Metode Gravitasi
Metode Gravitasi
METODE GRAVITASI
A. PENDAHULUAN
Di antara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan
dengan batuan lainnya adalah massa jenis batuan. Distribusi massa jenis yang tidak homogen
pada batuan penyusun kulit bumi akan memberikan variasi harga medan gravitasi di
permukaan bumi. Metode medan gravitasi adalah metode penyelidikan dalam geofisika yang
didasarkan pada variasi medan gravitasi di permukaan bumi.
Distribusi massa jenis yang tidak homogen ini dapat disebabkan oleh struktur geologi
yang ada di bawah permukaan bumi. Walaupun kontribusi struktur geologi terhadap variasi
harga medan gravitasi dipermukaan bumi sangat kecil dibandingkan dengan nilai absolutnya,
tetapi dengan peralatan yang baik variasi medan gravitasi di permukaan bumi dapat terukur
dari titik ke titik sehingga dapat dipetakan. Selanjutnya dari peta tersebut dapat dilakukan
interpretasi bentuk atau struktur bawah permukaan.
Variasi harga medan gravitasi di permukaan bumi tidak hanya disebabkan oleh
distribusi massa jenis yang tidak merata, tetapi juga oleh posisi titik amat dipermukaan bumi.
Hal ini disebabkan oleh adanya bentuk bumi yang tidak bulat sempurna dan relief bumi yang
beragam. Untuk itu diperlukan metode-metode tertentu untuk mereduksi pengaruh selain
karena distrbusi massa jenis.
B. TEORI
1. Teori Medan Medan Gravitasi
Teori medan gravitasi didasarkan pada hukum Newton tentang medan gravitasi
universal. Hukum medan gravitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya tarik antara dua titik
massa m1 dan m2 yang berjarak r (gambar 1) adalah
F 12 G
m1 m2
r
r3
(1)
dimana F12 adalah gaya yang dialami oleh benda m1 dan G adalah tetapan medan gravitasi.
Gaya persatuan muatan pada sembarang titik berjarak r dari m1 didefinisikan sebagai
kuat medan gravitasi m1. Bila m1 adalah massa bumi, maka kuat medan gravitasi bumi sering
disebut dengan percepatan medan gravitasi bumi, yang dapat dirumuskan sebagai:
g G
12
M
r
r3
(2)
Medan gravitasi merupakan medan konservatif, yang merupakan gradien dari suatu
fungsi potensial skalar U (r ) , sebagaimana berikut:
F (r ) U (r )
(3)
(r 0 )d 3r0
r r0
(4)
Hubungan antara besar percepatan medan gravitasi dan potensial medan gravitasi
adalah g U P . Percepatan medan gravitasi bumi bervariasi di permukaan bumi, dan
harganya bergantung pada (a) distribusi massa di bawah permukaan, sebagaimana
ditunjukkan oleh fungsi densitas ( r 0 ) dan (b) bentuk bumi yang sebenarnya, sebagaimana
ditunjukkan oleh batas integral.
2. Reduksi Data Gravitasi
Penelaahan tentang konsep reduksi data gravitasi lebih mudah dipahami dengan cara
menelaah terlebihdahulu arti anomali medan gravitasi. Secara matematis dapat didefinisikan
bahwa anomali medan gravitasi di topografi atau di posisi (x,y,z) merupakan selisih dari
medan gravitasi observasi di topografi terhadap medan gravitasi teoritis di topografi. Medan
gravitasi teoritis yaitu medan yang diakibatkan oleh faktor-faktor non-geologi dan harganya
dihitung berdasarkan rumusan-rumusan yang dijabarkan secara teoritis. Nilai Medan ini
dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian, dan massa topografi di sekitar titik tersebut. Secara
matematis, Anomali medan gravitasi di topografi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
berikut :
g(x,y,z) = gobs (x,y,z) gTeoritis (x,y,z) (5)
dengan g (x,y,z) merupakan anomali medan gravitasi di topografi, dan gobs(x,y,z) adalah
medan gravitasi observasi di topografi yang sudah dikoreksikan terhadap koreksi pasangsurut, koreksi tinggi alat dan koreksi drift. Sedangkan gTeoritis ( x, y, z ) merupakan medan
gravitasi teoritis di topografi.
