Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Manusia modern memerlukan energi lebih banyak dalam segi kuantitas maupun

kualitasnya. Berbeda dengan tumbuhan dan hewan yang hanya memerlukan energi bagi
pertumbuhan dan mobilitasnya yang dipenuhi dengan hanya sekedar makan. Tetapi manusia
modern memerlukan jauh lebih dari itu. Manusia modern memerlukan berbagai macam
penunjang kehidupan seperti mobilitas yang tinggi untuk bergerak dalam waktu singkat
menempuh jarak yang jauh, medium penghangat lebih dari sekedar baju hangat dari kulit, dan
lain-lain.
Pemenuhan sumber energi dalam bentuk cair terutama solar pada sektor transportasi
merupakan sektor paling kritis dan perlu mendapat perhatian khusus. Dengan meningkatnya
konsumsi solar dalam negeri, berarti impor dari luar negeri adalah hal yang tidak bisa ditunda
lagi, jika tidak maka kekurangan pasukan tidak dapat dihindari, pada saat ini kurang lebih 25%
kebutuhan solar dalam negeri telah menjadi bagian yang di Impor yang artinya adalah
pengurasan devisa negara. Oleh karena itu sudah saatnya dipikirkan untuk dapat disubtitusi
dengan bahan bakar alternatif lainnya terutama bahan bakar yang berkesinambungan terus
pengadaannya (renewable) dalam upaya meningkatkan security of supply dan mengurangi
kuantitas impor bahan baku tersebut.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari bahan mentah terbaharukan (renewable)
selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam
lemak yang dapat diproduksi dari minyak-minyak tumbuhan seperti minyak sawit (palm oil),
minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapok randu, dan masih ada lebih dari 30
macam tumbuhan Indonesia yang potensial untuk dijadikan sumber energi bentuk cair ini.
Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala
komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa
sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 1

modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding
minyak solar biasa, memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan
biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatic sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas
karbondioksida di atmosfer sehingga lebih jauh lagi mengurangi efek pemanasan global atau
banyak disebut dengan zero CO2 emission. Oleh karena itu, pengembangan biodiesel di
Indonesia dan dunia menjadi sangat penting seiring dengan semakin menurunnya cadangan
bahan bakar diesel berbasis minyak bumi, isu pemanasan global, serta isu tentang polusi
lingkungan. Pengembangan biodiesel didunia sudah dilakukan sejak tahun 1980-an sehingga
pada saat ini ibeberapa bagian dunia telah dilakukan komersialisasi bahan bakar ramah
lingkungan ini..
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika
Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar.
Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan
juga pertumbuhan kendaraan yang menggunalkan biodiesel sebagai bahan baker.

1.2 Tujuan Percobaan

Memahami proses transesterifikasi dalam pembuatan alkyil ester (biodiesel)

Mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi

Mampu menguji beberapa sifat fisika biodiesel seperti viskositas dan densitas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 2

2.1 Landasan Teori


Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel
dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar
menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini,
tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan
diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia
lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel dibuat dari minyak nabati (minyak goreng) dan alkohol (metanol/etanol)
menghasilkan metil ester dan gliserol. Proses pembuatan biodiesel merupakan proses
transesterifikasi yang mengubah minyak nabati baik berasal dari CPO (crude palm oil) atau
minyak jarak (castrol oil) menjadi ester (biodiesel) dan menghasilkan produk samping gliserin
seperti pada persamaan reaksi yang ditunjukkan pada gambar-1.
O

