Anda di halaman 1dari 11

MAKASSAR - Kepolisian Sektor Panakukkang menindaklanjuti kasus kematian dua bayi yang

terpanggang di inkubator Rumah Sakit Bunda.


Orangtua Fadli yang datang ke Polsekta Panakukkang, melaporkan kematian kedua anaknya yang diberi
nama Fadlam Khairy dan Fayyadh Zafram al Faiq.
Keduanya meninggal diduga terbakar di punggung selama perawatan di dalam tabung inkubator dua hari
di rumah sakit Bunda, 21-23 Oktober 2014 sebelum dirujuk ke rumah sakit Chaterina Both, Jalan Arif
Rate.
Menurutnya, kedua anaknya meninggal tidak wajar dan harus ada pertanggungjawaban pihak rumah sakit.
"Saya tunggu beberapa hari ini dari pihak Rumah Sakit Bunda, tapi belum ada kabar sampai sekarang,
sehingga saya laporkan ke polisi untuk diproses hukum," kata Fadli.
Sementara itu, Kapolsekta Panakukkang, Kompol Tri Hambodo, mengatakan, kasus tersebut sedang
diselidiki. Saat ini, kedua orang tuanya, yang diwakili ayahnya, Fadli telah melapor secara resmi.
Adapun tindaklanjut proses hukum, jika ada indikasi kematian dari inkubator pihaknya akan melakukan
penyitaan untuk melakukan proses hukum dengan perbuatan pidana diduga kelalaian oleh pengelola
rumah sakit.
"Kita proses hukum dengan memeriksa saksi, karena ada dua nyawa yang melayang," kata Tri Hambodo,
Rabu (29/10/2014)
Mantan Kasat Reskrim Polres Wajo ini mengatakan bahwa bayi kembar laki laki lahir dengan kondisi
prematur berat 1, 7 dan 1, 3 kilogram dari pasangan orangtua Fadli dan Rafika.
Kedua bayi di tempatkan pada boks penghangat bayi yang mempunyai dua kotak yakni kotak tengah
tempat bayi alas spont dan kotak kedua bagian bawah ada lampu sebanyak empat buah.
Bayi kembar meninggal dunia, setelah dirujuk ke Rumah Sakit Chaterina Both, Jalan Arief Rate,
Kecamatan Ujung Pandang, Sabtu 25 Oktober dini hari.

Meninggalnya bayi tersebut lantaran mengalami luka bakar pada bagian punggung karena terpanggang di
sebuah alat tabung (inkubator) di Rumah Sakit Bunda Jalan Pengayoman.

Vemale.com - Kisah memilukan datang dari Makassar. Seorang bayi yang baru lahir prematur meninggal
karena punggungnya terbakar dan melepuh akibat suhu terlalu panas di dalam inkubator. Kelalaian
perawat menyebabkan satu nyawa melayang sia-sia.
Pada tanggal 21 Oktober lalu, pasangan Muhammad Fadli (31 tahun) dan Rafikah (28 tahun), warga
Permunas Antang, Makasar berbahagia karena mendapat berkah bayi kembar laki-laki bernama Fadhlan
Khairy Al-Faiq dan Fayyadh Zafram Al Faiq. Karena kedua bayi itu lahir prematur, keduanya harus
dirawat di dalam inkubator.
Perawat dan Dokter Tidak Tahu Punggung Fadhlan Terbakar
Seperti bayi prematur pada umumnya, kondisi mereka membutuhkan kehangatan yang lebih, sehingga
selama beberapa waktu harus berada di dalam alat inkubator. Setelah dirawat beberapa hari di RSIB
Bunda, kondisi bayi Fadhlan justru memburuk. Tubuhnya menguning dan kadang membiru. Bayi Fadhlan
juga sering kesulitan bernapas.

