Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah
interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam
keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari
harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat
basah, mencuci, disawah dan sebagainy

(1)

. Selain karena pemakaian sepatu

tertutup untuk waktu yang lama, bertambahnya kelembaban karena keringat,


pecahnya kulit karena mekanis, dan paparan terhadap jamur merupakan faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya Tinea pedis. Kondisi lingkungan yang
lembab dan panas di sela-sela jari kaki karena pemakaian sepatu dan kaus kaki,
juga akan merangsang tumbuhnya jamur (2).
Kejadian Tinea pedis di sela jari banyak ditemukan pada pria
dibandingkan pada wanita. Angka kejadian Tinea pedis meningkat seiring
bertambahnya usia, karena bertambahnya usia cenderung mempengaruhi daya
tahan tubuh terhadap suatu penyakit, yaitu semakin bertambah usia seseorang
akan menurun pula daya tahan tubuhnya. Keadaan sosial ekonomi serta
kurangnya kebersihan memegang peranan yang penting pada infeksi jamur, yaitu
insiden penyakit jamur lebih sering terjadi pada sosial ekonomi rendah (3).
Penyakit ini disebabkan oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes, Epidermophyton floccosum, Microsporum dan C. Albicans.
Penyebaran pada jamur-jamur ini tergantung atas sumber infeksi yaitu berasal dari
manusia lain (anthropophilic), hewan (zoophilic) dan dari tanah (geophilic)

(4)

Gejala klinis tinea pedis sering tanpa keluhan berarti dan dapat terjadi bertahuntahun. Penderita baru akan merasa terganggu jika muncul bau tak sedap dari kaki
disertai rasa gatal, kemerahan pada kulit jari kaki. Namun infeksi jamur ini juga
dapat menunjukan gejala berat seperti nyeri dan demam (2).
Penatalaksanaan pada tinea pedis meliputi nonfarmakologi seperti kaki
dan sela jari kaki dijaga agar selalu kering,

terutama sesudah mandi dapat

diberikan bedak dengan atau tanpa anti jamur. Sedangkan farmakologi diberikan
Obat-obat anti-jamur dapat diberikan secara topikal (dioles), ada pula yang
tersedia dalam bentuk oral (obat minum). Jenis obat luar (salep) seringkal
digunakan jika lesi kulit tidak terlalu luas. Jika prosesnya cukup luas, selain obat
topikal, perlu ditambahkan obat minum, misalnya griseofulvin, terbinafine,
itraconazole

(2)

Sedangakan Neurodermatitis sirumskripta dikenal juga dengan Liken


simplek kronik, atau Liken Vidal. Liken simpleks kronik bukan merupakan proses
primer. Neurodermatitis sirumskripta adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa
gatal, sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada Neurodermatitis sirumskripta terjadi akibat garukan atau
gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan
dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun (5).
Neurodermatitis sirumskripta merupakan penyakit yang sering ditemui
pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, dan puncak insidennya antara
30-50 tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal yang
bersifat paroksismal, dan dirasakan pasien terutama jika tidak beraktivitas. Lesi

yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat juga dijumpai
pada beberapa tempat (6).
Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit
gatal menderita liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak memandang ras
dalam penyebarannya. Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada wanita
daripada pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30
hingga 50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki
onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien
tanpa atopi (rata-rata 48 tahun) (6).
Neurodermatitis sirumskripta bisa terjadi akibat suatu yang bersentuhan
dengan kulit atau mengiritasi kulit sehingga seseorang menggaruk-garuk daerah
tersebut sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit. Penyakit
ini biasanya berhubungan dengan dermatitis atopi, psoriasis dan kecemasan,
depresi ataupun gangguan psikis lainnya (7).
Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu
aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang beraktivitas. Rasa
gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk bila
sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal dengan rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada neurodermatitis sirumskripta secara nonfarmakologis
dengan cara menghindari garukan, gosokan dan gigitan serangga. Secara
farmakologis diberikan sedatif atau antihistamin, salep kortikosteroid kuat (6).

BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Supini

Umur

: 55 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: petani

Tanggal Masuk

: 3 september 2014

B. ANAMNESA
KELUHAN UTAMA :
-

Keluhan subyektif : Gatal gatal pada lutut dan sela-sela jari kedua kaki

Keluhan obyektif : kedua lutut terlihat kemerahan berbatas tegas dan garisgaris kulit tampak jelas, kedua kaki tampak kemerahan dan mengelupas,
pada jari-jari kaki terlihat berwana putih.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Lokasi : kedua lutut dan kedua telapak kaki
Onset : keluhan timbul 5 tahun ini
Kuantitas :gatal dirasakan setiap waktu, Jumlah lesi semakin banyak
Kualitas : pasien merasa terganggu dalam melaksanakan aktivitas seharihari

Kronologi : Pasien perempuan usia 55 tahun datang ke poliklinik penyakit


kulit dan kelamin RS DR. H Soewondo Kendal untuk kontrol dengan
keluhan gatal-gatal pada kedua kaki yang dirasakan sudah 5 tahun ini, tiap
bulan datang rutin untuk kontrol, gatal dirasakan jika habis terkena air,
gatal juga paling hebat dirasakan pada sela-sela jari, dan jika berkeringat
langsung

gatal-gatal. Selain disela-sela jari dan telapak kaki, gatal

dirasakan dikedua lutu, gatal yang dirasakan di lutut awalnya hanya luka
kemerahan, karena gatal dan digaruk-garuk luka semakin melebar. Pada
sela-sela jari terdapat warna putih, keluhan ini sangat mengganggu untuk
beraktifitas sehari-hari, pasien mengaku sudah berubat tiap bulan tetapi
keluhan akan muncul jika obat habis,
Faktor yang memperringan gejala: jika diberi salep
Faktor yang memperberat gejala bertambah : jika terkena air dan
berkeringat
Gejala lain : tidak ada gejala lain yang dirasakan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Pernah sakit seperti ini kambuh-kambuhan
Riwayat Hipertensi disangkal,
Riwayat Diabetes Militus disangkal
Alergi makanan diakui , seperti udang
Alergi sandal bahan karet
Alergi obat disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI :


Pasien adalah seorang yang bekerja sebagai petani, pasien
tinggal bersama 1 orang anaknya yang kebutuhan sehari-hari
masih ditanggung pasien, suami pasien sudah meninggal, biaya
kesehatan ditanggung BBJS, kesan ekonomi kurang.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: tampak eritema, skuama dan hiperpigmentasi kedua kaki

Kesadaran

: Komposmentis

Gambar 1 ( luka di lutut )


Lokasi : lutut
UKK : lesi berbentuk plakat, Berbatas tegas tampak makula eritema ,simetris ,
skuama, hiperpigmentasi dan garis kulit tampak jelas ( likenifikasi)

Gambar 2 ( kedua kaki)


Lokasi : telapak kaki
UKK : Tampak fisura pada jari-jari, lesi bentuk tidak beraturan, batas tidak telas,
menyebar, tampak eritema, berskuama dan hiperpigmentasi

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan pada pasien Ny. S
Saran pada pasien ini dilakukan pemeriksaan:
Sedian langsung dengan larutan kalium hidroksida (KOH) 10-20 %
serta dilakukan pemeriksaan mikrosop.
Biakan untuk melihat koloni-koloni jamur.
Pemeriksaan histopatologi
E. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Tine Pedis
Dermatitis atopik
Intertrigo
Eritrasma

Psoriasis
kandidiasis
2. Neurodermatitis Sirumskripta
Dermatitis Numularis
Prurigo nudularis

