Anda di halaman 1dari 54

Modul 1

Barisan dan Deret Tak Hingga


Dra. Sapti Wahyuningsih, M.Si.

PEN DA HUL UA N

odul ini menyajikan kajian tentang Barisan dan Deret Tak Hingga. M Kajian tentang
barisan dan deret memegang peranan sangat penting karena sebagai dasar untuk pembahasan Integral
Tentu.
Barisan dan Deret tak hingga yang dibahas dalam modul ini, meliputi
berikut ini.
1. Pengertian barisan.
2. Kemonotonan barisan.
3. Limit barisan.
4. Kekonvergenan barisan.
5. Pengertian deret.
6. Limit suatu deret.
7. Kekonvergenan suatu deret.
8. Uji kekonvergenan deret.

Kajian tentang pengertian barisan memberikan kemampuan men-


definisikan barisan secara umum melalui fungsi dan menentukan suku ke-n
suatu barisan.
Kajian kemonotonan barisan memberikan kemampuan menyelesaikan
soal-soal bahwa suatu barisan monoton naik, monoton tidak turun, monoton
turun dan monoton tidak naik.
Kajian limit barisan memberikan kemampuan mendefinisikan limit suatu
barisan, membuktikan sifat-sifat limit barisan, serta menyelesaikan soal-soal
tentang limit barisan baik dengan menggunakan definisi maupun teorema apit
untuk limit barisan.
Kajian tentang kekonvergenan barisan memberikan kemampuan
membuktikan bahwa suatu barisan konvergen atau divergen, memberikan
kemampuan mengaitkan kekonvergenan barisan dengan kemonotonan dan
barisan terbatas.

1.2 Kalkulus 2

Kajian tentang pengertian deret memberikan kemampuan


mendefinisikan deret tak hingga dan menentukan jumlah bagian deret tak
hingga.
Kajian limit suatu deret memberikan kemampuan menyelesaikan soal
bahwa suatu deret mempunyai limit atau tidak dan membuktikan sifat-sifat
kelinieran limit suatu deret.
Kajian tentang kekonvergenan suatu deret memberikan kemampuan
membuktikan suatu deret konvergen atau divergen.
Kajian tentang uji kekonvergenan deret memberikan kemampuan
membuktikan kekonvergenan atau kedivergenan suatu deret dengan uji
banding dengan deret lain, uji banding limit, uji hasil bagi dan uji
kekonvergenan deret ganti tanda.
Dalam mempelajari modul ini lebih baik kalau dilakukan dengan belajar
kelompok terdiri atas tiga atau empat orang jika ada hal-hal yang kurang
dipahami dicatat untuk selanjutnya dapat ditanyakan pada waktu tutorial.
Kemampuan umum yang diharapkan setelah mempelajari modul ini,
Anda dapat:
1. mendefinisikan barisan secara umum melalui fungsi;
2. menyelesaikan soal-soal tentang limit barisan;
3. menyelesaikan soal tentang barisan konvergen/divergen;
4. mendefinisikan deret tak hingga dan jumlah bagian deret;
5. menyelesaikan soal-soal tentang limit suatu deret
6. menyelesaikan soal tentang kekonvergenan/kedivergenan suatu deret;
7. menyelesaikan soal-soal dengan melakukan uji kekonvergenan deret
dengan uji banding dengan deret lain, uji banding limit, uji hasil bagi
dan uji kekonvergenan deret ganti tanda.

PEMA4218/MODUL 1 1.3

KEGIATAN BELAJAR 1

Barisan Tak Hingga


ebelum membahas definisi barisan, perlu Anda ingat lagi pengertian S barisan pada materi di
SMU, yaitu barisan aritmatika dan barisan geometri. Sebagai contoh, barisan (a) 2, 8,
14, 20, …, (b) 3, 5, 7, 9, … (c) 25,
U
20, 15, 10, …. Misalkan, suku ke-n adalah n maka barisan
U1 , U 2 ,..., U n 1, Un ,... disebut barisan aritmatika jika
U 2  U1  U 3  U 2  ...  U n  Un1  konstanta. Dalam hal ini konstanta
disebut beda ( b) . Jika suku pertama a dan beda b , Anda mengenal rumus
suku ke-n barisan aritmatika adalah U n  a  ( n 1)b .
Perhatikan barisan 2, 6, 18, 54, … dan barisan 5, -10, 20, -40, …
Misalkan, suku ke-n adalah Un maka barisan U1 , U 2 ,..., U n 1, Un ,... disebut
barisan geometri jika
U U
U1  3  U4  ...  n  r  rasio. Jika suku pertama a dan r
U
U2 U2 U3 n1
rasio maka rumus suku ke-n barisan geometri dapat ditentukan dengan
n1
U n  ar .
Barisan aritmatika dan barisan geometri adalah barisan yang mempunyai
sifat khusus sehingga dapat ditentukan rumus umum suku ke-n.
Di bawah ini dibahas definisi barisan secara umum.

1. Pengertian Barisan
Untuk pembahasan barisan secara umum adalah dengan fungsi. Anda
ingat definisi fungsi sebagai berikut. Misalkan, A, B adalah sebarang dua
himpunan bagian dari himpunan bilangan real yang tak kosong maka fungsi
(atau pemetaan) dari A ke B adalah suatu aturan yang menghubungkan
setiap a  A dengan tepat satu b  B . Notasi yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa f adalah fungsi dari A ke B adalah f : A  B .

Definisi 1.1
Suatu barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan
bilangan bulat positif (Z+ atau N ) atau himpunan bagiannya.

1.4 Kalkulus 2

Suatu barisan yang daerah hasilnya (range) adalah himpunan bagian dari
himpunan bilangan real disebut barisan bilangan real atau dengan kata lain:
Suatu barisan bilangan real adalah suatu fungsi f : N  R .

Contoh 1.1
f:NR.
1
n
n

1
f ( n)  an dengan an  n .
f adalah suatu barisan bilangan real karena domainnya adalah N (yaitu
himpunan bilangan asli/bulat positif) dan rangenya adalah himpunan bilangan
real.
Dalam pembahasan selanjutnya untuk mempersingkat penulisan, suatu
barisan bilangan real hanya akan ditulis sebagai barisan saja, mengingat
himpunan semesta yang membatasi hanya terbatas pada himpunan bilangan
real saja.
Penting untuk membedakan penulisan suatu himpunan dengan suatu
barisan. Oleh karena itu, suatu barisan akan ditulis di antara tanda “< “ dan
“>”, sedangkan untuk menyatakan suatu himpunan akan ditulis di antara
tanda kurung kurawal “{“ dan “}”. Selanjutnya, suatu barisan akan ditulis
dengan  an  . Untuk menyatakan barisan yang berbeda akan ditulis dengan
huruf yang berbeda pula, seperti <bn>, <xn>, dan <yn>.
Untuk Contoh 1.1 di atas  an  barisan bilangan dengan an sebagai suku
ke-n atau rumus umum suatu barisan. Suatu barisan dapat dinyatakan dengan
menyebutkan beberapa (sejumlah berhingga) suku awalnya, dengan rumus
eksplisit untuk suku ke-n, dan dengan bentuk rekursif. Pada Contoh
1.1, beberapa suku awalnya adalah 1, 1 , 1,... , sedangkan a  1,n1
2 3 n n
adalah rumus eksplisit, dan rumus rekursifnya adalah a1  1 dan
a a
n
n1  .
1  an

PEMA4218/MODUL 1 1.5

Anda perlu hati-hati dalam menuliskan rumus suku ke-n dari suatu
barisan, karena dalam beberapa kasus adalah tidak tunggal.

