Anda di halaman 1dari 19

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.

php/read/cetak/2013/02/23/216152/Untung-Rugi-UangKuliah-Tunggal
Untung Rugi Uang Kuliah Tunggal
o

Oleh Abdul Arif

Beberapa waktu lalu, Direktorat Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) menerbitkan surat edaran
untuk para pimpinan perguruan tinggi negeri (PTN) se-Indonesia. Surat bernomor 97/E/KU/2013
itu berisi dua poin penting yang harus dilaksanakan PTN tahun ini.
Dalam surat itu disebutkan, PTN harus menghapus uang pangkal dan melaksanakan uang kuliah
tunggal (UKT) bagi mahasiswa baru S1 reguler mulai tahun akademik 2013/2014.
Sebenarnya hal itu sudah lama disosialisasikan. Untuk penghapusan uang pangkal bagi
mahasiswa, banyak PTN yang siap melaksanakan. Asumsinya, penerimaan uang pangkal yang
biasa ditarik PTN di awal semester bisa ditutup dengan Bantuan Operasional PTN (BOPTN)
yang akan digelontorkan pemerintah dalam waktu dekat ini. Namun, untuk melaksanakan UKT,
masih menuai pro kontra.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendibud) M Nuh mengatakan, UKT akan meringankan
mahasiswa (Kompas, 8/2). Menurutnya, biaya yang dibebankan kampus kepada mahasiswa
terlalu banyak. Selama ini, selain biaya kuliah semesteran, mahasiswa juga masih harus
membayar berbagai sumbangan seperti pembangunan, praktikum dan sebagainya.
Selain itu, dengan model UKT, sistem kontrol juga mudah dilakukan. Model UKT dilakukan
dalam satuan biaya tertentu sesuai prodi dan letak wilayah masing-masing PTN. Nominalnya
ditentukan dengan cara menjumlahkan semua biaya yang dibutuhkan mahasiswa dibagi dengan
masa studi (8 semester). Karena pembayaran hanya satu pos saja, aliran dana lebih mudah
dikendalikan.
Keuntungan lainnya, sebagaimana diungkapkan Pembantu Rektor (PR) II Universitas Negeri Semarang (Unnes) Wahyono, model UKT menjamin biaya kuliah mahasiswa tetap selama studi
(SM, 14/2).
Sementara itu, penerapan model UKT juga dinilai merugikan PTN dan mahasiswa. Menurut PR
II Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Nizal Ali penerapan UKT akan berdampak
pada penerimaan PT pada tahun pertama dan kedua secara signifikan. PTN akan mengalami kerugian pada kisaran angka Rp 50 miliar - Rp 200 miliar, tergantung banyak sedikitnya
mahasiswa.
Tetap Mahal
Jika dilihat secara cermat, penerapan UKT sebenarnya tak jauh beda dari pembiayaan
sebelumnya. Biaya UKT dihitung dari total biaya yang dibutuhkan mahasiswa selama studi. Itu