Kondisi punggung bayi Fadhlan yang terbakar | Foto: copyright merdeka.com

Dilansir oleh merdeka.com, orang tua membawa bayi Fadhlan ke RSIB Cathernia Booth. Di sana baru
diketahui bahwa bagian punggung bayi Fadhlan sudah terbakar, melepuh dan mengeluarkan darah.
Kondisi ini tidak diketahui perawat dan dokter di RSIB Bunda. Pihak orang tua bayi Fadhlan juga tidak
diberi tahu mengenai masalah ini.
Perawat Lalai dan Sering Main Smartphone
Pihak keluarga tidak hanya kecewa, mereka geram akan keteledoran ini. Setelah mendapat perawatan
intensif akibat luka bakar di punggung, nyawa bayi Fadhlan tidak dapat diselamatkan. Andai perawat
yang menangani dan memantau bayi Fadhlan tahu kondisi di bagian punngung, nyawa sang bayi
kemungkinan masih bisa tertolong.
"Keluarga kecewa, bayi dibiarkan tidak dipantau. Seharusnya kan dua jam sekali dipantau, dibalik ke
kanan, ke kiri. Karena inkubatornya ini kan manual, tidak otomatis, jadi kalau kepanasan tidak ada yang
tahu," ujar ayah bayi Fadlan.

Kiri: Bayi Fahdlan dan kembarannya saat dibaru lahir. Bayi bayi Fahdlan setelah meninggal. |
Foto: copyright merdeka.com
"Dua hari dua malam di inkubator. Perawatnya lalai, ya begitu itu, main BBM, smartphone. Lalai
memantau bayi di inkubator sampai seperti itu," ujar Aswar Tinaudin, paman dari sang bayi malang.
Orang tua bayi Fadhlan melaporkan kejadian ini ke Polsek Panakkukang, Kota Makassar. Mereka
menuntut RSIB Bunda untuk bertanggung jawab karena telah lalai merawat bayi mereka hingga tewas.
Semoga kisah ini tidak terulang kembali dan keluarga bayi Fadhlan diberi ketabahan yang besar. Besar
harapan kami agar semua pihak rumah sakit dan rumah bersalin semakin memperhatikan kondisi bayibayi yang sedang dirawat. Tentunya sangat disayangkan jika ada nyawa yang hilang akibat kelalaian.

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Muhammad Fadli (31), tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa
saat ditanya musabab kematian salah satu anak kembarnya, Fadhlan Khairy Al-Faiq (5 hari).
Sedangkan Fayyadh Zafram Al Faiq, adik kembar almarhum Fadhlan, hingga Senin (27/10/2014)
kemarin, dalam kondisi sehat. Kini Fayyad bersama ibunya, Rafika (28) di rumahnya, Jl Warga Jl
Parinring Dalam I nomor 4, Perumnas Antang, Manggala, Makassar. (Baca: Kulitnya Melepuh dalam
Inkubator, Bayi Berusia 5 Hari Akhirnya Meninggal)
"Ini mungkin sudah takdirnya anak saya, meninggal begitu," kata Fadli, kepada Tribun Timur
(Tribunnews.com Network), kemarin siang.
Sebelum dimakamkan di pekuburan umum di Antang, Fadli menemukan dan sempat memotret sekitar
bagian punggung, bagian paha belakang bayi prematur berbobot 1,75 kg dan panjang 49 cm ini, melepuh.
Dari lima slide foto yang dia perlihatkan di komputer desktop dan smartphone-nya, terlihat mengeluarkan
nanah dan darah.
Hampir 48 jam, bayinya terpanggang selama dua hari dalam tabung penghangat bayi (incubator).
"Saya cuma ingin cukup almarhum Fadhlan yang meninggal karena kelalaian perawat. Biar orangtua lain
tak merasakan apa yang kami rasakan sekarang," kata Fadli kepada Tribun Timur.
Fadli menggambarkan pola perawatan bayi yang baru lahir di RS Bunda, tidak sesuai dengan standar
operasional dan prosedur (SOP) perawatan bayi (infant intensif care procedure).
"Di Bunda itu, kami sudah keluarkan uang sampai Rp 7 juta. Tapi pelayanannya tidak maksimal. Masa,
hanya satu perawat saja yang berjaga setiap malamnya. Seharusnya tiga orang, seperti di Katerina.
Makanya saya memindahkan anak saya ke Katerina," kata suami dari Rafika ini.
Dia juga mengaku kesal atas tindakan pihak rumah sakit ibu dan anak itu. Sebelum anaknya dirujuk ke
RSIB Catherina Booth, dia melihat langsung kejanggalan pola perawatan bayinya.
"Waktu pemasangan infus, matanya justru bengkak, saya tanya ke suster piket, dibilang salah infus,"
ujarnya.
Fadly mengatakan, kondisi punggung bayi terbakar baru diketahui setelah sampai di Catherina Both Jl
Arif Rate. Itupun pihak Catherina Both yang menyampaikan.
Sekedar diketahui, jika bayi masuk di ruang incubator, hanya perawat yang memiliki akses ke ruang steril
dan suhu terkontrol itu.

