Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT MATEMATIKA DAN PERANAN

LIMIT KEHIDUPAN
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai permasalahan yang berkaitan


dengan matematika. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya permasalahan yang dapat
dianalisis menggunakan matematika. Oleh karena itu diperlukan pemahaman khusus pada matematika.
Alam semesta memuat teori-teori
dan konsep matematika, meskipun alam
semesta
tercipta sebelum matematika
itu ada. Alam semesta serta segala isinyadiciptakan Allah dengan ukuran-ukuran yang cermat dan
teliti, dengan
perhitunganperhitungan yang
mapan, dan dengan rumusrumus serta persamaan yang seimbang dan rapi.
Matematika
merupakan pengetahuan yang berkenaan dengan struktur dan
hubungannya yang memerlukan symbol-simbol atau
lambang. Simbol-simbol inidigunakan
untuk membantu mengkonstruksi aturan-aturan dengan operasi yang
ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan
untuk membentuk suatu konsep baru.
Semua teori yang sulit dimengerti itu tak ayal hanyalah pemikiran atas apa yang dilihat,
dirasakan dan dipikirkan. Semua sudah tersedia. Allah yang menciptakan manusia sudah
sejak lama mengajarkannya. Pertama, dengan menciptakan manusia menjadi 2 jenis, laki-laki lantas
perempuan. Kedua, Ia ciptakan bumi berputar atas dua waktu, siang dan malam. Selanjutnya, Ia juga
menciptakan manusia dengan dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki, semuanya kiri dan
kanan. Ada langit, lalu ada pula bumi. Lalu, kemudian manusia mengilhaminya hingga menciptakan
banyak cabang ilmu baru termasuk pelajaran matematika. Maka, sekarang saya mulai paham mengapa
dalam Alquran, Alloh seolah menantang manusia untuk selalu belajar dengan berfikir maka apakah
kalian tidak berfikir?
Saya sempat berpikir tentang adanya limit tak hingga. Bagaimana mungkin sebuah limit
dengan angka pasti, hanya dengan merubah fungsi dapat menjadi tak terhingga? Bukankah limit itu
sendiri secara harfiah bermakna batas? Batas adalah sesuatu yang bisa dicapai sehingga berdasarkan
logika kemahasiswaaan saya waktu itu seharusnya batas tersebut terhingga dan pasti.
Tetapi pengaplikasian matematika dapat diamati dalam proses penyelesaian suatu
permasalahan yang
dimodelkan dalam konsep matematika. Denganmemperhatikan
semesta pembicaranya, konsep tersebut akan
lebih mudah diselesaikandan dapat
diambil suatu perkiraan yang mendekati suatu kesimpulan.
Oleh karena itu, matematika memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan
yang lain dan mempu menjawab permasalahan-permasalahan kehidupan dengan cepat dan tepat serta
dapat dipertanggung-jawabkan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Matematika
Waktu kecil segalanya kelihatan besar, pohon terasa begitu tinggi, orang-orang tampak seperti
raksasa. Pandangan itu berubah setelah kita berangkat dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita
kira, wujud yang penuh dengan misteri ternyata hanya begitu saja. Kesemestaan pun menciut, bahkan
dunia bisa sebesar daun kelor, bagi orang yang putus asa.
Seperti inilah kita belajar ilmu matematika, yang hanya momok kesulitan yang tertanam.
Bahwa ini semua terjadi karena sebenarnya kita sendiri tidak memahami hakekat matematika itu, dan
tidak mengenal filsafat dalam matematika itu sendiri.
Mengapa Matematika ada?
Ya.. Matematika itu timbul dari pemikiran manusia yang terkadang saya sendiri merasa Matematika
itu..
Ada dengan ketiadaannya.
Berhingga dengan ketakberhinggaannya.
Sukar dengan kemudahnnya.
Indah dengan kekacauannya.
Dan masih banyak lagi pemikiran-pemikiran berbeda tentang Matematika yang sering membuat
saya terkesan sekaligus berpikir. Kegiatan berpikir tentang seluk-beluk suatu hal itu, dinamakan filsafat.
Tapi menurut saya pribadi, filsafat itu merupakan cara kita berpikir terhadap sesuatu yang ingin kita
pikirkan baik secara intensif maupun ekstensif.
Dalam kemunculannya sebagai salah satu ilmu pengetahuan, tentunya Matematika tak lepas dari
pemikiran orang-orang yang memikirkannya. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa Matematika
berawal dari filsafat, diikuti oleh logika yang mengaitkan segala sesuatu dalam akal pikiran manusia dan
diekspresikan ke dalam suatu bahasa, yang kemudian kita kenal dengan bahasa matematika yang terdiri
dari simbol-simbol aneh yang memiliki arti tersendri untuk menghindari kerancuan di dalamnya. Sehingga
lahirlah Matematika itu.
Kata filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo yang artinya cintadan sophia yang
artinya kebijaksanaan, sehingga filsafat itu sendiri diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Sedangkan
menurut istilah, filsafat meruapakan disiplin ilmu yang memikirkan dunia metafisika atau di balik realitas
yang ada, secara kritis dan tersistematis.
Dalam memahami Matematika, ada tiga aliran yang digunakan sebagai acuan berpikir, yaitu:
1. Formalisme
Formalis memandang Matematika sebagai suatu permainan formal yang tak bermakna (meaningless)
dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan (Ernest, 1991). Pandangan ini dikemukakan oleh
David Hilbert. Hal ini disederhanakan sebagai deretan permainan dengan rangkaian tanda-tanda
linguistik, seperti huruf-huruf dalam alpabet Bahasa Inggris. Bilangan dua ditandai oleh beberapa
tanda seperti 2 atau II, dan seterusnya. Formalis memiliki dua tesis, yaitu:
a.

Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan sebarangan,
kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal.

b. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari ketidak
konsistenan.
2. Intuisionisme
Menurut L.E.J. Brouwer, Matematika adalah suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita
bohong adalah hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia
memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk
matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap
tidak ada.

3. Logisisme
Logisisme memandang bahwa Matematika sebagai bagian dari logika. Pernyataan ini dikemukakan oleh
G. Leibniz. Dua pernyataan penting yang dikemukakan di dalam aliran ini, yaitu:
a. Semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika.
b. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan
kesimpulan secara logika semata.
Dalam

filsafat

Matematika,

dikenal

adanya

pemikiran

absolut

dan

fallibilis.

Dalam

pemikiran absolut, dinyatakan bahwa Mathematics is the one and perhaps the only realm of certain,
unquestionable and objective knowledge yang maksudnya adalah matematika adalah suatu kemungkinan
dan kenyataan yang tak terbantahkan dan merupakan ilmu pengetahuan yang objektif. Sedangkan
secara fallibilis, Mathematica

truth

is

corrigible,

and

can

never

regarded

as

being

above revision and correction, yang maksudnya adalah kebenaran matematika dapat dibenarkan dan
tidak pernah bisa ditentang, diperbaiki maupun dikoreksi. Sehingga The Liang Gie memberikan
pengertian filsafat matematika dengan menyatakan bahwa filsafat matematika merupakan sudut pandang
yang menyusun dan mempersatukan pelbagai bagian dan kepingan matematik berdasarkan beberapa asas
dasar.

B. Hakekat Matematika
1. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika dikenal dengan ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan matematika harus
bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif),
tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran
pada tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau
ilustrasi geometris.
Perlu pula diketahui bahwa baik isi maupun metode mencari kebenaran dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam, apalagi dengan ilmu pengetahuan umum. Metode
mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah ilmu deduktif, sedangkan oleh ilmu
pengetahuan alam adalah metode induktif atau eksperimen. Namun dalam matematika mencari
kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk
semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi,
sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara
deduktif. Sebagai contoh, dalam ilmu biologi berdasarkan pada pengamatan, dari beberapa
binatang menyusui ternyata selalu melahirkan. Sehingga kita bisa membuat generalisasi secara
induktif bahwa setiap binatang menyusui adalah melahirkan.
Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat
dibuktikan secara deduktif. Contoh: untuk pembuktian jumlah dua bilangan ganjil adalah
bilangan genap. Pembuktian secara deduktif sebagai berikut: andaikan m dan n sembarang dua
bilangan bulat maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika
kita jumlahkan (2m+1) + (2n+1) = 2(m+n+1). Karena m dan n bilangan bulat maka (m+n+1)
bilangan bulat, sehingga 2(m+n+1) adalah bilangan genap. Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu
genap.
2. Matematika bersifat terstruktur
Menurut Ruseffendi (Tim MKPBM, 2001;25) matematika mempelajari tentang pola
keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari unsure-unsur yang tidak
terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya
pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan
sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.

Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami
topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun rumah, maka fondasi harus kokoh. Contohnya
konsep bilangan genap. Bilangan genap adalah bilangan bulat yang habis dibagi dua. Sebelum
membahas bilangan genap, siswa harus memahami dulu konsep bilangan bulat dan pengertian
habis dibagi dua sebagai konsep prasyarat.
Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi itu selanjutnya dapat dibentuk unsur-unsur
matematika yang terdefinisi. Misalnya segitiga adalah lengkungan tertutup sederhana yang
merupakan gabungan dari tiga buah segmen garis. Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi dan
unsur-unsur yang terdefinisi dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau
postulat. Misalnya: melalui sebuah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis kesuatu
titik yang lain.
Tahap selanjutnya dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi, unsur-unsur yang terdefinisi, dan
aksioma atau postulat dapat disusun teorema-teorema yang kebenarannya harus dibuktikan
secara deduktif dan berlaku umum. Misalnya: jumlah ukuran ketiga sudut dalam sebuah segitiga
adalah 180 derajat.
3. Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai
sumber dari ilmu yang lain dan pada perkembangannya tidak tergantung pada ilmu lain. Dengan
kata lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika.
Sebagai contoh: banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan kimia yang ditemukan dan
dikembangkan melalui konsep kalkulus. Teori mendel pada Biologi melalui konsep pada
probabilitas. Teori ekonomi melalui konsep fungsi dan sebagainya.
Dari kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan matemaika selain tumbuh dan
berkembang untuk dirinya sendiri juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan lainnya
dalam pengembangan dan operasinya. Cabang matematika yang memenuhi fungsinya seperti
yang disebutkan terakhir itu dinamakan dengan matematika Terapan (Applied Mathematic).
4. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang
ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan padanya. Tanpa itu maka matematika hanyalah merupakan kumpulan unsur-unsur yang
mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu karena
terkadang mempunyai lebih dari satu arti. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada
bahasa maka kita berpaling pada matematika. Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa
matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk,
danemosional
dari
bahasa
verbal.
Lambang-lambang
darimatematika
dibuat
secara artifisial yakni baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan. Dan bersifat
individual yaitu berlaku khusus untuk masalahyang sedang kita kaji.
5. Matematika bersifat kuantitatif
Dengan bahasa verbal kita bisa membandingkan dua objek yang berlainan umpamanya
gajah dan semut, maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar daripada semut, kalau ingin
menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan dengan semut, maka kita mengalami
kesulitan dalam mengemukakan hubungan itu, bila ingin mengetahui secara eksak berapa besar
gajah bila dibandingkan dengan semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat mengatakan apaapa.
Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran dapat mengetahui
dengan tepat berapa panjang. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang
bersifat kualitatif. Kita mengetahui bahwa sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang,
tetapi tidak bisa mengatakan berapa besar pertambahan panjang logamnya.

