NIM : 04121001007
L2
Skenario B blok 24
Bram,
laki-laki 8 bulan dibawa ke RSMH karena belum bisa tengkurap. Bram baru bisa
memiringkan badannya pada usia 6 bulan. Sampai saat ini belum bisa makan bubur sehingga
asih diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri. Bram belum bisa
mengoceh dan meraih benda.
Bram adalah ank kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 37
minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan
periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir bayi tidak menangis,skor APGAR 1 menit
3 , dan menit kelima 5. Dirawat di RS selama 10 hari karenasusah bernafas
Pemeriksaan fisik
a. Apa saja kemungkinan perawatan yang didapat oleh Bram selama 10 hari tersebut ?
Penanganan pasca resusitasi pada neonatus yang mengalami asfiksia perinatal sangat
kompleks dan membutuhkan monitoring yang ketat dan tindakan antisipasi yang cepat, karena
bayi
berisiko
mengalami
disfungsi
multiorgan
dan
perubahan
dalam
kemampuan
mempertahankan homeostasis fisiologis. Deteksi dan intervensi dini terhadap gangguan fungsi
organ sangat mempengaruhi keluaran dan harus dilakukan di ruang perawatan intensif untuk
mendapatkan perawatan dukungan, monitoring, dan evaluasi diagnostik yang lebih lanjut.
Prinsip umum dari penanganan pasca resusitasi neonatus diantaranya melanjutkan dukungan
kardiorespiratorik, koreksi hipoglikemia, asidosis metabolik, abnormalitas elektrolit, serta
penanganan hipotensi. Dalam melaksanakan stabilisasi pasca resusitasi neonatus terdapat acuan
dalam melakukan pemeriksaan dan stabilisasi, yaitu S.T.A.B.L.E, yang terdiri dari:
S-SUGAR
Adalah langkah untuk menstabilkan kadar gula darah neonatus. Hipoglikemia adalah keadaan
dimana kadar glukosa darah tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh. Hipoglikemia
berhubungan dengan keluaran neurologis yang buruk. Percobaan pada hewan menunjukkan
bahwa kejadian hipoglikemik yang bersamaan dengan hipoksik-iskemik menunjukkan daerah
infark yang lebih besar dan menunjukkan angka keselamatan yang lebih rendah. Pada neonatus
kadar glukosa darah harus dipertahankan pada kadar 50-110 mg/dl.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk stabilisasi gula darah neonatus adalah:
1. Tidak memberikan makanan perenteral.
2. Memberikan glukosa melalui jalur intravena.
3. Beberapa neonatus berisiko tinggi mengalami hipoglikemia.
Bayi yang berisiko tinggi mengalami hipoglikemia diantaranya adalah:
- Bayi prematur (usia kehamilan <37 minggu)
- Bayi kecil untuk masa kehamilan, berat badan lahir rendah, dan IUGR
- Bayi besar untuk masa kehamilan
- Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
- Bayi yang sakit
- Bayi dari ibu yang mendapat obat hipoglikemik atau diinfus glukosa saat persalinan.
Pemeriksaan gula darah diindikasikan dilakukan saat usia 30 menit pada bayi dengan
distres pernafasan, sepsis atau tidak dapat minum. Kemudian pemeriksaan gula darah dilanjutkan
tiap satu jam. Pada bayi dengan faktor risiko yang asimtomatik dan dapat minum, pemeriksaan
gula darah dilakukan pada usia 2 jam.
Tanda bayi mengalami hipoglikemia diantaranya jitteriness, tremor, hipotermia, letargis,
lemas, hipotonia, apnea atau takipnea, sianosis, malas menetek, muntah, menangis lemah atau
high pitched, kejang bahkan henti jantung.
T- TEMPERATURE
Hipotermia merupakan kondisi yang dapat dicegah dan sangat mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas, khususnya pada bayi prematur. Maka, usaha untuk mempertahankan suhu normal
bayi dan pencegahan hipotermia selama stabilisasi sangatlah penting.
A-AIRWAY
Sebagian besar masalah neonatus yang ditransfer dari NICU adalah distres pernafasan. Pada
keadaan tertentu, gagal nafas dapat dicegah dengan memberikan dukungan respiratorik sesuai
dengan kebutuhan bayi, misalnya pemberian oksigen melalui nasal kanul, ventilasi tekanan
positif, intubasi endotrakeal, sampai bantuan ventilator.
Evaluasi kondisi bayi sesering mungkin dan catat hasil observasi. Pada beberapa keadaan
membutuhkan penilaian ulang tiap beberapa menit, sedangkan pada keadaan yang lebih ringan
dapat dinilai ulang tiap 13 jam. Hal yang harus dievaluasi dan dicatat:
1. Laju nafas
Nilai normal laju nafas neonatus adalah 4060 kali/menit. Laju nafas >60 kali/menit
(takipnea) dapat disebabkan karena berbagai hal, dapat berhubungan dengan kelainan di
saluran respiratorik atau dari tempat lain. Laju nafas <40 kali/menit dapat menandakan bahwa
bayi mulai kelelahan, atau sekunder karena cedera otak (hipoksik iskemik-ensefalopati, edema
otak atau perdarahan intrakranial), obat-obatan (opioid), atau syok.
2. Usaha nafas
Selain takipnea, tanda distres pernafasan lain diantaranya:
a. Retraksi, dapat dilihat didaerah suprasternal, substernal, interkostal, subkostal.
b. Grunting, pernafasan cuping hidung
c. Apnea, nafas megap-megap, atau periodic breathing.