R1 C O CH2

H O CH3

R1 C O CH3

R2 C O CH

+ H O CH3

Na+

R1 C O CH2

H O CH2

R2 C O CH3 + H O CH2
O

H O CH3

R3 C O CH3

H O CH2

Catalyst

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 3

1 Oil or Fat

+ 3 Methanols

1 Triglyceride

+ 3 Alcohols

3 Methylesters

1 Glycerin

Reaksi pembentukan metil ester


Terdapat empat cara dalam pembuatan biodiesel yaitu, pencampuran langsung minyak
nabati dengan solar, mikroemulsi, termal cracking, dan transesterifikasi. Teknologi proses yang
digunakan dalam percobaan ini adalah proses transesterifikasi. Transesterifikasi dilakukan
terhadap minyak nabati atau lemak hewan untuk menghasilkan biodiesel dan gliserol. Proses
transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini hal hal yang
mempengaruhi reaksi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah (Freedman,1984):
a. Pengaruh air dan asam lemak bebas
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan minyak nabati
c. Pengaruh jenis alkohol
d. Pengaruh jenis katalis
e. Metanolisis Crude dan Refined Minyak nabati
f. Pengaruh temperatur

Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanyakatalis, produk


biodiesel yang diperoleh dapat mencapai maksimum, tetapi reaksiya berjalan lambat
(Mittlebatch,2004). Proses transesterifikasi dapat menggunakan asam atau basa. Katalis yang
paling banyak digunakan adalah katalis basa seperti NaOH atau KOH karena dapat mempercepat
reaksi. Pada percobaan ini digunakan KOH sebagai katalis. Perbandingan antara methanol :
minyak dalam perbandingan molar adalah 3 : 1 samapai 6 : 1. Pada pembuatan biodiesel (metil
ester) terdapat beberapa tahap pengerjan yaitu :
Penentuan jumlah katalis
Pembuatan katalis (sodium metoksida)
Reaksi Transesterifikasi
Pemisahan biodiesel dari gliserin
Pencucian (penetralan) dan pengeringan

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 4

Pengujian sifat fisik : densitas, viskositas, nilai kalor pembakaran dan uji
pembakaran.
Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi transesterifikasi :

trigliserida

digliserida

monogliserida

alkohol

alkohol

alkohol

digliserida

monogliserida

gliserin

ester

ester

ester

Secara keseluruhan reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut :

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 5

Trigliserida

3 (alkohol)

gliserin

3 (ester)

Keunggulan Biodiesel :
1. Bilangan setana tinggi, yakni ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat
antiknocking dalam ruang bakar pada saat solar dibakar,
2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat
menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan
maupun pada saat didistribusikan dari pada solar,
3. Tidak mengandung sulfur dan benzen yang karsinogen serta dapat diuraikan secara alami,
4. Mempunyai sifat lubrikasi mesin yang lebih baik dari pada solar,
5. Emisi pembakaran biodiesel lebih ramah lingkungan, yakni hasil pembakaran lebih
sempurna dari pada solar dan tidak menghasilkan gas bakar yang bersifat karsinogenik,
6. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi Oleh
karena itu, tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
7. Dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun
penambahan hanya 5%-10% volum biodiesel kedalam solar.

STANDAR NASIONAL BIODIESEL


Standar produksi biodiesel untuk penggunaan umum berdasarkan standar nasional
indonesia-SNI 04-7182-2006, sebagai berikut.
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 6

Tabel Standar Nasional Biodiesel (SNI 04-7182-2006)


No

Parameter

Unit

Nilai

Metoda

Densitas (40oC)

Kg/m3

850 - 890

ASTM D 1298

Viskositas (40oC)

Mm2/s

2,3 6,0

ASTM D 445

Min. 51

ASTM D 613

(cSt)
3

Cetane Number

Flash Point (close up)

Cloud point

Copper Strip Corrosion

Max. No ASTM D 130

(3 jam, 50oC)

C
C

Carbon residu

% mass

Max.

ASTM D 4530

0,05
-

sample
(Max.

- 10% dist.

0,3)

residu
8

Air dan sedimen

% vol

Max.

ASTM D 2709

0,05*

atau

ASTM

D1160
9

Temperatur

destilasi,

Max. 360

ASTM D 1160

% mass

Max.

