Anda di halaman 1dari 69

PPs Unesa

ANALISIS NON PARAMETRIK I

Dosen:
Prof. Dr. Ismet Basuki, M.Pd.

Prof. Dr. Ismet Basuki 1


ANALISIS NONPARAMETRIK I

PENGUJIAN SATU SAMPEL


 Uji Tanda Binomial
 Uji Chi-Square
 Uji Run
 Uji Kolmogorov-Smirnov
PENGUJIAN DUA SAMPEL BERPASANGAN
 Uji Tanda
 Uji Ranking Bertanda Wilcoxon
PENGUJIAN K SAMPEL BERPASANGAN
 Uji Q-Qochran
 Uji Friedman

Prof. Dr. Ismet Basuki


2
ANALISIS NONPARAMETRIK I

Metode statistika adalah prosedur-prosedur yang digunakan


dalam pengumpulan, penyajian, analisis dan penafsiran data.
Metode-metode tersebut dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, yaitu statistika deskriptif (statistika eksploratif) dan
statistika inferensia ( statistika induktif atau statistika
informasi).
Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus nilai
pengamatan (data) sehingga memberikan informasi yang
berguna. Perlu kiranya dimengerti bahwa statistika deskriptif
memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai
dan sama sekali tidak memberikan kesimpulan apapun
tentang data induknya yang lebih besar (populasi).
3
ANALISIS NONPARAMETRIK I

Statistika inferensial mencakup semua metode yang


berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian
sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan mengenai
keseluruhan data induknya
Generalisasi yang berhubungan dengan statistika inferensia
mempunyai sifat yang tak pasti, karena kita mendasarkan pada
informasi parsial yang diperoleh dari sebagaian data (sampel).
Teknik inferensia pertama yang muncul adalah teknik-teknik
yang membuat sejumlah asumsi-asumsi mengenai sifat populasi
darimana sampel diambil. Karena nilai-nilai populasi adalah
“parameter”, maka teknil-teknik statistika ini disebut “parametrik”.

Prof. Dr. Ismet Basuki

4
ANALISIS NONPARAMETRIK I
Bila kita tidak menspesifikasikan sifat sebaran induknya,
maka umumnya kita tidak berhubungan dengan parameter.
Oleh karena itu, sebagai pengganti statistika parametrik kita
menggunakan statistika non parametrik.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki statistika non parametrik
sebagai berikut.
 Perhitungan yang diperlukan sederhana dan dapat dikerjakan
dengan cepat karena analisisnya menggunakan cacahan, peringkat
(rank) bahkan tanda dari selisih pengamatan yang berpasangan.
 Datanya tidak harus merupakan data kuantitatif, tetapi dapat berupa
respon yang kualitatif (skala nominal dan ordinal).
 Uji-ujinya disertai dengan asumsi-asumsi yang jauh tidak mengikat
dibandingkan dengan uji parametrik.
Prof. Dr. Ismet Basuki

5
ANALISIS NONPARAMETRIK I

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki statistika non parametrik sebagai


berikut.
 Kurang efisien, karena tidak memanfaatkan semua informasi yang
terkandung dalam sampel.
 Uji non parametrik memerlukan ukuran sampel yang lebih besar
dibandingkan dengan uji parametrik untuk mencapai peluang galat
jenis II yang sama.
 Uji-uji non parametrik tidak dapat digunakan untuk:
 Menguji ada tidaknya pengaruh interaksi dari faktor-faktor yang diuji
seperti dalam analisis ragam, dan
 Peramalan, seperti dalam analisis regresi.

Prof. Dr. Ismet Basuki

6
PENGUJIAN HIPOTESIS
KASUS SATU SAMPEL

1. Uji Tanda (Uji binominal)


2. Uji Chi-Square
3. Uji Run
4. Uji Kolmogorov-Smirnov

Prof. Dr. Ismet Basuki

7
1. UJI TANDA (BINOMIAL)

Dalam uji tanda digunakan pengganti tanda positif


atau negatif bagi nilai-nilai pengamatan.
Nilai pengamatan positif jika nilai pengamatan tersebut
> rata-rata hitung (populasi setangkup) atau > median
(populasi menjulur).
Nilai pengamatan negatif jika < nilai rata-ratanya atau
mediannya.

