Muhib Radhiyufa FST
Muhib Radhiyufa FST
MUHIB RADHIYUFA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
MUHIB RADHIYUFA
106095003199
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
MUHIB RADHIYUFA
106095003199
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Untukmu Ayah Ibu
Lima tahun sudah berlalu
Bersama 23 orang penuntut ilmu
Aku berjibaku
Meraih ijazah sarjanaku
Menapaki hiruk pikuk dan lika-liku ilmu
Di kota central tempat para penjuru negeri mengadu
Bersama doa mu, aku menuntut ilmu
Bersama harapmu, aku menuju cita-citaku
Bersama kasihsayangmu, aku rindu
Kini dapat aku persembahkan untuk mu ayah dan ibu
Sebuah karya yang ku tulis dengan tinta cintamu
Inilah keringat dan jeripayahmu ayah dan ibu
Inilah doa dan linangan air mata malammu ibu
Inilah harapanmu ayah dan ibu
Inilah baktiku pada mu ayah dan ibu
Jangan pernah surut sungai di kelopak matamu
mengalirkan doa ibu
Jangan pernah berhenti bibir mu berharap oh ayah dan ibu
Sampai dunia kurengkuh untuk mu
Sampai Surga ku bawakan untuk mu
Oh ayah dan Ibuku tercinta
Kasih sayangmu tiada tara.
Skripsi ini ku persembahkan
untuk Ayah dan Ibundaku Tercinta
ABSTRAK
Kata kunci : Dinamika fosfat dan klorofil, Ikan lele dan ikan nila
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah dari-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Dinamika Fosfat Dan Klorofil Dengan Penebaran Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Pada Kolam Budidaya Ikan Lele (Clarias gariepinus) Sistem
Heterotrofik ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang
penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan masukan-masukan dari
banyak pihak. Memang demikian yang penulis rasakan dalam praktek hingga
skripsi ini berhasil diselesaikan, yakni banyak pihak yang mendukung dan
membantu, berupa moril dan materil, baik secara langsung maupun tidak langsung
hingga penyusunan skripsi dapat dilakukan dengan baik dan lancar sesuai waktu
yang ditentukan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Muhammad Kasir Sihotang, MM dan Medina Samosir, AM.Pd orang
tuaku tercinta, kakak-kakakku (Muhammad Mukhlas Anshori, ST,
Risnaliati Bona, M. E dan Rafrianika, M.A.P) yang semoga di rahmati
Allah SWT, yang selalu memberikan dukungan moril dan materilnya
sampai terselesaikannya skripsi ini.
2. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
i
3. DR. Lily Surayya E.P, M. Env. Stud selaku Kepala Prodi Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi.
4. Bambang Gunadi, M. Si dan DR. Lily Surayya E.P, M. Env. Stud selaku
pembimbing. Terima kasih atas kesediaan dan kesabarannya dalam
membimbing, serta semua nasihat yang membangun semangat penulis
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
5. DR. Imron, S. Pi, M. Si selaku kepala dan Drs. Wayan Subamia, M. Si
selaku mantan kepala Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya
Perikanan Air Tawar Sukamandi, Subang Jawa Barat.
6. Bapak DR. Joni Haryadi M. Sc dan Ibu Dini Fardila, M. Si selaku penguji
seminar hasil, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada
penulis.
7. Ibu Megga Ratnasari Pikoli, M. Si dan Ibu Dasumiati, M. Si selaku
penguji sidang skripsi, yang telah memberikan masukan dan saran yang
sangat membangun kepada penulis.
8. Ibu Dasumiati, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
9. Zihan Oktavina, S.Si yang setia menemaniku, memberikan semangat dan
saran selama penyusunan skripsi.
10. Lamanto, S. Pi, Rita Febriyana, S. Pi yang telah membimbing dan
membantu penulis selama penelitian.
11. Kang Nurdiansyah, Mang Karim, Mas Ivan, Mas Galih, Didin, Ikhsan,
Kang Uus, Bi Mun, Pak Sofyan, Pak Sumarno, Pak Keming yang telah
membantu penulis selama penelitian.
ii
12. Muhammad Iqbal S. Si, Rosmaniar, S. Si, Yudha Lestira, S. Pi, Efrizal,
S.Pi, Ayudya Safitry Iskandar, S.Pi, Musyrikin, S. Pi, Asep Mulyana, S.
Pi, Astri Kurniasari, S. Pi teman-teman selama penelitian di Subang.
13. Mukhlis Syafaat (Pane), Irfan Hilmi (Gelenk), Apiz, Yapong, Abi, Dery,
Cepi, Eki, Zarken, Arob, Dahry, Sammy teman-teman kosanku.
14. Teman-teman Biologi Angkatan 2006 (Malik, Zian, Nungq, Anggi, Note,
Pipit, Rina, Iis, Nunu, Yelvi, Hera, Nita, Nana, Bandot, Bduz, Adeng,
Aqil, Eco, Bamz, Gelenk, Ipin, Ryan). Terimakasih kawan atas dukungan
dan perhatian kalian, semoga persahabatan ini selalu ada buat kita semua.
15. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatunya, terima
kasih atas segala bimbingan dan bantuannya.
Akhirnya atas bantuan, bimbingan, pengarahan serta dorongan yang
diberikan, semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini.
Demikianlah skripsi ini disusun, semoga skripsi ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah bekal ilmu pengetahuan dan
untuk penulis khususnya. Amin.
Jakarta, September 2011
Muhib Radhiyufa
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .........................................................................
iv
vii
viii
ix
10
11
12
14
14
15
16
18
19
iv
2.7.6. pH ...............................................................................
19
21
21
21
22
22
22
23
24
24
25
25
25
26
26
26
27
28
29
29
31
34
35
4.4.1. Suhu .
35
4.4.2. pH
37
38
40
41
45
45
45
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan Lele Clariasgariepinus) .................................................
22
23
29
32
35
36
38
39
41
42
44
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisaran Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Lele ......................
23
33
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto Kolam Pemeliharaan ...................................................
50
51
52
Lampiran 4. Rata-rata Kadar Fosfat dari Minggu ke-1 sampai ke-6 ...
53
53
54
54
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan produksi ikan akibat
pemakaian
pakan
buatan
kaya
protein
mengakibatkan
meningkatnya limbah nitrogen toksik dan fosfat. Limbah nitrogen toksik dan
fosfat pada perairan budidaya umumnya berasal dari sisa pakan yang tidak
termakan dan feses ikan. Selama satu periode pemeliharaan ikan secara tidak
langsung selalu diperoleh limbah sisa-sisa pakan dan kotoran ikan. Limbah
nitrogen toksik dalam perairan pada umumnya dalam bentuk ammonia atau
nitrat dan nitrit (Avnimelech, 1988).
1.2.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana dinamika
fosfat dan klorofil dengan penebaran ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
kolam budidaya ikan lele (Clarias gariepinus) sistem heterotrofik?
1.3.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah: Penebaran ikan nila (Oreochromis
1.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika fosfat dan
klorofil pada kolam budidaya ikan lele (Clarias gariepinus) sistem heterotrofik
dengan penebaran ikan nila (Oreochromis niloticus).
1.5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menentukan manajeman operasional
1.6.
Kerangka Berfikir
Kebutuhan masyarakat akan produksi ikan
meningkat seiring bertambahnya
populasi manusia
Budidaya intensif
Diharapkan dapat
meningkatkan kelangsungan
hidup ikan dan kualitas Air
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
10
15
20
perut 5-6, sirip dubur 50-60 dan jumlah sungut 4 pasang. Sirip dada dilengkapi
sepasang duri tajam/patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm.
Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan
menempel pada rahang. Secara alami ikan lele bersifat nocturnal, artinya aktif
pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap, tetapi dalam usaha
budidaya ikan lele dibuat beradaptasi menjadi diurnal. Ikan lele bersifat
omnivora cenderung karnivora (Suyanto, 2006).
Tabel 1. Kisaran kualitas air budidaya ikan lele (Khairuman et al., 2002)
Parameter Kualitas Air
Amoniak (NH3)
pH
Suhu
Oksigen terlarut (O2)
2.2.
Kisaran
0,05 ppm
6,5-8
20 30 C Optimal 27 C
> 3 ppm
secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah
melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan nila disebarluaskan di seluruh
Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah
melalui Direktur Jenderal Perikanan (Rukmana, 1997).
Ikan nila memiliki bentuk tubuh streamline (Gambar 2). Bentuk mulutnya
biasa dan letaknya berada di ujung (terminal). Sirip punggung dengan 16-17 sirip
tajam dengan 11-15 jari-jari (sirip lunak) dan sirip dubur dengan 3 sirip dengan 811 jari-jari. Tubuhnya berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa garis
gelap melintang (belang). Ekornya memiliki jari-jari 7-12 buah. Sirip ekornya
homoserkal dan sisiknya berjenis stenoid (Suyanto, 2006).
2.3.
Padat Penebaran
Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan atau biomassa yang ditebar
persatuan luas atau volum wadah pemeliharaan ikan. Padat penebaran erat sekali
kaitannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan. Padat penebaran yang tinggi
berpengaruh terhadap kegiatan ikan budidaya yaitu kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan kesehatan ikan. Peningkatan padat penebaran dapat dilakukan
dengan melakukan pengawasan terhadap empat faktor utama lingkungan, yaitu
pengawasan suhu, pemberian pakan, suplai oksigen, dan pembersihan limbah
metabolisme. Pengawasan terhadap empat faktor tersebut memungkinkan untuk
meningkatkan
padat
penebaran
ikan
tanpa
harus
mengurangi
laju
10
2.5.
Sistem Heterotrofik
Sistem heterotrofik merupakan sistem budidaya ikan yang menggunakan
sebagai
sumber energi
untuk
11
yang termasuk
dari genus
2.5.1. Molases
Molases merupakan hasil samping dari proses kristalisasi pembuatan
gula tebu. Molases mengandung 48-56% gula dan sedikit unsur-unsur mikro
yang penting bagi kehidupan organisme, seperti cobalt, boron, iodium, tembaga,
mangan, dan seng. Selain itu, molase juga mengandung vitamin dan pigmen.