sama halnya mahasiswa membayar SPP dan sumbangan-sumbangan lainnya. Hanya saja
dilakukan secara global.
Untuk saat ini, semua PTN masih dalam tahap penentuan kisaran biaya UKT masing-masing
untuk disetujui Dirjen Dikti. Bambang Triatmodjo dalam opininya Uang Kuliah Tunggal
menengarai PTN akan menentukan UKT sesuai dengan biaya yang sudah berjalan selama ini.
Biaya kuliah yang telanjur mahal ditambah dengan uang pangkal yang tinggi akan dipukul rata
agar terlihat kecil (Kompas, 19/2). Jika hal tersebut benar-benar dilakukan, mimpi untuk
mewujudkan UKT murah tidak akan terlaksana.
Masyarakat Indonesia sangat bervariasi dalam hal ekonomi. Jika nominal UKT disamaratakan
akan terjadi ketimpangan besar. Kebijakan penerapan UKT untuk PTN justru menguntungkan
masyarakat menengah ke atas. Mahasiswa dari kalangan tidak mampu akan membayar biaya
kuliah yang sama dengan mahasiswa menengah ke atas. Hal ini justru tidak adil dan
memberatkan masyarakat yang tidak mampu.
Jika yang terjadi seperti itu, UKT justru tidak sesuai dengan apa yang diamanatkan Undang-undang Pendidikan Tinggi (UUPT). Pasal 74 ayat 1 menyebutkan, PTN wajib mencari dan
menjaring calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi tetapi kurang mampu secara
ekonomi minimal 20% dari seluruh mahasiswa baru di semua prodi. Penerapan UKT justru
bertolak belakang dari komitmen itu.
Mahasiswa yang kurang mampu seharusnya mendapat perlakuan berbeda. Seharusnya dilakukan
subsidi silang agar mereka tidak terlalu terbebani. Namun, pemberian subsidi tak mungkin
dilakukan karena tidak mungkin melebihi anggaran BOPTN yang sudah ditentukan, yaitu Rp 2,7
triliun.
Sayangnya, dalam waktu dekat ini nominal UKT akan diumumkan oleh Dirjen Dikti. Maka,
solusi bijak yang perlu dilakukan PTN adalah memaksimalkan anggaran BOPTN untuk meringankan beban mahasiswa. PTN harus merelakan pos-pos anggaran yang memiliki prioritas
rendah untuk menekan nominal UKT bagi mahasiswa kurang mampu. (24)
Abdul Arif, Pemimpin Umum Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat, mahasiswa Tadris
Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-ukt
Oleh: Prof Dr Jamal Wiwoho, SH, MHum
Dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Tinggi beberapa tahun terakhir ini mendapat sorotan
tajam dari publik. Ada beberapa hal yang sering "dikeluhkan" antara lain: belum meratanya
sistem pendidikan tinggi di Jawa dengan luar Jawa; lulusan Perguruan Tinggi yang belum siap
kerja; lamanya masa tunggu setelah menyelesaikan studi sampai mendapatkan pekerjaan, sarana
dan prasarana yang belum cukup memadahi. Disamping itu, secara akademik belum cukup
banyak dosen bergelar doktor apalagi profesor; kemampuan bahasa asing yang kurang

memadahi; belum kuatnya budaya menulis bagi dosen di berbagai jurnal; cukup banyak laporan
penelitian yang hanya sekedar memenuhi ketentuan formal dan memburu selesainya laporan
penelitian tanpa mempertimbangkan tindak lanjut dari penelitian tersebut dll. Sorotan yang tidak
kalah tajam, selain itu adalah adanya pandangan publik atas isu komersialisasi pendidikan,
sehingga pendidikan di PTN diidentikkan dengan membayar mahal dan hanya orang kaya saja
yang mendapatkan akses pendidikan, sedangkan orang miskin sulit untuk merealisasi citacitanya untuk menjadi sarjana atau ahli madya.
Untuk membuktikan bahwa pendidikan itu sangat terbuka bagi setiap warga negara sebagai
realisasi dari Pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak
atas pendidikan. Oleh karena itu berbagai terobosan dilakukan oleh Kementrian Pendidikan
Nasional, antara lain pembebasan seluruh biaya pendidikan dengan memunculkan beasiswa bidik
misi yang menggratiskan seluruh biaya pendidikan dan diberi biaya hidup selama studi
berlangsung. Selain itu dikenal juga kebijakan afirmasi dan kebijakan baru dalam sistem
pembayaran biaya kuliah selama studi berlangsung. Kebijakan baru itu bernama Uang Kuliah
Tunggal yang sering disingkat UKT
Landasan Hukum
Dalam lintasan sejarah, dasar yang dipakai dalam pelaksanaan UKT atau "tussen fee" dimulai
dari adanya surat edaran Dirjen Dikti No 305/E/T/2012 tentang Tarif Uang Kuliah yang
diperbaharui dengan SE Dirjen Dikti No 488/E/T/2012 tentang Uang Kuliah Tunggal dan SE
Dirjen Dikti no 97/E/KU/2012 Tentang Uang Kuliah Tunggal. Walaupun telah ada 3 surat
edaran tersebut ternyata dilapangan hampir semua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) belum
mampu melaksanakan UKT dan hanya beberapa PTN telah melakukan UKT sejak tahun ajaran
baru 2012/2013.
Permasalahan UKT lebih jelas nampak mudah difahami setelah keluarnya Surat Edaran Dirjen
Dikti No 272/E1.1/KU/2013 tertanggal 3 April 2013 tentang Uang Kuliah Tunggal yang
memberikan arah lebih konkrit dan realistis mengenai jenis dan penghitungan serta
pengelompokkan besarnya UKT pada suatu prodi/jurusan/fakultas tertentu. Dalam Surat yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso tersebut disampaikan
agar penetapan UKT memperhatikan berbagai hal, antara lain: Pertama, tarif UKT sebaiknya
dibagi atas 5 kelompok, dari kelompok yang terendah (kelompok 1) sampai kelompok yang
paling tinggi (kelompok 5); Kedua, tarif UKT paling rendah (kelompok 1) rentangnya yang bisa
dijangkau oleh masyarakat tidak mampu (misalnya kuli bangunan, tukang becak, dll) dengan
rentang RP.0- s.d Rp 500.00: Ketiga, paling sedikit 5% dari total mahasiswa yang diterima
membayar UKT kelompok 1; Keempat, untuk kelompok 3 s.d 5 masing-masing membayar UKT
sesuai dengan kemampuan ekonominya, dimana kelompok 5 merupakan kelompok dengan UKT
tertinggi sesuai dengan program studi masing-masing, dan Kelima, paling sedikit ada 5% dari
total mahasiswa yang diterima membayar UKT kelompok 2 dengan rentang Rp 500.000- s.d Rp
1.000.000. Sebagai tindaklanjut dari surat edaran tersebut para Rektor PTN mencoba menggodok
dan mendesign 5 model/penggolongan UKT seperti yang tertuang dalam SE tersebut. Memang
UKT hanya untuk jenjang program Sarjana dan Diploma program reguler dan/atau non reguler
bagi mahasiswa baru semester I tahun ajaran 2012/2013 dan baru efektif tahun ajaran 2013/2014
dengan komponen SPP persemester yang diterapkan saat ini, Sumbangan Pengembangan