Contoh 1.2
n1
Barisan 1, -1, 1, -1, … mempunyai rumus suku ke-n an  ( 1) atau
1
an  cos ( n  1) , n  N atau an  sin ( n  2)
Suatu barisan terkadang belum dapat dikenali hanya dengan melihat
sejumlah berhingga sukunya, karena dapat mempunyai lebih dari satu rumus
ke-n dan menghasilkan barisan yang berbeda.

Contoh 1.3
1
Perhatikan barisan 4, 2 2 , 2, … rumus ke-n untuk barisan tersebut dapat
2
berbentuk a  1 3 atau a  1 n  3n  6 1 yang masing-masing akan
n n n 2 2
menghasilkan barisan
1 3 3 1 1
4, 2 2 , 2, 1 4 , 1 5 , … dan barisan 4, 2 2 , 2, 2 2 , 4,…yang merupakan

barisan yang berbeda.

2. Kemonotonan Barisan

Definisi 1.2
Barisan  an  dikatakan
a. monoton naik jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an
b. monoton tidak turun jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an
c. monoton turun jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an
d. monoton tidak naik jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an

Contoh 1.4
Barisan  a  dengan a  1 merupakan barisan yang monoton turun
n n n
sebab a  a  1  1  n  ( n 1)  1  0.
n 1 n n1 n ( n  1) n ( n 1)n

1.6 Kalkulus 2

Jadi, an 1  an , yaitu  an  barisan monoton turun.


Atau cara lain:
a
n1  1 . n  n  1. Jadi, a  a ,
n 1
an n  1 1 n 1 n

yaitu  an  barisan monoton turun.


Barisan  a  dengan a  1 adalah bukan suatu barisan monoton.
n n n
1 1 1
Suku-suku barisan tersebut adalah –1, 2 ,  3 , 4 ,... karena
a1  a2 & a2  a3 maka  an  bukan suatu barisan monoton.

3. Limit Barisan

Definisi 1.3
Misalkan  an  barisan dan L  R . Barisan  an  mempunyai
limit L ditulis lim a  L apabila untuk setiap bilangan positif ,
n
n

terdapat bilangan positif K sehingga an  L   , n,n  K .

Contoh 1.5
Barisan  a  dengan a  1 , n  N mempunyai limit 0 sebab ambil
n n
n
sebarang .  0 dan pilih K  1 maka berlaku

a  0  1  0  1  1  , n, n  K
n n K
n

Contoh 1.6
Barisan  a  dengan a  1 1 , n  N mempunyai limit 1
n n
n
sebab ambil sebarang .  0 dan pilih K  1 maka berlaku

1 1 1 1
a  1  1   1      , n, n  K .
n n n K
n

PEMA4218/MODUL 1 1.7

Sifat-sifat dari limit barisan dinyatakan dalam teorema berikut.

Teorema 1.1
Misalkan, barisan  an  dan barisan  bn  masing-
mempunyai limit masing L1 & L2 dan k suatu konstanta maka
a. lim k  k
n
b. lim k an = k lim an = kL1
n n
c. lim ( a  b )  lim a  lim b  L  L
n n
n  n n  n n 12
d. lim ( a .b )  lim a . lim b  L .L
n n n n
n  n  n 1 2
lim a
e. lim an  n n  L1 asalkan L  0.
n b lim b L 2
n n n 2

Contoh 1.7
4n3
Tentukan lim
3 2
n 5n n

Penyelesaian:
3
lim 4n = lim 4
2 (pembilang dan penyebut dibagi dengan
n 5n 3 n n 1
5 (n )
pangkat n yang terbesar yang ada pada
penyebut)
lim 4
= n
1 (berdasar teorema bagian e)
lim (5  ( ))
n n
lim 4
= n (berdasar teorema bagian c)
lim 5  lim 1
n  n n
4
= (berdasar teorema bagian a))
1
5  lim
n n

1.8 Kalkulus 2

4
= 50 (dari hasil contoh 5)
= 4
5

Teorema apit untuk barisan


Misalkan,  an ,  bn  dan  cn  barisan.
Jika a  b  c ,n  N dan lim a  lim c  L maka lim b  L .
n n n
n n n n  n n

Contoh 1.8
n
Dengan teorema apit tunjukkan bahwa lim (1) 1  0
n n
Penyelesaian:
n
Oleh karena 0  ( 1) 1  1 dan dari Contoh 1.5 lim 1  0 maka
n n n n
n
lim (1) 1  0
n n

Teorema 1.2
Jika lim a  0, maka lim a  0
n n n n

Bukti:
Oleh karena  a  a  a dan lim a  0, maka
n n n n n
dengan teorema apit diperoleh
lim a  0 .
n
n

PEMA4218/MODUL 1 1.9

Contoh 1.9
n
Tunjukkan bahwa jika r  1 maka lim r  0
n
Penyelesaian:
1
Oleh karena r  1 maka  1 dan dapat ditulis 1  1  k, untuk
r r
suatu k  0.
n
Sehingga 1  (1  k )  1  kn  (bilangan positif)  kn .
r n

Diperoleh 0  r n 1 .
kn
Oleh karena lim 1  1 lim 1  1.0  0 maka berdasar
n  kn k n n k
n
teorema apit lim r  0.
n
n n
Oleh karena lim r  0 maka berdasar Teorema lim r  0.
n n

4. Kekonvergenan Barisan

Definisi 1.4
Barisan  an  dikatakan konvergen ke L  R jika lim an  L.
n
Barisan  an  yang tidak mempunyai limit dikatakan divergen.
Barisan yang divergen kemungkinan yang terjadi adalah limit
barisannya ,  , atau beroskilasi.

Contoh 1.10
2n 1
a. Barisan  an  dengan an  konvergen ke karena
4n4
2n 1
lim  .
n 4n 4
n
b. Barisan  an  dengan an  ( 1) adalah divergen karena limit
barisannya beroskilasi karena untuk n ganjil limit barisannya –1,
sedangkan untuk n genap limit barisannya 1.

1.10 Kalkulus 2

c. Barisan  an  dengan an n adalah divergen karena lim (  n)  .


n

Ada hubungan antara barisan konvergen, kemonotonan barisan dan


barisan terbatas. Sebelumnya diberikan pengertian barisan terbatas sebagai
berikut.

