments on structural position as stipulated in


paragraph (1) shall be arranged by Government
Regulation.

Pasal 27

Article 27

Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada


satuan pendidikan di Indonesia wajib mematuhi kode
etik guru dan peraturan perundang-undangan.

Foreign workers employed as teachers in the educational


unit in Indonesia shall comply with the teachers norms
and regulation.

Pasal 28

Article 28

(1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau


pemerintah daerah dapat dipindahtugaskan
antarprovinsi,
antarkabupaten/antarkota,
antarkecamatan maupun antarsatuan pendidikan
karena alasan kebutuhan satuan pendidikan
dan/atau promosi.
(2) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah dapat mengajukan permohonan
pindah
tugas,
baik
antarprovinsi,
antarkabupaten/antarkota, antarkecamatan maupun
antarsatuan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dalam hal permohonan kepindahan dikabulkan,
Pemerintah atau pemerintah daerah memfasilitasi
kepindahan guru sebagaimana dimaksud pada
ayat(2) sesuai dengan kewenangan.
(4) Pemindahan guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat diatur oleh
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan
yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan guru
sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat(2), dan
ayat(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Teacher who hired by the Government or local


government is transferable between provinces,
districts or cities, sub-districts and units for the
requirement of education units and/or promotion.

(2) Teacher who hired by the Government or local


government may apply for transfer between
provinces, districts/cities, sub-districts or education
units in accordance with regulations.

(3) In the case request for transfer is granted, the


Government or local government facilitate transfer
of teacher as stipulated in paragraph (2) in
accordance with their authority.
(4) Transfer of teachers in the education unit provided
by community is arranged by the service provider
of the education or education unit based on an
employment agreement or work agreement.
(5) Further provision on transfer of teacher as
stipulated in paragraph (1), paragraph (2), and
paragraph (3) shall be arranged by Government
Regulation.

Pasal 29

Article 29

(1) Guru yang bertugas di daerah khusus memperoleh


hak yang meliputi. kenaikan pangkat rutin secara
otomatis, kenaikan pangkat istimewa sebanyak
1(satu) kali, dan perlindungan dalarn pelaksanaan
tugas.
(2) Guru yang. diangkat oleh Pemerintah atau
pemerintah
daerah
wajib
menandatangani
pernyataan kesanggupan untuk ditugaskan di
daerah khusus paling sedikit selama 2(dua) tahun.
(3) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah yang telah bertugas selama
2(dua) tahun atau lebih di daerah khusus berhak
pindah tugas setelah tersedia guru pengganti.
(4) Dalam hal terjadi kekosongan guru, Pemerintah
atau pemerintah daerah wajib menyediakan guru
pengganti untuk menjamin keberlanjutan proses
pembelajaran pada satuan pendidikan yang
bersangkutan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai guru yang
bertugas di daerah khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat(1), ayat(2), ayat(3), dan ayat(4) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Teachers who assigned in special area receive


compulsory compensation includes automatic
regular promotion, special promotions as much as 1
(one), and protection in the execution of tasks.

Pasal 30

Article 30

(2) Teacher who hired by Government or local


government is required to sign a commitment
agreement to be assigned to special area for at least
2 (two) years.
(3) Teacher who hired by Government or local
government that has been in assignment for 2 (two)
years or more in a special area entitled to be
transferred once substitute teacher available.
(4) In the event of a vacancy of teacher, government or
local government shall provide substitute teacher to
ensure continuity of the learning process in the
concerned educational unit.
(5) Further provision on teacher who work in a special
area as stipulated in paragraph (1), paragraph (2),
paragraph (3), and paragraph (4) shall be arranged
by Government Regulation.

(1) Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari


jabatan sebagai guru karena:
a. Meninggal dunia;
b. Mencapai batas usia pensiun;
c. Atas permintaan sendiri;
d. Sakit jasmani dan/atau rohani sehingga tidak
dapat melaksanakan tugas secara terusmenerus selama 12(dua belas) bulan; atau
e. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama antara guru dan penyelenggara
pendidikan.

(1) Teacher can be honorably laid-off from his/her


position as a teacher for the following reasons:
a. Dead;
b. Reach retirement age limit;
c. Own request;
d. Physical or mental illness so that he/she
cannot perform the tasks continuously for 12
(twelve) months; or
e. End of the employment agreement or working
agreement between teacher and service
provider.

(2) Guru dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari


jabatan sebagai guru karena:
a. Melanggar sumpah dan janji jabatan;
b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama; atau
c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan
tugas selama 1(satu) bulan atau lebih secara
terus-menerus.
(3) Pemberhentian guru sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dan ayat(2) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(4) Pemberhentian guru karena batas usia pensiun
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b
dilakukan pada usia 60(enam puluh) tahun.
(5) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah yang diberhentikan dari jabatan
sebagai guru, kecuali sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) huruf a dan huruf b, tidak dengan
sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri
sipil.

(2) Teacher can be dishonorably laid-off from his/her


position as a teacher for the following reasons:
a. Breaking the assignment oath and promise;
b. Breach of employment or work agreement; or
c. Neglect the duties for continuously one (1)
month or more.
(3) Teacher layoffs as stipulated in paragraph (1) and
paragraph (2) carried out in accordance with
regulation.
(4) Teacher layoffs for the retirement as stipulated in
paragraph (1) letter b shall be at the age of 60
(sixty) years.
(5) Teacher who hired by Government or local
government that was dismissed from his/her
position as a teacher, except as described in
paragraph (1) letter a and b, is not by itself be
dismissed as civil servants.

Pasal 31

Article 31

(1) Pemberhentian guru sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 30 ayat(2) dapat dilakukan setelah guru yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk membela
diri.
(2) Guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat yang diberhentikan dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri memperoleh
kompensasi finansial sesuai dengan perjanjian
kerja atau kesepakatan kerja bersama.

(1) Teacher layoffs as stipulated in Article 30


paragraph (2) can be done after the concerned
teacher be given the opportunity to defend
themselves.
(2) Teacher in the education unit provided by
community who honorably laid-off not by his/her
own request shall receive financial compensation in
accordance with the employment or work
agreement.

