Anda di halaman 1dari 18

1.

Husband
BMI = 23 kg/m2
no exopthalmus, no thyroid enlargement, no gynecomastia, secondary sexual
characteristics are normal
Penis: normal, testes: normal size and volume; scrotum: no varicocele
External examination: no inguinal hernia
Semen analysis: volume 4.5 ml; sperm concentration 0.1x10 6/ml; motility 22% forward
progression, 15 % rapid forward progression; morphology 5 %with normal forms.
a. Bagaimana hubungan hasil pemeriksaan dengan kasus? (tujuan pemeriksaan)
Data
BMI 23 kg/m2
Tekanan
Darah

Nilai normal
18,5 -25 kg/m2
120/80 120/80 mmHg

mmHg
Nadi 76 x/m
RR 20 x/m

60-100 x/m
12-24 x/m

Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal

Palpebra conjuntiva normal mengindikasikan tidak terjadi anemia. Pada anemia

sel sabit dapat menurunkan kualitas testis, menurunkan potensi seksual


Tidak ada exopthalmus dan pembesaran kelenjar tiroid mengindikasikan tidak

terjadi gangguan hipertiroid yang dapat mempengaruhi kesuburan.


Ginekomastia menunjukkan adanya proses feminisasi pada pria. Ginekomastia
merupakan salah satu tanda hipogonadisme. Pria dengan hipogonadisme
kongenital mungkin juga memiliki gejala anosmia, buta warna, ataksia serebelum,
dan palatoskizis. Selain itu, ginekomastia juga merupakan tanda dari berbagai
varian sindroma yang tergabung dalam kumpulan Sindroma Insensitivitas
Androgen (Androgen Insensitivity Syndrome). Adanya mutasi pada reseptor
androgen menyebabkan organ target tidak peka terhadap stimulus androgen

sehingga dapat menyebabkan individu bersifat infertile.


Sifat kelamin sekunder yang normal mengindikasikan tidak ada gangguan
hormonal pada terstosteron dan menyingkirkan diagnosis seperti sindrom
klinefelter.
- Abdominal rata dan lembut: rata dan lembut menunjukkan bahwa sang suami
tidak obesitas dan tidak adanya pembesaran organ (organomegali) ataupun
tanda kelainan lainnya.

Simetris: menunjukkan bahwa tidak adanya kelainan pada abdomen, tidak

adanya tumor ataupun organomegali.


Hepatomegali: menandakan bawa infertilitas tidak disebabkan oleh adanya

pembesaran hati akibat infeksi maupun keganasan.


Hernia inguinalis: Saluran inginalis memungkinkan struktur-struktur yang
melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Terdapatstruktur
misalnya pembuluh darah dan saraf berjalan bersama-sama vas deferens. Apa
bila terjadi hernia maka akan terjadi sumbatan.

- Scrotum : no varicocele
Skrotum harus diraba untuk menilai kemungkinan skrotum terisi banyak cairan,
terdapat hernia skrotalis atau terdapat varikokel. Jumlah testis, volume testis dan
turunnya testis ke dalam skrotum juga perlu diperhatikan. Suhu skrotum lebih rendah 1
- 8 OC dari suhu tubuh, jadi skrotum yang normal menjaga sperma agar tidak mati
karena sperma sensitif terhadap panas. Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat
orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau
varikokel (Benson R & Pernoll M, 2009 : 680).
Varikokel pada pria juga salah satu penyebab infertilitas. Varikokel merupakan suatu
keadaan dimana adanya dilatasi vena. Aliran darah yang terlalu banyak akan
menyebabkan pembuluh darah disekitar testis membesar sehingga akan meningkatkan
suhu testis dan pada akhirnya akan berpengaruh pada produksi sperma.
- Penis Normal
Penis yang abnormal dapat menyebabkan gangguan ejakulasi, sehingga sperma sulit
untuk berpenetrasi ke sel telur.
Penis perlu diperhatikan letak uretra yang dapat terkait dengan abnormalitas seperti
hipospadia. Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah
penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.