Prof. Dr. Ismet Basuki

8
UJI TANDA (BINOMIAL)

Hipotesis: H0: µ=µo. vs H1: µµo.


Statistik uji bagi Uji tanda adalah variabel acak X yang
menyatakan banyaknya tanda positif atau negatif yang
paling sedikit.
Bila hipotesis nol µ=µo benar, maka peluang bahwa suatu
nilai sampel menghasilkan tanda positif atau negatif sama
dengan ½.

Prof. Dr. Ismet Basuki

9
UJI TANDA (BINOMIAL)

Akibatnya, statistik uji X memiliki sebaran


peluang Binomial dengan parameter p=½
Uji signifikasi dilakukan dengan menggunakan
rumus binomial sebagai berikut.
P(X≤x) = Σb (x; n, p) = Σb (x; n, ½)

Prof. Dr. Ismet Basuki

10
CONTOH UJI TANDA /
BINOMIL
Misal kita ingin menguji pada taraf nyata 0,05 bahwa daya
listrik adalah 10 watt. Suatu sampel acak 10 lampu telah
diukur dayanya, hasilnya sebagai berikut.
Sampel Daya (Watt) Sampel Daya (Watt)

L1 10,2 L6 9,8
L2 9,7 L7 9,9
L3 10,1 L8 10,4
L4 10,3 L9 10,3
L5 10,1 L10 9,8

Prof. Dr. Ismet Basuki

11
PERHITUNGAN MANUAL

1.Hipotesis:
H0: µ = 10
H1: µµo
2. Uji statistik : Uji binomial
3. Taraf nyata: 0,05
4. Wilayah kritik (Terima H1): Σb (x; n, p) < 0,05

x = banyaknya tanda (+) atau (-) yang paling sedikit;


tanda nol tidak diikutkan dalam analisis
n = banyaknya tanda (+) dan (-)
P =½= proporsi tanda (=) dan (-)
Prof. Dr. Ismet Basuki
12
PERHITUNGAN MANUAL

Nilai pengamatan lebih dari 10 diberi tanda (+)


Kurang dari 10 diberi tanda (-)
Sama dengan 10 diberi tanda nol.
Tanda nol tidak diikutkan dalam analisis.

Tabel Binomial
Nilai 10,2 9,7 10,1 10,3 10,1 9,8 9,9 10,4 10,3 9,8
Tanda + - + + + - - + + -

Prof. Dr. Ismet Basuki

13
PERHITUNGAN

Jumlah tanda (+) = 6


Jumlah tanda (-) = 4
x = 4 ; n =10; p = ½
Dari tabel jumlah binomial diperoleh
P(X ≤ 4) = Σb (x;10, ½) = 0,3770
Untuk pengujian dua arah maka p (X ≤ 4) =
2(0,3770) = 0,7540
Kesimpulan: Terima H0 artinya bahwa rata-rata daya
lampu sebesar 10 watt dapat diterima.

Prof. Dr. Ismet Basuki

14
2. Uji 
2

Merupakan Uji Kebaikan Suai (Godness of Fit)


2

Uji Chi-square dapat digunakan untuk menguji


apakah terdapat kesesuaian antara frekuensi
observasi (observed) dengan frekuensi diharapkan
(expected)
Data kategor dalam tiap-tial dan tiap kategori. bisa
dua atau lebih.

Prof. Dr. Ismet Basuki

15
RUMUS

 
2  Oi  Ei  2

Ei
Keterangan:
Oi : frekuensi Observasi
Ei : frekuensi Harapan
Dk : k-1 (k = jml kategori)
Prof. Dr. Ismet Basuki
16
CONTOH UJI
2

Seorang guru berhipotesis bahwa ada perbedaan


pencapaian kompetensi ditinjau dari posisi duduk siswa
(baris kursi). Data hasil penelitian sebagai berikut.