Bagian Kelima
Pembinaan dan Pengembangan

Section Five
Maintenance and Development

Pasal 32

Article 32

(1) Pembinaan dan pengembangan guru meliputi


pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.
(2) Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
(3) Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan
melalui jabatan fungsional.
(4) Pembinaan dan pengembangan karier guru
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi:
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

(1) Maintenance and development of teacher includes


professional and career development.
(2) Maintenance and professional development of
teachers as stipulated in paragraph (1) includes
pedagogical competence, personal competence,
social competence, and professional competence.
(3) Maintenance and professional development of
teachers as stipulated in paragraph (1) will be
implemented through functional position.
(4) Maintenance and career development of teacher as
stipulated in paragraph (1) includes: deployment
and promotion.

Pasal 33

Article 33

Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan


profesi dan karier guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
atau masyarakat ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Strategic policy on career and professional maintenance


and development of teachers in the education units
provided by Government, local government, or society
is established by Ministerial Decree.

Pasal 34

Article 34

(1) Pemerintah dan pcmerintah daerah, wajib membina


dan mengembangkan kualifikasi akademi dan
kompetensi guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.
(2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat wajib membina dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan anggaran untuk meningkatkan
profesionalitas dan pengabdian guru pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

(1) Government and local government shall foster and


develop academic qualifications and competence of
teachers in the educational unit provided by
Government, local government, and/or community.

Pasal 35

Article 35

(1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu


merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan.
(2) Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) adalah sekurang-kurangnya 24(dua puluh
empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya
40(empat puluh) jam tatap muka dalam 1(satu)
minggu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru
sebagaimana dimaksud pada ayat(l) dan ayat(2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Teacher workload includes the following principal


activities of preparing learning plan, implement
learning, assessing learning achievement, guide
and train learners, as well as carry out additional
tasks.
(2) Workload of teachers as stipulated in paragraph (1)
is at least 24 (twenty four) hours of face to face and
as much as 40 (forty) hours of face-to-face in one
(1) week.

Bagian Keenam
Penghargaan

Section Six
Reward

Pasal 36

Article 36

(1) Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa,


dan/atau bertugas di daerah khusus berhak
memperoleh penghargaan.
(2) Guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di
daerah khusus memperoleh penghargaan dari
Pemerintah,
pemerintah
daerah,
dan/atau
masyarakat.

(1) Prominent teacher, extraordinary dedicated and/or


assigned in special areas are entitled to a reward
.
(2) Teachers who die in carrying out duties in special
areas shall receive reward from the Government,
local government, and/or community.

Pasal 37

Article 37

(1) Penghargaan dapat diberikan oleh Pemerintah,


pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi,
dan/atau satuan pendidikan.
(2) Penghargaan dapat diberikan pada tingkat sekolah,
tingkat desa/kelurahan, tingkat kecamatan, tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional,
dan/atau tingkat internasional.
(3) Penghargaan kepada guru dapat diberikan dalam
bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa,
finansial, piagam, dan/atau bentuk penghargaan
lain.
(4) Penghargaan kepada guru dilaksanakan dalam

(1) Reward may be granted by Government, local


government,
community,
professional
organizations, and / or education unit.
(2) Rewards may be given at school, village, subdistrict, district/city, provincial, national, and/or
international level.

(2) Education unit provided by community shall foster


and develop academic qualifications and
competency of teachers.
(3) Government and local government shall provide
budget to enhance the professionalism and
dedication of teachers in the educational unit
provided by Government, local government, and/or
community.

(3) Further provision on teachers' workload as


stipulated in paragraph (l) and paragraph (2) shall
be arranged by Government Regulation.

(3) Rewards can be given to teacher in the form of


honors, special promotion, financial, charter,
and/or other forms of recognition.
(4) Reward to teacher is given during celebration of of

national independence day, at the anniversary of


province, district/city, and education unit, national
education day, national teacher day, and/or other
celebration day.

rangka
memperingati
hari
ulang
tahun
kemerdekaan Republik Indonesia, hari ulang tahun
provinsi, hari ulang tahun kabupaten/kota, hari
ulang tahun satuan pendidikan, hari pendidikan
nasional, hari guru nasional, dan/atau hari besar
lain.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1),
ayat(2), ayat(3), dan ayat(4) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(5) Further provision on reward as stipulated in


paragraph (1), paragraph (2), paragraph (3), and
paragraph (4) shall be arranged by Government
Regulation.

Pasal 38
Pemerintah dapat menetapkan hari guru nasional sebagai
penghargaan kepada guru yang diatur dengan peraturan
perundang-undangan.

Article 38
The government can establish national teacher's day as a
tribute to the teachers who shall be arranged according
to regulation.

Bagian Ketujuh
Perlindungan

Section Seven
Protection

Pasal 39

Article 39

(1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,


organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan
wajib memberikan perlindungan terhadap guru
dalam pelaksanaan tugas.

(1) Government, local governments, communities,


professional organizations, and / or education units
are obliged to provide protection to teachers in the
implementation of tasks.

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)


meliputi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, serta perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja.
(3) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat(2) mencakup perlindungan hukum terhadap
tindak
kekerasan,
ancaman,
perlakuan
diskriminatif, intimidasi, atau perlakuann tidak adil
dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
(4) Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat(2)
mencakup
perlindungan
terhadap
pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai
dengan peraturan perundangundangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap
profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
(5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat(2) mencakup
perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan
kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja,
dan/atau risiko lain.

(2) Protection as stipulated in paragraph (1) shall


include legal protection, professional protection, as
well as occupational safety and health protection.

Bagian Kedelapan
Cuti

Section Eight
Leave

Pasal 40

Article 40

(1) Guru memperoleh cuti sesuai dengan peraturan


perundang-undangan.
(2) Guru dapat memperoleh cuti untuk studi dengan
tetap memperoleh hak gaji penuh.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) dan ayat(2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(1) Teacher entitles leave in accordance with


regulation.
(2) Teacher can obtain leave for study and remain get
full salary.
(3) Further provisions on leave as stipulated in
paragraph (1) and paragraph (2) shall be arranged
by Government Regulation.

(3) Legal Protection as stipulated in paragraph (2)


include legal protection against violence, threats,
discriminatory treatment, intimidation or unfair
treatment from learners, the parents, community,
bureaucracy, or any other parties.
(4) Professional Protection as stipulated in paragraph
(2) includes protection against dismissal that does
not comply with the laws and regulations, unfair
remuneration, restrictions in their views,
harassment of the profession, and other
restriction/prohibition that may hinder teachers in
carrying out tasks.
(5) Occupational safety and health protection as
stipulated in paragraph (2) includes protection
against the risk toward safety disturbance, work
accidents, fires at work, natural disasters, health of
work environment, and/or other risk.