"Kami hanya bisa intip dari jendela kaca," ujarnya.


Hingga dua hari kematian bayinya dan lima hari setelah bayinya dirujuk ke Catherina Booth ini, Fadli
mengaku, pihak RSIB Bunda seakan-akan tak peduli. Pihak RSIB Bunda tak pernah menghubungi
mereka.
"Apakah itu sekadar meminta maaf atas pelayanannya yang tidak maksimal. Seolah-olah RS Bunda tidak
bersalah atas kejadian ini, ujarnya lagi.
Setelah anaknya mendapat perawatan intensif di Catherina Booth, Fadli coba ke RSIB Bunda.
"Saya datang ke rumah sakit, justru perawatnya saling tunjuk menunjuk. Kemudian waktu saya minta
nomornya dokter yang tangani, mereka tidak mau berikan," paparnya.
Fadly mengatakan belum melaporkan kejadian ini, lantaran kuburan bayinya akan dibongkar lagi.
"Saya takut, kalau dibongkar kuburannya, apalagi kondisi istri saya masih sakit dan tensinya tinggi,"
katanya.

Makassar - Bayi Fadhln Khairy Al-Faiq, bayi kembar yang lahir prematur, meninggal dunia di RS
Catherina Booth. Orangtua menduga bayinya kepanasan di dalam inkubator saat masih dirawat di RS
Bersalin Bunda, di Jalan Pengayoman, Makassar.
Fadli (31), ayah bayi, saat dihubungi detikcom, menyebutkan bayinya yang lahir prematur pada Selasa
(21/10). Ia dirawat di dalam inkubator RSB Bunda selama tiga hari. Namun, karena kondisinya melemah,
akhirnya bayi Fadhlan dirujuk ke RS Catherina Booth. Dua hari kemudian, bayi Fadhlan yang lahir lebih
dulu sebelum adiknya, Fayyadh Zafran Al-Faiq, akhirnya meninggal dunia.
"Pihak rumah sakit Catherina Booth menyebutkan punggung bayi Fadhlan mengalami luka bakar di
punggungnya saat masih dalam perawatan RSB Bunda," ujar Fadli.
Fadli menambahkan, ia mengeluhkan sikap profesionalitas perawat-perawat di RSB Bunda, yang ia nilai
terlalu santai dan tidak memperhatikan kondisi bayi-bayi. Menurut pengamatan Fadli, para perawat di
ruang perawatan bayi lebih sering bergosip daripada memperhatikan bayi-bayi yang dirawat.
Fadli dan istrinya, Rafika, tidak akan melaporkan pihak RSB Bunda ke pihak kepolisian. Bayi Fadhlan
sudah dikebumikan di Taman Pemakaman Islam Sudiang pada Minggu (25/10), sedang adiknya Fayyadh
dalam kondisi sehat dirawat oleh ibunya.
"Saya berharap ini kasus terakhir dan tidak terulang pada bayi-bayi lainnya, meskipun saya sangat kecewa
atas keteledoran pihak rumah sakit, saya ikhlas melepas kepergian anak saya, saat ini kondisi tekanan
darah ibunya belum stabil, jadi kami belum mengambil tindakan apa-apa," pungkas Fadli.
Sementara tim medis RS Bunda menjelaskan bahwa informasi bayi terbakar di ruang inkubator tidak
betul. Sebab di alat inkubator tidak ditemukan bekas kebakaran. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan
aparat Polsek Panakukang terkait kejadian itu.
"Kami tidak bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya bayi karena meninggalnya di RS lain," kata
dokter Darni Tangsa saat dikonfirmasi.

