Skenario
Skenario D Blok 19 Tahun 2014
Seorang laki-laki usia 38 tahun, bekerja sebagai penarik becak, berobat ke Poliklinik Mawar
dengan keluhan utama bercak putih bersisik halus disertai gatal di wajah, leher, dada, dan
punggung, yang semakin bertambah banyak sejak 2 bulan yang lalu. Kisaran 1 tahun lalu pasien
mengeluh sering muncul bercak putih di dada, kadang-kadang gatal, bila diberi kalpanax bercak
putih menghilang. Berulang-ulang sampai sejak 2 bulan bercak putih bersisik semakin bertambah
banyak, diolesi dengan kalpanax sudah tidak manjur lagi. Istri pasien juga mempunya lesi kulit
yang sama.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif
Tanda vital: Nadi 86 X/menit, RR 20X/menit, suhu 37o C
Pemeriksaan dermatologikus:
Pada regio mandibularis dekstra dan sinistra, tampak makula hipopigmentasidengan skuama
halus diatasnya, ukurannya milier-makula. Di regio skapula dekstra dan sinistra tampak patches
coklat kehitaman, skuama halus putih dipermukaan lesi, multiple, simetris. Di regio brakhialis
dekstra dan sinistra tampak makula hipopigmentasi milier-lentikuler-makula, multiple, diskret,
simetris.
II. Klarifikasi Istilah
1. Kalpanax
komposisinya
adalah mikonazole
2. Bersisik
: struktur mirip lempengan padat atau kepingan tipis seperti sel
epitel bertanduk pada permukaan tubuh
3. Lesi
: diskontinuitas jaringan patologis atau traumatis atau hilangnya
fungsi suatu bagian
4. Macula hipopigmentasi
: bercak putih pada kulit yang disebabkan oleh
terhambatnya
sinar ultra violet memasuki lapisan kulit sehingga
pembentukan melanin terganggu.
5. Skuama halus
: lempengan datar yang berupa lapisan stratum korneum yang
terlepas dari kulit dapat sehalus taburan tepung
6. Milier macula
: kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna yang
c. Bagaimana mekanisme dari timbulnya bercak putih bersisik halus dan gatal
Inspeksi Kulit
Status Dermatolgikus :
Penderita bisa dalam posisi duduk dan bisa dalam posisi tidur
1. Lokasi : tempat dimana ada lesi
2. Distribusi :
a. Bilateral : mengenai kedua belah badan
b. Unilateral : mengenai sebelah badan
c. Simetrik : mengenai kedua belah badan yang sama
d. Soliter : hanya satu lesi
e. Herptiformis : vesikel berkelompok
f. Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
g. Diskret : terpisah satu dengan yang lain
h. Regional : mengenai daerah tertentu badan
i. Generalisata : tersebar pada sebagian besar tubuh
j. Universal : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%)
3. Bentuk/susunan :
a. Betuk : khas ( bentuk yang dapat dimisalkan, seperti : bulat, lonjong, seperti
ginjal, dll), dan tidak khas ( tidak dapat dimisalkan)
b. Susunan :
i. Liniar : seperti garis lurus
ii. Sirsinar/anular : seperti lingkaran
iii. Polisiklik : bentuk pinggir yang sambung menyambung membentuk
lingkaran.
iv. Korimbiformis : susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya
4. Batas : tegas dan tidak tegas
5. Ukuran :
o Milier : sebesar kepala jarum pentul
o Lentikular : sebesar biji jagung
o Numular : sebesar uang logam dengan 3 cm 5 cm
o Plakat : lebih besar dari numular
6. Efloresensi :
o Primer :
Makula : bercak pada kulit berbatas tegas berupa perubahan warna
semata, tanpa penonjolan atau cekungan.
Papul : penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip, kecil dari 0,5
cm, bersisikan zat padat.
Plak : papul datar, lebih dari 1 cm
Urtika : penonjolan yang disebabkan edema setempat yang timbul
mendadak dan hilang perlahan-lahan.
Nodus : tonjolan berupa massa padat yang sirkumskrip, terletak dikutan
atau subkutan, dapat menonjol
Nodulus : nodus yang kecil dari 1 cm.
Vesikel : gelembung berisi cairan serum, memiliki atap dan dasar,
kurang dari 0,5 cm.