Posisi duduk (baris) 1 2 3 4 5 6 7 8


Jmh Siswa yg mencapai KKM 8 5 6 7 6 4 5 7

Dengan taraf kesalahan 5%, apakah hipotesis guru tersebut


didukung data?

Prof. Dr. Ismet Basuki

17
PERHITUNGAN MANUAL

1.Hipotesis:
H0: Jml (frekuensi) siswa yang mencapai KKM pada
setiap posisi duduk sama (f1 = f2 = ... f8)
H1: Jml (frekuensi) siswa yang mencapai KKM pada
setiap posisi duduk tidak sama.
 2
2. Uji statistik: Uji
3. Taraf nyata 0,05
 2
4. Wilayah kritik (Terima H1): >
 2
0,05 (8-1)
Prof. Dr. Ismet Basuki

18
O
Ei

PERHITUNGAN MANUAL

Posisi 1 2 3 4 5 6 7 8
Observasi 8 5 6 7 6 4 5 7
Harapan 6 6 6 6 6 6 6 6

2 
 8  6  2

 5  6
2
 .... 
 7  6
2
 2,000
6 6 6
 2 0, 05 7   14,067
Simpulan:
Karena nilai (χ2 =2,000) < (χ20,05 (7) = 14,067), maka disimpulkan untuk
menerima H0. Hal ini berarti bahwa pencapaian KKM tidak
bergantung pada posisi duduk siswa (baris depan/belakang).
Prof. Dr. Ismet Basuki
19
3. UJI RUN (RUNTUN)

Uji Run untuk menguji keacakan skor


terhadap Mean, Media, Mode, atau kreteria
yang ditentukan
n1 adalah banyaknya lambang pertama atau
yang lebih sedikit dan n2 adalah banyaknya
lambang kedua atau yang lebih banyak,
maka ukuran sampelnya adalah n= n1+ n2
Prof. Dr. Ismet Basuki

20
CONTOH
UJI RUN (RUNTUN)

Suatu proses pelapisan perak digunakan


untuk melapisi nampan atau baki. Bila
prosesnya terkendali dengan baik, tebal
lapisan peraknya bervariasi secara acak
mengikuti sebaran normal dengan rata-rata
milimeter dan simpangan baku 0,05
milimeter.
Prof. Dr. Ismet Basuki

21
3. UJI RUN (RUNTUN)

Misalkan dari 12 baki yang diperiksa


berikutnya tebal lapisan peraknya adalah:

Ujilah pada taraf 0,05 apakah fluktasi


0,20 0,19 0,21 0,20 0,19 0,17 0,18 0,23 0,21 0,24 0,22 0,23 0,22

ketebalan itu masih bersifat acak

Prof. Dr. Ismet Basuki

22
3. UJI RUN (RUNTUN)

Analisis manual
1. Hipotesis:
H0: Fluktasi ketebalan bersifat acak
H1: Fluktasi ketebalan bersifat tidak acak
2. Uji Statistik: Uji Run
3. Taraf Nyata 0,05
4. Wilayah kritik: r < r1 atau r > r2
Prof. Dr. Ismet Basuki

23
3. UJI RUN (RUNTUN)
Nilai
No Tanda Runtun
Pengamatan
1. 0,19 (-) 1
2. 0,21 (+) 2
3. 0,20 (0)  
4. 0,19 (-) 3
5. 0,17 (-)  
6. 0,18 (-)  
7. 0,23 (+) 4
8. 0,21 (+)  
9. 0,24 (+)  
10. 0,22 (+)  
11. 0,23 (+)  
12. 0,22 (+)  
24
3. UJI RUN (RUNTUN)

Nilai pengamatan diberi tanda (+) jika lebih besar


dari 0,20 dan diberi tanda (-) jika lebih kecil dari 0,20.
Banyaknya runtun (run) r = 4
Untuk n1= tanda (-)=4 dan n2 tanda (+) = 7. Dari tabel
harga kritis r dalam uji run diperoleh nilai r 1=2 dan r2
=10
Kesimpulan: Karena (r1 = 2) < (r = 4) < (r2 = 10)
maka disimpulkan untuk menerima H0 artinya
variasi tebal lapisan perak masih bersifat acak.
Prof. Dr. Ismet Basuki