Bagian Kesembilan
Organisasi Profesi dan Kode Etik

Section Nine
Professional Organization and Teachers Norms

Pasal 41

Article 41

(1) Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat


independen.
(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) berfungsi untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan,
dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
(4) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat(1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat
memfasilitasi organisasi profesi guru dalam
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi
guru.

(1) Teachers form an independent professional


organization.
(2) Professional organizations as stipulated in
paragraph (1) serves to advance the profession,
improve the competence, career, educational
insights, professional protection, welfare, and
community service.
(3) Teacher shall become member of professional
organization.
(4) The formation of professional organizations as
stipulated in paragraph (1) shall be conducted in
accordance with the regulation.
(5) Government and/or local government can facilitate
the teachers professional organization in the
development and implementation of teacher
professional development.

Pasal 42

Article 42

Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan:


a. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru;
c. Memberikan perlindungan profesi guru;
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan
profesi guru; dan
e. Memajukan pendidikan nasional.

Teachers Professional organizations have authority:


a. Establish and enforce teachers norms;
b. Extend legal aid to teachers;
c. Extend
protection
toward
teachers
profession;
d. Carry out teachers professional maintenance
and development; and
e. Fostering national education.

Pasal 43

Article 43

(1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan


martabat guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan,
organisasi
profesi
guru
membentuk kode etik.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.

(1) To maintain and enhance the teachers dignity and


status in the implementation of professional duties,
the teachers professional organization establishes
teachers norms.
(2) The norms as stipulated in paragraph (1) contains a
ethical and norms binding the behavior of teacher
in the implementation of their professional duties.

Pasal 44

Article 44

(1) Dewan kehormatan guru dibentuk oleh organisasi


profesi guru.
(2) Keanggotaan serta mekanisme kerja dewan
kehormatan guru sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diatur dalam anggaran dasar organisasi
profesi guru.
(3) Dewan kehormatan guru sebagaimana dirnaksud
pada ayat(1). dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan kode etik guru dan memberikan
rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran
kode etik oleh guru.
(4) Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru
sebagaimana dimaksud pada ayat(3) harus objektif,
tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan
anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan
perundang-undangan.
(5) Organisasi profesi guru wajib melaksanakan
rekomendasi dewan kehormatan guru sebagaimana
dimaksud pada ayat(3).

(1) The teachers honorary board is established by


teachers professional organizations.
(2) Membership as well as the working mechanism of
of the teachers honorary board as stipulated in
paragraph (1) is set out in articles of association of
the teachers professional organization.
(3) Teachers honorary board as stipulated in paragraph
(1) is established to oversee the implementation of
the teachers norms and provide recommendations
for the application of sanction for violation of the
norms by teachers.
(4) Recommendations of the teachers honorary board
as stipulated in paragraph (3) shall be objective,
non-discriminatory, and does not conflict with the
articles of association of teachers professional
organizations as well as regulation.
(5) Teachers
professional
organizations
shall
implement the recommendations of the teachers
honorary board referred to in paragraph (3).

BAB V
DOSEN
Bagian Kesatu
Kualifikasi, Kompetensi, Sertifikasi, dan Jabatan
Akademik

CHAPTER V
LECTURER
Section One
Academic Qualification, Competence, and Position

Pasal 45

Article 45

Dosen
wajib
memiliki
kualifikasi
akademik,
kornpetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Lecturers are required to have academic qualifications,


competency, certificates of educators, physical and
spiritual health, and other qualification required by
education units where he/she is posted and having ability
to achieve national education goals.

Pasal 46

Article 46

(1) Kualifikasi
akademik
dosen
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 diperoleh melalui
pendidikan tinggi program pascasarjana yang
terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.
(2) Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum:

(1) Lecturers academic qualifications as stipulated in


Article 45 is obtained through higher education
graduate programs which are accredited according
to the field of expertise.
(2) Lecturer shall have minimum academic
qualification:
a. Magister degree for diploma or bachelor
program; and
b. Doctorate degree for post graduate program.

a. Lulusan program magister untuk program


diploma atau program sarjana; dan
b. Lulusan program doktor untuk program
pascasarjana.
(3) Setiap orang yang memiliki keahlian dengan
prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi dosen.
(4) Ketentuan lain mengenai kualifikasi akademik
sebagaimana dimaksud, pada ayat(1) dan ayat(2)
dan keahlian dengan prestasi luar biasa
sebagaimana dimaksud pada ayat(3) ditentukan
oleh masing-masing senat akademik satuan
pendidikan tinggi.

(3) Anybody with expertise and extraordinary


performance can be hired as lecturer.
(4) Other provisions on academic qualifications as
stipulated in paragraph (1) and paragraph (2) and
expertise and extraordinary performance as
stipulated in paragraph (3) is determined by
academic senate of the concerned higher education
unit.

Pasal 47

Article 47

(1) Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 45 diberikan setelah
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik
pada perguruan tinggi sekurang-kurangnya
2(dua) tahun;
b. Memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan
c. Lulus sertifikasi yang dilakukan oleh
perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan pada
perguruan tinggi yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
(2) Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang
terakreditasi untuk menyelenggarakan program
pengadaan tenaga kependidikan sesuai dengan
kebutuhan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik
untuk dosen sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dan penetapan perguruan tinggi yang terakreditasi
sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(1) Educator certificate for lecturer as stipulated in


Article 45 is given upon the fulfillment of the
following conditions:
a. Having work experience as an educator at
higher education for at least 2 (two) years;

Pasal 48

Article 48

(1) Status dosen terdiri atas dosen tetap dan dosen

(1) Status of lecturer includes permanent and non

b. Having academic position at least as experts


assistant;
c. Passing certification by the higher education
provided educational recruitment programs
established by the Government.

(2) The government determines an accredited


university to provide procurement program of
education workforce according to the needs.
(3) Further provision on educators certificate for
lecturers as stipulated in paragraph (1) and
determination of accredited university as stipulated
in paragraph (2) shall be arranged by Government
Regulation.

tidak tetap.
(2) Jenjang jabatan akademik dosen-tetap terdiri atas
asisten ahli, Iektor, lektor kepala, dan profesor.
(3) Persyaratan untuk menduduki jabatan akademik
profesor harus memiliki kualifikasi akademik
doktor.
(4) Pengaturan kewenangan jenjang jabatan akademik
dan dosen tidak tetap ditetapkan oleh setiap satuan
pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

permanent lecturer.
(2) Academic hierarchy for permanent lecturer consists
of expert assistants, lector, associate professor, and
professor.
(3) Requirements for academic positions professors
must have a doctoral academic qualification.
(4) Authority arrangement on academic position of
non-permanent lecturer is determined by higher
education unit in accordance with regulation.