ASTM D 874

90% recovered
10

Sulfated ash

0,02
11

Sulfur

Ppm

Max. 100

(mg/kg)

ASTM D 5453
atau

ASTM

D1266
12

Phosphorous content

Ppm

Max. 10

AOCS Ca 12-55

(mg/kg)

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 7

13

Bilangan asam (NA)

Mg-KOH/g

Max. 0,8

AOCS Cd 3-36
atau

ASTM

664
14

Free Gliserin

% mass

Max.

AOCS Ca 14-56

0,02

atau

ASTM

D6584
15

Total Gliserin (Gttl)

% mass

Max.

AOCS Ca 14-56

0,24

atau

ASTM

D6584
16

Kandungan ester

% mass

Min. 96,5 Dihitung **

17

Bilangan iod

% mass (g Max. 115

AOCS Cd 1-25

I2/100g)
18

Halphen test

Negative

AOCS Cd 1-25

* dapat di uji secara terpisah, kandungan sedimen max. 0,01 (% vol)

**Kandungan ester (% mass) =


Ns = Saponification number, mg KOH/g biodiesel, metoda AOCS Cd 3-25
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum proses transesterifikasi
(pembuatan biodiesel) :
Alat yang digunakan :
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 8

Alat

Spesifikasi

Neraca teknis

1 buah

Labu erlenmeyer 250 ml

1 buah

Gelas kimia 100 ml 250 ml

1 buah

Gelas ukur 100 ml

1 buah

Reaktor dilengkapi dengan peralatan refluks

1 buah

Corong pemisah 500 ml

1 buah

Termometer

2 buah

Motor dan batang pengaduk

1 buah

Viskometer

1 buah

Botol semprot

1 buah

Bahan yang digunakan :


Bahan :

Spesifikasi

Minyak goreng

227,61 ml

KOH

Metanol murni

121,24 ml

Asam asetat anhydrous

0,25 ml pekat

Indikator pH universal

Aquadest

Secukupnya

3.2. Skema kerja biodiesel


3.3.1 Flow Chart
Skema kerja pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut:

a. Blok diagram proses

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 9

Penentuan jumlah
katalis, alcohol dan
minyak

Control kualitas

Pembuatan katalis

Reaksi
transesterifikasi

Penentralan,
pencucian dan
pengeringan

Pemisahan
biodiesel

b.Rangkaian Peralatan Refluks

1. Reaktor 1 buah
2. Penangan paraffin 1 buah
3. Kondensor 1 buah
4. Termometer 2 buah
5. Tabung CaCl2
6. Motor pengaduk 1 buah
7. Selang silikon

3.3 Proses Transesterifikasi


KOH

121, 24 ml
Metanol

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)


Pencampuran

227,61 ml Minyak
goreng
Page 10
Pemanasan, T = 55 0C

3.4 Pemisahan Biodiesel

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 11

Masukkan kedalam
corong pisah

Diamkan larutan
sampai terbentuk
dua lapisan

Biodiesel (metilester,KOH,air,
methanol, minyak )

Gliserin, air

3.5 Pencucian dan Pengeringan

Ukur Ph biodiesel

bila basa+asam
asetat glacial

Dinginkan biodiesel
sampai suhu kamar

BAB IV
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 12

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Tabel Data

Komposisi pereaksi
Table komposisi Minyak Kelapa

ttps://www.google.com/search?q=tabel+komposisi+minyak+kelapa&client=firefox-a&rls=org.mozilla:enUS:official&biw=1366&bih=567&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=-WGMVK3xC4yuATk8oGQAw&ved=0CDAQsAQ

a. Persiapan

NO

Bahan

Minyak goreng

MR

Volume/Be

Rumus

(gr/mol)

rat (ml)

200.3

227,61

C12H24O2

(minyak kelapa )
Asam laurat
2

Metanol

32

121,24

CH3OH

Kalium Hidroksida

56

2,2761 gr

KOH

Gliserin

92

CH2 OH
78

CH OH
CH2 OH
C3H8O3

Biodiesel

297

242

b. Reaksi Esterifikasi (Pembuatan katalis)


Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 13

NO.

