PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia modern memerlukan energi lebih banyak dalam segi kuantitas maupun
kualitasnya. Berbeda dengan tumbuhan dan hewan yang hanya memerlukan energi bagi
pertumbuhan dan mobilitasnya yang dipenuhi dengan hanya sekedar makan. Tetapi manusia
modern memerlukan jauh lebih dari itu. Manusia modern memerlukan berbagai macam
penunjang kehidupan seperti mobilitas yang tinggi untuk bergerak dalam waktu singkat
menempuh jarak yang jauh, medium penghangat lebih dari sekedar baju hangat dari kulit, dan
lain-lain.
Pemenuhan sumber energi dalam bentuk cair terutama solar pada sektor transportasi
merupakan sektor paling kritis dan perlu mendapat perhatian khusus. Dengan meningkatnya
konsumsi solar dalam negeri, berarti impor dari luar negeri adalah hal yang tidak bisa ditunda
lagi, jika tidak maka kekurangan pasukan tidak dapat dihindari, pada saat ini kurang lebih 25%
kebutuhan solar dalam negeri telah menjadi bagian yang di Impor yang artinya adalah
pengurasan devisa negara. Oleh karena itu sudah saatnya dipikirkan untuk dapat disubtitusi
dengan bahan bakar alternatif lainnya terutama bahan bakar yang berkesinambungan terus
pengadaannya (renewable) dalam upaya meningkatkan security of supply dan mengurangi
kuantitas impor bahan baku tersebut.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari bahan mentah terbaharukan (renewable)
selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam
lemak yang dapat diproduksi dari minyak-minyak tumbuhan seperti minyak sawit (palm oil),
minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapok randu, dan masih ada lebih dari 30
macam tumbuhan Indonesia yang potensial untuk dijadikan sumber energi bentuk cair ini.
Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala
komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa
sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
Page 1
modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding
minyak solar biasa, memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan
biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatic sehingga emisi
pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas
karbondioksida di atmosfer sehingga lebih jauh lagi mengurangi efek pemanasan global atau
banyak disebut dengan zero CO2 emission. Oleh karena itu, pengembangan biodiesel di
Indonesia dan dunia menjadi sangat penting seiring dengan semakin menurunnya cadangan
bahan bakar diesel berbasis minyak bumi, isu pemanasan global, serta isu tentang polusi
lingkungan. Pengembangan biodiesel didunia sudah dilakukan sejak tahun 1980-an sehingga
pada saat ini ibeberapa bagian dunia telah dilakukan komersialisasi bahan bakar ramah
lingkungan ini..
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika
Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar.
Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan
juga pertumbuhan kendaraan yang menggunalkan biodiesel sebagai bahan baker.
Mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi
Mampu menguji beberapa sifat fisika biodiesel seperti viskositas dan densitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
Page 2
R1 C O CH2
H O CH3
R1 C O CH3
R2 C O CH
+ H O CH3
Na+
R1 C O CH2
H O CH2
R2 C O CH3 + H O CH2
O
H O CH3
R3 C O CH3
H O CH2
Catalyst
Page 3
1 Oil or Fat
+ 3 Methanols
1 Triglyceride
+ 3 Alcohols
3 Methylesters
1 Glycerin
Page 4
Pengujian sifat fisik : densitas, viskositas, nilai kalor pembakaran dan uji
pembakaran.
Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi transesterifikasi :
trigliserida
digliserida
monogliserida
alkohol
alkohol
alkohol
digliserida
monogliserida
gliserin
ester
ester
ester
Page 5
Trigliserida
3 (alkohol)
gliserin
3 (ester)
Keunggulan Biodiesel :
1. Bilangan setana tinggi, yakni ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat
antiknocking dalam ruang bakar pada saat solar dibakar,
2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat
menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan
maupun pada saat didistribusikan dari pada solar,
3. Tidak mengandung sulfur dan benzen yang karsinogen serta dapat diuraikan secara alami,
4. Mempunyai sifat lubrikasi mesin yang lebih baik dari pada solar,
5. Emisi pembakaran biodiesel lebih ramah lingkungan, yakni hasil pembakaran lebih
sempurna dari pada solar dan tidak menghasilkan gas bakar yang bersifat karsinogenik,
6. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi Oleh
karena itu, tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
7. Dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun
penambahan hanya 5%-10% volum biodiesel kedalam solar.
Page 6
Parameter
Unit
Nilai
Metoda
Densitas (40oC)
Kg/m3
850 - 890
ASTM D 1298
Viskositas (40oC)
Mm2/s
2,3 6,0
ASTM D 445
Min. 51
ASTM D 613
(cSt)
3
Cetane Number
Cloud point
(3 jam, 50oC)
C
C
Carbon residu
% mass
Max.
ASTM D 4530
0,05
-
sample
(Max.
- 10% dist.
0,3)
residu
8
% vol
Max.