Bula : vesikel yang berukuran lebih besar.
Pustul : vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah
Skuama : sisik berupa lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
- Kelainan mukosa
- Kelainan rambut
- Kelainan kuku
- Pembesaran kelenjar getah bening regional (sesuai dengan status dermatologikus)
2.
Palpasi Kulit
Penderita bisa dalam posisi duduk dan bisa posisi tidur
Pemeriksa menggunakan jari telunjuk tangan kanan yang ditekankan pada
permukaan lesi. Kemudian jari tersebut diangkat, tampak permukaan lesi berwarna
pucat sesaat, kemudian warna lesi kembali ke warna semula (merah/eritem). Atau
dapat juga dilakukan dengan tekhnik diaskopi dengan cara menggunakan gelas objek.
Gelas objek dipegang dengan jari-jari tangan kanan kemudian ditekankan pada
permukaan lesi. Tampak lesi berwarna pucat waktu penekanan dengan gelas
objek.Dan waktu gelas objek diangkat, warna lesi kembali seperti semula
(merah/eritem)
b. Bagaimana interpretasi dan gambaran abnormalitas (Histopatologi)
c. Mekanisme abnormalitas
Hipopigmentasidengan skuama halus diatasnya
Makula hipopigmentasi milier-lentikuler-makula, multiple, diskret, simetris
Oleh karena pengaruh dari adanya faktor predisposisi maka Malassezia furfur
akan berubah dari bentuk blastopore menjadi miselial. Organisme tersebut memiliki
enzim yang menyebabkan oksidasi dari asam lemak pada permukaan lemak kulit,
membentuk asam dikarboksilat yang merupakan inhibitor tirosinase pada melanosit
melanosit epidermal, menyebabkan terjadinya hipomelanosit. Hipomelanosit dan
akumulasi dari sel-sel jamur pada permukaan kulit sehingga menghalangi sinar
ultraviolet juga menyebabkan terjadinya hipopigmentasi
Skuama halus, disebabkan karna hiperkeratin
Organisme yang menyebabkan panu berdiam/berlokasi di stratum corneum. M
furfur dapat dideteksi dengan hematoxylin dan eosin (H&E) saja, meskipun
pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) atau methenamine silver lebih dapat
menegakkan diagnosis. Pada kasus yang jarang, organisme dapat mencapai stratum
granulosum, dan bahkan ditemukan di dalam keratinocytes. Epidermis menunjukkan
akantosis dan hiperkeratosis ringan, dan suatu mild perivascular infiltrate tampak
nyata di dermis.
Patches coklat kehitaman, skuama halus putih dipermukaan lesi, multiple,
simetris.
Ada yang unik dari panu, bila diderita orang yang berkulit putih, maka bercak
yang tampak adalah berwarna kemerahan. Bila diderita orang berkulit gelap, maka
bercak yang tampak adalah warna keputihan (Pityriasis versicolor). Bila terdapat di
daerah kulit yang tertutup, maka akan tampak sebagai bercak kecoklatan atau hitam
(Pityriasis versicolor nigra).
Hipotesis
Seorang laki-laki usia 38 tahun menderita Tinea Versicolor
a. DD
b. WD
c. Definisi
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Epidemiologi
Etiologi
Faktor Resiko
Manifestasi klinis
Patofisiologi
Patogenesis
Komplikasi
Penatalaksanaan
Pencegahan
Prognosis
SKDI
LI
Anatomi dan histologi kulit (Niken widyahadi, Adinda Triandari, Nisrina Qonitah, Ismel
Tria Pratiwi, Davi Dzikirian)
Fisiologi proses pembentukan melanin, gatal, imun, pelepasan stratum korneum dll ( Reska
Afriyanti,
Retno
Widyastuti,
Hardianti
Sri
Utami,
Fitri
Amaliah,
M.
Ikhsan
Nurmansyah)
Tinea Versicolor + gambarannya (Putri Talita, Tika Rahma Guci, Risma Arnis Putri, Dalila,
Arisita Firman)
FISIOLOGI KULIT
FUNGSI KULIT
Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi
tubuh dari gangguan :
o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o panas : radiasi, sengatan sinar UV
o infeksi luar : bakteri, jamur
o Beberapa macam perlindungan :
Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo terhadap
infeksi bakteri maupun jamur
Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri
secara teratur.
