Refkas Tinea Pedis Et Neurodermatitis Sirkusripta
Refkas Tinea Pedis Et Neurodermatitis Sirkusripta
PENDAHULUAN
Tinea pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita didaerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung kaki, serta daerah
interdigital. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh dengan subur dalam
keadaan lembab. Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari
harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja ditempat
basah, mencuci, disawah dan sebagainy
(1)
(4)
Gejala klinis tinea pedis sering tanpa keluhan berarti dan dapat terjadi bertahuntahun. Penderita baru akan merasa terganggu jika muncul bau tak sedap dari kaki
disertai rasa gatal, kemerahan pada kulit jari kaki. Namun infeksi jamur ini juga
dapat menunjukan gejala berat seperti nyeri dan demam (2).
Penatalaksanaan pada tinea pedis meliputi nonfarmakologi seperti kaki
dan sela jari kaki dijaga agar selalu kering,
diberikan bedak dengan atau tanpa anti jamur. Sedangkan farmakologi diberikan
Obat-obat anti-jamur dapat diberikan secara topikal (dioles), ada pula yang
tersedia dalam bentuk oral (obat minum). Jenis obat luar (salep) seringkal
digunakan jika lesi kulit tidak terlalu luas. Jika prosesnya cukup luas, selain obat
topikal, perlu ditambahkan obat minum, misalnya griseofulvin, terbinafine,
itraconazole
(2)
yang timbul dapat muncul hanya pada satu tempat, tetapi dapat juga dijumpai
pada beberapa tempat (6).
Dikatakan bahwa 12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit
gatal menderita liken simplek kronik. Liken simplek kronik tidak memandang ras
dalam penyebarannya. Diketahui bahwa insiden terjadi lebih sering pada wanita
daripada pria. Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30
hingga 50 tahun. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki
onset umur yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien
tanpa atopi (rata-rata 48 tahun) (6).
Neurodermatitis sirumskripta bisa terjadi akibat suatu yang bersentuhan
dengan kulit atau mengiritasi kulit sehingga seseorang menggaruk-garuk daerah
tersebut sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi penebalan kulit. Penyakit
ini biasanya berhubungan dengan dermatitis atopi, psoriasis dan kecemasan,
depresi ataupun gangguan psikis lainnya (7).
Penderita penyakit ini akan mengeluh rasa gatal yang sangat mengganggu
aktivitas, dan dirasakan terutama ketika penderita tidak sedang beraktivitas. Rasa
gatal akan berkurang bila digaruk, dan penderita akan berhenti menggaruk bila
sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal dengan rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada neurodermatitis sirumskripta secara nonfarmakologis
dengan cara menghindari garukan, gosokan dan gigitan serangga. Secara
farmakologis diberikan sedatif atau antihistamin, salep kortikosteroid kuat (6).
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Supini
Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: petani
Tanggal Masuk
: 3 september 2014
B. ANAMNESA
KELUHAN UTAMA :
-
Keluhan subyektif : Gatal gatal pada lutut dan sela-sela jari kedua kaki
Keluhan obyektif : kedua lutut terlihat kemerahan berbatas tegas dan garisgaris kulit tampak jelas, kedua kaki tampak kemerahan dan mengelupas,
pada jari-jari kaki terlihat berwana putih.
dirasakan dikedua lutu, gatal yang dirasakan di lutut awalnya hanya luka
kemerahan, karena gatal dan digaruk-garuk luka semakin melebar. Pada
sela-sela jari terdapat warna putih, keluhan ini sangat mengganggu untuk
beraktifitas sehari-hari, pasien mengaku sudah berubat tiap bulan tetapi
keluhan akan muncul jika obat habis,
Faktor yang memperringan gejala: jika diberi salep
Faktor yang memperberat gejala bertambah : jika terkena air dan
berkeringat
Gejala lain : tidak ada gejala lain yang dirasakan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Pernah sakit seperti ini kambuh-kambuhan
Riwayat Hipertensi disangkal,
Riwayat Diabetes Militus disangkal
Alergi makanan diakui , seperti udang
Alergi sandal bahan karet
Alergi obat disangkal
Kesadaran
: Komposmentis
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan pada pasien Ny. S
Saran pada pasien ini dilakukan pemeriksaan:
Sedian langsung dengan larutan kalium hidroksida (KOH) 10-20 %
serta dilakukan pemeriksaan mikrosop.
Biakan untuk melihat koloni-koloni jamur.