Medan gravitasi teoritis yang ditentukan lebih awal adalah medan gravitasi normal
yang terletak pada bidang datum (pada ketinggian z = 0) sebagai titik referensi geodesi.
Rumusan medan gravitasi normal pada bidang datum ini telah ditetapkan oleh The
International Association of geodesy (IAG) yang diberi nama Geodetic Reference System
1980 (GRS80) sebagai fungsi lintang (Joenil Kahar, 1990) yaitu :
g() = 978032,700 (1 + 0,0053024 sin2 - 0,0000058 sin22) (mgal)
dengan adalah garis lintang.
13
(6)
Dari persamaan (6) terlihat bahwa semakin tinggi letak lintangnya maka semakin
besar percepatan gravitasinya. Jadi medan gravitasi bumi cenderung bertambah besar ke arah
kutub.
2.1. Reduksi Free Air (Udara Bebas)
Jika persamaan (6) sebagai medan gravitasi teoritis disubtitusikan ke persamaan (5)
maka anomali medan gravitasi di topografi yang dihasilkannya belum dapat didefinisikan
secara fisis. Hal ini disebabkan karena medan gravitasi nomal, g(), masih berada pada
bidang datum (z = 0) sedangkan medan gravitasi observasinya, gobs (x,y,z), berada pada
topografi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan suatu teknik untuk membawa medan
gravitasi normal yang berada pada bidang datum itu ke permukaan topografi, sehingga medan
gravitasi normal dan medan gravitasi observasi sama-sama berada pada topografi. Teknik
yang digunakan untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan koreksi udara-bebas (free-air
correction) yang rumusan matematisnya adalah :
gf.a. - 0,308765 h miligal/m
(7)
dengan h merupakan ketinggian stasiun dari datum. Persamaan (7) di atas disebut sebagai
koreksi udara-bebas karena hanya memperhitungkan elevasi antara permukaan topografi
(titik-titik observasi) dengan reference spheroid dengan mengabaikan massa diantaranya.
Dengan melibatkan reduksi free air sebagaimana di atas, maka g teoritis di permukaan
topografi dapat dituliskan sebagai :
gTeoritis (x,y,z) = g() + gf.a
(8)
Dengan koreksi udara-bebas ini maka diperoleh anomali medan gravitasi udara-bebas
di topografi yang diformulasikan dalam persamaan berikut
g(x,y,z)f.a. = gobs (x,y,z) gTeoritis (x,y,z)
(9)
Pada penghitungan anomali medan gravitasi udara-bebas di atas, massa yang terletak
antara datum dan permukaan topografi tidak diperhitungkan, padahal massa ini sangat
mempengaruhi harga anomali medan gravitasi. Maka persamaan (9) akan lebih sempurna jika
massa ini turut diperhitungkan. Grand and West, 1965, mendefinisikan bahwa massa yang
terletak antara permukaan topografi dan bidang datum dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
a) Bagian massa yang terletak antara bidang Bouguer dengan bidang datum dimana efek dari
massa ini disebut efek Bouguer. Anomali yang dihasilkan setelah dilakukan koreksi
Bouguer terhadap anomali udara-bebas disebut anomali medan gravitasi Bouguer
sederhana.
b) Bagian massa yang berada di atas bidang Bouguer dan bagian massa yang hilang di bawah
bidang Bouguer. Efek dari massa ini disebut efek medan (terrain effect). Anomali yang
dihasilkan setelah dilakukan koreksi medan terhadap anomali Bouguer sederhana disebut
anomali medan gravitasi Bouguer lengkap.