F. DIAGNOSIS kerja
Tinea pedis tipe akut dan neurodermatitis sirumskripta
G. TERAPI
a) Terapi topikal
Krim ketomed (dioleskan didaerah lesi pada sela-sela jari kaki
dan dilebihkan 1 cm dibatas lesi untuk mencegah penyebaran
jamur)
Betamethasone dipropionate 0.05%, 2-3 kali sehari tidak lebih
dalam 2 minggu (dioleskan pada tungkai kaki kanan dan kiri)
b) Terapi sistemik
Cetirizin 10 mg 1 kali sehari untuk mengurangi rasa gatal
Lekoketokonazol diberikan diminum sehari duakali

BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosa penyakit pada pasien sendiri ditegakkan melalui anamnesis,
gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien didapatkan
didapatkan keluhan gatal-gatal pada kedua kaki yang dirasakan sudah 5 tahun ini,
tiap bulan datang rutin untuk kontrol, gatal dirasakan jika habis terkena air, gatal
juga paling hebat dirasakan pada sela-sela jari, dan jika berkeringat langsung
gatal-gatal. Selain disela-sela jari dan telapak kaki, gatal dirasakan dikedua lutut,
gatal yang dirasakan di lutut awalnya hanya luka kemerahan, karena gatal dan
digaruk-garuk luka semakin melebar dan melebar. Pasien berkerja sebagai petani
dan sering berkeringat. Diagnosa pada Ny. S ini merupakan Tinea pedis tipe akut
et neurodermatitis sirumskripta. Hal ini sesuai dengan beberapa teori yang ada
yaitu dari anamnesis didapatkan keluhan-keluhan pada Tinea pedis sering tanpa
keluhan berarti dan dapat terjadi bertahun-tahun. Penderita baru akan merasa
terganggu jika muncul bau tak sedap dari kaki disertai rasa gatal, kemerahan pada
kulit jari kaki. Namun infeksi jamur ini juga dapat menunjukan gejala berat
seperti nyeri dan demam. Pada pasien juga memiliki kebiasaan kaki nya lembab
sehingga menciptakan lingungan yang baik bagi pertumbuhan jamur

(2)

. Pada

pasien neurodermatitis sirumskripta akan mengeluh rasa gatal yang sangat


mengganggu aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang
beraktivitas. Rasa gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan berhenti
menggaruk bila sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal dengan rasa
nyeri (6).

Dari gambaran klinis pasien sendiri didapatkan tanda-tanda klinis pada


kedua kaki berupa fisura pada jari-jari yang basah, maserasi, bau, lesi bentuk tidak
beraturan, batas tidak telas, menyebar, tampak eritema, berskuama dan
hiperpigmentasi disertai adanya tanda klinis pada lutut berupa : lesi berbentuk
plakat, Berbatas tegas tampak makula eritema ,simetris , skuama, hiperpigmentasi
dan garis kulit tampak jelas ( likenifikasi). Hal ini didukung dengan teori yang
menunjukan adanya gambaran klinis pada Pada Tinea pedis ini memiliki tipe
gambaran klinis, diantaranya sebagai berikut:
Tipe papulo-skuamosa hiperkeratotik kronik
Jarang didapatkan vesikel dan pustula, sering pada tumit dan tepi kaki
kadang-kadang sampai ke punggung kaki. Eritema dan plak hiperkeratotik
di atas daerah lesi yang mengalami likenifikasi. Biasanya simetris, jarang
dikeluhkan dan kadang-kadang tida dihiraukan oleh penderita.
Tipr intertriginosa
Manifestasi klinis berupa fisura pada jari-jari, tersering pada sela-sela jari,
basah dan disertai bau yang tidak enak.
Tipe subakut
Lesi intertriginosa berupa vesikel dan pustula. Dapat sampai kepunggung
kaki dan tumiy dengan eksudat yang jernih, kecuali jika mengalami infeksi
sekunder. Dapat diikuti selulitis, limfangitis limfadenitis dan erisipelas.
Tipe akut
Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Kondisi hiperdidrosis dan
maserasi pada kaki, ststis vaskular (3).