Institusi (SPI) atau Biaya Pengembangan Institusi (BPI) atau uang pangkal serta pungutanpungutan lain selain SPP yang berhubungan dengan mahasiswa, seperti uang ujian masuk, kartu
mahasiswa, uang praktikum, uang jaket, uang asuransi, biaya wisuda, uang ujian akhir, uang
bimbingan skripsi, kuliah kerja nyata (KKN), biaya magang mahasiswa, biaya kegiatan
mahasiswa, biaya perpustakaan, biaya pada unit-unit kegiatan mahasiswa dan lain-lain.
Sebagai upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam implementasi model baru
pembayaran biaya kuliah tersebut maka keluarlah Permendiknas Nomor 55 Tahun 2013
tertanggal 23 Mei 2013 yang mengatur tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan Uang Kuliah
Tunggal (UKT) pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkunan Kementrian Pendidikan Nasional.
Hakekat dari Permendiknas tersebut adalah menindaklanjuti secara riil dan kongkrit atas usul
UKT yang telah disusun oleh 94 (sembilan puluh empat) PTN (yang akhirnya termuat dalam
lampiran Permendiknas tersebut) dan memberikan informasi segera kepada publik tentang pola
dan besaran UKT yang diperlakukan setiap prodi pada jenjang. Dalam Permendiknas tersebut
dinyatakan bahwa BKT digunakan sebagai dasar penetapan biaya yang dibebankan kepada
mahasiswa, masyarakat dan pemerintah. Sementara itu UKT merupakan sebagian dari biaya
kuliah tunggal yang ditanggung oleh mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya. Dasar
penyusunan BKT tersebut sesuai dengan amanah Pasal 88 UU No 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi dimana Pasal 88 ayat (1) menyatakan "Pemerintah menetapkan standar satuan
biaya operational Pendidikan Tinggi secara periodik dengan mempertimbangkan a. capaian
Standar Nasional Pendidikan Tinggi, b. jenis program studi,dan c. indeks kemahalan wilayah.
Sedangkan dasar penyusunan UKT sesuai dengan amanah UU Pendidikan Tinggi khususnya
Pasal 88 ayat (3) yang menyatakan bahwa standar satuan biaya sebagai dimaksud dalam ayat( 2)
digunakan sebagai dasar oleh PTN untuk menetapkan biaya yang ditanggung mahasiswa; ayat
(4) biaya yang ditanggung oleh mahasiswa harus sesuai dengan kemampuan ekonomi
mahasiswa, orang tua, atau pihak lain yang membiayai. Penyusunan Permendinas No 55 tahun
2013 tersebut sesuai dengan amanah Pasal 88 ayat (5) UU 12 Tahun 2012 yang menyatakan
ketentuan lebih lanjut mengenai standar satuan biaya operational Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Disamping BKT dan UKT tersebut UU Pendidikan Tinggi juga memperkenalkan Bantuan
Operational Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) sesuai dengan Pasal 98 ayat (5) dan ayat (6)
yang menyatakan bahwa "Pemerintah mengalokasikan dana bantuan operational PTN dari
anggaran fungsi Pendidikan dan Pemerintah mengalokasikan paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari dana sebagaimana dimaksud pada ayat (5) -Biaya Operasional Perguruan Tinggi
Negeri untuk dana penelitian Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta
(PTS). Harapannya dengan adanya BOPTN tersebut maka secara logika maka uang kuliah yang
ditanggung oleh mahasiswa semakin lama semakin kecil dengan memperhatikan masyarakat
yang tidak mampu (afirmasi), subsidi silang (karena yang kaya mensubsidi yang miskin) dan
dengan pengendalian biaya yang tepat.
Banyak Manfaat Dengan Berlakunya UKT
Dengan adanya UKT , maka biaya yang dibayar mahasiswa akan mudah dikendalikan jika
dikumpulkan jadi satu menjadi satu ( UKT) dan dengan adanya BOPTN membuat total biaya
yang harus dibayar oleh mahasiswa (UKT) akan turun, karena BOPTN mengurangi biaya