Secara matematis, anomali medan gravitasi Bouguer sederhana di topografi, g B.L. ( x, y, z ) , dinyatakan oleh persamaan berikut :
g B.S . ( x, y, z ) = gobs (x,y,z) gTeoritis (x,y,z) . + gB (10)
14
(11)
dengan gB merupakan koreksi Bouguer dan gT adalah koreksi medan (terrain correction).
Anomali medan gravitasi Bouguer lengkap merefleksikan adanya variasi-variasi densitas
dalam kerak.
Dengan dilakukannya koreksi Bouger tidak menghilangkan anomali massa yang
terdapat di atas datum karena densitas massa yang digunakan dalam perhitungan koreksi
Bouguer adalah densitas rata-rata dengan menganggap massa topografi bersifat homogen.
Seperti halnya koreksi udara-bebas, dengan dilakukan koreksi Bouguer tidak berarti secara
fisis memindahkan titik-titik observasi ke reference spheroid, dan tidak pula menimbulkan
diskontinyuitas densitas dari massa-massa yang berada di atas dan di bawah reference
spheroid.
2.2. Berbagai Model Koreksi Bouguer
Model pendekatan terhadap koreksi Bouguer telah mengalami perkembangan dan
pembaharuan. Model yang pertama dikenal adalah model slab horizontal tak hingga dengan
ketebalan h relatif dari datum ke titik amat (stasiun). Besarnya koreksi Bouguer untuk model
slab horizontal tak hingga adalah
gB = 2 Gh
(12)
dengan adalah densitas massa Bouguer (massa topografi) dan h adalah ketinggian stasiun
dari datum. Jika daerah penelitianya sangat luas, dari model ini akan terdapat banyak massa
kosong yang turut menyumbang dalam penghitungan koreksi Bouguer. Di samping itu, secara
geometris model ini kurang dapat dipertanggungjawab-kan karena bentuk permukaan bumi
tidak datar. Meskipun demikian, untuk daerah penelitian yang sempit (tidak luas) dan
undulasinya kecil model ini masih signifikan digunakan karena makin sempit daerahnya maka
secara geometris makin rendah derajat kelengkungannya atau makin mendekati bentuk datar.
Hal ini dapat dilihat dari persamaan (15).
Permukaan
topografi
Bidang Bouguer
-z
Z=0
MSL
15
Model lain dari koreksi Bouguer adalah model cangkang bola (spherical shell) yang
diajukan oleh Karl (1971). Karl menganggap bahwa bagian massa Bouguer berbentuk
cangkang bola dengan ketebalan h dari datum. Besar koreksi Bouguer untuk model ini adalah
gB 4 Gh
(13)
Dari persamaan (13) terlihat bahwa model cangkang bola tidak merubah bentuk efek Bouguer
model slab horizontal tak hingga (masih linear terhadap dan h) dan hanya memperbesar
menjadi 2 kali. Meskipun mendekati geometri permukaan bumi dan cukup mereduksi massa
kosong yang diperhitungkan dalam model slab horizontal tak hingga, tetapi model cangkang
bola ini tidak memberikan batasan radius permukaan guna meminimalkan perbedaan antara
efek yang diperoleh dari model cangkang bola dengan efek dari model slab horizontal tak
hingga.
h
R2
.
R1
Model koreksi Bouguer yang lebih eksak diusulkan oleh La Fehr (1990) dengan
memodifikasi slab horizontal tak hingga ke suatu topi sferis dengan radius permukaan
166,735 km. Maksud dari pemilihan radius permukaan ini adalah untuk meminimalkan
perbedaan antar efek yang diperoleh dari model topi sferis dengan efek yang diperoleh dari
model slab horizontal tak hingga yang tidak diperhitungkan oleh Karl. Koreksi Bouguer
model topi sferis La Fehr dinyatakan dalam formula berikut :
gB = 2 Gh + 2 G (h - R )
(14)
dengan dan merupakan koefisien-koefisien tanpa dimensi dan R adalah radius bumi
sampai di stasiun. Suku kedua di ruas kanan persamaan (14) didefinisikan sebagai koreksi
kelengkungan. Koreksi kelengkungan ini memodifikasi harga slab horizontal tak hingga ke
suatu topi sferis yang mempunyai radius permukaan sebesar 166,735 km dan ketebalannya
sama dengan ketebalan slab horizontal tak hingga.