Fungsi respons immun
Beberapa
sel
dermal
(sel
langerhans,
interleukin-1
yang
memproduksi
Struktur khusus SALT atau SIS (Skin associated immune system) yaitu:
Antigen presenting sel (sel Langerhans, monosit, jaringan makrofag)
Sel efektor (Sel T, sel B, NK cells, granulosit, sel mast)
Keratinosit (produksi sitokin)
Kulit beserta struktur anatominya berperan sebagai pertahanan utama
terhadap infeksi. Sel Langerhans secara normal terdapat dikulit dan setelah
diaktivasi akan berpindah ke nodus limfe dan kontak dengan sel T (sebagai
pertahanan spesifik). Sebagai contoh: saat mengalami dermatitis kontak akibat
alergi perhiasan yang mengandung nikel masuk ke kulit dan berikatan dengan
protein endogen kemudian difagositosis sebagai antigen oleh makrofag kulit (sel
langerhans). Selanjutnya makrofag akan bermigrasi ke kelenjar limfe regional
dan ditempat tersebut antigen akan dipresentasikan ke sel T yang spesifik
untuk antigen tersebut. Sel T ini akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi
sel T pembunuh dan sel TH1) sehingga dapat mencapai tempat pemajanan
antigen dalam jumlah besar terutama melalui darah).
Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah
antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,
asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari
ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir
ditemui sebagai Vernix Caseosa.
Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf
sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga
mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin).
Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan
membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang
terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel
basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin
ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
MELANIN
Sejarah
Melanin adalah senyawa biologi yang ditemukan pada manusia, tanaman, hewan, dan
protista, yang berfungsi sebagai pigmen. Pigmen yang dihasilkan biasanya merupakan turunan
dari asam amino tirosina. Melanin merupakan zat yang memberikan warna pada kulit, rambut
dan mata. Melanin terbentuk dari metabolisme asam amino tyrosin. Pada kulit melanin dibentuk
oleh sel yang disebut melanosit dan melalui proses melanogenesis (Pembentukan melanin oleh
sel-sel hidup).
Melanin merupakan suatu
metabolit sekunder. Metabolit
sekunder merupakan senyawa
metabolit yang tidak esensial
Setiap
biasanya
organisme
menghasilkan
untuk
mempertahankan
diri
dari
kondisi
lingkungan
yang
kurang
menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan
sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk
berinteraksi dengan lingkungannya.
Adanya melanin tersebut menyebabkan terjadinya keragaman warna kulit pada makhluk
hidup, misalnya pada manusia.
kisarannya yaitu dari hampir hitam sampai putih. Manusia dengan kulit gelap memiliki jumlah
melanin yang lebih tinggi, dan sebaliknya manusia yang memiliki melanin lebih sedikit akan
memiliki kulit yang lebih putih. Pada dasarnya jumlah melanosit pada manusia yang memiliki
kulit hitam maupun kulit putih adalah sama, yang membedakan adalah ukuran dari sel melanosit
dan penyebarannya. Pada manusia yang memiliki kulit hitam, melanositnya lebih besar dan
penyebarannya lebih merata, sedangkan pada manusia yang memiliki kulit lebih putih
melanositnya lebih kecil dan kurang menyebar. Pada manusia yang memiliki kulit putih, aktivitas
melanosit untuk menghasilkan melanin lebih rendah dibandingkan pada manusia yang kulit
hitam.
Melanin akan sangat berguna bagi makkhluk hidup jika kandungannya dalam tubuh tepat.
Artinya kandungan melanin dalam tubuh tidak kurang dan tidak berlebihan. Efek yang
ditimbulkan jika makhluk hidup tersebut mengalami kekurangan melanin adalah penyakit yang
biasa disebut albino. Abinno bisa menyerang manusia, tanaman maupun hewan.
Jenis melanin yang paling umum adalah eumelanin dan pheomelanin. Bentuk umum
sebagian besar melanin adalah eumelanin. Eumelanin berwarnacokelat-hitam yang merupakan
polimer dari dihidroksi indol asam karboksilat. Bentuk lain melanin adalah pheomelanin
berwarna merah-coklat dan merupakan polimer dari benzothiazine. Melanin ini bertanggung
jawab untuk memberikan warna rambut merah dan bintik-bintik. Pheomelanin dan eumelanin
ditemukan di kulit manusia dan rambut , tetapi eumelanin adalah melanin melimpah paling
pada manusia, serta bentuk paling mungkin kekurangan albinisme .