Hb 14g/dl

WBC 8000/mm3

HT 42 vol%

NORMAL

Plt 350.000/mm3

ESR 6 mm/hour

Blood type O

Rh (+)

Blood

film:

normal

Blood

Menyingkirkankelainan

hormonal

Hipergonadotropik-hipogonad

atau

hipogonadotropik-hipogonad.
chemistry:

normal

Hormonal:

FSH,

LH

dan

testosterone level
normal

Urine: normal

b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal semen analisis? Shelia, Zakiah,


Intan
Riwayat medis dan pemeriksaan fisik merupakan penilaian standar pada semua
pria. Sebuah pemeriksaan andrologi yang komphrehensif diindikasikan jika
analisis semen menunjukkan nilai yang abnormal dibandingkan nilai baku (pada
tabel di bawah). Penentuan jenis tatalaksana berdasarkan analisis semen.

Tabel.

Batas

minimal

nilai

referensi

untuk

penilaian

semen.

Jika hasil analisis semen tergolong normal berdasarkan standar WHO, maka
penialaian satu kali sudah cukup. Jika hasilanya tidak normal, maka harus
dilakkukan tes minimal dua kali, dan indikasi untuk investigasi andrologi lebih
jauh. Penting auntuk membedakan kriteria berikut:
Oligozoospermia : < 15 juta spermatozoa/ml
Asthenozoospermia: <32% pergerakan spermatozoa
Teratozoospermia: <4% bentuk sperma yang normal.
Jika terjadi anomaly pada ketiganya secara bersamaan, maka dinamai
OligoAsthenoTeratozoospermia (OAT). Sedangakn zoospermia, merupakan kasus
ekstrim dimana jumlah spermatozoa < 1 juta/mL, terjadi peningkatan risiko
obstruksi traktus genitalia dan abnormalitas genetik (Jungwirthdkk, 2012).
Berdasarkan data dari pemeriksaan laboratorium, maka dapat dilakukan
analisis dan interpretasi dari hasil analisis semen suami Ny. Lina sebagai berikut:
Pemeriksaan Hasil yang didapat

Niai normal

Interpretasi

Volume
Konsentrasisperma
Forward progression
Rapid forward

4,5 mL
0,1x106/ml
22%
15%

progression
Morfologi normal 5%

1,4-1,7
(30-46) x106
38-42%
31-34%

Meningkat
Oligozoospermia
Asthenozoospermia
Asthenozoospermia

3-4%

Normal

Hasil analisis semen suami Ny. Lina menunjukkan peningkatan volume semen,
namun tidak sampai kondisi hyperspermik. Karena penggolongan jika volume
semen sudah lebih dari 5,5 mL (Master Mens Clinic, 2012).
c. Bagaimana rencana terapi pada kasus ini?

Penangan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu:


1. Mengatasi faktor penyebab/etiologi
2. Meningkatkan peluang untuk hamil, seperti inseminasi dan fertilisasi
invitro.
Terapi hormon. Hipofisismelepaskan hormon godadotropin yang memicu testis untuk
menghasilakan sperma. Pada sejumlah kasus, gangguan kesuburan pada pria
disebabkan oleh rendahnya kadar gonadotropin. Pemberian hormon ini dapat memicu
produksi sperma.
Inseminasi buatan suami (AIH), inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami.
Cairan semen dikumpulkan, dicuci, dan di pekatkan kemudia di masukkan dengan
menggunakan peralatan khusus ke dalam vagiana servik uterus atau ke tuba
falopii. Dapat dilakukan pada keadaaan-keadaan: gangguan transpor sperma ke dalam
vagiana seperti pada impotensi, ejakulasi retrogrid, hipospadia/epispadia; kualitan dan
kuantitas spermatozoa terganggu; gangguan penetrasi spermatozoa ke kanali
servikalis.
Teknologi kedokteran yang membantu pasangan infertil untuk berhasil hamil dan
melahirkan anak sercara umum disebut Teknologi Reproduksi Dibandu (Assisted
Reproductive Technology = ART). Pada dasarnya teknologi ini tidak memperbaiki
kesuburan, teknologi ini langsung menerobos menuju pada masalah keinginan
menjadi hamil dan mempunyai anak, tanpa mencoba memperbaiki kesuburan yang
terganggu. Bebrapa cara ART telah dicoba dan diterapkan untuk menangani kasus
infertilitas, yiitu in vitro fertilization embryo transfer (IVT ET), yang secara
populer disebut bayi tabung.
Kadangkala semen mengandung sperma dalam jumlah yang amat sedikit sehingga sulit
untuk melakukan tindakan IVT. Pada kasus seperti ini, tidakan intra cytoplasmic
sperm injection dapat digunakan. Sel telut diambil dari ovarium dan satu per satu
disuntikan dengan satu buah sperma. Sel telur yang dapat dibuahi kemudian
dimasukkan ke dalam rahim.
Tenaga pemberi pelayanan:
1. Tingkat 1: dokter umum