25
4. UJI KS
(KOLMOGOROV-SMIRNOV)

Uji Kolmogorof-Smirnov termasuk uji kebaikan Suai


(Godness of Fit).
Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat
kesesuaian antara distribusi nilai sampel (skor yang
diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu
(Normal, uniform, atau poisson).
Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi
frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan
distribusi frekuensi harapan (teoritis).
Prof. Dr. Ismet Basuki

26
CONTOH UJI KS
(KOLMOGOROV-SMIRNOV)

Data upah mingguan (ribu rupiah) dari


sampel sebanyak 15 karyawan PT. Karya
Indah adalah sebagai berikut.
22 24 26 27 28 28 32 35 37 39 40 43 51 52 62

Kita ingin menguji taraf nyata 5% apakah


sampel tersebut berasal dari populasi
berdistribusi normal.
Prof. Dr. Ismet Basuki

27
ANALISIS CARA MANUAL UJI
KS
(KOLMOGOROV-SMIRNOV)
1. Hipotesis:
H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: Sampel berasal dari populasi berdidtribusu tidak normal
2. Uji Statistik: uji Kolmogorov-Smirnov
3. Taraf nyata: 0,05
4. Wilayah Kritik: D > D0,05 dimana D = maksimum
5. Perhitungan:
Tentukan p (z) dimana
Tentukan peluang kumulatif bagi nilai harapan
Tentukan nilai maksimum bagi D
Prof. Dr. Ismet Basuki

28
4. UJI KS
(KOLMOGOROV-SMIRNOV)

Upah Z P (z) P(e) P(z)_P(e)


22 -1,24 0,1075 0,0667 0,0408
24 -1,07 0,1423 0,1333 0,0090
26 -0,89 0,1867 0,2000 0,0133
27 -0,81 0,2090 0,2667 0,0577
28 -0,72 0,2358 0,3333 0,0975
28 -0,72 0,2358 0,4000 0,0975
32 -0,38 0,3520
x
0,4667 0,1645
35 -0,12 0,4522 0,5333 0,0811
37 0,05 0,5199 0,6000 0,0801
39 0,22 0,5871 0,6667 0,0796
40 0,31 0,6217 0,7333 0,1116
43 0,57 0,7157 0,8000 0,0843
51 1,25 0,8953 0,8667 0,0286
52 1,34 0,9099 0,9333 0,0234
62 2,20 0,9861 1,000 0,0139

xbar = 36,4 dan s = 11,636


29
4. UJI KS
(KOLMOGOROV-SMIRNOV)

6. Kesimpulan:
Karena (D = 0,1642) < (Dt0,05 = 0,338)
x

maka disimpulkan untuk menerima H0


artinya sampel yang diambil berasal
dari populasi berdistribusi normal.
Prof. Dr. Ismet Basuki

30
PENGUJIAN HIPOTESIS
DUA SAMPEL BERPASANGAN

1. Uji Tanda
2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon

Prof. Dr. Ismet Basuki

31
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(1. Uji Tanda)
Prosedur uji tanda didasarkan pada tanda positif atau
negatif bagi selisih nilai pengamatan pada setiap
pasangan sampel.
Pada hakekatnya pengujian ini hanya memperhatikan
arah perbedaan saja, bukan besarnya perbedaan.
Uji tanda dapat digunakan sebagai uji signifikasi
perubahan (sebelum dan sesudah perlakuan).
Apabila nilai pengamatan untuk pasangan tersebut
adalah YA dan YB maka selisihnya d = YA - YB.

Prof. Dr. Ismet Basuki

32
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(1. Uji Tanda)

Rumus perhitungan
a. Jika Sampel kecil (n ≤ 25)
Digunakan rumus binom P(X≤x) = Σb (x;n,p)
X = Banyaknya tanda positif atau negatif yang paling sedikit
n = banyaknya tanda positif atau negatif.
b. Jika Sampel Besar (n > 25)
Digunakan uji t (Paired Sample T-test)
Prof. Dr. Ismet Basuki

33
CONTOH
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(1. Uji Tanda)

Kinerja 15 karyawan setelah dan sebelum


pelatihan tercatat sebagai berikut (lihat data).
Ujilah pada taraf nyata 0,05 apakah dapat
diterima hipotesis bahwa terdapat perbedaan
rata-rata kinerja karyawan antara setelah dan
sebelum pelatihan.