Pasal 49

Article 49

(1) Profesor merupakan jabatan akademik tertinggi


pada satuan pendidikan tinggi yang mempunyai
kewenangan membimbing calon doktor.
(2) Profesor memiliki kewajiban khusus menulis buku
dan karya ilmiah serta menyebarluaskan
gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.
(3) Profesor yang memiliki karya ilmiah atau karya
monumental lainnya yang sangat istimewa dalam
bidangnya dan mendapat pengakuan internasional
dapat diangkat menjadi profesor paripurna.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai profesor
paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat(3)
ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi sesuai
dengan peraturan perundang--undangan.

(1) Professor is the highest academic position in higher


education unit that have the authority to guide
doctors candidates.
(2) Professor has a special obligation to write books
and scientific papers and disseminate ideas to
enlighten the public.
(3) Professor who has a monumental scholarly work or
other work that is very special in its field and
gained international recognition can be appointed
as a plenary professor.
(4) Further provision on plenary professors as
stipulated in paragraph (3) designated by each
university in accordance with regulation.

Pasal 50

Article 50

(1) Setiap orang yang memiliki kualifikasi akademik


dan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi dosen.
(2) Setiap orang, yang akan diangkat menjadi dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat(1), wajib
mengikuti proses seleksi.
(3) Setiap orang dapat diangkat secara langsung
menduduki jenjang jabatan akademik tertentu
berdasarkan hasil penilaian terhadap kualifikasi
akademik, kompetensi, dan pengalaman yang
dimiliki.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi
sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dan
pengangkatan serta penetapan jenjang jabatan
akademik tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat(3) ditentukan oleh setiap satuan pendidikan
tinggi sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(1) Any person who has the academic qualifications


and competence as stipulated in Article 45 has the
same opportunity to become a lecturer.
(2) Any person, who will be hired as a lecturer as
stipulated in paragraph (1), shall undergo a
selection process.
(3) Any person can be hired to directly post certain
levels of academic position based on assessment of
academic
qualifications,
competency,
and
experience.
.
(4) Further provision on selection as stipulated in
paragraph (2) and direct posting for specific
academic level as stipulated in paragraph (3) is
determined by higher education unit in accordance
with regulation.

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban

Section Two
Right and Obligation

Pasal 51

Article 51

(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen


berhak:
a. peroleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. memperoleh
perlindungan
dalam
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan

(1) In carrying out the professional task, lecturer


entitled:
a. earn income at above minimum living
requirement and social security assurance;
b. receive promotion and reward in
accordance
with
duties
and
job
performance;
c. obtain protection in carrying out duties and

rights of intellectual property;


d. opportunity to improve competence, access
to learning resources, information, learning
facilities and infrastructure, as well as
research and dedication to community;

intelektual;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi, akses sumber belajar, informasi,
sarana dan prasarana pembelajaran, serta
penelitian
dan
pengabdian
kepada
masyarakat;
e. memiliki kebebasan akademik, mimbar
akademik, dan otonomi keilmuan;
f. memiliki kebebasan dalam memberikan
penilaian dan menentukan kelulusan peserta
didik; dan
g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam
organisasi
profesi/organisasi
profesi
keilmuan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

g. have the freedom of association in


professional organizations / scientific
professional organizations.
(2) Further provisions on the rights of lecturer as
stipulated in paragraph (1) shall be arranged by
Government Regulation.

Pasal 52

Article 52

(1) Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat(1)
huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang
berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, serta
maslahat tambahan yang terkait dengan tugas
sebagai dosen yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
(2) Dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji
berdasarkan perjanjian. kerja atau kesepakatan
kerja bersama.

(1) Income at above minimum living requirements as


stipulated in Article 51 paragraph (1) letter a
covering basic salary, allowances attached to
salary, as well as other income in the form of
professional allowances, functional allowance,
special allowance, allowances honor, as well as
additional serious benefits associated with duties as
assigned by the lecturer on the merit award basis.

e. have academic freedom, academic forum,


and scientific autonomy;
f. have freedom in their assessments and
determine graduation of students; and

(2) Lecturer who hired by higher education unit


provided by Government or local government is
given a salary in accordance with regulation.
(3) Lecturer who hired by higher education units
provided by community is given salary based on
employment or working agreements.

Pasal 53

Article 53

(1) Pemerintah memberikan tunjangan profesi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat(1)
kepada dosen yang telah memiliki sertifikat
pendidik yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan dan/atau satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
(2) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diberikan setara dengan 1(satu) kali gaji
pokok dosen yang diangkat oleh Pemerintah pada
tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
(3) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dialokasikan dalam anggaran pendapatan
dan belanja negara.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat(2), dan
ayat(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Government gives professional allowance as


stipulated in Article 52 paragraph (1) to lecturer
who has educators certificate who hired by
education provider and/or higher education unit
provided by community.

Pasal 54

Article 54

(1) Pemerintah memberikan tunjangan fungsional


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat(1)
kepada dosen yang diangkat oleh Pemerintah.
(2) Pemerintah memberikan subsidi tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
ayat(1) kepada dosen yang diangkat oleh satuan

(1) The government provides functional allowance as


stipulated in Article 52 paragraph (1) to lecturer
who hired by the Government.
(2) Government subsidizes functional allowance as
stipulated in Article 52 paragraph (1) to lecturer
who hired by higher education units provided by

(2) Professional allowance as stipulated in paragraph


(1) is equivalent to 1 (one) times basic salary of
lecturer who hired by Government at the same
level, years of service, and qualifications.
(3) Professional allowance as stipulated in paragraph
(1) shall be allocated in the central government
budget.
(4) Further provisions on allowance as stipulated in
paragraph (1), paragraph (2), and paragraph (3) is
arranged by government regulation.

pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh


masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(3) Tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dialokasikan dalam anggaran pendapatan
dan belanja negara.

the community in accordance with regulation


.
(3) Functional allowance as stipulated in paragraph (1)
shall be allocated in the central government budget.