Definisi 1.5
Misalkan,  an  suatu barisan, barisan  an  dikatakan terbatas atas
jika ada suatu bilangan real M, sedemikian hingga an ≤ M untuk semua n
 N . Barisan  an  dikatakan terbatas bawah jika ada suatu bilangan
real M, sedemikian hingga an ≥ M untuk semua n  N .

Ditulis dengan notasi matematika:


Misalkan,  an  suatu barisan,
 an  terbatas atasMRanM,nN
 an  terbatas bawah MRanM,nN

Selanjutnya, barisan  an  dikatakan terbatas jika  an  terbatas atas


dan terbatas bawah. Atau dengan kata lain, barisan  an  terbatas jika dan
hanya jika ada M > 0 sedemikian hingga an M untuk semua n  N, di mana
an  M , M 0 , berarti juga  M  an  M .

Contoh 1.11
Barisan <-n2> adalah barisan yang terbatas atas karena terdapat M = 1
sehingga –n2 < 1, n  N

Contoh 1.12
Barisan <n2> adalah barisan yang terbatas bawah karena terdapat M =
0 sehingga n2 > 0, n  N
Contoh 1.13
Barisan <(-1)n> adalah barisan yang terbatas karena terdapat M = 2,
 
n
sehingga 1  1  2,n  N .

PEMA4218/MODUL 1 1.11

Teorema 1.3
Setiap barisan yang konvergen selalu terbatas

Bukti:
Misalkan, barisan ankonvergen keL. Akan
ditunjukkan barisan
a
 an  terbatas, yaitu terdapat M  0 sehingga n  M , n  N.
Oleh karena  an  barisan yang konvergen ke L maka terdapat
bilangan positif K sehingga an  L  1, n, n  K.
Sehingga berlaku:
an  an  L  L  an  L  L  1  L , untuk setiap n  K .
a
Pilih M  maks{ a1 , a2 ,..., K ,1  L }
Maka, diperoleh an  M , n  N , yaitu  an  barisan terbatas.

Teorema 1.4
Setiap barisan yang monoton dan terbatas selalu konvergen
Dari teorema ini dimaksudkan:
a. Jika barisan  an  monoton naik atau monoton tidak turun dan
terbatas di atas maka barisan  an  konvergen.
b. Jika barisan  an  monoton turun atau monoton tidak naik dan
terbatas di bawah maka barisan  an  konvergen.

Contoh 1.14
Tunjukkan bahwa barisan  an  dengan an  2 konvergen tanpa
2  4n
menghitung limit.

Penyelesaian:
Ditunjukkan bahwa barisan  an  terbatas di atas dan monoton naik.
Suku-suku barisan tersebut adalah –1,  1 ,  1 , … jelas bahwa barisan
3 5
terbatas atas oleh 0.
Ditunjukkan barisan monoton naik, yaitu an 1  an .

1.12 Kalkulus 2

a a  2  2  4  8n  4  8n
n 1 n
2  4( n  1) 2  4 n ( 2  4 n)(2  4 n) , yaitu
8
 (4 n  2)(4 n  2)  0, n  N
an 1  an , jadi  an  barisan monoton naik.
Oleh karena barisan  an  monoton naik dan terbatas di atas maka
barisan  an  konvergen.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

n
1) Tunjukkan bahwa barisan andenganann 1adalah barisan

yang monoton naik!


  (1)n1
Tunjukkan bahwa limit barisan an dengan an adalah 0! n
n
3) Tunjukkan bahwa barisan  an  dengan an  ( 1) tidak mempunyai
limit!
lim 1 0
4) Tunjukkan bahwa  !
n 2
n
2
5) Tunjukkan barisan  a  dengan a  4 n  5n konvergen ke 1 !
n n 2
8n  9n 2

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Diketahui barisan  an  dengan an  n n1


Untuk menunjukkan barisan monoton naik, harus ditunjukkan bahwa
untuk setiap n  N , berlaku an  an1 .

PEMA4218/MODUL 1 1.13

a  a  n 1  n
n 1 n n  2 n 1
n1n

(n  2)(n 1)
1
 (n  2)(n 1)  0, n  N
Jadi, setiap n  N , berlaku an  an1 .

( 1)n1
2) Diketahui barisan  an  dengan an  n
Untuk menunjukkan limit barisan  an  adalah 0, ditunjukkan bahwa
untuk setiap   0 , terdapat K  N sehingga
n1
( 1)  0  , n  K.
n

Untuk setiap   0 pilih K  1 sehingga




n1
( 1)
0  1 1 
n n K
Terbukti bahwa limit barisan  an  adalah 0.

n
3) Untuk menunjukkan barisana  dengana  ( 1) tidak
n n
mempunyai limit adalah diandaikan limitnya ada. Jika terjadi kontradiksi
maka pengandaian harus diingkar.
Andaikan lim a  L dan misalnya   1 , pilih K  N sehingga
n n 3
n 2K
( 1)  L  , n, n  K sehingga berlaku ( 1)  L  dan
2 K 1
( 1) L ,
1 
yaitu 1 L  dan L  1 L 

Terdapat kontradiksi 2  (1 L )  (1 L)  1 L  1 L  1  1  2


3 3 3

1.14 Kalkulus 2

4) Oleh karena berlaku 0  1  1 dan lim 1  0 maka dengan


n
2 n n n

menggunakan teorema apit diperoleh lim 1  0 .


n
n 2
4 n  5n 2
5) Diketahui barisan  an  dengan an  , akan ditunjukkan 8n 2  9n

1
barisan  an  konvergen ke 2.
2 2
Pembilang dan penyebut dari a  4 n  5n dibagi dengan n
2
n
8n  9n
5
2
4n  5n 4  n
diperoleh 2 
8n  9n 9
8n
5
2
Jadi, lim a  lim 4n  5n  lim 4  n  4  1
n  n 2
n  8n  9n n 9 8 2
8 n

RA NG KUM AN
1. Pengertian Barisan
Definisi
Suatu barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan
bilangan bulat positif (Z+ atau N ) atau himpunan bagiannya.

Suatu barisan yang daerah hasilnya (range) adalah himpunan bagian


dari himpunan bilangan real disebut barisan bilangan real, atau
dengan kata lain:
Suatu barisan bilangan real adalah suatu fungsi f : N  R .

2. Kemonotonan Barisan
Definisi
Barisan  an  dikatakan
a. monoton naik jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an
b. monoton tidak turun jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an

PEMA4218/MODUL 1 1.15

c. monoton turun jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an


d. monoton tidak naik jika untuk setiap n  N berlaku an 1  an

3. Limit Barisan
Definisi
Misalkan,  an  barisan dan L  R . Barisan  an 
mempunyai
limit L ditulis lim a  L apabila untuk setiap bilangan positif  ,
n n

terdapat bilangan positif K sehingga an  L  , n, n  K .