pendidikan yang ditangung oleh mahasiswa, serta dengan BOPTN kegiatan penelelitian dan
pengabdian kepada masyarakat semakin meningkat dan diharapkan akan melahirkan penelitipeneliti yang output nya dapat disebarluaskan melalui jurnal-jurnal nasional terakrefitasi maupun
jurnal internasional yang terindeks. Manfaat lainnya dari UKT mutu layanan kepada mahasiswa
dapat ditingkatkan, karena dengan menggabungkan semua biaya yang harus ditanggung
mahasiswa menjadi UKT maka pengelolaannya menjadi semakin mudah. Disamping hal hal
tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. UKT secara umum merupakan suatu
kebijakan untuk menepis anggapan mahalnya biaya kuliah di PTN karena meringankan beban
mahasiswa terhadap pembiayaan selama menempuh program studi. 2. UKT juga memberikan
kepastian kepada mahasiswa, orang tua atau para pihak yang membiayai mahasiswa seberapa
besar dana yang harus disiapkan sampai lulus kuliah. 3. Dengan adanya UKT dapat dicegah
adanya berbagai pungutan yang tidak jelas dan dilakukan oleh oknum-oknum
prodi/jurusan/fakultas/universitas. 4. UKT mendidik para penyelengara PTN (Rektor, Pembantu
Rektor, Dekan, Pembantu Dekan, Ketua/sekretaris bagian/jurusan/prodi untuk membuat
perencanaan penganggaran /keuangan yang tepat, transparan dan akuntabel seberapa besar biaya
kuliah dan uang kuliah selama mahasiswa menempuh studi; dan 5. UKT sebagai sebuah sistem
pembayaran kuliah mahasiswa sebagai implementasi dari UU Pendidikan Tinggi telah mampu
merealisasi suatu prinsip ability to pay sebuah prinsip keadilan yang tak terbantahkan
keberlakuannya.
Mengakhiri tulisan ini, jika semua pihak yang terkait dengan pemberlakuan UKT tersebut mau
dan mampu mengimplementasikan pemberlakuan UKT secara baik dan benar maka penulis
meyakini bahwa UKT akan menghadirkan sebuah sistem pembayaran kuliah bagi mahasiswa
PTN di seluruh Indonesia yang jauh dari kesan mahal, membebani mahasiswa, orang tua dan
pihak-pihak yang membiayai mahasiswa serta komersialisasi Pendididikan Tinggi. Semoga..
***
Penulis adalah dosen S1,S2, S3 Fakultas Hukum dan Pembantu Rektor II Universitas Sebelas
Maret Surakarta
http://www.fib.undip.ac.id/19-berita/207-apa-itu-uang-kuliah-tunggal
Apa itu ukt
semarang.undip.ac.id - Uang Kuliah Tunggal atau yang biasa disebut dengan UKT adalah
besaran biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa pada setiap semester. UKT sendiri dibagi
ke dalam 5 kelompok. Bagi calon mahasiswa baru Universitas Diponegoro tahun akademik
2013/2014 yang orang tua atau penanggung biaya yang mampu secara ekonomi dikenakan
UKT pada kelompok V (lima) Sedangkan bagi yang tidak mampu secara ekonomi dapat
dikenakan UKT pada kelompok lainnya.
Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang berlakukan di Universitas Diponegoro dan
Perguruan Tinggi Negeri Lainnya di Indonesia adalah kebijakan yang ditujukan untuk lebih
membantu dan meringankan biaya pendidikan mahasiswa. Penetapan uang kuliah tunggal