Pasal 55

Article 55

(1) Pemerintah memberikan tunjangan khusus


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat(1)
kepada dosen yang bertugas di daerah khusus.
(2) Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diberikan setara dengan 1(satu) kali gaji
pokok dosen yang diangkat oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan
kualifikasi yang sama.
(3) Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dialokasikan dalam anggaran pendapatan
dan belarija negara.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat(1), ayat(2), dan
ayat(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Government gives special allowance as stipulated


in Article 52 paragraph (1) to lecturer who assigned
to special area.
(2) Special allowance as stipulated in paragraph (1) to
be given equivalent to 1 (one) time basic salary of
lecturer who hired by government or local
government at the same level, year of service and
qualification.
(3) Special allowance as stipulated in paragraph (1)
shall be allocated in the central government budget.

Pasal 56

Article 56

(1) Pemerintah memberikan tunjangan kehormatan


kepada profesor yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan tinggi setara
2(dua) kali gaji pokok profesor yang diangkat oleh
Pemerintah pada tingkat, masa kerja, dan
kualifikasi yang sama.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan
kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Government gives honorable allowance to


professor who hired by education provider or
higher education unit equivalent to 2 (two) times
basic salary of professor who hired by government
at the same level, year of service and qualification.
(2) Further provisions on honorable allowance as
stipulated in paragraph (1) is arranged by
government regulation.

Pasal 57

Article 57

(1) Maslahat tambahan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal
52
ayat(1)
merupakan
tambahan
kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan,
beasiswa, dan penghargaan bagi dosen, serta
kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi
putra dan putri dosen, pelayanan kesehatan, atau
bentuk kesejahteraan lain.
(2) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin
terwujudnya maslahat tambahan sebagaimana
dimaksud pada ayat(1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan
ayat(2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Additional benefit as stipulated in article 52


paragraph (1) is an additional welfare given in the
form of education allowance, education insurance,
scholarship and award to lecturer, as well as
facility to get education for lecturers son and
daughter, health service or other form of welfare.

(2) Government or local government warrants the


provision of additional benefit as stipulated in
paragraph (1)
(3) Further provisions on additional benefit as
stipulated in paragraph (1) and paragraph (2) is
arranged by government regulation

Pasal 58

Article 58

Dosen yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan


atau satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat berhak memperoleh jaminan sosial tenaga
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Lecturer who hired by education provider or higher


education unit provided by community entitled to
employment social security according to regulation.

Pasal 59

Article 59

(1) Dosen yang mendalami dan mengembangkan


bidang ilmu langka berhak memperoleh dana dan

(1) Lecturer who study and develop rare discipline is


entitled to special fund and facility from

(4) Further provisions on special allowance as


stipulated in paragraph (1), paragraph (2), and
paragraph (3) is arranged by government
regulation.

government or local government

fasilitas khusus dari Pemerintah dan/atau


pemerintah daerah.
(2) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah di daerah
khusus, berhak atas rumah dinas yang disediakan
oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangan.

(2) Lecturer who hired by Government for special


area, is entitled to official housing provided by
Government and/or local government in
accordance with the authority.

Pasal 60

Article 60

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen


berkewajiban:
a. Melaksanakan
pendidikan,
penelitian,
dan
pengabdian kepada masyarakat;
b. Merencanakan,
melaksanakan
proses
pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran;
c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku,
ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
e. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,
hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan
etika; dan
f.
Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.

In carrying out his/her professional duties, lecturer


obliged in:
a. Carrying out education, research and community
service;
b. Planning, implementing of learning process as well
as assessing learning achievement;

Bagian Ketiga
Wajib Kerja dan Ikatan Dinas

Section Three
Compulsory Work and Official Engagement

Pasal 61

Article 61

(1) Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapat


memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada
dosen dan/atau warga negara Indonesia lain yang
memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi
untuk melaksanakan tugas sebagai dosen di daerah
khusus.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan warga
negara Indonesia sebagai dosen dalam keadaan
darurat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

(1) In the case of emergency, government can impose


a compulsory work to lecturer and/or other
Indonesian citizens who meet the academic
qualifications and competence to perform duties as
lecturer in special areas.
(2) Further provision on the deployment of Indonesian
citizens as a lecturer in the case of emergency as
stipulated in paragraph (1) shall be arranged by
Government Regulation.

Pasal 62

Article 62

(1) Pemerintah dapat menetapkan pola ikatan dinas


bagi calon dosen untuk memenuhi kepentingan
pembangunan pendidikan nasional, atau untuk
memenuhi kepentingan pembangunan daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola i.katan dinas
bagi calon dosen sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Government may establish official engagement for


prospective lecturer to meet requirement
development of national education, or regional
development.
(2) Further provision on official engagement for
prospective lecturer as stipulated in paragraph (1)
shall be arranged by government regulation.

Bagian Keempat
Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian

Section Four
Hiring, deployment, transfers, and lay-off

Pasal 63

Article 63

(1) Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan


pendidikan tinggi dilakukan secara objektif dan

(1) Hiring and deployment of lecturer is conducted in


objective and transparent manner according to

c.

Continuously improving and developing academic


qualifications and competence to cope with
developments of science, technology, and art;

d.

Acting objectively and non-discriminatory


regardless gender, religion, ethnicity, race, certain
physical conditions, or socioeconomic background
of the students in the learning;
Upholding regulation, laws, and norms, and
religious values and ethics; and

e.

f.

Maintaining and fostering national unity.

transparan sesuai dengan peraturan perundangundangan.


(2) Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Pengangkatan dan penempatan dosen pada satuan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat
dilakukan
oleh
penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang
bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau
kesepakatari kerja bersama.
(4) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memfasilitasi satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat untuk menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu.

regulation.
(2) Hiring and deployment of lecturer at higher
education unit provided by government is arranged
by government regulation
(3) Hiring and deployment of lecturer at higher
education unit provided by community carried out
by concerned education provider or higher
education unit based on employment or work
agreement.
(4) Government and local government shall facilitate
higher education provided by community to ensure
the provision of quality education.

Pasal 64

Article 64

(1) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah dapat


ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan dosen
yang diangkat oleh Pemerintah pada jabatan
struktural sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Lecturer hired by government can be assigned into


structural position according to regulation.
(2) Further provision on assignment of lecturer hired
by government to structural position as stipulated
in paragraph (1) is arranged by government
regulation.

Pasal 65

Article 65

Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai dosen


pada satuan pendidikan tinggi di Indonesia wajib
mematuhi peraturan perundang-undangan.

Foreign workers who employed as lecturer in the


educational unit in Indonesia shall comply with the
regulation.