3. Kebutuhan oksigen
Apabila bayi mengalami sianosis di udara ruangan dan distres pernafasan ringan atau sedang,
maka oksigen diberikan melalui hidung. Pada keadaan bayi mengalami distres pernafasan
berat, dapat diberikan tindakan yang lebih agresif seperti Continous Positive Airway Pressure
(CPAP), atau intubasi endotrakeal.
4. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus dipertahankan agar di atas 90 %.
5. Analisis gas darah
Evaluasi dan interpretasi gas darah penting untuk menilai derajat distres pernafasan yang
dialami oleh bayi.
B- Blood pressure
Curah jantung yang mencukupi diperlukan untuk mempertahankan sirkulasi. Cara yang
terbaik untuk mempertahankan sirkulasi adalah dengan memberikan cairan dan elektrolit yang
adekuat. Pada bayi sakit berat harus dipantau tanda-tanda syok. Syok adalah keadaan dimana
terjadi perfusi dan pengiriman oksigen ke organ vital yang inadekuat atau suatu keadaan yang
kompleks dari disfungsi sirkulasi yang berakibat terganggunya suplai oksigen dan nutrien untuk
memenuhi kebutuhan jaringan. Kegagalan dalam mengenali dan menangani syok dapat berakibat
gagal organ multipel dan kematian pada bayi, oleh karena itu penanganan syok harus dilakukan
secara agresif.
L-Laboratory studies
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan:
1. Sebelum transportasi
Pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan sebelum dilakukan transportasi:
- Blood count (pemeriksaan darah rutin)
- Blood culture (kultur darah)
- Blood glucose (kadar glukosa darah)
- Blood gas (analisis gas darah)
2. Setelah transportasi
Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari riwayat, faktor risiko, dan
gejala klinis dari bayi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya pemeriksaan C-reactive
protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium, kalsium), fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi
hati (SGOT, SGPT, bilirubin, pT, aPTT, fibrinogen, D-dimer).
E- Emotional support
Keluarga dari bayi yang mengalami krisis biasanya akan mengalami rasa bersalah, marah,
tidak percaya, merasa gagal, tidak berdaya, takut dan depresi. Orang tua dari bayi akan
mengalami beberapa tahapan emosional dalam menghadapi keadaan bayinya, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Terkejut.
Menyangkal.
Berkabung, sedih dan takut
Marah dan merasa bersalah.
Tahap ekuilibrium dan terorganisir
b. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan ?
Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti, gejalagejala
klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.Berikut adalah beberapa tes yang
digunakan untuk mendiagnosis CP4,6:
1. Elektroensefalogram (6G)
6
G dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salah satu pemeriksaan penting
pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat. Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat
aktivitas elektrik di dalam otak, terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal).
Dengan pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks yang fungsinya untuk kegiatan
sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan lain-lain, dapat direkam. Pada infeksi susunan saraf
pusat seperti meningitis, ensefalitis, pemeriksaan
kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang tersembunyi atau adanya bagian otak yang
terganggu.
2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan pada otot atau syaraf.
NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan digunakan untuk mengukur kecepatan
saat dimana sarafsaraf mentransmisikan sinyal.
Selama pemeriksaan NCV, elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik
untuk suatu otot atau sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah memberikan stimulus
elektrik yang dihantarkan melalui elektrode, kemudian respon dari otot dideteksi, diolah dan
ditampilkan. Kekuatan dari sinyal yang diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat
menyebabkan NCV melambat atau menjadi lebih lambat pada salah satu sisi tubuh.
EMG mengukur impulse dari saraf dalam otot. Elektrode kecil diletakkan dalam otot pada
lengan dan kaki dan respon elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang
menampilkan gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi bagaimana otot
bekerja.
3. Tes Laboratorium
a. Analisis kromosom
Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali genetik (contohnya
Downs Syndrome) ketika anomali tersebut muncul pada sistem organ.
b. Tes fungsi tiroid
Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah yang dapat
menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat.
c. Tes kadar ammonia dalam darah
Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia) bersifat toksik terhadap
sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum tulang belakang). Defisiensi beberapa enzim
menyebabkan kerusakan asam amino yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat
disebabkan oleh kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan.
4.
Imaging test
Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus, abnormalitas struktural dan
tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu dokter memeriksa prognosis jangka
panjang seorang anak.
a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI
MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambar dari
struktur internal otak. Studi ini dilakukan pada anakanak yang lebih tua. MRI dapat
mendefinisikan abnormalitas dari white matter dan korteks motorik lebih jelas daripada
metodemetode lainnya.
b. CT scan
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer, menghasilkan suatu
gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara terinci termasuk tulang, otot,
lemak dan organ-organ tubuh. Suatu computed tomography scan dapat menunjukkan
malformasi bawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.
c. Ultrasound
Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan ke dalam tubuh
untuk membentuk suatu gambar yang disebut sonogram. Alat ini seringkali digunakan
pada bayi sebelum tulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup untuk
mendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal.
Berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
b. Perkembangan (development)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya.Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa
itu terjadi secara sinkron pada setiap individu. Sedangkan untuk tercapai tumbuh kembang
yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik
seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu genetik,
lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang
berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
2
menarik.
Anak yang baru berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru
untuk menciptakan hal-hal menarik, seperti menumpuk balok-balok atau meletakan
penting.