Untuk itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran, maka kita
dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya bila
dipanaskan, Dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan
kualitatif seperti sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, dapat diganti dengan
pernyataan matematika yang lebih eksak umpamanya : P1 = Po (1+n), dimana P1 adalah panjang
logam pada temperatur t, Po merupakan panjang logam pada temperatur nol dan n merupakan
koefisien pemuai logam tersebut.
C. Citra dan Gambaran Konsep Limit Fungsi
Konsep memiliki suatu gambaran mental (mental picture) dan citra konsep (concept image).
Gambaran mental individu terhadap suatu konsep merupakan himpunan semua represesntasi visual
(termasuk simbol) yang berasosiasi dengan konsep (Tall dan Vinner, 1981). Selanjutnya, dikatakan
bahwa We shall use the term concept image to describe the total cognitive structure that is associated
with the concept, which includes all the mental pictures and associated properties and process.Citra
konsep dipandang sebagai semua struktur kognitif yang berasosiasi dengan konsep, terdiri atas
gambaran mental, sifat dan proses yang berasosiasi dengan konsep. Jadi citra konsep terdiri atas semua
struktur kognitif, sadar atau tidak sadar yang membentuk pemahaman individu terhadap konsep. Citra
konsep dalam pikiran individu, dapat dipandang sebagai gambaran pemahaman individu terhadap
suatu konsep.
Sebagai contoh, gambaran mental (mental picture) konsep limit fungsi seorang mahasiswa
mungkin terdiri atas notasi limit, grafik fungsi yang terkait dengan notasi tersebut, dan semua
gambaran visual yang terkait dengan konsep limit fungsi. Lebih jauh, citra konsep (concept image)
konsep limit fungsi yang mungkin dimiliki mahasiswa tersebut, selain gambaran mental yang
disebutkan di atas, juga mungkin terdiri atas definisi formal yang diketahuinya, cara menentukan limit
fungsi, teorema-teorema yang berkaitan dengan konsep limit beserta buktinya.
Konsep limit merupakan konsep dasar dalam mempelajari kalkulus dan analisis. Konsep limit
digunakan untuk membangun konsep-konsep kalkulus dan analisis, misalnya konsep kontinuitas,
differensial, integral, aproksimasi, sifat konvergen dan divergen sebuah barisan dan deret, serta dapat
diaplikasikan dalam menentukan kuantitas terukur bentuk-bentuk geometri, dan dalam menjelaskan
penggunaan suatu konsep fungsi.
Masalah yang cukup sulit dipecahkan dalam pembelajaran limit adalah makna intuitif limit
fungsi yang ditulis dalam buku-buku teks kalkulus; yaitu berarti jika x mendekati c, tetapi tidak sama
dengan c maka f(x) mendekati L pada dasarnya secara implisit menyatakan bahwa fungsi f boleh
berupa fungsi konstan, yaitu f(x) = L untuk semua nilai x. Hal ini biasanya bertentangan dengan makna
sehari-hari kata tersebut. Makna kata saya mendekati anda dalam kehidupan sehari-hari tidak
menunjukkan bahwa saya boleh menempati posisi anda. Seperti yang dinyatakan sebelumnya,
pemilihan kata mendekati atau menuju ke dalam pengertian limit diassosiasikan dengan
kata konvergen dalam pengertian barisan konvergen.
Terlihat adanya perbedaan cara berpikir untuk memahami proses menentukan kandidat limit
sebuah fungsi dengan proses memahami pembuktian (validasi) kandidat limit fungsi. Dalam
menentukan limit sebuah fungsi f, pertama, kita memfokuskan diri pada input, yaitu nilai-nilai x di
sekitar titik c, kemudian menentukan output, yaitu nilai-nilai f(x). Selanjutnya kandidat limit fungsi
dipilih berdasarkan kecenderungan nilai-nilai output {f(x)}. Sebaliknya, untuk memahami proses
memvalidasi kandidat limit fungsi, dibutuhkan kemampuan berpikir dalam arah berlawanan dari proses
berpikir menentukan kandidat limit fungsi. Pertama, menentukan sembarang interval yang memuat
kandidat tersebut (L) dan menentukan prapeta fungsi f. Selanjutnya menunjukkan secara simultan,
adanya interval pada domain fungsi yang memuat csehingga peta fungsi f atas interval pada domain
fungsi tersebut (kecuali mungkin f(c)) termuat seluruhnya ke dalam interval yang memuat kandidat
limit tersebut (L).

