Anda di halaman 1dari 5

URGENSI UKT SEMESTER LANJUT

Universitas Diponegoro mulai memberlakukan kebijakan UKT sejak tahun


akademik 2013/2014 sebagai biaya yang wajib dibayarkan setiap semester.
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor No.18/UN7.P/HK/2016 yang
dikeluarkan pada tanggal 25 januari 2016 tentang Ketentuan Pembayaran
Biaya Pendidikan bagi mahasiswa Program Diploma, Sajrana, Magister dan
Doktor yang Tinggal melaksanakan Ujian Tugas Akhir, Skripsi, Tesis, dan
Disertasi. Maka, bagi Mahasiswa Univesitas Diponegoro yang telah dinyatakan
lulus pada semester genap 2017/2018 maksimal tanggal 12 Agustus 2018 dan
telah membayar biaya pendidikan semester gasal, dapat mengajukan
pengembalian biaya pendidikan tersebut. Hal yang menjadi dasar pengembalian
adalah berpacu pada tanggal SKL diterbitkan. Namun, bagi mereka yang masih
melanjutkan studinya dan belum dinyatakan lulus pada tanggal 12 Agustus 2018
diwajibkan membayar biaya pendidikan secara penuh dan tidak dapat mengajukan
pengajukan pengembalian UKT.

Selain itu,, tidak semua mahasiswa yang telah memasuki semester akhir
dapat menyelesaikan studinya secara tepat waktu. Kebanyakan dari mereka harus
melanjutkan kuliah ke semester 9 (sarjana) dan semester 7 (diploma). Berdasarkan
audiensi antara Bidang Advokesma BEM Undip 2017 dengan pihak rektorat,
maka disepakati kebijakan bagi mahasiswa di atas semester 8 (sarjana) dan 6
(diploma) diperbolehkan untuk melakukan banding UKT. Namun tetap
mempertimbangkan syarat dan ketentuan yang berlaku, hal tersebut masih dirasa
memberatkan karena tidak semua mahasiswa akan disetujui banding UKT-nya.

Pada dasarnya Biaya Kuliah Tunggal (BKT) merupakan keseluruhan biaya


operasional yang diperlukan oleh setiap mahasiswa per semester pada program
studi di PTN (Biaya yang seharusnya dibayarkan oleh mahasiswa dalam satu
semester) Dalam Permenristekdikti Nomor 5 Tahun 2016 telah dijelaskan bahwa
perhitungan biaya tidak langsung tidak boleh lebih besar dari biaya langsung,
dengan total biaya tidak langsung maksimal 50% dari biaya langsung. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa:

BTL = 50% x BL

BPPTNBH = BL + BTL

BPPTNBH = BL + (0,5 BL)

BPPTNBH = 1,5 BL

BPPTNBH yang telah dihitung akan menjadi Standar Satuan BPPTNBH


Basis (SSBPPTNBHB) dengan cara membagi lama masa studi per program studi
dengan satuan mahasiswa per tahun.

Jika kita tengok kebijakan yang telah diterapkan di beberapa kampus


seperti UGM misalnya telah menetapkan kebijakan 50% UKT untuk mahasiswa
semester 9 ke atas, UNJ menetapkan kebijakan 60% UKT untuk mahasiswa
semester 9 keatas, Unila menetapkan keringanan 25% bagi mahasiswa yang telah
dinyatakan lulus ujian seminar proposal dan 50 % bagi yang telah dinyatakan
lulus seminar hasil dan UB menggunakan verifikasi dari tiap program studi.
Kebijakan tersebut ditetapkan setelah proses audiensi dengan pihak rektorat.

Cerminan di atas semakin menguatkan bahwa kebijakan terkait


penyesuaian UKT bagi semester lanjut memang sudah selayaknya dapat
diterapkan mengingat mereka secara ideal telah kehilangan biaya langsung seperti
praktikum maupun belajar di kelas. Jika mengacu pada Perek 10 tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Rektor 18 tahun 2016 tentang Standar Biaya
Undip Tahun anggaran 2017 dapat dirinci sebagai berikut :

1. Biaya untuk Pembimbing I tugas akhir 750.000


2. Pembimbing II tugas akhir diberikan insentif sebesar 500.000
3. Penguji proposal skripsi/tugas akhir sebesar 100.000 per judul
4. Penguji hasil penelitian skripsi dan ujian komprehensif sebesar 200.000
5. Serta dosen wali/pembimbing akademik per bulan 7.500.
Berdasarkan audiensi yang dilaksanakan pada tangal 14 Juni 2017 bersama
Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Yos Johan Utama s.H M.Hum beliau
mengatakan bahwa UKT yang dibayarkan oleh mahasiswa semester 9 untuk
mahasiswa S1 dan semester 7 untuk mahasiswa D3 tidak hanya digunakan untuk
bimbingan saja, akan tetapi digunakan untuk biaya operasional. Jadi mahasiswa
semester lanjut yang masih skripsi saja atau bimbingan tetap menggunakan
fasilitas jalan, kebersihan dan tidak hanya berhubungan dengan dosen saja, jadi
masih tetap membayarkan UKT. Padahal telah dijelakan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 bahwa terdapat dua sumber pendanaan bagi
PTN-BH yaitu melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
sumber dana selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Non-APBN).
Salah satu komponen dari pendanaan APBN adalah Bantuan Pendanaan PTN-BH
(BPPTN-BH) yang merupakan subsidi yang diberikan oleh pemerintah untuk
dikelola secara otonom oleh PTN-BH tersebut. BPPTN-BH hanya dapat
digunakan untuk mendanai hal-hal sebagai berikut :

1. Biaya Oprasional,

2. Biaya dosen

3. Biaya tenaga kependidikan,

4. Biaya Investasi,

5. Biaya pengembangan.

Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua
komponen kegiatan akademik studi bagi jenjang sarjana telah diperhitungkan
hingga selesai dalam batas waktu lama masa studi dengan asumsi 8 semester (bagi
sarjana) dan 6 semester (diploma). Dengan begitu, seharusnya pembayaran UKT
pada mahasiswa diatas semester 8 bagi jenjang sarjana, dan bagi mahasiswa
diploma diatas semester 6 tidaklah relevan. Dibebankannya UKT pada mahasiswa
yang hanya mengambil skripsi ataupun mengulang SKS dengan biaya yang sudah
dihitung hingga semester 8 pada S1 dan semester 6 pada diploma dinilai kurang
tepat mengingat ia telah melunasi pembiayaan biaya pendidikan dalam komponen
UKT atau BKT. Dan juga mengingat biaya operasional seharusnya tidak
ditanggung oleh UKT melainkan bersumber dari APBN yang berupa Bantuan
Pendanaan PTN-BH (BPPTN-BH).
Apakah kekeliruan itu hanya akan kita biarkan ?
Apakah kita hanya akan menerima suatu hal yang sebenarnya tidak sesuai
?
Mari kita rapatkan barisan untuk dapat memperjuangkan hak kita bersama
Salam cinta atas nama perjuangan
Hidup mahasiswa !!
a. Permendikbud No. 55 Tahun 2013 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan
Uang Kuliah Tunggal pada PTN di Lingkungan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan serta lampirannya;
b. Permendikbud No. 73 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 55 Tahun 2013 Tentang BKT
dan UKT di PTN;
c. Permenristekdikti Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan
StandarSatuan Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan
Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Badan Hukum

Anda mungkin juga menyukai