Permainan khayalan yang berpusat pada tubuh anak itu sendiri (pura-pura minum
merupakan
hal
yang
penting
bagi
anak
untuk
dapat
mengeksplorasi dirinya, tergantung pada hubungan kasih sayang. Kasih sayang baik
dan lebih dapat memberikan pengaruh positif dan menjadikan anak itu memiliki sifat
yang baik. Anak yang mendapat kasih sayang yang baik tentunyha akan memiliki
perkembangan emosi yang baik karena telah terbiasa dengan kasih dan sayang yang
didaptkannya sebelumnya.
d. Perkembangan Bahasa
Komunikasi penting sejak lahir, khususnya nonverbal sebagai interaksi
antara bayi dan yang merawatnya. Penerimaan bahasa mendahului perasaan. Katakata pertama mulai muncul pada usia 9-18 bulan, kebanyakan anak dapat
mengucapkan setidaknya 1 sampai 2 kata pada usia 1 tahun. Ketika bayi mulai
mengucapkan kata-kata pertamanya, kira-kira 12 bulan , mereka mulai menanggapi
dengan tepat beberapa contoh pernyataan sederhana.
Pada usia 15 bulan, rata-rata anak menunjuk pada bagian utama tubuh dan
menggunakan 4-6 kata-kata secara spontan dan benar, termasuk kata benda dan nama
sendiri. Anak yang baru berjalan juga menikmati berkata-kata dengan suku kata yang
banyak tetapi tidak tampak marah ketika tidak ada yang mengerti. Sebagian besar
komunikasi keinginan dan ide berlanjut menjadi non-verbal.
C. Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia 18-24 Bulan
a. Pertumbuhan Fisik
Perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini, pada usia ini terjadi
perkembangan keseimbangan dan kelincahan serta kemampuan untuk berlari dan
menaiki tangga. Berat dan tinggi meningkat secara bertahap meskipun pertumbuhan
kepala terjadi agak lambat. 90% dari lingkar kepala dewasa didapatkan pada usia 2
tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang didapat pada beberapa tahun ke depan.
b. Perkembangan Kognitif
Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai
kesimpulan periode sensorimotor.
tubuh balita itu sendiri (mulai bermain imajinasi dengan objek lain)
c. Perkembangan Emosi
Pada banyak anak, kebebasan relatif pada periode sebelumnya memberi jalan
untuk menambah keterikatannya pada usia sekitar 18 bulan. Pada fase ini digambarkan
sebagai penyesuaian yang mungkin merupakan reaksi tumbuhya kesadaran dari
kemungkinan berpisah. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mereka tidak
bisakemana-mana tanpa bersama-sama anaknya. Tidur sendiri seringkali sangat
sulit,dengan banyaknya kesalahan awal dan kemarahan. Anak-anak terkadan
membutuhka objek atau barang transisi yang dapat digunakan untuk memberikan
perasaan tenang dan aman seperti yang diberikan oleh orang tua.
Saat perasaan anak berkembang akan dirinya, mereka mulai mengerti
perasaanorang lain dan membangun rasa empati. Anak dapat memeluk anak lainnya
yangmendapatkan distress atau menjadi perhatian ketika seseorang sedang sakit.
Merekamulai mengerti perasaan anak lainnya jika disakiti, dan kesadaran ini
mendorongmereka untuk menahan perilaku agresif mereka.
d. Perkembangan Bahasa
Mungkin perkembangan yang paling dramatik pada periode ini ialah bahasa.
Memberi nama objek bertepatan dengan kedatangan pemikiran simbolistik. Setelah
menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak
berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2
tahun. Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50 kata, anak-anak mulai
menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat sederhana, permulaan tata
bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti berikan bola itu dan
pakai sepatumu. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan
sekitarnya,seperti selamat tinggal atau malam-malam. Kemunculan bahasa lisan
menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalanjalan Anak-anak belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide
dan menyelesaikanmasalah, kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan
langsung dan gerakan manipulasi berkurang.
Bisa menyusun balok sebanyak 6 buah, dan cara berjalan lebih tertata.
Sudah bisa mengenali kegunaan 2 benda yang dikenalnya, kalimatnya sudah terdiri
dari 3-4 kata, dan dapat menyebutkan 2 kegiatan seperti, melompat dan meloncat.
sendiri,
bisa
menyesuaikan
benda-benda
Bisa melakukan naik turun tangga dengan lancar, sudah mulai menggunakan istilah
diatas, didalam, disana, 75% ucapannya sudah mulai bisa dimengerti dengan jelas,
vertikal.
Sudah mulai mengenal alfabet, serta dapat menjaga keseimbangan seperti berdiri
pemisahan emosional, bertukar-tukar antara perlawanan manja dan gembira, antara berani
menjelajah dan sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau
tempat bermain kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan akan
baik. Anak-anak prasekolah mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang
sebelumnya, tetapi mereka juga sangat sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada
mereka oleh orang dewasa dan kemampuan terbatas mereka.
a. Pertumbuhan Fisik
Pertambahan
berat
badan
dan
tinggi
badan
biasanya
berjalan
konstan
selama periode pra sekolah. Pada akhir tahunan kedua, pertumbuhan tubuh dan otak
lambat, dengan penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan
timbulnya kebiasaan makan yang memilih-milih. Rata-rata pertambahan berat badan
anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm setiap tahun. Berat badan lahir bertambah
410.
kali saat usia 2 tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-rata berat yaitu 40 lb dan tinggi
40in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3 sampai 18 tahun. Anakanak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index tubuh)
mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa.
Pertumbuhan
organ
seksual
sepadan
dengan
pertumbuhan
somatis.