Teorema
Misalkan, barisan  an  dan barisan  bn  masing-masing
mempunyai limit L1 & L2 dan k suatu konstanta maka
a. lim k  k
n
b. lim k a = k lim a = kL
n n n n 1
c. lim ( a  b )  lim a  lim b  L  L
n
n  n n  n n n 1 2
d. lim ( a .b )  lim a . lim b  L .L
n n n
n  n  n n 1 2
a lim a

e. lim n  n n  L1 asalkan L  0.


n b lim b L 2
n n n 2

Teorema apit untuk barisan


Misalkan,  an ,  bn  dan  cn  barisan.
Jika an  bn  cn ,n  N dan lim an  lim cn  L
n  n
maka lim bn  L .
n

Teorema
Jika lim an  0 maka lim an  0
n n

1.16 Kalkulus 2

4. Kekonvergenan Barisan
Definisi
Barisan  an  dikatakan konvergen ke L  R jika lim an  L
n
Barisan  an  yang tidak mempunyai limit dikatakan divergen.

Barisan yang divergen kemungkinan yang terjadi adalah limit


barisannya ,  atau beroskilasi.
Ada hubungan antara barisan konvergen, kemonotonan barisan dan
barisan terbatas. Sebelumnya diberikan pengertian barisan terbatas
sebagai berikut.

Definisi
Misalkan,  an  suatu barisan, barisan  an  dikatakan terbatas
atas jika ada suatu bilangan real M, sedemikian hingga an ≤ M untuk
semua n  N . Barisan  an  dikatakan terbatas bawah jika ada
suatu bilangan real M, sedemikian hingga a n ≥ M untuk semua n 
N.
Selanjutnya, barisan  an  dikatakan terbatas jika  an  terbatas
atas dan terbatas bawah. Atau dengan kata lain, barisan  an 
terbatas jika dan hanya jika ada M > 0 sedemikian hingga an M
untuk semua n  N, di mana an  M , M 0 , berarti juga  M  an 
M.

Teorema
Setiap barisan yang konvergen selalu terbatas

Teorema
Setiap barisan yang monoton dan terbatas selalu konvergen
Dari teorema ini dimaksudkan:
a. Jika barisan  an  monoton naik atau monoton tidak turun
dan terbatas di atas maka barisan  an  konvergen.
b. Jika barisan  an  monoton turun atau monoton tidak naik
dan terbatas di bawah maka barisan  an  konvergen.

PEMA4218/MODUL 1 1.17

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

7 n  5n
1) Limit barisan  an  dengan an  adalah ….
2
3n 11

A.  532
B. 7
3
7
C.
11
D. 0

( 1)n
an   5 adalah ….
2) Limit barisan  an  dengan
n2
A. 5
B. 0
C. -1
D. -3

cos n
3) lim adalah ….
n n
A. 1
B. 0
1
C.
2
1
D.
4

1.18 Kalkulus 2

4) Barisan  a  dengan a  1 adalah ….


n n
1 2n
A. monoton turun
B. monoton naik
C. monoton tidak turun
D. monoton tidak naik

5) Barisan  a  dengan a  3n 1 adalah ….


n n n 1
A. monoton turun
B. monoton naik
C. monoton tidak turun
D. monoton tidak naik

n
2
6) Barisan  a  dengan a  adalah ….
n n n!
A. terbatas di atas oleh 0
B. terbatas di atas oleh 2
C. terbatas di bawah oleh 2
D. terbatas di bawah oleh 0

11 5n
7) Barisan  an  dengan an  adalah konvergen ke …. n7

A. 5
B. 11
C. 0
5
D.
11

PEMA4218/MODUL 1 1.19

n n
8) Barisan  a  dengan a  ( 1) adalah ….
n n
n 1

A. konvergen ke 0
1
B. konvergen ke 2

C. konvergen ke –1

D. divergen

n1 1
9) Barisan  an  dengan an  ( 1) ( n) adalah ….

1
A. konvergen ke 2

B. konvergen ke 0

C. konvergen ke 1

D. divergen

10) Barisan  a  dengan a  (n 1) adalah ….


n n n

A. konvergen ke 0
1
B. konvergen ke 2

C. konvergen ke 1

D. divergen
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =
100% Jumlah Soal

1.20 Kalkulus 2

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.

PEMA4218/MODUL 1 1.21

Kegiatan Belajar 2

Deret Tak Hingga

ebelum membahas pengertian deret tak hingga, Anda ingat kembali S pengertian
deret aritmatika dan deret geometri pada materi di SMU. Anda perhatikan barisan 4, 7, 10, 13,
16, …, selanjutnya dibentuk barisan S1 , S 2 , S3 ,... berdasarkan barisan tersebut dengan S1  4
S2  4  7 11
S3  4  7  10  21
.
.
.
Secara umum, dari Un suku ke-n barisan aritmatika dapat dibentuk deret
aritmatika U1  U 2  U 3  ...  Un ... .
Sn  U1  U 2  U 3  ... Un merupakan jumlah bagian ke-n dari deret
aritmatika. Oleh karena U n  a  ( n 1)b maka rumus umum jumlah bagian
1
deret aritmatika S n  2 n (2 a  ( n 1) b) .
Sedangkan Un suku ke-n barisan geometri, dapat dibentuk deret geometri U1
 U 2  U 3  ...  Un ... .
Sn  U1  U 2  U 3  ... Un
merupakan jumlah bagian ke-n dari deret

maka rumus umum jumlah bagian deret

geometri.
Oleh karena U n  arn1
a (1  rn )
geometri Sn 
. 1 r

Pada pengertian deret di atas didasarkan pada barisan aritmatika dan


barisan geometri yang diketahui. Berikut didefinisikan pengertian deret
secara umum.

1.22 Kalkulus 2

1. Pengertian Deret

Definisi 1.6
Misalkan,  an  suatu barisan. Penjumlahan a1  a2  ...  an ... dari

semua suku-suku barisan  an  ditulis a n disebut deret tak hingga.


n1
Definisi 1.7
Misalkan,  an  suatu barisan dan Sn  a1  a2  a3  ...  an . Maka,

 Sn  disebut barisan jumlah bagian dari deret tak hingga a
n1
n .

