Kelompok 11 Detergen Sabun Dan Pewangi
Kelompok 11 Detergen Sabun Dan Pewangi
BAB I
PENDAHULUAN
murni,
melainkan
bercampur
dengan
dua
atau
lebih
zat
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini dirumuskan sebagai
berikut
1. Bagaimana dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada pewangi?
2. Bagaimana dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada detergen?
3. Bagaimana dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada sabun?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis guna memenuhi penugasan kelompok Matakuliah
Pengembangan konsep dasar IPA di Kelas 4B PGSD FIP UNY dan guna
meningkatkan pengetahuan para mahasiswa PGSD FIP UNY tentang dampak
bahan kimia yang nantinya dapat diaplikasikan saat melaksanakan tugas
sebagai seorang pendidik juga
1. Untuk mengetahui dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada
pewangi.
2. Untuk mengetahui dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada
detergen.
3. Untuk mengetahui dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada
detergen.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pewangi
1. Pengertian pewangi
Pewangi merupakan bahan kimia yang biasanya terdapat dalam parfum,
pengharum ruangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, dan pengharum
toilet.Kebanyakan pewangi menggunakan zat-zat kimia. Sementara pemakaian
produk apa pun yang merupakan zat-zat kimia, bila berlebihan atau berkontak
langsung melalui sistem pernapasan, akan menimbulkan gangguan pada fungsi
sistem saraf. Demikian dikemukakan Dr Budiawan dari Puska RKL (Pusat Kajian
Risiko dan Keselamatan Lingkungan). Bahan pewangi organik dapat dengan
mudah terserap melalui kulit dan menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi dan
dermatitis. Meskipun komponen zat kimia aktif yang dikandung tiap pewangi
berbeda-beda.
2. Jenis-jenis pewangi
Ada berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang
diperuntukkan untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel dan ada juga yang
semprot. Sementara penggunaannya, ada yang digantungkan, ada yang diletakkan
begitu saja, atau ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin.
Ada 2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar
minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi)
relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif
lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak.
Pewangi berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya
bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan
pelarut/ cairan pembawa, di antaranya isoparafin, diethyl phtalate atau
campurannya.Sementara
jenis
pewangi
yang
disemprotkan
umumnya
pewangi umumnya
tergantung pada
tersebut berisiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang berada pada
kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak, ataupun orang yang sangat
sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sayangnya, baru sekitar 80% zat pewangi
belum teruji keamanannya terhadap manusia. Di sinilah kewaspadaan konsumen
betul-betul dituntut.
Ada pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance
Association (IFRA) di antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette,
geranyl nitrile, dan 7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang
bila mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti
formaldehyde dan methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi
memberi efek negatif bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan
pewangi yang beredar di pasaran.Pewangi dapat saja memicu gangguan
pernapasan ataupun asma, sakit kepala hingga kemungkinan gangguan
pertumbuhan janin pada ibu hamil. Tapi hal ini akan terjadi jika memakai zat
pewangi
yang
sudah
dilarang
penggunaannya
sebagaimana
yang
direkomendasikan.
4. Pencegahan bahaya pewangi
Secara kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang
aman dan mana yang berbahaya. Sebagai tindak pencegahannya, konsumen harus
cerdik memilih pewangi dengan merek terdaftar/teregistrasi. Dengan demikian
keamanannya minimal cukup terjamin di bawah lembaga pengawas/pemberi izin.
Tentu saja demi keamanan konsumen, badan pengawas harus benar-benar
mengontrol peredaran pewangi ini. Terlebih terhadap pewangi dengan kandungan
zat-zat tertentu yang memang diketahui berisiko bagi kesehatan. Mengapa hal ini
perlu ditekankan? Karena pihak produsen kerap tidak mau mencantumkan pada
kemasan mengenai komposisi bahan-bahan dalam pewangi yang diproduksinya.
Bagi konsumen dianjurkan agar senantiasa cermat membaca label atau
registrasi produk. Selain itu, gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan.
Menggunakannya pun jangan berlebihan sambil selalu mengedepankan kehatihatian dalam memilih produk. Jangan lupa untuk menyimpannya jauh dari
jangkauan anak-anak, terutama balita.Yang tak kalah penting untuk diperhatikan,
hindari produk pewangi dari kontak langsung dengan sinar matahari guna
mencegah terjadinya perubahan kimiawi. Itulah mengapa hindari area yang
langsung terpapar sinar matahari sebagai tempat penyimpanan pengharum.Hindari
pemakaian kamper untuk kebutuhan Bayi.Berdasarkan hasil studi terdahulu
(WHO), jika zat kamper (naftalen) kontak langsung pada bayi secara perkutan
(penyerapan melalui kulit) dan paparannya sering serta berlebihan dalam
penggunaaannya, dapat menyebabkan peningkatan kadar billirubin dalam darah
yang dapat mengganggu sistem saraf pusat
Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan
kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan
alam maupun sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya
diperoleh dari daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga
kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai
dalam berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan. Selain zat yang
menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung
zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk
pewangi yang berbentuk padat.
Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja
ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut
berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi
sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan
tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan
merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian atas yang melindungi
manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk itu, kita
harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai mengandung
bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
B. Detergen
a. Anionik :
-Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
-Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate (AOS)
jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Anionic dan permanen
kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada non-polar
(hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion tetap,
hal ini terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif dan
elektronegatif yang disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen
dan surfaktan deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan
terasa panas ditangan, sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang sangat
beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah deterjen surfaktan lebih
berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi lain fosfat detergent adalah
deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air.Zat yang terkandng
didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi
alkylphenol
alkylphenols
polyethoxylates
(terutama
(non-ion)
nonylphenols)
dapat
yang
menyebabkan
bertindak
pembentukan
sebagai
endokrin
pengganggu jika limbah detergent bercampur dengan air limbah lain di saluran
air.Awalnya deterjen mesin cuci dikenal sebagai produk cuci pembersih pakaian,
namun kini meluas dalam bentuk produk-produk sabun cuci seperti:
1) Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti
sampo, sabun cuci tangan, dll.
2) Laundry, sebagai sabun deterjen pencuci pakaian, merupakan produk
deterjen yang paling populer di masyarakat.
3) Dishwashing product, sebagai sabun cuci piring alat-alat rumah tangga
baik untuk penggunaan cuci piring manual maupun produk sabun mesin
pencuci piring.
4) Household cleaner, sebagai produk cuci rumah seperti produk sabun
cuci pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal,
gelas, dll.
4. Bahaya Ditergen
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat
10
pada
proses
klorinisasi
pengolahan
air
minum
PDAM.
Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan.Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri
deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko
tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain
yaitu LAS.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen
adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen,
sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara
mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari
daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya
berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan
mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat
menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air,
sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi
bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air
sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya
11
mikroorganisme
12
yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah
deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah
berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.Beberapa negara di
dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan
deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl
Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang
kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi
penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data
yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu
selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat
diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga
adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng
gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu
ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak
mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis,
kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat.
Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat
merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat
pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti
membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di
penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan
kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu
tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan
gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju,
kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas
hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
13
14
15
16
itu keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu penyebab
kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan
demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan
takaran khusus untuk deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di
dalam kemasan produknya.
Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang
hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak
organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan
lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka zooplankton
akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton
yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan polutan lainnya
yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di
dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan
makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi
konsentrasi polutan, semakin besar pengaruhnya.
Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya
tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen
dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air
(hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air
(hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak.Jika dalam pakaian yang
dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat
hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut
yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan
butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan
sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak
dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan.
Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut
jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa
17
jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan
air tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air
tanah tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya
memilih detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme
(biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian
detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah:
a. rusaknya keindahan lingkungan perairan;
b. terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
c. merugikan kesehatan manusia.
Gunakanlah detergen sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke
perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu
pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya detergen yang
ramah lingkungan. Dan yang paling penting, mari kita memohon ampun pada
Allah Swt., karena selama ini kita telah meracuni alam-Nya, alam sekitar kita.
C. Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air
bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu mencuci atau membersihkan.
18
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu
proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang
digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari
arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak
zaitun.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun
terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam
pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
19
reaksi
pembuatan
sabun.
Sabun
padat
menggunakan
natrium
20
teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak
tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada
asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang
dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan
sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi,
spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah
larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam
proses pembuatan sabun di antaranya :
1) Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh
industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow
ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak),
kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan
kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan
tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci.
Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam
tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada
tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal
dengan nama grease.
2) Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung
asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh
seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard
harus
dihidrogenasi
parsial
terlebih
dahulu
untuk
mengurangi
21
22
9) Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah
zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan.
Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi
lembut bagi kulit.
10) Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya
membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang
berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki
sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam
laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan
berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan
memperkeras struktur sabun.
3. Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa
dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling
banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan
asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa
tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan
kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa
menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan
sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.
Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan
tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
4. Bahan Pendukung
23
Bahan
baku
pendukung
digunakan
untuk
membantu
proses
24
makin
kebal
terhadap
antibiotik.Penelitian
laboratorium
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pewangi merupakan bahan kimia yang biasanya terdapat dalam parfum,
pengharum ruangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, dan pengharum
25
26
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang.
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu
proses yang dikenal dengan saponifikasi. sabun antibakteri yang mengandung
triclosan dan triclocarban dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga
lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. sabun antibakteri yang
mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,
menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks.
B. Saran
Selaku konsumen dan pemakai produk-produk yang terbuat dari bahan
kimia.kita harus lebih jeli dalam memilih produk yang akan kita pakai supaya
dampak yang ditimbulkan dari bahan kimia tersebut dapat diminimalisir.
Upayakan pemakaian bahan kimia tersebut sehemat mungkin untuk menghindari
dampak pencemaran lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan mahluk
hidup. Gunakanlah bahan kimia sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke
perairan yang banyak organisme yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu
pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah ini, misalnya bahan yang
ramah lingkungan. Dan yang paling penting, mari kita memohon ampun pada
Allah Swt., karena selama ini kita telah meracuni alam-Nya, alam sekitar kita.