Pasal 66

Article 66

Pemindahan dosen pada satuan pendidikan tinggi yang


diselenggarakan oleh
masyarakat diatur oleh
penyelenggara pendidikan berdasarkan perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja bersama.

Transfer of lecturer at higher education unit provided by


community is arranged by education provider based on
employment or work agreement.

Pasal 67

Article 67

(1) Dosen dapat diberhentikan dengan hormat dari


jabatan sebagai dosen karena:
a. Meninggal dunia;
b. Mencapai batas usia pensiun;
c. Atas permintaan sendiri;
d. Tidak dapat melaksanakan tugas secara terusmenerus selama 12(dua belas) bulan karena
sakit jasmani dan/atau rohani; atau
e. Berakhirnya
perjanjian
kerja
atau.
kesepakatan kerja bersama antara dosen dan
penyelenggara pendidikan.
(2) Dosen dapat diberhentikan tidak dengan hormat
dari jabatan sebagai dosen karena:
a. Melanggar sumpah dan janji jabatan;
b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama; atau
c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan
tugas selama 1(satu) bulan atau lebih secara
terus-menerus.
(3) Pemberhentian dosen sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dan ayat(2) dilakukan oleh penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang
bersangkutan berdasarkan peraturan perundangundangan.

(1) Lecturer can be honorably laid-off from his/her


position as lecturer for the following reasons:
a. Dead;
b. Reach retirement age limit;
c. Own request;
d. Physical or mental illness so that he/she
cannot perform the tasks continuously for 12
(twelve) months; or
e. End of the employment agreement or working
agreement between teacher and service
provider.
(2) Lecturer can be dishonorably laid-off from his/her
position as a teacher for the following reasons:
a. Breaking the assignment oath and promise;
b. Breach of employment or work agreement; or
c. Neglect the duties for continuously one (1)
month or more.
(3) Lecturers layoffs as stipulated in paragraph (1)
and paragraph (2) carried out by education provider
or higher education unit in accordance with
regulation.

(4) Pemberhentian dosen karena batas usia pensiun


sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b
dilakukan pada usia 65(enam puluh lima) tahun.
(5) Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang batas
usia pensiunnya sampai 70(tujuh puluh) tahun.
(6) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah yang
diberhentikan dari jabatan sebagai dosen, kecuali
sebagaimana dimaksud ayat(1) huruf a dan huruf b,
tidak dengan sendirinya diberhentikan sebagai
pegawai negeri sipil.

(4) Lecturers layoffs for the retirement as stipulated in


paragraph (1) letter b shall be at the age of 65
(sixty five) years.
(5) High performance professor can be extended its
retirement age up to 70 (seventy) years.
(6) Lecturer who hired by Government that was
dismissed from his/her position as a teacher, except
as described in paragraph (1) letter a and b, is not
by itself be dismissed as civil servant.

Pasal 68

Article 68

(1) Pemberhentian dosen sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 67 ayat(2) dapat dilakukan setelah
dosen yang bersangkutan diberi kesempatan untuk
membela diri.
(2) Dosen pada satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan
oleh
masyarakat
yang
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri memperoleh kompensasi finansial sesuai
dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.

(1) Lecturers layoffs as stipulated in Article 67


paragraph (2) can be done after the concerned
lecturer be given the opportunity to defend
him/herself.
(2) Lecturer in the education unit provided by
community who honorably laid-off not by his/her
own request shall receive financial compensation in
accordance with the employment or work
agreement.

Bagian Kelima
Pembinaan dan Pengembangan

Section Five
Maintenance and Development

Pasal 69

Article 69

(1) Pembinaan dan pengembangan dosen meliputi


pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.
(2) Pembinaan dan pengembangan profesi dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
(3) Pembinaan dan pengembangan profesi dosen
dilakukan melalui jabatan fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat 1).
(4) Pembinaan dan pengembangan karier dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

(1) Maintenance and development of lecturer includes


maintenance and development of professional and
career.
(2) Maintenance and professional development of
lecturer as stipulated in paragraph (1) includes
pedagogical competence, personal competence,
social competence, and professional competence.
(3) Maintenance and professional development of
lecturer will be implemented through functional
position as stipulated in paragraph (1)
(4) Maintenance and career development of lecturer as
stipulated in paragraph (1) includes: deployment
and promotion.

Pasal 70

Article 70

Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan


profesi dan karier dosen pada satuan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Strategic policy on career and professional maintenance


and development of lecturer in the education units
provided by Government or community is established by
Ministerial Decree.

Pasal 71

Article 71

(1) Pemerintah wajib membina dan mengembangkan


kualifikasi akademik dan kompetensi dosen pada
satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan
oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.
(2) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan
oleh
masyarakat
wajib
membina
dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi dosen.
(3) Pemerintah wajib memberikan anggaran untuk
meningkatkan profesionalitas dan pengabdian
dosen pada satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan / atau
masyarakat.

(1) Government shall foster and develop academic


qualifications and competence of lecturer in the
higher educational unit provided by Government
and/or community.
(2) Higher education unit provided by community shall
foster and develop academic qualifications and
competency of lecturer.
(3) Government shall provide budget to enhance the
professionalism and dedication of lecturer in the
higher educational unit provided by Government
and/or community.

Pasal 72

Article 72

(1) Beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu


merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran,
membimbing dan melatih, melakukan penelitian,
melakukan tugas tambahan, serta melakukan
pengabdian kepada masyarakat.
(2) Beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
sekurang-kurangnya sepadan dengan 12(dua belas)
satuan kredit semester dan sebanyak-banyaknya
16(enam belas) satuan kredit semester.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja dosen
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat(2)
diatur oleh setiap satuan pendidikan tinggi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

(1) Lecturers workload includes the following


principal activities of preparing learning plan,
implement learning process, assessing learning
achievement, guide and train learners, conducting
research, carry out additional tasks and community
services.
(2) Workload of teachers as stipulated in paragraph (1)
is at least equal to 12 (twelve) semester credit unit
and as much as 16 (sixteen) semester credit unit.
(3) Further provision on lecturers workload as
stipulated in paragraph (l) and paragraph (2) shall
be arranged by concerned higher education unit
according to regulation.

Bagian Keenam
Penghargaan

Section six
Reward

Pasal 73

Article 73

(1) Dosen yang berprestasi, berdedikasi luar biasa,


dan/atau bertugas di daerah khusus berhak
memperoleh penghargaan.
(2) Dosen yang gugur dalam melaksanakan tugas di
daerah khusus memperoleh penghargaan dari
Pemerintah,
pemerintah
daerah,
dan/atau
masyarakat.