12
Kandungan gula yang tinggi pada molase sehingga dapat dimanfaatkan dalam
sistem akuakultur sebagai sumber karbon. Sumber karbon yang dapat digunakan
meliputi alkohol, gula, sagu, dan bahan berserat. Alkohol dan gula mudah
dicerna, dapat menstimulus pertumbuhan bakteri lebih cepat, sehingga mampu
untuk berkompetisi dengan fitoplankton dalam mengabsorbsi nitrogen dan fosfor
dalam kolam budidaya. Penggunaan molases sebagai sumber karbon didasarkan
pada harga molases yang relatif murah, memiliki kandungan karbon yang tinggi,
serta penggunaannya cukup mudah (Willet dan Morrison, 2006).
Selain itu, pemanfaatan molases sebagai sumber karbon pada sistem
budidaya perikanan, digunakan sebagai pengontrol biomassa bakteri dan kualitas
air pemeliharaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kelangsungan hidup
dan pertumbuhan organisme yang dibudidayakan. Penggunaan molase mampu
mengurangi nilai amoniak dari kolam budidaya (Willet dan Morrison, 2006).
2.6.
Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuhan yang seringkali ditemukan di seluruh
massa air pada zona eufotik, berukuran mikroskopis dan memiliki klorofil
sehingga mampu membentuk zat organik dari zat anorganik melalui fotosintesis
(Nontji, 2006). Fitoplankton sebagai organisme autotrof menghasilkan oksigen
yang akan dimanfaatkan oleh organisme lain, sehingga fitoplankton mempunyai
peranan penting dalam menunjang produktifitas perairan.
Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk
menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai
13
dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan. Namun fitoplankton tertentu
mempunyai peran menurunkan kualitas perairan apabila jumlahnya berlebih
(blooming). Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalam suatu perairan
dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti
berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai
makhluk air lainnya (Nontji, 2006).
Fitoplankton dapat ditemukan di seluruh massa air mulai dari permukaan
sampai
pada
kedalaman
dimana
intensitas
cahaya
matahari
masih
14
2.7.
2.7.1. Suhu
Suhu dalam perairan mempunyai sifat yang unik yang berhubungan
dengan panas yang secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai
tingkat minimal, sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan
yang terjadi lebih lambat dari pada udara. Suhu dalam perairan mempunyai sifat
yang unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama
mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal sehingga perbedaan suhu
dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara
(Odum, 1981). Suhu memiliki peranan yang penting bagi proses fisika, kimia
dan biologi di suatu perairan. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan
laju evaporasi, volatilisasi gas dan reaksi-reaksi kimia di perairan. Kenaikan
suhu perairan dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas di dalam air,
termasuk gas O2, CO2, NH3, dan H2S (Effendi, 2003).
15
proses
metabolisme dan
respirasi.
Peningkatan
suhu
juga
16
2.7.3. Fosfat
Fosfats di perairan terdapat dalam berbagai bentuk, diantaranya dalam
bentuk butiran-butiran kalsium fosfat (CaPO4) dan besi fosfat (FePO4) dan
sebagian lagi dalam bentuk fosfat anorganik (orthophosphat). Kandungan fosfat
17
yang optimal bagi pertumbuhan fitoplankton berada pada kisaran 0,27-5,51 ppm
(Widjaya, 1994).
Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang
merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer.
Diperairan
bentuk
fosfor
berubah-ubah
secara
terus
menerus,
akibat
dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk anorganik yang
dilakukan oleh mikroba. Keseimbangan antara bentuk fosfat anorganik pada
berbagai nilai pH. Kadar fosfor pada perairan alami berkisar antara 0.005-0.02
mg/liter (Widjaya, 1994).
Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan
nitrogen dapat menstimulir ledakkan pertumbuhan fitoplankton di perairan.
Fitoplankton yang berlimpah ini dapat dapat membentuk lapisan pada
permukaan air, yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan
cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada
saat perairan cukup mengandung fosfor, fitoplankton mengakumulasi fosfor di
dalam sel melebihi kebutuhannya. Fenomena yang demikian dikenal dengan
istilah konsumsi lebih. Kelebihan fosfor yang diserap akan dimanfaatkan pada
saat perairan mengalami defisiensi fosfor, sehingga fitoplankton masih dapat
tumbuh beberapa waktu selama periode kekurangan pasokan fosfor. Selama
defisiensi fosfor fitoplankton juga dapat memanfaatkan fosfor organik dengan
bantuan enzim alkalin fosfat yang berfungsi memecah senyawa organofosfor.
Keberadaan enzim alkalin fosfat akan meningkat jika terjadi defisiensi fosfor di
perairan (Boney, 1989).
18
2.7.4. Amonia
Sumber amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik dan
nitrogen anorganik yang terdapat didalam tanah dan air, yang berasal dari
dekomposisi bahan organik dan anorganik oleh mikroba (Rachmiwati, 2008).
Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia
bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium dapat terionisasi. Di perairan
alami, pada suhu dan tekanan normal amonia berada dalam bentuk gas dan
membentuk kesetimbangan dengan gas amonium. Ikan tidak dapat bertoleransi
terhadap kadar amonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu
19
2.7.6. pH
pH adalah banyaknya ion hidrogen yang terkandung di dalam air. Tinggi
rendahnya pH air sangat ditentukan oleh konsentrasi H+ yang terdapat dalam
perairan. Setiap organisme mempunyai pH optimum untuk kehidupannya. Nilai
pH perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berhubungan dengan
20
susunan spesies dari ikan. Kisaran pH yang ideal untuk kehidupan ikan adalah
antara 6,5 - 8,5 (Jubaedah, 2006).
Beberapa mikroorganisme yang bersifat heterotrofik juga mampu
pengoksidasi amonia atau nitrogen organik menjadi nitrit atau nitrat.
Mikroorganisme yang termasuk dalam golongan tersebut diatas antara lain
adalah bakteri (Alcaligenes, Arthrobacter spp., dan Actinomycetes). Bakteri
Arthrobacter mampu menghasilkan nitrat dalam media yang mengandung
amonia sebagai sumber nitrogen (Alexander, 1977).
Bakteri autotrofik menggunakan CO2 sebagai sumber karbon, sedangkan
bakteri heterotrofik menggunakan senyawa organik, seperti asetat, piruvat, dan
oksaloasetat sebagai sumber karbon. pH merupakan salah satu faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri pengoksidasi
amonia (Esoy et al., 1998). pH optimum untuk pertumbuhan bakteri
pengoksidasi amonia yang bersifat autotrofik berkisar dari 7,5 sampai 8,5
(Ratledge, 1994), sedangkan bakteri yang bersifat heterotrofik lebih toleran pada
lingkungan asam, dan tumbuh lebih cepat dengan hasil yang lebih tinggi pada
kondisi dengan konsentrasi kadar oksigen rendah (Zhao et al., 1999).
pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion
hidrogen. Air murni terdiri dari ion H+ dah ion OH- dalam jumlah berimbang
hingga pH air murni biasa 7 atau netral. Air yang bersifat alkalis umumnya
dengan pH lebih dari 7 karena banyak mengandung garam yang bersifat alkalis.
pH air yang banyak mengandung CO2 biasanya lebih rendah dari 7 dan bersifat
asam (Ahmad, 1991).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
3.2.
21
22
3.3.
Cara Kerja
Ruang I
Ikan lele
5m
Pompa air
Ruang II
Ikan nila
5m
Gambar 3. Skema kolam penelitian
23
dahulu. Ikan yang layak digunakan adalah ikan yang memiliki organ tubuh yang
lengkap, aktif (gesit), ukuran seragam dan tidak terinfeksi penyakit.
3.3.3. Perlakuan
Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini terdiri atas dua perlakuan
dengan tiga ulangan, yakni tiga kolam tanpa penebaran ikan nila dan tiga kolam
dengan penebaran ikan nila.
Kode Perlakuan
B3
A1
Ikan Lele
A2
Ikan Lele
A3
Ikan Lele
B1
B2
B3
A3
B2
B1
A1
A2
24
25
3.4.
Pengamatan
26
molases. Sampel air 100 ml disaring dengan whatmann GF/C, sambil disaring
ditambahkan 1 ml MgCO3 Suspension. Kertas saring+filtrat dibungkus dan
disimpan dalam tissue grinder, kemudian ditambahkan 2 ml acetone solution
90% dan digiling, setelah itu ditambahkan lagi 8 ml acetone solution 90%
kemudian digiling keras selama 30 menit. Diisi tissue grinder dan dipindahkan
ke dalam 15 ml Tabung Centrifuge (ditutup dan di shaker keras, disimpan dalam
4C selama 3 jam). Chlorophyll extract dikocok di 4000 rpm selama 5 menit.
Extract dipindahkan dalam 1 cm cuvette , baca Absorbansi pd = 750 nm dan =
663 nm. Dinolkan Absorbansi dengan acetone solution 90% setiap kali
pengukuran. 2 tetes HCl 1 N ditambahkan ke dalam Chlorophyll extract dan
dicampur lalu dibaca Absorbansinya pada panjang gelombang = 750 nm dan =
663 nm.
Perhitungan :
Klorofil (mg/m 3) = 26,73 x [(665b 750b) (665a 750a)] x V1/(V2xL)
Keterangan : V = volume ekstrak (l)
V2= volume sampel (m3)
L = lebar cuvette (cm).
663b dan 750b= Nilai absorbansi sebelum penambahan asam
665a dan 750a= Nilai absorbansi setelah penambahan asam
27
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Kadar Fosfat
Berdasarkan hasil pengukuran kadar fosfat selama penelitian diperoleh
rata-rata kadar fosfat pada perlakuan A (ikan lele) dan perlakuan B (ikan lele dan
ikan nila) berkisar antara 0,131-4,937 mg/l. Pada minggu ke-1 rata-rata kadar
fosfat perlakuan A sebesar 2,06 mg/l lebih rendah dibandingkan pada perlakuan B
sebesar 4,07 mg/l. Minggu ke-2 penelitian kadar fosfat setiap perlakuan menurun
yaitu sebesar 2 mg/l pada perlakuan A dan 2,33 mg/l pada perlakuan B. Pada
minggu ke-3 kadar fosfat setiap perlakuan meningkat dengan rata-rata sebesar
3,80 mg/l pada perlakuan A dan lebih rendah dibandingkan pada perlakuan B
sebesar 4,93 mg/l. Pada minggu ke-4 sampai ke-6 penelitian rata-rata kadar fosfat
perlakuan A menurun sebesar 2,618 mg/l dan kembali meningkat di akhir
penelitian (4,236 mg/l), sedangkan rata-rata kadar fosfat pada perlakuan B
cenderung konstan yaitu sebesar 2,6 mg/l.
6,000
(mg/L)
5,000
4,937
4,074
4,000
3,000
2,000
2,060
1,000
0,000
0,150
0,131
0
1
3,948
2,582 2,636
3,804
2,330
2,006
4,236
2,618 2,618
perlakuan A
perlakuan B
4
(Minggu ke-)
Gambar 5. Kadar Fosfat Selama Penelitian
29
30
Semakin
tingginya
proses
fotoautotrofik
semakin
tinggi
31
Semakin banyak ikan, semakin banyak feses yang dihasilkan begitu juga
dengan pemberian pakan tambahan yang tidak termakan yang mengakibatkan
tingginya kadar fosfat dan kelimpahan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan
pendapat Edward dan Tarigan (2003) bahwa fosfat merupakan salah satu nutrisi
yang diperlukan oleh fitoplankton untuk pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya.
4.2.
Klorofil
Kelimpahan fitoplankton dapat menjadi indikasi adanya penyuburan
32
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0,000
8,108
8,232
7,279
7,163
(mg/m3)
5,684
4,125
4,802
3,991
4,294
3,920
4,544
3,600
perlakuan A
perlakuan B
0,080
0,125
0
(Minggu ke-)
33
Klorofil
Fosfat
Klorofil
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Perlakuan B
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Fosfat
Klorofil
0.743*
7
0.743
0.046
7
1
7
0.046
7
Fosfat
Klorofil
0.858*
7
0.858*
0.014
7
1
0.014
7
* : Signifikan
Hasil analisis korelasi antara kadar fosfat dengan kadar klorofil pada setiap
perlakuan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kadar fosfat
dengan kadar klorofil pada perlakuan A, yang dapat dilihat dari nilai korelasi (r)
34
sebesar 0,743 dan signifikan secara statistik (P < 0,05). Hubungan antara kadar
fosfat dengan kadar klorofil pada perlakuan B terdapat hubungan yang erat
dengan nilai r sebesar 0,858 dan signifikan secara statistik (P < 0,05) (Tabel 3).
Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dan Cornwell (1991) mengemukakan bahwa
adanya korelasi positif antara kadar fosfat dengan kadar klorofil.
4.3.
ke-1 sebesar 100% hingga akhir penelitian sebesar 20-44%. Kelangsungan hidup
ikan lele terendah pada perlakuan A sebesar 23,56% disebabkan terjadinya stres
pada ikan karena penurunan kualitas air dampak sistem kolam tertutup dan tidak
adanya pergantian air pada kolam pemeliharaan yang selanjutnya ikan menjadi
rentan terhadap penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitriah (2004) bahwa
stres dianggap sebagai faktor utama penyebab penyakit karena stres akan
mengganggu mekanisme sistem imun yaitu mekanisme fisiologis ikan untuk
bertahan dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan, sehingga dapat
mengurangi resistensi ikan.
Di samping itu, penurunan kelangsungan hidup ikan lele dapat pula
disebabkan terjadinya kanibalisme. Selama penelitian dilakukan tiga kali
pemberian pakan yaitu pada pagi, siang dan sore hari, sedangkan pada malam hari
ikan lele tidak diberi pakan sehingga memungkinkan ikan mengalami kelaparan
dan terjadi perbedaan pertumbuhan serta terdapat ikan yang rentan penyakit. Ikan
35
yang lambat pertumbuhannya maka ikan lain akan berukuran lebih besar dan siap
menjadi kanibal terhadap ikan lain apabila malam hari.
50
44,55
SR ( % )
40
30
30,60
23,56
20
10
0
A. lele
B. lele
B. nila
4.4.
4.4.1. Suhu
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan tidak
memberikan pengaruh pada nilai suhu. Suhu rata-rata berkisar antara 27-29,63oC.
36
Suhu terendah pada minggu ke-4 sebesar 27,7 oC dan suhu tertinggi pada minggu
pertama sebesar 29,9 oC pada setiap perlakuan (Gambar 8).
30,00
29,63
29,57
29,50
perlakuan A
perlakuan B
29,60
29,43
(0C)
29,00
29,07
29,10
28,83
28,87
28,73
28,50
28,30
28,03
28,00
27,97
27,73
27,70
27,50
0
(Minggu ke-)
37
4.4.2. pH
Kisaran nilai pH yang didapatkan selama penelitian adalah 6,8-7,2
(Gambar 9). Hasil penelitian menunjukan perbedaan perlakuan tidak memberikan
pengaruh perbedaan nilai pH dan kisaran nilai pH menunjukan nilai yang stabil.
Hanya pada minggu ke-6 nilai pH pada masing-masing perlakuan mencapai 6,5.
Rendahnya nilai pH pada minggu ke-6 disebabkan oleh proses perubahan
polifosfat menjadi ortofosfat yang merupakan nutrisi yang diperlukan oleh
fitoplankton untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Effendi (2003)
menyatakan bahwa kecepatan perubahan polifosfat menjadi ortofosfat ini
megakibatkan nilai pH menurun.
38
7,30
7,20
7,17
7,10
pH
7,00
7,16
7,11
6,93
7,00
6,90
6,93
6,86
6,80
perlakuan A
perlakuan B
7,19
7,10
6,94
6,92
6,79
6,70
6,60
6,57
6,54
6,50
0
(Minggu ke-)
Gambar 9. Nilai pH Selama Penelitian
39
5,60
perlakuan A
5,00
perlakuan B
4,00
(mg/L)
3,73
3,00
2,00
1,00
0,30
0,25
0,00
0
0,14
1
0,30
0,30
0,27
3
0,27
0,23
0,40
0,09
0,17 0,14
5
6
(Minggu ke-)
Gambar 10. Kadar Oksigen Terlarut Selama Penelitian
Kadar oksigen terlarut yang berkisar < 1 mg/l pada perlakuan A dan B
disebabkan karena jumlah organisme yang banyak pada kolam perlakuan dan
ditambah organisme lain yang terbentuk di dalam kolam. Penurunan kadar
oksigen terlarut berkaitan dengan proses-proses mikrobial yang terbentuk serta
perombakan bahan-bahan organik dalam perairan.
Hubungan nilai oksigen terlarut dengan kadar klorofil pada perlakuan B
menunjukkan adanya hubungan yang kuat dengan nilai r sebesar -0,747
(Lampiran 6). Semakin tinggi kadar klorofil, maka kadar oksigen terlarut akan
semakin rendah. Hal ini dikarenakan pada siang hari fitoplankton melepaskan
40
4.4.4. Amonia
Kadar amonia pada perlakuan A dan B berkisar antara 4,29-17,58 mg/l
(Gambar 11). Pada minggu ke-1 penelitian kadar amonia meningkat hingga
mencapai 12, 902 mg/l pada perlakuan A dan 17,580 mg/l pada perlakuan B.
Terjadi penurunan kadar amonia hingga minggu ke-4 dan meningkat kembali
pada minggu ke-5 dan ke-6. Kadar amonia setiap minggu pada perlakuan B lebih
besar dari perlakuan A.
(mg/L)
41
20,0000
18,0000
16,0000
14,0000
12,0000
10,0000
8,0000
6,0000
4,0000
2,0000
0,0000
Perlakuan A
Perlakuan B
17,5805
12,9027
12,1283
10,7962
8,1320
8,4418
6,5830 4,5384
5,1890
4,2906
10,3934
8,7825
0,2742
0,4136
0
(Minggu ke-)
amonia
berdinamika
seiring
dengan
bertambahnya
masa
42
pada minggu ke-4 terjadi penurunan dari minggu sebelumnya. Hal ini dikarenakan
banyaknya nitrat digunakan fitoplankton untuk pertumbuhannya dilihat dari
Gambar. 6 kadar klorofil yang menunjukkan kenaikan kadar klorofil perlakuan A
pada minggu ke-4 . Kadar nitrat berhubungan dengan fosfat dalam pertumbuhan
fitoplankton. Dalam penelitian Yuliana (2007) yang menyatakan bahwa kadar
nitrat 0,11-0,54 mg/l dan fosfat 0,13-0,22 mg/l masih dapat menopang kehidupan
fitoplankton.
80,0000
73,8584
Perlakuan A
Perlakuan B
70,0000
60,0000
64,0737
57,8767
62,7691
(mg/L)
50,0000
40,0000
30,0000
33,4149
22,9778
20,0000
29,1748
19,3901
14,4977
2,4282
10,0000
19,3901
9,9315
6,3438
2,2326
0,0000
0
(Minggu ke-)
43
44
Perlakuan A
Perlakuan B
2,051
2,000
(mg/L)
1,500
0,929
1,000
0,624
0,500
0,139
0,074
0,115
0,032
0,000
0
1
2
0,519
0,742
0,455
0,349
0,303
3
(Minggu ke-)
0,067
0,060
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penebaran ikan nila (Oreochromis niloticus) pada kolam budidaya ikan
lele (Clarias gariepinus) sistem heterotrofik mengalami dinamika kadar fosfat dan
klorofil dimana terjadi penurunan dibandingkan tanpa penebaran ikan nila.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi fitoplankton
serta kelangsungan hidup pada kolam budidaya ikan lele (Clarias gariepinus)
sistem heterotrofik.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Ikhwan. 2009. Aplikasi Bakteri Nitrifikasi dan Bacillus subtilis untuk
meningkatkan produktivitas kultur Daphnia magna. Skripsi. Program
Studi Biologi SITH. ITB. Bandung.
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Ahmad, T. 1991. Pengelolaan peubah mutu air yang penting dalam tambak
udang intensif. Direktorat Jendral Perikanan. Balai Penelitian Perikanan
Bududaya Pantai : Maros.
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Wiley and Sons.
Toronto.
Avnimelech, Y. dan S. Mokady. 1988. Protein biosynthesis in circulated
fishponds. In R.S.V. Pullin, T. Bhukaswan, K. Tonguthai and J.L.
Maclean (eds.). The second international symposium on Tilapia in
Aquaculture. ICLARM Conference Proceeding. Department of Fisheries,
Bangkok; Thailand, and International Center of Living Aquatic
Resources Management, Manila, Philippines.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University of
Agriculture Station. Alabana, USA.
Brune, D.E., G. Schwartz, A.G. Eversole, J.A. Collier, dan T.E. Schwedler.
2003. Intensification of pound aquaculture and high rate photosynthetic
systems. Aquaculture Engineering, 28: 65-86.
Craigh, S. dan L.A. Helfrich. 2002. Understanding Fish Nutrition, Feeds, and,
Feeding. Vignia Cooperative Extension Service Publication.
Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. University Press.
Michigan State.
Dawes, C. J. Marine Botany. Willey interscience publ.
Ebeling, J.M., M.B. Timmons, dan J.J. Bisogni. 2006. Engineering analysis of
the stoichiometry of photoautotrophic, autotrophic, and heterotrophic
removal of ammonia nitrogen in aquaculture systems. Aquaculture. 257:
346-358.
Edward dan M.S. Tarigan. 2003. Pengaruh Musim Terhadap Fluktuasi Kadar
Fosfat Dan Nitrat Di Laut Banda. Makara, Sains. 7(2): 82-89.
46
47
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Per`airan. Kanasius. Yogyakarta.
Esoy, A.H. Odegaard dan G. Bentzen. 1998. The Effect of Sulphide and Organic
Matter on The Nitrification Activity In Biofilm Procces. Water Science.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Fitriah, Husnul. 2004. Pengaruh Penambahan Dosis Karbon Berbeda pada
Media Pemeliharaan terhadap Produksi Benih Lele Dumbo (Clarias sp.).
Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Goldman, R.C. dan A.J. Horne. 1983. Lymnology. McGraw Hill International
Book Company.
Gunadi, B. dan R. Hafsaridewi. 2007. Pemanfaatan Limbah Budidaya Ikan Lele
(Clarias gariepinus) Intensif Dengan Sistem Heterotrofik Untuk
Pemeliharaan Ikan Nila. Laporan Akhir Kegiatan Riset 2007. Loka Riset
Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi.
Henderson, B.S dan H.R. Markland. 1987. Decaying Lakes: The Origins and
Control of Cultural Eutrophication. John Wiley & Sons Ltd. Great
Britain.
Hepher, B. dan Y. Prugnin. 1990. Nutrition of Pond Fishes. University Press.
Cambrige.
Hidayat, R. 2009. Akuakultur Berbasis Trophic Level: Pemanfaatan Limbah
Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) oleh Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Melalui Penambahan Molase. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iskandar. 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta
Jubaedah, I. 2006. Pengelolaan Waduk bagi Kelestarian dan Keanekaragaman
Hayati Ikan. Jurnal Penyuluhan Pertanian. Vol. 1 (1).
Jaelani, L.E.W. hadie, dan W. Hadie, 1992, Pengaruh Masa pakai Air Media
pada Pembenihan Udang galah dengan Sistem Resirkulasi terutup sekala
rumah tangga terhadap Petumbuhan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Perikanan Air Tawar. Cipayung.
Khairuman dan Amri, K. 2002. Budidaya Lele Dumbo secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
48
Kordi, M. G. H. K., dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jambatan. Jakarta.
Odum, E.P. 1981. Fundamental of Ecology 3rd edition. W.B Sounders.
Philadephia.
Parwanayoni, S. 2008. Pergantian populasi Bakteri Heterotrof, Alga,dan
Protozoa di Lagoon BTDC Penanganan Limbah Nusa Dua Bali. Jurnal
Bumi Lestari. 8 (2) : 180-185.
Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standards for
Tropical Countries. ASEAN Institute of Technology. Bangkok.
Putra, Nana.S.S.U. 2008. Manajemen kualitas tanah dan air dalam kegiatan
perikanan budidaya. Departement Kelautan dan Perikanan. Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya. Balai budidaya perikanan air payau.
Takalar
Rachmiwati, M, Lelyana. 2008. Pemanfaatan Limbah Budidaya ikan Lele
(Clarias sp.) Oleh Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Melalui
Pengembangan Bakteri Heterotrof. Skripsi. Departemen Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Ratledge, C. 1994. Biochemistry of Microbial Degradation. Kluwer Academic
Publisher. Amsterdam.