Bullard cap
167 km
A
h
R0
.0
g B 2 Gh 2 G ( h R )
16
g B 2 Gh 2 Gh H
1 (15)
2
2
dengan H adalah rasio h terhadap R (dengan R = Ro + h dan Ro adalah radius bumi normal
sampai datum) dan merupakan sudut dari pusat bumi. Suku kedua persamaan (15)
merupakan koreksi kelengkungan Whitman.
R
0
Ro
La Fehr:
BB 1,46306 106 h 3,552725 1010 h2 5,1 106 h3 milligal (17)
Dari beberapa model koreksi Bouguer di atas, model slab horizontal tak hingga
merupakan model yang digunakan dalam penelitian ini. Alasan pemilihan model ini adalah
disamping praktis penerapannya, juga karena daerah penelitiannya tidak luas dan undulasinya
kecil sehingga penggunaan model ini masih signifikan.
17
k 1
g
k 1
( i ) g ( i ) hk h
( i ) g ( i )
h h
(18)
k 1
elevasi tidak terkorelasi, yang berarti bahwa densitas yang diasumsikan merupakan harga
densitas massa topografi yang tepat.
Guna memperkuat keyakinan terhadap hasil perhitungan densitas dengan
menggunakan metoda di atas diperlukan pula informasi geologi tentang struktur batuan
daerah survei.
C. Akuisisi
Sebelum dilakukan pengambilan data di lapangan, terlebih dahulu dilakukan survei
awal untuk mempelajari sebaran titik amat yang akan diukur. Kemudian dilakukan desain
survei untuk menentukan luas daerah survei dan spasi antar titik amat yang akan
digunakan. Dalam pengambilan data di lapangan, hal yang pertama dilakukan adalah
pembuatan titik ikat baik gravitasi maupun posisi. Pengumpulan data meliputi data
gravitasi dan data posisi yang dilakukan secara bersamaan. Penentuan titik amat
memperhatikan beberapa hal, antara lain; letak titik amat harus jelas dan mudah dikenali,
lokasinya relatif terbuka untuk memudahkan pengukuran GPS, titik amat harus bisa dilihat
dalam peta, relatif jauh dari gangguan (seperti getaran-getaran mesin, kendaraan berat) dan
titik amat diusahakan pada daerah yang tanahnya stabil.
1. Luas Daerah Survey
Luas daerah survei disesuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomali
berukuran local (cukup kecil), maka daerah survey tidak perlu terlalu luas, diperkirakan
sekitar 5 x 5 km2 dengan spasi titik amat yang cukup rapat (sekitar 200 meter). Bila target
merupakan struktur geologi yang cukup besar, maka daerah pengamatan dapat diperluas
menjadi sekitar 10 x 10 km2 s/d 20 x 20 km2 atau lebih luas lagi. Pengamatan pada lokasi
yang diperkirakan merupakan lokasi anomali dibuat lebih rapat. Peta lapangan yang
digunakan disesuaikan dengan luas daerah pengamatan, namun hendaknya tidak lebih kecil
dari 1 : 25000.
2. Peralatan Yang Dipergunakan
Peralatan yang digunakan dalam survey adalah :
a. Gravitymeter La Coste & Romberg Model G-1118 MVR Feedback System yang
mempunyai ketelitian 0.005 mgal.
b. GPS, 2 buah Trimbel Navigation 4600 LS Geodetic System Surveyor Single Frequence
dan perlengkapannya.
c. Alat-alat bantu berupa penunjuk waktu (jam tangan), kompas, pelindung peralatan
(payung) dan Handy Talky.
3. Penentuan Lokasi Pengukuran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pengukuran adalah
penyediaan peta topografi dan peta geologi. Untuk keperluan orientasi medan digunakan
peta topografi skala terkecil yang tersedia.