Pemeriksaan histopatologi
E. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Tine Pedis
Dermatitis atopik
Intertrigo
Eritrasma
Psoriasis
kandidiasis
2. Neurodermatitis Sirumskripta
Dermatitis Numularis
Prurigo nudularis
F. DIAGNOSIS kerja
Tinea pedis tipe akut dan neurodermatitis sirumskripta
G. TERAPI
a) Terapi topikal
Krim ketomed (dioleskan didaerah lesi pada sela-sela jari kaki
dan dilebihkan 1 cm dibatas lesi untuk mencegah penyebaran
jamur)
Betamethasone dipropionate 0.05%, 2-3 kali sehari tidak lebih
dalam 2 minggu (dioleskan pada tungkai kaki kanan dan kiri)
b) Terapi sistemik
Cetirizin 10 mg 1 kali sehari untuk mengurangi rasa gatal
Lekoketokonazol diberikan diminum sehari duakali
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosa penyakit pada pasien sendiri ditegakkan melalui anamnesis,
gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis pasien didapatkan
didapatkan keluhan gatal-gatal pada kedua kaki yang dirasakan sudah 5 tahun ini,
tiap bulan datang rutin untuk kontrol, gatal dirasakan jika habis terkena air, gatal
juga paling hebat dirasakan pada sela-sela jari, dan jika berkeringat langsung
gatal-gatal. Selain disela-sela jari dan telapak kaki, gatal dirasakan dikedua lutut,
gatal yang dirasakan di lutut awalnya hanya luka kemerahan, karena gatal dan
digaruk-garuk luka semakin melebar dan melebar. Pasien berkerja sebagai petani
dan sering berkeringat. Diagnosa pada Ny. S ini merupakan Tinea pedis tipe akut
et neurodermatitis sirumskripta. Hal ini sesuai dengan beberapa teori yang ada
yaitu dari anamnesis didapatkan keluhan-keluhan pada Tinea pedis sering tanpa
keluhan berarti dan dapat terjadi bertahun-tahun. Penderita baru akan merasa
terganggu jika muncul bau tak sedap dari kaki disertai rasa gatal, kemerahan pada
kulit jari kaki. Namun infeksi jamur ini juga dapat menunjukan gejala berat
seperti nyeri dan demam. Pada pasien juga memiliki kebiasaan kaki nya lembab
sehingga menciptakan lingungan yang baik bagi pertumbuhan jamur
(2)
. Pada
10
11
Penyebab penyakit pada Ny. S disebabkan oleh infeksi jamur yang disertai
dengan kebiasaan pasien menggaruk-garuk sehingga terjadi iritasi. Secara teori
dijelaskan bahwa pada tinea pedis dapat disebabkan oleh jamur seperti
Trichophyton
rubrum,
Trichophyton
mentagrophytes,
Epidermophyton
(3)(5)
12
(2)
secara topikal (dioles), ada pula yang tersedia dalam bentuk oral (obat minum).
Jenis obat luar (salep) seringkal digunakan jika lesi kulit tidak terlalu luas. Seperti
salep whitfield I atau II, tolnaftat dan toksiklat dapat berkhasiat baik. Jika
prosesnya cukup luas, selain obat topikal, perlu ditambahkan obat minum,
misalnya griseofulvin, terbinafine, itraconazole
(2)(3)
. Penatalaksanaan pada
13
14
BAB IV
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan Ny.S menderita penyakit tinea pedis tipe akut
et neurodermatitis sirkumsipta, sesuai dengan keluhan gejala pasien yang
diungkapkan pada saat anamnesis, serta dari pemeriksaan fisik didapatkan
gambaran klinis khas pada jari-jari kaki, yaitu tampak fisura pada jari-jari,
lesi bentuk tidak beraturan, batas tidak telas, menyebar, tampak eritema,
berskuama dan hiperpigmentasi. Disertai adanya gambaran klinis pada
lutut berupa : lesi berbentuk plakat, Berbatas tegas tampak makula eritema
,simetris , skuama, hiperpigmentasi
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, M, 1990. Penyakit kulit, Jakarta : PT. Gramedia
2. Dian, Ratna Kurniawati, 2006. Dalam tinjauan Tesis Kulit : Faktor-fator
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tinea Pedis, Semarang ; Universitas
Diponegoro.
3. Siregar, Penyakit jamur kulit, penerbit buku kedokteran, Palembang, 2005:
1-7, 17-23, 33-34
4. Siregar R.S, Atlas Berwarna Saripati Penyait Kulit. Jakarta : EGC
5. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
6. Suseno Lies, dalam makalah : Liken Simpleks Kronis. Jakarta, Universitas
Indonesia.
16