Prof. Dr. Ismet Basuki

34
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(1. Uji Tanda)
Kinerja
Karyawan
Sesudah Sebelum
1 20 18
2 19 17
3 23 20
4 20 21
5 18 16
6 21 19
7 20 18
8 20 22
9 19 17
10 18 15
11 23 21
12 21 20
13 20 20
14 20 19
15 23 22
Prof. Dr. Ismet Basuki

35
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(1. Uji Tanda)

1. Hipotesis:
H0: d = 0 (tidak terdapat perbedaan kinerja karyawan
antara seselum dan sesudah pelatihan).
H1: d ≠ 0 (terdapat perbedaan kinerja karyawan antara
seselum dan sesudah pelatihan)
2. Uji Statistik: uji tanda
3. Taraf nyata: 0,05
4. Wilayah Kritik:
5. Perhitungan: ∑b(x;n;p)< 0,05
36
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(1. Uji Tanda)
Kinerja
Karyawan Tanda
Sesudah Sebelum
1 20 18 (+)
2 19 17 (+)
3 23 20 (+)
4 20 21 (-)
5 18 16 (+)
6 21 19 (+)
7 20 18 (+)
8 20 22 (-)
9 19 17 (+)
10 18 15 (+)
11 23 21 (+)
12 21 20 (+)
13 20 20 (0)
14 20 19 (+)
15 23 22 (+)
37
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(1. Uji Tanda)

  Banyaknya tanda (+) = 12; tanda (0) = 1 dan tanda (-)


= 2. Jadi X = 2 dan n = 14.
Dari tabel peluang binom didapat:
∑b(x,n,p) = ∑b(2;14,) = 0,0065
Untuk uji pihak (dua ekor), nilai probabilitasnya p = 2 x
(0,0065) = 0,0130 ( nilai probabilitas ini lebih kecil dari
taraf nyata 0,05)
Kesimpulan menolak H0 artinya terdapat perbedaan
kinerja antara sebelum dan sesudah pelatihan.
Prof. Dr. Ismet Basuki

38
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

Dalam uji tanda hanya memperlihatkan arah


perbedaan saja sedangkan dalam uji rangking
bertanda Wilcoxon selain memperlihatkan arah
perbedaan juga memperlihatkan besar relatif
dari perbedaan tersebut.
Cara analisis uji Peringkat Bertanda wilcoxon
sebagai berikut.

Prof. Dr. Ismet Basuki

39
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

Tentukan selisih nilai pasangan (d).


Untuk nilai yang sama (d = 0) data
dieliminir
Selisih d diranking tanpa memperhatikan
tanda positif atau negatifnya.
Untuk nilai d yang sama, rangkingnya
adalah rata-rata.
Prof. Dr. Ismet Basuki

40
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

Pengujian menggunakan statistik T.


Statistik T dihitung dengan menjumlahkan
ranking bertanda positif atau negatif yang
menghasilkan jumlah paling sedikit.
Bandingkan dg statistik T dengan tabel nilai
kritis T uji rangking bertanda Wilcoxon.
Kaidahnya: Tolak H0 jika T ≤ Ttα
Prof. Dr. Ismet Basuki

41
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

  Untuk n > 25, maka statistik T


mendekatinormal dengan nilai:

Z=

Prof. Dr. Ismet Basuki

42
CONTOH
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

Kinerja 15 karyawan setelah dan sebelum


pelatihan tercatat sebagai berikut (lihat
data).
Ujilah pada taraf nyata 0,05 apakah dapat
diterima hipotesis bahwa terdapat
perbedaan rata-rata kinerja karyawan
antara setelah dan sebelum pelatihan.
Prof. Dr. Ismet Basuki