Bahan

Volume/Berat (ml/gram)

1.

KOH

2, 2761 gram

2.

Metanol

121, 24 ml

c. Kondisi Proses

Waktu

Media

Suhu

Suhu

penangas

Reaktor

74 oC

640C

Pengamatan

Keterangan

Belum terjadi perubahan

Warna keruh

fisik
10

750C

660C

Larutan mencampur

Warna keruh

20

690C

620C

Larutan menjadi keruh

Warna keruh

dan bening
650C

30

40

Penangas

620C

600C

580C

paraffin
50

60

580C

820C

580C

620C

Larutan berubah menjadi

Warna keruh dan

keruh dan viskos

bening

Larutan berubah menjadi

Warna menjadi 2

keruh dan viskos

lapisan

Larutan berubah menjadi

Warna menjadi 2

keruh dan viskos

lapisan

Larutan berubah menjadi

Warna menjadi 2

keruh dan viskos sudah

lapisan

terpisah menjadi 2
lapisan

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 14

d. Perhitungan Hasil Proses


No

Hasil Proses

Besaran

1.

Biodiesel Kasar

320 ml

2.

Gliserol

78 ml

3.

Biodiesel murni

242 ml

4.

Yield

0,210%

e.

Pencucian / penetralan

NO

Bahan

Volume/Berat (ml/gram)

Air

100 ml

Asam asetat yang dibutuhkan

0,25 ml

sampai netral (pH = 7)

Identifikasi Sifat Fisika


Uji analisa sebelum menjadi produk
NO

Sifat Fisika

1.

Viskositas

2.

Densitas

3.

pH

Nilai

Uji analisa setelah menjadi produk (Biodiesel)


NO

Sifat Fisika Biodiesel

1.

Viskositas

2.

Densitas

Nilai

pH produk setelah
3.

ditambah asam asetat

anhydrous ( 0.25 ml)


Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 15

Pembahasan

Nama : Rita Inayah


NIM : 131424025
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan pembuatan biodiesel dengan proses
transesterifikasi, bahan baku yang digunakan adalah minyak goreng (minyak kelapa) yang
direaksikan dengan senyawa alkohol (metanol) dengan katalis basa (KOH). Biodiesel biasanya
dibuat pada ester asam lemak dari minyak goreng cair yang mempunyai sifat lebih encer tidak
mudah membeku.pada percobaan ini bertujuan untuk memahami proses transesterifikasi dalam
pembuatan alkil ester (biodiesel), membuat biodiesel dari asam lemak melalui proses
transesterifikasi, dan menguji sifat fisika kimianya.
a. Proses Penentuan Jumlah Pereaksi
Pada proses transesterifikasi, reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan dari 1 mol
trigliserida dan 3 mol methanol menghasilkan 1 mol gliserol dan 3 mol metil aster(biodiesel).
Untuk mendorong agar kesetimbangan reaksi bergeser ke arah produk (kanan) maka jumlah
methanol yang ditambahkan harus berlebih dari jumlah stoikiometrinya. Seharusnya pada
praktikum perbandingan mol methanol : mol minyak yang digunakan adalah 4 : 1. Tetapi
praktikan melanjutkan praktikum dengan perbandingan 3:1
Dengan Methanol yang digunakan sebanyak

121,24 mL dan minyak 227,61 mL.

Penggunaan methanol sebagai alcohol yang digunakan karena methanol lebih reaktif
dibandingkan alkohol yang lain seperti etanol dan butanol. Apabila jumlah alkohol terlalu
berlebih akan menyebabkan gliserol dan biodiesel bercampur dan sulit dipisahkan, selain itu juga
akan mengotori produk dan menyulitkan dalam pencucian.
b. Penambahan Katalis
Katalis yang digunakan adalah KOH sebanyak 1% dari berat minyak (2,2761 gr). Hal ini
dengan pertimbangan bahwa penggunaan katalis KOH lebih baik dibandingkan NaOH karena
KOH memiliki BM lebih besar sehingga pada proses pemisahan, fasa biodiesel dan gliserol
dapat terlihat jelas. Penggunaan katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 16