Setelah tersedia peta yang sesuai kemudian ditentukan lintasan pengukuran dan base
stasiun yang harga percepatan gravitasinya diketahui (diikatkan dengan titik yang telah
diketahui percepatan gravitasinya). Penentuan lintasan, titk ikat dan base stasiun
diusahakan sedemikianrupa sehingga pelaksanaan pengukuran efektif dan memenuhi
sasaran.
19
d.
Pengambilan data posisi dan titik pengukuran medan gravitasi dilakukan secara
bersama-sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan titik pengukuran
yaitu :
Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal, sehingga apabila dikemudian hari
dilakukan pengukuran ulang akan mudah untuk mendapatkannya.
Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta.
Lokasi titik pengukuran harus bersifat permanen dan mudah dijangkau oleh peneliti, serta
bebas dari gangguan kendaraan bermotor, mesin dan lain-lain.
Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari satelit
dengan baik tanpa ada penghalang. Pada umumnya ruang pandang langit yang bebas ke
segala arah di atas elevasi adalah 100 atau 150. Disamping itu titik pengukuran diusahakan
jauh dari obyek-obyek reflektif yang mudah memantulkan sinyal GPS, untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya multipath.
Pembuatan Base Station (Titik Ikat) Pengukuran Medan Gravitasi
Pada prinsipnya gravitymeter LaCoste&Romberg mengukur variasi percepatan
gravitasi dari satu titik ke titik yang lain dan tidak mengukur percepatan gravitasi mutlak di
suatu titik. Oleh karena itu untuk melakukan serangkaian pengukuran di lapangan
diperlukan satu atau beberapa titik ikat yang sudah diketahui harga percepatan gravitasinya
secara mutlak, yang disebut sebagai Base Station.
Besarnya harga medan gravitasi pada suatu base stasiun (titik ikat) pengukuran adalah
(1)
gbs gref ( grelbs grelref )
dengan :
g bs = harga medan gravitasi Base Station (titik ikat)
g ref = harga medan gravitasi di titik referensi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
20
Pengamatan tersebut dapat dibuat tabel dalam bentuk contoh sebagai berikut :
No Nama Skala
Sta. pemb.
Feedback
Tinggi
alat
Pasang
surut
Ket.
INSTRUMENTASI
21
Letakkan piringan pada titik amat yang ditentukan. Apabila titik amat tidak mungkin
ditempati piringan (tanah labil, miring, banyak akar pohon, dll), disarankan titik amat
dipindah, atau letakkan piringan di tempat yang memungkinkan sedekat mungkin dengan
titik amat.
Letakkan kotak pembawa gravitymeter di depan titik amat.
Usahakan berdiri menghadap alat dengan membelakangi matahari, dengan harapan sinar
matahari tidak mengenai gravitymeter. Apabila tidak memungkinkan, gunakan payung
untuk melindungi gravitymeter. Demikian pula pada waktu hujan, dianjurkan untuk
berhenti mengukur. Bila tetap harus dilanjutkan, lindungi gravitymeter dari air.
Perhatikan arah angin (terutama bila bertiup kencang) agar tidak mengganggu pergerakan
benang bacaan.
Hindarkan alat-alat berat (kunci, koin, kacamata dalam saku, dsb.) berada di dekat
gravitymeter pada saat mengukur. Dengan demikian gravitymeter terhindar dari
kemungkinan kejatuhan barang-barang tersebut.
Ambillah sikap serelaks mungkin (disarankan dengan cara berlutut) pada saat mulai
pengamatan. Jangan membuat banyak gerakan pada saat melakukan pengamatan.
Sediakan bantalan bila daerah pengamatan berada pada arean yang berbatu dan berkerikil.
22
Periksa level memanjang dan melintang, bila level berubah lakukan pembetulan level
untuk mendapatkan posisi tegak sempurna. Periksa kembali posisi benang bacaan, apakah
masih berimpit dengan garis baca atau berubah. Bila berubah putar sekerup pembacaan
lagi sampai mendapatkan posisi benang pembacaan yang benar (Ingat aturan putaran dari
kiri ke kanan).