Apakah otak manusia tidak sanggup menerima konsep limit dan logika matematika secara
umum? Tall dan Vinner (1981), menjelaskan perbedaan cara individu berpikir tentang konsep dari
definisi formalnya, yaitu membedakan antara matematika sebagai aktivitas mental dan matematika
sebagai sistem formal. Keduanya berpendapat bahwa otak manusia bukan semata-mata suatu kesatuan
logika. Kompleksitas otak biasanya berfungsi tidak sesuai dengan logika matematika. Akibatnya,
seorang matematikawanpun tidak kebal terhadap konflik internal dalam pikirannya, walaupun
mungkin pada akhirnya ia dapat mereorganisasi kembali konstruksi pengetahuannya melalui rangkaian
argumentasi deduktif. Adanya konflik internal dalam pikiran, mungkin sebagai produk pemahaman
intuitif yang melekat dalam konsep, yaitu konsep tidak semata-mata dipandang dari definisi formal dan
teorema-teorema yang terkait dengannya.
Dengan kondisi awal yang
telah ditentukan, maka nilai dari barisan rekursifakan
selalu bertambah. Hal ini dapat dinikmati oleh pembaca bahwa nilai dari barisan rekursif itu tidak
terbatas
di
atas
dan
sampai
tak
hingga.
Sebagaimana konsep
AlQuran tentang pemberian nikmat oleh Allah SWT yang sangat luas tak terbatas.Sebagaimana dalam
surat An Nahl ayat 18, yaitu:
Artinya :
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Konsep konvergen
dan divergen dari limit suatu
barisan menggambarkan
bahwaterdapat pendekatan nilai dari suatu barisan. Ada yang semakin mendekati
nilai nol,sehingga barisan tersebut bersifat konvergen, dan ada pula yang nilainya menjauhi sampai tak
hingga sehingga barisan tersebut bersifat divergen.
Saya juga sempat berpikir tentang adanya limit tak hingga. Bagaimana mungkin sebuah limit
dengan angka pasti, hanya dengan merubah fungsi dapat menjadi tak terhingga? Bukankah limit itu
sendiri secara harfiah bermakna batas? Batas adalah sesuatu yang bisa dicapai sehingga berdasarkan
logika kemahasiswaaan saya waktu itu seharusnya batas tersebut terhingga dan pasti. Contohnya
begini, dalam sehari waktu kita dibatasi hanya 24 jam, satu minggu 7 hari dan satu tahun 360 hari.
Manusia bisa hidup tapi ada batasnya yakni mati. Kita misalkan saja umur (x) seorang manusia
memiliki sebuah fungsi yang dapat kita ketahui limitnya jika (x) mendekati bilangan tertentu. Jika saja
setiap manusia diberi kewenangan untuk tahu fungsi limit matinya, akan sangat mudah bagi seorang
matematikawan atau statistikawan membuatkan rumus jitu menghitung waktu mati atau bahkan
software mati. Sampai suatu waktu ketika bacaan saya sampai pada suroh Al-kahfi. Allah turunkan
Al-quran kepada hambaNya sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang
sangat pedih dan kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka
akan mendapatkan balasan yang baik. Mereka kekal didalamnya untuk selama-lamanya. (1-3). ada
kurang lebih 100 ayat di dalam Alquran yang menyebutkan tentang kata kekal, bahwa akan ada
kehidupan kekal bagi manusia. Kekal menandakan sesuatu yang tidak dapat di ukur, abadi, selamalamanya, dalam limit yang tak terhingga. Alloh menjanjikan akan adanya kehidupan setelah mati.
Bahkan sesungguhnya kematian itupun bukanlah mati, karena yang mati hanyalah jasadnya. Sedang
ruh akan ditanyai, atas apa yang telah diperbuat selama hidupnya.
Kalau begitu, limit tak hingga benar-benar ada, dan terbukti. Saya tak perlu berpanjang-panjang
memikirkan bagaimana pembuktian rumusnya terlebih dahulu, karena matematika adalah sarana
pengembangan kebenaran dan Alquran sendiri adalah sumber kebenaran.
D. Aplikasi Konsep Limit Realistik
Seperti halnya matematika yang dianggap ilmu terpenting abad ini, Allah dalam Al-quran telah
lebih dahulu menyatakan pentingnya menghitung (Toha: 94). Atau ketika manusia baru saja
membuktikan bahwasanya langit itu ada tujuh lapis Allah telah lebih dulu menyatakannya dalam
Fussilat ayat 12. Ketika para astronom baru saja menemukan bahwa ternyata pada langit terdapat garis