Bilangan a
n
disebut suku ke-n dari deret a n dan S disebut jumlah
n
n1

bagian ke-n dari deret an .


n1

2. Limit suatu Deret



Misalkan, S
n
jumlah bagian ke-n dari deret a n . Jika barisan  Sn 
n1
konvergen atau lim S n  maka S disebut sebagai limit suatu deret
S n

a dan ditulis S= .
a
n
n
n1 n1

Contoh 1.15

Tentukan limit dari deret  n ( n 1)


1
.
n1
Penyelesaian
:

Jumlah bagian ke-n dari deret  1


n ( n 1) adalah
n1

S = 1  1  1  ...  1
n
1.2 2.3 3.4 n( n 1)

PEMA4218/MODUL 1 1.23

n 1 n 1 1 1 1 1 1 1 1 1

 i (i  1)  ( i  i  1 )  (1  2 )  ( 2  3 )  (3 4 ) ...  ( n  n 1 )
i 1 i1

= 1 1
n 1
Jadi, lim S  lim (1 1 )  lim 1 lim 1  1  0 1
n  n n  n  1 n  n n 1

Sehingga limit dari deret  1


n ( n 1) adalah 1.
n1

Teorema 1.5
 

Jika  an  S , bn  T dan C konstanta maka


n 1 n1

a. Can  CS
n1

b. ( an  bn )  S T
n1

c. ( an  bn )  S T
n1

Bukti:
n n n

b. S n   ai ,Tn bi dan U n  ai  bi 


i 1 i1 i1
Misalkan,
n n n n n
lim U n  lim
n  n 
 ( ai  bi )  lim ( ai 
n  
 bi )  lim
n 
 ai  lim
n
 bi
i 1 i 1 i 1 i 1 i1
 lim S  lim T  S T
n
n  n n

Jadi, ( an  bn )  S T .
n1

1.24 Kalkulus 2

3. Kekonvergenan suatu Deret

Definisi 1.8

Deret tak hingga an dikatakan konvergen jika  Sn  barisan dari


n1
jumlah bagiannya konvergen.

Deret an dikatakan divergen jika  Sn  , yaitu barisan dari jumlah


n1
bagiannya divergen.

Contoh 1.16

1
Deret 
n ( n 1) konvergen karena  Sn  barisan dari jumlah
n1

1
bagiannya konvergen. Oleh karena lim S  1 maka
n n 
n1n ( n 1)
konvergen ke 1 atau ditulis
 1
1.
n1 n ( n 1)

Contoh 1.17
Tunjukkan bahwa  1 adalah divergen.
n
n1
Penyelesaian:

1  1  1  1  1  ...
n1 n 2 3 4
S1  1
1
S2  1 
2
S4  1  1  ( 1  1)  1 1  ( 1  1 )  1 2
2 3 4 2 4 4 2
S  1   (  )  (    )  1  ( 1  1 )  ( 1  1  1  1 )
1 1 1 1 1 1 1 1
8 2 3 4 5 6 7 8 2 4 4 8 8 8 8

PEMA4218/MODUL 1 1.25

 1 1 1 3
1  2  2  2  1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1
S16  1  2  ( 3  4 )  ( 5  6  7  8 )  ( 9  ...  16 )

1 1 1 1 1 1 1 1
 1  2  ( 4  4 )  ( 8  8  8  8 )  (16  ... 
1
16 )
 1 1 1 1 4
1  2  2  2  2  1 2

Dengan cara yang sama S 1 5&S 16


32 2 64 2
Secara umum, S 1n . n
22
Hal ini menunjukkan bahwa lim S n 
n 2

Jadi,  Sn  adalah barisan divergen.


 

Sehingga deret  1
n
adalah divergen. Deret  1n disebut deret
n1 n1
harmonik.

Contoh 1.18

Tunjukkan deret geometri ar n1, a  0


n1
a. Konvergen jika r  1 .
b. Divergen jika r  1 .

Penyelesaian:

Misalkan,
2 n1
S n  a  ar  ar  ...  ar
2 n 1 2 n n
S n  rS n  ( a  ar  ar  ...  ar )  ( ar  ar  ...  ar )  a  ar
n
a  ar
Sn 
1 r
n
Jika r  1 maka lim r  0 sehingga lim S  a  S
n n n 1 r

1.26 Kalkulus 2

Oleh karena < Sn > jumlah bagian deret geometri adalah konvergen maka

deret geometri ar n1, a  0 juga konvergen.


n1
n
Jika r  1 maka barisan < r > divergen, sehingga barisan < Sn > juga
divergen.

Hal ini mengakibatkan deret geometri arn1,a0divergen jika


n1

r 1.
Ada kaitan antara kekonvergenan suatu deret dengan limit tak hingga
suku deret ke-n yang dinyatakan dalam teorema berikut.

Teorema 1.6

Jika deret
a n
konvergen maka lim an  0
n
n1
Bukti:

Misalkan, Sn jumlah bagian ke-n deret an .


n1

Oleh karena diketahui deret an konvergen maka terdapat S  R


n1
sehingga lim S n  S
n

S n  a1  a2  ...  an
S n 1  a1  a2  ...  an1
a S S , lim a  lim S  lim S SS0
n n n 1 n  n n  n n n1

Kebalikan pernyataan dalam teorema di atas tidak berlaku, yaitu



lim a  0
n n
tidak benar bahwa deret
a n
konvergen, contoh
n1

penyangkalnya adalah lim 1  0 , tetapi deret  1 divergen.
n n n1 n

PEMA4218/MODUL 1 1.27

Sedangkan ekivalen dengan pernyataan dalam teorema di atas adalah



Jika limn a  0 atau lim a tidak ada maka deret
n n n a n
divergen.
n1

Contoh 1.19
 3

Periksa apakah deret  2 n 3 n5n 2 merupakan deret konvergen atau


n1
divergen?

Penyelesaian:
 n3
Pandang deret  a
n dengan an  2 n 3  5n2
n1

lim na  lim n3  lim 1 1


n 
3
n  2 n  5n
2
n 5 2
2 n

Oleh karena lim a  0 maka deret
n n a n
divergen
n1

Teorema 1.7
 

Jika an divergen dan C  0 maka Can divergen.


n1 n1

Contoh 1.20

Periksa deret  1
apakah merupakan deret konvergen atau divergen?
n1 4n

Penyelesaian:
  
 1  1 . 1 , C  1 dan karena  1 merupakan deret divergen
n 1 4 n n1 4 n 4 n1 n

maka deret  4n
1
merupakan deret divergen.
n1

1.28 Kalkulus 2

Dari uraian di atas, untuk melihat kekonvergenan suatu deret Anda harus
menentukan jumlah bagian deretnya. Terkadang bentuk umum jumlah
bagiannya sulit ditentukan sehingga sulit untuk menentukan kekonvergenan
deretnya. Ada cara lain untuk menentukan suatu deret konvergen atau
divergen dengan membandingkan dengan deret lain yang sudah diketahui
kekonvergenannya. Jika Anda mengetahui suku-suku deretnya positif, untuk
menguji kekonvergenannya juga dapat dengan menentukan limit dari suku
deretnya. Uji kekonvergenan deret demikian seperti yang diuraikan di bawah.

4. Uji Kekonvergenan Deret

a. Uji banding dengan deret lain

Teorema 1.8
 

Misalkan, a n dan b n adalah deret dengan suku-suku positif


n1 n1

( an  0 dan bn  0, n  N)
 

1) Jika an  bn ,n  N dan b n konvergen maka a n juga


n1 n1

konvergen.


2) Jika an  bn ,n  N dan b n divergen maka a n juga divergen.
n1 n1

 

Dalam hal ini jika deret a n didominasi oleh deret b yang


n
n1 n1
 

konvergen maka deret a n konvergen. Sebaliknya jika deret a n


n1 n1

mendominasi deret b n yang divergen maka deret a n divergen.


n1 n1

PEMA4218/MODUL 1 1.29

Contoh 1.21

Selidiki apakah deret  n
2
merupakan deret konvergen atau
n14 n  5
divergen?