Anak prasekolah mempunyai genu valgum atau pes planus ringan. Batang tubuh
langsing seperti pemanjangan tungkai. Energi fisik memuncak, dan kebutuhan tidur
menurun sampai 11-13 jam/hari, biasanya termasuk sekali tidur siang. Ketajaman
penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun. Semua 20
gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun.
Kontrol buang air besar dan buang air kecil muncul saat periode ini,
dengankesiapan untuk ke toilet mempunyai variasi individu dan budaya yang luas.
Anak perempuan cenderung lebih awal dan lebih cepat terlatih daripada anak lakilaki.Ngompol normal sampai usia 4 tahun pada anak perempuan dan 5 tahun pada
anak laki-laki. Banyak anak-anak mengusai proses ke toilet dengan mudah, terutama
sekalisekali
ketika
mereka
sudah
mampu
untuk
mengatakan
secara
verbal
kebutuhan badannya. Untuk anak lainnya, latihan toilet pun menjadi lebih susah
dilakukan.
Latihan bertoilet menunjukkan peristiwa penting bagi orang tua karena menandakan
kebebasan mereka dari pakaian kotor karena popok. Pada beberapa orang tua juga
mewakili salah satu segi dari perkembangan anak dan satu kebanggaan bahwa anak
mereka telah mendapat kemampuan tertentu pada usia dini. Untuk alasan ini dan
lainnya,mungkin tidak ada peristiwa penting perkembangan lainnya yang terdorong
danlebih penting dari latihan bertoilet. Kematangan usia menandakan kesiapan untuk
latihan bertoilet
b. Perkembangan Kognitif
Bahasa, kognisi dan permainan semuanya melibatkan fungsi simbolis, suatu cara
mengatasi dunia yang semakin menjadi penting selama periode prasekolah.
Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional Piaget
(pralogika),
ditandai
oleh
pemikiran
ajaib,
egosentris,
dan
pemikiran
yang
bahasa
terjadi
paling
cepat
terjadi
antara
usia
2-5
tahun.Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan
kalimat meningkat dari telegrafi kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan
semua aturan tata bahasa pokok. Mudahnya, antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah katakata dalam kalimat yang khas sama dengan usia anak (2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun,
dan selanjutnya).
Pada usia 21 bulan sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif
(ini bola saya), progresif (saya sedang bermain), pertanyaan, dan kalimat penolakan.
Saat usia 4 tahun, kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan
berhubungan
dengan
perkembangan
kognitif
dan
emosi.
Keterlambatan berbahasa dapat menjadi indikasi pertama bahwa terjadi retardasi mental
pada anak, mempunyai gangguan spektrum autis, atau diperlakukan kurang baik. Bahasa
juga memungkinkan anak mengungkapkan perasaan, seperti marah atau frustasi tanpa
melampiaskannya, oleh karena itu, penundaan berbicara anak-anak menunjukkan tingkat
temperamen yang lebih tinggi dan tingkah laku luar yang lain.
d. Bermain
Bermain melibatkan proses pembelajaran, aktifitas fisik, sosialisasi dengan teman
sebayanya, dan berlatih peran orang dewasa. Bermain ditandai dengan penambahan
kompleksitas dan khayalan, Pada usia 3 tahun, permainan kerja sama tampak pada
permainan membangun balok bersama-sama,kemudian menjadi aktivitas permainan yang
lebih teratur, seperti bermain rumah-rumahan. Bermain juga makin menjadi lebih
beraturan, dari aturan awal mengenai cara meminta (bukannya mengambil) dan membagi
(usia 2 atau 3 tahun) sampai aturan-aturan yang berubah dari waktu ke waktu menurut
keinginan para pemain (usia 4 dan 5tahun) ke awal pengenalan aturan-aturan yang relatif
tetap.
Bermain juga membuat anak dapat memecahkan konflik dan kecemasan dan
membuat jalan keluar yang kreatif. Anak-anak dapat melepaskan kemarahan dengan
aman (menampar boneka), meniru kekuatan super (memainkan dinosaurus dan pahlawan
super), dan mendapatkan hal-hal yang ditolak dalam dunia nyata (membuat percaya
teman atau binatang kesayangan). Menggambar, mewarnai dan akitifitas artistik lain
adalah bentuk permainan yang menunjukkan motivasi kreatif yang lebih jelas.
emosi
dalam
menghadapi
anak
prasekolah
termasuk
Pada usia 7-10 tahun aktifitas motorik kasar berada dibawah kendali keterampilan
kognitif dan kesadaran secara bertahap terjadi peningkatan irama, kehalusan dan
keanggunan gerakan otot, mengalami minat dalam penyempurnaan fisik. Kekuatan
daya ingat meningkat.
Pada usia 10-12 tahun terjadi peningkatan energy, peningaktan arah, dan kendali
dalam kemampuan fisik.
Menunjukan peninggkatan kemampuan motorik halus seperti usia dewasa saat usia 12
tahun.
d. Prepubertas
Mulai terjadi perubahan penyakit yang diderita seperti penyakit dewasa bukan anakanak.
Difficult child : Tipe anak ini tidak suka dengan perubahan lingkungan yang tiba-tiba.
f. Perkembangan kognitif
Anak memiliki kemampuan untuk menghubung-hubungkan kejadian dan tindaka
repersentatif mental secara verbal dan symbol-simbol yang dibantu ole kepercayaan.