ASTM D 2709
0,05*
atau
ASTM
D1160
9
Temperatur
destilasi,
Max. 360
ASTM D 1160
% mass
Max.
ASTM D 874
90% recovered
10
Sulfated ash
0,02
11
Sulfur
Ppm
Max. 100
(mg/kg)
ASTM D 5453
atau
ASTM
D1266
12
Phosphorous content
Ppm
Max. 10
AOCS Ca 12-55
(mg/kg)
Page 7
13
Mg-KOH/g
Max. 0,8
AOCS Cd 3-36
atau
ASTM
664
14
Free Gliserin
% mass
Max.
AOCS Ca 14-56
0,02
atau
ASTM
D6584
15
% mass
Max.
AOCS Ca 14-56
0,24
atau
ASTM
D6584
16
Kandungan ester
% mass
17
Bilangan iod
AOCS Cd 1-25
I2/100g)
18
Halphen test
Negative
AOCS Cd 1-25
Page 8
Alat
Spesifikasi
Neraca teknis
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Termometer
2 buah
1 buah
Viskometer
1 buah
Botol semprot
1 buah
Spesifikasi
Minyak goreng
227,61 ml
KOH
Metanol murni
121,24 ml
0,25 ml pekat
Indikator pH universal
Aquadest
Secukupnya
Page 9
Penentuan jumlah
katalis, alcohol dan
minyak
Control kualitas
Pembuatan katalis
Reaksi
transesterifikasi
Penentralan,
pencucian dan
pengeringan
Pemisahan
biodiesel
1. Reaktor 1 buah
2. Penangan paraffin 1 buah
3. Kondensor 1 buah
4. Termometer 2 buah
5. Tabung CaCl2
6. Motor pengaduk 1 buah
7. Selang silikon
121, 24 ml
Metanol
227,61 ml Minyak
goreng
Page 10
Pemanasan, T = 55 0C
Page 11
Masukkan kedalam
corong pisah
Diamkan larutan
sampai terbentuk
dua lapisan
Biodiesel (metilester,KOH,air,
methanol, minyak )
Gliserin, air
Ukur Ph biodiesel
bila basa+asam
asetat glacial
Dinginkan biodiesel
sampai suhu kamar
BAB IV
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
Page 12
Komposisi pereaksi
Table komposisi Minyak Kelapa
ttps://www.google.com/search?q=tabel+komposisi+minyak+kelapa&client=firefox-a&rls=org.mozilla:enUS:official&biw=1366&bih=567&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=-WGMVK3xC4yuATk8oGQAw&ved=0CDAQsAQ
a. Persiapan
NO
Bahan
Minyak goreng
MR
Volume/Be
Rumus
(gr/mol)
rat (ml)
200.3
227,61
C12H24O2
(minyak kelapa )
Asam laurat
2
Metanol
32
121,24
CH3OH
Kalium Hidroksida
56
2,2761 gr
KOH
Gliserin
92
CH2 OH
78
CH OH
CH2 OH
C3H8O3
Biodiesel
297
242
Page 13
NO.
Bahan
Volume/Berat (ml/gram)
1.
KOH
2, 2761 gram
2.
Metanol
121, 24 ml
c. Kondisi Proses
Waktu
Media
Suhu
Suhu
penangas
Reaktor
74 oC
640C
Pengamatan
Keterangan
Warna keruh
fisik
10
750C
660C
Larutan mencampur
Warna keruh
20
690C
620C
Warna keruh
dan bening
650C
30
40
Penangas
620C
600C
580C
paraffin
50
60
580C
820C
580C
620C
bening
Warna menjadi 2
lapisan
Warna menjadi 2
lapisan
Warna menjadi 2
lapisan
terpisah menjadi 2
lapisan
Page 14
Hasil Proses
Besaran
1.
Biodiesel Kasar
320 ml
2.
Gliserol
78 ml
3.
Biodiesel murni
242 ml
4.
Yield
0,210%
e.
Pencucian / penetralan
NO
Bahan
Volume/Berat (ml/gram)
Air
100 ml
0,25 ml
Sifat Fisika
1.
Viskositas
2.
Densitas
3.
pH
Nilai
1.
Viskositas
2.
Densitas
Nilai
pH produk setelah
3.