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan peranan penting
dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi
3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian
dikonversi, setelah melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim tirosinase
dibentuk dalam ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma kasar, melanosit
diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi. 4 tahapan yang dapat dibedakan
pada pembentukan granul melanin yang matang.
Tahap 1 :
Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal proses dari aktivitas enzim
tirosinase dan pembentukan substansi granul halus; pada bagian perifernya. Untaian-untaian
padat elektron memiliki suatu susunan molekul tirosinase yang rapi pada sebuah matrik protein.
Tahap 2 :
Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian dalam filamen-filamen
dengan jarak sekitar 10 nm atau garis lintang dengan jarak sama. Melanin disimpan dalam
matriks protein.
Faktor-faktor penting dalam interaksi antara keratinosit dan melanosit yang menyebabkan
pigmentasi pada kulit:
1. Kecepatan pembentukan granul melanin dalam melanosit.
2. Perpindahan granul ke dalam keratinosit, dan
3. Penempatan terakhirnya dalam keratinosit
Melanosit dapat dengan mudah dilihat dengan fragmen inkubasi epidermis pada dengan
dopa. Komposisi ini dikonversikan menjadi deposit coklat gelap melanin pada melanosit,
reaksinya dikatalisasi oleh enzim tirosinase. Metode ini memungkinkan untuk menghitung
jumlah melanosit per unit area epidermis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melanosit
tidak didistribusikan secara random di antara keratinosit, agak tampak ada pola pada
distribusinya, yang disebut dengan epidermal-melanin unit.
Pada manusia, ratio dopa-positif melanosit terhadap keratinosit pada statum basah adalah
konstan di dalam setiap area tubuh, tetapi bervariasi dari satu regio ke regio yang lain. Sebagai
contoh, ada sekitar 1000 melanosit/mm2 di kulit daerah paha dan 2000/mm2 di kulit skrotum.
Jenis kelamin dan ras tidak mempengaruhi jumlah melanosit/unit area. Perbedaan pada warna
kulit terutama karena perbedaan jumlah granul melanin pada keratinosit.
Gambar
2.
Section of the
stratum
spinosum
showing
the
localized
deposits
of
melanin
covering
cell
the
nuclei.
Melanin protects the DNA from the UV radiation of the sun. This explains why people with light
skin have a higher incidence of skin cancer than do people with dark skin. The highest
concentration of melanin occurs in the cells that are more deeply localized; these cells divide
more actively. (The DNA of cell populations that multiply more actively is particularly sensitive
to harmful agents.)
Makin gelapnya kulit (tanning) setelah terpapar radiasi matahari ( panjang gel: 290320mm) adalah akibat proses tahap 2. Pertama, reaksi fisis dan kimiawi menggelapkan warna
melanin yang belum muncul ke luar melanosit, dan merangsangnya secara cepat untuk masuk ke
keratinosit. Kedua, kecepatan sintesis melanin dalam melanosit mengalami akselerasi, sehingga
semakin meningkatkan jumlah pigmen melanin.
Melanin yang sering disebut dengan pigmen terdapat dalam semua makhluk hidup. Fungsi
melanin atau pigmen tersebut tergantung pada makhluk hidup yang memproduksinya. Misalnya
pada manusia melanin berfungsi sebagai pembari warna pada kulit, rambut dan mata, melanin
juga berfungsi melindungi kulit dari paparan sinar ultra violet. Semakin sering kulit tubuh
terkena paparan sinar ultra violet maka produksi melanin dalam tubuh bertambah banyak
sehingga kulit akan terlihat lebih gelap. Untuk hewan melanin berfungsi sebagai pemberi warna
untuk kulit, mata dan bulu. Tetapi pada beberapa serangga pigmennya berubah menjadi senyawa
beracun dan digunakan sebagi signal apabila ada bahaya disekitarnya. Jadi pada serangga
tersebut pigmen barfungsi ganda. Pada tanaman pigmen berfungsi sebagai pemberi warna pada
daun dan bunga bagi tanaman yang memiliki bunga. Warna daun dan bunga setiap tanaman
berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan molekul pigmen yang ada pada tanaman tersebut
berbeda.