Matikan lampu gravitymeter secara pelahan, jangan membuat gerakan yang mengejut.
Putar sekerup pengunci searah jam sampai habis untuk mengunci pegas.
Baca hasil pengukuran pada skala pembacaan.
Catatan :
Jangan lupa untuk selalu melakukan pengecekan terhadap battery dan suhu alat,
yaitu dengan memutar switch MVR Internal Feedback ke pilihan A untuk battery dan B
untuk suhu. Bila battery sudah mendekati angka 10, segera ganti dengan battery yang
penuh. Untuk praktisnya, lakukan penggantian battery tiap 6 atau 7 jam selama
pengukuran di lapangan.
Ingat pengukuran medan gravitasi merupakan pengukuran relatrif dan hasil bacaan masih
dalam satuan skala baca. Untuk mendapatkan harga dalam mgal perlu dikonversi dengan
menggunakan tabel kalibrasi.
Hasil pembacaan merupakan hasil dari pengamatan pada titik amat tersebut. Untuk tiap
titik amat dilakukan prosedur yang sama. Langkah-langkah ini merupakan prosedur bila
pengamatan dilakukan tidak dengan menggunakan MVR feedback. Prosedur pengamatan
dengan menggunakan MVR feedback agak sedikit lain.
23
III. Processing
Dalam metode Gravitasi, pengolahan data dilakukan dengan tujuan untuk mencari
perbedaan harga percepatan gravitasi dari satu titik ke titik yang lain di suatu tempat yang
disebabkan oleh adanya massa batuan di kulit terluar bumi. Seperti diketahui bahwa massa
tersebut hanya menyumbang sekitar 0,05% dari harga gravitasi yang didapat. Oleh karena
itu, penyebab-penyebab gravitasi selain itu harus dihilangkan atau direduksi. Pengolahan
data dimulai dari data mentah kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data awal dan
pengolahan data lanjutan.
Pengolahan data awal gravitasi dimulai dari data mentah, konversi ke harga miligal,
koreksi tinggi alat, koreksi pasang surut serta koreksi drift.
a. Konversi ke Harga Miligal
Pembacaan pada gravitymeter masih berupa pembacaan skala, belum mempunyai satuan
dan setiap model gravitymeter mempunyai tabel konversi yang berlainan tergantung
spesifikasi model gravitymeternya.
Oleh karena itu untuk mengubah dari satuan skala menjadi satuan miligal maka harga
pembacaan dari gravitymeter harus dikonversikan terlebih dahulu ke harga miligal dengan
menggunakan tabel konversi.
Rumus Konversi ke harga miligal yaitu:
GS Gm ( F 0,001029411) k
(2)
dengan :
Gs
= g bacaan dalam satuan miligal
Gm
= g bacaan skala
F
= pembacaan feedback dalam volt
` k
= harga konversi skala ke miligal.
b. Koreksi Tinggi Alat
Tinggi alat merupakan jarak antara permukaan atas gravitymeter dengan titik ukur posisi
(GPS). Tujuan dilakukan koreksi tinggi alat adalah agar pembacaan gravitasi di setiap
pengukuran mempunyai posisi ketinggian yang sama dengan pengukuran hasil data GPS.
Koreksi tinggi alat ini mengurangi besar nilai g sehingga harus ditambahkan.
GSH = GS + 0,3086h
(3)
dengan :
GSH = pembacaan gravitasi terkoreksi tinggi alat
GS = pembacaan gravitasi dalam miligal
h = tinggi alat dalam meter
24
25
g (
n
i 1
g (
n
i 1
) g ( j ) hi h
) g ( j )
h h
2
i 1
dengan
k
gi (j)
hi
j
g ( j )
: koefisien korelasi
: Anomali Bouguer Sederhana (ABS) fungsi densitas
: ketinggian titik amat.