Page 15
Pembahasan
Penggunaan methanol sebagai alcohol yang digunakan karena methanol lebih reaktif
dibandingkan alkohol yang lain seperti etanol dan butanol. Apabila jumlah alkohol terlalu
berlebih akan menyebabkan gliserol dan biodiesel bercampur dan sulit dipisahkan, selain itu juga
akan mengotori produk dan menyulitkan dalam pencucian.
b. Penambahan Katalis
Katalis yang digunakan adalah KOH sebanyak 1% dari berat minyak (2,2761 gr). Hal ini
dengan pertimbangan bahwa penggunaan katalis KOH lebih baik dibandingkan NaOH karena
KOH memiliki BM lebih besar sehingga pada proses pemisahan, fasa biodiesel dan gliserol
dapat terlihat jelas. Penggunaan katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
Proses Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel)
Page 16
dibandingkan dengan katalis asam. Penggunaan katalis ini bertujuan untuk menetralkan
kandungan FFA (free fatty acid) / asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak. Methanol
dan katalis mengalami pencampuran membentuk senyawa alkoksi. Pelarutan KOH dalam
methanol ini bertujuan untuk mencegah adanya kandungan air karena adanya kandungan air
akan menyebabkan jumlah katalis (KOH) berkurang. Penggunaan jumlah katalis yang cukup
besar akan memberikan efek buruk terhadap hasil reaksi. Jumlah katalis yang cukup besar akan
memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi antara katalis KOH dan metanol membentuk sabun.
c. Proses Transesterifikasi
Sebelum dicampurkan dengan minyak goreng terlebih dahulu metanol dicampurkan dengan KOH sehingga
membentuk alkoksi berupa Kalium metoksida, dan pemanasan minyak dilakukan terlebih dahulu
bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dalam produk.
Reaksi antara metanol dan KOH dituliskan dalam reaksi di bawah ini:
2CH3OH
2KOH
===>
2CH3OK
(kalium metoksida)
H2O
(air)
Minyak pada suhu ruang berbentuk semisolid maka suhu minimum yang digunakan adalah
60oC. Apabila suhu dibawah 60oC maka reaksi tidak akan berlangsung secara sempurna. Setelah
minyak mencapai suhu 60oC, campuran methanol dan KOH dicampurkan dalam reaktor. Suhu
maksimum dalam percobaan ini dijaga pada range 60-65oC. Suhu 60oC dipilih agar laju
penguapan metanol tidak terlalu besar dimana titik didih methanol hanya 68oC. Pada proses
refluks selama 60 menit warna campuran semakin lama semakin bening dan viskositas larutan
semakin rendah dan larutan terpisah menjadi 2 lapisan.
d. Pemisahan
Setelah dingin dan didiamkan 2 jam larutan yang terdapat dalam corong pisah membentuk 2
lapisan. Lapisan paling bawah (merah kecoklatan) merupakan gliserin dan lapisan paling atas
(putih keruh) adalah biodiesel. Terbentuknya gliserin disebabkan karena penggunaan KOH yang
terlalu banyak.
Page 17
Sehingga biodiesel yang dihasilkan dari praktikum ini masih kurang memenuhi standar biodiesel
yang seharusnya.
g. Yield
Berdasarkan data tersebut diperoleh volume biodiesel sebanyak 242 ml dan berat biodiesel
sebesar gram sehingga % yield yang diperoleh sebesar %. Yield kurang dari 100 % karena :
1. Minyak nabati yang digunakan kemungkinan besar bukan minyak kelapa murni,
sehingga perolehan biodiesel kurang murni juga.
2. Pemisahan yang tidak sempurna.
3. Adanya sedikit biodiesel yang tertinggal di alat ketika proses pencucian,
pengeringan,dll.
Page 18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan proses transesterifikasi
2. Berat biodiesel hasil percobaan sebesar gram
3. Densitas biodiesel sebesar gr/mL
4. Viskositas biodiesel sebesar cP
5. % yield biodiesel yang diperoleh sebesar %
5.2 Saran
Pengaruh Suhu pada saat pemanasan dan tahap pencucian biodiesel sangat
mempengaruhi produk yang dihasilkan
Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Page 20
LAMPIRAN
= 227,61 ml
minyak
= 0,880 g/ml
Mr minyak
= 200.3 g/mol
Ditanyakan :
Massa minyak goreng = minyak goreng Vol minyak goreng
= 0,880 g/ml x 227,61 ml
= 200,3 gram
Mol minyak goreng
= 1 mol
Page 21
=3x1
= 3 mol
metanol
= 0,7918 g/ml
Mr metanol
= 32 g/mol
Ditanyakan :
Massa metanol = mol metanol Mr metanol
= 3 mol 32 gr/mol
= 96 gram
Volume metanol = massa metanol
metanol
= 121,24 ml
Mol metanol
= gram metanol
Mr metanol
= 3 mol
Page 22
3 C17H35COO CH3
+ 1 C3H8O3
1 mol
3 mol
1 mol
3 mol
3 mol
1 mol
3 mol
1 mol
Pereaksi pembatas
= minyak
= metanol
Jadi,
Mol biodiesel secara stoikiometri = 3 mol
Massa biodiesel (teori) = Mr Biodiesel x mol Biodiesel
= 297 gr/mol x 3 mol
= 891 gram
Menurut Percobaan
-Volume biodiesel yang dihasilkan
= 242 mL
= 0,7728 gr/mL
Perhitungan Yield
% yield =
x100%
=0,210%
Page 23
Proses refluks
Proses pemisahan
Viskositas
pH 7
Page 24