Pada tahap ini Piaget menggambarkan Concrete Operation mulai terjadi pada
anak usia 7-11 tahun:
Anak dapat menguasai keterampilan kognitif dengan cepat dan dapat menerapkannya
pada saaat berpikir mengenai obyek situasi dan kejadian. Komponen dasar concetrate
operasional : Conservation: sesuatu tidak akan muncul dan hilang begitu saja dengan
magic. Sesuatu di lingkungan kita tidak akan berubah karena perubaha letak.
komponen ini meliputi 3 konsep antara lain
Identity
Sesuatu tidak ditambah atau dikurangi hanya bentuknya saja yang berubah.
Contohnya ada 2 kue bolu, satu berbentuk kotak dan satu berbentuk bulat. Disiini anak
sudah memahami kedua kue itu sama-sama bolu.
Reversibility
Sesuatu dapat berubah kembali ke bentuk asalnya, kemampuan memahami 2
dimensi pada saat yang sama dan memahami perubhaan satu dimensi.
Reciprocity.
Ketrampilan klasifikasi:
Dapat mengatur obyek sesuatu sesuai skala dimensi ukuran berat dan warna.
Keterampilan kombinasi :
Mental operation :
Toddler dan preschool hanya dapat mengartikan dan melaksanakan perintah tetapi
tidak bisa menceritakan kembali proses secara verbal. Sedangkan anak usia sekolah
sudah dapat mengartikulasi proses tersebut dan mengulang kembali.
Setelah melewati masa preschool anak memilki kemampuan konseptual yang lebih
luas.
Pemikiran egosentri sudah menghilang dan mulai bisa mlihat dan menerima suatu hal
dari sudut pandang orang lain. Mereka mau menunda sessuatu sampai sampai
mengevaluasi respon lingkungan.
g. Perkembangan bahasa
Anak usia sekolah mulai menguasai berbagai ketrampilan linguistic. Anak usia SD
mulai belajar tentang tata bahasa yang benar dan lebih kompleks sehingga mereka bisa
membenarkan jika ada-ada hal-hal yang salah. Kemampuan kata-kata juga dimiliki
pada anak usia sekolah termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung, kata
depan dan kata abstrak.
h. Perkembangan psikoseksual
Karakteristik perkembangan berdasarkan usia.
Lebih suka berdiskusi dengan teman sebaya tentang topik seksual, memisahkan
jenis kelamin dalam permainan aktifitas.
Minat terhadap tubuh dan penampilan meningkat, banyak anak mulai berkencan
dan berhubungan dengan lawan jenis dalam aktivitas kelompok.
Khawatir tentenag penampilannya, tekaann sosial agar tetap langsing dan menarik
merupakan sumber stress.
i. Perkembangan sosial
Anak merasa nyaman bila bersama orang tua dan keluarga, merasa lebih percaya
diri, emosi berkurang dan lebih dapat melihat segala sesuatu secara realistik. Energinya
banyak
digunakan
untuk
mengeksplorasi
lingkungan
dan
keluarganya
untuk
Berhubungan dengna peningkatan kemampuan anak dalam menguasai ketrampilanketrampilan baru dan dapat menerima tanggung jawab baru. Anak akan merasa
puas bila mengeksplorasi dan memanipulasi lingkungan dan teman-temnnya.
2. Ekstrinsik
Pengertian moralitas anak ditentukan oleh aturan-aturan dan tata tertib dari luar.
Anak usia ini bernggapan bahwa standar perilaku dari peraturan. Peraturan dianggap
sebagai suatu yang pasti, yang membatasi keadaan dan tidak memerlukan alasan
penjelasan.
Hubungan dan kontak sosial anak dengan figure otoritas mempengaruhi pengertian
benar salah.
tugas perkembangan yang harus dihadapi, yaitu perkembangan biologis, psikologis dan
sosial. Perkembangam pubertas dibagi menjadi:
1. Prepurbesence
2. Puberty
3. 3.Postpubersence
a. Pertumbuhan fisik
Terjadi perubahan besar dalam tulang, masa tubuh, serta peningkatan hormon
reproduksi,dan pematangan seks.
Ukuran jantung dan volume darah meningkat, hearth rate meningkat.
Panjang dan diameter paru meningkat sehingga volume pernapasan meningkat.
Pertumbuhan otak berlanjut.
Proliferasi sel pendukung dan neuron tidak bertambah.
b. Perkembangan biologis
Aktivitas neuroendokrin pada pubertas. Terjadi perubahan hormonal, pertumbuhan fisik
dan kematangan seksual. Terjadi interaksi hormonal antara hipothalamus, pituitary, dan
gonads.
Perkembangan biologis pada remaja awal (Early adolesence)
Pada keadaan prepubertas, kadar steroid seks dalam sirkulasi tertekan oleh umpan
balik negatif pada hipotalamus. Pubertas mulai dengan pengurangan hambatan
hipotalamus dalam responnya terhadap faktor-faktor yang belum sepenuhnya dapat
dimengerti. Hipotalamus merangsang pelepasannya selama tidak bekerjanya
gonadotropin dan hormon pertumbuhan dari pituitari anterior. Rangkaian akibat
FSH yang menstimulasi esterogen dari ovarium dalam kadar rendah tapi belum
cukup menyababkan ovulasi. Kadar esterogen di produksi dalam jumlah besar
mengakibatkan pembentukan dinding endometrium dan terjadi menarche (mid
puberty).
Perubahan
esterogen
akan
mengakibatkan
pertumbuhan
dan
atau
jika
menarche
(adrenarche),
tidak
terjadi
biasanya
cairan
diawali
normal
dalam 4
dengan
dari
tahun
vagina
dari
awal
perkembangan payudara.