memberikan kemudahan untuk memprediksi pengeluaran biaya kuliah mahasiswa tiap semester
dan dipastikan tidak ada biaya tambahan lain-lain lagi.

Undip dalam menetapkan biaya UKT didasarkan pada kebutuhan komponen biaya yang
diperlukan selama mahasiswa belajar dalam 8 Semester. besar kecilnya biaya yang dikeluarkan
juga mengikuti besar kecilnya kebutuhan seperti biaya praktikum di masing-masing program
studi.
Prodi Matematika, Manajemen dan Akuntansi di Undip maksimal 7,5 juta. Sedangkan untuk
Prodi Pertanian dan Peternakan maksimal 5 juta, FIB maksimal 5,5 juta, Fisip maksimal 6.
250.000. Berkaitan dengan UKT ini Undip memberikan kemungkinan untuk pembayaran biaya
Rp. 0,- terutama bagi mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi, tentunya dengan dibuktikan
data dan persyaratan dari pihak yang berwenang, disinilah letak kelebihan UKT, dimana prinsip
subsidi silang UKT yang didasarkan pada kondisi sosial ekonomi orang tua / wali mahasiswa.
Dalam beberapa kesempatan Rektor Undip Prof.Sudharto P Hadi mengatakan bahwa penetapan
uang kuliah tunggal memberikan kemudahan untuk memprediksi pengeluaran biaya kuliah
mahasiswa tiap semester dan dipastikan tidak ada biaya tambahan lain-lain lagi seperi
Praktikum,
KKN
dan
Wisuda
Prinsip subsidi silang UKT adalah pada jenjang UKT yang didasarkan atas kondisi sosial
ekonomi orang tua/wali mahasiswa. Sedangkan pada sistem lama, subsidi silang didasarkan pada
jalur masuk. Padahal pada jalur SNMPTN tidak semua mahasiswa adalah tidak mampu.
Demikian juga pada jalur SBMPTN dan UM, tidak semua mahasiswa adalah dari kalangan
ekonomi
kuat.
Pemberlakuan UKT di Undip benar-benar menjunjung tinggi rasa keadilan, silahkan bagi yang
tidak mampu untuk mengisi pengajuan pembayaran nilai UKT diluar kategori V, tetapi
semuanya harus diisi dengan jujur dan benar dan itu bisa dilakukan dengan sistem secara On
Line
oleh
wali
calon
mahasiswa
"Memanipulasi data sosial ekonomi untuk mendapatkan UKT yang murah sesungguhnya
memakan hak orang miskin, pendidikan harus didasari kejujuran karena memanipulasi berarti
mengajarkan kepada anaknya untuk dari awal tidak jujur. Saya berharap para orang tua dan wali
mahasiswa yang mampu tidak merasa keberatan untuk membiayai anaknya menimba ilmu di
Undip,
karena
itu
amanah
jelas
Rektor
"Para mahasiswa yang sengaja memalsukan atau diketahui memalsukan data akademik dan
kondisi sosial ekonomi demi mendapatkan bidik misi dan UKT yang rendah akan dibatalkan
kelulusannya" ujarnya.
(Rintu Kaloka/HUMAS)

http://hme.ub.ac.id/berita/1348-dasar-asumsi-uang-kuliah-tunggal-ukt-tahun-2013.html
DASAR ASUMSI UANG KULIAH TUNGGAL (UKT) TAHUN 2013

1. Dasar pemberlakuan uang kuliah tunggal (UKT) adalah Surat Dirjen Pendidikan
Tinggi Nomor : 97/E/KU/2012 tanggal 5 Februari 2013 tentang UKT yang intinya
adalah sbb :
a. Menghapus uang pangkal/SPFP bagi maba program S1reguler mulai tahun akademik
2013/2014
b. Menetapkan dan melaksanakan tarif UKT bagi maba program S1 reguler mulai tahun
akademik 2013/2014.
2. SK Rektor Nomor : 78/SK/2013 tanggal 4 Maret 2013 tentang Penetapan UKT bagi
maba Program S1 jalur SNMPTN.
3. UKT adalah uang kuliah tunggal yang diberlakukan bagi mahasiswa baru mulai
angkatan 2013, dan tidak diberlakukan bagi mahasiswa lama.
4. Sistem penerimaan maba tahun 2013 meliputi :
a. SNMPTN : seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri atau dikenal dengan jalur
undangan (kuota 50 %) Tahun sebelumnya kuota 20%
b. SBMPTN : seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri atau dikenal dengan jalur tes tulis
(kuota 30 %) Tahun sebelumnya kuota 40%
c. SPMK : seleksi minat dan kemampuan khusus atau dikenal dengan jalur tes mandiri (kuota
20%) Tahun sebelumnya kouta 40%
Catatan :
Jalur seleksi (a) SNMPTN disebut program S1 reguler

Jalur seleksi (b) dan (c) disebut program S1 non reguler


Thn sebelumnya (a),(b) reguler, serta (c) non reguler
5. Prinsip dasar penentuan tarif UKT adalah merupakan peleburan semua
tarif/komponen biaya yang diberlakukan pada mahasiswa mulai masuk sebagai
maba sampai wisuda dan dibagi rata dalam 8 semester (asumsi mahasiswa selesai
studi dalam 4 tahun/8 semester)
6. Komponen tarif yang selama ini berlaku di UB dan dilebur menjadi tarif UKT
meliputi :
a. Komponen biaya yang sekali bayar :
- SPFP, ORDIK, ORMAWA, Tes Bahasa Inggris, Tes kesehatan, Perpus, Layanan TI, Jaket
Almamater, dan Wisuda
b. Komponen biaya yang dibayar tiap semester :
-SPP dan DBP serta IOM
Catatan :
RUMUS UKT = (a)/8 + (b)
7. Prinsip dasar bahwa UKT 2013 tidak mengalami kenaikan dibandingkan tarif SPP
tahun 2012 kecuali mempertimbangkan faktor inflasi.
8. Sruktur pembiayaan PTN BLU adalah menganut azas perbandingan sumber
pendanaan sbb :
APBN : 60 % (Pemerintah)
PNBP

: 30 % (SPP/UKT dari mahasiswa dan masyarakat)

USAHA : 10 % (hasil usaha dan kerjasama)


9. Dampak pemberlakuan UKT :
a. Bagi MABA diringankan beban biaya yg dibayarkan pada awal sebagai MABA, karena uang
SPFP (uang gedung), ORDIK/ORMAWA, JAKET, dsb dibayar dalam 8 smt.
b. Bagi MALA dan Organisasi MHS tidak ada pengaruhnya
c. Bagi Penerimaan UB akan mengalami penurunan pada tahun 1,2 dan 3 saat pemberlakuan
UKT

10. Mahasiswa UB dengan tarif UKT tidak dikenakan biaya apapun selama menjadi
mahasiswa UB kecuali UKT yang dibayar tiap semester tsb.
11. Pembayaran UKT saat pendaftaran ulang MABA dibayarkan setahun sekaligus (2
semester), kemudian mulai semester III dibayarkan tiap semester sampai lulus.
12. Berdasarkan data potensi ekonomi orang tua mahasiswa , maka Komposisi
mahasiswa FT UB berdasarkan katagori UKT adalah sbb :
Katagori I

: sekitar 10-20 %

Katagori II

: sekitar 20-40 %

Katagori III

: sekitar 20-40 %

Katagori IV

: sekitar 10 %

Dimungkinkan mengajukan penundaan pembayaran dan keringanan, sesuai data yang


menunjang.
Sumber: File Presentasi Sosialisasi UKT di FT oleh PD2 Teknik

Berikut adalah UKT bagi mahasiswa yang diterima lewat jalur SNMPTN undangan ,
Tahun Ajaran 2013/2014
http://www.fileswap.com/dl/qvLu8ur0XW/Uang-Kuliah-Tunggal-2013-Jalur-Nasional.pdf.html

Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah sebuah sistem pembayaran dimana biaya kuliah mahasiswa
selama satu masa studi di bagi rata per semester (jadi tidak ada lagi uang pangkal). UKT ini
diibaratkan kita beli motor pake cara kredit, tapi tidak ada uang DP awal. Bayarnya rata per
semester. Khas dari UKT, ada mekanisme pengelompokan pembayaran. UKT telah dibuat dalam
permendikbud no 55 tahun 2013, ada beberapa daftar Universitas dengan rincian biayanya. UPI
ada 6 kelompok pembayaran. Kelompok I untuk taraf ekonomi rendah seterusnya sampai
kelompok VI taraf ekonomi tinggi. Kondisinya saat ini, mahasiswa baru dilihat taraf
ekonominya dari data-data siswa yang masuk ke universitas. Baru disesuaikan ke kelompok
pembayaran.

Biaya kuliah Universitas Pendidikan Indonesia - UPI Bandung secara umum dibedakan menjadi
2 bagian pertama Biaya jalur SNMPTN dan SBMPTN, kedua jalur Seleksi Mandiri (SM).
Biaya kuliah jalur SNMPTN dan SBMPTN menggunakan basis uang kuliah tunggal (UKT) yang
berdasarkan penghasilan orang tua. Calon mahasiswa harus mengisi form ketika melakukan

pendaftaran online. Rincian biaya baru akan diketahui ketika peserta SNMPTN atau SBMPTN
dinyatakan lulus dengan login terlebih dalulu untuk melihat rincian biaya tersebut.
Biaya yang dibayarkan tersebut sudah akumulatif per semester tanpa dipungut untuk biaya
lainnya.
Sedangkan biaya pendidikan untuk jalur seleksi mandiri untuk mahasiswa baru pada Tahun
Akademik 2013/2014 terdiri dari komponen sebagai berikut:
1. Registrasi
2. Biaya Penyelenggaraan Pembelajaran. Biaya ini merupakan SPP yang dibayarkan setiap
semester
3. Biaya Pengembangan Fasilitas Dan Mutu Akademik
4. Dana Pengembangan Lembaga
Dibawah ini daftar biaya kuliah jalur SNMPTN/SBMPTN dan jalur Seleksi Mandiri
Jalur SNMPTN/SBMPTN

Biaya Pendidikan Seleksi Mandiri

http://bem.rema.upi.edu/uang-kuliah-tunggal-upi-solusi-atau-ancaman-mengadiliukt/
Oleh: ali rohman
UKT adalah Uang Kuliah Tunggal yang sekarang menjadi sebuah perdebatan di beberapa
kalangan mahasiswa, orang tua, dan juga perguruan tinggi. UKT menjadi isu diskusi yang hangat
di bicarakan di berbagai forum mahasiswa. Di tengah pro kontra penerapan UKT yang berlaku di
kampus menjadi sorotan dan sekaligus kritikan tajam bagi pihak kampus. Penerapan UKT di UPI
yang baru di mulai tahun 2013 menjadi semacam simulasi atau anak percobaan yang pada
pelaksanaannya memunculkan masalah-masalah. Audiensi yang di lakukan BEM REMA pada
tanggal 16 april 2014 dengan pak aminudin (Wakil rektor bidang ) memberikan keterangan,
bahwa mahasiswa yang terkenda dampak UKT (red: biaya makin mahal, CUTI PAKSA) tidak
bisa di tolong karena terbentur dengan Sistem.
Apa itu Uang Kuliah Tunggal (UKT)?
Bermula dari Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 97/E/KU/2013
tertanggal 5 Februari 2013, Dikti meminta kepada seluruh Perguruan Tinggi melaksanakan dua
poin penting, yaitu :
1. Menghapus uang pangkal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler mulai tahun
akademik 2013/2014.
2. Menetapkan dan melaksanakan tarif Uang Kuliah Tunggal bagi mahasiswa baru S1
Reguler mulai tahun akademik 2013/2014.
Uang Kuliah Tunggal itu sendiri, adalah sebuah mekanisme pembayaran akademik di mana
mahasiswa membayar biaya satuan pendidikan yang sudah ditetapkan bagi masing-masing
jurusannya. Artinya biaya kuliah yang di perlukan untuk jurusan A dengan jurusan B adalah
berbeda-beda.
Dari mana Dasar UKT?
Besaran UKT sendiri dihitung berdasarkan unit cost setiap mahasiswa per program studi yang
dikurangi pembiayaan sumber pemerintah termasuk BOPTN. Agar biaya kuliah tidak mengalami
kenaikan akibat dari kebijakan UKT, maka Kemendikbud memberikan subsidi yang dinamakan
BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri). BOPTN ini sudah diberikan semenjak
tahun 2012, anggarannya secara keseluruhan sebesar 1,5 Triliun. Tahun 2013 naik hingga 2,7
Triliun. Hanya nominal berbeda-beda tiap Perguruan Tingginya
Unit cost = Biaya Langsung (BL)+Biaya Tidak Langsung (BTL)
UKT=Unit cost pembiayaan dari pemerintah BOPTN