2. Tingkat 2:
a. Spesialis obstetric dan ginekologi
b. Spesialis andrologi
c. Spesialis urologi
3. Tingkat 3: subspesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas
Indikasi kasus infertilitas yang harus ditangani pada masing-masing tingkat
pelayanan:

Penanganan yang dapatdilakukan :

2.

P
asa
ngan suami istri, Mrs. Lina (29 tahun) dan suaminya (32 tahun), mengalami
infertilitas primer
a. Faktor risiko?
Factor yang memepengaruhi kesuburan pasutri
- Usia
Pria tak terbatas
Wanita 20-30 tahun
- Frekuensi senggama
Makin sering makin berpeluang, terbaik 3x seminggu
- Kesehatan
Anemia, infeksi alat kelamin, pola hidup tidak sehat, gangguan gizi
b. Patogenesis?
Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH
tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.

Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya

terjadi

fertilisasi.

Abnormalitas

ovarium,

mempengaruhi

pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan


sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan,
infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas diantaranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya

ejakulasi

retrograt

misalnya

akibat

pembedahan

sehingga

menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi


sperma terganggu.
Kemampuan seorang pria memberikan keturunan tergantung pada kualitas
spermatozoa yang dihasilkan oleh testis melalui proses spermatogenesis dan
kemampuan organ reproduksinya untuk menghantarkan sperma bertemu dengan
ovum (Nasution,1999). Proses spermatogenesis didalam tubuli seminiferi
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, faktor hormonal, faktor
penghambatan fungsi epididimis, faktor radiasi, dan faktor suhu. Spermatogenesis
akan terganggu atau terhambat apabila terjadi peningkatan suhu testis beberapa

derajat saja dari temperatur normal testis, yaitu 35C (Nasution n Matondang,
1984). Dampak yang sama dapat ditemukan pada rutinitas dan aktivitas seharihari dimana terjadi peningkatan panas dari lingkungan seperti: pemakaian celana
dalam yang ketat, mandi air panas (sauna), dan pekerjaan yang mengharuskan
duduk lama selama berjam jam ( misalnya supir).
Panas sebagai bentuk stres fisik seperti halnya dingin, radiasi, getaran, bising dan
psikologis mengaktifkan respon senteral dan perifer pada sistem endokrin syaraf
otonom sebagai bentuk reaksi adaptasi. Aktivasi sistem endokrin yaitu sumbu
Hipotalamus-Hipofise-Adrenal (HHA) melibatkan pengeluaran neurohormon
CRH (Corticotropin Releasing hormone).
Peningkatan CRH yang menimbulkan penurunan GnRH menyebabkan penurunan
produksi FSH (Folikel Stimulating Hormon) dan LH oleh adenohipofisis maka
terjadi gangguan pada sumbu HHT, berupa penurunan LH, FSH dan testosteron
jelas mengganggu kualitas spermatozoa.
Disamping itu peningkatan suhu akan mengakibatkan gangguan fungsi epididimis
dalam pematangan spermatozoa termasuk dalam memberikan pasokan bahan
makanan terutama glukosa sebagai substrat untuk metabolisme spermatozoa.
Aktivitas maksimum untuk sebagian besar enzim manusia berlangsung sekitar
suhu 37 C karena pada suhu yang lebih tinggi terjadi denaturasi (hilangnya
struktur skunder dan tertier) (Marks n Smith, 1996).
Baik denaturasi enzim spermatozoa maupun gangguan pasokan glukosa sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas spermatozoa termasuk viabilitas
spermatozoa dan akan terbentuknya spermatozoa yang abnormal.