2. Pada Remaja Pria
Testis mulai memproduksi sperma yang matang dan mampu memfertilitasi
ovum.
Pubertas
pria
lengkap
ditandai
dengan
pembesaran
testis
disertai
Pada late puberty terjadi peningkatan panjang dan lebar penis, pertumbuhan
lanjut dari testis dan pertama terjadi ejakulasi. Pada rambut aksila dan wajah
perkembangantestis.
c. Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Fase formal operational thinking terjadi antara usia 11-14 tahun. Remaja sudah
memiliki kemampuan berfikir secara abstrak, berfikir tentang kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi dan mampu mengungkapkan hipotesis. Remaja mudah mengabaikan
proses pemikiran rasional karena tekanan kelompok, tuntutan waktu dan personal stres.
(Keating dan Clark, 1986).
Egosentris pada remaja dibagi menjadi 2 pola berfikir, yaitu:
1. Imaginary audience
2. Sensitif terhadap pendapat orang lain dan berfikir setiap orang memfokuskan pada
tingkah lakunya.
3. Personal fable
4. Percaya bahwa perasaan dan pengalaman seseorang itu sangat unik.
5. Remaja dapat memahami perspektif orang lain dan melihat bagaimana pemikiran atau
tingkah laku seseorang mempengaruhi orang lain disebut dengan Mutual Role Taking
(Robert Selman,1976).
d. Perkembangan nilai otonom
Pertentangan antara orang tua dan teman-temannya menerangkan nilai-nilai yang
diciptakan
sebagai
perkembangan
kebebasan
bersikap.
Perkembangan
sistem
nilai personal merupakan proses yang bertahap membuktikan nilai otonom terjadi
relatif lambat pada remaja usia 18-20 tahun. Remaja membutuhkan kemampuan untuk
melihat perkembangan nilai. Mereka juga butuh perhatian, dimana seseorang akan
mendengarkan jika ia memimpikan sesuatu yang menakutkan dan saat ia mendapatkan
tekanan.
Pada remaja awal, anak perempuan cenderung bermain dengan teman sejenisnya
begitupun sebaliknya. Mereka dapat pula diidentifikasikan berdasarkan pakaian yang
mereka gunakan. Remaja juga memperhatikan adanya perbedaan dan penyebabnya.
Remaja dengan perbedaan sosio ekonomi, bangsa atau latar budaya dapat membentuk
kelompok. Perilaku ini mungkin merupakan kebutuhan remaja untuk membentuk
identitas diri. Mereka suka berkelompok karena adanya pemikiran yang sama diantara
mereka ..
e. Perkembangan moral
Anak remaja dan anak yang lebih tua berfungsi pada tingkat konvensional pada
alasan moral di mana batasan moral yang absolut terlihat pada pancaran dari kekuasaan
seperti orangtua dan guru (Kohlberg,1972).
f. Perkembangan spiritual
Keyakinan beragama menjadi lebih abstrak dan dijadikan prinsip selama usia
remaja. Remaja percaya untuk lebih diorientasikan menuju hal-hal ritual praktek,
dan pengawasan ketat pada kebiasaan atau kegiatan religius.
g. Perkembangan psikososial
Memasuki tahap Identityt vs Role confusion. Merupakan masa banyak terjadi
perubahan fisik. Irama suasana hati mudah berubah, remaja mencoba peran dan
memberontak tanpa pertimbangan perilaku normal dipelajari.
Peran yang membingungkan terjadi ketika remaja tidak dapat menetapkan identitas dan
arah pengertiannya. Empat hal penting yang harus dicapai untuk membentuk identitas diri
yaitu:
1. Menerima apa adanya perubahan pda body image.
2. Menetapkan sistem nilai yang sesuai dengan harapan.
3. Membuat keputusan.
4. Mendapatkan kebebasan dari orang tua.
h. Masalah-masalah khusus pada remaja
Menurut hasil survei pemeriksaan kesehatan
nasional
tahun
1966-1970
menunjukkan bahwa remaja usia 12-17 tahun yang diduga sehat, 20 % nya mula-mula
mempunyai masalah kesehatan yang tidak terdiagnosa. Masalah ini terutama
berhubungan dengan pertumbuhan dan pematangan yang cepat. Masalah-masalah ini
antara lain adalah kekerasan, seperti kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri, penyakit
yang ditularkan melalui hubungan seksual, serta tingkah laku merusak kesehatan seperti
merokok, marijuana, dan penyalahgunaan alkohol serta obat-obatan. Gangguan pola
makan seperti anoreksi nervousa, dan bulimia, serta masalah psikologis dengan teman,
keluarga, dan masyarakat. Dan juga masalah-masalah yang berhubungan dengan tahaptahap perkembangan biologis dari remaja.
dasar seperti menarik badannya pada posisi duduk dan merangkak sebelum anak mampu
berjalan, yang berhubungan dengan tanpa melihat usianya1.
Terapi fisik hanya merupakan satu elemen dari program perkembangan bayi selain juga
meliputi usaha untuk menyediakan satu lingkungan yang bervariasi dan dapat menstimulasi
perkembangan motorik anak. Anak CP juga membutuhkan pengalaman baru dan interaksi
dengan lingkungan disekitarnya dalam upaya pembelajaran. Program stimulasi dapat
memberikan pengalaman yang bervariasi pada anak yang secara fisik tidak memungkinkan untuk
bereksplorasi1.