43
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)
Kinerja
Karyawan
Sesudah Sebelum
1 20 18
2 19 17
3 23 20
4 20 21
5 18 16
6 21 19
7 20 18
8 20 22
9 19 17
10 18 15
11 23 21
12 21 20
13 20 20
14 20 19
15 23 22

44
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

1. Hipotesis:
H0: d = 0 (tidak terdapat perbedaan kinerja karyawan
antara seselum dan sesudah pelatihan).
H1: d ≠ 0 (terdapat perbedaan kinerja karyawan antara
seselum dan sesudah pelatihan).
2. Uji Statistik: T rangking bertanda Wilcoxon
3. Taraf nyata: 0,05
4. Wilayah Kritik:
5. Perhitungan: T ≤ Tα
Prof. Dr. Ismet Basuki

45
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)
Kinerja
Karyawan Selisih Ranking
Sesudah Sebelum
1 20 18 2 8.5
2 19 17 2 8.5
3 23 20 3 13,5
4 20 21 -1 2.5
5 18 16 2 8.5
6 21 19 2 8.5
7 20 18 2 8.5
8 20 22 -2 8.5
9 19 17 2 8.5
10 18 15 3 13,5
11 23 21 2 8.5
12 21 20 1 2.5
13 20 20 0 -
14 20 19 1 2.5
15 23 22 1 2.5

46
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

T=2,5+8,5 =11
Untuk n = 14; dari tabel nilai Kritis T uji ranking
bertanda wilcoxon diperoleh T0,05 = 21
Kesimpulan
Karena nilai (T = 11) < (T0,05 = 21) maka
disimpulkan untuk menolak H0 dan menerima
H1. Berarti ada perbedaan kompetensi
karyawan antara sebelum dan sesudah
pelatihan.
47
Pengujian Dua Sampel Berpasangan
(2. Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)

  Dengan Statistik Z
Untuk n=14 dan T=11
Z = = = -2,668

Kesimpulan
Dari distribusi normal z diperoleh p(z<-2, 668)
= 0,0038
Untuk uji dua pihak (2-tailed) maka
p=2(0,0038)=0,0076

Prof. Dr. Ismet Basuki

48
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN

1. Uji Q-Qochran
2. Uji Friedman

Prof. Dr. Ismet Basuki

49
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)

Uji Q Cochran digunakan untuk menguji apakah tiga


(atau lebih) himpunan skor (proporsi atau frekuensi)
berpasangan saling signifikan.
Penjodohan dapat didasarkan atas ciri-ciri yang
relevan dalam subjek-subjek yang berlainan, atau
berdasarkan kenyataan bahwa subjek-subjek yang
sama digunakan dalam kondisi yang berbeda.
Skala data yang digunakan dapat berupa skala
nominal maupun ordinal yang dipisahkan (dikotomi),
seperti sukses dan gagal, atau ya dan tidak, dan
sebagainya.
50
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)

  Rumus: Q =
k=banyaknya sampel (perlakuan)
n=banyaknya ulangan
Ci =banyaknya sukses dalam setiap perlakuan (1 sampai k)
Li =banyaknya sukses dalam tiap ulangan (1 sampai n)
Q mendekati dengan Χ2, dengan db = k-1
Kaidah pengujian: Tolak H0 jika Q ≥ Χ2 tα dg db = k-1
Prof. Dr. Ismet Basuki

51
CONTOH
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)

Wakasek kesiswaan ingin mengetahui


seragam sekolah yang paling disukai oleh
siswa. Ia membuat tiga model seragam (A,
B, dan C). Sampel yang digunakan
sebanyak 18 siswa. Hasil survei (jawaban
suka diberi skor 1 dan jawaban tidak suka
diberi skor 0) sebagai berikut.