(1) Prominent lecturer, extraordinary dedicated and/or


assigned in special areas are entitled to a reward
.
(2) Lecturer who dies in carrying out duties in special
areas shall receive reward from the Government,
local government, and/or community.

Pasal 74

Article 74

(1) Penghargaan dapat diberikan oleh Pemerintah,


pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi
keilmuan, dan/atau satuan pendidikan tinggi.
(2) Penghargaan dapat diberikan pada tingkat satuan
pendidikan tinggi, tingkat kabupaten/kota, tingkat
provinsi, tingkat nasional, dan/atau tingkat
internasional.
(3) Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda
jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam,
dan/atau bentuk penghargaan lain.
(4) Penghargaan kepada dosen dilaksanakan dalam
rangka
memperingati
hari
ulang
tahun
kemerdekaan Republik Indonesia, hari ulang tahun
provinsi, hari ulang tahun kabupaten/kota, hari
ulang tahun satuan pendidikan tinggi, hari
pendidikan nasional, dan/atau hari besar lain.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1),
ayat(2), ayat(3), dan ayat(4) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

(1) Reward may be granted by government, local


government, community, science professional
organizations, and / or higher education unit.
(2) Rewards may be given at higher education unit,
district/city,
provincial,
national,
and/or
international level.

Bagian Ketujuh
Perlindungan

Section Seven
Protection

Pasal 75

Article 75

(1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,


organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan
tinggi wajib memberikan perlindungan terhadap
dosen dalam pelaksanaan tugas.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
meliputi perlindungan hukum, perlindungan

(1) Government, local governments, communities,


professional organizations, and / or education units
are obliged to provide protection to lecturer in the
implementation of tasks.
(2) Protection as stipulated in paragraph (1) shall
include legal protection, professional protection, as

(3) Rewards can be given to lecturer in the form of


honors, special promotion, financial, charter,
and/or other forms of recognition.
(4) Reward to lecturer is given during celebration of
national independence day, at the anniversary of
province, district/city, and education unit, national
education day, national teacher day, and/or other
celebration day.
(5) Further provision on reward as stipulated in
paragraph (1), paragraph (2), paragraph (3), and
paragraph (4) shall be arranged by Government
Regulation.

(3)

(4)

(5)

(6)

profesi, serta perlindungan keselamatan dan


kesehatan kerja.
Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat(2) mencakup perlindungan terhadap tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif,
intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, dan/atau pihak lain.
Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat(2)
mencakup
perlindungan
terhadap
pelaksanaan tugas dosen sebagai tenaga profesional
yang meliputi pemutusan hubungan kerja yang
tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan
kebebasan
akademik,
mimbar
akademik, dan otonomi keilmuan, serta
pembatasan/pelarangan
lain
yang
dapat
menghambat dosen dalam pelaksanaan tugas.
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat(2) meliputi
perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan
kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja,
dan/atau risiko lain.
Dalam rangka kegiatan akademik, dosen mendapat
perlindungan untuk menggunakan data dan sumber
yang dikategorikan terlarang oleh peraturan
perundang-undangan.

well as occupational safety and health protection.


(3) Legal Protection as stipulated in paragraph (2)
include legal protection against violence, threats,
discriminatory treatment, intimidation or unfair
treatment from learners, the parents, community,
bureaucracy, or any other parties.
(4) Professional Protection as stipulated in paragraph
(2) includes protection toward implementation of
lecturers duties as professional worker consists of
dismissal that does not comply with the laws and
regulations, unfair remuneration, restrictions in
academic freedom, academic forum, and scientific
autonomy, as well as other restriction/prohibition
that may hinder lecturer in carrying out tasks.

(5) Occupational safety and health protection as


stipulated in paragraph (2) includes protection
against the risk toward safety disturbance, work
accidents, fires at work, natural disasters, health of
work environment, and/or other risk.
(6) In the course of academic activities, lecturer
entitled to protection to use data and resources
categorized prohibited by regulation.

Bagian Kedelapan
Cuti

Section Eight
Leave

Pasal 76

Article 76

(1) Dosen rnemperoleh cuti sesuai dengan peraturan


perundang-undangan.
(2) Dosen memperoleh cuti untuk studi dan penelitian
atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dengan memperoleh hak gaji
penuh.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai cuti sebagaimana
dimaksud pada pada ayat(1) dan ayat(2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

(1) Lecturer entitle leave in accordance with


regulation.
(2) Lecturer can obtain leave for study and research or
to develop science, technology and arts and remain
get full salary.

BAB VI
SANKSI

CHAPTER VI
SANCTION

Pasal 77

Article 77

(1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau


pemerintah daerah yang tidak menjalankan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Penundaan pemberian hak guru;
d. Penurunan pangkat;
e. Pemberhentian dengan hormat; atau
f. Pemberhentian tidak dengan hormat.
(3) Guru yang berstatus ikatan dinas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 yang tidak melaksanakan
tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama diberi sanksi sesuai

(1) Teacher hired by Government or local government


that is not performing his/her obligations as
stipulated in Article 20 is subject to sanctions in
accordance with the regulations.

(3) Further provisions on leave as stipulated in


paragraph (1) and paragraph (2) shall be arranged
by Government Regulation.

(2) Sanction as stipulated in paragraph (1) may in the


forms:
a. Verbal warning;
b. Written warning;
c. Hold the salary;
d. Demotion;
e. Honorable discharge; or
f. Dishonorable discharge.
(3) Teacher with official engagement status as
stipulated in Article 22 which does not perform the
duties in accordance with the employment or

dengan perjanjian ikatan dinas.


(4) Guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan
atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dikenai
sanksi sesuai dengan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.
(5) Guru yang melakukan pelanggaran kode elik
dikenai sanksi oleh organisasi profesi.
(6) Guru yang dikenai sanksi sebagaimana dirnaksud
pada ayat(1), ayat(2), ayat(3), ayat(4), dan ayat(5)
mempunyai hak membela diri.

working agreement subject to sanction in


accordance with official engagement agreement.
(4) Teachers who is hired by education provider or
education unit provided by community who does
not carry out obligations as stipulated in Article 20,
is subject to sanctions in accordance with the
employment or work agreement.
(5) Teacher who violate teachers norm is subject to
disciplinary action by professional organizations.
(6) Teacher subject to sanctions as stipulated in
paragraph (1), paragraph (2), paragraph (3),
paragraph (4), and paragraph (5) has the right to
defend him/herself.