Pada saat anak CP mencapai usia sekolah, penekanan terapi bergeser dari perkembangan
motorik dini. Usaha sekarang ditujukan pada persiapan anak untuk masuk sekolah, membantu
anak untuk membangun aktivitas harian rutin, dan memaksimalkan kemampuan anak untuk
berkomunikasi1.
Terapi fisik saat ini dapat membantu anak CP mempersiapkan sekolah dengan
meningkatkan kemampuan untuk duduk, bergerak leluasa atau dengan kursi roda, atau
melakukan tugas misalnya menulis. Pada terapi okupasi, terapis bekerja dengan anak untuk
mengembangkan kemampuan makan, berpakaian, atau menggunakan kamar mandi. Hal ini akan
menurunkan kebutuhan pada pengasuh dan mempertinggi kepercayaan pada diri sendiri. Untuk
anak yang mengalami kesulitan berkomunikasi, terapi wicara bekerja untuk mengidentifikasi
kesulitan spesifik dan membawa mereka dalam program latihan, menggunakan alat komunikasi
khusus, misalnya komputer dengan suara1.
Terapi perilaku merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan kemampuan anak. Terapi
ini, menggunakan teori dan tehnik psikologi, yang dapat melengkapi terapi fisik, bicara dan
okupasi. Sebagai contoh, terapi perilaku meliputi menyembunyikan boneka dalam kotak dengan
harapan anak dapat belajar bagaimana meraih kotak dengan menggunakan tangan yang lebih
lemah. Seperti anak belajar untuk berkata dengan huruf depan b dapat menggunakan balon untuk
menciptakan kata tersebut. Pada kasus yang lain, terapis dapat mencoba menghindari perilaku
yang tidak menguntungkan atau perilaku merusak, misalnya menarik rambut atau menggigit,
dengan menunjukkan hadiah pada anak yang menunjukkan aktivitas yang baik1.
Pada saat anak CP tumbuh lanjut, kebutuhan mereka untuk dan tipe terapi dan pelayanan
bantuan lain akan berlanjut dan berubah. Terapi fisik berkelanjutan berdasarkan masalah
pergerakan dan disuplementasi dengan latihan vokal, rekreasi dan program yang menyenangkan,
dan edukasi khusus jika diperlukan. Konseling untuk perubahan emosi dan psikologis dapat
dibutuhkan pada setiap usia, tetapi paling sering pada masa remaja. Tergantung pada kemampuan
fisik dan intelektual, orang dewasa mungkin membutuhkan pengasuh yang peduli, akomodasi
hidup, transportasi atau pekerjaan1.
Dengan tanpa memandang usia dan bentuk terapi yang digunakan, terapi tidak berhenti
saat penderit keluar dari ruangan terapi. Pada kenyataannya, sebagian besar pekerjaan sering
dilakukan di rumah. Terapis berfungsi sebagai pelatih, menyiapkan orang tua dan penderita
dengan strategi dan melatihnya dimana dapat membantu meningkatkan penampilan di rumah,
sekolah dan dimasyarakat1.
Alat Mekanik
Mulai dengan bentuk yang sederhana misalnya sepatu velcro atau bentuk yang canggih seperti
alat komunikasi komputer, mesin khusus dan alat yang diletakkan dirumah, sekolah dan tempat
kerja dapat membantu anak atau dewasa dengan CP untuk menutupi keterbatasannya1.
Komputer merupakan contoh yang canggih sebagai alat baru yang dapat membuat
perubahan yang bermakna dalam kehidupan penderita CP. Sebagai contoh, anak yang tidak dapat
berbicara atau menulis tetapi dapat membuat gerakan dengan kepala mungkin dapat belajar
untuk mengendalikan komputer dengan menggunakan pointer lampu khusus yang diletakkan di
ikat kepala. Dengan dilengkapi dengan komputer dan sintesiser suara, anak akan berkomunikasi
dengan orang lain. Pada kasus lain, tehnologi telah mendukung penemuan versi baru dari alat
lama, misalnya kursi roda tradisional dan bentuk yang lebih baru yang dapat berjalan dengan
menggunakan listrik1.
Terapi Medikamentosa
Untuk penderita CP yang disertai kejang, dokter dapat memberi obat anti kejang yang terbukti
efektif untuk mencegah terjadinya kejang ulangan. obat yang diberikan secara individual dipilih
berdasarkan tipe kejang, karena tidak ada satu obat yang dapat mengontrol semua tipe kejang.
Bagaimanapun juga, orang yang berbeda walaupun dengan tipe kejang yang sama dapat
membaik dengan obat yang berbeda, dan banyak orang mungkin membutuhkan terapi kombinasi
dari dua atau lebih macam obat untuk mencapai efektivitas pengontrolan kejang.
Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi spastisitas pada penderita CP adalah1:
1. Diazepam
Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada anak usia <6 bulan tidak
direkomendasikan, sedangkan pada anak usia >6 bulan diberikan dengan dosis 0,12 0,8
mg/Kg4/hari per oral dibagi dalam 6 8 jam, dan tidak melebihi 10 mg/dosis
2. Baclofen
Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari medula spinalis yang akan
menyebabkan kontraksi otot. Dosis obat yang dianjurkan pada penderita CP adalah sebagai
berikut:
2 7 tahun:
Dosis 10 40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 4 dosis. Dosis dimulai 2,5 5 mg per
oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 15 mg/hari, maksimal 40 mg/hari
8 11 tahun:
Dosis 10 60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis. Dosis dimulai 2,5 5 mg per oral
3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 15 mg/hari, maksimal 60 mg/hari
> 12 tahun:
Dosis 20 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis. Dosis dimulai 5 mg per oral 3
kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80 mg/hari
3. Dantrolene
Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi otot sehingga kontraksi otot tidak
bekerja. Dosis yang dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari, maksimal 40 mg/hari
Obat-obatan tersebut diatas akan menurunkan spastisitas untuk periode singkat, tetapi
untuk penggunaan jangka waktu panjang belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Obat- obatan
tersebut dapat menimbulkan efek samping, misalnya mengantuk, dan efek jangka panjang pada
sistem saraf yang sedang berkembang belum jelas. Satu solusi untuk menghindari efek samping
adalah dengan mengeksplorasi cara baru untuk memberi obat- obat tersebut1.