Prof. Dr. Ismet Basuki

52
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)

Siswa Model Seragam


A B C
1 0 0 0
2
3
1
0
1
1
0
0
Kita ingin menguji
4
5
0
1
0
0
0
0 hipotesis pada taraf
6
7
1
1
1
1
0
0 nyata 5 % apakah
8 0 1 0
9
10
1
0
0
0
0
0
ketiga model
11
12
1
1
1
1
1
1
seragam sama-
13
14
1
1
1
1
0
0 sama disukai oleh
15 1 1 0
16 1 1 1 siswa.
17 1 1 0
18 1 1 0

53
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)

Hipotesis:
o H0: Kesukaan terhadap model seragam A = B = C
o H1: Minimal satu model seragam tidak disukai.
Uji statistik: Uji Q Cochran
Taraf nyata 0,05
Wilayah kritik: Q ≥ Χ2 tα dg db = k-1

Prof. Dr. Ismet Basuki

54
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)
No. Jenis Seragam Li Li2
A B C
1 0 0 0 0 0
2 1 1 0 2 4
3 0 1 0 1 1
4 0 0 0 0 0
5 1 0 0 1 1
6 1 1 0 2 4
7 1 1 0 2 4
8 0 1 0 1 1
9 1 0 0 1 1
10 0 0 0 0 0
11 1 1 1 3 9
12 1 1 1 3 9
13 1 1 0 2 4
14 1 1 0 2 4
15 1 1 0 2 4
16 1 1 1 3 9
17 1 1 0 2 4
18 1 1 0 2 4
  c1=13 c2=13 c3=3 Li=29 Li2=63

Prof. Dr. Ismet Basuki

55
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)

  ∑Ci² = 13²+13²+3² = 347;


k=3;
(∑Ci)² = (13+13+3)² = 841

Q = = = 16,7

Prof. Dr. Ismet Basuki

56
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (1. Q-Qochran)

Untuk db = 3 -1 dan α = 0,05 didapat Χ2t5% = 5,99


Kesimpulan
o Karena (Q = 16,7) > (Χ2t5% = 5,99) maka tolak H0
dan terima H1. Artinya kesukaan siswa terhadap
ketiga model seragam tesebut tidak sama.
o Kemasan A dan B sama-sama disukai,
keduanya lebih disukai daripada kemasan C.

Prof. Dr. Ismet Basuki

57
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

Uji friedman digunakan untuk menguji signifikasi


k sampel berpasangan dengan skala data
minimal ordinal.
Data disusun dalam n (baris ulangan) dan k
kolom (perlakuan) kemudian dilakukan ranking
terhadap seluruh perlakuan atau kondisi pada
setiap ulangan.

Prof. Dr. Ismet Basuki

58
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)
 a. Jika n kecil yaitu k = 3 dan 2 ≤ n ≤ 9 atau k = 4 dan 2 ≤ n
≤4
o Digunakan tabel kritis Χ2r dalam Anava 2 Jalur
Friedman.
o Tolak H0, jika p(Χ2r) ≤ α
b. Jika k > 4 dan banyaknya ulangan (replikasi n > 9), atau
syarat a tidak dipenuhi: n=banyaknya ulangan setiap sampel

k=banyaknya perlakuan
Xr²= [∑Rj²] – 3n(k+1) Rj=jumlah ranking tiap perlaukuan

db = k - 1
Prof. Dr. Ismet Basuki

59
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

a. Jika n kecil yaitu:


 k = 3 dan 2 ≤ n ≤ 9, atau
 k = 4 dan 2 ≤ n ≤ 4
o Digunakan tabel kritis Χ2r dalam Anava 2
Jalur Friedman.
o Tolak H0, jika p(Χ2r) ≤ α
Prof. Dr. Ismet Basuki

60
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

 b. Jika k > 4 dan banyaknya ulangan (replikasi n > 9),


atau syarat a tidak dipenuhi digunakan rumus:
Xr²= [∑Rj²] – 3n(k+1)
Χ2r mendekati distribusi Χ2 dengan db = k-1

n: banyaknya ulangan (banyaknya pengamatan


pada setiap sampel)
k: banyaknya sampel atau perlakuan
Rj: jumlah ranking tiap sampel atau perlakuan
Prof. Dr. Ismet Basuki