dibandingkan dengan katalis asam. Penggunaan katalis ini bertujuan untuk menetralkan
kandungan FFA (free fatty acid) / asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak. Methanol
dan katalis mengalami pencampuran membentuk senyawa alkoksi. Pelarutan KOH dalam
methanol ini bertujuan untuk mencegah adanya kandungan air karena adanya kandungan air
akan menyebabkan jumlah katalis (KOH) berkurang. Penggunaan jumlah katalis yang cukup
besar akan memberikan efek buruk terhadap hasil reaksi. Jumlah katalis yang cukup besar akan
memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi antara katalis KOH dan metanol membentuk sabun.
c. Proses Transesterifikasi
Sebelum dicampurkan dengan minyak goreng terlebih dahulu metanol dicampurkan dengan KOH sehingga
membentuk alkoksi berupa Kalium metoksida, dan pemanasan minyak dilakukan terlebih dahulu
bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dalam produk.
Reaksi antara metanol dan KOH dituliskan dalam reaksi di bawah ini:
2CH3OH

2KOH

(metanol) (kalium hidroksida)

===>

2CH3OK

(kalium metoksida)

H2O
(air)

Minyak pada suhu ruang berbentuk semisolid maka suhu minimum yang digunakan adalah
60oC. Apabila suhu dibawah 60oC maka reaksi tidak akan berlangsung secara sempurna. Setelah
minyak mencapai suhu 60oC, campuran methanol dan KOH dicampurkan dalam reaktor. Suhu
maksimum dalam percobaan ini dijaga pada range 60-65oC. Suhu 60oC dipilih agar laju
penguapan metanol tidak terlalu besar dimana titik didih methanol hanya 68oC. Pada proses
refluks selama 60 menit warna campuran semakin lama semakin bening dan viskositas larutan
semakin rendah dan larutan terpisah menjadi 2 lapisan.
d. Pemisahan
Setelah dingin dan didiamkan 2 jam larutan yang terdapat dalam corong pisah membentuk 2
lapisan. Lapisan paling bawah (merah kecoklatan) merupakan gliserin dan lapisan paling atas
(putih keruh) adalah biodiesel. Terbentuknya gliserin disebabkan karena penggunaan KOH yang
terlalu banyak.

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 17

e. Peneralan, Pencucian, dan Pengeringan


Biodiesel kasar ber-pH 8 sehingga perlu dinetralkan dengan menggunakan larutan asam
asetat anhydrous. Hal ini bertujuannya untuk mengikat kadar air dalam produk. Biodiesel harus
pada pH netral (pH 7) untuk menghindari kerusakan pada mesin yang menggunakan biodiesel.
Biodiesel mengalami penyaringan dan volume biodiesel yang didapat 242 ml dengan berat
gliserol 78 ml dengan berat biodiesel kasar 320 ml.
f. Kontrol Kualitas
Analisis produk yang dihasilkan dilakukan dengan mengukur viskositas dan densitas dari
biodiesel murni yang dihasilkan. Viskositas dari biodiesel hasil percobaan yaitu sebesar cP
dengan density

g/mL. Densitas biodiesel seharusnya sekitar gr/mL (SNI-04-7182-2006).

Sehingga biodiesel yang dihasilkan dari praktikum ini masih kurang memenuhi standar biodiesel
yang seharusnya.
g. Yield
Berdasarkan data tersebut diperoleh volume biodiesel sebanyak 242 ml dan berat biodiesel
sebesar gram sehingga % yield yang diperoleh sebesar %. Yield kurang dari 100 % karena :
1. Minyak nabati yang digunakan kemungkinan besar bukan minyak kelapa murni,
sehingga perolehan biodiesel kurang murni juga.
2. Pemisahan yang tidak sempurna.
3. Adanya sedikit biodiesel yang tertinggal di alat ketika proses pencucian,
pengeringan,dll.