LEARNING ISSUE INFERTILITAS PRIA


A. Pengertian
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah)
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu

tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi
belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama
satu tahun tetapi belum hamil.(Manuaba, 1998).Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil
dalam waktu satu tahun.Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas
sekunder bila istri pernah hamil.(Siswandi, 2006).Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil
interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.

B. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil, akan
tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.

C. Etiologi
1. Penyebab pada laki-laki (suami).
Kelainan pada alat kelamin
o Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis.
o Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung
kemih.

o Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang
berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.
o Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun.
Kegagalan fungsional
o Kemampuan ereksi kurang.
o Kelainan pembentukan spermatozoa
o Gangguan pada sperma.
Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya terjadi pada
bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua
hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan
keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone
adalah dengan terapi hormon.
Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila terkena
trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis
tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam
proses produksi, testis sebagai pabrik sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin
daripada suhu tubuh, yaitu 3435 C, sedangkan suhu tubuh normal 36,537,5 C.
Bila suhu tubuh terus-menerus naik 23 C saja, proses pembentukan sperma dapat
terganggu.
Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di saluran sperma
sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya
buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti
tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.

Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis
menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang
memengaruhi tulang belakang.
Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi
kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
2. Penyebab pada suami dan istri
o Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan
melakukannya tidak pada masa subur.1
o

Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap

hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali
seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.
o

Posisi

Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan
frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya
penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang
menunggu di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu
gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal
dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat
wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima
sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma
bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.

o Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi


tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan
kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
o Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).
o Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
o Masalah dalam pendidikan
o Emosi karena didahului orang lain hamil

Tabel 1. Persentase Etiologi Infertilitas pada Pria


D. Patofisiologi
Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang
besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan
zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi

alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma.


Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya
ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke
vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
E. Manifestasi Klinis
1. Pria
a. Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma
e. Disfungsi ereksi berat
f. Ejakulasi retrograt
g. Hypo/epispadia
h. Mikropenis
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m. Abnormalitas cairan semen
n.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
a. Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
b. Pembesaran kel. Tiroid
c. Galaktorea
d. Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus
e. PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
2. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis Sperma :
Jumlah > 20 juta/ml
Morfologi > 40 %
Motilitas > 60 %
Setiap laki-laki dalam semua pasangan infertil harus menjalani analisis air mani, terlepas dari
riwayat kesuburannya. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penyebab infertilitas pria
banyak sekali, termasuk eksposur terhadap obat, racun, penyalahgunaan zat, trauma testis,
infeksi, dan riwayat operasi sebelumnya. Sedikitnya 2 atau 3 spesimen yang diambil dalam
interval 1-2 bulan direkomendasikan untuk analisis semen. Jika mereka berbeda secara nyata
dalam karakteristik fisik, spesimen tambahan harus diambil lagi. Spesimen umumnya diperoleh

dengan masturbasi dan dimasukkan ke dalam wadah steril, tetapi juga dapat diperoleh melalui
hubungan seksual dengan menggunakan kondom khusus. Pengumpulan spesimen dilakukan
setelah berpuasa hubungan seksual (abstinensia) selama 3-5 hari. Abstinensia yang terlalu lama
sebelum pengambilan spesimen akan menyebabkan bertambahnya volume semen namun
berkurang motilitas spermanya. Setelah diambil, spesimen harus disimpan dalam suhu ruangan
dan diperiksa oleh laboratorium maksimal dalam 1 jam kemudian.9
Pemeriksaan dasar pada analisis semen antara lain volume semen, konsentrasi sperma,
motilitas sperma, viskositas, aglutinasi dan morfologinya sesuai yang sudah ditetapkan oleh
WHO. Meskipun analisis semen adalah landasan utama dalam pemeriksaan infertilitas, namun
pemeriksaan ini adalah prediktor yang relatif buruk untuk menilai kesuburan kecuali parameter
semen sudah sangat abnormal.9