Jakarta, Bayi Fadhlan Khairy Al-Faiq yang meninggal di rumah sakit di daerah Makassar masih menuai
kontroversi. Pihak rumah sakit terkait dikatakan oleh Kementerian Kesehatan (kemenkes) RI telah
memberikan laporan bahwa perawatan dijalankan sesuai standar, namun berbeda dari laporan yang masuk
dari pihak keluarga bayi.
Direktur Jenderal Bina Usaha Kesehatan (BUK), Prof Akmal Taher, SpU(K), mengatakan oleh karena
adanya perbedaan laporan tersebut kemenkes telah meminta kepada dinas kesehatan setempat untuk
segera melakukan klarifikasi.
"Laporan terakhir, tadi baru masuk jam dua siang saya dengar IDI (Ikatan Dokter Indonesia) wilayah
Sulawesi Selatan sudah bertemu dengan pihak kedua rumah sakit untuk mendapatkan gambaran yang
lebih detail," kata Akmal saat ditemui di kantornya di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan,
Kamis (30/10/2014).
Akmal mengatakan namun hingga saat ini Kemenkes belum menerima hasil laporan tersebut dari IDI.
Oleh karena itu dinas kesehatan daerah juga belum melakukan tindakan apa-apa karena laporan belum
lengkap.
"Besok kita akan terima laporan tadi jadi hasilnya bisa lebih jelas," imbuh Akmal.
Akmal mengatakan pihaknya tidak akan meninggalkan kasus ini dan akan terus berkoordinasi dengan
dinas kesehatan setempat.
"Jadi kita sudah berkoordinasi dengan dinas kesehatan sejak dua hari yang lalu. Sudah tentu Kementerian
Kesehatan sebagai penanggung jawab juga tidak lepas tangan," tutup Akmal.

Metrotvnews.com, Sleman: Kasus bayi tewas terpanggang usai diperiksa dalam inkubator RSIA Bunda,
Makassar, masih diselidiki Dinas Kesehatan Makassar, Sulawesi Selatan. Menteri Kesehatan Nila F
Moeloek masih masih menunggu hasil penyelidikan untuk proses selanjutnya.
"Biarkan dinas kesehatan setempat melakukan pemeriksaan. Kalau itu malpraktik, pasti akan diberi
sanksi. Kalau tidak, kami tidak bisa memberi sanksi," kata Menkes di RS Sardjito, Sleman, Jumat
(31/10/2014). Sanksi dikenakan dengan melihat pelanggaran yang dilakukan.
Dia menegaskan, Fadlan dan saudara kembarnya, Fayyat, lahir di RS Bunda Makassar pada 21 Oktober
2014. Saat itu, kedua bayi lahir dalam kondisi prematur karena usia kehamilan baru tujuh bulan.
Ketidaksempurnaan kelahiran membuat bayi harus masuk inkubator.
RS Bunda kemudian merekomendasikan Fadlan dan Fayyat ke RS Catherine Booth dengan alasan
masalah pada pernapasan. Setelah serah terima pada 23 Oktober 2014, Fadli mendapati luka seperti
terbakar di punggung Fadlan.
Fadli kemudian mempertanyakan temuannya itu ke RS Bunda. Namun ia tak mendapat jawaban. Pada 25
Oktober, Fadlan meninggal dan dimakamkan di Makassar. Sementara bayi Fayyat dalam kondisi sehat
dan masih menjalani perawatan di RS Catherine Booth.
Menurut Menkes, kematian bayi tersebut belum tentu disebabkan oleh terpanggang di dalam inkubator.
Luka di punggung bisa disebabkan karena bayi tersebut tidur terlalu lama terlentang.
"Polisi silahkan juga (melakukan penyelidikan) karena itu hukum yang berbicara. Yuk, nanti kita lihat,"
kata Nila.
JCO