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 18

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan proses transesterifikasi
2. Berat biodiesel hasil percobaan sebesar gram
3. Densitas biodiesel sebesar gr/mL
4. Viskositas biodiesel sebesar cP
5. % yield biodiesel yang diperoleh sebesar %

5.2 Saran
Pengaruh Suhu pada saat pemanasan dan tahap pencucian biodiesel sangat
mempengaruhi produk yang dihasilkan

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Andrijanto,Eko.2010. Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel) . Bandung: POLBAN.


Djenar, Nancy Siti. 2010. Proses Transesterikasi (Pembuatan Biodiesel) Edisi Revisi.
Bandung:POLBAN.
Farida,Mutia Kemala. My kampus site(kelapa sawet). From:
http://mkf-poenya.blog.friendster.com/my-kampus-site-kelapa-sawet/ diakses 23 Desember
2014.
Fessenden, R.J dan Fessenden J.S. 1995. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hambali,Erliza,dkk.2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta : Agromedia.
http://www.sentrapolimer.com - Sentra Teknologi Polimer (Generated:20 Desember, 2014,
07:34).
ITB dan PT Rekayasa Industri.2007. Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel, Laporan Penelitian.
Mittlebach, M. Remschmidt, Claudia. 2004. Biodiesel The Comprehensive Handbook. Vienna:
Baersedruct Ges.
Utami,Tania Surya,dkk.2007.Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO terha-dap Produk Metil
Palmitat dalam Reaktor Tumpak.Depok: Departemen Teknik Kimia,Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 20

LAMPIRAN

Pengolahan Data dan Perhitungan


Perhitungan berat biodiesel secara teoritis
Reaksi yang terjadi :
Trigliserid stearat + 3 Metanol

3 Metil ester + Gliserin

CH3(CH2)16COOH + 3CH3OH 3HOCH2CH(OH)COOCH3 + CH2OHCHOHCH2OH


Menurut Teori
1.

Perhitungan mol minyak


Volume minyak

= 227,61 ml

minyak

= 0,880 g/ml

Mr minyak

= 200.3 g/mol

Ditanyakan :
Massa minyak goreng = minyak goreng Vol minyak goreng
= 0,880 g/ml x 227,61 ml
= 200,3 gram
Mol minyak goreng

= massa minyak goreng


Mr minyak goreng

= 1 mol

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 21

2.Perhitungan mol metanol


Perbandingan mol metanol 3 : 1 mol minyak
Mol metanol

=3x1
= 3 mol

metanol

= 0,7918 g/ml

Mr metanol

= 32 g/mol

Ditanyakan :
Massa metanol = mol metanol Mr metanol
= 3 mol 32 gr/mol
= 96 gram
Volume metanol = massa metanol
metanol

= 121,24 ml
Mol metanol

= gram metanol
Mr metanol

= 3 mol

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 22

1 (C17H35COO)3 C3H5 + 3 CH3OH

3 C17H35COO CH3

+ 1 C3H8O3

1 mol

3 mol

1 mol

3 mol

3 mol

1 mol

3 mol

1 mol

Pereaksi pembatas

= minyak

Pereaksi yang berlebih

= metanol

Jadi,
Mol biodiesel secara stoikiometri = 3 mol
Massa biodiesel (teori) = Mr Biodiesel x mol Biodiesel
= 297 gr/mol x 3 mol
= 891 gram
Menurut Percobaan
-Volume biodiesel yang dihasilkan

= 242 mL

-Massa jenis biodiesel

= 0,7728 gr/mL

-Massa biodiesel percobaan

= massa jenis x volume


= 0,7728gr/mL x 242 mL
= 187,0176 gram

Perhitungan Yield
% yield =

x100%

=0,210%

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 23

LAMPIRAN FOTO BIODIESEL

Proses refluks

Proses pemisahan

Viskositas

pH 7

Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)

Page 24

Anda mungkin juga menyukai