Penyelesaian:
n  n2  1
2
4n  5 4n 4n
 
Oleh karena deret  1 divergen maka deret  2
n juga
n1 4n n1 4n  5
divergen.

b. Uji banding limit dengan deret lain

Teorema 1.9
 

Misalkan, a n dan b n adalah deret dengan suku-suku positif


n1 n1

 an  0 dan b n  0,n  N  .
a  

 b
n
1) Jika lim  L, L  0 maka kedua deret a dan bersama-
n b n n
n n1 n1
sama konvergen atau divergen.
 
an
2) Jika lim
n b
 0 dan deret
b n
konvergen maka deret
a n
juga
n n1 n1
konvergen.
 
lim an  dan deret
3) Jika
n b  b
n
divergen maka deret
a n
juga
n n1 n1
divergen.

1.30 Kalkulus 2

Contoh 1.22

Periksa kekonvergenan deret  3n 1 .
3 2

n1 n 4n 5
Penyelesaian:

Dengan uji banding limit maka perlu dicari pembanding suku ke-n dari
deret ini.
Misalkan, a  3n 1 dan b  3.
n 3 2 n 2
n  4n  5 n

1 2
3n  n3  4n  5
lim an  lim
n  b
n
n 3
n2
3 2
 lim 3n  n
3 2
n 3n  12n 15

3 1
n
 lim 15  1
12
n 3  n  n3

Oleh karena deret bnkonvergen dan berdasarkan bagian (i) maka


n1

deret an juga konvergen.


n1

c. Uji hasil bagi (pengujian dengan suku-suku deretnya)

Teorema 1.10

Misalkan, deret anmerupakan deret suku positif dan misalkan


n1
an1
lim .
n an

PEMA4218/MODUL 1 1.31

1) Jika   1 maka deret konvergen.


2) Jika   1 maka deret divergen.
3) Jika   1 , pengujian ini tidak bisa digunakan menentukan deret
konvergen atau divergen.

Contoh 1.23
 n

1) Selidiki apakah deret  3


n!
merupakan deret konvergen atau divergen?
n1

Penyelesaian:

a
  lim n1  lim 3n1 .n!  lim 3  0 .
n
n  an n  (n  1)! 3 n n 1
 n

Berdasar uji hasil bagi deret maka deret  n!3 merupakan deret
n1

konvergen.

 n

2) Selidiki apakah deret  5


n3
merupakan deret konvergen atau divergen?
n1

Penyelesaian:

a 3 3 3
  lim n1
 lim 5n1 . n  lim 5n  lim ( 5n )5
3 n 3 3 2
n  an n  ( n  1) 5 n  ( n  1) n n  3n  3n 1
 n
Berdasar uji hasil bagi deret maka deret  5
10
merupakan deret
n1 n
divergen.

 
3) Pandang deret  1 dan  1 2

n1 n n1 n

Deret yang pertama, misalkan a n 1,


n

1.32 Kalkulus 2

a
lim n1  lim 1 .n  lim n 1
n a n  n  1 1 n n 1
n

Anda tahu bahwa deret  1n merupakan deret divergen.


n1

Anda perhatikan deret yang kedua misalkan a  1 ,


n
n2
2 2
a 1 n n 1
lim n1  lim .  lim  lim 1

n an n  (n  1)
2
1 n  n
2
 2n 1 n 2 1
2
1n  n

Sedangkan Anda juga tahu bahwa deret  1 2
merupakan deret
n1 n
konvergen.

d. Uji deret ganti tanda

Misalkan, anadalah barisan yang semua suku barisannya


positif
an  0, n  N  , monoton turun an  an1,n  N  . Jika lim an  0
n

maka deret ganti tanda/deret berayun/alternating series ( 1)n1 an


n1
konvergen.

( 1) n1 an  a1  a2  a3  a4 ...


n1

Misalkan, jumlah bagian deret ganti tanda adalah


n1
S  a  a  a  ...  ( 1) a
n 1 2 3 n

Untuk n bilangan genap tulis n  2m sehingga jumlah bagian deret


S
dapat ditulis 2 m  ( a 1  a 2 )  ( a 3  a 4 )  ...  ( a2 m 1  a2m ) karena barisan
a  monoton turun maka a  a , a  a , .a. . ,  a semuanya
n 1 23 4m  2 m1 2

merupakan suku-suku positif yaitu barisan  S2m  monoton naik.



PEMA4218/MODUL 1 1.33

Dapat juga Anda menulis jumlah bagian deret S2m sebagai berikut.

S2 m  a1  ( a2  a3 )  ( a4  a5 )  ...  ( a2 m  2  a2 m 1 )  a2 m  a1

Barisan  S2m  ini terbatas di atas karena


a2  a3 , a4  a5 ,..., a2 m2  a2 m 1 , a2m semuanya merupakan suku-
suku positif karena barisan  an  monoton turun.
Anda perhatikan dari kedua penulisan di atas barisan  S2m  monoton
naik dan terbatas di atas. Hal ini Anda ingat kembali pada pembahasan pada
barisan bahwa barisan yang monoton naik dan terbatas di atas adalah
konvergen. Jadi barisan  S2m  konvergen, yaitu terdapat S  R sehingga
lim S 2m  S .
n
Sedangkan untuk n bilangan ganjil (Anda dapat menuliskan
n  2m 1) ) akan ditunjukkan barisan  S2 m1  konvergen.
Anda dapat menuliskan S2 m 1  S2 m  a2 m1
lim S  lim S  lim a
n  2 m 1 n  2 m n 2 m1
Karena lim S  S dan lim a  0, maka lim S S0S
n  2 m n  2 m 1 n 2 m1
Hal ini berarti untuk n bilangan ganjil barisan  S2 m1  konvergen.

Sehingga dapat Anda simpulkan untuk n bilangan ganjil dan n bilangan


genap barisan  Sn  konvergen. Hal ini menunjukkan bahwa deret

n1
 (1) an konvergen.
n1

Contoh 1.24
Tunjukkan kekonvergenan deret ganti tanda  (1)n1. 1
n
n1
Penyelesaian:
 
Deret (1) 1 dapat ditulis sebagai (1) dengan an  1 .
n1 n1
. .an
n1 n n1 n

1.34 Kalkulus 2

Ditunjukkan barisan  an  monoton turun dan limitnya adalah 0.


a
Oleh karena n1  n  1 maka a  a ,n  N ini menunjukkan
a n 1
n n 1 n

barisan  an  monoton turun. Perhatikan pula bahwa semua suku-suku



barisannya positif dan lim an  0 . Jadi deret ( 1) n1. 1 konvergen.
n n1
n

Definisi 1.9
 
Deret an disebut konvergen mutlak jika deret  an konvergen
n1 n1

dan disebut konvergen bersyarat jika  an divergen.


n1

Contoh 1.25
Tunjukkan bahwa deret  ( 1) n1. 1 konvergen bersyarat.
n
n1
Penyelesaian:
Anda tahu bahwa dari contoh di atas deret (1)n1.1konvergen,
n
n1

sedangkan deret 11deret divergen.


n n
n 1 n1

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Tentukan limit deret geometri  1 (


1 n1 9
) ! n1
3

2) Periksa apakah deret ( 1)n1 merupakan deret konvergen/divergen?


n1

PEMA4218/MODUL 1 1.35


3) Selidiki apakah  1
n
merupakan deret konvergen/divergen?
n1 2 1

4) Periksa kekonvergenan deret  n  3 dan sebutkan uji kekonvergenan
2

n1 n n
deret yang digunakan!


5) Periksa apakah deret  1
n1
merupakan deret konvergen/divergen?
n1 3 1
 
n 2n !
6) Periksa apakah deret  merupakan deret konvergen/divergen?
i1 n ! n!

7) Tunjukkan bahwa deret ( 1) n1. 1 konvergen mutlak!
2

n1 n

Petunjuk Jawaban Latihan


1)  1 ( 1 ) n1  1  1  1  ...
n1 9 3 9 27 81
1
2
deretnya merupakan deret geometri dengan a  1 , r  7  1 karena
9 1 3
9

1
r  1 maka deret konvergen dan 1 ( 1)n1 = 9 1
n1
9 3 1 6

13
n1
2) Misalkan, a  ( 1) maka lim a tidak ada.
n n n

1.36 Kalkulus 2

3) Misalkan,
n
1 1 a 2 1
a  , dan b  , maka lim n
 lim  lim  1,
n n
n 2 1 n 2 n  bn n  2 1
n
n 1
n
1 ( 2 )
selanjutnya digunakan uji banding limit dengan deret lain.

Oleh karena lim an  1  0 dan deret
n b b n
konvergen maka deret
n n1

 an juga Konvergen.
n1

4) Misalkan, an  n  3 , dan bn  1
2
n 2 n3 n
n3 3
2
lim an  lim n n  lim n  3  lim 1n  1  0
n  b n  1 n  n n 1
n

3
2
n
Maka, deret konvergen dengan uji banding limit.


5) Oleh karena 1  1 , dan  1 merupakan deret
n 1 n 1 n1

3 1 3 n1 3
konvergen, selanjutnya digunakan uji banding dengan deret lain. Jadi,
deret   1
 merupakan deret konvergen.
n 1
n1 3 1

6) Untuk memeriksanya digunakan uji banding.


a
Misalkan, 2 n! ,  2( n 1)! dan   lim n1
4
a n  n ! n! a n1 ( n  1)!( n 1)! n a
n
n

karena   1 maka deret  2n!


divergen.
i1
n !n!

PEMA4218/MODUL 1 1.37

 

7) Deret an disebut konvergen mutlak jika deret  an konvergen.


n1 n1
 

Oleh karena  ( 1)


n1
.
1
2
1 1
 1    ... 
9
 1
2 maka deret
n 4
n 1 n1n

 ( 1)
n1
. 1 adalah deret konvergen.
2

n1
n

Jadi, deret ( 1) n1. 1 konvergen mutlak.
2

n1 n

RA NG KUM AN
Dari uraian tentang deret tak hingga, Anda dapat merangkum
sebagai berikut.
1. Pengertian Deret
Definisi
Misalkan,  an  suatu barisan. Penjumlahan
a1  a2  ...  an ... dari semua

Suku-suku barisan  an  ditulis an disebut deret tak hingga.


n1

Definisi
Misalkan,  an  suatu barisan dan
Sn  a1  a2  a3  ...  an . Maka,  Sn 

disebut barisan jumlah bagian dari deret tak hingga an .


n1

Bilangan an disebut suku ke-n dari deret an dan Sn disebut


n1

jumlah bagian ke-n dari deret an .


n1

1.38 Kalkulus 2


a
 n

2. Limit suatu deret


Misalkan, Sn jumlah bagian ke-n dari deret an . Jika barisan


n1
 Sn  konvergen atau lim Sn  S maka S disebut sebagai
n
 

limit suatu deret an dan ditulis S = an .


n1 n1

3. Kekonvergenan suatu Deret


Definisi

Deret tak hingga dikatakan konvergen jika Sn


n1
barisan dari jumlah bagiannya konvergen.

Deret an dikatakan divergen jika  Sn  yaitu barisan dari


n1
jumlah bagiannya divergen.

Untuk mengetahui suatu deret konvergen atau divergen, Anda dapat


menguji kekonvergenan deret sebagai berikut.
a. Uji banding dengan deret lain

Teorema
 

Misalkan, an dan bnadalah deret dengan suku-


n1 n 1
suku positif

i) Jika an  bn , n  N dan bnkonvergen maka


n 1

 an juga konvergen.
n1

PEMA4218/MODUL 1 1.39


ii) Jika an  bn , n  N dan
bndivergen maka
n 1

 an juga divergen.
n1

Dalam hal ini jika deret
andidominasi oleh deret
n1
 

bn yang konvergen maka deret ankonvergen.


n 1 n1
 

Sebaliknya jika deret anmendominasi deretbn


n1 n 1

yang divergen maka deret an divergen.


n1

b. Uji banding limit dengan deret lain


Teorema
 

Misalkan, an dan bnadalah deret dengan suku-


n1 n 1

suku positif an  0 dan bn  0, n  N .



an  L, L  0 maka kedua deret
i) Jika lim
n b a n
dan
n n1

 bn bersama-sama konvergen atau divergen.


n 1

ii) Jika lim an  0 dan deret b konvergen maka
n b n
n n 1

deret an juga konvergen.


n1

1.40 Kalkulus 2

a 
iii) Jika lim n
 dan deret b divergen maka
n b n
n n 1

deret an juga divergen.


n1

c. Uji hasil bagi (pengujian dengan suku-suku deretnya)


Teorema

Misalkan, deret anmerupakan deret suku positif dan


n1
an1
misalkan lim .
n an
i) Jika   1 maka deret konvergen.
ii) Jika   1 maka deret divergen.
iii) Jika   1 , pengujian ini tidak bisa digunakan
menentukan deret konvergen atau divergen.

4. Uji deret ganti tanda


Misalkan,  an  adalah barisan yang semua suku
barisannya positif an  0, n  N  , monoton turun
an  an1,n  N  . Jika lim an  0 maka deret ganti
n

tanda/deret berayun/alternatingseries ( 1)n1 an


n1
konvergen.

(1)n1 an  a1  a2  a3  a4  ...
n1
Suatu deret dapat Anda lihat juga nilai mutlak dari suku-
sukunya.

PEMA4218/MODUL 1 1.41

Definisi
 

Deret an disebut konvergen mutlak jika deret  an


n1 n1

konvergen dan disebut konvergen bersyarat jika  an divergen.


n1

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Deret  n n1 adalah ….


n1

A. konvergen ke 0
1
B. konvergen ke 2

C. konvergen ke 1

D. divergen

2) Deret ( 1n  n 11) adalah deret yang ….