Pasal 78

Article 78

(1) Dosen yang diangkat oleh Pemerintah yang tidak


menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Sanksi sebagaimana d maksud. pada ayat(1)
berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Penundaan pemberian hak dosen;
d. Penurunan pangkat dan jabatan akademik;
e. Pemberhentian dengan hormat; atau
f. Pemberhentian tidak dengan hormat.
(3) Dosen yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 dikenai sanksi sesuai dengan
perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
(4) Dosen yang berstatus ikatan dinas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 yang tidak melaksanakan
tugas sesuai dengan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama diberi sanksi sesuai
dengan perjanjian ikatan dinas.
(5) Dosen yang dikenai sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat(1), ayat(2), ayat(3), dan ayat(4)
mempunyai hak membela diri.

(1) Lecturer hired by Government that is not


performing his/her obligations as stipulated in
Article 60 is subject to sanctions in accordance
with the regulations.
(2) Sanction as stipulated in paragraph (1) may in the
forms:
a. Verbal warning;
b. Written warning;
c. Hold the salary;
d. Demotion;
e. Honorable discharge; or
f. Dishonorable discharge.
(3) Lecturer who is hired by education provider or
education unit provided by community who does
not carry out obligations as stipulated in Article 60,
is subject to sanctions in accordance with the
employment or work agreement.
(4) Lecturer with official engagement status as
stipulated in Article 62 which does not perform the
duties in accordance with the employment or
working agreement subject to sanction in
accordance with official engagement agreement.
(5) Lecturer subject to sanctions as stipulated in
paragraph (1), paragraph (2), paragraph (3), and
paragraph (4) has the right to defend him/herself.

Pasal 79

Article 79

(1) Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan


yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 34,
Pasal 39, Pasal 63 ayat(4), Pasal 71 dan Pasal 75
diberi sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(2) Sanksi bagi penyelenggara pendidikan berupa:
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Pembatasan kegiatan penyelenggaraan satuan
pendidikan; atau
d. pembekuan kegiatan penyelenggaraan satuan
pendidikan.

(1) Education provider or educational units violating


the provisions as stipulated in Article 24, Article
34, Article 39, Article 63 paragraph (4), Article 71
and Article 75 is subject to sanction in accordance
with regulations.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN

CHAPTER VII
TRANSITIONAL PROVISIONS

Pasal 80

Article 80

(2) Sanction to education provider may in the forms:


a. Verbal warning;
b. Written warning;
c. Restrictions on the implementation of the
educational unit activities; or
d. Suspension of the implementation of the
educational unit

(1) Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini :


a. Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik
memperoleh
tunjangan
fungsional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat(1) dan ayat(2) dan memperoleh maslahat
tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat(2) paling lama 10(sepuluh) tahun,
atau guru yang bersangkutan telah memenuhi
kewajiban memiliki -sertifikat pendidik.
b. Dosen yang belum memiliki sertifikat
pendidik memperoleh tunjangan fungsional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
ayat(1) dan ayat(2) dan memperoleh maslahat
tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
57 ayat(2) paling lama 10(sepuluh) tahun,
atau dosen yang bersangkutan telah
memenuhi kewajiban memiliki sertifikat
pendidik.
(2) Tunjangan fungsional dan maslahat tambahan bagi
guru dan dosen sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) dialokasikan dalam anggaran pendapatan
dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan
belanja daerah.

(1) Upon the coming-into-force of this Law:


a. Teacher who does not have educators
certificate to receive functional allowance as
stipulated in Article 17 paragraph (1) and
paragraph (2) and receive additional benefit
as stipulated in Article 19 paragraph (2) not
later than 10 (ten) years, or the concerned
teacher has met obligation acquired
educators certificate.

Pasal 81

Article 81

Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan


dengan guru dan dosen tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti dengan peraturan baru
berdasarkan Undang-Undang ini.

All regulations related to teacher and lecturer still


applicable as long as has no conflict or not replaced by
new regulations based on this Law

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

CHAPTER VIII
CLOSING PROVISION

Pasal 82

Article 82

(1) Pemerintah
mulai
melaksanakan
program
sertifikasi pendidik paling lama dalam waktu
12(dua belas) bulan terhitung sejak berlakunya
Undang-Undang ini.
(2) Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik
dan sertifikat, pendidik sebagaimana dimaksud
pada Undang-Undang ini wajib memenuhi
kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling
lama 10(sepuluh) tahun sejak berlakunya UndangUndang ini.

(1) Government begins to implement a certification


program for educators not longer than twelve (12)
months after the enactment of this law.

Pasal 83

Article 83

Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan


untuk melaksanakan Undang-Undang ini harus
diselesaikan selambat-lambatnya 18(delapan belas)
bulan sejak berlakunya Undang-Undang ini.

All regulations necessary to implement this law shall be


completed no later than 18 (eighteen) months from the
enactment of this law.

Pasal 84

Article 84

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan
pengundangan
Undang-Undang
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

This Law shall come into effect on the date of its


promulgation.
In order to make public know this law, it is ordered to
announce this law in the State Gazette of the Republic of
Indonesia.

b. Lecturer who does not have educators


certificate to receive functional allowance as
stipulated in Article 17 paragraph (1) and
paragraph (2) and receive additional benefit
as stipulated in Article 19 paragraph (2) not
later than 10 (ten) years, or the concerned
lecturer has met obligation acquired
educators certificate.
(2) Functional allowance and additional benefits for
teacher and lecturer as stipulated in paragraph (1) is
allocated in the central government or local
government budget.

(2) Teacher who does not have academic qualifications


and certificate of educator as stipulated in this law
is obliged to meet the academic qualification and
certificate of educators within maximum of 10
(ten) years from the enactment of this law.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2005

Ratified in Jakarta
on 30 December 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF


INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2005

Promulgated in Jakarta
on 30 December 2005

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA AD INTERIM
ttd
PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA

THE AD INTERIM MINISTER OF LAW AND


JUSTICE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA

Salinan sesuai dengan aslinya


DEPUTI MENTERI SEKRETARIS NEGARA
BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN

PROF. DR. YUSRIL IHZA MAHENDRA

A copy of the original


DEPUTY OF THE STATE MINISTER
LAW DIVISION

ttd
ABDUL WAHID

ABDUL WAHID

Anda mungkin juga menyukai