Peraturan kemendikbud no 55 tahun 2013


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menyatakan jika turunnya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 55 tahun 2013 dan
Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor
97/E/KU/2013 tanggal 5 Februari 2013 akan berpengaruh terhadap besaran nominal uang kuliah
tunggal (UKT).
Dengan adanya UKT ini besaran biaya nominal perguruan tinggi juga bisa jauh lebih rendah.
Namun pada kenyataanya di masyarakat sangat berbeda, padahal dari sumber yang sama meteri
pendidikan menjamin adanya pendidikan yang lebih murah untuk masyarakat yang kurang
mampu.
Apa Masalah UKT yang terjadi tahun 2013?
pelaksanaan yang terjadi di kampus UPI angkatan 2013 terjadi berbagai kesalahan dan
kekurangan, di antaranya:
1. Pengelompokan pembayaran terjadi salah sasaran dan tidak transparan, hal ini yang
kemudian menjadi ketidakadilan dan kesalahan fatal bagi mahasiswa yang memang benar
benar tidak mampu.
2. Tidak adanya proses sosialisasi dan pemberitahuan kepada calon mahasiswa baru UPI
terkait dengan sistem UKT yang menyebabkan ketidaktahuan proses .
3. Tidak adanya pemberian solusi kepada mahasiswa yang tidak bisa membayar SPP karena
tingginya biaya semester karena UKT, yang menyebabkan cuti paksa puluhan
mahasiswa.
Itulah beberapa kecacatan pelaksanaan UKT 2013, yang kemudian perlu kita hindari bersamasama. Hal ini pula yang ingin kita perjuangkan terkait dengan evaluasi pelaksanaan UKT yang
seharusnya membuat biaya pendidikan di UPI semakin murah, bukan semakin mahal. Oleh
karena itu, BEM REMA UPI mengharapkan kerjasama dan kordinasi semua pihak kampus dan
calon mahasiswa baru 2014, untuk menyikapi UKT di UPI dengan :
1. Pihak kampus Membuat sebuah proses verifikasi pengelompokkan UKT yang transparan,
adil dan tepat sasaran
2. Bagi calon mahasiswa baru UPI 2014 memberikan data verifikasi secara jujur dan
lengkap sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga, karena akan berdampak pada besaran
UKT.
3. Melakukan sosialisasi langsung dengan orangtua mahasiswa terkait dengan kebijakan
UKT sekaligus besaran kelompok UKT sebelum SBMTPN 2014 di buka
4. Publikasi informasi dari pihak BEM REMA, Kampus Daerah, himpunan, UKM serta
organisasi dan komunitas mahasiswa daerah kepada calon mahasiswa baru UPI 2014
terkait dengan pengisian data dan verifikasi ekonomi keluarga.

- See more at: http://bem.rema.upi.edu/uang-kuliah-tunggal-upi-solusi-atau-ancamanmengadiliukt/#sthash.7789gU4k.dpuf

Anda mungkin juga menyukai