A. konvergen ke 0

B. konvergen ke 1
1
C. konvergen ke 2

D. divergen

3) Limit dari deret geometri  ( 41)nn 5 adalah ….


n 1
A. 14
B. –1

C. 0
D. 1
1.42 
Kalkulus 2

4) Deret  n
7  2n adalah ….
n1

A. konvergen ke  1
2
B. konvergen ke 1
7
C. konvergen ke  1
7
D. divergen


5. Deret geometri ( 1)n1 1
n1 adalah konvergen ke ….
n1 2

A. 1
2
1
B.
2
2
C.
3
D. 2
3

2n
6) Deret n1 3n 1 adalah ….
2
A. konvergen ke
3
B. konvergen ke 2
C. konvergen ke –1
D. divergen

PEMA4218/MODUL 1 1.43

3
 4 n  3n
7) Deret
 a
n
dengan a 
n 5
n  4n 1
2
adalah deret konvergen dengan

n1
uji banding limit dengan bn sama dengan ….
4
A.
n2
4
B.
n3
3
C.
n4
3
D.
n5

 n

8) Deret  2
3 dengan uji hasil bagi diperoleh ....
n1 n
A. deret konvergen dengan   2
B. deret konvergen dengan   2
C. deret divergen dengan   2
D. deret divergen dengan   2

9) Deret  ( 1  1 ) dengan uji banding diperoleh ....


2
n n 
n 1

A. konvergen ke 0
B. konvergen ke –1
C. konvergen ke 1
D. divergen

(1)n1
10) Deret adalah merupakan deret ....
n1 n 2  2n 1
A. konvergen absolut
B. konvergen bersyarat
C. konvergen
D. divergen

1.44 Kalkulus 2

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =
100% Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.

PEMA4218/MODUL 1 1.45

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
2
1) B Bagi pembilang dan penyebut dalam a  7 n  5n dengan n2 .
n 2
3n 11
( 1)
n n
( 1)
2) A lim a  lim (  5) dan lim 0.
2
n  n n n2 n n
3) B 0  cos n  1 dan lim 1  0 dengan teorema apit maka
n n n n

lim cos n 0.


n n
4) B a a  1  1  2  0 , yaitu
n 1 n 1  2n  2 1  2n 1  4n2

an1  an .
Jadi, barisan  an  monoton naik.
2
a 3(n  1)  1 n  1 3n  7n  4
5) C n1
 .  1.
2
an (n  1)  1 3n 1 3n  7n  2
Jadi, barisan  an  monoton naik.
n 1 2
6) C a  2 , barisannya adalah 2  2 , 2 ,...
n n! 1! 2!
Sehingga barisan  an  terbatas di bawah oleh 2.
11 5n 7 7
7) C Pembilang dan penyebut dari an  dibagi dengan n . n
11  5n
7 7
Sehingga lim a  lim n n 00
n
n  n 1 1
n
Oleh karena a  ( 1) n makabarisannyaadalah
8) D n
n 1
n
 1 , 2 ,  3 ,... , yaitu beroskilasi sehingga lim (1) n tidak ada.
2 3 4 n n 1
Jadi, barisan  an  divergen.

1.46 Kalkulus 2

9) B Ditunjukkan untuk setiap   0 , terdapat K  N sehingga


n1
( 1)
 0   , untuk setiap n  K . Oleh karena   0 maka
n
1  0 dan pilih K  1.
 
10) C Ditunjukkan untuk setiap   0 , terdapat K  N sehingga
n1
( n  1)  1  n   1  1  1   , untuk setiap n  K .
n n n n K
Oleh karena   0 maka 1  0 dan pilih K  1.
 

Tes Formatif 2
n
k  1 )  2  3  4  ...  n 1
1) D Jumlah bagian deret adalah Sn 
( k 1 2 3n
k 1

Setiap sukunya lebih besar dari 1 sehingga n 1  n


n

Jadi, lim S  yaitu deret  n 1 adalah divergen.



n n n
n1
2) B Jumlah bagian deret adalah
n
S  ( 1  1 )  (1  1 )  (1  1 )  ...  ( 1  1)1 1
n k k1 2 2 3 n n1 n 1
k 1

Jadi, lim S  lim (1 1 )1


n  n n n 1
 n
3) B Deret geometri  ( 1)
n
5  5  5  5 ... adalah deret
n1 4 4 16 64

geometri dengan a  5 , r  1 maka deret konvergen ke


4 4
a 1 .
1 r
4) D Dapat menggunakan uji banding
a
  lim n1  ( n  1) . (7  2 n)  1
n a 7  2( n 1) n
n

PEMA4218/MODUL 1 1.47

5) C Deret ( 1)n1 2 1 n1


1 1 1
=1    ...
2 4 8
n1

Deret geometri dengan a  1, r  1 maka deret ( 1)n1 1
2 n1 2

konvergen ke a  2.
1r 3
 2n
6) D Deret
 3n 1
divergen karena lim 2n  2  0 .
n 3n 13
n1
3
4n 
7) A a  3n , misalkan b  4
5 2
n
n  4 n 1 n
n2
3 2
a (4 n  3n )n 
lim n
 lim 5 2 10 karena bn konvergen

n  bn n ( n  4 n 1) .4 n1


maka dengan uji banding limit deret an dengan


n1
3
4n 
a  3n juga konvergen.
5 2
n
n  4 n 1
 n
8) C Deret  2
3
divergen dengan uji hasil bagi
n1 n
3 3
  lim 2 n1 . n  lim 2n 2
3 n 3 2
n  ( n  1) 2 n n  3n  3n  1
1
9) D Misalkan, an  2n karena 2n  2 n  2n 1
1
maka 1  1 . Selanjutnya, misalkan b  1 dan karena
2 n 1 2n n 2n
 

deret  21 divergen maka dengan uji banding deret  1

n1 n n1 2 n 1
divergen.
 n1
10) A Ditunjukkan deret  2
konvergen. Oleh karena
n1 n  2 n 1

1.48 Kalkulus 2

n1
( 1) 1 1 1  1
2
 2
, 2  2 dan  2 merupakan
n 2n1 n  2 n 1 n  2 n 1 n n1 n
deret konvergen.

PEMA4218/MODUL 1 1.49

Daftar Pustaka

Martono. (1999). Kalkulus. Jakarta: Erlangga.

Purcell, Varberg. (2001). Calculus and Analytic Geometry. 7th Ed. New
York: Prentice-Hall (Terjemahan oleh I Nyoman Susila).

Salas, Hill. (1990). Calculus One and Several Variables. New York: Jhon
Wiley and Sons.

Thomas, Finney. (1996). Calculus and Analytic Geometry. 9th Ed. New York:
Addison-Wesley.

Wasan and Prakash. (1985). Real Analysis. New Delhi: MC Graw Hill
Publishing Company Limited.

Anda mungkin juga menyukai