61
CONTOH
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

Wakasek kesiswaan ingin mengetahui


seragam sekolah yang paling disukai oleh
siswa. Ia membuat tiga model seragam (A,
B, dan C). Sampel yang digunakan
sebanyak 18 siswa. Hasil survei (jawaban
suka diberi skor 1 dan jawaban tidak suka
diberi skor 0) sebagai berikut.
Prof. Dr. Ismet Basuki

62
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

Siswa Model Seragam


A B C
1 0 0 0
2
3
1
0
1
1
0
0 Kita ingin menguji
4
5
0
1
0
0
0
0 hipotesis pada taraf
6 1 1 0
7
8
1
0
1
1
0
0
nyata 5 % apakah
9
10
1
0
0
0
0
0
ketiga model
11
12
1
1
1
1
1
1 seragam sama-
13 1 1 0
14 1 1 0 sama disukai oleh
15 1 1 0
16
17
1
1
1
1
1
0
siswa.
18 1 1 0

63
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

Hipotesis:
o H0: Kesukaan terhadap model seragam A = B = C
o H1: Minimal satu model seragam tidak disukai.
Uji statistik: Χr2 dua arah Friedman
Taraf nyata: 0,05
Wilayah kritik: Χr2 ≥ Χ2 tα dg db = k-1

Prof. Dr. Ismet Basuki

64
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

No. Jenis Seragam Rank


A B C A B C
1 0 0 0 2 2 2
2 1 1 0 2,5 2,5 1
3 0 1 0 1,5 3 1,5
4 0 0 0 2 2 2
5 1 0 0 3 1,5 1,5
6 1 1 0 2,5 2,5 1
7 1 1 0 2,5 2,5 1
8 0 1 0 1,5 3 1,5
9 1 0 0 3 1,5 1,5
10 0 0 0 2 2 2
11 1 1 1 2 2 2
12 1 1 1 2 2 2
13 1 1 0 2,5 2,5 1
14 1 1 0 2,5 2,5 1
15 1 1 0 2,5 2,5 1
16 1 1 1 2 2 2
17 1 1 0 2,5 2,5 1
18 1 1 0 2,5 2,5 1
  RA= 41 RB = 41 RC = 26

65
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

Cara pemberian ranking :


Untuk angka yang sama, rankingnya adalah
rata-ratanya, misal:
Siswa 1 : A = 0, B = 0, C = 0
Rankingnya : A = 2, B = 2, C = 2
Siswa 2 : A = 1, B = 1, C = 0
Rankingnya : A = 2,5 B = 2,5 C = 1
Prof. Dr. Ismet Basuki

66
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

  2
r
12
nk (k  1)
 Rj   3n k  12

X  2 12
18(3) 4 
r  
412  412  26 2  318 4   8,33

  Untuk k=3 uji dua pihak, dari tabel


didapat nilai 
2
 5,991
( 0 , 05)( 2 )

Prof. Dr. Ismet Basuki

67
PENGUJIAN HIPOTESIS
k SAMPEL BERPASANGAN (2. Friedman)

Kesimpulan
o Karena (Χr2= 8,33) > (Χ2t5% = 5,991) maka
tolak H0 dan terima H1. Artinya kesukaan
siswa terhadap ketiga model seragam
tersebut tidak sama.

Prof. Dr. Ismet Basuki

68
TUGAS 7A
 Tugas 7a: Berdasarkan datanya sendiri mahasiswa mengaplikasikan:
o Pengujian kasus 1 sampel
 Uji Tanda Binomial (Gunakan 10 data pertama)
 Mhs Mengerjakan Uji χ2
 Mhs Mengerjakan Uji Run: Median & Mean
 Mhs Mengerjakan Uji Komolgorov-Smirnov)
o Pengujian Hipotesis Dua Sampel Berpasangan
 Mhs Mengerjakan Uji Tanda
 Mhs Menegrjakan Uji Ranking Bertanda Wilcoxon)
o Pengujian Hipotesis k Sampel Berpasangan
 Mhs Mengerjakan Uji Q Qochran
 Mhs Mengerjakan Uji Friedman
 Tugas 6a, 6b dikumpulkan.
Prof. Dr. Ismet Basuki

69

Anda mungkin juga menyukai