Merdeka.com - Tragis benar nasib bayi Fadhlan Khairy Al-Faiq yang baru berusia 5 hari. Diduga dia
kepanasan di inkubator sampai kulitnya melepuh hingga akhirnya meninggal. Anak pasangan Muhammad
Fadli (31) dan Rafikah (28), Warga Jalan Parinring Dalam I Nomor 4, Perumnas Antang, Manggala,
Makassar, itu sebelum meninggal dirawat di inkubator selama dua hari dua malam.
"Dua hari dua malam di inkubator. Perawatnya lalai, ya begitu itu, main bbm, smartphone. Lalai
memantau bayi di inkubator sampai seperti itu," kata Aswar Tinaudin, paman si bayi yang juga adik
kandung Muhammad Fadli, kepada merdeka.com, Rabu (29/10).
Aswar menjelaskan, keponakannya itu lahir pada Selasa 21 Oktober lalu di RSIB Bunda di Jalan
Pengayoman Blok F9 nomor 25, Panakkukang, Makassar. Kakak iparnya melahirkan anak kembar lakilaki yang diberi nama Fadhlan Khairy Al-Faiq dan Fayyadh Zafram Al Faiq. Keduanya lahir secara
normal tapi prematur karena tujuh bulan sudah lahir. Karena itu keduanya membutuhkan bantuan
inkubator.
Setelah dua hari dua malam dirawat di inkubator, kondisi Fadhlan Khairy justru kian memburuk. Badanya
menguning dan kadang membiru. Napasnya juga bermasalah hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit
lebih besar, yakni Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIB) Cathernia Booth di Jalan Arif Rate, Makassar.
"Di sana (Cathernia Booth), sebelum dirawat bayi diperiksa lebih dulu sama dokter. Baru kemudian
ketahuan, setelah baju bayi dibuka ternyata punggungnya melepuh. Keluarga kaget, kecewa, kenapa
kondisi ini tidak diketahui perawat dan dokter rumah sakit sebelumnya (RSIB Bunda). Orang tuanya juga
tidak diberi tahu," kata Aswar.
Mengetahui kondisi seperti itu, Muhammad Fadli, ayah bayi kemudian marah. Dia menuding RSIB
Bunda tidak profesional merawat anaknya. "Jadi dipastikan memang melepuhnya (kulit bayi) itu waktu di
RSIB Bunda, bukan di Cathernia Booth," ujarnya.
"Masak perawat tidak tahu kondisi bayi seperti itu. Keluarga kecewa, bayi dibiarkan tidak dipantau.
Seharusnya kan dua jam sekali dipantau, dibalik ke kanan, ke kiri. Karena inkubatornya ini kan manual,
tidak otomatis, jadi kalau kepanasan tidak ada yang tahu. Kalau otomatis, waktu inkubator panas kan mati
sendiri. Ini sudah manual, perawatnya teledor lagi," ujarnya.
Sampai berita ini diturunkan belum ada konfirmasi dari pihak RSIB Bunda. Nomor telepon kantor yang
dihubungi merdeka.com belum diangkat.

Anda mungkin juga menyukai