Penderita dengan CP atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-obatan yang dapat
membantu menurunkan gerakan-gerakan abnormal. Obat yang sering digunakan termasuk
golongan antikolinergik, bekerja dengan menurunkan aktivitas acetilkoline yang merupakan
bahan kimia messenger yang akan menunjang hubungan antar sel otak dan mencetuskan
terjadinya kontraksi otot. Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidyl, benztropine dan
procyclidine hydrochloride1.
Baclofen merupakan GABA agonis yang diberikan secara intratekal melalui pompa yang
ditanam akan sangat membantu penderita dalam mengatasi kekakuan otot berat yang sangat
mengganggu fungsi normal tubuh . Karena Baclofen tidak dapat menembus 4B secara efektif,
obat oral dalam dosis tinggi diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan jika
dibandingkan dengan cara pemberian intratekal. Dijumpai penderita dengan baclofen oral akan
tampak letargik1.
Baclofen intratekal diberikan pertama kali sejak tahun 1980 sebagai obat untuk
mengendalikan spasme otot berat akibat trauma pada tulang belakang. Sejak tahun 1990, metode
pengobatan ini mulai digunakan untuk koreksi pada penderita CP dan menunjukkan efikasi yang
baik1.
Terapi Bedah
Pembedahan sering direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan menyebabkan masalah
pergerakan berat. Dokter bedah akan mengukur panjang otot dan tendon, menentukan dengan
tepat otot mana yang bermasalah. Menentukan otot yang bermasalah merupakan hal yang sulit,
berjalan dengan cara berjalan yang benar, membutuhkan lebih dari 30 otot utama yang bekerja
secara tepat pada waktu yang tepat dan dengan kekuatan yang tepat. Masalah pada satu otot
dapat menyebabkan cara berjalan abnormal. Lebih jauh lagi, penyesuaian tubuh terhadap otot
yang bermasalah dapat tidak tepat. Alat baru yang dapat memungkinkan dokter untuk melakukan
analisis gait. Analisis gait menggunakan kamera yang merekam saat penderita berjalan,
komputer akan menganalisis tiap bagian gait penderita. Dengan menggunakan data tersebut,
dokter akan lebih baik dalam melakukan upaya intervensi dan mengkoreksi masalah yang
sesungguhnya. Mereka juga menggunakan analisis gait untuk memeriksa hasil operasi1.
Oleh karena pemanjangan otot akan menyebabkan otot tersebut lebih lemah, pembedahan
untuk koreksi kontraktur selalu diamati selama beberapa bulan setelah operasi. Karena hal
tersebut, dokter berusaha untuk menentukan semua otot yang terkena pada satu waktu jika
memungkinkan atau jika lebih dari satu produser pembedahan tidak dapat dihindarkan, mereka
dapat mencopba untuk menjadwalkan operasi yang terkait secara bersama-sama1.
Teknik kedua pembedahan, yang dikenal dengan selektif dorsal root rhizotomy, ditujukan
untuk menurunkan spastisitas pada otot tungkai dengan menurunkan jumlah stimulasi yang
mencapai otot tungkai melalui saraf. Dalam prosedur tersebut, dokter berupaya melokalisir dan
memilih untuk memotong saraf yang terlalu dominan yang mengontrol otot tungkai. walaupun
Daftar pustaka
Alvian R. 2012. Pendekatan Brain Based Learning untuk meningkatkan prestasi belajar IPA
anak
cerebral
palsy.
Available
from:
eprints.uny.ac.id/9555/2/bab%202%20-
%2005103241017.pdf
Hardjono S, Sulaiman I, Moersintowarti B.N. Gagal Tumbuh (Failure To Thrive).Continuing
Education Ilmu Kesehatan Anak No. 32, Oktober 2002
Jan MMS. Cerebral Palsy: Comprehensive Review and Update. Ann Saudi Med
2006;26(2):123-132
Kurniasih, Dedeh. Panduan Tumbuh Kembang Bayi usia 1-12 bulan. Penyunting:
RiniSekartini.
Latif S. 2010. Cerebral palsy in children and young people. Available from:
https://www.cerebra.org.uk/SiteCollectionDocuments/CP%20brief.pdf
Mardiani E. 2006. Faktor-Faktor Risiko Prenatal dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy.
Universitas Diponegoro: Semarang.
Narendra MB, suryawan A, irwanto. 2006. Naskah lengkap continuing education ilmu
kesehatan anak XXXVI penyimpangan tumbuh kembang anak. bag/SMF ilmu kesehatan anak
FK UNAIR. Surabaya.
Reddihough DS, Collins KJ. The epidemiology and causes of cerebral palsy. Australian
Journal of Physiotherapy 49: 7-12
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Ed, Gde Ranuh. Penerbit buku kedokteranEGC; \
Jakarta, 1995: 1-31, 37-42, 63-65