10

Pada neurodermatitis sirkumsipta memberikan gambaran klinis berupa lesi. Lesi


yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa. Plak tersebut
biasanya berbentuk plakatdan dapat memiliki 3 zona, yaitu:
a. Zona perifer. Zona ini selebar 2-3 cm yang tidak menebal dan dapat
berisi papul.
b. Zona media. Zona ini dapat memiliki papul lentikular yang mengalami
ekskoriasi.
c. Zona sentral. Zona ini merupakan zona yang memiliki penebalan
paling parah dan alterasi pigmentasi (3)(6).
Selain bentuk plak, lesi pada liken simpleks kronik dapat muncul dengan sedikit
edema. Lambat laun edema dan eritema akan menghilang, lalu muncul skuama
pada bagian tengah dan menebal. Likenifikasi, ekskoriasi, dengan sekeliling yang
hiperpigmentasi, muncul seiring dengan menebalnya kulit, dan batas menjadi
tidak tegas. Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi (6).
Dari pemeriksaan penunjang pada pasien ini tidak dilakukan karena,
pasien tidak mau. Secara teori pada tinea pedis ditegakan berdasarkan gambaran
klinis yang khas dan pemeriksaan sedian langsung dengan larutan kalium
hidroksida (KOH) 10-20 % serta dilakuka pemeriksaan dibawah mikrosop. Dapat
juga dilakukan biakan untuk melihat koloni-oloni jamur (3). Pada neurodermatitis
sirkumsipta dilakukan pemeriksaan histopatologi akan menunjukan hasil
epidermis hyperkeratosis, akantosis dan sedikit papilomatosis. Dermis: didapatkan
pelebaran pembuluh-pembuluh darah dan sebukan sel radang kronik (3).

11

Penyebab penyakit pada Ny. S disebabkan oleh infeksi jamur yang disertai
dengan kebiasaan pasien menggaruk-garuk sehingga terjadi iritasi. Secara teori
dijelaskan bahwa pada tinea pedis dapat disebabkan oleh jamur seperti
Trichophyton

rubrum,

Trichophyton

mentagrophytes,

Epidermophyton

floccosum, Microsporum dan C. Albicans yang ditularkan secara kotak langsung


maupun kontak tak langsung. Sedangkan pada neurodermatitis sirkumsipta belum
jelas penyebabnya namun biasanya berhubungan dengan dermatitis atopi,
psoriasis dan kecemasan, depresi ataupun gangguan psikis lainnya. Dapat juga
disebabkan oleh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi gatal antara lain
panas, keringat, dan iritasi. Sehingga terjadi iritasi kulit sehingga seseorang
menggaruk-garuk daerah tersebut sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi
penebalan kulit (2)(3).
Dermatitis kontak alergi disingkirkan karena penderita pada umumnya
mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang
akut awalnya dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas

(3)(5)

Dermatitis nomularis disingkirkan karena dermstitis nomular merupakan suatu


peradangan lesi yang menetap, dengan keluhan gatal yang ditandai lesi dengan
bentuk uang logam, sirkuler atau lesi oval berbatas tegas, umumnya didapatkan
pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai vesikrl yang
biasanya mudah pecah sehingga basah, kulit bersisik dan ekskoriasi dan kulit
kemerahan atau inflamasi (3)(5).

12

Penatalaksanaan pada tinea pedis pada umumnya meliputi nonfarmakologi


dengan menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan mudah infeksi jamur
seperti kaki dan sela jari kaki dijaga agar selalu kering, terutama sesudah mandi
dapat diberikan bedak dengan atau tanpa anti jamur, menjaga kebersihan diri
dengan menghindari pemakaian sepatu tertutup, spatu plastik maupun sepatu
sempit

(2)

. Secara farmakologi diberikan Obat-obat anti-jamur dapat diberikan

secara topikal (dioles), ada pula yang tersedia dalam bentuk oral (obat minum).
Jenis obat luar (salep) seringkal digunakan jika lesi kulit tidak terlalu luas. Seperti
salep whitfield I atau II, tolnaftat dan toksiklat dapat berkhasiat baik. Jika
prosesnya cukup luas, selain obat topikal, perlu ditambahkan obat minum,
misalnya griseofulvin, terbinafine, itraconazole