edar bintang dan planet-planet beredar pada garis edarnya masing-masing, Allah sudah
mengungkapkannya jauh sebelum itu pada Adz-Zariyat: 7 serta Yasin: 38-39. Ketika ilmu masa kini
mengalahkan keyakinan masyarakat mesir kuno yang meyakini bahwasanya gunung adalah tiang, AlQuran telah lebih dahulu membantahnya di suroh luqman ayat 10. Ketika para ahli biologi baru saja
menemukan teori tentang penciptaan manusia, Alquran telah lebih dahulu membuktikannya di suroh
Al-Hajj ayat 5.
Misalnya, ketika kamu menyukai gula, tapi tidak mungkin kamu makan gula terlalu banyak, iya
kan? Nah, itu bisa dinotasikan dalam matematika, di mana tingkat kepuasan kamu akan terus menurun
dengan semakin banyaknya gula yang kamu makan, tapi tingkat kepuasannya tidak pernah menyentuh
titik nol melainkan mendekati nol. Maka dikatakan bahwa limitnya mendekati nol.
Kasus lainnya, misalnya dalam proses penggalian. Semakin dalam kamu menggali, biaya
penggalian akan semakin mahal hingga untuk memperdalam satu mili saja kamu akan membutuhkan
biaya yang besarnya tidak terkira. Maka, dikatakan bahwa biaya akan semakin tidak terbatas besarnya
pada kedalaman tertentu, sehingga limit mendekati tak hingga.
Bahkan matematika tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial,
ekonomi, kimia dan teknik seperti yang disebutkan di atas, tetapi juga dapat dikaitkan dengan
permasalahan dalam ilmu agama. Permasalahan yang dimaksud disini adalah hubungan antara lawan
jenis dalam agama Islam.
Dalam matematika kita mengenal istilah limit yang artinya adalah mendekati, jika dikatakan
lim x0 (dibaca limit x mendekati 0) artinya x akan selalu mendekati nol tapi tidak akan pernah sama
dengan nol. Dan begitu juga yang diajarkan agama Islam dalam berinteraksi dengan lawan jenis, kita
boleh berteman dengan lawan jenis tapi tetap ada bingkai-bingkai yang membatasi dan tidak akan
saling bersentuhan seperti limit dalam matematika.
Pada saat sekarang ini jabat tangan antara laki-laki dan perempuan sudah menjadi tradisi dan
hal yang lumrah dikalangan masyarakat, kebiasaan inilah yang sebenarnya mengalahkan akhlak Islami
yang seharusnya kita junjung tinggi.
Alam semesta memuat teori-teori
dan konsep matematika, meskipun alam
semesta
tercipta sebelum matematika
itu ada. Alam semesta serta segala isinya
diciptakan Allah dengan ukuran-ukuran yang cermat dan teliti, dengan perhitungan- perhitungan yang
mapan, dan dengan rumus-rumus serta persamaan yang seimbang
dan
rapi
(Abdusysyakir,
2007:79). Dalam Al-Quran surat Maryam ayat 94 telah disebutkan bahwa :
Artinya: Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
hitungan yang teliti.

BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa konsepsi tentang konsep limit yang telah diutarakan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan,
1. Matematika
merupakan pengetahuan yang berkenaan dengan struktur dan
hubungannya yang memerlukan symbol-simbol atau
lambang. Simbol-simbol ini
digunakan
untuk membantu mengkonstruksi aturan-aturan dengan operasi yang
ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan
untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap
konsep sebelumnya sehingga konsep-konsep matematika itu tersusun hirarkis atau terurut.
2. Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu, maka penerapan filsafat dalam pembelajaran di proses
pembelajaran baik disekolah dan perguruan tinggi menjadi salah satu hal yang menarik perhatian.
Oleh karena itu filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran. Dimana filsafat

adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap pembelajaran siswa dan mahasiswa melakukan
kegiatan filsafat.
3. Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran berarti secara tidak langsung maka proses belajar
mengajar terutama matematika akan berjalan dengan efektif dan efisien.
4. Pada pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan karakter
meliputi material, formal, normatif dan spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah dan perguruan
tinggi, keempat faktor tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.
5. Konsep-konsep matematika banyak diterapkan dalam ilmu pengetahuan lain, hal ini sesuai dengan
istilah matematika sebagai induknya ilmu pengetahuan. Serta konsep-konsep matematika banyak
diterapkan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai