Anda di halaman 1dari 6

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

SURVEY GEODESI

APRIL 2007

D E P A R T E M E N

P E K E R J A A N

U M U M

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA


D I R E K T O R A T

B I N A

T E K N I K

Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110

POS Survey Geodesi

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR


SURVEY GEODESI

I.

Maksud
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan pemetaan situasi sekitar
lokasi jembatan terpilih.

II.

Ruang Lingkup
Prosedur ini memuat survey topografi dilakukan sepanjang lokasi as jalan pada
jembatan yang sesuai dengan rencana lokasi jembatan yang dikehendaki, pertimbangan
lokasi jembatan didasarkan rekomendasi dari Studi Kelayakan.

III. Acuan
Dokumen kontrak
IV. Pihak yang Terkait/terlibat
A. Pemberi tugas (owner)
B. Penyedia Jasa
 Team leader
 Geodetic Engineer
 Surveyor
V. Prosedur
A. Surat Ijin Survey
1. Pengajuan lokasi, jenis survey, jumlah dan waktu pelaksanaan survey oleh
engineer kepada Team Leader untuk mendapatkan masukan dan persetujuan
2. Hasil persetujuan dari Team Leader, selanjutnya mengajukan ijin survey ke
pemberi tugas berikut tanggal, jenis, jumlah dan lokasi pelaksanaan survey
3. Setelah persetujuan survey oleh pemberi tugas, selanjutnya pemberi tugas
membuat surat pemberitahuan kepada instansi yang terkait dengan pelaksanaan
survey yang akan dibawa oleh pelaksana survey
B. Pelaksanaan Survey
1. Pekerjaan Perintisan :
a. Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah yang
akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar.
b. Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak dan
sebagainya.
c. Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas peta topografi
atau atas petunjuk Kepala Satuan Kerja / Project officer.
2. Pekerjaan pengukuran :
a. Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat yang baik
yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar hasil pemeriksaan alat
tersebut.
b. Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman, dibuat
titik tetap (BM) yang diambil dari titik triangulasi atau lokal.
c. Awal dan akhir proyek hendaknya diikatkan pada titik- titik tetap (BM).
d. Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan sepanjang rencana
as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan mengadakan pengukuranpengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan sungai dan jalan lain
sehingga memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang
ditentukan.
Subdit Teknik Jembatan

Hal : 1/ 5

POS Survey Geodesi

1). Pengukuran Titik Kontrol Horizontal


a). Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk polygon tertutup.
b). Sisi polygon atau jarak antara titik polygon maksimal 100 meter diukur
dengan peges ukur (meteran)
c). Patok-patok untuk titik-titik polygon adalah patok kayu, sedang patokpatok untuk titik ikat adalah dari beton.
d). Sudut-sudut polygon diukur dengan alatukur Theodolit jenis Wild-T2.
e). Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama
dengan alat pengukuran polygon, jaraknya diukur dengan pegas
(meteran) / jarak langsung, Ketelitian polygon adalah sebagai berikut:
 Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 kali akar jumlah
titik poligon.
 Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek, dan pada
setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik polygon) pada titik akhir
pengukuran.
 Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4 biasa
dan 4 luar biasa).
2). Pengukuran Titik Vertikal
a). Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian adalah cukup
dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang setingkat.
b). Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand
dilakukan 2 (dua) berdiri alat, dengan perbedaan pembacaan
maksimum 2 mm.
c). Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti
pembagian skala jelas dan sama.
d). Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan benang atas,
tengah dan bawah.
e). Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB),
mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB
f). Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D.
g). Referensi leveling menggunakan referensi koordinat geografis.
3). Pengukuran Situasi
a). Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To).
b). Ketelitian alat yang dipakai adalah 10
c). Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup
semua keterangan yang ada di daerah tersebut.
d). Untuk tempat tempat jembatn atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus).
e). Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur
jalan perlu diberi tanda di atas peta dan dan di photo (jenis dan lokasi
material).
4). Pengukuran Penampang Memanjang
a). Pengukuran Penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu
rencana jalan.
b). Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain yang
mempunyai ketelitian yang sama.
5). Pengukuran Penampang Melintang
a). Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai
di buat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan / pegunungan
setiap 25 m.
b). Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m dan
kearah dalam 75 m.
Subdit Teknik Jembatan

Hal : 2/ 5

POS Survey Geodesi

c). Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke kanan as


jalan.
d). Khusus untuk perpotongan dengan sungai / jalan dilakukan dengan
ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus).
e). Alat yang digunakan adalah sejenis Wild To.
6). Pengukuran Khusus Jembatan
a). Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup
semua keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan dan jembatan
misalnya: ruamah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan pinggir
selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang
telepon, batas-batas bangunan jembatan, batas sawah, batas kebun,
arah aliran air dan lain sebagainya.
b). Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung
koordinatnya. Ini maksudnya untuk memperbanyak titik referensi pada
penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.
c). Daerah yang diukur 200 meter panjang masing- masing oprit
jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai,
50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ.
d). Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To.
7). Pemasangan Patok Patok
a). Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus dipasang
pada awal / akhir 2 (dua) buah dan pada patok antara dipasang
dengan interval 1 km dan berpotongan rencana jalan dengan sungai 2
buah seberang meneberang.
b). Patok beton tersebut harus ditanam kedalam tanah sepanjang kurang
lebih 45 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 15 cm).
c). Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut.
d). Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohonpohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu
misalnya . (nomor urut / 2003).
e). Patok polygon maupun patok stasion diberi tanda cat kuning dengan
tulisn hitam yang diletakan di sebelah kiri
ke arah jalannya
pengukuran.
f). Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di sumbu
jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda.
8). Perhitungan dan Pengambaran Peta
a). Perhitungan koordinat polygon utama didasarkan pada titik titik ikat
yang dipergunakan.
b). Penggambaran titik titik polygon harus didasarkan pada hasil
perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis.
c). Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas millimeter
dengan skala 1:1000 untuk situasi jalan, skala 1:500 untuk situasi
jembatan.
d). Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula
semua keterangan keterangan yang penting. Ketinggian titik tersebut
perlu dicatumkan.
C. Pelaporan
Laporan Akhir Survey Tofografi harus mencakup sekurang-kurangnya pembahasan
mengenai hal-hal berikut:
1. Data proyek.
2. Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota
besar terdekat.
Subdit Teknik Jembatan

Hal : 3/ 5

POS Survey Geodesi

3.
4.
5.

Kondisi morfologi sepanjang lokasi


Kondisi badan jalan yang ada sepanjang trase jalan
Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran
batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan
standar pewarnaan geologi dan diberi notasi
6. Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil
diskripsi secara visual.
7. Penyebaran jenis tanah sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran tanah
disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar
pewarnaan geologi dan diberi notasi.
8. Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng.
9. Analisis longsoran sepanjang trase jalan
10. Sumber bahan konstruksi jalan (jenisnya dan perkiraan volume cadangan).
11. Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb.) beserta lokasinya.
12. Rekomendasi

VI.

Check List Kegiatan


a. Penetapan lokasi
surveyi pada peta

dan

Pihak yag terlibat


B
c
d
x
x

jenis didiskusikan
disetujui

dan disetujui

c. Pembuatan surat ijin survey ke disetujui


instansi terkait

b. Persetujuan ijin, lokasi


tanggal pelaksanaan survey

d. Persiapan kebutuhan peralatan, dilakukan


formulir dan personil
e. Pelaksanaan survey sesuai lokasi
dilakukan
yang ditentukan
Pengisian data ke formulir yang
dilakukan
sesuai
Pengambilan sample
dilakukan
Pengambilan foto survey
dilakukan
f. Pengujian Laboratorium sampel
dilakukan
tanah
g. Pembuatan laporan pelaksanaan
survey

dilakukan

x
x
x
x

x
x
x

Catatan:
Pihak yang terkait adalah:
a. Koordinator Survey Lapangan
b. Engineer
c. Team Leader
d. Pemberi tugas

Subdit Teknik Jembatan

Hal : 4/ 5

POS Survey Geodesi

Bagan Alir (Flowchart)

Engineer

Pengusulan Survey
dan lokasi

Team Leader

Pemberi Tugas

Instansi terkait

memenuhi
persyaratan

Pengajuan tanggal
pelaksanaan survey

Pembuatan surat ijin ke


instansi terkait

surat ijin ke instansi


terkait

Pelaksanaan survey

Pengujuan sampel di
laboratorium

Pembuatan Laporan

Subdit Teknik Jembatan

Hal : 5/ 5

Anda mungkin juga menyukai