Tabel 1. Nilai normal analisis semen


b. Deteksi ovulasi :
Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi : Bifasik
Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks
encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan
terjadi Estradiol meningkat
c. Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus ovulatoar,
Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus Anovulatoar
d. Hormonal: FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
e. USG transvaginal

Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi


Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
f. Histerosalpinografi
1. Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi
akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen,
mukosa, oklusi, perlengketan
2. Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex), mioma,
polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)
3. Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum perkiraan
ovulasi
4. Keterbatasan : tidak bisa menilai
5. Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
6. Fimbria : Fimosis fimbria
7. Perlengketan genitalia Int.
8. Endometriosis
9. Kista ovarium
10. Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
g. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
h. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama. Waktu sanggama
sekitarovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun pakis.Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks.
i. Laparoskopi :
Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh. Menilai faktor :
1. Peritoneum/endometriosis
2. Perlengketan genitalia Interna
3. Tuba : patensi, dinding, fimbria
4. Uterus : mioma
5. Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
Keterbatasan:
Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
Bersifat invasif dan operatif
G. Tata Laksana
1. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Pria

a. Air mani abnormal


Air mani disebut abnormal kalau pada 3 kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya tetap
abnormal. Pada pasien dengan air mani abnormal kita hanya bisa memberikan nasihat agar
melakukan senggama berencana pada saat-saat subur istri untuk meningkatkan persentasi
terjadinya pembuahan.
b. Varikokel
Pada pria dengan varikokel, motilitas sperma terjadi penurunan. Menurut MacLeod,
penurunan motilitas sperma itu terjadi pada 90% pria dengan varikokel, sekalipun hormonhormonnya normal. Varikokelektomi hampir selalu dianjurkan untuk semua varikokel dengan
penurunan motolitas spermatozoa. Kira-kira 2/3 pria dengan varikokel yang dioperasiakan
mengalami perbaikan dalam motilitas spermatozoanya.
c. Infeksi
Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis sehingga pria
yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi, infeksi yang terjadi kronik mungkin hanya
akan menurunkan kualitas sperma, dan masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula. Air
mani yang selalu mengandung banyak leukosit, apalagi kalau disertai gejala disuria, nyeri
pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi kronik
traktus genitalis. Antibiotika yang terbaik adalah yang akan terkumpul dalam traktus genitalis
dalam konsentrasi yang besar, seperti eritromisin, tetrasiklin, dan kotrimoksazole.
d. Defisiensi Gonadotropin
Sama halnya dengan wanita, kurangnya hormon gonadotropin pada pria juga dapat
menyebabkan infertilitas walaupun hal ini jarang terjadi. Pria dengan defisiensi gonadotropin
bawaan sering kali mengalami pubertas yang terlambat. Pengobatannya sama seperti pada
wanita, yaitu dengan pemberian preparat hormon seperti LH dan FSH, ataupun GnRH.
e. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia pada pria dapat mengakibatkan impotensi, testikel yang mengecil, dan
kadang-kadang galaktorea. Analisi air mani biasanya normal atau sedikit berkurang.
Pengobatan

dengan

spermatogenesisnya.
F. Prognosis

menggunakan

bromokriptin

dilaporkan

dapat

memperbaiki

Menurut Behrman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur
suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi hubungan
seksual dan lamanya perkawinan). Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun,
kemudian menurun perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.
Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun. Hampir pada
setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan
meningkat dengan meningkatnya frekuensi senggama.
Jones dan Pourmand berkesimpulan bahwa pasangan yang telah dihadapkan pada
infertilitas selama 3 tahun, angka harapan terjadinya kehamilan adalah sebesar 50% atau bisa
dikatakan prognosisnya baik, sedangkan pada pasangan yang infertilitasnya sudah mencapai 5
tahun maka angka harapan terjadinya kehamilan adalah 30% dan bisa dikatakan prognosisnya
buruk.

Anda mungkin juga menyukai