: densitas batuan
: rata-rata ABS sebagai fungsi densitas
h
j
n
26
(8)
Densitas yang dipilih yaitu densitas dengan nilai k = 0 karena harga anomali Bouguer
dan harga ketinggiannya tidak terkorelasi, yang berarti bahwa densitas tersebut merupakan
harga densitas massa topografi yang tepat. Metode analitik ini digunakan apabila titik-titik
pengukuran terdistribusi secara merata.
Pada reduksi Bouguer dianggap bahwa permukaan lempeng di atas bidang acuan
adalah rata. Pada kenyataannya tidak demikian , akan tetapi berlembah dan bergunung,
sehingga tidak mewakili keadaaan yang sebenarnya. Terdapat lembah ataupun bukit akan
mengurangi harga percepatan gravitasi di titik amat, hal ini disebabkan adanya pengaruh
massa di bukit.
A
vo ro
Q(ro)
Bidang
Bouguer
Permukaan
topografi
Sferoida
referensi
Koreksi topografi dapat dihitung dengan menggunakan suatu paket program dalam bahas
C++ berdasarkan pada sistem perhitungan yang diajukan oleh Forsberg (1984). Dalam
metode yang diajukan Forsberg (1984) dibutuhkan data model ketinggian digital (Digital
Elevation Model) untuk luasan tertentu. U Data model ketinggian digital tersebut
didapatkan dengan menggunakan program Microdem-TerraBaseII, yang memiliki resolusi
900 meter.
Caranya adalah:
Buka program Microderm Terrabase =>> Microderm =>> File =>> Data
Manipulation => Import => DEMS => GTOPO30 => masukkan data di folder
GTOPO (E100N40.HDR) =>Kemudian masukkan nilai latitude dan longitude daerah
penelitian yang kira2 mencakup wilayah daerah penelitian => kemudian di save
dalam .DEM
Masih dalam program Data Manipulation => Export => Ascii XYZ, full DEM =>
dibuka file yang di save dalam DEM tadi => kemudian di save dalam bentuk file
XYZ.
File yang sudah dalam format XYZ ini dapat dibuka di surfer. Kemudian dipisahkan
antara komponen x, y dan z nya.
Sesudah itu masuk ke program thopogcorr yang memiliki resolusi 900 m.
27
Data
Topo dem
File save
Data X_DATA, Y_DATA, Z_DATA MERUPAKAN data asli posisi yang didapatkan
dengan GPS, sedangkan X_TOPO, Y_TOPO, Z_TOPO, merupakan data yang didapatkan
dari program MICRODERM dan semua masukan data ini dalam format .txt.
Kemudian dapat dihasilkan output file yang disave dalam format .txt.
Output file ini dapat dibuka di surfer ataupun excel dan akan menghasilkan kolom-kolom.
Kolom yang ke-4 merupakan koreksi topografinya.
Hasil
koreksi
topogr
afi
28
IV. Interpretasi
Interpretasi data yang digunakan dalam metode gravitasi adalah secara kualitatif dan
kuantitatif. Dalam hal ini interpretasi secara kuantitatif adalah pemodelan, yaitu dengan
pembuatan model benda geologi atau struktur bawah permukaan dari respon yang
ditimbulkan oleh medan gravitasi daerah penelitian. Pemodelan yang digunakan adalah benda
2 dimensi seperti yang diajukan oleh Talwani (1959) dengan program komputer Grav-2DC.
Sedangkan untuk interpretasi kualitatif dilakukan dengan cara menafsirkan peta kontur
anomali Bouguer lengkap di bidang datar.
Untuk interpretasi kuantitatif dapat dilakukan dengan menslice kontur ABL yang tentunya
dapat menggambarkan anomali pada lokasi penelitian. Hasil slice ini di save disave format
.dta Kemudian hasil slice tadi dibuat suatu bentuk permodelan dengan program Grav-2DC
yang menggambarkan kondisi bawah permukaan dari anomalinya.
29