Raymont, J.E.G. 1980. Plankton and Productivity in the Ocean. Mc. Millan Co.
New York.
Rika. 2011. Pengaruh Budidaya Keramba Ikan Terhadap Kandungan Amonia,
Nitrat, Fosfat Dan Sulfida Pada Air Danau Maninjau. Skripsi. Univ.
Andalas. Padang.
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius.
Yogyakarta.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Jurnal Oseana. 30 (3): 21- 26.
Schroader, G.L. 1978. Autotrophic and Heterotrophic Production of Microorganism in Intensely Manured Fish Ponds, and Related Fish Yield.
Aquaculture. 14:303-325.
49
Schwartz, M.F. dan C.E. Boyd. 1994. Effluent quality during harvest of channel
catfish from watershed ponds. Prog. Fish-Cult., 56:25-32.
Soetomo, H.A.M. 1988. Teknik Budidaya Udang Windu. Sinar Baru Bandung.
Bandung.
Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Swadaya. Jakarta.
Stickney, R.R. 1993. Culture of Nonsalmonid Freshwater Fishes. Second
Edition. CRC pess. London-Tokyo.
Turker, H. et al. 2003. Comparative Nile Tilapia and Silver Carp Filtration Rates
of Partitinoed Aquaculture systemPhytoplankton. Aquaculture. 220: 449457.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM press. Malang.
Wahyudi. 2006. Pengaruh Penggunaan Aerator Dan Padat Penebaran Terhadap
Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus
Linn.) Dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata. Skripsi. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Widjaya, F. 1994. Komposisi Kelimpahan Plankton Laut di Teluk Pelabuhan
Ratu, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan IPB. Bogor .
Widiyanto, Tri. 2006. Seleksi Bakteri Nitrifikasi dan Denitrifikasi untuk
Bioremediasi di Tambak Udang. Sekolah Pasca sarjana IPB. Bogor.
Willet, D. dan Morrison C. 2006. Using Molasse to Control Inorganic Nitrogen
and pH in Aquculture Ponds.
Winarno, K., O.P. Astirin dan A.D. Setyawan. 2000. Pemantauan Kualitas
Perairan Rawa Jabung berdasarkan Keanekaragaman dan Kekayaan
Komunitas Bentos. Bio. 2 (1): 40-46.
Yuliana. 2007. Struktur Komunitas Dan Kelimpahan Fitoplankton Dalam
Kaitannya Dengan Parameter Fisika-Kimia Perairan Di Danau Laguna
Ternate, Maluku Utara. Protein. 14(1).
Zhao, H.W., D.S. Mavinic, W.K. Oldham, dan F.A. Koch. 1999. Controlling
factors for simultaneous nitrification and denitrification in a two-stage
intermittent aeration process treating domestic sewage. Water Resources.
33 (4): 961-970.
Kolam Pemeliharaan
Foto: Muhib (2011)
Kolam Pemeliharaan
Foto: Muhib (2011)
50
Penjaringan Ikan
Foto: Muhib (2011)
Pengumpulan Ikan
Foto: Muhib (2011)
51
52
Minggu
keKolam
A1
A2
A3
Rata-rata
B
(ikan lele+
nila)
B1
B2
B3
Rata-rata
9/8/2010
19/8/10
26/8/10
1/9/2010
6/9/2010
15/9/10
21/9/10
0.082
0.082
0.228
1.251
1.953
2.977
0.658
0.928
4.434
3.031
4.110
4.272
5.566
3.571
2.708
2.276
3.355
2.222
3.247
5.512
3.948
0.131
0.136
0.163
0.152
2.060
1.845
2.222
8.155
2.006
2.869
0.712
3.409
3.804
4.326
6.052
4.434
3.948
3.517
2.276
2.060
2.618
2.654
2.762
2.330
4.236
2.977
3.085
1.845
0.150
4.074
2.330
4.937
2.618
2.582
2.636
Minggu
keKolam
A1
A2
A3
Rata-rata
B
(ikan lele+
nila)
B1
B2
B3
Rata-rata
9/8/2010
19/8/10
26/8/10
1/9/2010
6/9/2010
15/9/10
21/9/10
0.134
6.869
3.983
5.720
9.408
4.972
3.314
0.080
9.809
6.415
7.965
5.747
3.715
3.368
0.027
4.811
1.577
8.152
9.168
5.720
6.950
0.080
7.163
3.991
7.279
8.108
4.802
4.544
0.080
1.497
5.453
10.905
2.031
3.608
3.020
0.027
5.773
7.671
7.324
4.009
5.586
4.838
0.267
5.105
3.929
6.468
6.842
2.566
2.940
0.125
4.125
5.684
1`
4.294
3.920
3.600
53
Klorofil Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Suhu
-0.219
pH
0.246
DO
-0.747
Amoniak
0.337
Nitrat
0.157
TVS
0.317
0.637
7
0.595
7
0.054
7
0.460
7
0.736
7
0.489
7
54