Anda di halaman 1dari 116

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL

BIOMASSA FITOPLANKTON (Klorofil-a)


DAN KETERKAITANNYA DENGAN KESUBURAN
PERAIRAN ESTUARI SUNGAI BRANTAS, JAWA TIMUR

RIDWAN ARIFIN

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI


DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL BIOMASSA


FITOPLANKTON (Klorofil-a) DAN KETERKAITANNYA
DENGAN KESUBURAN PERAIRAN ESTUARI SUNGAI
BRANTAS, JAWA TIMUR
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupu tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Ridwan Arifin
C24104047

Ridwan Arifin, C24104047. Distribusi Spasial dan Temporal Biomassa


Fitoplankton (Klorofil-a) dan Keterkaitannya dengan Kesuburan Perairan
Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur. (Dibimbing oleh Ario Damar dan Enan
Mulyana Adiwilaga).

RINGKASAN
Penelitian ini dilakukan di perairan estuari Sungai Brantas, yaitu estuari
Sungai Porong, kabupaten Sidoarjo dan estuari Sungai Wonokromo, kota
Surabaya, Propinsi Jawa Timur pada Bulan Maret 2007 sampai Maret 2008.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika spasial dan temporal
biomassa fitoplankton (klorofil-a) di Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur serta
mengetahui keterkaitan antara kandungan klorofil-a dengan kelimpahan
fitoplankton untuk melihat tingkat kesuburan perairan estuari Sungai Brantas,
Jawa Timur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
ilmiah tentang dinamika biomassa fitoplankton (klorofil-a) di sebuah estuari tropis
khususnya dinamika spasial dan temporal dalam hal ini estuari Sungai Porong dan
Wonokromo, bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan perairan yang terkait
dengan kesuburan perairan di Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur.
Kandungan klorofil-a di perairan estuari Sungai Brantas (Sungai Porong
dan Wonokromo) selama penelitian berkisar antara 0,445-24,503 g/l dengan
rata-rata kandungan klorofil-a 5,311 g/l. Berdasarkan nilai konsentrasi rata-rata
klorofil-a yang diperoleh selama penelitian, perairan estuari Sungai Brantas
tergolong kedalam perairan yang bersifat mesotrofik (nutrien sedang), meskipun
masih ditemukan kandungan klorofil-a yang tinggi seperti pada St 6 Bulan Maret
2007 sebesar 24,503 g/l (tergolong eutrofik), sedangkan menuju laut lepas
tergolong perairan oligotrofik.
Perubahan kandungan klorofil-a di perairan estuari Sungai Brantas tidak
selalu diikuti dengan perubahan kelimpahan fitoplankton secara linear. Stasiun
dengan kandungan klorofil-a yang tinggi tidak selalu memiliki kelimpahan
fitoplankton yang tinggi pula, walaupun kandungan nutrien tinggi seperti pada St
9 Bulan Maret 2008 dan St 11 Bulan Agustus 2007. Namun sebaliknya pada St 5
Bulan Maret 2007 memiliki kelimpahan fitoplankton yang tinggi tetapi
kandungan klorofil-a di stasiun tersebut rendah.
Analisis pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan parameter biologi
dalam hal ini klorofil-a pada taraf kesamaan 80% menunjukkan kecenderungan
bahwa kualitas air relatif sama. Pengelompokkan stasiun bervariasi berdasarkan
parameter klorofil-a. Dari analisis komponen utama pada ketiga waktu
pengamatan diperoleh bahwa parameter yang memiliki korelasi positif dengan
kandungan klorofil-a adalah kelimpahan fitoplankton, nitrat, nitrit dan orthofosfat.
Namun nilai korelasinya relatif kecil, dapat dikatakan bahwa parameter-parameter
tersebut tidak memberikan hubungan yang berbeda nyata (tidak mempengaruhi)
terhadap kandungan klorofil-a di perairan estuari Sungai Brantas, Jawa Timur.

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL


BIOMASSA FITOPLANKTON (Klorofil-a)
DAN KETERKAITANNYA DENGAN KESUBURAN
PERAIRAN ESTUARI SUNGAI BRANTAS, JAWA TIMUR

RIDWAN ARIFIN
C24104047

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

SKRIPSI

Judul

: Distribusi Spasial dan Temporal Biomassa Fitoplankton


(klorofil-a) dan Keterkaitannya dengan Kesuburan
Perairan Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur.

Nama Mahasiswa

: Ridwan Arifin

NRP

: C24104047

Program Studi

: Manajemen Sumberdaya Perairan

Mnyetujui:
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ario Damar, M.Si


NIP : 131 878 933

Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga


NIP : 130 892 613

Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc


NIP : 131 578 799

Tanggal Lulus : 30 Desember 2008

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas
akhir ini berjudul Distribusi Spasial dan Temporal Biomassa Fitoplankton
(Klorofil-a) dan Keterkaitannya dengan Kesuburan Perairan Estuari Sungai
Brantas, Jawa Timur merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

Dr. Ir. Ario Damar, M.Si selaku ketua komosi pembimbing dan Dr. Ir. Enan
M. Adiwilaga selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu guna memberikan pengarahan, bimbingan, serta koreksi selama
penyusunan tugas akhir ini.

2.

Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku ketua komisi Pendidikan S1, Yon Vitner
S.Pi. M.Si selaku wakil komisi pendidikan dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc
selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan masukan, arahan,
dan perbaikan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

3.

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL-IPB), Grant Research


IFS Sweden No. A/3865-I,2005 atas kesempatan yang diberikan sehingga
penulis dapat bergabung dalam penelitian ini.

4.

Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si selaku dosen pembimbing
akademik yang telah banyak memberikan arahan serta masukan selama
penulis menjalankan perkuliahan.

5.

Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phill selaku kepala Laboratorium Produktivitas dan
Lingkungan Perairan (Lab. Proling) yang telah memberikan kesempatan,
masukan, dukungan, nasehat kepada penulis selama melakukan penelitian di
laboratorium serta tidak lupa kepada Ibu Siti, Ibu Ana, Pak Yayat, Pak Toni,
Kak Yoyo dan Kak Defid yang telah banyak membantu selama penelitian.

6.

Keluarga tercinta, Ayahanda H. Djati, Mpok Asliyah, Bang Buloh, Mpok


Nunung, Mpok Ida, Bang Oman, Bang Aris, Iyan, Olik, Ani, Esih, dan

keponakan tersayang Udjo, Ade, Yan-yan, dan Alma yang telah memberikan
doa, semangat, dukungan, serta kasih sayang sehingga penulis mampu
menyelesaikan studi perkuliahan.
7.

Merry S.E selaku kepala TU MSP atas kerjasama, nasehat, dukungan, dan
doa. Mbak Widarti atas dukungan dan bantuan, para Dosen yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, serta seluruh staff TU MSP yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya sehingga penulis mampu
menyelesaikan perkuliahan dan penelitian.

8.

ESTUARY BRANTAS EXPEDITION TEAM (Pacool kisud, Dewul, Rendy,


Mas Ayub PKSPL, dan Pak Khaerul) atas kerjasama dan kekompakannya
dalam menyelesaikan dan mendukung kegiatan penelitian ini.

9.

Ar-rozaqers (Habib dan Wai, +Shely) atas dukungan dan kerjasamanya, DR


C4 (Wai, Pacool kisud, Rifi, Irwan, dan Supri) atas spasial yang telah
diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan.

10. Teman-teman MSP 40, 42, 43, 44, dan khususnya yang paling tercinta
angkatan 41 (Mui, Weni, Ipit, Lia, Gita, L, Inna, Bon2, Nafta, Okoy, Sumo,
Aloy, Aay, Neng Widi dan teman2 yang tidak bisa disebutkan satu per satu),
Trio Kwek2 (Bapao dan Ri2n) atas kebersamaan, kekeluargaan, kerjasama,
solidaritas, dan kenangan yang tak pernah terlupakan.
Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini masih memiliki banyak
kekurangan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran
dan bantuan dari berbagai pihak sangat penulis harapakan sehingga hasil
penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Januari 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

vii

I. PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Perumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan .........................................................................................
D. Manfaat .......................................................................................

1
1
2
3
3

II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................


A. Gambaran Umum Estuari Sungai Brantas ...................................
B. Fitoplankton ................................................................................
C. Biomassa Fitoplankton ................................................................
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fitoplankton ........................
1. Faktor fisika .............................................................................
a. Kecerahan, kekeruhan, dan padatan tersuspensi (TSS) ........
b. Suhu ...................................................................................
c. Salinitas ...............................................................................
2. Faktor kimia.................................................................................
a. Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen-DO) ...........................
b. pH .......................................................................................
c. Unsur hara ...........................................................................
1. Nitrogen ..........................................................................
2. Fosfor ..............................................................................
3. Silika ...............................................................................

4
4
4
6
11
11
11
12
12
13
13
14
14
15
17
19

III. METODE PENELITIAN ...........................................................


A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
B. Alat dan Bahan ...........................................................................
C. Metode Kerja ..............................................................................
1. Penentuan stasiun pengambilan contoh ...................................
2. Pengumpulan data .................................................................
3. Pengukuran parameter biologi (Klorofil-a) .............................
D. Analisa Data ................................................................................
1. Kontur permukaan klorofil-a ..................................................
2. Pengelompokan stasiun ..........................................................
3. Analisis komponen utama(Principal Componen Analysis, PCA)
4. Regresi linier sederhana...........................................................

20
20
21
22
22
23
24
26
26
26
26
27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................


A. Sebaran horizontal konsentrasi nilai klorofil-a ..............................
1. Estuari Sungai Porong .............................................................
2. Estuari Sungai Wonokromo ....................................................

28
28
28
35

B. Hubungan antara klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton ........


1. Estuari Sungai Porong .............................................................
2. Estuari Sungai Wonokromo ....................................................
C. Analisis tingkat kesamaan antar stasiun berdasarkan
konsentrasi nilai klorofil-a ............................................................
1. Estuari Sungai Porong .............................................................
2. Estuari Sungai Wonokromo ....................................................
D. Analisis Hubungan Antara Parameter Fisika, Kimia, dan
Biologi Perairan ............................................................................
1. Estuari Sungai Porong .............................................................
2. Estuari Sungai Wonokromo ....................................................
E. Pembahasan Umum ......................................................................
1. Perbandingan konsentrasi klorofil-a antar waktu pengamatan ..
2. Status trofik perairan estuari Sungai Brantas berdasarkan nilai
konsentrasi klorofil-a ..............................................................

42
42
45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................


A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ............................................................................................

69
69
69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

71

LAMPIRAN .......................................................................................

75

RIWAYAT HIDUP ............................................................................

100

ii

49
49
52
54
54
60
66
66
67

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Divisi tumbuhan laut beserta kandungan pigmen
fotosintesisnya (Basmi, 1995) ...............................................

Tabel 2. Keberadaan berbagai jenis klorofil pada beberapa kelompok


algae laut (Dring, 1990) ........................................................

Tabel 3. Daftar alat yang digunakan dalam penelitian.........................

22

Tabel 4. Daftar bahan yang digunakan dalam penelitian .....................

22

Tabel 5. Metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran


parameter biologi, fisika, dan kimia perairan ........................

24

Tabel 6. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan


Maret 2007 di muara Sungai Porong ........................................

54

Tabel 7. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan


Agustus 2007 di muara Sungai Porong .....................................

57

Tabel 8. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan


Maret 2008 di muara Sungai Porong .....................................

59

Tabel 9. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan


Maret 2007 di muara Sungai Wonokromo ................................

61

Tabel 10. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan


Agustus 2007 di muara Sungai Wonokromo ............................

62

Tabel 11. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan


Maret 2008 di muara Sungai Wonokromo ...............................

64

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Diagram alir rumusan masalah .............................................

Gambar 2. Siklus materi di ekosistem perairan


(McNaughton dan Wolf, 1990) in Fitrian, 2002 ...................

Gambar 3. Tingkat penyerapan cahaya pada klorofil-a (Steer, 2002) .....

Gambar 4. Tingkat penyerapan cahaya pada pigmen fotosintesis


(Purves, 1998) .....................................................................

Gambar 5. Struktur molekul klorofil-a dan klorofil-b (Curtis, 1978) ......

10

Gambar 6. Siklus Fosfor (Nybakken, 1982)...........................................

18

Gambar 7. Peta lokasi pengambilan contoh estuaria Sungai Porong


(A: Maret 2007 dan B: Agustus 2007 dan Maret 2008) ........

20

Gambar 8. Peta lokasi pengambilan contoh estuaria Sungai Wonokromo


(A: Maret 2007 dan B: Agustus 2007 dan Maret 2008) ........

21

Gambar 9. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan


estuari Sungai Porong (Maret 2007) .....................................

28

Gambar 10. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal


di permukaan perairan estuari Sungai Porong (Maret 2007)

29

Gambar 11. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai


Porong pada pengamatan (Maret 2007) ................................

29

Gambar 12. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan


estuari Sungai Porong (Agustus 2007 dan Maret 2008) ........

30

Gambar 13. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal


di permukaan perairan estuari Sungai Porong (Agustus 2007)

31

Gambar 14. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai


Porong pada pengamatan (Agustus 2007) ............................

32

Gambar 15. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal


di permukaan perairan estuari Sungai Porong (Maret 2008) .

33

Gambar 16. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai


Porong pada pengamatan (Maret 2008) ................................

34

Gambar 17. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan


estuari Sungai Wonokromo (Maret 2007) ............................

35

Gambar 18. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal


di permukaan perairan estuari Sungai Wonokromo
(Maret 2007) ........................................................................

36

Gambar 19. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari


Sungai Wonokromo (Maret 2007)........................................

37

iv

Gambar 20. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan


estuari Sungai Wonokromo (Agustus 2007, dan Maret 2008)

38

Gambar 21. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal


di permukaan perairan estuari Sungai Wonokromo
(Agustus 2007).....................................................................

39

Gambar 22. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari


Sungai Wonokromo (Agustus 2007) ....................................

39

Gambar 23. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal


di permukaan perairan estuari Sungai Wonokromo
(Maret 2008) ........................................................................

40

Gambar 24. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari


Sungai Wonokromo (Maret 2008) ........................................

41

Gambar 25. Grafik pola kandungan klorofil-a dengan kelimpahan


fitoplankton di Muara Sungai Porong (A: Maret 2007,
B: Agustus 2007, dan C: Maret 2008) ..................................

43

Gambar 26. Grafik hubungan regresi klorofil-a dengan kelimpahan


fitoplankton di muara Sungai Porong (A: Maret 2007,
B: Agustus 2007, dan C: Maret 2008) ..................................

44

Gambar 27. Grafik pola kandungan klorofil-a dengan kelimpahan


fitoplankton di Muara Sungai Wonokromo (A: Maret 2007,
B: Agustus 2007, dan C: Maret 2008) ..................................

46

Gambar 28. Grafik hubungan regresi klorofil-a dengan kelimpahan


fitoplankton di muara Sungai Wonokromo (A: Maret 2007,
B: Agustus 2007, dan C: Maret 2008) ..................................

48

Gambar 29. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di muara Sungai Porong (Maret 2007)

49

Gambar 30. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di muara Sungai Porong
(Agustus 2007) ....................................................................

50

Gambar 31. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di muara Sungai Porong (Maret 2008)

51

Gambar 32. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di muara Sungai Wonokromo
(Maret 2007) ........................................................................

52

Gambar 33. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di muara Sungai Wonokromo
(Agustus 2007).....................................................................

53

Gambar 34. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di muara Sungai Wonokromo
(Maret 2008) ........................................................................

53

Gambar 35. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan


biologi pada Bulan Maret 2007 di muara Sungai Porong ......

55

Gambar 36. Analisis komponen utama untuk stasiun pada Bulan Maret
2007 di muara Sungai Porong...............................................

56

Gambar 37. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan


biologi pada Bulan Agustus 2007 di muara Sungai Porong ...

57

Gambar 38. Analisis komponen utama untuk stasiun pada Bulan Agustus
2007 di muara Sungai Porong...............................................

58

Gambar 39. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan


biologi pada Bulan Maret 2008 di muara Sungai Porong ......

59

Gambar 40. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada Bulan Maret
2008 di muara Sungai Porong...............................................

60

Gambar 41. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan


biologi pada Bulan Maret 2007 di muara Sungai Wonokromo

61

Gambar 42. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada Bulan Maret
2007 di muara Sungai Wonokromo ......................................

62

Gambar 43. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan


biologi pada Bulan Agustus 2007 di muara Sungai Wonokromo

63

Gambar 44. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada bulan Agustus
2007 di muara Sungai Wonokromo ......................................

63

Gambar 45. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan


biologi pada Bulan Maret 2008 di muara Sungai Wonokromo

65

Gambar 46. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada bulan Maret
2008 di muara Sungai Wonokromo ......................................

65

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Koordinat stasiun pengambilan sampel ..........................

75

Lampiran 2. Jumlah air yang disaring di setiap stasiun pada


pengambilan sampel tanggal 31 Maret 2007,
28 Agustus 2007, dan 07 Maret 2008 .............................

77

Lampiran 3. Data parameter biologi, fisika dan kimia perairan Estuari


Sungai Brantas pada pengambilan sampel
Bulan Maret 2007 ..........................................................

78

Lampiran 4. Data parameter biologi, fisika dan kimia perairan Estuari


Sungai Brantas pada pengambilan sampel
Bulan Agustus 2007 .......................................................

79

Lampiran 5. Data parameter biologi, fisika dan kimia perairan Estuari


Sungai Brantas pada pengambilan sampel
Bulan Maret 2008 ..........................................................

80

Lampiran 6. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2007


di Muara Sungai Porong ................................................

81

Lampiran 7. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Agustus


2007 di Muara Sungai Porong ........................................

82

Lampiran 8. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2008


di Muara Sungai Porong ................................................

85

Lampiran 9. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2007


di Muara Sungai Wonokromo ........................................

86

Lampiran 10. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Agustus


2007 di Muara Sungai Wonokromo ...............................

87

Lampiran 11. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2008
di Muara Sungai Wonokromo .........................................

88

Lampiran 12. Analisis kelompok berdasarkan kesamaan konsentrasi


klorofil-a pada Bulan Maret 2007 ...................................

90

Lampiran 13. Analisis kelompok berdasarkan kesamaan konsentrasi


klorofil-a pada Bulan Agustus 2007 ................................

91

Lampiran 14. Analisis kelompok berdasarkan kesamaan konsentrasi


klorofil-a pada Bulan Maret 2008 ...................................

92

Lampiran 15. Hasil analisis komponen utama data Bulan Maret 2007 ..

93

Lampiran 16. Hasil analisis komponen utama data Bulan Agustus 2007

94

Lampiran 17. Hasil analisis komponen utama data Bulan Maret 2008 ..

95

Lampiran 18. Korelasi antar parameter pada Bulan Maret 2007 ...........

96

vii

Lampiran 19. Korelasi antar parameter pada Bulan Agustus 2007 ........

97

Lampiran 20. Korelasi antar parameter pada Bulan Maret 2008 ...........

98

Lampiran 21. Kriteria status trofik perairan menurut Parslow et al,. 2008

99

viii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Estuari merupakan bagian ekosistem di wilayah pesisir yang berupa pantai
coastal body of water semi tertutup (semi-enclosed), mempunyai hubungan
langsung (terbuka) dengan laut. Di estuari terjadi percampuran antara air laut dan
air tawar yang masuk ke daerah ini melalui drainase dari daratan, biasanya melalui
sungai (Clark, 1977).
Salah satu organisme yang hidup di ekosistem perairan estuari adalah
fitoplankton. Fitoplankton di dalam ekosistem perairan berperan sebagai
pengubah zat-zat anorganik menjadi zat-zat organik melalui proses fotosintesis,
yang kemudian dapat menentukan produktivitas perairan. Proses fotosintesis
memerlukan klorofil, sehingga kandungan klorofil diperairan dapat digunakan
sebagai indeks potensial fotosintesisnya.
Kandungan pigmen fotosintesis (terutama klorofil-a) dalam air sampel
menggambarkan biomassa fitoplankton dalam suatu perairan. Klorofil-a
merupakan pigmen yang selalu ditemukan dalam fitoplankton serta semua
organisme autotrof dan merupakan pigmen yang terlibat langsung (pigmen aktif)
dalam proses fotosintesis. Jumlah klorofil-a pada setiap individu fitoplankton
tergantung pada jenis fitoplankton, oleh karena itu komposisi jenis fitoplankton
sangat berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a di perairan.
Proses fotosintesis memerlukan cahaya matahari sebagai sumber energi
yang merupakan faktor abiotik utama atau faktor fisika yang sangat menentukan
laju produktivitas primer. Faktor kimia, dalam hal ini unsur hara yang terdiri dari
nitrogen, fosfor, dan silikat, diperlukan sebagai zat anorganik yang akan diubah
bersama-sama karbondioksida dan air menjadi zat organik melalui proses
fotosintesis dan berperan sebagai bahan untuk pertumbuhan dan perkembangan
fitoplankton.
Umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai
akibat tingginya nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai, dan
sebaliknya cenderung lebih rendah di perairan lepas pantai. Meskipun pada
beberapa tempat di laut masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi.

Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang
memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat lain.
Penelitian mengenai distribusi spasial dan temporal biomassa fitoplankton
(klorofil-a) perlu dilakukan di estuari Sungai Brantas. Hal ini untuk mengetahui
pengaruh tempat (wilayah sungai, peralihan, dan laut) serta pengaruh waktu
(musim hujan dan kemarau) terhadap kandungan klorofil-a fitoplankton di suatu
perairan serta keterkaitannya dengan kesuburan perairan dalm hal ini estuari
Sungai Brantas (Sungai Porong dan Wonokromo).

B. Perumusan Masalah
Estuari Sungai Brantas termasuk pada ekosistem pesisir yang banyak
dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia. Peningkatan aktifitas manusia
terutama di daerah hulu (up land) seperti hasil limbah domestik, kegiatan
pertanian, dan industri serta di daerah hilir (down land) seperti industri
manufakturing dan kegiatan pertambakkan merupakan sumber penyebab
terjadinya eutrofikasi di perairan estuari. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan
penduduk tersebut dialirkan langsung ke sungai, dan terbawa sampai ke estuari.
Hal tersebut menjadi masalah dengan semakin menurunnya kualitas perairan
estuari Sungai Brantas sejalan dengan makin meningkatnya berbagai kegiatan
penduduk di sepanjang DAS Brantas. Penurunan kualitas perairan estuari Sungai
Brantas ini selain diakibatkan oleh adanya bahan-bahan organik berupa limbah
dari penduduk sepanjang DAS juga dikarenakan oleh pencemaran alami seperti
terjadinya erosi dan limbah pertanian serta aliran masuk lainnya yang turut
mempengaruhi kualitas perairan di estuari Sungai Brantas.
Penelitian mengenai biomassa fitoplankton (klorofil-a) perlu dilakukan
untuk melihat sejauh mana keadaan kualitas perairan estuari Sungai Brantas.
Biomassa fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya
produktivitas suatu perairan (Alkatiri dan Sardjana, 1998 in Roshisati 2002).
Semakin besar kepadatan fitoplankton semakin tinggi pula biomassanya, dan
dapat menjadi indikasi perairan yang bersangkutan masih bagus kualitasnya.
Secara sederhana, rumusan masalah dapat digambarkan dalam diagram alir
seperti yang tertera pada Gambar 1.

Parameter Fisika
Suhu
Kekeruhan
Kecerahan

Aktivitas Manusia
Rumah Tangga
Pertanian
Industri
dll

Parameter Kimia
pH
Nutrien
(N, P, Si)
Salinitas

Sungai

Estuari

Fitoplankton

Klorofil-a

Status Kesuburan Perairan

Gambar 1. Diagram alir rumusan masalah

C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui dinamika spasial dan temporal biomassa fitoplankton
(klorofil-a) di Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur.
2. Mengetahui keterkaitan antara kandungan klorofil-a dengan kelimpahan
fitoplankton untuk melihat tingkat kesuburan perairan di Estuari Sungai
Brantas, Jawa Timur.

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah
tentang dinamika biomassa fitoplankton (klorofil-a) di sebuah estuari tropis
khususnya dinamika spasial dan temporal dalam hal ini estuari Sungai Porong dan
Wonokromo, bagi pelaksanaan kebijakan pengelolaan perairan yang terkait
dengan kesuburan perairan di Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Gambaran Umum Estuari Sungai Brantas
Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur, dengan
panjang 320 km dan daerah tangkapan hujan seluas 12.000 km2. Daerah aliran
Sungai Brantas hulu yang dimulai dari sumber Brantas hingga sebelum masuk
Bendungan Sutami mempunyai daerah tangkap hujan seluas 2.050 km2. Estuari
Sungai Brantas merupakan bagian daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
Brantas yang terbesar dan terpanjang di Jawa Timur. Daerah pengaliran seluas
11.800 km2 atau seperempat luas seluruh propinsi Jawa Timur mencakup 5 kota,
11 kabupaten, dan 33 kecamatan (Tim Survei Ekologi Fakultas Perikanan IPB,
1979). Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas merupakan salah satu DAS terpadat
penduduknya serta pusat aktifitas industri manufakturing terutama di daerah hilir.
Sungai Brantas bersumber pada lereng Gunung Arjuna dan Anjasmara yang
bermuara di selat Madura. Jumlah penduduk di wilayah ini 14 juta jiwa (40 %
dari penduduk Jawa Timur), dimana sebagian besar bergantung pada sumberdaya
air, yang merupakan sumber utama bagi kebutuhan air baku untuk konsumsi
domestik, irigasi, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain
(Anonymous, 1996 in Handayani et al., 2001).

B. Fitoplankton
Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis yang hidupnya melayanglayang dalam air, pergerakannya pasif tergantung pada gerakan air (Odum, 1971).
Fitoplankton dapat berbentuk satu sel, koloni, atau bentuk filamen.
Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang dapat menghasilkan
makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Fotosintesis yaitu proses
perubahan senyawa anorganik menjadi senyawa organik dengan bantuan sinar
matahari, atau sejumlah karbon yang difiksasi oleh organisme autotrof melalui
sintesis zat-zat organik dari senyawa anorganik seperti CO2 dah H2O. Sintesa ini
menggunakan energi dari radiasi cahaya matahari atau sebagian kecil melalui
reaksi kimia (Thurman, 1991 in Naimah, 1999).

Proses fotosintesis adalah proses kimiai yang cukup rumit tetapi secara
ringkas proses ini dapat dinyatakan sebagai berikut (Weyl, 1970)
cahaya matahari

6CO2 + 6H2O

C6H12O6 + 6O2
klorofil + enzim

Proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton merupakan salah satu


sumber oksigen di perairan. Fitoplankton sebagai penghasil oksigen serta bahan
organik mempunyai peranan yang penting dalam rantai makanan di suatu
ekosistem perairan. Seluruh kehidupan di laut secara langsung ataupun tidak
langsung tergantung pada hasil fotosintesis fitoplankton. Hal ini dapat dilihat pada
skema pada Gambar 2.

Sinar Matahari
Permukaan Perairan
Produsen primer
Konsumenn
CO2

O2
Dekomposer
O2
Detritus

Nurtien anorganik
Dasar Perairan

Gambar 2. Siklus materi di ekosistem perairan (McNaughton dan Wolf, 1990) in


Fitrian, 2002.

Menurut Reynolds (1990), komposisi dan kelimpahn fitoplankton terus


menerus berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap perubahan
kondisi lingkungan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Ourlake.Org (2001)
menyebutkan bahwa distribusi dan konsentrasi dari fitoplankton merupakan hal
yang sangat penting dalam ilmu ekologi dan kualitas air, terutama terhadap
blooming fitoplankton serta hubungannya dengan gangguan pada kondisi di

permukaan perairan yang terjadi sebagai respon dari adanya input antropogenik
dalam hal nutrien penting bagi tanaman (terutama fosfor). Konsentrasi
fitoplankton umumnya digunakan sebagai indikator dari produksi tanaman
mikroskopis ini (seperti produksi primer atau tingkat tropik).

C. Biomassa Fitoplankton
Biomassa fitoplankton didefinisikan sebagai bobot atau berat dari
fitoplankton per unit volume atau luas area air. Unit ukur yang digunakan dalam
pengukuran standing stok adalah g/l, mg/m2, kg/hektar, dan lain-lain, dimana
berat harus jelas apakah berat kering, basah atau karbon (Parsons et al., 1984).
Biomassa fitoplankton dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya metode POC (Particulate Organic Matter), metode ATP (Adenosine
Triphosphate), metode klorofil-a dan pigmen-pigmen fotosintesis lainnya, serta
metode Optical density.
Penentuan biomassa fitoplankton dengan metode klorofil-a mempunyai
beberapa keuntungan (Ourlake.Org, 2001), yaitu: (1) pengukuran relatif sederhana
dan langsung; (2) menggabungkan semua tipe dan umur sel; (3) menunjukkan
tingkat kelangsungan hidup dari sel; dan (4) dapat dihubungkan secara kuantitatif
dengan karakteristik optik yang penting dari perairan. Meskipun demikian,
konsentrasi klorofil-a merupakan penentu biomassa fitoplankton yang kurang
sempurna karena kandungan selular dari pigmen ini tergantung pada komposisi
komunitas fitoplankton dan kondisi lingkungan. Untuk mendapatkan data yang
lebih akurat perlu dilakukan pengukuran biovolume dan struktur komunitas
fitoplankton serta analisis kualitas air.
Curtis (1978) menyatakan bahwa klorofil-a adalah suatu molekul
berukuran besar dengan atom Mg sebagai pusatnya yang terkait dalam cincin
porphyrin. Pada cincin porphyrin tersebut menempel suatu rantai hidrokarbon
yang panjang dan sulit larut yang berfungsi sebagai jangkar molekul tersebut ke
membran dalam kloroplas. Sementara menurut Kusnawijaya (1983) in Prasanto
(1997), klorofil-a adalah suatu senyawa yang memiliki struktur seperti butir darah
merah hemin dengan perbedaan pada intinya, butir darah merah memiliki inti Fe
sedangkan klorofil-a memiliki Mg sebagai atom pusatnya. Klorofil-a terdiri dari

empat cincin pirol yang dihubungkan oleh ikatan metin. Pada cincin pirol IV
terdapat gugus propionate yang berada diantara dua atom hidrogen yang labil
dimana disana tergabung molekul alkohol fitol yang sifatnya sebagai donor
elektron pada proses fotosintesis. Rumus kimia klorofil-a adalah C55H72O5N4Mg
(Weyl, 1970).
Kusnawijaya (1983) in Prasanto (1997) menyatakan bahwa dikenal
beberapa macam klorofil, yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, dan klorofil-d.
Klorofil-a terdapat pada semua jenis alga, klorofil-b terdapat pada Cyanophyceae,
Diatomae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae. Sedangkan klorofil-c hanya
ditemukan pada organisme Phaeophyceae, dan klorofil-d pada Rhodophyceae
(Prasanto, 1997). Pada Tabel 1. dapat dilihat divisi-divisi tumbuhan laut beserta
kandungan pigmen fotosintesisnya menurut Basmi (1995).

Tabel 1. Divisi tumbuhan laut beserta kandungan pigmen fotosintesisnya (Basmi,


1995)
No Divisi (Nama Umum)
Chrysophyta (Algae Coklat1 Emas, Coccolithofora, Diatom,
Silikoflagellata)
2 Xanthophyta
3

Pyrrophyta (dinoflagellata)

Euglenophyta (Euglenoida)

5
6

Chlorophyta (alga hijau)


Cyanophyta (alga hijau biru)

Phaeophyta (alga coklat)

Rhodophyta (alga merah)

Karakteristik

Pigmen Fotosintetik

Planktonik/bentik

Klorofil-a, Klorofil-c, Santofil,


Karoten

Bentik

Klorofil-a, Santofil, Karoten


Klorofil-a, Klorofil-c, Santofil,
Planktonik
Karoten
Klorofil-a, Klorofil-b, Santofil,
Planktonik/bentik
Karoten
Umumnya bentik Klorofil-a, Klorofil-b, Karoten
Umumnya bentik Klorofil-a, Karoten, Fikobilin
Klorofil-a, Klorofil-c, Santofil,
Umumnya bentik
Karoten
Bentik

Klorofil-a, Karoten, Fikobilin

Sementara itu menurut Dring (1990), klorofil terdiri dari lima jenis, yaitu
klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c1, klorofil c2, dan klorofil-c3, yang dapat ditemukan
pada berbagai kelompok algae laut. Keberadaan klorofil-klorofil tersebut pada
beberapa kelompok algae laut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keberadaan berbagai jenis klorofil pada beberapa kelompok algae laut
(Dring, 1990)
Klorofil
a
b
c1

Chlorophytes

Chromophytes

Algae

Prokariota

Vol

Prs

Ulv

Sph

Phe

Cry

Prm

Bac

Eus

Rap

Pyr

Crp

Merah

Cyn

Pcl

+
(+)

+
b

c2

+
+

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

c3

(+)

(+)

Keterangan :
+ fungsi pemanfaatan cahaya didemonstrasikan, terdapat pada sebagian besar anggota kelompok
(+) pigmen hanya terdapat pada beberapa anggota kelompok
a dianggap disebabkan kerena adanya proses endosimbiosis alga hijau (Watanabe et al., 1987)
atau chrysophytes (Jeffrey & Wright, 1987)
b Wilhelm (1987, 1988)
c
klorofil c2 mungkin absent pada chrysophytes air tawar (Andersen & Mulkey, 1983)
Chlorophytes:
Vol=Volvocacales + alga hijau utama lainnya, Prs=Prasinophytes, Ulv=Ulvales,
Sph=Siphonales
Chromophytes: Phe=Phaeophyta,
Cry=Chrysophyceae,
Prm=Primnesiophyceae,
Bac=Bacillariophyceae, Eus=Eustigmatophyceae, Rap=Raphydophyceae,
Pyr=Pyrrophyta,
Crp=Cryptophyta
Alga merah:
Rhodophyta
Prokariota:
Cyn=Cyanophyta (Cyanobacteria), Pcl=Prochloron

Dari berbagai jenis pigmen fotosintesis yang disajikan dalam Tabel 1 dan
2, dapat dilihat bahwa klorofil-a merupakan satu-satunya pigmen fotosintesis yang
ditemukan pada semua organisme autotrof dalam proses yang melibatkan O2
(Cullen 1982 in Geider dan Osborne, 1992). Dring (1990) menyatakan bahwa
klorofil-a merupakan satu-satunya pigmen yang dapat mendistribusikan energi
cahaya yang mereka serap kepada proses fotosintesis, sementara pigmen-pigmen
lainnya hanya mentransfer energi cahaya yang diserapnya ke klorofil-a. Oleh
karena itu, secara umum dipercayai bahwa klorofil-a merupakan pigmen yang
terlibat secara langsung dalam proses transformasi energi cahaya menjadi energi
kimia (Curtis, 1978).
Aminot dan Rey (2000) menyebutkan bahwa klorofil-a menyerap sinar
tampak pada panjang gelombang kurang dari 460 nm (biru) dan 630-670 nm
(merah). Tingkat penyerapan cahaya pada klorofil-a dapat dilihat pada Gambar 3,
serta perbandingan tingkat penyerapan antara klorofil-a dengan pigmen-pigmen
fotosintesis lainnya pada Gambar 4.

Gambar 3. Tingkat penyerapan cahaya pada klorofil-a (Steer, 2002)

Gambar 4. Tingkat penyerapan cahaya pada pigmen fotosintesis (Purves, 1998)

Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada


fitoplankton sehingga konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan dalam
konsentrasi klorofil-a (Parsons et al., 1984). Konsentrasi klorofil-a di perairan
dapat mewakili biomassa dari algae atau fitoplankton. Jumlah klorofil-a pada
setiap individu fitoplankton tergantung pada jenis fitoplankton, oleh karena itu
komposisi jenis fitoplankton sangat berpengaruh terhadap klorofil-a di perairan
(Effendi dan Susilo, 1998). Struktur molekul klorofil-a, dan b, dapat dilihat pada
Gambar 5.

10

Gambar 5. Struktur molekul klorofil-a dan klorofil-b (Curtis, 1978)

Menurut Arinardi (1996), tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a


fitoplankton dapat digunakan sebagai petunjuk kelimpahan sel fitoplankton dan
juga potensi organik di suatu perairan. Klorofil-a digunakan sebagai indikator dari
kelimpahan fitoplankton, sementara kelimpahan fitoplankton berhubungan dengan
siklus alami dari ketersediaan nutrien dan dengan input nitrat dan fosfat
(omp.gso.uri.edu, 2002). Kandungan klorofil-a fitoplankton di suatu perairan
dapat digunakan sebagai ukuran biomassa fitoplankton dan dijadikan petunjuk
dalam melihat kesuburan perairan. Kualitas perairan yang baik merupakan tempat
hidup dan berkembang yang baik bagi fitoplankton, karena kandungan klorofil-a
fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya produktivitas
suatu perairan (Ardiwijaya, 2002).
Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton untuk seluruh perairan
Indonesia adalah sebesar 0,19 mg/m3. Nilai rata-rata selama musim timur adalah
sebesar 0,24 mg/m3, sedikit lebih besar daripada kandungan klorofil-a pada
musim barat yaitu 0,16 mg/m3 (Nontji, 1974 in Arinardi, 1996).

11

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fitoplankton


Suatu ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi. Faktor abiotik mencakup parameter fisika dan kimia perairan yang
akan menentukan kelimpahan fitoplankton sebagai komponen biotik di suatu
perairan. Variasi lokal dari fitoplankton pada suatu perairan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor lingkungan yaitu angin, arus, aktivitas pemangsaan, dan
ketersediaan makanan. Stirling (1985) in Racmawati (1999) menyatakan bahwa
konsentrasi klorofil-a mempunyai korelasi yang erat dengan fosfor, suhu,
nitrogen, dan nilai kecerahan dengan menggunakan secchi disc.
1. Faktor fisika
a. Kecerahan, kekeruhan, dan padatan tersuspensi (TSS)
Kecerahan, kekeruhan, dan padatan tersuspensi adalah karakteristik
kualitas air yang sangat berkaitan satu sama lain. Nilai pembacaan secchi disc
akan rendah apabila perairan keruh atau kandungan TSS-nya tinggi, sebaliknya
akan tinggi bila kekeruhan atau kandungan TSS-nya rendah.
Kecerahan penting karena erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang
terjadi di perairan secara alami. Kecerahan menunjukan sampai sejauh mana
cahaya dengan intensitas tertentu dapat menembus kedalaman perairan. Dari total
sinar matahari yang jatuh ke atmosfer dan bumi, hanya kurang dari 1% yang
ditangkap oleh klorofil (di darat dan air), yang dipakai untuk fotosintesis (Basmi,
1995).
Kekeruhan seringkali berperan penting sebagai faktor pembatas di suatu
perairan (Odum, 1971). Adanya kekeruhan dan padatan tersuspensi dapat
menghalangi penetrasi cahaya kedalam badan air sehingga proses fotosintesis
akan terganggu (Odum, 1971). Secara vertikal, distribusi fitoplankton terbesar
berada pada beberapa meter dibawah permukaan air dimana banyak intensitas
cahaya matahari optimal untuk pertumbuhan fitoplankton. Beberapa fitoplankton
akan mati atau terhambat pertumbuhannya jika penyinarannya kurang atau
berlebihan.
Widigdo (2001) menyebutkan bahwa dalam satu seri pengamatan,
perubahan atau naik turunnya nilai TSS tidaklah selalu diikuti oleh naik turunnya
nilai kekeruhan secara linear. Hal ini dapat dijelaskan karena bahan-bahan yang

12

menyebabkan kekeruhan perairan dapat terdiri atas berbagai bahan yang sifat dan
beratnya berbeda sehingga tidak terlalu tergambarkan dalam bobot residu TSS
yang sebanding. Hal ini juga berhubungan dengan prinsip pengukuran yang
berbeda antara kekeruhan dengan TSS. Kekeruhan didasarkan atas seberapa besar
cahaya yang tersisa setelah diserap oleh bahan-bahan yang terkandung dalam air
(baik yang tersuspensi maupun yang terlarut), sedangkan TSS didasarkan atas
bobot residu (setelah air diuapkan) dari bahan-bahan yang terkandung dalam air
sebagai suspensi. Walaupun demikian, pada dasarnya masing-masing parameter
ini dapat saling mewakili satu sama lainnya.

b. Suhu
Suhu mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung, reaksi enzimatik yang berperan dalam proses
fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Tingkat percepatan proses-proses dalam sel
akan meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu sampai mencapai batas
tertentu antara selang 25 - 40o C (Reynolds, 1990) dan peningkatan suhu sebesar
10o C (misalnya dari 10o C ke 20o C) akan meningkatkan laju fotosintesis
maksimal (Pmax) menjadi dua kali lipat (Steeman-Nielsen, 1975 in Nontji, 1984).
Secara tidak langsung, suhu menentukan struktur hidrologis perairan dalam hal
kerapatan air (water density). Semakin dalam perairan, suhu akan semakin rendah
dan kerapatan air meningkat sehingga menyebabkan laju penenggelaman
fitoplankton berkurang (Raymont, 1981).

c. Salinitas
Salinitas secara umum dapat disebut sebagai jumlah kandungan garam dari
suatu perairan yang dinyatakan dalam permil (). Dalam Widigdo (2001)
disebutkan bahwa pada umumnya salinitas disebabkan oleh tujuh ion utama yaitu
natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat
(SO4), dan bikarbonat (HCO3).
Salinitas penting di perairan untuk mempertahankan tekanan osmosis
antara tubuh organisme dan perairan. Variasi salinitas dapat menentukan
kelimpahan dan distribusi fitoplankton. Salinitas merupakan salah satu parameter

13

yang menentukan jenis-jenis fitoplankton yang terdapat dalam suatu perairan,


tergantung dari sifat fitoplankton tersebut apakah eurihalin atau stenohalin.
Secara umum, salinitas permukaan perairan laut di Indonesia rata-rata berkisar
antara 32-34 (Dahuri et al,. 1996).

2. Faktor Kimia
a. Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen-DO)
Oksigen terlarut atau dikenal juga dengan istilah DO (dissolved oxygen)
menggambarkan kandungan oksigen terlarut yang terdapat dalam suatu perairan.
Sumber masukan oksigen terlarut di perairan dapat berasal dari difusi udara dan
fotosintesis.
Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada
suhu, salinitas, turbulensi, air dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga
berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran
(mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi
dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air. Dekomposisi bahan organik dan
oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga
mencapai 0 (nol) atau anaerob (Effendi, 2003).
Widigdo (2001) menyatakan bahwa kapasitas air dalam menampung
oksigen ditentukan antara lain oleh suhu dan salinitas. Semakin tinggi suhu maka
jumlah oksigen yang dipertahankanuntuk tetap terlarut dalam air semakin
berkurang. Demikian juga dengan salinitas, semakin tinggi salinitas air berarti
semakin banyak garam-garam terlarut yang menghalangiruang yang tersisa untuk
oksigen terlarut sehingga jumlahnya akan lebih rendah. Selanjutnya dikatakan
bahwa di perairanpayau atau laut tingkat kesuburan dikatakan baik apabila kadar
oksigen pada siang haridapat mencapai 7-10 ppm. Untuk perairan yang kurang
subur (miskin), kadar oksigen pada siang hari umumnya kurang dari 5 ppm. Kadar
oksigen tersebutakan menurun pada malam hariakibat adanya proses respirasi dari
biota air hingga mencapai tingkat minimum pada pagi hari menjelang fajar.

14

b. pH
Organisme air memiliki kemampuan yang berbeda dalam mentolelir pH
perairan. Pada umumnya kematian organisme perairan disebabkan oleh nilai pH
yang rendah dibandingkan yang disebabkan oleh nilai pH tinggi. Nilai pH
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologi, aktivitas
fotosintesis, suhu, kandungan oksigen, kation dan anion, dan batas toleransi
organisme akuatik terhadap derajat keasaman bervariasi tergantung pada suhu air,
oksigen terlarut serta stadia organisme tersebut (Pescod, 1973).
Nilai pH dapat menunjukan kualitas perairan sebagai lingkungan hidup,
walaupun kualitas perairan itu tergantung pula dari berbagai faktor lainnya. Air
yang basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam
air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh tumbuhan-tumbuhan dan
fitoplankton, sehingga pH ikut berperan dalam menentukkan produktivitas
perairan (Soeseno, 1974 in Syam, 2002). pH perairan yang cocok untuk
pertumbuhan organisme air berkisar antara 6 - 9 (Odum, 1971).

c. Unsur hara
Unsur hara merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan
reproduksi fitoplankton. Nutrien dibutuhkan oleh fitoplankton dalam jumlah
banyak ada pula yang sedikit. Nitrogen dan fosfor merupakan nutrien yang paling
berpengaruh terhadap produksi fitoplankton (Valiela, 1984 in Roshisati, 2002).
Kedua unsur tersebut menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan
perkembangan fitoplankton. Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut dibutuhkan
dalam jumlah banyak, tetapi keberadaannya sedikit di perairan. Odum (1971)
membagi nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan menjadi makro dan mikro
nutrien. Fitoplankton dalam pertumbuhannya memerlukan unsur hara makro (C,
H, O, N, S, P, Mg, Ca, Na, Cl) dan unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Si, Mo, V dan
Co) (Reynolds, 1990). Unsur N dan P sebagai faktor pembatas pertumbuhan
fitoplankton di perairan alami, bila dalam jumlah yang berlebih maka keduanya
bisa menjadi penentu terjadinya pertumbuhan fitoplankton yang sangat pesat
(blooming) (Henderson-Seller dan Markland, 1987).

15

1. Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan
fitoplankton dan merupakan unsur utama pembentuk protein. Umumnya nitrogen
dalam perairan berada dalam bentuk gas N2, karena air permukaan secara terus
menerus berhubungan dengan atmosfer yang mengandung 80% N2 dari total gas
(Novonty dan Olem, 1994). Nitrogen bebas dalam air segera mengalami
perubahan menjadi ammonia, ammonium, nitrit, dan nitrat (Wardoyo, 1981).
Fitoplankton pada umumnya mensintesa protein mereka dari nitrat dan
ammonium. Beberapa kelas fitoplankton, seperti Dinophyceae, dapat memenuhi
kebutuhannya akan nitrogen dengan memanfaatkan senyawa-senyawa nitrogen
organik yang larut dalam air laut, seperti asam-asam amino. Terdapat pula
fitoplankton yang dapat memanfaatkan asam-asam amino hasil deaminasi bakteri
senyawa-senyawa nitrogen organik terlarut (Libes, 1992 in Roshisati, 2002).
Keberadaan fitoplankton juga ditentukan oleh rasio atom dari C, N dan P.
Rasio rerata C : N : P dalam fitoplankton laut adalah 106 : 16 : 1. Rasio ini disebut
juga dengan Redfield Richard Ratio. Dasar rasio rerata molekul bahan organik
fitoplankton ditujunkan dari formula empirik C 106 (H2O)106 (NH3)16 PO4 yang
diperoleh dari proses fotosintesis berikut (Millero dan Sohn, 1992):
106CO2 + 122H2O + 16HNO3 + H3PO4 (H2O)106 + (NH3)16 + H3PO4 + 138O2
Senyawa nitrogen di dalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan
anorganik. Nitrogen anorganik di dalam perairan terdiri dari amonia (NH3),
amonium (NH4+), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan molekul nitrogen (N2) dalam
bentuk gas. Nitrogen organik berupa : asam amino, protein, dan urea (Effendi,
2003). Nitrogen harus mengalami fiksasi terlebih dahulu menjadi NH3, NH4+, dan
NO3- kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan, meskipun beberapa organisme
akuatik dapat memanfaatkan nitrogen dalam bentuk gas, akan tetapi sumber
utama nitrogen di perairan bukanlah dalam bentuk gas (Effendi, 2003).
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami, dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae yang sifatnya mudah larut
dan stabil. Nitrat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di
perairan (Effendi, 2003). Nitrat juga merupakan produk akhir dari proses oksidasi

16

biokimia perairan. Konsentrasi nitrat di suatu perairan dikontrol dalam proses


nitrifikasi, Proses oksidasi senyawa ammonia dalam kondisi aerob oleh bakteri
autotrof disebut nitrifikasi. Dalam keadaan terdapat oksigen, unsur ammonia akan
diubah oleh bakteri Nitrosomonas menjadi nitrit dan oleh bakteri Nitrobacter
menjadi nitrat (Novonty dan Olem, 1994). Proses reaksi nitrifikasi adalah sebagai
berikut (Ruttner, 1965) :
Nitrosomon
as
2NH3 + 3O2

2NO2 + 2H2O
2NO2- + O2 Nitrobacte
r 2NO3

Selain proses nitrifikasi, nitrat juga berasal dari limbah rumah tangga
(domestik), limbah pertanian yang berupa sisa pemupukan, limbah peternakan
yang merupakan sisa pakan, sisa pakan budidaya tambak, dan pengikatan nitrogen
bebas dari udara oleh mikroorganisme serta aliran tanah yang masuk ke laut
(Wardoyo, 1981). Secara termodinamika, nitrat merupakan senyawa nitrogen
yang paling stabil. Di beberapa perairan, nitrat digambarkan sebagai senyawa
mikro nutrien pengontrol produktifitas primer di perairan permukaan daerah
eufotik.
Nitrit (NO2-) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi), dimana pada saat
konsentrasi oksigen berkurang di kolom air maka proses denitrifikasi mengambil
alih proses nitrifikasi (Novonty dan Olem, 1994). Menurut Novonty dan Olem
(1994) konsentrasi nitrit yang terakumulasi pada saat nitrifikasi sangat sedikit,
dikarenakan pada saat reaksi terakhir, perubahan NO2- menjadi NO3 - lebih cepat
dibandingkan perubahan NH4+ menjadi NO2 -. Dari ketiga bentuk tersebut nitrit
berada dalam keadaan labil, artinya nitrit merupakan bentuk sementara dalam
proses oksidasi antara ammonia dan nitrat (Devlin, 1969). Nitrit biasanya
ditemukan dalam jumlah sangat sedikit di perairan alami, kadarnya lebih kecil
daripada kadar nitrat karena sifatnya tidak stabil (Novonty dan Olem, 1994).
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis dari
perombakan bahan organik dengan kadar oksigen terlarut sangat rendah. Senyawa
nitrit (NO2-) yang terdapat di dalam air laut merupakan hasil reduksi senyawa
nitrat (NO3-) atau oksidasi amonia (NH4+) oleh mikroorganisme. Distribusi

17

vertikal senyawa nitrit semakin tinggi sejalan dengan pertambahan kedalaman laut
dan semakin rendahnya oksigen. Sedangkan distribusi horizontal kadar nitrit
semakin menuju ke arah pantai dan muara sungai kadarnya semakin tinggi.
Ammonia (NH3) merupakan hasil pertama penguraian protein oleh
mikroba (ammonifikasi), ekskresi organisme, reduksi nitrit oleh bakteri, dan
pemupukan (jika ada) serta jumlahnya relatif rendah di perairan. Zat-zat organik
yang bernitrogen secara berangsur-angsur akan terurai menjadi ammonia dan
selanjutnya menjadi nitrit kemudian dalam kondisi aerob menjadi nitrat (Effendi,
2003). Ammonia di perairan merupakan petunjuk adanya penguraian bahan
organik, terutama protein. Ammonia-N yang terukur merupakan ammonia-N total
(NH3, NH4+). Ammonia dalam bentuk tidak terioniasasi (pH>7) relatif lebih
beracun terhadap ikan daripada dalam bentuk ammonium (NH4+). Daya racun
amonia meningkat sebanding dengan meningkatnya pH dan kandungan CO 2
bebas. Bila pH turun ( 7), daya racun ammonia menurun pula (Pescod, 1973).
Demikian pula dengan penurunan DO, daya racun ammonia akan meningkat.
Sylvester (1958) in Wardoyo (1981) menyatakan bahwa kadar ammonia sebesar
1,0 mg/l akan menghambat daya serap hemoglobin terhadap O2, ikan mati, atau
mati lemas. Biasanya konsentrasi ammonia di laut adalah 0,1-5 g/l (Parsons et
al., 1984).

2. Fosfor
Fosfor di estuari terdapat dalam bentuk anorganik terlarut (orthofosfat),
organik terlarut dan partikel fosfat (Kennish, 1990 in Ardiwijaya, 2002).
Tomasick et al. (1997) in Ardiwijaya (2002) mengatakan bahwa fitoplankton
secara normal dapat mengasimilasi secara langsung fosfor anorganik terlarut dan
kadang-kadang menggunakan fosfor organik terlarut. Fosfor berperan dalam
mentransfer energi dalam sel fitoplankton dari ADP menjadi ATP.
Moyle (1946) in Ardiwijaya, 2002 menyebutkan bahwa perairan dengan
konsentrasi fosfat rendah (0,00-0,02 mg/l) akan didominasi oleh fitoplankton dari
kelas Bacillariophyceae (Diatom), pada konsentrasi fosfat sedang (0,02-0,005
mg/l) akan didominasi oleh kelas Chlorophyceae, sedangkan pada konsentrasi
fosfat tinggi (>0,10 mg/l) akan didominasi oleh kelas Chlorophyceae.

18

Fosfor sering dianggap sebagai faktor pembatas, hal ini didasarkan atas
kenyataan bahwa fosfor sangat diperlukan dalam proses transfer energi. Fosfor
yang terdapat dalam jumlah sedikit akan menyebabkan defisiensi unsur hara yang
dapat menekan pertumbuhan fitoplankton, akhirnya mengurangi produktivitas
dalam suatu perairan (Sumawidjaya, 1983 in Ardiwijaya, 2002).

Udara

Batuan fosfat

Tunbuhan

Fosfat terlarut

Air

Bakteri

Binatang

Sedimen laut dangkal


Sedimen laut dalam

Gambar 6. Siklus Fosfor (Nybakken, 1982)

Berdasarkan siklus fosfor di laut (Gambar 6), Millero dan Sohn (1992)
menggambarkan bahwa keberadaan berbagai bentuk fosfat di laut dikendalikan
oleh proses biologi dan fisika. Pemanfaatan fosfat oleh fitoplankton terjadi selama
proses fotosintesis. Ketika fitoplankton mati, fosfor organik dengan cepat berubah
menjadi fosfat. Proses dekomposisi fitoplankton yang mati juga berperan dengan
bantuan bakteri untuk menghasilkan fosfor anorganik. Bentuk polifosfat di daerah
pantai dan sungai banyak yang berasal dari deterjen dan jika mengalami degradasi
akan menghasilkan orthofosfat.

19

3. Silika
Silikon dalam air laut dihasilkan dari proses geokimia dan biologi. Silikon
terlarut di laut terdapat dalam bentuk asam silisik (H4SiO4), juga ion-ion silikat
dan suspensi silikat oksida (SiO2). Silikon bebas juga terdapat pada diatomdiatom maupun organik lain serta sebagai mineral-mineral di dalam tanah liat.
Silikon ditemui dalam laut baik sebagai senyawa silikon yang larut dalam air laut
maupun sebagai zarah-zarah yang mengandung silikon. Konsentrasi silikon dalam
air laut sekitar 4000 g Si/l. Silikon diketahui sangat penting untuk pembentuk
struktur pada silicoflagellata, diatom, radiolaria, dan sponge (Riley dan Skirrow,
1975 in Ardiwijaya, 2002). Air laut banyak sekali mengandung berbagai zat hara
yang mengandung silikon, banyak diantaranya merupakan hasil pelapukan batuan
di daratan yang diangkut oleh sungai atau angin ke laut. Pada perairan pesisir
kadar silikon terlarut biasanya lebih besar daripada dalam laut terbuka sebagai
akibat dari runoff dari daratan (Millero dan Sohn, 1992).

III. METODE PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perairan estuari sungai Brantas, yaitu muara
Sungai Porong (Gambar 7), kabupaten Sidoarjo dan muara Sungai Wonokromo
(Gambar 8), kota Surabaya Jawa Timur pada Bulan Maret 2007 sampai Maret
2008. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali untuk mencakup dua
musim yaitu pada tanggal 31 Maret 2007 (musim hujan), 28 Agustus 2007
(musim kemarau), dan 06 Maret 2008 (musim hujan). Analisis sampel dilakukan
di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Lab Proling),
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK IPB.

Gambar 7. Peta lokasi pengambilan contoh estuari Sungai Porong (A: Maret 2007
dan B: Agustus 2007 dan Maret 2008).

21

Gambar 8. Peta lokasi pengambilan contoh estuari Sungai Wonokromo (A: Maret
2007 dan B: Agustus 2007 dan Maret 2008).

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan dalam penelitian merupakan sarana pendukung yang
digunakan dalam pengambilan maupun penanganan sampel. Alat ini dibagi atas
dua kelompok yaitu alat yang digunakan di lapangan (pengambilan sampel) dan
alat yang digunakan di laboratorium (analisis sampel). Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 3 dan 4.

22

Tabel 3. Daftar alat yang digunakan dalam penelitian


No
Alat
A. Alat yang digunakan di lapangan
1 Jerigen Plastik (botol sampel) 5 liter
2 Refraktometer ATAGO
3 Kertas pH
4 Thermometer Hg (Air Raksa)
5 Ember volume 10 liter
6 Gayung Air volume 1 liter
7 Secchi disc diameter 30cm
B. Alat yang digunakan di laboratorium
8 Sentrifuge Hettich Universal
Spectrofotometer (UV-160A, UV Visible
9 Recording SpectrophothometerSHIMADZU)
10 Spatula
11 Pompa Vakum WEICH 1.5
12 Lemari Pendingin Suhu -20 oC
Peralatan Analisis (tabung reaksi, pipet
13
dll)

Kegunaan
Menyimpan sampel air
Mengukur salinitas
Mengukur pH air
Mengukur suhu air
Mengambil dan menampung air
Mengambil air
Mengukur kecerahan
Mengendapkan kertas saring
Mengukur biomassa klorofil-a
Menghancurkan kertas saring
Menyaring air sampel
Menyimpan sampel klorofil-a
Membantu proses analisis
klorofil-a

Tabel 4. Daftar bahan yang digunakan dalam penelitian


No
Bahan
A. Bahan Utama
1
Sampel Air
B. Bahan Pendukung
Penyaring Whatman GF/C 47 mm
2
Pore : 1,2 m
3
Aquades
4
Kertas Alumunium foil
5
Plastik
6
Aseton 90 %

Kegunaan
Bahan untuk analisis klorofil-a
Menyaring air sampel
Mencuci alat
Membungkus sampel klorofil
Membungkus sampel
Melarutkan kertas saring (klorofil-a)

C. Metode Kerja
1. Penentuan stasiun pengambilan contoh
Posisi stasiun pada pengambilan sampel pertama (Maret 2007) ditentukan
berdasarkan perbedaan gradien salinitas, sehingga diharapkan dapat mewakili
daerah dengan salinitas air yang berbeda. Pengambilan sampel dilakukan pada 13
stasiun. Stasiun 1 sampai 6 terdapat di estuari Sungai Porong dan stasiun 7 sampai

23

13 terdapat di estuari Sungai Wonokromo. Pengambilan sampel kedua (Agustus


2007) dan ketiga (Maret 2008) ditentukan berdasarkan keterwakilan spasial
wilayah estuari, yaitu mencakup wilayah sungai (stasiun 9 dan 10), wilayah
peralihan (stasiun 1, 2, 11, 12 dan 16), dan wilayah laut (stasiun 3, 4, 5, 6, 7, 8,
13, 14 dan 15). Pengambilan sampel dilakukan pada 16 stasiun. Stasiun 1 sampai
9 terdapat di estuari Sungai Porong dan stasiun 10 sampai 16 terdapat di estuari
Sungai Wonokromo. Posisi stasiun berdasarkan GPS (Global Positioning System)
disajikan pada Lampiran 1, Gambar 7 dan 8.

2. Pengumpulan data
Pengambilan data lapangan berupa data parameter biologi, fisika dan
kimia perairan pada masing-masing stasiun pengamatan yang telah ditentukan.
Data penelitian ini diperoleh melalui dua cara, yakni pengambilan sampel air di
lapangan dan analisis di laboratorium. Sampel yang diambil di lapangan berupa
air laut permukaan dengan kedalaman 30 cm sebanyak 5 liter yang selanjutnya
dimasukkan kedalam jerigen. Sampel-sampel tersebut selanjutnya dianalisis di
laboratorium

Produktifitas

dan

Lingkungan

Perairan

untuk

mengetahui

konsentrasi klorofil-a, kelimpahan fitoplankton, dan konsentrasi nutrien (nitrat,


nitrit, amonium, silikat, dan fosfor). Selain itu di lapangan juga dilakukan
pengukuran beberapa parameter fisika-kimia berupa pengukuran suhu, salinitas,
pH dan kedalaman secchi disk (kecerahan).
Pengumpulan data selanjutnya dilakukan di laboratorium berupa filtrasi
contoh air untuk penentuan klorofil-a dan nutrien. Data pendukung atau data
sekunder yang digunakan berupa kelimpahan fitoplankton diperoleh dari
penelitian Wulandari (2008) (Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
IPB), data nutrien yang meliputi N-amonia, N-nitrit, N-nitrat, P-ortofosfat dan
silikat diperoleh dari penelitian Sormin (2008) (Program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, IPB). Metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran
parameter biologi, fisika, dan kimia perairan disajikan pada Tabel 5.

24

Tabel 5. Metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran parameter biologi,
fisika, dan kimia perairan.
Parameter
A. Biologi
Klorofil-a
Kelimpahan Fitoplankton*
B. Fisika
Kecerahan

Satuan
g/l
Ind/l
Cm
0

Suhu
C. Kimia
Salinitas
pH

Alat dan Metode


Spektrofotometrik /ekstrak
aseton (Lorenzen, 1967)
Pencacahan
Secchi disc/Visual (APHA,
2005)
Termometer (Hg) / pemuaian
(APHA, 2005)

Refraktometer (APHA, 2005)


pH stick / Visual (APHA, 2005)
Spektrofotometer/perhitungan,
Nitrat(NO2-N)**
mol/l
Brucine (Grasshoff et al., 1983)
Spektrofotometer/perhitungan,
Nitrit (NO2-N)**
mol/l Sulfanilamide (Grasshoff et al.,
1983)
Spektrofotometer/perhitungan,
Amonia (NH3-N)**
mol/l
Phenol (Grasshoff et al., 1983)
Spektrofotometer/perhitungan,
2Orthofosfat (PO4 P)**
mol/l Ascorbic Acid (Grasshoff et al.,
1983)
Spektrofotometer/perhitungan,
Silika (SO2-Si)**
mol/l Silicomolybdic (Grasshoff et
al., 1983)
Sumber: (*) Wulandari (2008), (**) Sormin (2008)

Keterangan
Lab
Lab
In situ
In situ
In situ
Lab
Lab
Lab
Lab

Lab

3. Pengukuran parameter biologi (Klorofil-a)


Pengukuran klorofil-a diambil dengan cara : air sampel permukaan
perairan diambil dengan gayung air kapasitas 1 liter pada kedalaman 0,2 - 0.5
meter dari permukaan. Air tersebut kemudian dimasukkan kedalam jerigen plastik
sampai didapatkan 5 liter air. Air sampel kemudian dibawa kelaboratorium untuk
dianalisis. Selanjutnya air sampel tersebut disaring dengan bantuan pompa hisap
(vacuum pump). Untuk stasiun-stasiun yang sangat pekat, jumlah air yang disaring
disesuaikan dengan daya saring kertas saring sehingga volume air contoh yang di
saring tidak sama pada setiap stasiun. Penyaring yang digunakan adalah penyaring
Whatman GF/C diameter 47 mm. Setelah disaring, penyaring Whatman diambil,

25

kemudian dibungkus kertas alumunium foil, dengan maksud agar klorofil-a yang
tersaring tidak dapat melakukan aktivitas fotosintesa, ini disebabkan karena
klorofil merupakan molekul yang sensitif terhadap cahaya (Aminot dan Rey,
2000). Setelah dibungkus, kemudian disimpan dalam lemari pendingin dengan
menggunakan suhu kurang lebih -20oC agar sel-sel fitoplankton yang telah
disaring awet dan untuk mempermudah pelepasan klorofil-a dari sel-sel
fitoplanktonnya.
Pada saat akan dilakukan analisis, sampel diambil dan dianalisis dengan
metode Spektrofotometri dari Lorenzen (1967). Kertas sampel yang digunakan
untuk menyaring air sampel tadi dilarutkan dalam aseton 90% lalu digerus dengan
menggunakan spatula untuk melarutkan klorofil agar fitoplankton pecah dan
klorofil lepas dan dapat ditangkap oleh aseton. Larutan kemudian diendapkan
menggunakan sentrifuge merk Hettich Universal dengan kecepatan 2000 rpm
selama 20 menit agar kertas saring mengendap dan terpisah dari larutan klorofil.
Perhitungan konsentrasi klorofil dilakukan dengan mengukur absorbansi
larutan sampel dengan spektrofotometer (UV-160A, UV Visible Recording
Spectrofotometer SHIMADZU) dengan panjang gelombang 663 nm dan 750 nm
(Lorenzen, 1967). Hasil pengukuran absorbansi sampel kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus Lorenzen sebagai berikut :

Klorofil-a (g/l)= 11.0*2.43((E663ba-E750ba)-(E663aa-E750aa))*(1/Xxl)xS

Keterangan : X : Volume yang difilter (l)


I : Panjang kuvet (cm)
S : Volume Aseton (l)
ba : Sebelum penambahan asam (HCL)
aa : Setelah penambahan asam (HCL)
11.0 : Koefisien absorbansi klorofil-a
2.43 : Faktor untuk menghitung reduksi dalam absorbansi

26

D. Analisis Data
1. Kontur permukaan klorofil-a
Hasil dari pengukuran konsentrasi klorofil-a akan diplotkan kedalam peta
lokasi pengambilan sampel dengan menggunakan program surfer 8, yaitu dengan
menggunakan interpolasi terhadap nilai klorofil-a yang terdapat pada masingmasing stasiun. Hasil interpolasi kemudian disajikan dalam bentuk kontur secara
horizontal kemudian ditumpuk (overlay) dengan peta estuari Sungai Brantas.

2. Pengelompokan stasiun
Stasiun-stasiun

pengamatan

dikelompokkan

berdasarkan

kesamaan

parameter biologi perairan (klorofil-a) atau yang mempunyai kemiripan


karakteristik kemudian dilakukan analisa mengenai faktor-faktor penyebab
terjadinya kemiripan tersebut. Untuk mengelompokkan stasiun pengamatan ini
digunakan analisis kelompok (Cluster Analysis) dengan metode jarak Euclidean
dan single linkage menggunakan program komputer MINITAB 14 for Windows.
Pengelompokan stasiun berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a menggunakan
rumus sebagai berikut (Bengen, 2000) :

d (x,y) =

( Xi Yi ) 2

Keterangan : d(x,y) : Jarak antara pengamatan stasiun x dan y


Xi
: Nilai parameter i pada stasiun ke-X
Yi
: Nilai parameter i pada stasiun ke-Y

3. Analisis komponen utama (Principal Componen Analysis, PCA).


Untuk menentukan variasi parameter fisika, kimia, dan biologi perairan
dengan kandungan klorofil-a digunakan suatu pendekatan analisis statistika
multivariabel yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (Principal
Componen Analysis, PCA).
Analisis Komponen Utama merupakan suatu pendekatan analisis statistik
multivariable yang dapat digunakan untuk mengintrepetasi hasil pengukuran
parameter-parameter terkait. Melalui analisis komponen utama ini dapat diketahui
variabel atau parameter fisika-kimia yang mencirikan pada setiap stasiun

27

pengamatan. PCA pada dasarnya merupakan tehnik statistika mulitivariabel yang


terkait dengan struktur internal dari suatu matriks.
PCA adalah metode untuk memecah atau membagi suatu metrik
persamaan menjadi axis-axis (sumbu) faktorial. Axis-axis faktorial yang diperoleh
mempresentasikan kombinasi linear dari variable-variable asal (Bengen, 2000).
Setiap sumbu berkorespondensi dengan akar ciri dari matrik. Akar ciri membantu
mengkuantifikasi bagian informasi yang dijelaskan oleh setiap sumbu. Dari akar
ciri dapat ditentukan jumlah sumbu yang dievaluasi. Akar ciri dari matrik
persamaan diubah menjadi turunan kelas dimana sumbu (komponen) PCA yang
berkoresponden ditampilkan secara lebih besar berturut-turut untuk memperkecil
jumlah variasi dalam matrik.

4. Regresi linear sederhana


Analisis korelasi adalah mencoba mengukur kekuatan hubungan antara
dua peubah, yaitu x dan y melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien
korelasi, dilambangkan dengan r. Nilai r mengukur sejauh mana titik-titik
menggerombol sekitar sebuah garis lurus. Bila nilai r mendekati +1 atau -1,
hubungan antara kedua peubah itu kuat dan dapat dikatakan terdapat korelasi yang
tinggi antara keduanya. Akan tetapi bila nilai r mendekati 0, hubungan linear x
dan y sangat lemah atau mungkin tidak ada sama sekali. Berikut ini adalah rumus
persamaan regresi (Walpole, 1995):
y = a + bx
Keterangan :
y = peubah tak bebas [klorofil-a(g/l)]
x = peubah bebas [kelimpahan fitoplankton (sel/l)]
a = intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak
b = kemiringan atau gradien

IV. HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Sebaran horizontal konsentrasi nilai klorofil-a


1. Estuari Sungai Porong
Hasil pengukuran konsentrasi nilai klorofil-a di permukaan perairan
estuari Sungai Porong menunjukkan nilai yang bervariasi baik antar stasiun
(spasial) maupun antar waktu pengamatan (temporal). Pada Bulan Maret 2007
pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perubahan gradien salinitas, sehingga
diharapkan dapat mewakili wilayah dengan salinitas air yang berbeda. Hasil
konsentrasi nilai klorofil-a pada Bulan Maret 2007 disajikan pada Gambar 9 dan
Lampiran 3.

Klorofil-a (g/l)

30

Maret 2007

25
20
15
10
5
0
1

Stasiun

Gambar 9. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan


Sungai Porong (Maret 2007).

estuari

Konsentrasi nilai klorofil-a pada pengambilan sampel pertama Bulan


Maret 2007 di perairan estuari Sungai Porong (Gambar 9) menunjukkan nilai
klorofil-a berkisar antara 0,445-24,503 g/l, dengan kandungan klorofil-a
tertinggi pada stasiun 6 sebesar 24,503 g/l. Tingginya kandungan klorofil-a pada
stasiun 6 diduga disebabkan oleh letak stasiun 6 berada dekat dengan daratan
(stasiun muara sungai), sehingga segala aktivitas (proses) yang berasal dari
daratan menumpuk di daerah ini. Hal ini juga didukung dengan hasil sebaran
klorofil-a secara horizontal pada Gambar 10, sedangkan hasil sebaran salinitas
dapat dilihat pada Gambar 11.

29

0730'00"S
25
24

30'30"

SELAT MADURA

23
19
16

31'00"

15
11

St 1
4,344
8,687 St 2
8,019 St 3
11,456 St 4
St 5
0,445

31'30"

32'00"

Kali Porong

St 6
24,503

10
8
7
4
1

32'30"
11250'30"T

51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

53'30"

54'00"

54'30"

55'00"

Gambar 10. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal di permukaan


perairan estuari Sungai Porong (Maret 2007).
0730'00"S
28
27

30'30"

26

SELAT MADURA

25
24
21

31'00"

18
15

St 1
28 St 2
21
15 St 3
10 St 4
St 5
6,2

31'30"

32'00"

St 6
9

Kali Porong

12
10
9
7
6
5

32'30"
11250'30"T

51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

53'30"

54'00"

54'30"

55'00"

Gambar 11. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai Porong


(Maret 2007).

Pada Gambar 10 dapat dilihat jelas terjadinya pemusatan konsentrasi nilai


klorofil-a pada satu tempat yaitu stasiun 6. Pada stasiun 6 sebaran salinitas
(Gambar 11) sebesar 9 , sedangkan salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 1
sebesar 28 . Besarnya kandungan nutrien pada stasiun 6 diduga dapat
mempengaruhi tingginya nilai konsentrasi klorofil-a pada stasiun 6. Banyaknya
bahan organik ke perairan akan terdegradasi menjadi unsur-unsur hara yang
dimanfaatkan lebih lanjut oleh fitoplankton untuk proses pertumbuhan

30

populasinya. Selain adanya masukan dari daratan, daerah mulut muara ini
umumnya relatif dangkal, yang memungkinkan terjadinya pengadukan massa air
di seluruh lapisan perairan sehingga menyebabkan peningkatan kadar nutrien di
lapisan permukaan perairan estuari Sungai Porong. Keadaan demikian
memungkinkan untuk fitoplankton tumbuh lebih cepat dan subur.
Besarnya kandungan nilai klorofil-a diikuti dengan besarnya nutrien
namun tidak diikuti dengan tingginya kelimpahan fitoplankton pada stasiun 6. Hal
ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan biovolume pada setiap jenis
fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton di stasiun 6 pada Bulan Maret 2007
mencapai 42.744 sel/l, didominasi oleh kelas Bacillariophyceae dengan komposisi
92,36 % kemudian kelas Dinophyceae dan kelas Chlorophyceae dengan masingmasing 5,23 % dan 2,29 % (Lampiran 6). Hal lain dapat dilihat (Lampiran 3)
stasiun 6 untuk kandungan nutrien seperti nitrat sebesar 0,5831 mg/l, dan silikat
sebesar 1,7587 mg/l serta nitrit, orthofosfat dan ammonia yang tinggi
dibandingkan dengan stasiun yang lain yakni masing-masing sebesar 0,5193 mg/l;
0,4535 mg/l; dan 0,3865 mg/l. Berikut ini adalah hasil konsentrasi nilai klorofil-a

Klorofil-a (g/l)

pada Bulan Agustus 2007 dan Maret 2008.

8
7
6
5
4
3
2
1
0

Agustus 2007
Maret 2008

Stasiun

Gambar 12. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan estuari


Sungai Porong (Agustus 2007 dan Maret 2008).

Pengambilan sampel Pada Bulan Agustus 2007 dan Maret 2008 dilakukan
berdasarkan keterwakilan spasial wilayah estuari, yaitu mencakup wilayah sungai,

31

peralihan, dan wilayah laut. Hasil pengukuran nilai klorofil-a pada Bulan Agustus
2007 dan Maret 2008 disajikan pada Gambar 12, Lampiran 4, dan Lampiran 5.
Konsentrasi klorofil-a pada pengambilan sampel kedua Bulan Agustus
2007 di estuari Sungai Porong (Gambar 12) berkisar antara 2,673-7,351 g/l,
dengan kandungan klorofil-a tertinggi pada stasiun 1 sebesar 7,351g/l. Tingginya
kandungan klorofil-a pada stasiun 1 diduga karena letak stasiun 1 berada di mulut
muara Sungai Porong serta dekat dengan daratan. Hal ini juga didukung dengan
hasil sebara klorofil-a secara horizontal pada Gambar 13, sedangkan hasil sebaran
salinitas dapat dilihat pada Gambar 14.

0733'00"S

DESA KEDUNGPANDAN

7.4

St 9
2,673

7.2
7

33'30"

St 1
7,351

St 2
6,957

6.6

St 3
3,341

6.2

4,226

KECAMATAN JABON

St 7

4.2

3,637
34'30"

5.6

St 4
4,271

St 8

34'00"

KABUPATEN SIDOARJO

St 6

St 5
6,683

3.8
3.4

3,564
3.2

SELAT MADURA
35'00"
11250'30"T 51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

53'30"

54'00"

3
2.6

Gambar 13. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal di permukaan


perairan estuari Sungai Porong (Agustus 2007).

Gambar 13 memperlihatkan sebaran konsentrasi nilai klorofil-a secara horizontal


pada Bulan Agustus 2007 di estuari Sungai Porong. Bulan Agustus 2007 dapat dilihat

adanya satu pemusatan konsentrasi nilai klorofil-a yaitu pada stasiun 1. Stasiun 1
terletak di depan mulut muara Sungai Porong, sehingga segala aktivitas (proses)
yang berasal dari daratan menumpuk di daerah ini.
Bulan Agustus 2007 besarnya konsentrasi nilai klorofil-a pada stasiun 1
tidak diikuti dengan semakin besarnya kelimpahan fitoplankton pada stasiun
tersebut. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor bias perhitungan kandungan
klorofil-a. Biasnya konsentrasi nilai klorofil-a ini diduga disebabkan oleh detritus

32

atau serasah akibat run off yang berasal dari daratan. Untuk kelimpahan total
fitoplankton stasiun 1 pada Bulan Agustus 2007 sebesar 16.864 sel/l, didominasi
oleh kelas Bacillariophyceae dengan komposisi sebesar 98,54 %, kemudian kelas
Dinophyceae dan Chrysophyceae dengan komposisi masing-masing 1,36 % dan
0,05 % (Lampiran 7). Gambar 14 menunjukkan sebaran salinitas pada stasiun 1
sebesar 17,6 , sedangkan semakin menuju laut salinitas semakin tinggi. Hal ini
dapat dibuktikan pada stasiun laut (stasiun 5) salinitas sebesar 31,2 .

0733'00"S

DESA KEDUNGPANDAN

32

St 9

31

12

30
28

33'30"

St 2
26,1

St 1
17,6

26

St 3
28,2

24
21

St 4
30,1

St 8
21

34'00"
KECAMATAN JABON

19

St 7

18

St 5

24
34'30"

20

17

31,2
St 6
26,1

KABUPATEN SIDOARJO

16
14
13

SELAT MADURA
35'00"
11250'30"T 51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

53'30"

12

54'00"

11

Gambar 14. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai Porong


(Agustus 2007).

Mendominasinya fitoplankton kelas Bacillariophyceae pada pengamatan


kedua Bulan Agustus 2007 disebabkan karena kemampuan fitoplankton jenis
Bacillariophyceae untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dan
memanfaatkan unsur hara secara optimal untuk pertumbuhan populasinya. Wetzel
(1975)

menyebutkan

bahwa

kelas

Bacillariophyceae

merupakan

kelas

fitoplankton yang memiliki laju pertumbuhan cepat, toleransi yang tinggi serta
mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mampu memanfaatkan
unsur hara lebih baik dibandingkan dengan kelas-kelas lain. Untuk kandungan
nutrien pada stasiun 1 cukup tinggi yakni nitrat 0,393 mg/l; nitrit 0,069 mg/l;
ammonia 0,288 mg/l; dan silikat 0,758 mg/l (Lampiran 4).

33

Banyaknya beban masukan khususnya bahan organik ke perairan (sisa


makanan), buangan limbah domestik, limbah pertanian, limbah pertambakan, dan
limbah industri akan mengakibatkan penumpukkan bahan orgnik di estuari Sungai
Porong. Bahan organik tersebut selanjutnya akan terdegradasi menjadi unsur hara
yang dimanfaatkan lebih lanjut oleh fitoplankton dalam proses pertumbuhan
populasinya.
Konsentrasi klorofil-a pada pengambilan sampel ketiga Bulan Maret 2008
di estuari Sungai Porong berkisar antara 0,5353,208 g/l (Gambar 12), dengan
kandungan klorofil-a tertinggi pada stasiun 9 sebesar 3,208 g/l. Stasiun 9
merupakan stasiun yang terletak di Sungai Porong (mewakili kondisi perairan
tawar Sungai Brantas). Hasil sebara klorofil-a secara horizontal pada Bulan Maret
2008 di estuari Sungai Porong dapat dilihat pada Gambar 15, sedangkan hasil
sebaran salinitas pada Gambar 16.

0733'00"S

DESA KEDUNGPANDAN

3.3

St 9
3,208

3.2
3

33'30"

St 1
1,337

St 2
1,468

2.7

St 3
2,673

2.6

1,337

KECAMATAN JABON

1.7

St 7

1.4

1,782
34'30"

St 4
1,337

St 8

34'00"

KABUPATEN SIDOARJO

St 6

St 5
0,535

1.3
1.2

0,891
0.8

SELAT MADURA
35'00"
11250'30"T 51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

53'30"

54'00"

0.6
0.5

Gambar 15. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal di permukaan


perairan estuari Sungai Porong (Maret 2008).

Gambar 15 memperlihatkan sebaran konsentrasi nilai klorofil-a secara


horizontal pada Bulan Maret 2008 di estuari Sungai Porong. Bulan Maret 2008
dapat dilihat juga adanya pemusatan konsentrasi klorofil-a yakni pada stasiun 9.
Stasiun 9 terletak di sungai dan merupakan satu-satunya stasiun yang mewakili

34

kondisi perairan tawar Sungai Porong. Besarnya kandungan nutrien pada stasiun 9
diduga dapat mempengaruhi tingginya nilai konsentrasi klorofil-a pada stasiun 9.
Kandungan nutrien pada stasiun 9 lebih tinggi dibanding stasiun yang lain yakni
nitrat sebesar 1,183 mg/l; nitrit 0,113 mg/l; orthofosfat 0,028 dan silikat 10,879
mg/l (Lampiran 5). Gambar 16 menunjukkan sebaran salinitas pada stasiun 9
sebesar 0 (wilayah sungai), sedangkan salinitas tertinggi terdapat pada stasiun
3 sebesar 31 .

0733'00"S

DESA KEDUNGPANDAN

32

St 9
0

30
28

33'30"

St 1
0

St 2
18

26

St 3
31

24

KECAMATAN JABON

19

St 7

18

St 5

2
34'30"

20

St 4
6

St 8

34'00"

KABUPATEN SIDOARJO

St 6
2

12

19

6
2

SELAT MADURA
35'00"
11250'30"T 51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

53'30"

54'00"

1
0

Gambar 16. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai Porong


(Maret 2008).

Bulan Maret 2008 besarnya konsentrasi nilai klorofil-a pada stasiun 9


tidak diikuti dengan semakin besarnya kelimpahan fitoplankton pada stasiun
tersebut. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor bias perhitungan konsentrasi
klorofil-a. Biasnya konsentrasi nilai klorofil-a ini diduga disebabkan oleh detritus
atau serasah akibat run off yang berasal dari daratan yang terbawa aliran air sungai
sampai ke estuari. Kelimpahan total fitoplankton stasiun 9 pada Bulan Maret 2008
sebesar 370 sel/l, didominasi oleh fitoplankton kelas Bacillariophyceae dengan
komposisi sebesar 95,45 %, kemudian kelas Chlorophyceae dan Dinophyceae
dengan komposisi masing-masing 2,61 % dan 2,22 % (Lampiran 8).

35

Dari Gambar 12 dapat terlihat bahwa di perairan estuari Sungai Porong


konsentrasi nilai klorofil-a pada Bulan Agustus 2007 cenderung lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi nilai klorofil-a pada Bulan Maret 2008. Hal ini
disebabkan karena Bulan Agustus 2007 merupakan musim kemarau, masukan dari
darat khususnya bahan organik lebih sedikit sehingga kekeruhan di perairan
estuari juga rendah, intensitas cahaya yang masuk ke perairan cukup tinggi
sehingga kecerahannya juga cukup tinggi. Hal ini memungkinkan fitoplankton
untuk melakukan fotosintesis dengan baik, sehingga pembentukan unsur hara dari
bahan anorganik juga berjalan dengan baik dan pembentukan klorofil-a menjadi
lebih banyak. Sedangkan pada Bulan Maret 2008 merupakan musim hujan,
masukan air dari darat lebih banyak menyebabkan kekeruhan di daerah estuari
meningkat, sehingga intensitas cahaya yang masuk ke perairan lebih sedikit. Hal
ini dapat menghalangi fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis.

2. Estuari Sungai Wonokromo


Hasil pengukuran konsentrasi nilai klorofil-a di permukaan perairan
estuari Sungai Wonokromo juga menunjukkan nilai yang bervariasi baik antar
stasiun (spasial) maupun antar waktu pengamatan (temporal). Bulan Maret 2007
pengambilan sampel juga dilakukan berdasarkan perubahan gradien salinitas.
Hasil konsentrasi nilai klorofil-a pada Bulan Maret 2007 disajikan pada Gambar

Klorofil-a (g/l)

17 dan Lampiran 3.

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Maret 2007

10
Stasiun

11

12

13

Gambar 17. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan estuari


Sungai Wonokromo (Maret 2007).

36

Konsentrasi nilai klorofil-a pada pengambilan sampel pertama Bulan


Maret 2007 di perairan estuari Sungai Wonokromo menunjukkan nilai klorofil-a
berkisar antara 0,891-16,802 g/l (Gambar 17), dengan kandungan klorofil-a
tertinggi pada stasiun 9 sebesar 16,802 g/l. Tingginya nilai klorofil-a pada
stasiun 9 diduga disebabkan karena memiliki kecerahan dan kelimpahan
fitoplankton yang tinggi dibanding dengan stasiun lainnya, masing-masing
sebesar 0,5 m dan 11.8248 sel/l (Lampiran 3). Hal ini juga didukung dengan hasil
sebaran klorofil-a secara horizontal pada Gambar 18, sedangkan hasil sebaran
salinitas secara horizontal pada Bulan Maret 2007 di estuari Sungai Wonokromo
dapat dilihat pada Gambar 19.

0717'00"S
15
14

17'30"

12
9

1,069 St 101,337
St 11
St 916,802
St 8
St 7
11,36
3,819

St 12

2,138

4
3

St 13

ga
i

18'30"

on
ok
r

om

18'00"

Su
n

0,891

SELAT MADURA
19'00"
11250'00" T

1
0

50'30"

51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

Gambar 18. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal di permukaan


perairan estuari Sungai Wonokromo (Maret 2007).

Pada Gambar 18 dapat dilihat jelas terjadinya pemusatan konsentrasi nilai


klorofil-a pada satu tempat yaitu pada stasiun 9. Besarnya nilai kecerahan (0,5 m)
pada stasiun 9 diduga dapat mempengaruhi tingginya nilai konsentrasi klorofil-a.
Hal ini memungkinkan fitoplankton dapat berfotosintesis dengan baik. Selain
adanya masukan dari daratan daerah ini umumnya relatif dangkal (1,4 m),
sehingga memungkinkan terjadinya pengadukan massa air di seluruh lapisan
perairan estuari yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan
kadar nutrien di lapisan permukaan perairan estuari Sungai Wonokromo. Keadaan

37

demikian memungkinkan untuk fitoplankton tumbuh lebih cepat dan subur.


Sebaran salinitas pada stasiun 9 sebesar 22,1 , sedangkan salinitas tertinggi
terdapat pada stasiun 7 sebesar 34,4 . Salinitas semakin kearah laut semakin
besar (Gambar 19).

0717'00"S
36
35
34

17'30"

32
30

5,23 St 1013,1
St 11
St 9 22,1
St 8
St 7 34,4
11,36

18'00"

28
26
22

St 12
1,03
ok
ro
m
o

10
5

iW
on

St 13

Su
ng
a

18'30"

14

0,6

SELAT MADURA
19'00"
11250'00" T

50'30"

51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

1
0

Gambar 19. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai


Wonokromo (Maret 2007).

Besarnya kandungan nilai klorofil-a pada stasiun 9 diikuti dengan


tingginya kelimpahan fitoplankton pada stasiun 9. Hal ini diduga disebabkan oleh
adanya proses fotosintesis yang optimal yang dilakukan oleh fitoplankton,
sehingga menyebabkan tingginya konsentrasi klorofil-a. Kelimpahan fitoplankton
pada stasiun 9 mencapai 11.8248 sel/l, didominasi oleh fitoplankton kelas
Bacillariophyceae dengan komposisi 79,75 %, kemudian kelas Dinophyceae dan
kelas Cyanophyceae dengan komposisi masing-masing 20,02 % dan 0,14 %
(Lampiran 9). Hal lain dapat dilihat pada stasiun 9 untuk kandungan nutrien
cukup bervariasi seperti nitrat sebesar 0,8259 mg/l; nitrit 0,01 mg/l; orthofosfat
0,053 mg/l; ammonia 0,0978 mg/l dan silikat 4,9156 mg/l (Lampiran 3). Berikut
ini adalah hasil konsentrasi nilai klorofil-a pada Bulan Agustus 2007 dan Maret
2008 di estuari Sungai Wonokromo.

38

Pengambilan sampel Pada Bulan Agustus 2007 dan Maret 2008 dilakukan
berdasarkan keterwakilan spasial wilayah estuari, yaitu mencakup wilayah sungai,
peralihan, dan wilayah laut. Hasil pengukuran nilai klorofil-a pada Bulan Agustus

Klorofil-a (g/l)

2007 dan Maret 2008 disajikan pada Gambar 20, Lampiran 4, dan Lampiran 5.

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Agustus 2007
Maret 2008

10

11

12

13

Stasiun

14

15

16

Gambar 20. Konsentrasi nilai klorofil-a (g/l) di permukaan perairan estuari


Sungai Wonokromo (Agustus 2007, dan Maret 2008).

Pengambilan sampel kedua Bulan Agustus 2007 di perairan estuari Sungai


Wonokromo nilai klorofil-a berkisar antara 1,909-11,360 g/l (Gambar 20),
dengan kandungan klorofil-a tertinggi pada stasiun 11 sebesar 11,360 g/l
(Lampiran 4). Tingginya kandungan klorofil-a pada stasiun 11 diduga karena
letak stasiun 11 berada di mulut muara Sungai Wonokromo. Hal ini didukung
dengan hasil sebaran klorofil-a secara horizontal pada Gambar 21, sedangkan
hasil sebaran salinitas secara horizontal pada Bulan Agustus 2007 di estuari
Sungai Wonokromo dapat dilihat pada Gambar 22.
Pada Gambar 21 dapat dilihat jelas terjadinya pemusatan konsentrasi nilai
klorofil-a pada satu tempat yaitu pada stasiun 11. Hal ini diduga disebabkan oleh
letak lokasi stasiun 11 berada di mulut muara sungai. Gambar 22 menunjukkan
sebaran salinitas pada stasiun 11 sebesar 29, sedangkan semakin menuju laut
salinitas semakin tinggi. Hal ini dapat dibuktikan pada stasiun laut lepas nilai
salinitas sebesar 31 (stasiun 14 dan 15).

39

0717'00"S
11.5
11

St13
4,342

17'30"

10
8.5

St11
11,360

on
ok
r

om

18'00"

St15
4,108

St14
2,45

St16
6,246

7.5

2.5

6.5
5.5
4.5

St10
1,909

18'30"

St12
6,159

Su
ng
ai

3
2.5

SELAT MADURA

19'00"
11250'00" T

51'00"

50'30"

51'30"

52'00"

53'00"

52'30"

2
1.5

Gambar 21. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal di permukaan


perairan estuari Sungai Wonokromo (Agustus 2007).
0717'00"S
31.5

St13
31

31

17'30"

30.5

St11

29

St15

31

St14
31

30

St16
30

29

St10

28

18

26

Su
ng
ai
W

18'30"

on
ok
r

om

18'00"

St12
30

24

SELAT MADURA

19'00"
11250'00" T

50'30"

51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

22.5
19.5

Gambar 22. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai


Wonokromo (Agustus 2007).
Bulan Agustus 2007 besarnya kandungan nilai klorofil-a tidak diikuti
dengan tingginya kelimpahan fitoplankton pada stasiun 11. Hal ini diduga
disebabkan oleh adanya perbedaan biovolume pada setiap jenis fitoplankton.
Kelimpahan fitoplankton pada stasiun 11 pada Bulan Agustus 2007 mencapai
26.761 sel/l, didominasi oleh fitoplankton kelas Bacillariophyceae dengan
komposisi 98,50 % kemudian kelas Chrysophyceae dan kelas Dinophyceae
dengan komposisi masing-masing 0,96 % dan 0,38 % (Lampiran 10). Berdasarkan
hasil pengamatan pada Bulan Agustus 2007 di perairan estuari Sungai

40

Wonokromo stasiun 11 memiliki kandungan nutrien yang cukup bervariasi yakni


nitrat sebesar 0,321 mg/l; nitrit <0.001 mg/l; orthofosfat <0,005 mg/l; ammonia
0,107 mg/l; dan silikat 0,355 mg/l (Lampiran 4).
Pengambilan sampel ketiga Bulan Maret 2008 konsentrasi klorofil-a di
perairan estuari Sungai Wonokromo berkisar antara 1,701-17,107 g/l (Gambar
20), dengan kandungan klorofil-a tertinggi pada stasiun 11 sebesar 17,107 g/l.
Bulan Maret 2008 diduga mempunyai karakteristik musim yang hampir sama
dengan karakteristik Bulan Maret 2007. Bulan Maret 2008 merupakan akhir
musim penghujan dan awal musim kemarau. Tingginya kandungan klorofil-a pada
stasiun 11 diduga karena letak stasiun 11 berada di mulut muara estuari Sungai
Wonokromo. Banyaknya beban masukan khususnya bahan organik ke perairan
akan terdegradasi menjadi unsur-unsur hara yang dimanfaatkan lebih lanjut oleh
fitoplankton untuk proses pertumbuhan populasinya. Hal ini juga didukung
dengan hasil sebaran klorofil-a secara horizontal pada Gambar 23 sedangkan hasil
sebaran salinitas dapat dilihat pada Gambar 24.

0717'00"S
18

St13

17

3,487

17'30"

16

St11
17,107

on
ok
r

om

18'00"

St15
2,037

St14
1,701

12
8

St16
7,776

St10

1,782
3

Su
ng
ai

18'30"

St12
16,632

SELAT MADURA

19'00"
11250'00" T

50'30"

51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

1
0

Gambar 23. Sebaran konsentrasi klorofil-a (g/l) secara horizontal di permukaan


perairan estuari Sungai Wonokromo (Maret 2008).

Gambar 23 memperlihatkan sebaran konsentrasi nilai klorofil-a secara


horizontal pada Bulan Maret 2008 di perairan estuari Sungai Wonokromo. Bulan
Maret 2008 di perairan estuari Sungai Wonokromo dapat dilihat juga adanya satu

41

pemusatan konsentrasi nilai klorofil-a yakni pada stasiun 11. Hal ini diduga
disebabkan oleh letak lokasi stasiun 11 berada di mulut muara Sungai
Wonokromo, sehingga semua unsur hara yang berasal dari daratan akan
menumpuk di daerah ini. Gambar 24 menunjukkan sebaran salinitas pada stasiun
11 sebesar 29, sedangkan salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 12 dan 13
sebesar 30 (Lampiran 5).

0717'00"S
31
30

St13

29

30

17'30"

28

St11

29

on
ok
r

om

18'00"

St15

26

27

St14
27

26

St16
28

24
21

St10

17

13
9

Su
ng
ai

18'30"

St12
30

7
6

SELAT MADURA

19'00"
11250'00" T

50'30"

51'00"

51'30"

52'00"

52'30"

53'00"

5
4

Gambar 24. Sebaran salinitas () di permukaan perairan estuari Sungai


Wonokromo (Maret 2008).

Bulan Maret 2008 besarnya kandungan nilai klorofil-a juga tidak diikuti
dengan semakin besarnya kelimpahan fitoplankton pada stasiun 11. Hal ini diduga
disebabkan oleh adanya perbedaan biovolume pada setiap jenis fitoplankton,
faktor lain diduga disebabkan oleh bias perhitungan kandungan klorofil-a.
Biasnya konsentrasi nilai klorofil-a ini diduga disebabkan oleh detritus atau
serasah akibat run off yang berasal dari daratan. Kelimpahan total fitoplankton
stasiun 11 pada Bulan Maret 2008 sebesar 253.397 sel/l. Didominasi oleh
fitoplankton kelas Bacillariophyceae dengan komposisi sebesar 99,77 %,
kemudian kelas Dinophyceae dan Chlorophyceae dengan komposisi masingmasing 0,174 % dan 0,042 % (Lampiran 11). Bulan Maret 2008 di estuari Sungai
Wonokromo stasiun 11 juga memiliki kandungan nutrien yang cukup bervariasi

42

yakni nitrat sebesar 0,194 mg/l; nitrit <0.001 mg/l; orthofosfat 0,009 mg/l;
ammonia 0,312 mg/l; dan silikat 0,392 mg/l (Lampiran 5).
Dari Gambar 20 dapat terlihat bahwa konseantrasi nilai klorofil-a di
perairan estuari Sungai Wonokromo pada Bulan Agustus 2007 cenderung lebih
redah dibandingkan dengan konsaentrasi nilai klorofil-a pada Bulan Maret 2008.
Hal ini disebabkan karena pada Bulan Agustus 2007 memiliki kelimpahan
fitoplankton yang lebih rendah dibandingkan dengan Bulan Maret 2008.
Beban masukan yang banyak ke perairan khususnya bahan organik akan
terdegradasi menjadi unsur-unsur hara untuk dimanfaatkan lebih lanjut oleh
fitoplankton dalam proses pertumbuhan populasinya. Selain adanya masukan dari
daratan, daerah mulut muara estuari Sungai Brantas ini umumnya relatif dangkal,
sehingga memungkinkan terjadinya pengadukan massa air di seluruh lapisan
perairan estuari yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar nutrien di
lapisan permukaan perairan estuari Sungai Brantas (perairan estuari Sungai
Porong dan Wonokromo).

B. Hubungan antara klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton


Fitoplankton sebagai indikator biologis bukan saja menentukan tingkat
kesuburan perairan, tetapi juga fase pencemaran yang terjadi dalam perairan.
Faktor yang paling mempengaruhi kehidupan dan produktivitas fitoplankton
adalah cahaya, ketersediaan unsur hara, dan turbulensi (Basmi, 1995).
1. Estuari Sungai Porong
Kelimpahan fitoplankton berdasarkan kelas di perairan estuari Sungai
Porong yang didapatkan selama penelitian (Wulandari, 2008) menunjukkan
kelimpahan kelas Bacillariophyceae yang mendominasi pada setiap bulannya.
Kelimpahan fitoplankton di perairan estuari Sungai Porong pada Bulan Maret
2007 berkisar antara 42.744-335.034 sel/l dengan kelimpahan tertinggi ditemukan
pada stasiun 1 dan kelimpahan terendah ditemukan pada stasiun 6 (Lampiran 6).
Pada Bulan Agustus 2007 berkisar antara 8.812-35.243 sel/l dengan kelimpahan
tertinggi pada stasiun 2 dan kelimpahan terendah pada stasiun 3 (Lampiran 7).
Sedangkan pada Bulan Maret 2008 berkisar antara 193-7.250 sel/l dengan
kelimpahan tertinggi pada stasiun 2 dan kelimpahan terendah pada stasiun 7

43

(Lampiran 8). Berikut ini adalah Gambar grafik pola kandungan klorofil-a dengan
kelimpahan fitoplankton di estuari Sungai Porong pada Bulan Maret 2007,
Agustus 2007, dan Maret 2008 (Gambar 25).

400

30
25

300

20

200

15
10

100

0
1

40

30

20

10

0
1

0
1

5 6 7
Stasiun
Kelimpahan Fitoplankton

9
Klorofil-a

Gambar 25. Grafik pola kandungan klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton


di estuari Sungai Porong (A: Maret 2007, B: Agustus 2007, dan C:
Maret 2008).

Perubahan (kenaikan atau penurunan) kelimpahan fitoplankton tidak selalu


diikuti dengan perubahan kandungan klorofil-a secara linear (Gambar 25). Stasiun
dengan kandungan klorofil-a tertinggi tidak selalu akan memiliki kelimpahan
fitoplankton yang tertinggi pula. Di estuari Sungai Porong hal tersebut terjadi

44

pada stasiun 6 Bulan Maret 2007, stasiun 1 Bulan Agustus 2007, dan stasiun 9
Bulan Maret 2008, dimana kandungan klorofil-a di stasiun tersebut tertinggi yaitu
24,503 g/l (Maret 2007), 7,351 g/l (Agustus 2007), dan 3,208 g/l (Maret
2008) (Lampiran 3, 4, dan 5), namun kelimpahan fitoplanktonnya bukan yang
tertinggi, yaitu 85.176 sel/l (Maret 2007), 16.864 sel/l (Agustus 2007), dan 370
sel/l (Maret 2008) (Lampiran 6, 7, dan 8). Gambar grafik hubungan regresi
klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton di estuari Sungai Porong pada Bulan
Maret 2007, Agustus 2007 dan Maret 2008 dapat dilihat pada Gambar 26.

30
y = -6E-05x + 19.29
R = 0,534
r= 0,731

25
20
15
10
5
0
0

100

200

300

400

8
6
4
y = 6E-05x + 3.655
R = 0,118
r= 0,344

2
0
0
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

10

20

30

40

y = 8E-05x + 1.485
R = 0.064
r= 0,253
0

2
4
6
8
Kelimpahan Fitoplankton x 103 (sel/l)

Gambar 26. Grafik hubungan regresi klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton di


estuari Sungai Porong (A: Maret 2007, B: Agustus 2007, dan C:
Maret 2008).

45

Hubungan antara klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton secara linear


di estuari Sungai Porong pada Bulan Maret 2007, Agustus 2007, dan Maret 2008
menunjukkan hubungan dengan tingkat keeratan yang rendah yakni dengan nilai
korelasi masing-masing sebesar 0,731; 0,344; dan 0,253 (Gambar 26). Kecilnya
nilai korelasi tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan biovolume pada setiap
jenis fitoplankton. Kandungan klorofil-a dalam fitoplankton tergantung ukuran
dari fitoplankton. Walaupun fitoplankton melimpah tetapi ukurannya kecil maka
klorofil-a yang terkandung dalam sel fitoplankton tersebut akan sedikit.
Secara linier hubungan antara klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton
mempunyai persamaan regresi sebagai berikut, pada Bulan Maret 2007 memiliki
persamaan regresi Y = -6 X 10-5 x + 19,29 dimana setiap kenaikan satu satuan
fitoplankton akan menurunkan kandungan klorofil-a sebesar 6 X 10-5 satuan.
Keadaan ini diduga disebabkan oleh adanya bias perhitungan kelimpahan
fitoplankton yang diduga berasal dari detritus dan serasah yang ikut
teridentifikasi. Hal lain juga disebabkan oleh sel klorofil yang tedapat pada
fitoplankton sudah tidak aktif atau sudah rusak. Pada Bulan Agustus 2007
memiliki persamaan regresi Y = 6 X 10 -5 x + 3,655 dimana setiap kenaikan satu
satuan fitoplankton akan meningkatkan kandungan klorofil-a sebesar 6 X 10-5
satuan, dan pada Bulan Maret 2008 memiliki persamaan regresi Y = 8 X 10 -5 x +
1,485 (Gambar 26).

2. Estuari Sungai Wonokromo


Kelimpahan fitoplankton di perairan estuari Sungai Wonokromo pada Bulan
Maret 2007 berkisar antara 40.872-11.8248 sel/l dengan kelimpahan tertinggi pada
stasiun 9 dan kelimpahan terendah pada stasiun 8 (Lampiran 9). Pada Bulan Agustus
2007 berkisar antara 4.338-468.323 sel/l dengan kelimpahan tertinggi pada stasiun
16 dan kelimpahan terendah pada stasiun 14 (Lampiran 10). Sedangkan pada Bulan
Maret 2008 berkisar antara 5.8047-1.074.117 sel/l dengan kelimpahan tertinggi pada
stasiun 12 dan kelimpahan terendah pada stasiun 14 (Lampiran 11). Sebagai
perbandingan, kelimpahan fitoplankton di Teluk Semangka yang diteliti oleh Damar
(2003) berkisar antara 200000-1229642 sel/l (tergolong eutrofik atau subur).
Mendominasinya kelimpahan kelas Bacillariophyceae di setiap stasiunnya

46

disebabkan karena kelas Bacillariophyceae mampu menyesuaikan diri dengan


kondisi

lingkungan

sekitarnya.

Menurut

Arinardi

et

al,.

(1997)

kelas

Bacillariophyceae lebih mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada,


bersifat kosmopolitan serta mempunyai toleransi dan daya adaptasi yang tinggi.
Berikut ini adalah Gambar grafik pola kandungan klorofil-a dengan kelimpahan
fitoplankton di estuari Sungai Wonokromo pada Bulan Maret 2007, Agustus 2007,
dan Maret 2008 (Gambar 27).
14

20

12
15

10
8

10

6
4

2
0

0
7

10

11

12

13

50

12

40

10
8

30

6
20

10

0
10

11

12

13

14

15

16

120

20

100

15

80
60

10

40

20
0

0
10

11

12

13 14
Stasiun
Kelimpahan Fitoplankton

15

16
Klorofil-a

Gambar 27. Grafik pola kandungan klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton di


estuari Sungai Wonokromo (A: Maret 2007, B: Agustus 2007, dan
C: Maret 2008).

47

Pada Gambar 27 dapat dilihat bahwa tingginya konsentrasi nilai klorofil-a


di perairan estuari Sungai Wonokromo pada stasiun 9 Bulan Maret 2007 diikuti
dengan semakin besarnya kelimpahan fitoplankton pada stasiun 9. Namun pada
stasiun 11 Bulan Agustus 2007 dan Maret 2008 tingginya konsentrasi nilai
klorofil-a tidak diikuti dengan semakin besarnya kelimpahan fitoplankton pada
stasiun 11. Kelimpahan fitoplankton pada stasiun 11 rendah yaitu 26.761 sel/l
(Agustus 2007) dan 253.397 sel/l (Maret 2008) (Lampiran 9 dan 10), tetapi
konsentrasi nilai klorofil-a pada stasiun tersebut tinggi yaitu 11,36 g/l (Agustus
2007) dan 17,107 g/l (Maret 2008) (Lampiran 4 dan 5).
Keadaan demikian diduga disebabkan oleh adanya bias perhitungan
kandungan klorofil-a yang diduga berasal dari detritus, daun-daun dan serasah
dari limbah pertanian yang terbawa dari sungai menuju estuari. Hal lain diduga
disebabkan oleh adanya perbedaan biovolume pada setiap jenis fitoplankton.
Kandungan klorofil-a dalam fitoplankton tergantung ukuran dari fitoplankton itu
sendiri, dimana setiap jenis fitoplankton mempunyai biovolume yang berbeda.
Walaupun fitoplankton melimpah tetapi ukurannya kecil maka klorofil-a yang
terkandung dalam sel-sel fitoplankton tersebut akan sedikit.
Hubungan antara klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton secara linear
di estuari Sungai Wonokromo pada Bulan Maret 2007, Agustus 2007, dan Maret
2008 menunjukkan hubungan dengan tingkat keeratan yang rendah yakni dengan
nilai korelasi masing-masing sebesar 0,414; 0,184; dan 0,341 (Gambar 28).
Kecilnya nilai korelasi tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan biovolume
pada setiap jenis fitoplankton. Kandungan klorofil-a dalam fitoplankton
tergantung ukuran dari fitoplankton itu sendiri. Walaupun fitoplankton melimpah
tetapi ukurannya kecil maka klorofil-a yang terkandung dalam sel-sel fitoplankton
tersebut akan sedikit.
Berikut ini adalah Gambar grafik hubungan regresi linier antara klorofil-a
dengan kelimpahan fitoplankton di perairan estuari Sungai Wonokromo pada
Bulan Maret 2007, Agustus 2007 dan Maret 2008 (Gambar 28).

48
20
y = 1E-04x - 1.877
R = 0.171
r= 0,414

15
10
5
0
0

10

15

12
10
8
6
y = 3E-06x + 4.94
R = 0,034
r= 0,184

4
2
0
20

10

20

30

40

50

15
10
y = 9E-06x + 2.785
R = 0,186
r= 0,431

5
0
0

50
100
150
Kelimpahan Fitoplankton x 104 (sel/l)

Gambar 28. Grafik hubungan regresi klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton di


estuari Sungai Wonokromo (A: Maret 2007, B: Agustus 2007, dan
C: Maret 2008).

Secara linier hubungan antara klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton


mempunyai persamaan regresi sebagai berikut, pada Bulan Maret 2007 memiliki
persamaan regresi Y = 1 X 10 -4 x - 1,877 dimana setiap kenaikan satu satuan
fitoplankton akan meningkatkan kandungan klorofil-a sebesar 1 X 10-4 satuan,
pada Bulan Agustus 2007 memiliki persamaan regresi Y = 3 X 10 -6 x + 4,94
dimana setiap kenaikan satu satuan fitoplankton akan meningkatkan kandungan
klorofil-a sebesar

3 X 10-6 satuan, dan pada Bulan Maret 2008 memiliki

persamaan regresi Y = 9 X 10 -6 x + 2,785 dimana setiap kenaikan satu satuan


fitoplankton akan meningkatkan klorofil-a sebesar 9 X 10-6 satuan (Gambar 28).

49

C. Analisis tingkat kesamaan antar stasiun berdasarkan konsentrasi nilai


klorofil-a.
Stasiun-stasiun

pengamatan

dikelompokkan

berdasarkan

kesamaan

parameter biologi (klorofil-a). Untuk melihat pengelompokkan stasiun digunakan


analisis kelompok (Cluster Analysis) dengan metode jarak Euclidean dan single
linkage menggunakan software Minitab 14.
1. Estuari Sungai Porong
Berikut ini adalah Gambar dendrogram pengelompokkan stasiun
berdasarkan kesamaan konsentrasi nilai klorofil-a di perairan estuari Sungai
Porong pada Bulan Maret 2007.

Taraf kesamaan (%)

4 5 .18

6 3 .45

8 1 .73

80 %

1 0 0 .00
1

s t a s iun

Gambar 29. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di estuari Sungai Porong (Maret 2007).

Pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada taraf


80% di estuari Sungai Porong pada Bulan Maret 2007 menunjukkan tiga
kelompok yaitu kelompok yang terdiri dari kelompok I yang terdiri dari stasiun 1,
2, 3,dan 4, kelompok II yakni stasiun 5, serta kelompok III yakni stasiun 6. Pada
kelompok I yang terdiri dari empat stasiun memiliki konsentrasi nilai klorofil-a
berkisar antara 4,344-11,456 g/l. Pada kelompok II (stasiun 5) membentuk
kelompok sendiri disebabkan karena memiliki konsentrasi nilai klorofil-a yang
terendah diantara stasiun lainnya sebesar 0,445 g/l. Sedangkan Kelompok III
(stasiun 6) memiliki konsentrasi nilai klorofil-a yang tertinggi sebesar 24,503 g/l.

50

Untuk stasiun 2 dan 3 hubungan sangat erat karena di kedua stasiun mempunyai
nilai konsentrasi klorofil-a yang hampir sama (Gambar 29 dan Lampiran 12).
Berikut ini adalah Gambar dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan
kesamaan konsentrasi nilai klorofil-a di perairan estuari Sungai Porong pada
Bulan Agustus 2007.

Taraf kesamaan (%)

67 .4 9

78 .3 3

80 %

89 .1 6

1 00 .0 0
1

s t a s iu n

Gambar 30. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di estuari Sungai Porong (Agustus 2007).

Pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada taraf


80% di estuari Sungai Porong Bulan Agustus 2007 menunjukkan empat kelompok
(Gambar 30). Kelompok I yang terdiri dari stasiun 1 dan 2, kelompok II yakni
stasiun 3 dan 4, kelompok III yang terdiri dari stasiun 6, 7, 8 dan 9, serta
kelompok IV yakni stasiun 5. Pada kelompok I memiliki nilai klorofil-a yang
lebih tinggi dibanding dengan stasiun lainnya berkisar antara 6,957-7,351 g/l.
Kelompok II memiliki nilai klorofil-a yang lebih rendah daripada kelompok I
berkisar antara 3,341-4,271 g/l. Pada kelompok III membentuk satu kelompok
besar disebabkan karena memiliki konsentrasi nilai klorofil-a yang hampir merata
pada tiap stasiun berkisar antara 2,673-4,226 g/l. Sedangkan Kelompok IV
(stasiun 5) membentuk kelompok sendiri karena memiliki konsentrasi nilai
klorofil-a yang relatif tinggi yakni sebesar 6,683 g/l.

51

Berikut ini adalah Gambar dendrogram pengelompokkan stasiun


berdasarkan kesamaan konsentrasi nilai klorofil-a di perairan estuari Sungai
Porong pada Bulan Maret 2008 (Gambar 31).

Taraf kesamaan (%)

7 4 .1 8

80 %

8 2 .7 9

9 1 .3 9

1 0 0 .0 0
1

s t a s iu n

Gambar 31. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di estuari Sungai Porong (Maret 2008).

Pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada taraf


80% di perairan estuari Sungai Porong Bulan Maret 2008 menunjukkan tiga
kelompok (Gambar 31) yaitu kelompok yang terdiri dari kelompok I yang terdiri
dari stasiun 1, 2 dan 3, kelompok II terdiri dari stasiun 4, 5, 6, 7 dan 8, serta
kelompok III yakni hanya stasiun 9. Pada kelompok I memiliki konsentrasi nilai
klorofil-a yang relatif besar berkisar antara 1,337-2,673 g/l. Kelompok II
memiliki nilai klorofil-a yang lebih kecil daripada kelompok I berkisar antara
1,337-1,782 g/l. Sedangkan Kelompok III (stasiun 9) membentuk kelompok
sendiri yang terpisah dari stasiun-stasiun lainnya karena memiliki konsentrasi
nilai klorofil-a yang paling tinggi yakni sebesar 3,208 g/l. Selain itu stasiun 9
juga merupakan satu-satunya stasiun yang terletak di Sungai Porong (mewakili
kondisi perairan tawar estuari Sungai Brantas).

52

2. Estuari Sungai Wonokromo


Berikut ini adalah Gambar dendrogram pengelompokkan stasiun
berdasarkan kesamaan konsentrasi nilai klorofil-a di periran estuari Sungai
Wonokromo pada Bulan Maret 2007.

Taraf kesamaan (%)

5 3 .6 3

6 9 .0 9

80 %

8 4 .5 4

1 0 0 .0 0
7

10

11

12

13

s t a s iu n

Gambar 32. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di estuari Sungai Wonokromo (Maret 2007).

Pengambilan sampel pertama Bulan Maret 2007 pengelompokkan stasiun


berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada taraf 80% di perairan estuari Sungai
Wonokromo menunjukkan empat kelompok (Gambar 32) yang terdiri dari
kelompok I yakni hanya stasiun 7, kelompok II yang terdiri dari stasiun 10, 11, 12
dan 13, kelompok III yakni stasiun 8, dan kelompok IV yakni stasiun 9. Pada
kelompok I yakni stasiun 7 membentuk kelompok sendiri karena memiliki nilai
klorofil-a yang tidak terlalu yakni sebesar 3,819 g/l. Pada Kelompok II
membentuk satu kelompok besar disebabkan karena memiliki nilai klorofil-a yang
hampir merata yakni berkisar antara 0,891-2,138 g/l. Pada kelompok III yakni
stasiun 8 memiliki konsentrasi nilai klorofil-a yang relatif tinggi sebesar 11,360
g/l. Sedangkan pada kelompok IV membentuk satu kelompok sendiri karena
memiliki nilai klorofil-a yang tertinggi dibanding stasiun lain yakni sebesar
16,802 g/l.
Berikut ini adalah Gambar dendrogram pengelompokkan stasiun
berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada Bulan Agustus 2007 di perairan
estuari Sungai Wonokromo (Gambar 33).

53

Taraf kesamaan

4 4 .2 7

6 2 .8 5

8 1 .4 2

80 %

1 0 0 .0 0
10

12

13

14

15

16

11

s t a s iu n

Gambar 33. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di estuari Sungai Wonokromo (Agustus 2007).

Pengambilan sampel kedua Bulan Agustus 2007 pengelompokkan


stasiunberdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada taraf 80% (Gambar 33) masingmasing stasiun mengelompok sendiri-sendiri disebabkan karena memiliki
konsentrasi nilai klorofil-a yang bervariasi. Pada Kelompok I (stasiun 10)
memiliki nilai klorofil-a yang paling kecil yakni 1,909 g/l. Sedangkan pada
kelompok VII (stasiun 11) memiliki nilai klorofil-a paling tinggi yakni 11,360
g/l, hal ini diduga karena letak stasiun 11 berada di mulut muara Sungai
Wonokromo. Berikut ini adalah Gambar dendrogram pengelompokkan stasiun
berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada Bulan Maret 2008 di estuari Sungai
Wonokromo (Gambar 34).

Taraf kesamaan (%)

3 8 .0 9

5 8 .7 2

7 9 .3 6

80 %

1 0 0 .0 0
10

13

14

15

16

11

12

s t a s iu n

Gambar 34. Dendrogram pengelompokkan stasiun berdasarkan kesamaan


konsentrasi klorofil-a di estuari Sungai Wonokromo (Maret 2008).

54

Pengambilan sampel ketiga Bulan Maret 2008 pengelompokkan stasiun


berdasarkan kesamaan nilai klorofil-a pada taraf 80% menunjukkan empat
kelompok (Gambar 34). Kelompok I yakni hanya stasiun 10, kelompok II yang
terdiri dari stasiun 13, 14 dan 15, kelompok III yakni stasiun 16, dan kelompok IV
yang terdiri dari stasiun 11 dan 12. Pada kelompok I yakni stasiun 10 memiliki
konsentrasi nilai klorofil-a yang relatif kecil sebesar 1,782 g/l. Pada Kelompok II
membentuk satu kelompok besar disebabkan karena memiliki nilai klorofil-a yang
hampir merata berkisar antara 1,701-3,487 g/l. Pada kelompok III yakni stasiun
16 memiliki konsentrasi nilai klorofil-a yang relatif tinggi sebesar 7,776 g/l.
Sedangkan pada kelompok IV membentuk satu kelompok besar karena memiliki
nilai klorofil-a tertinggi dibanding stasiun lain berkisar antara 16,632-17,107 g/l,
hal ini diduga karena letak stasiun 11 dan 12 berada di mulut muara Sungai
Wonokromo.

D. Analisis Hubungan Antara Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan


1. Estuari Sungai Porong
Hasil ekstraksi anilisis komponen utama pada Tabel 6 menunjukkan
kontribusi dari masing-masing sumbu utama pada Bulan Maret 2007 di perairan
estuari Sungai Porong, dimana didapatkan 2 sumbu. Sumbu 1 memberikan
kontribusi sebesar 63,60% dalam menjelaskan keragaman data yang diamati dan
sumbu 2 menjelaskan 19,47% data. Total keragaman data yang dijelaskan oleh
kedua sumbu utama yang diperoleh adalah 83,07%. Kolom akar ciri menunjukkan
besarnya keragaman data pada setiap sumbu utama yaitu 7,63 pada sumbu 1 dan
2,34 pada sumbu 2.

Tabel 6. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan Maret 2007 di
estuari Sungai Porong
Sumbu (faktor)
1
2

Ekstraksi: Analisis Komponen Utama


Akar ciri
Total % keragaman
Akar ciri kumulatif
7.63
63.60
7.63
2.34
19.47
9.97

% kumulatif
63.60
83.07

55

Gambar 35 memperlihatkan plot dari parameter-parameter yang diuji pada


Bulan Maret 2007 di estuari Sungai Porong. Terlihat bahwa parameter yang
memiliki kolrelasi positif dengan klorofil-a adalah suhu, nitrit, ammonia, dan
orthofosfat. Dengan koefisien korelasi masing-masing 0,4232; 0,3646; 0,7166;
dan 0,9025 (Lampiran 15 dan 18). Parameter suhu dan nirit tidak terlalu
berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a, karena memiliki koefisien korelasi
yang kecil. Sementara itu parameter kelimpahan fitoplankton, kecerahan, pH,
salinitas, kedalaman serta silikat terletak sangat jauh dari klorofil-a, hal tersebut
menandakan adanya korelasi negatif antara klorofil-a dengan prameter tersebut.
Pengelompokkan stasiun pada Gambar 36 menunjukkan bahwa stasiun 6
terletak jauh terpisah, yang menunjukkan adanya perbedaan karakteristik dengan
stasiun lain berdasarkan parameter yang diuji. Sementara itu stasiun 1 dan 2
mengelompok dengan keragaman data yang berbeda dilihat dari perbedaan
jaraknya dari pusat sumbu, data stasiun 1 lebih beragam daripada stasiun 2.
Stasiun 4 dan 5 mengelompok, yang menunjukkan adanya kesamaan karakteristik,
dan stasiun 3 terletak agak terpisah.

Nitrat

1.0

Kedalaman
Suhu

Factor 2 : 19.47%

0.5

0.0

Kecerahan

Nitrit
Ammonia

Fitoplankton
Silikat
pH
Salinitas

Fosfat
Klorofil-a

-0.5

-1.0
-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Factor 1 : 63.60%

Gambar 35. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan biologi pada
Bulan Maret 2007 di estuari Sungai Porong.

56

3.0
2.5

st 4
st 5

2.0
1.5

Factor 2: 19.47%

1.0

st 3
0.5
0.0

st 2

-0.5

st 1

-1.0
-1.5

st 6

-2.0
-2.5
-3.0
-3.5
-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

Factor 1: 63.60%

Gambar 36. Analisis komponen utama untuk stasiun pada Bulan Maret 2007 di
estuari Sungai Porong.

Dengan membandingkan Gambar 35 dan 36, dapat dikatakan bahwa


satsiun 4 dan 6 Pada Bulan Maret 2007 di perairan estuari Sungai Porong
cenderung memiliki nilai klorofil-a, orthofosfat, ammonia, serta suhu yang tinggi,
yaitu masing-masing berkisar antara 11,456-24,503 g/l; 0,0832-0,4535 mg/l;
0,2535-0,3865 mg/l; dan 32,1-33,6 C. Sementara nilai kelimpahan fitoplankton,
silikat, kecerahan, pH, serta salinitas relatif rendah yaitu masing-masing berkisar
antara 85176-154154 sel/l; 1,6998-1,7587 mg/l; 0,1-0,8 m; 8,2; dan 9-10
(Lampiran 3). Sedangkan pada stasiun lainnya (stasiun 1, 2, dan 3) terjadi
sebaliknya, nilai klorofil-a, nitrit, orthofosfat, ammonia, serta suhu yang rendah.
Masing-masing parameter tersebut pada nilai antara 4,344-8,687 g/l; 0-0,0039
mg/l; 0-0,2886 mg/l; 0-0,0039 mg/l; 0,0361-0,2355 mg/l; dan 30,2-31,3 C
(Lampiran 3).
Pada Bulan Agustus 2007 di perairan estuari Sungai Porong total
keragaman yang dijelaskan dari hasil analisis komponen utama adalah sebesar
70,18%, yaitu 45, 79% oleh sumbu 1 dan 24,39% oleh sumbu 2. Besarnya
keragaman data pada setiap sumbu utama adalah 5,50 untuk sumbu 1 dan 2,93
untuk sumbu 2. Hasil ekstraksi analisis komponen utama pada Bulan Agustus
2007 di estuari Sungai Porong dapat dilihat pada Tabel 7.

57

Tabel 7. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan Agustus 2007 di
estuari Sungai Porong
Sumbu (faktor)
1
2

Ekstraksi: Analisis Komponen Utama


Akar ciri
Total % keragaman
Akar ciri kumulatif
5.50
45.79
5.50
2.93
24.39
8.42

% kumulatif
45.79
70.18

Pada Bulan Agustus 2007 di estuari Sungai Porong didapatkan bahwa


parameter yang berkorelasi positif dengan klorofil-a adalah kelimpahan
fitoplankton, salinitas, nirtat, nitrit, dan fosfat, namun nilai korelasinya kecil
masing-masing 0,344; 0.195; 0,189; 0,003; dan 0,413. Dapat dikatakan parameterparameter tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil-a,
sedangkan parameter kecerahan, suhu, pH, kedalaman, ammonia dan silikat
berkorelasi negatif dengan klorofil-a (Gambar 37) (Lampiran 16 dan 19).
Hasil analisis komponen utama untuk stasiun menunjukkan bahwa stasiun
9 terletak terpisah jauh dari stasiun-stasiun lainnya, stasiun 1 dan 2 berkorelasi
erat dengan keragaman data yang berbeda, dan stasiun-stasiun lainnya
mengelompok, yang menunjukkan adanya kesamaan karakteristik (Gambar 38).

1.0

Klorofil-a
Fosfat

Factor 2 : 24.39%

0.5

Nitrit

Fitoplankton

Nitrat

0.0 Ammonia
Silikat

Suhu
Salinitas

Kedalaman
Kecerahan

-0.5

pH

-1.0
-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Factor 1 : 45.79%

Gambar 37. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan biologi pada
Bulan Agustus 2007 di estuari Sungai Porong.

58

5
4

st 1
3

Factor 2: 24.39%

st 2
2
1

st 8

stst53
st 7

st 9
-1

st 6

st 4

-2
-3
-4
-10

-8

-6

-4

-2

Factor 1: 45.79%

Gambar 38. Analisis komponen utama untuk stasiun pada Bulan Agustus 2007 di
estuari Sungai Porong.

Dengan membandingkan Gambar 37 dan 38, dapat dikatakan bahwa


stasiun 1 dan 2 pada Bulan Agustus 2007 di estuari Sungai Porong dicirikan
dengan nilai klorofil-a, kelimpahan fitoplankton, dan nitrat yang cenderung tinggi
yaitu masing-masing berkisar antara 6,957-7,351 g/l; 16864-35243 sel/l; dan
0,338-0,393 mg/l (Lampiran 4). Nilai kecerahan, kedalaman dan pH stasiunstasiun tersebut juga relatif rendah, yaitu berkisar 0,6 m; 1,3-1,5 m dan 7,2-78
Untuk stasiun-stasiun lainnya terjadi kebalikannya dengan kisaran nilai klorofil-a
2,673-6,683 g/l; dan nitrat <0,001-0,359 mg/l. Sedangkan nilai parameter
kecerahan, kedalaman, dan pH relatif tinggi yaitu berkisar antara 0,7-2,1 m; 1,64,2 m; dan 7,6-8,0 (Lampiran 4).
Bulan Maret 2008 di perairan estuari Sungai Porong total keragaman yang
dijelaskan dari hasil analisis komponen utama adalah sebesar 75,31 %, yaitu
59,09% oleh sumbu 1 dan 16,22% oleh sumbu 2. Besarnya keragaman data pada
setiap sumbu utama adalah 7,09 untuk sumbu 1 dan 1,95 untuk sumbu 2. Hasil
ekstraksi analisis komponen utama pada Bulan Maret 2008 di estuari Sungai
Porong dapat dilihat pada Tabel 8.

59

Tabel 8. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan Maret 2008 di
estuari Sungai Porong.
Sumbu (faktor)
1
2

Ekstraksi: Analisis Komponen Utama


Akar ciri
Total % keragaman
Akar ciri kumulatif
7.09
59.09
7.09
1.95
16.22
9.04

% kumulatif
59.09
75.31

Pada Bulan Bulan Maret 2008 di estuari Sungai Porong didapatkan bahwa
parameter yang berkorelasi positif dengan klorofil-a adalah kelimpahan
fitoplankton, kedalaman, nitrat, nitrit dan orthofosfat, namun nilai korelasinya
relatif kecil yaitu 0,253; 0,560; 0,274; 0,472; dan 0,165, dapat dikatakan
parameter-parameter tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan
klorofil-a, sedangkan parameter kecerahan, suhu, pH, salinitas, ammonia dan
silikat berkorelasi negatif dengan klorofil-a (Gambar 39, Lampiran 17 dan 20).

1.0

0.5

Factor 2 : 16.22%

Suhu
Fosfat
Silikat

Ammonia

0.0

Kecerahan
Nitrat
Nitrit

Salinitas
pH
Fitoplankton

-0.5

Kedalaman
Klorofil-a

-1.0
-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Factor 1 : 59.09%

Gambar 39. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan biologi pada
Bulan Maret 2008 di estuari Sungai Porong.

Hasil analisis komponen utama untuk stasiun menunjukkan bahwa stasiun


9 terletak terpisah jauh dari stasiun-stasiun lainnya. Stasiun 7 dan 8 berkorelasi
erat dengan keragaman data yang berbeda, dan stasiun-stasiun lainnya
mengelompok, yang menunjukkan adanya kesamaan karakteristik, dengan stasiun
2 dan 3 terletak agak terpisah (Gambar 40).

60

2.5
2.0
1.5

st 6

st 8
st 7

1.0

Factor 2: 16.22%

st 4

st 1

0.5

st 5

0.0
-0.5

st 2

-1.0
-1.5

st 3

-2.0

st 9

-2.5
-3.0
-3.5
-4.0
-8

-6

-4

-2

Factor 1: 59.09%

Gambar 40. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada Bulan Maret 2008 di
estuari Sungai Porong.

Dengan membandingkan Gambar 39 dan 40, dapat dikatakan bahwa


stasiun 9 pada Bulan Maret 2008 di estuari Sungai Porong dicirikan dengan nilai
klorofil-a, nitrat, nitrit, orthofosfat, silikat, dan kedalaman yang cenderung tinggi
yaitu masing-masing memiliki nilai 3,208 g/l; 1,183 mg/l; 0,113 mg/l; 0,028
mg/l; 10,879 mg/l; dan 4,5 m (Lampiran 5). Sementara nilai ammonia, kecerahan,
pH dan salinitas stasiun 9 relatif rendah, masing-masing memiliki nilai 0,118
mg/l; 0,2 m; 7; dan 0 (Lampiran 5). Untuk stasiun-stasiun lain terjadi
kebalikannya dengan kisaran nilai klorofil-a 0,535-2,673 g/l; nitrat 0,490-1,077
mg/l; nitrit 0,021-0,079 mgl/l; orthofosfat 0,000-0,028 mg/l; silikat 5,267-10,234
mg/l; dan kedalaman 1,4-2,1 m. Sedangkan nilai parameter ammonia, kecerahan,
pH, dan salinitas relatif tinggi yaitu masing-masing berkisar antara 0,207-0,432
mg/l; 0,3-0,6 m; 7-8; dan 0-31 (Lampiran 5).

2. Estuari Sungai Wonokromo


Pada Bulan Maret 2007 di estuari Sungai Wonokromo total keragaman
yang dijelaskan dari hasil analisis komponen utama adalah sebesar 72,74%, yaitu
49,33% oleh sumbu 1 dan 23,41% oleh sumbu 2. Besarnya keragaman data pada
setiap sumbu utama adalah 5,92 untuk sumbu 1 dan 2,81 untuk sumbu 2. Hasil
ekstraksi analisis komponen utama pada Bulan Maret 2007 di perairan estuari
Sungai Wonokromo dapat dilihat pada Tabel 9.

61

Tabel 9. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan Maret 2007 di
estuari Sungai Wonokromo.
Ekstraksi: Analisis Komponen Utama
Akar ciri
Total % keragaman
Akar ciri kumulatif
5.92
49.33
5.92
2.81
23.41
8.73

Sumbu (faktor)
1
2

% kumulatif
49.33
72.74

Pada Bulan Maret 2007 di perairan estuari Sungai Wonokromo didapatkan


bahwa parameter yang berkorelasi positif dengan klorofil-a adalah kelimpahan
fitoplankton, kecerahan, suhu, pH, salinitas, dan silikat. Dengan koefisien korelasi
masing-masing sebesar 0,414; 0,884; 0,553; 0,530; 0,574; dan 0,862. Dapat
dikatakan bahwa parameter kecerahan dan silikat berpengaruh nyata terhadap
kandungan klorofil-a (Lampiran 18). Sedangkan parameter kedalaman, nitrat,
nitrit, ammonia dan orthofosfat berkorelasi negatif dengan klorofil-a (Gambar 41,
Lampiran 15 dan 18).

Nitrat

1.0

Kedalaman Fosfat

0.5

Factor 2 : 23.41%

Salinitas

Fitoplankton
0.0

pH
Silikat
Klorofil-a
Kecerahan

-0.5

Nitrit
Ammonia

Suhu

-1.0
-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Factor 1 : 49.33%

Gambar 41. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan biologi pada
Bulan Maret 2007 di estuari Sungai Wonokromo.

Hasil analisis komponen utama untuk stasiun menunjukkan bahwa stasiun


7 dan 13 terletak terpisah jauh dari stasiun-stasiun lainnya. Stasiun 8 dan 9
berkorelasi erat dengan keragaman data yang berbeda, dan stasiun-stasiun lainnya
mengelompok, yang menunjukkan adanya kesamaan karakteristik (Gambar 42).

62

5
4
st 7

Factor 2: 23.41%

3
st 13

2
1
0

st 8 st 9

st 12
-1

st 10

st 11
-2
-3
-4
-5

-4

-3

-2

-1

Factor 1: 49.33%

Gambar 42. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada Bulan Maret 2007 di
estuari Sungai Wonokromo.

Dengan membandingkan Gambar 41 dan 42, dapat dikatakan bahwa


satsiun 8 dan 9 pada Bulan Maret 2007 di perairan estuari Sungai Wonokromo
cenderung memiliki nilai klorofil-a, kelimpahan fitoplankton, kecerahan, serta
silikat yang tinggi, yaitu masing-masing berkisar antara 11,360-16,802 g/l;
40872-118248 sel/l; 0,5 m dan 4,9156-6,2541 mg/l. Sementara nilai nitrit,
orthofosfat dan ammonia relatif rendah yaitu berkisar antara 0,0044-0,01 mg/l;
0,0315-0,530 mg/l; dan 0,0978-0,3138 mg/l (Lampiran 3).
Pada Bulan Agustus 2007 di perairan estuari Sungai Wonokromo total
keragaman yang dijelaskan dari hasil analisis komponen utama adalah sebesar
78,23%, yaitu 61,88% oleh sumbu 1 dan 16,35% oleh sumbu 2. Besarnya
keragaman data pada setiap sumbu utama adalah 7,43 untuk sumbu 1 dan 1,96
untuk sumbu 2. Hasil ekstraksi analisis komponen utama pada Bulan Agustus
2007 di estuari Sungai Wonokromo dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan Agustus 2007 di
estuari Sungai Wonokromo.
Sumbu (faktor)
1
2

Ekstraksi: Analisis Komponen Utama


Akar ciri
Total % keragaman
Akar ciri kumulatif
7.43
61.88
74.3
1.96
16.35
9.39

% kumulatif
61.88
78.23

63

Pada Bulan Agustus 2007 di estuari Sungai Wonokromo didapatkan


bahwa parameter yang berkorelasi positif dengan klorofil-a adalah kelimpahan
fitoplankton, pH, salinitas, kedalaman, dan nirtat, namun nilai korelasinya relatif
kecil yaitu 0,187; 0,225; 0,322; 0,095; dan 0,399. Dapat dikatakan bahwa
parameter-parameter tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan
klorofil-a, sedangkan parameter kecerahan, suhu, nitrit, ammonia, orthofosfat dan
silikat berkorelasi negatif dengan klorofil-a (Gambar 43, Lampiran 16 dan 19).

1.0
Klorofil-a
Nitrat

Fitoplankton

Factor 2 : 16.35%

0.5
pH
Kedalaman
Salinitas

0.0 Ammonia
Silikat
Fosfat
Nitrit

Suhu
Kecerahan
-0.5

-1.0
-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Factor 1 : 61.88%

Gambar 43. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan biologi pada
Bulan Agustus 2007 di estuari Sungai Wonokromo.

3.0
2.5

st 11

2.0

st 16
1.5

Factor 2: 16.35%

1.0

st 12

0.5
0.0

st 13

st 10

-0.5

st 15

-1.0
-1.5

st 14

-2.0
-2.5
-3.0
-3.5

-9

-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

Factor 1: 61.88%

Gambar 44. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada bulan Agustus 2007 di
estuari Sungai Wonokromo.

64

Hasil analisis komponen utama untuk stasiun menunjukkan bahwa stasiun


10 terletak terpisah jauh dari stasiun-stasiun lainnya, dan stasiun-stasiun lainnya
mengelompok, yang menunjukkan adanya kesamaan karakteristik, dengan stasiun
11 terletak agak terpisah (Gambar 44).
Dengan membandingkan Gambar 43 dan 44, dapat dikatakan bahwa
stasiun 11, 12, dan 16 pada Bulan Agustus 2007 di perairan estuari Sungai
Wonokromo dicirikan dengan nilai klorofil-a, kelimpahan fitoplankton, dan nitrat
yang cenderung tinggi yaitu masing-masing berkisar antara 6,159-11,36 g/l;
26761-40161 sel/l; dan 0,321-0,452 mg/l. Sementara nilai nitrit, dan orthofosfat
yang relatif rendah, masing-masing berkisar <0,001 mg/l; dan <0,005 mg/l. Untuk
stasiun-stasiun lain memiliki kisaran nilai klorofil-a 1,909-4,342 g/l; nitrat
<0,001-0,342 mg/l; nitrit <0,001-0,305 mgl/l; orthofosfat <0,005-0,132 mg/l; dan
silikat 0,184-3,239 mg/l (Lampiran 4).
Pada Bulan Maret 2008 di perairan estuari Sungai Wonokromo total
keragaman yang dijelaskan dari hasil analisis komponen utama adalah sebesar
73,65%, yaitu 52,12% oleh sumbu 1 dan 21,53% oleh sumbu 2. Besarnya
keragaman data pada setiap sumbu utama adalah 6,25 untuk sumbu 1 dan 2,58
untuk sumbu 2. Hasil ekstraksi analisis komponen utama pada Bulan Maret 2008
di perairan estuari Sungai Wonokromo dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Keragaman data analisis komponen utama pada Bulan Maret 2008 di
estuari Sungai Wonokromo.

Sumbu (faktor)
1
2

Ekstraksi: Analisis Komponen Utama


Akar ciri
Total % keragaman
Akar ciri kumulatif
6.25
52.12
6.25
2.58
21.53
8.84

% kumulatif
52.12
73.65

Pada Bulan Maret 2008 di perairan estuari Sungai Wonokromo didapatkan


bahwa parameter yang berkorelasi positif dengan klorofil-a adalah kelimpahan
fitoplankton, suhu, pH, dan salinitas, namun nilai korelasinya relatif kecil yaitu
0,431; 0,028; 0,399; dan 0,437. Dapat dikatakan bahwa parameter-parameter
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil-a, sedangkan

65

parameter kecerahan, kedalaman, nitrat, nitrit, ammonia, orthofosfat dan silikat


berkorelasi negatif dengan klorofil-a (Gambar 45, Lampiran 17 dan 20).
Hasil analisis komponen utama untuk stasiun menunjukkan bahwa stasiun
10 juga terletak terpisah jauh dari stasiun-stasiun lainnya. Stasiun 11 dan 12
mengelompok dengan keragaman data yang berbeda dilihat dari perbedaan
jaraknya dari pusat sumbu, stasiun 12 lebih beragam daripada stasiun 11. Stasiunstasiun lainnya mengelompok, yang menunjukkan adanya kesamaan karakteristik,
dengan stasiun 14 terletak agak terpisah (Gambar 46 dan Lampiran 17).

Kedalaman
Kecerahan

1.0

0.5

Suhu
Factor 2 : 21.54%

Ammonia
Nitrat
Silikat
Nitrit Fosfat

0.0

Salinitas

pH

Fitoplankton
-0.5

Klorofil-a

-1.0
-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

Factor 1 : 52.12%

Gambar 45. Analisis komponen utama parameter fisika, kimia, dan biologi pada
Bulan Maret 2008 di estuari Sungai Wonokromo.
4

st 14

Factor 2: 21.54%

st 15

stst13
16
0

st 10
-1

st 12
st 11

-2

-3

-4
-9

-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

Factor 1: 52.12%

Gambar 46. Analisis komponen utama untuk Stasiun pada bulan Maret 2008 di
estuari Sungai Wonokromo.

66

Dengan membandingkan Gambar 45 dan 46, dapat dikatakan bahwa


stasiun 11 dan 12 pada Bulan Maret 2008 di muara Porong dicirikan dengan nilai
klorofil-a, kelimpahan fitoplankton, pH, dan salinitas yang cenderung tinggi yaitu
masing-masing berkisar antara 16,632-17,107 g/l; 253.397-1.074.117 sel/l; 8,08,1; dan 29-30 (Lampiran 5).
Sementara nilai nitrit, dan silikat relatif rendah, masing-masing berkisar
antara <0,001 mg/l dan 0,368-0,092 mg/l (Lampiran 5). Untuk stasiun-stasiun lain
terjadi kebalikannya dengan kisaran nilai klorofil-a 1,701-7,776 g/l; pH 7,8-8,0;
dan salinitas 5-30 . Sedangkan nilai parameter nitrit dan silikat relatif tinggi
yaitu masing-masing berkisar antara 0,000-0,149 (Lampiran 5).

E. Pembahasan Umum
1. Perbandingan konsentrasi klorofil-a antar waktu pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap konsentrasi nilai klorofil-a seperti
pada Gambar 9, 12, 13, dan 14 diperoleh informasi bahwa pada Bulan Maret 2007
kondisi perairan estuari Sungai Brantas mempunyai produktivitas perairan yang
cukup tinggi daripada Bulan Agustus 2007 dan Maret 2008, dimana nilai
konsentrasi klorofil-a Bulan Maret 2007 berkisar antara 0,445-24,503 g/l
(Lampiran 3). Kondisi tersebut diduga akibat adanya pengaruh faktor lokasi
geografik, interaksi faktor unsur-unsur hara, cahaya dan hidrografi yang dapat
mempengaruhi perubahan daur produktivitas fitoplankton (Nybakken, 1982).
Untuk Bulan Agustus 2007 nilai klorofil-a lebih rendah dibandingkan
Bulan Maret 2007 tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan Bulan Maret 2008
berkisar antara 1,909-11,36 g/l (Lampiran 4). Hal ini diduga karena faktor
musim, pada Bulan Agustus 2007 merupakan musim kemarau, proses
dekomposisi bahan organik berjalan lebih cepat, masa tinggal air di sungai lebih
lama serta unsur-unsur hara dimanfaatkan secara optimum oleh fitoplankton untuk
tumbuh dan berkembangbiak.
Bulan Maret 2008 konsentrasi nilai klorofil-a berkisar antara 0,535-17,107
g/l (Lampiran 5). Pada Bulan ini kondisi perairan estuari Sungai Brantas
diperkirakan mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan dengan kondisi
perairan estuari Sungai Brantas pada Bulan Maret 2007, hal ini dapat dilihat dari

karakteristik musim pada Bulan Maret 2008 dengan Bulan Maret 2007 termasuk
kedalam musim peralihan dari musim penghujan menuju musim kemarau.
Ditinjau dari karakteristik waktu dan musim tersebut diduga pada musim kemarau
Bulan Maret 2008 estuari Sungai Brantas mempunyai tingkat produktivitas yang
cukup tinggi dan diduga memiliki kisaran produktivitas perairan kurang lebih
mendekati produktivitas perairan Bulan Maret 2007.
Sebaran konsentrasi nilai klorofil-a di estuari Sungai Brantas mempunyai
pola atau karakteristik yang tinggi di estuari dan menurun menuju laut lepas
dengan kata lain konsentrasi nilai klorofil-a tinggi di daerah sekitar muara Sungai
Brantas dan konsentrasi nilai klorofil-a mulai menurun menuju laut lepas, akan
tetapi di laut lepas kadang kala masih ditemui konsentrasi klorofil-a yang tinggi
yakni ketika terjadinya up welling. Menurut Nybakken (1982) berdasarkan letak
geografik, interaksi faktor unsur hara, cahaya dan hidrografi mengakibatkan
perubahan pada daur produktivitas fitoplankton. Di daerah perairan trofik terjadi
perbedaan antara perairan pantai pesisir dan perairan lepas pantai, dimana
produktivitas perairan pesisir sepuluh kali lebih besar dari pada produktivitas
perairan lepas pantai. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan unsur hara
dalam perairan dibandingkan dengan perairan lepas pantai.

2. Status trofik perairan estuari Sungai Brantas berdasarkan nilai


konsentrasi klorofil-a.
Kandungan klorofil-a di perairan estuari selama penelitian berkisar antara
0,445-24,503 g/l dengan rata-rata kandungan klorofil-a 5,311 g/l. berdasarkan
nilai konsentrasi rata-rata klorofil-a yang diperoleh selama penelitian, perairan
estuari Sungai Brantas tergolong kedalam perairan yang bersifat mesotrofik
(nutrien sedang) meskipun masih ditemukan kandungan klorofil-a yang tinggi
seperti St 6 pada Bulan Maret 2007 sebesar 24,503 g/l (tergolong eutrofik),
sedangkan menuju laut lepas tergolong perairan oligotrofik. Hasil penelitian
Katmoyo (2008) kandungan klorofil-a di perairan estuari Sungai Brantas berkisar
antara 1,069-24,057 g/l dengan rata-rata kandungan klorofil-a 5,09 g/l
(tergolong kedalam perairan yang bersifat mesotrofik). Penggolongan atau
klasifikasi tersebut berdasarkan status trofik perairan menurut Parslow et al,. 2008

68

(Lampiran 23) yakni kandungan klorofil-a pada kisaran 0-2 g/l tergolong
oligotrofik, 2-5 g/l tergolong meso-oligotrofik, 5-20 g/l tergolong mesotrofik,
dan 20-50 g/l tergolong eutrofik serta >50 g/l tergolong hiper-eutrofik. Selain
itu kelimpahan fitoplankton juga digunakan sebagai sumber informasi pendukung
dalam pengklasifikasian status trofik perairan. Penggolongan berdasarkan
perbandingan antara kelimpahan fitoplankton di Teluk Semangka yang diteliti
oleh Damar (2003). Kelimpahan fitoplankton di Teluk Semangka berkisar antara
200000-1229642 sel/l (tergolong eutrofik atau subur), sedangkan menurut Daniel
(2007) kelimpahan fitoplankton di perairan estuari Sungai Brantas berkisar antara
10000-1500000 sel/l (tergolong mesotrofik-eutrofik).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kandungan klorofil-a di perairan estuari Sungai Brantas (Sungai Porong
dan Wonokromo) selama penelitian berkisar antara 0,445-24,503 g/l dengan
rata-rata kandungan klorofil-a 5,311 g/l. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a di
perairan estuari Sungai Brantas tergolong kedalam perairan yang bersifat
mesotrofik (nutrien sedang), meskipun masih ditemukan kandungan klorofil-a
yang tinggi seperti St 6 pada Bulan Maret 2007 sebesar 24,503 g/l (tergolong
eutrofik), sedangkan menuju laut lepas tergolong perairan oligotrofik.
Perubahan kandungan klorofil-a di perairan estuari Sungai Brantas tidak
selalu diikuti denagan perubahan kelimpahan fitoplankton secara linear, serta
stasiun dengan kandungan klorofil-a yang tinggi tidak selalu memiliki kelimpahan
fitoplankton yang tinggi pula walaupun ditunjang dengan kandungan nutrien yang
tinggi seperti pada St 9 Bulan Maret 2008 dan St 11 Bulan Agustus 2007,
sebaliknya pada St 5 Bulan Maret 2007 memiliki kelimpahan fitoplankton yang
tinggi tetapi kandungan klorofil-a di stasiun tersebut rendah.
Analisis pengelompokkan stasiun berdasarkan parameter biologi dalam hal
ini klorofil-a pada taraf kesamaan 80% menunjukkan kecenderungan bahwa
kualitas air relatif sama, tertapi terdapat pengelompokkan stasiun yang bervariasi
berdasarkan parameter klorofil-a. Dari analisis komponen utama pada ketiga
waktu pengamatan diperoleh bahwa parameter yang memiliki korelasi positif
dengan kandungan klorofil-a adalah kelimpahan fitoplankton, nitrat, nitrit dan
orthofosfat. Namun nilai korelasinya relatif kecil, dapat dikatakan bahwa
parameter-parameter tersebut tidak memberikan hubungan yang berbeda nyata
(tidak mempengaruhi) terhadap kandungan klorofil-a di perairan estuari Sungai
Brantas (Sungai Porong dan Wonokromo).

B. Saran
Untuk dapat menggambarkan karakteristik perairan estuari yang dinamis,
pengamatan perlu dilakukan secara kontinyu pada stasiun yang sama dengan
selang waktu pengamatan yang tidak terlalu lama. Sebaiknya dilakukan penelitian

70

mengenai parameter oseanografi lainnya seperti kecepatan arus, oksigen terlarut,


intensitas cahaya dan pasang surut yang ikut mempengaruhi penyebaran klorofil-a
dan fitoplankton di perairan estuari. Sampel juga perlu diambil di beberapa
kedalaman untuk mengetahui kedalaman optimal bagi pertumbuhan biomassa
fitoplankton di perairan estuari Sungai Brantas (Sungai Porong dan Wonokromo).

DAFTAR PUSTAKA
Aminot, A. dan F. Rey. 2000. Techniques in marine environmental sciences:
standard procedure for the determination of chlorophyll a by spectrostropic
methods. (ICES) International Council for Exploration of the Sea. Denmark.
APHA (American Public Health Association). 2005. Standart Method for the
Examination of Water and Wastewater. APHA, AWWA and WPCP. 20th ed.
Washington D.C. 1527p.
Ardiwijaya, R.R. 2002. Distribusi horizontal klorofil-a dan hubungannya dengan
kandungan unsur hara serta kelimpahan fitoplankton di Teluk Semangka,
Lampung. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi MSP. FPIK. IPB.
Bogor.
Arinardi, O.H. 1996. Kisaran kelimpahan dan komposisi plankton predominan di
perairan kawasan tengah Indonesia. LIPI. Bogor.
Arinardi, O.H., Sutomo, A.B., Yusuf, S.A., Trimaningsih, Asnaryanti, E., Riyono,
S.H. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di
Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Basmi, J. 1995. Planktonologi : produksi primer. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan). Bogor. 14 hal.
Bengen, D. G. 2000. Tehnik pengambilan contoh dan analisa data biofisik
sumberdaya pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB.
Bogor.
Clark, J. R. 1977. Coastal ecosystem management. A technical manual for the
concervation of coastal zone resources. John Wiley and Sons. New York.
Curtis, H. 1978. Biology. Edisi kedua. Worth Publisher, Inc. New York
Dahuri, R.,J. Rais, S.P. Ginting dan M.J., Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta,
Indonesia.
Damar, A. 2003. Effect of Enrichment on Nutrient Dynamic, Phytoplankton
Dynamic and Productivity in Indonesian Tropical Water : a Comparison
Between Jakarta Bay, Lampung Bay, and Semangka Bay. Berichte aus dem
Forschungs-und Tecnologiezentrum Weskute der Universitat Kiel. Busun.
Daniel. 2007. Struktur komunitas fitoplankton di estuari Sungai Brantas, Jawa
Timur. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Studi MSP, FPIK. IPB.
Bogor.

72

Devlin, R.M. 1969. Plant physiology. Second Edition. Van Nostrand Reinhold
Company. New York.
Dring, M.J. 1990. Light harvesting and pigments composition in marine
phytoplankton and makroalgae. In Light and life in the sea. P. J. Herring, A.
K. Campbell, M. Witfield, and L Maddock, (eds.). Cambridge University
Press. New York.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.
Effendie, H., dan S. B. Susilo. 1998. Korelasi kadar klorofil dan kelimpahan
fitoplankton pada lapisan eufotik di perairan pesisir sekitar PLTN Krakatau
Steel, Cilegon, Jawa Barat. Jurnal IlmuPertanian Indonesia. 7(2):56-60
Fitrian, V. 2002. Sebaran Klorofil-a di Permukaan Perairan Teluk Lampung Pada
Bulan September dan November 2001. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Program Studi MSP, FPIK. IPB. Bogor.
Geider, H. J., dan Bruce A. Osborne. 1992. Algal photosynthesis. Routledge,
Chapman and Hall, Inc. New York. Hal 107-121.
Grasshoff, K, M. Erhardt, dan K. Kremling. 1983. Methods of seawater analysis.
Weinheim Chemie.
Handayani, ST, B Suhato dan Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan
Sungai Brantas Hulu dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan dari
Pencemaran Bahan Organik. BIOSAIN, VOL. 1 NO. 1, April 2001.
Henderson-Seller, B dan H.R. Markland. 1987. Decaying lake : the origin and
control of eutrophication. John Wiley dan Sons. Chicester. 244 hal.
Katmoyo, R. A. 2008. Sebaran Horizontal Biomassa Fitoplankton (Klorofil-a) di
Perairan Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur. Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Program Studi MSP, FPIK. IPB. Bogor.
Lorenzen, C. J. 1967. Determination of chlorophyll and phaeo-pigments:
spectrophotometric equations. Limnol. Oceanogr. 12: 343-346
Millero, F. S. Dan M. L. Sohn. 1992. Chemical oceanography. CRS Press.
London.
Naimah, I. 1999. Hubungan antara kondisi oseanografi dengan kandungan
klorofil-a di perairan Laut Banda. Skripsi (tidak dipublikasikan). PS-IKL
FPIK-IPB. Bogor.

73

Nontji, A. 1984. Biomasa dan produktifitas fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta


serta implikasinya dengan faktor-faktor lingkungan. Disertasi (tidak
dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor.
Novonty, V., dan Olem, H. 1994. Water quality, prevention, identification, and
management of diffuse pollution. Van Nostrans Reinhold. New York.
Nybakken, J. W. 1982. Biologi laut, suatu pendekatan ekologis. Alih Bahasa H.
M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukarjo. PT.
Gramedia. Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of ecology. Edisi ketiga. W.B. Saunders
Company. Philadelphia. 574 hal.
Omp.gso.uri.edu. 2002. Estuarine sciences: chlorophyll a.
http://omp.gso.edu/doee/science/physical/chloro.htm. (17 Februari 2008)
Ourlake.Org. 2001. Parameter descriptions: chlorophyll.
http://www.ourlake.org/html/chlorophyll.html. (4 Maret 2008)
Parslow, J., J. Hunter., A. Davidson. 2008. Estuarine Eutrophication Models.
Final Report Project E6 National River Health Program. Water Services
Association of Australian Melbourne Australia. CSIRO Marine Research.
Hobarth, Tasmania.
Parsons, T. R., M. Takeshi, dan B. Hagrave. 1984. Biological oceanographic
proscsses. Third edition. Oxford. Pergamon press. Great Britain.
Pescod, M. B. 1973. Investigation of rational effluent and stream standard for
tropical countries. Enviromental Engineering Division. Asian Institute
Technology Bangkok. Bangkok. 145 p.
Prasanto. 1997. Penyusunan algoritma penduga sebaran konsentrasi klorofil-a di
perairan Subang di Indramayu dengan menggunakan citra Landsat-TM.
Skripsi (tidak dipublikasikan). PS IKL FPIK IPB. Bogor.
Purves, W. K. 1998. Life: The Science of Biology. 4th Edition. In M. J. Farabee,
Phoyosynthesis,www.cmc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/BioBookP
S.html. W. H. Freeman & Company. New York. (9 Februari 2008)
Rachmawati, R. 1999. Struktur komunitas fitoplankton dan kaitannya dengan
unsur hara N dan P di daerah inlet Waduk Ir. H. Juanda, Jawa Barat. Skripsi.
(tidak dipublikasikan). PS-MSP FPIK IPB. Bogor.
Raymont, J. E. G. 1981. Plankton dan produktivitas bahari. Diterjemahkan oleh :
Koesoebiono. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

74

Reynolds, C.S. 1990. The ecology of fresh water phytoplankton. Cambridge


University Press. Cambrige. 384 hal.
Roshisati, I. 2002. Distribusi spasial biomassa fitoplankton (klorofil-a) di perairan
Teluk Lampung pada bulan Mei, Juli, dan September 2001. Skripsi (tidak
diplublikasikan). Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor. 71 hal.
Ruttner, F. 1965. Fundamental of limnology. University of Toronto Press.
Canada. Reynolds, C. S. 1990. The ecology of freshwater phytoplankton.
Cambridge University Press. Cambridge.
Sormin, R. E. 2008. Kajian terhadap dinamika kandungan nutrien secara spasial
dan temporal pada perairan estuaria Sungai Porong dan Wonokromo, Jawa
Timur. Skripsi (tidak diplublikasikan). Program Studi MSP. FPIK. IPB.
Bogor (Dalam Proses).
Steer, J. 2002. Stucture and reactions of chlorophyll.
http://www.ch.ic.ac.uk/local/projests/steer/structure
chloro.htm (12 Januari 2008)

and

reaction

of

Syam, A.R. 2002. Produktivitas primer fitoplankton dan perbandingan beberapa


karakteristik biofisikimia perairan Teluk Jakarta dan Teluk Lampung.
Program Pascasarjana. IPB. Bogor. 128 hal.
Tim Survey Ekologi Fakultas Perikanan IPB. 1979. Survey Ekologi Perikanan
DAS : Aspek Perikanan Perairan Umum. Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Jenderal Perikanan.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Alih bahasa : Ir. Bambang Sumantri.
Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria kualitas air untuk keperluan pertanian dan
perikanan : 15-38. Training Analisa Dampak Lingkungan. PPLH-UNDP,
PUSDI-PSL. IPB. Bogor.
Wetzel, F. G. 1975. Lymnology. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Toronto.
London.
Weyl, P. K. 1970. Oceanography an introduction to marine environtment. John
Wiley and Sons Inc. new York.
Widigdo, B. 2001. Manajemen Sumberdaya Perairan. Bahan Kuliah. FPIK IPB.
Bogor.
Wulandari, D. 2008. Keterkaitan antara komunitas fitoplankton dengan parameter
fisika kimia di Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur. Skripsi (tidak
diplublikasikan). Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor (Dalam Proses).

LAMPIRAN

75

Lampiran 1. Koordinat stasiun pengambilan sampel


1. Koordinat stasiun pengambilan sampel tanggal 31 Maret 2007 berdasarkan
garis bujur dan garis lintang.
Stasiun
Bujur
Lintang
1
112.9037
7.5263
2
112.9046
7.5274
3
112.9052
7.5294
4
112.9066
7.5319
5
112.905
7.5347
6
112.8843
7.5349
7
112.8523
7.2989
8
112.8504
7.2991
9
112.8508
7.2978
10
112.8505
7.2977
11
112.8501
7.2981
12
112.8453
7.3046
13
112.8384
7.3102

2. Koordinat stasiun pengambilan sampel tanggal 31 Maret 2007 berdasarkan


letak geografis.
Stasiun
Letak geografis
1
073134.8 LS dan 1125413.4 BT
2
073138.7 LS dan 1125416.5 BT
3
073146.0 LS dan 1125418.6 BT
4
073154.7 LS dan 1125423.7 BT
5
073204.9 LS dan 1125418.0 BT
6
073205.7 LS dan 1125303.4 BT
7
071756.0 LS dan 1125108.3 BT
8
071756.8 LS dan 1125101.3 BT
9
071752.2 LS dan 1125102.7 BT
10
071751.6 LS dan 1125101.8 BT
11
071753.0 LS dan 1125100.4 BT
12
071816.4 LS dan 1125042.9 BT
13
071836.8 LS dan 1125018.1 BT
Keterangan :
Pengambilan sampel tanggal 31 Maret 2007 berdasarkan perbedaan
gradien salinitas hanya 13 stasiun.
Stasiun 1 sampai 6 teletak di estuari sungai Porong dan stasiun 7 sampai
13 terletak di estuari sungai Wonokromo.

76

Lampiran 1 (lanjutan). Koordinat stasiun pengambilan sampel


3. Koordinat stasiun pengambilan sampel tanggal 28 Agustus 2007 dan 07 Maret
2008 berdasarkan garis bujur dan garis lintang.
Stasiun
Bujur
Lintang
1
112,8727
-7,565278
2
112,8776
-7,563028
3
112,8843
-7,563250
4
112,8905
-7,56800
5
112,8937
-7,573556
6
112,8932
-7,575111
7
112,8883
-7,571889
8
112,8834
-7,568278
9
112,8498
-7,556833
10
112,8442
-7,304639
11
112,8578
-7,298139
12
112,8630
-7,296250
13
112,8715
-7290722
14
112,8792
-7,296861
15
112,8764
-7,296722
16
112,8635
-7,299361

4. Koordinat stasiun pengambilan sampel tanggal 28 Agustus 2007 dan 07 Maret


2008 berdasarkan letak geografis.
Stasiun
Letak geografis
1
073355,0 LS dan 1125221,8 BT
2
073346,9 LS dan 1125239,3 BT
3
073347,7 LS dan 1125303,5 BT
4
073404,8 LS dan 1125325,7 BT
5
073424,8 LS dan 1125337,2 BT
6
073430,4 LS dan 1125335,5 BT
7
073418,8 LS dan 1125317,9 BT
8
073405,8 LS dan 1125300,1 BT
9
073324,6 LS dan 1125059,2 BT
10
071816,7 LS dan 1125039,0 BT
11
071753,3 LS dan 1125127,9 BT
12
071746,5 LS dan 1125146,9 BT
13
071726,6 LS dan 1125217,3 BT
14
071748,7 LS dan 1125245,2 BT
15
071748,2 LS dan 1125234,9 BT
16
071757,7 LS dan 1125148,7 BT
Keterangan :
Stasiun 1-9 teletak di estuari sungai Porong dan stasiun 10-16 terletak di
estuari sungai Wonokromo.

77

Lampiran 2. Jumlah air yang disaring di setiap stasiun pada pengambilan sampel
tanggal 31 Maret 2007, 28 Agustus 2007, dan 07 Maret 2008.
Satsiun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Jumlah air yang disaring (ml)


31 Maret 2007
28 Agustus 2007
07 Maret 2008
800
400
400
800
730
1275
800
400
600
700
751
400
600
800
500
120
750
300
350
441
300
400
759
400
350
400
250
400
560
300
250
400
250
250
651
900
300
1108
1150
1200
1100
1041
1050
1241
1100

Keterangan :

Stasiun 1-6 teletak di estuari sungai Porong dan stasiun 7-13 terletak di
estuari sungai Wonokromo. ( Pengambilan sampel tanggal 31 Maret 2007)
Stasiun 1-9 teletak di estuari sungai Porong dan stasiun 10-16 terletak di
estuari sungai Wonokromo. (pengambilan sampel tanggal 28 Agustus
2007 dan 07 Maret 2008)

78

Lampiran 3. Data parameter biologi, fisika dan kimia perairan Estuari Sungai Brantas pada pengambilan sampel Bulan Maret 2007.
Stasiun

Klorofil-a Fitoplankton
(g/l)
(sel/l)

Nitrat
(mg/l)

Nitrit
(mg/l)

1
2
3
4
5
6

4,344
8,687
8,019
11,456
0,445
24,503

335034
160900
161517
86634
183768
42744

0,0549
1,7183
5,7385
8,3871
8,0088
0,5831

0
0,1502
0,2886
0,2215
0,4983
0,5193

7
8
9
10
11
12
13

3.819
11.360
16.802
1.337
1.069
2.138
0.891

92664
40872
118248
79574
67865
71721
46981

4.1153
1.0074
0.8259
0.3026
0.6657
1.7337
2.4919

0.0000
0.0044
0.0100
0.2206
0.3623
0.3916
0.0891

Orthofosfat Ammnoia
(mg/l)
(mg/l)
Porong
0
0,0361
0
0,0756
0,0039
0,2355
0,0832
0,2535
0,0303
0,2032
0,4535
0,3865
Wonokromo
0.1135
0.1555
0.0315
0.3138
0.0530
0.0978
0.0703
0.8376
0.0789
0.9619
0.0660
0.7030
0.0660
0.3834

Keterangan :
Stasiun 13 merupakan stasiun yang terletak di sungai

Silikat
(mg/l)

Kecerahan Kedalaman
(m)
(m)

Suhu
(C)

pH

Salinitas
()

3,8801
2,2848
2,5121
1,6998
2,6595
1,7587

1,1
0,98
0,8
0,8
0,3
0,1

16.6
16.25
14.85
16.05
11.9
0.7

31,3
30,2
31,6
33,6
31,3
32,1

8,45
8,50
8,50
8,20
8,20
8,20

28
21
15
10
6,2
9

3.6023
6.2541
4.9156
1.5861
1.9313
2.4953
1.3967

0.3
0.5
0.5
0.3
0.3
0.2
0.1

1.3
1.3
1.4
1.3
1.3
1.5
3.5

30
30.7
31
30.8
30.7
29.8
29.2

7.96
7.84
7.81
7.70
7.60
7.28
7.28

34.4
29.2
22.1
13.1
5.23
1.03
0.6

79

Lampiran 4. Data parameter biologi, fisika dan kimia perairan Estuari Sungai Brantas pada pengambilan sampel Bulan Agustus
2007.
Stasiun

Klorofil-a Fitoplankton
(g/l)
(sel/l)

Nitrat
(mg/l)

Nitrit
(mg/l)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

7.351
6.957
3.341
4.271
6.683
3.564
3.637
4.226
2.673

16864
35243
8812
21366
9584
13069
14427
33540
9812

0,393
0.338
0.283
-0.034
0.359
0.266
0.321
0.321
0.431

0.069
-0.005
-0.009
-0.004
-0.015
-0.016
0.010
0.003
0.077

10
11
12
13
14
15
16

1.909
11.36
6.159
4.342
2.45
4.108
6.246

11439
26761
40161
12116
4338
12526
468323

0.342
0.321
0.452
0.313
-0.004
0.042
0.334

0.305
-0.009
-0.019
-0.018
-0.018
-0.019
-0.019

Orthofosfat Ammnoia
(mg/l)
(mg/l)
Porong
-0.032
0.288
-0.031
0.263
-0.032
0.090
-0.038
0.020
-0.034
0.112
-0.037
0.118
-0.037
0.023
-0.035
0.069
-0.032
2.622
Wonokromo
0.132
0.980
-0.018
0.107
-0.032
-0.012
-0.035
-0.037
-0.027
0.002
-0.035
-0.024
-0.035
0.001

Silikat
(mg/l)

Kecerahan Kedalaman Suhu


(m)
(m)
(C)

pH

Salinitas
()

0.758
0.371
0.265
0.320
0.335
0.298
0.361
0.371
4.064

0,6
0,6
0,7
0,9
1,2
1,3
1,3
0,9
2,1

1,3
1,5
1,6
2,1
2,6
2,3
2,2
1,7
4,2

31
30
32
30
31
31
31
31
31

7,2
7,8
8,0
8,0
8,0
8,0
7,9
7,8
7,6

17,6
26,1
28,2
30,1
31,2
26,1
24
21
12

3.239
0.355
0.190
0.191
0.184
0.190
0.278

0,2
0,6
0,8
1,2
1,4
0,9
0,8

1,3
1,9
2,1
2,1
2,1
3,2
3,1

30
30
31
31
31
31
31

7,0
7,5
7,3
8,0
7,5
7,5
8,0

18
29
30
31
31
31
30

80

Lampiran 5. Data parameter biologi, fisika dan kimia perairan Estuari Sungai Brantas pada pengambilan sampel Bulan Maret 2008.
Stasiun

Klorofil- Fitoplankton
a (g/l)
(sel/l)

Nitrat
(mg/l)

Nitrit
(mg/l)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

1.337
1.468
2.673
1.337
0.535
0.891
1.782
1.337
3.208

423
7250
5955
232
479
352
193
423
370

0.959
0.634
0.604
0.727
0.659
1.077
0.731
0.490
1.183

0.079
0.029
0.027
0.026
0.027
0.066
0.048
0.021
0.113

10
11
12
13
14
15
16

1.782
17.107
16.632
3.487
1.701
2.037
7.776

368887
253397
1074117
395360
58047
633906
632865

0.697
0.194
0.194
0.178
0.380
0.237
0.389

0.149
-0.008
-0.005
0.012
0.024
0.000
0.016

Orthofosfat Ammnoia
(mg/l)
(mg/l)
Porong
0.028
0.230
0.000
0.286
0.002
0.428
0.004
0.207
0.009
0.324
0.020
0.228
0.020
0.432
0.017
0.236
0.028
0.118
Wonokromo
0.034
0.446
0.009
0.312
-0.011
0.289
-0.001
0.279
0.009
0.422
0.006
0.361
-0.029
0.770

Silikat
(mg/l)

Kecerahan Kedalaman Suhu


Salinitas
pH
(m)
(m)
(C)
()

10.234
5.267
5.319
8.273
8.421
9.528
7.367
7.280
10.879

0,3
0,6
0,5
0,5
0,4
0,4
0,4
0,3
0,2

1,6
1,6
1,4
1,5
2,1
1,9
1,5
1,4
4,5

29
31,5
29,5
30,7
30
31
31
30
29,5

7
8
8
7,5
7,9
7
7
7
7

0
18
31
6
19
2
2
1
0

2.608
0.392
0.368
0.766
1.083
0.555
0.408

0,5
0,3
1,1
1,4
1,8
1,9
0,9

2.7
1.9
2.9
3.4
6.7
4.6
3.4

28
29
29
29
29
30
30

7,8
8
8,1
8,1
8
8
8

5
29
30
30
27
26
28

81

Lampiran 6. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2007 di


Estuari Sungai Porong.
jenis

Amphora
Astelampra
Bacteriastrum
Chaetoceros
Cocconeis
Coscinodiscus
Cyclotella
Desmidium
Fragillaria
Hemiaulus
Hemidiscus
Leptocylindrus
Melosira
Navicula
Nitzschia
Pleurosigma
Rhizosolenia
Skeletonema
Streptotheca
Surirella
Synedra sp.
Tabellaria
Thalassionema
Thalassiosira
Thalassiothrix
TOTAL

0
0
9
282503
35
805
0
0
18
9
9
9
0
0
44
9
44
17561
0
114
0
9
236
123
44
301581

Ceratium
Dinophysis
Gonyaulax
Prorocentrum
Noctiluca
Peridinium
TOTAL

26
131
35
4323
0
28306
32821

Stasiun
2
3
4
5
6
Bacillariophyceae
6
0
3
0
0
22
0
0
0
0
0
0
0
0
0
155759 138514 61353 159120 37440
0
0
0
0
0
79
0
3
312
312
0
41
21
0
0
6
0
0
0
0
0
19
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
34
0
936
0
0
8
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
3
0
0
675
14633 6125 14352 2496
0
0
6
0
0
39
4
0
0
624
0
0
0
312
936
0
0
0
0
624
28
0
0
0
0
0
0
6
0
0
0
15
0
0
0
156614 153283 67520 175032 42432
Dinophyceae
28
0
3
0
0
45
8
0
0
0
0
0
0
0
0
2345
428
268
0
0
0
0
3
0
0
1637
6844
4728
1248
312
4055
7280
5002
1248
312

82

Lampiran 6 (lanjutan). Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2007
di Estuari Sungai Porong.
jenis
Actinastrum
Gloeocystis
Oocystis
Pediastrum
Richterella
Scenedesmus
Staurastrum sp
Tetraedron
Ulothrix
TOTAL
Anabaena
Coelosphaerium
Mycrocystis
Oscillatoria
Pelagothrix
Spirulina
TOTAL
TOTAL

Stasiun
1
2
3
4
5
6
Chlorophyceae
0
0
0
3
0
0
0
0
0
27
0
0
26
0
0
0
0
0
9
0
0
6
4368
0
0
0
0
3
0
0
0
45
758
13718 1872
0
0
0
0
0
1248
0
9
0
0
6
0
0
114
6
0
24
0
0
158
51
758
13787 7488
0
Cyanophyceae
0
146
101
15
0
0
158
0
0
0
0
0
123
0
0
0
0
0
105
34
8
304
0
0
88
0
83
0
0
0
0
0
4
6
0
0
474
180
196
325
0
0
335034 160900 161517 86634 183768 42744

8383

Lampiran 7. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Agustus 2007 di


Estuari Sungai Porong.
Stasiun
3
4
5
Bacillariophyceae
Amphora
2
0
0
0
0
Bacteriastrum
57
92
89
299
179
Biddulphia
12042 29579
0
4135 2662
Chaetoceros
2576 1646 4891 10752 3453
Cocconeis
1
0
0
0
0
Coscinodiscus
75
22
62
185
192
Cyclotella
141
10
252
272
322
Diploneis
2
0
1
2
0
Eucampia
0
0
16
19
2
Fragillaria
35
8
4
2
0
Hemiaulus
3
0
3
0
0
Hemidiscus
10
1
1
5
6
Leptocylindrus
0
0
0
0
0
Melosira
9
0
9
8
2
Navicula
0
3336
31
29
29
Nitzschia
3
1
18
18
19
Planktoniella
0
0
0
1
0
Pleurosigma
10
3
6
16
3
Rhizosolenia
786
176
978 2200 805
Skeletonema
20
0
17
130
6
Surirella
0
0
0
1
1
Thalasionema
5
12
0
0
0
Thalasiothrix
978
291 1961 2301 1608
Thalassiosira
0
15
281
319
172
Triceratium
0
0
0
0
0
TOTAL
16755 35192 8620 20694 9461
Dinophyceae
Ceratium
82
0
0
8
2
Dynophysis
12
0
156
597
74
Peridinium
2
0
1
12
1
Prorocentrum
0
0
16
33
17
TOTAL
96
0
173
650
94
Chlorophyceae
Ankistrodesmus
1
0
0
0
0
Pediastrum
2
0
0
1
1
Scenedesmus
6
18
0
0
0
TOTAL
9
18
0
1
1
Jenis

0
0
0
0
248
306
55
2
1338 5237 31158 802
5588 4068 1122 4331
0
0
0
0
94
73
21
11
221
73
19
2812
0
0
0
1
53
15
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
14
4
0
0
0
0
2
0
0
0
0
9
20
58
23
11
5
10
19
0
2
0
0
2
2
1
23
2565 1155
445
46
13
0
8
396
0
0
0
0
0
0
5
0
2599 3282
536
348
250
45
41
20
1
0
0
0
12994 14297 33492 8836
2
55
0
9
66

0
112
0
7
119

21
18
1
5
45

22
1
947
5
975

0
0
0
0

0
0
0
0

0
1
0
1

0
0
0
0

84

Lampiran 7 (Lanjutan). Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Agustus


2007 di Estuari Sungai Porong.
Jenis
Anabaena
Oscillatoria
Spirulina
TOTAL
Dictyocha
Mesocena
TOTAL
TOTAL

Stasiun
3
4
5
6
7
8
9
Cyanophyceae
0
0
15
0
0
0
0
0
0
2
27
1
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
1
1
1
1
0
4
27
16
0
1
1
1
1
1
Chrysophyceae
0
6
3
21
21
3
7
1
0
0
0
0
0
6
5
3
0
0
0
6
3
21
27
8
10
1
0
16864 35244 8812 21366 9583 13068 14427 33541 9813
1

85

Lampiran 8. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2008 di


Estuari Sungai Porong.
Jenis

Asterionella
19
Biddulphia
0
Chaetoceros
0
Coscinodiscus
0
Cyclotella
5
Eucampia
0
Fragillaria
0
Navicula
2
Nitzschia
215
Pleurosigma
1
Rhizosolenia
2
Skeletonema
0
Surirella
0
Thalassionema 0
Thalasiossira
0
Thallasiothrix
2
TOTAL
246
Ceratium
Peridinium
Prorocentrum
TOTAL

132
5
0
137

Actinastrum
Closterium
Pediastrum
Scenedesmus
Selenastrum
Tetraedon
Tetraspora
TOTAL

25
0
6
0
0
0
0
31

Anabaena
Oscillatoria
Spirulina
TOTAL

0
7
2
9

Mesocena
TOTAL
TOTAL

0
0
423

Stasiun
3
4
5
Bacillariophyceae
0
5
0
5
0
0
0
0
4986 3668 30 75
0
1
0
0
0
2
6
5
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
2
46
52 162
0
0
0
1
0
1
0
1
2262 2191
0
78
0
0
0
0
0
8
0
0
0
3
0
0
0
0
2
0
7250 5921 92 329
Dinophyceae
0
2
1
4
0
0
4
1
0
0
0
0
0
2
5
5
Chlorophyceae
0
0
72 51
0
1
0
0
0
4
8
12
0
11
33 45
0
8
6
18
0
0
0
0
0
1
0
0
0
25
119 126
Cyanophyceae
0
0
8
0
0
1
6
10
0
1
2
9
0
2
16 19
Chrysophyceae
0
0
0
0
0
0
0
0
7250 5949 232 479
2

6
0
0
136
0
2
0
0
2
155
0
0
0
0
0
0
0
295

0
0
0
0
1
0
13
8
0
0
0
0
1
0
0
0
3
0
0
0
3
1
7
0
135 249 194
0
0
0
1
0
0
10 59
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
161 327 198

4
2
0
6

4
2
0
6

18
9
1
28

155
0
0
155

24
0
8
10
0
0
0
42

0
0
9
8
0
0
0
17

19
0
13
12
0
1
0
45

0
0
0
0
0
0
1
1

0
5
4
9

0
6
3
9

0
11
11
22

0
13
3
16

0
0
352

0
1
0
0
1
0
193 422 370

86

Lampiran 9. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2007 di


Estuari Sungai Wonokromo.
jenis

Bacteriastrum
Chaetoceros
Coscinodiscus
Cyclotella
Hemiaulus
Leptocylindrus
Melosira
Navicula
Nitzschia
Pleurosigma
Rhizosolenia
Skeletonema
Surirella
Synedra sp.
Thalassionema
Thalassiosira
Thalassiothrix
TOTAL

0
35568
2808
0
0
2808
0
0
6240
0
936
12480
312
0
624
0
1248
63024

Ceratium
Dinophysis
Prorocentrum
Noctiluca
Peridinium
TOTAL

3432
7488
0
0
18720
29640

Actinastrum
Pediastrum
Scenedesmus
Tetraedron
TOTAL

0
0
0
0
0

Anabaena
Oscillatoria
Spirulina
TOTAL
TOTAL

0
0
0
0
92664

Stasiun
8
9
10
Bacillariophyceae
0
0
0
12792 22464 42674
2184
5304
3452
0
0
854
0
0
0
0
7800
0
0
0
0
624
312
564
4992 19656 5246
0
624
586
1248
2184
748
13104 51168 9658
0
0
462
936
0
0
0
0
780
0
0
28
0
624
246
35880 110136 65298
Dinophyceae
936
1248
4572
624
2496
2367
0
312
452
0
0
34
3432
4056
6450
4992
8112 13875
Chlorophyceae
0
0
25
0
0
114
0
0
106
0
0
0
0
0
245
Cyanophyceae
0
0
104
0
0
24
0
0
28
0
0
156
40872 118248 79574

11

12

13

12
0
28
30862 42748 22654
2528 2846 1244
652
462
238
6
0
0
0
254
0
24
42
0
486
614
246
2724 2146 1684
126
106
322
12
64
246
4732 11624 5162
364
384
0
0
0
0
864
450
502
20
14
42
464
210
486
43876 61964 32854
7648
1265
0
0
14562
23475

3468
1282
124
22
4785
9681

7846
0
842
24
5183
13895

8
78
128
2
216

0
0
0
0
0

4
28
14
0
46

129
54
82
47
10
76
122
12
28
298
76
186
67865 71721 46981

87

Lampiran 10 . Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Agustus 2007 di


Estuari Sungai Wonokromo.
jenis
Bacteriastrum
Biddulphia
Chaetoceros
Coscinodiscus
Cyclotella
Hemiaulus
Navicula
Nitzschia
Ornithoceros
Planktoniella
Pleurosigma
Rhizosolenia
Skeletonema
Surirella
Thalasionema
Thalasiothrix
TOTAL
Ceratium
Dynophysis
Noctiluca
Peridinium
Prorocentrum
TOTAL
Pediastrum
TOTAL
Cyanophyceae
Anabaena
Oscillatoria
Spirulina
TOTAL
Dictyocha
Mesocena
TOTAL
TOTAL

Stasiun
11
12
13
Bacillariophyceae
4
0
0
0
0
12
47
23
9350 21917 27407 6193
42
138
135
158
221
100
177
197
4
17
23
0
38
73
18
115
242
288
302
175
0
2
0
0
0
0
5
8
113
143
110
60
0
8
10
7
1296 2435 9135 2065
0
10
33
78
42
978
1085
882
0
132
370
192
11352 26253 38857 10153
Dinophyceae
0
113
107
182
0
37
18
43
0
0
2
0
0
198
120
90
4
13
48
147
4
361
295
462
Chlorophyceae
0
10
0
0
0
10
0
0
10

0
4
79
83

14

15

16

0
0
0
7
3
21
1218 6352 348000
155
115
27
285
302
82
0
0
0
85
205
107
140
280
238
0
0
0
32
30
3
80
95
102
7
2
2
406 2117 116000
57
93
38
82
648
1433
85
327
1167
2639 10569 467220
238
40
0
73
150
501

138
27
0
50
142
357

110
22
0
55
20
207

0
0

0
0

0
0

0
102
173
107
257
27
0
0
50
25
42
28
0
0
0
0
0
3
0
102
223
132
299
58
Chrysophyceae
0
80
462
663
498
623
433
0
57
445
615
568
678
405
0
137
907
1278 1066 1301
838
11439 26761 40161 12116 4338 12526 468323

88

Lampiran 11. Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret 2008 di
Estuari Sungai Wonokromo.
jenis
Asterionella
Bacteriastrum
Biddulphia
Chaetoceros
Coscinodiscus
Cyclotella
Eucampia
Hemiaulus
Melosira
Navicula
Nitzschia
Planktoniella
Pleurosigma
Rhizosolenia
Skeletonema
Surirella
Thalasionema
Thalasiothrix
Thalassiosira
Triceratium
TOTAL
Ceratium
Dynophysis
Noctiluca
Peridinium
Prorocentrum
TOTAL
Actinastrum
Closterium
Cosmarium
Pediastrum
Scenedesmus
TOTAL

Stasiun
10
11
12
13
14
15
16
Bacillariophyceae
10
0
0
0
0
0
0
0
2
22
0
10
0
22
3
0
65
33
20
7
45
268767 189400 776750 293633 41600 472150 467100
13
7
58
47
47
30
133
52
18
178
82
97
62
172
0
35
13
23
0
5
0
3
38
0
10
0
83
0
0
97
35
7
0
9
145
43
45
82
37
23
108
222
197
2773
1217
877
1227
2198
0
0
2
0
0
0
0
27
45
123
35
13
26
195
3
5
97
38
22
45
95
98567 63133 288050 97900 13867 157383 155700
33
2
23
0
3
0
12
323
447
4563
1670
768
762
3245
15
5
292
83
80
33
350
0
12
252
78
57
3
267
0
0
0
0
2
0
0
368180 253319 1073463 394946 57540 631751 629739
Dinophyceae
23
3
85
120
273
1292
1608
0
0
43
97
30
82
290
27
0
3
2
0
3
0
15
0
137
92
120
513
493
3
0
25
0
13
222
332
68
3
293
311
436
2112
2723
Chlorophyceae
33
0
0
0
0
0
0
0
63
183
40
18
43
380
0
0
7
13
10
0
0
324
0
0
43
27
0
0
243
0
0
0
13
0
0
600
63
190
96
68
43
380

89

Lampiran 11 (Lanjutan). Jenis dan kelimpahan fitoplankton pada Bulan Maret


2008 di Estuari Sungai Wonokromo.
jenis
Anabaena
Oscillatoria
Spirulina
TOTAL
Dictyocha
Mesocena
TOTAL
TOTAL

Stasiun
10
11
12
13
14
15
16
Cyanophyceae
0
0
142
0
0
0
0
0
10
22
0
0
0
17
38
0
5
7
0
0
0
38
10
169
7
0
0
17
Chrysophyceae
1
2
0
0
3
0
3
0
0
2
0
0
0
3
1
2
2
0
3
0
6
368887 253397 1074117 395360 58047 633906 632865

90

Lampiran 12. Analisis kelompok berdasarkan kesamaan konsentrasi klorofil-a pada Bulan Maret 2007.

Estuari Sungai Porong


Tahap

Jumlah
kelompok

Tingkat
kesamaan

Jarak

1
2
3
4
5

5
4
3
2
1

93,6646
88,7289
85,1341
76,8016
45,1824

1,5255
2,7140
3,5795
5,5859
13,1994

Penggabungan
kelompok
2
1
1
1
1

3
2
4
5
6

Kelompok
baru

Jumlah obs. pada


kelompok baru

2
1
1
1
1

2
3
4
5
6

Kelompok
baru

Jumlah obs. pada


kelompok baru

4
4
4
1
2
1

2
3
4
5
2
7

Estuari Sungai Wonokromo


Tahap

Jumlah
kelompok

Tingkat
kesamaan

Jarak

1
2
3
4
5
6

6
5
4
3
2
1

93.6896
91.0776
90.2570
76.2672
66.2740
53.6330

1.03529
1.46382
1.59844
3.89363
5.53312
7.60702

Penggabungan
kelompok
4
4
4
1
2
1

5
6
7
4
3
2

91

Lampiran 13. Analisis kelompok berdasarkan kesamaan konsentrasi klorofil-a pada Bulan Agustus 2007.

Estuari Sungai Porong


Tahap

Jumlah
kelompok

Tingkat
kesamaan

Jarak

1
2
3
4
5
6
7
8

8
7
6
5
4
3
2
1

89,1807
88,4021
87,4768
85,2642
80,0686
77,1101
71,8249
67,4935

1,00266
1,07482
1,16057
1,36561
1,84711
2,12128
2,61108
3,01249

Estuari Sungai Wonokromo


Tingkat
Jumlah
Tahap
kesamaan
kelompok
1
2
3
4
5
6

6
5
4
3
2
1

79,6268
78,8121
78,1770
75,1645
59,3574
44,2719

Jarak
1,93622
2,01364
2,07400
2,36031
3,86258
5,29626

Penggabungan
kelompok
6
1
6
3
6
3
3
1

7
2
8
4
9
6
5
3

Penggabungan
kelompok
5
4
3
3
1
1

6
5
4
7
3
2

Kelompok
baru

Jumlah obs. pada


kelompok baru

6
1
6
3
6
3
3
1

2
2
3
2
4
6
7
9

Kelompok
baru

Jumlah obs. pada


kelompok baru

5
4
3
3
1
1

2
3
4
5
6
7

92

Lampiran 14. Analisis kelompok berdasarkan kesamaan konsentrasi klorofil-a pada Bulan Maret 2008.

Estuari Sungai Porong


Tahap

Jumlah
kelompok

Tingkat
kesamaan

Jarak

1
2
3
4
5
6
7
8

8
7
6
5
4
3
2
1

87,7245
87,0802
86,1960
84,3976
82,9496
80,9406
79,6881
74,1784

1,00854
1,06148
1,13412
1,28188
1,40084
1,56589
1,66880
2,12147

Penggabungan
kelompok
1
5
7
4
4
1
1
1

2
6
8
5
7
3
4
9

Kelompok
baru

Jumlah obs. pada


kelompok baru

1
5
7
4
4
1
1
1

2
2
2
3
5
3
8
9

Kelompok
baru

Jumlah obs. pada


kelompok baru

5
2
4
1
1
1

2
2
3
4
5
7

Estuari Sungai Wonokromo


Tahap

Jumlah
kelompok

Tingkat
kesamaan

Jarak

1
2
3
4
5
6

6
5
4
3
2
1

93,2787
92,9465
86,9586
78,0148
66,6521
38,0872

1,05494
1,10708
2,04690
3,45066
5,23407
9,71744

Penggabungan
kelompok
5
2
4
1
1
1

6
3
5
4
7
2

93

Lampiran 15. Hasil analisis komponen utama data Bulan Maret 2007
Estuari Sungai Porong
Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi
Faktor 1
Faktor 2
-0.696228 -0.577433
Klorofil-a
0.893099
-0.052310
Fitoplankton
0.880672
0.092128
Kecerahan
-0.697762 0.445618
Suhu
0.783644
-0.250603
pH
0.873377
-0.433478
Salinitas
0.809486
0.525794
Kedalaman
-0.261417
0.960693
Nitrat
-0.862905 0.073924
Nitrit
-0.960849 -0.020724
Ammonia
-0.814054 -0.556375
Fosfat
0.810240
-0.165454
Silikat

Estuari Sungai Wonokromo


Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi
Faktor 1
Faktor 2
0.878688
-0.063186
Klorofil-a
0.435186
0.021784
Fitoplankton
0.960334
-0.261707
Kecerahan
0.677599
-0.667372
Suhu
0.859726
0.092001
pH
0.871090
0.326198
Salinitas
-0.565403
0.482705
Kedalaman
-0.098050
0.936920
Nitrat
-0.690180 -0.594841
Nitrit
-0.637877 -0.686985
Ammonia
-0.267451
0.487663
Fosfat
0.891680
0.036772
Silikat

Faktor koordinat dari stasiun, berdasarkan korelasi


Faktor 1
Faktor 2
3.84038
-1.10367
St.1
1.90578
-0.59017
St.2
0.53208
0.51236
St.3
-1.33546
1.76952
St.4
-0.81324
1.51536
St.5
-4.12955
-2.10340
St.6

Faktor koordinat dari stasiun, berdasarkan korelasi


Faktor 1
Faktor 2
1.24050
2.74244
St.7
2.71348
-0.48556
St.8
3.22581
-0.32606
St.9
-0.53675
-1.49142
St.10
-1.45396
-1.70134
St.11
-2.17818
-0.60913
St.12
-3.01089
1.87108
St.13

94

Lampiran 16. Hasil analisis komponen utama data Bulan Agustus 2007
Estuari Sungai Porong
Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi
Faktor 1
Faktor 2
0.321581
0.775527
Klorofil-a
0.385560
0.476065
Fitoplankton
-0.756436 -0.576029
Kecerahan
-0.240705 -0.152863
Suhu
0.523152
-0.753402
pH
0.860409
-0.309275
Salinitas
-0.769463 -0.532814
Kedalaman
-0.597724 0.445872
Nitrat
-0.832202 0.381726
Nitrit
-0.946880 -0.089439
Ammonia
-0.374593 0.659593
Fosfat
-0.959207 -0.095254
Silikat

Estuari Sungai Wonokromo


Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi
Faktor 1
Faktor 2
0.261062
0.819141
Klorofil-a
0.281647
0.524616
Fitoplankton
0.801275
-0.488785
Kecerahan
0.789659
-0.342721
Suhu
0.759165
0.230635
pH
0.985277
-0.012247
Salinitas
0.738875
0.045839
Kedalaman
-0.311984
0.756577
Nitrat
-0.971206 -0.111912
Nitrit
-0.984059 -0.055258
Ammonia
-0.982262 -0.099178
Fosfat
-0.972198 -0.081612
Silikat

Faktor koordinat dari stasiun, berdasarkan korelasi


Faktor 1
Faktor 2
-0.88994
3.30275
St.1
1.37283
2.21746
St.2
0.86118
-0.57910
St.3
2.20093
-1.53929
St.4
0.73196
-0.45772
St.5
0.67596
-1.61321
St.6
0.19051
-1.01934
St.7
0.70256
0.54668
St.8
-5.84600
-0.85823
St.9

Faktor koordinat dari stasiun, berdasarkan korelasi


Faktor 1
Faktor 2
-5.96513
-0.40191
St.10
-0.33453
1.80755
St.11
0.45329
0.57465
St.12
1.43313
-0.29770
St.13
1.26596
-2.09292
St.14
1.43029
-1.11069
St.15
1.71698
1.52102
St.16

95

Lampiran 17. Hasil analisis komponen utama data Bulan Maret 2008
Estuari Sungai Porong
Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi
Faktor 1
Faktor 2
-0.259925 -0.782067
Klorofil-a
0.706049
-0.540392
Fitoplankton
0.925878
-0.078713
Kecerahan
0.405987
0.314676
Suhu
0.854611
-0.404720
pH
0.854611
-0.404720
Salinitas
-0.661324 -0.604161
Kedalaman
-0.815404 -0.265298
Nitrat
-0.880176 -0.374259
Nitrit
0.667857
0.100693
Ammonia
-0.940479
0.140150
Fosfat
-0.913334 0.071803
Silikat

Estuari Sungai Wonokromo


Faktor koordinat dari variabel, berdasarkan korelasi
Faktor 1
Faktor 2
0.482910
-0.802929
Klorofil-a
0.425265
-0.371053
Fitoplankton
0.351881
0.850705
Kecerahan
0.728721
0.355009
Suhu
0.924273
0.014715
pH
0.967503
0.073225
Salinitas
0.059741
0.934457
Kedalaman
-0.914866
0.102831
Nitrat
-0.973130 -0.031950
Nitrit
-0.117271
0.240324
Ammonia
-0.793983 -0.000728
Fosfat
-0.981298
0.063377
Silikat

Faktor koordinat dari stasiun, berdasarkan korelasi


Faktor 1
Faktor 2
-2.54596
0.45875
St.1
3.45373
-0.91852
St.2
3.22705
-1.83580
St.3
0.82797
0.64411
St.4
1.64659
0.33773
St.5
-1.60603
1.05374
St.6
-0.12309
1.16918
St.7
-0.20401
1.51149
St.8
-4.67624
-2.42069
St.9

Faktor koordinat dari stasiun, berdasarkan korelasi


Faktor 1
Faktor 2
-5.41857
-0.71076
St.10
0.71220
-2.08414
St.11
2.05805
-1.57366
St.12
0.97322
0.29407
St.13
-0.45166
2.42234
St.14
1.00448
1.48234
St.15
1.12228
0.16982
St.16

96

Lampiran 18. Korelasi antar parameter pada Bulan Maret 2007


Estuari Sungai Porong
Variabel
Klorofil-a
Fitoplankton
Kecerahan
Suhu
pH
Salinitas
Kedalaman
Nitrat
Nitrit
Ammonia
Fosfat
Silikat

Klorofil-a
1.0000
-0.7308
-0.4685
0.4232
-0.3167
-0.2690
-0.7602
-0.3828
0.3646
0.7166
0.9025
-0.6427

Fitoplankton

Kecerahan

Suhu

pH

Salinitas

Kedalaman

Nitrat

Nitrit

Ammonia

Fosfat

Silikat

1.0000
0.6282
-0.6964
0.5484
0.7563
0.5949
-0.2739
-0.6686
-0.8516
-0.6655
0.9811

1.0000
-0.3632
0.7505
0.8261
0.8791
-0.1549
-0.9666
-0.8159
-0.7514
0.5045

1.0000
-0.6844
-0.6839
-0.2349
0.6000
0.3794
0.7289
0.3837
-0.7042

1.0000
0.7975
0.5556
-0.4147
-0.6726
-0.6655
-0.5718
0.5042

1.0000
0.5282
-0.6521
-0.8949
-0.8129
-0.4501
0.7186

1.0000
0.2836
-0.7713
-0.7837
-0.9486
0.4402

1.0000
0.3206
0.2517
-0.3286
-0.3515

1.0000
0.8127
0.6137
-0.5662

1.0000
0.7929
-0.7499

1.0000
-0.5335

1.0000

Fitoplankton

Kecerahan

Suhu

pH

Salinitas

Kedalaman

Nitrat

Nitrit

Ammonia

Fosfat

Silikat

1.0000
0.3462
0.4135
0.4203
0.3101
-0.4275
0.0303
-0.1468
-0.3014
0.3526
0.1071

1.0000
0.7993
0.7671
0.7382
-0.6300
-0.3524
-0.5251
-0.4528
-0.4607
0.8834

1.0000
0.6502
0.4197
-0.7698
-0.6837
-0.0670
0.0952
-0.3033
0.4561

1.0000
0.9350
-0.6391
0.0673
-0.6158
-0.4450
0.1446
0.6334

1.0000
-0.5059
0.2897
-0.7589
-0.6588
0.0983
0.7554

1.0000
0.2962
-0.1310
-0.1435
-0.0609
-0.4274

1.0000
-0.3618
-0.5109
0.6617
-0.0374

1.0000
0.8963
0.1053
-0.6284

1.0000
0.0554
-0.6532

1.0000
-0.4748

1.0000

Estuari Sungai Wonokromo


Variabel
Klorofil-a
Fitoplankton
Kecerahan
Suhu
pH
Salinitas
Kedalaman
Nitrat
Nitrit
Ammonia
Fosfat
Silikat

Klorofil-a
1.0000
0.4137
0.8843
0.5531
0.5296
0.5743
-0.3038
-0.2299
-0.6156
-0.6779
-0.5342
0.8624

97

Lampiran 19. Korelasi antar parameter pada Bulan Agustus 2007


Estuari Sungai Porong
Variabel
Klorofil-a
Fitoplankton
Kecerahan
Suhu
pH
Salinitas
Kedalaman
Nitrat
Nitrit
Ammonia
Fosfat
Silikat

Klorofil-a
1.0000
0.3444
-0.5929
-0.3711
-0.3950
0.1948
-0.5073
0.1886
0.0031
-0.3572
0.4127
-0.3704

Fitoplankton

Kecerahan

Suhu

pH

Salinitas

Kedalaman

Nitrat

Nitrit

Ammonia

Fosfat

Silikat

1.0000
-0.4911
-0.6140
-0.0875
0.0121
-0.4822
-0.1448
-0.1835
-0.2790
0.0544
-0.2964

1.0000
0.1163
0.0622
-0.4635
0.9650
0.2681
0.3715
0.7666
-0.1513
0.7765

1.0000
0.0087
-0.1327
0.0398
0.4281
0.0703
0.0516
0.2002
0.0620

1.0000
0.7655
0.0556
-0.5048
-0.8693
-0.3728
-0.4781
-0.4050

1.0000
-0.4205
-0.5836
-0.9021
-0.7558
-0.3411
-0.7826

1.0000
0.2179
0.3906
0.8358
-0.0331
0.8374

1.0000
0.4730
0.4275
0.6884
0.4124

1.0000
0.7250
0.3732
0.7636

1.0000
0.3717
0.9957

1.0000
0.3248

1.0000

Fitoplankton

Kecerahan

Suhu

pH

Salinitas

Kedalaman

Nitrat

Nitrit

Ammonia

Fosfat

Silikat

1.0000
-0.0704
0.2527
0.5476
0.1422
0.5473
0.2495
-0.1896
-0.1850
-0.2140
-0.1635

1.0000
0.7738
0.5770
0.8063
0.3692
-0.5515
-0.7345
-0.7685
-0.7407
-0.7514

1.0000
0.5559
0.7339
0.6671
-0.2994
-0.6677
-0.7331
-0.7105
-0.6816

1.0000
0.6797
0.5869
-0.0411
-0.6690
-0.6854
-0.6943
-0.6594

1.0000
0.6543
-0.3126
-0.9905
-0.9964
-0.9929
-0.9937

1.0000
-0.3510
-0.6387
-0.6612
-0.6733
-0.6313

1.0000
0.2253
0.2390
0.2190
0.2395

1.0000
0.9950
0.9972
0.9994

1.0000
0.9987
0.9967

1.0000
0.9971

1.0000

Estuari Sungai Wonokromo


Variabel
Klorofil-a
Fitoplankton
Kecerahan
Suhu
pH
Salinitas
Kedalaman
Nitrat
Nitrit
Ammonia
Fosfat
Silikat

Klorofil-a
1.0000
0.1865
-0.1839
-0.3038
0.2250
0.3217
0.0952
0.3987
-0.4391
-0.3613
-0.3998
-0.4153

98

Lampiran 20. Korelasi antar parameter pada Bulan Maret 2008


Estuari Sungai Porong
Variabel
Klorofil-a
Fitoplankton
Kecerahan
Suhu
pH
Salinitas
Kedalaman
Nitrat
Nitrit
Ammonia
Fosfat
Silikat

Klorofil-a
1.0000
0.2537
-0.3236
-0.3579
-0.0672
-0.0672
0.5600
0.2736
0.4725
-0.0588
0.1647
-0.0011

Fitoplankton

Kecerahan

Suhu

pH

Salinitas

Kedalaman

Nitrat

Nitrit

Ammonia

Fosfat

Silikat

1.0000
0.6240
0.2221
0.7483
0.7483
-0.2419
-0.3955
-0.3578
0.3904
-0.6884
-0.7814

1.0000
0.3915
0.9139
0.9139
-0.5182
-0.5867
-0.7379
0.6062
-0.9126
-0.7223

1.0000
0.1631
0.1631
-0.2969
-0.1971
-0.3765
0.1750
-0.4273
-0.4099

1.0000
1.0000
-0.2612
-0.5372
-0.5987
0.4343
-0.8922
-0.6847

1.0000
-0.2612
-0.5372
-0.5987
0.4343
-0.8922
-0.6847

1.0000
0.6956
0.7799
-0.5907
0.4882
0.6101

1.0000
0.9294
-0.5823
0.6969
0.8235

1.0000
-0.5490
0.8128
0.7897

1.0000
-0.4471
-0.6931

1.0000
0.8219

1.0000

Fitoplankton

Kecerahan

Suhu

pH

Salinitas

Kedalaman

Nitrat

Nitrit

Ammonia

Fosfat

Silikat

1.0000
0.0150
0.3011
0.3709
0.2059
-0.3549
-0.2823
-0.2570
-0.0262
-0.5131
-0.3687

1.0000
0.4616
0.4079
0.3618
0.8361
-0.3015
-0.3512
-0.1146
-0.1604
-0.2386

1.0000
0.4830
0.6481
0.2522
-0.5111
-0.7007
0.3824
-0.7370
-0.7603

1.0000
0.9317
0.0953
-0.9123
-0.8802
-0.3156
-0.6846
-0.8472

1.0000
0.1575
-0.9122
-0.9743
-0.1391
-0.7339
-0.9509

1.0000
0.0448
-0.1133
0.1372
0.0040
0.0070

1.0000
0.9375
0.4721
0.5125
0.8895

1.0000
0.1932
0.6729
0.9769

1.0000
-0.4358
0.0477

1.0000
0.7846

1.0000

Estuari Sungai Wonokromo


Variabel
Klorofil-a
Fitoplankton
Kecerahan
Suhu
pH
Salinitas
Kedalaman
Nitrat
Nitrit
Ammonia
Fosfat
Silikat

Klorofil-a
1.0000
0.4312
-0.5455
0.0284
0.3986
0.4365
-0.6145
-0.4919
-0.4826
-0.2163
-0.3617
-0.5491

99

Lampiran 21. Kriteria status trofik perairan menurut Parslow et al,. 2008
No

Tipe Perairan

Kandungan Klorofil-a (mg/m3)

Oligotrofik

0-2

Meso-Oligotrofik

2-5

3
4
5

Mesotrofik
Eutrofik
Hipereutrofik

5-20
20-50
>50

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 11 Mei
1985, merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara dari
pasangan Ayahanda H. Djati dan Ibunda (Alm) Hj. Rochmah.
Pendidikan formal pertama diawali di TK Dwijaya Bintaro
pada tahun 1991-1992 kemudian dilanjutkan di SD Negeri 02
Bintaro pada tahun 1992-1998. Bersamaan dengan
berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan studi di
SLTP Negeri 178 Jakarta pada tahun 1998-2001 kemudian
melanjutkan studi di SMA Negeri 29 Jakarta pada tahun 2001-2004. Tahun 2004
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan terdaftar
sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa organisasi
kampus yaitu Departemen Minat dan Bakat, Himpunan Mahasiswa Manajemen
Sumberdaya Perairan (HIMASPER), IPB periode 2006-2007, Forum Silaturahmi
Alumni SMA 29 (FORSA), IPB, dan beberapa organisasi lain. Selain itu penulis
juga aktif dalam beberapa kepanitiaan yaitu Koordinator bidang LogTrans Studi
Lapang Ekologi Laut Tropik di Tanjung Lesung tahun 2005, Koordinator bidang
humas Studi Lapang Sumberdaya Hayati Ikan di Muara Angke tahun 2006, Ketua
Panitia Studi Lapang Tanaman Air Terapan di Kebun Raya Bogor dan Cikampak
tahun 2006. Ketua Panitia Studi Lapang Produktivitas Perairan di Kebun Raya
Bogor dan Hulu Sungai Ciapus tahun 2006, dan Ketua Panitia Studi Lapang
Manajemen Sumberdaya Perairan di Tambak Pandu Karawang dan Waduk
Jatiluhur tahun 2007.
Selain pada bidang akademis penulis pernah menjabat sebagai asisten luar
biasa Avertebrata Air yahun 2005-2006 dan asisten luar biasa Oseanografi Umum
tahun 2007-2008. Pengalaman magang penulis selama kuliah yakni magang kerja
di bagian pembenihan Ikan Mas dan pembuatan pakan alami (Chlorella sp.) di
Balai Basar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi tahun 2007.
Untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian
yang berjudul Distribusi Spasial dan Temporal Biomassa Fitoplankton
(Klorofil-a) dan Keterkaitannya dengan Kesuburan Perairan Estuari Sungai
Brantas, Jawa Timur. Penulis dinyatakan lulus sidang ujian skripsi pada
tanggal 30 Desember 2008.

Anda mungkin juga menyukai