(2)(3)

. Penatalaksanaan pada

neurodermatitis sirumskripta secara nonfarmakologis dengan cara menghindari


garukan, gosokan dan gigitan serangga. Perlu dijelaskan kepada pasien untuk
sebisa mungkin menghindari menggaruk lesi larena garukan akan memperburuk
penyakitnya. Lingkaran setan dari gatal-garuk likenifikasi harus dihentikan. Untuk
mengurangi rasa gatal dapat diberikan:
a. Antihistamin dengan efek sedatif, contohnya hidroksizin, difenhidramin,
prometazin.
b. Antihistamin topikal. Contoh dari bentuk ini yang dapat diberikan yaitu
krim doxepin 5% jangka pendek (maksimal 8 hari)
c. Kortikosteroid potensi kuat, bila perlu dengan oklusi. Kortikosteroid
memiliki efek anti inflamasi, anti alergi, anti pruritus, anti mitotik, serta
vasokonstriktor. Contoh kortikosteroid topikal super poten (golongan I)
yaitu betamethasone dipropionate 0.05% serta clobetasol propionate

13

0.05%. Contoh kortikosteroid potensi tinggi (golongan II) yaitu


mometasone furoate 0.01%, desoximetasone 0.05%. Kortikosteroid topikal
dipakai 2-3 kali sehari, tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.
Apabila tidak berhasil, diberikan secara suntikan intralesi 1 mg, contohnya
triamsinolon asetonid (6).
Prognosis kasus ini adalah ad vitam : dubia ad bonam, ad sanam :
dubia ad bonam, ad functionam : dubia ad bonam, ad kosmetikam : dubia
ad bonam. Sesuai dengan teori bahwa pada kasus tinea pedis dan
neurodermatitis sirumskripta pencegahan dan pengobatan yang adekuat
memberikan prognosis yang baik (3).

14

BAB IV
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan Ny.S menderita penyakit tinea pedis tipe akut
et neurodermatitis sirkumsipta, sesuai dengan keluhan gejala pasien yang
diungkapkan pada saat anamnesis, serta dari pemeriksaan fisik didapatkan
gambaran klinis khas pada jari-jari kaki, yaitu tampak fisura pada jari-jari,
lesi bentuk tidak beraturan, batas tidak telas, menyebar, tampak eritema,
berskuama dan hiperpigmentasi. Disertai adanya gambaran klinis pada
lutut berupa : lesi berbentuk plakat, Berbatas tegas tampak makula eritema
,simetris , skuama, hiperpigmentasi

dan garis kulit tampak jelas (

likenifikasi). Dari pemeriksaan penunjang pada pasien ini tidak dilakukan


karena, pasien tidak mau. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah edukasi
pasien untuk menghindari kaki lembab, basah dan menghindari
menggaruk-garuk luka. Serta diberikan obat secara topikal berupa krim
ketomed, betamethasone dipropionate 0.05%, dan diberikan obat secara
sistemik berupa cetirizin 10 mg dan lekoketokonazol. Prognosis kasus ini
adalah ad vitam : dubia ad bonam, ad sanam : dubia ad bonam, ad
functionam : dubia ad bonam, ad kosmetikam : dubia ad bonam.

15

DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, M, 1990. Penyakit kulit, Jakarta : PT. Gramedia
2. Dian, Ratna Kurniawati, 2006. Dalam tinjauan Tesis Kulit : Faktor-fator
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tinea Pedis, Semarang ; Universitas
Diponegoro.
3. Siregar, Penyakit jamur kulit, penerbit buku kedokteran, Palembang, 2005:
1-7, 17-23, 33-34
4. Siregar R.S, Atlas Berwarna Saripati Penyait Kulit. Jakarta : EGC
5. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
6. Suseno Lies, dalam makalah : Liken Simpleks Kronis. Jakarta, Universitas
Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai