Nomor : 011/PMK-JKT/002/V/2014
Pada hari Rabu tanggal dua puluh sembilan bulan Januari, Tahun Dua ribu empat
belas (29-01-2014) bertempat di Jakarta.Telah dibuat dan ditandatangani perjanjian
kerjasama oleh dan antara:
Edhi Baratajaya:
Hasnil Hawadis :
Page 1 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PARA PIHAK mengadakan kerjasama dalam hal jasa pemborongan pekerjaan Twin
Drilling sumur minyak di kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
dengan ketentuan dan syarat syarat sebagai berikut :
Pasal 1
MAKSUD dan TUJUAN
Maksud dan tujuan pekerjaan ini adalah :
PIHAK PERTAMA bermaksud untuk melakukan Twin Drilling sumur minyak di
kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan ruang lingkup
PEKERJAAN dan spesifikasi yang terlampir pada LAMPIRAN A perjanjian ini.
Tujuan PEKERJAAN ini adalah untuk mengubah Sumur Minyak tersebut menjadi
Sumur Produksi Minyak.
Pasal 2
DEFINISI DAN DOKUMEN DOKUMEN PERJANJIAN
1. Istilah istilah dan singkatan singkatan yang dipergunakan dalam perjanjian
ini dan atau dalam dokumen dokumen yang merupakan satu kesatuan
dengan perjanjian ini wajib ditafsirkan maksud dan artinya sebagai berikut :
a. PERJANJIAN : adalah kesepakatan tertulisantara PIHAK PERTAMA
dengan PIHAK KEDUA yang didalamnya mengatur hak dan kewajiban
PARA PIHAK, mengenai pekerjaan Twin Drilling sumur minyak di
kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
b. INSTRUKSI TERTULIS : adalah surat Perintah Kerja Drilling minyak atau
berita acara mulai pekerjaan yang ditandatangani oleh Direksi PIHAK
PERTAMA.
c. LOKASI PEKERJAAN : adalah tempat dilaksanakannya PEKERJAAN,
yaitu di kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
d. KEADAAN KAHAR : adalah suatu kejadian dan keadaanyang terjadi
diluar kuasa atau kontrol PARA PIHAK yang mengikatkan diri dalam
PERJANJIAN yang mengakibatkan PIHAK yang menyatakan tidak dapat
melaksanakan seluruh atau sebagian kewajibannya berdasarkan
PERJANJIAN. Keadaan kahar termasuk tetap tidak terbatas pada
bencana alam / act of god ( antara lain banjir, gempa bumi, tsunami, angin
topan, gunung meletus, tanah longsor atau wabah penyakit ), peperangan,
kerusuhan, sabotase atau revolusi.
e. KELALAIAN : adalah tindakan yang bertentangan atau kegagalan untuk
mematuhi sebagian atau keseluruhan ketentuan ketentuan dalam
Page 2 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
Pasal 4
Page 3 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
FORCE MAJEURE
1. Masing masing pihak dibebaskan dari tanggung jawab atas keterlambatan
atau kegagalan dalam memenuhi kewajiban yang tercantum dalam perjanjian
ini, yang disebabkan atau diakibatkan oleh kejadian di luar kekuasaan masing
masing pihak yang digolongkan sebagai Force Majeure.
2. Peristiwa yang dapat digolongkan Force Majeure adalah : adanya bencana alam
seperti gempa bumi, taufan, banjir atau hujan terus menerus,wabah penyakit,
adanya perang, peledakan, sabotase, revolusi, pemberontakan, huru hara,
adanya tindakan pemerintahan dalam bidang ekonomi dan moneter yang secara
nyata berpengaruh terhadap pelaksanaan perjanjian ini.
3. Apabila terjadi Force Majeure maka pihak yang lebih dahulu wajib
memberitahukan kepada pihak lainnya selambat lambatnya dalam waktu 2
( dua ) hari setelah terjadinya Force Majeure.
4. Keadaan kahar/force Majeure sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) pasal ini
tidak menghapuskan atau mengakhiri perjanjian ini. Setelah keadaan
kahar/force Majeure berakhir dan kondisi masih memungkinkan kegiatan dapat
dilksanakan oleh PARA PIHAK maka PARA PIHAK akan melanjutkan
pelaksanaan perjanjian ini sesuai dengan ketentuan ketentuan yang diatur
dalam perjanjian ini
Pasal 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila dalam pelaksanaan perjanjian ini diantara kedua belah pihak terdapat
perselisihan atau ketidaksesuaian pendapat, maka akan diselesaikan dengan
musyawarah untuk mufakat.
2. Apabila musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) pasal initidak
tercapai, PARA PIHAK sepakat untuk menyerahkan perselisihan yang timbul
pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia atau Kontor Pengadilan Negri Jakarta
Selatan untuk diselesaikan menurut peraturan perundang undangan yang
berlaku.
Pasal 12
KETENTUAN LAIN
1. Hal hal lain yang belum diatur atau belum cukup diatur di dalam perjanjian ini
akan diatur lebih lanjut dalam bentuk addendum yang merupakan satu
kesatuan utuh yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
Page 7 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA
BORINDO NUSANTARA
Edhi Baratajaya
Presiden Direktur
Hasnil Hawadis
Direktur Utama
Page 8 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
LAMPIRAN A.1
LINGKUP DAN SYARAT-SYARAT PEKERJAAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA meliputi
kegiatan :
1) Melaksanakan pekerjaan persiapan pemboran sumur twin meliputi :
Mempersiapkan lokasi (pembersihan sekitar lokasi, pembuatan cellar
dan bak lumpur pemboran)
Membuat pengamanan di sumur-sumur terdekat untuk mencegah
semburan lumpur akibat dilakukannya pengeboran sumur twin.
2) Melaksanakan pekerjaan pemboran sumur twin meliputi :
Rig up:
Membuat lubang 17 1/2 untuk set-up Casing stop pipe 14
Lubang hingga kedalaman 5 meter
Penyemenan 14 Casing sebagai stop pipe
Pemasangan Over flow
Membuat lubang 12 1/4 dengan memakai Tricone Bit 12 1/4 dari
0 - 80 meter
Instal pipa Casing conductor 9 5/8
Melakukan penyemenan Casing conductor 9 5/8
Tunggu semen kering
PIHAK
KEDUA
3. PERALATAN KERJA
1) Peralatan pemboran sumur twin meliputi :
Rig
Mud Pump
Drill Pipe
Peralatan Pancing sesuai kebutuhan
BOP
Perlengkapan Pemadam Api dan peralatan safety yang lain.
2) Semua peralatan kerja yang disediakan PIHAK KEDUA harus sesuai
dengan standar dan peruntukannya
3) Peralatan yang dikirim ke Lokasi Pekerjaan harus diinspeksi, dipersiapkan
didokumentasikan sesuai dengan standar wajib dan spesifikasi yang
berlaku
4) Peralatan kerja harus sudah tersedia di lokasi kerja ketika PIHAK KEDUA
memulai pekerjaan
5) PIHAK KEDUA dapat menggunakan peralatan PIHAK PERTAMA dengan
kontrol untuk pekerjaan pemboran sumur twin, dan harus menyimpan,
bertanggung jawab, memelihara dan menggunakan barang-barang
tersebut dengan hati-hati, PIHAK KEDUA harus mengembalikan kepada
PIHAK PERTAMA setiap barang yang dipergunakan dalam keadaan
seperti semula dengan pengecualikan keausan dan kemerosotan yang
wajar karena pemakaian.
6) Jika terjadi kerusakan pada peralatan kerja, PIHAK KEDUA harus segera
memperbaikinya dan mengusahakan agar peralatan tersebut dapat
dioperasikan kembali dengan segera.
7) Peralatan kerja habis pakai (consumable) seperti kain lap, amplas, minyak
hidrolik dan lain-lain menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA dan sudah
masuk dalam hitungan biaya.
4. PENYEDIAN MATERIAL / INSTALASI SUMUR
1) PIHAK PERTAMA menyediakan material instalasi sumur apabila
diperlukan untuk instalasi sumur twin.
2) Material untuk pekerjaan pemboran sumur twin disediakan oleh PIHAK
KEDUA termasuk tetapi tidak terbatas material sebagai berikut : air untuk
sirkulasi/ injeksi untuk mengawasi water loss.
3) Material yang dikirim PIHAK PERTAMA untuk instalasi sumur harus
diinspeksi, dipersiapkan, ditandai dan didokumentasikan sesuai dengan
standar industri wajib dan spesifikasi yang berlaku.
4) Material instalasi yang disediakan oleh PIHAK PERTAMA harus tersedia
dilokasi pekerjaan pada saat akan dilaksanakan pemasangan instalasi
sumur, antara lain :
a. Air
b. Casing 14, Casing 9 5/8,casing 7 1/16 Casing Well Head, Adaptor
spoll 9 5/8 to 11
c. Electrical Logging Pompa Sub Mersibel (ESP 175) dan aksesories
d. Air asin
Page 10 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
LAMPIRAN A.2
KETENTUAN-KETENTUAN KHUSUS PEKERJAAN
1) TENAGA KERJA
1) Untuk mendukung dan memberikan pelayanan yang komperhensif,
PIHAK KEDUA harus mempunyai / menyediakan tenaga kerja lapangan
yang terdiri dari Manager Operasi/Rig, Rig superintendent, Toolpusher,
Driller, Derickman, Florrman, Roustabout, Mechanic, Electric, Driver,
Administrasi dengan ketentua sebagai berikut :
a) Manager Operasi / Rig
Bertanggung jawab terhadap seluruh operasi dan koordinasi
pekerjaan Drilling sumur minyak
Memahami hal-hal teknis yang berhubungan dengan pekerjaan
drilling sumur minyak
Mampu mengatasi kejadian yang bersifat umum dan darurat yang
mungkin dapat terjadi pada pekerjaan reaktivasi sumur
b) Rig Superintendent
Bertanggung jawab terhadap seluruh operasi rig tepat guna
Memahami hal-hal yang bersifat teknis tentang peralatan rig tepat
guna dan kaidah teknis drilling sumur minyak
Mengkoordinir fungsi-fungsi dibawahnya berkaitan dengan
pekerjaan drilling sumur minyak.
c) Petugas K3L (HSE Officer)
Memiliki pengalaman sebgai Petugas K3L minimal 3 (tiga) tahun
Bertanggung jawab untuk memastikan implementasi Rencana
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan yang dibuat oleh
perusahaan dan subkontrktor, selam proyek berlangsung.
Sebagaimana fungsi pengawasan pelaksanaan K3L dilapangan
harus secara aktif memperingatkan, mengontrolseluruh personel di
lokasi kerja untuk patuh kepada ketentuan Keselamatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan dan menjaga agar tidak terjadi kecelekaan
kerja.
Membuat laporan secara rutin kepada HSE Manager PIHAK
KEDUA, seluruh implementasi K3L selama proyek berlangsung,
kejadian near miss, incident atau accident yang terjadi dilapangan.
d) Toolphuser
Memiliki kompetensi sebagai Toolphuser berpendidikan minimal D3
Memiliki pengalaman sebagai Toolphuser minimal 3 (tiga) tahun
Bertanggung jawab membantu Rig Superintendent untuk seluruh
operasi peralatan drilling sumur minyak
Bertanggung jawab mengontrol peralatan dan ketersediaan material
dan spare part peralatan untuk kelancaran pekerjaan drilling sumur
minyak
Memahami hal-hal yang besifat teknis seluruh peralatan drilling
sumur minyak
Page 11 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
Page 13 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
Page 14 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
LAMPIRAN B
BIAYA, TATA CARA PEMBAYARAN, PAJAK, ASURANSI dan BIAYA JAMINAN
PELAKSANAAN
Pasal 1
DEFINISI
Unit Price/harga satuan adalah nilai pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam waktu tertentu berdasarkan satuan yang pasti untuk
setiap satuan/unsur PEKERJAAN dengan spesifikasi teknis tertentu. Volume
PEKERJAAN masih bersifat sementara. Pembayaran didasarkan pada hasil
pengukuran bersama atas PEKERJAAN yang diperlukan.
Pasal 2
BIAYA PEKERJAAN TWIN DRILLING SUMUR MINYAK
1. Biaya borongan Drilling sumur minyak
2. Biaya pekerjaan Twin Drilling sumur minyak 0 350 meter untuk setiap
sumurnya sebesar Rp 946.500.000,- (Sembilan ratus empat puluh enam juta
lima ratus ribu rupiah) tidak termasuk PPN dan dipotong PPH sesuai aturan
yang berlaku, dengan perincian sebagai berikut :
Kedalaman casing stop pipe 14 0 9 meter
1.500.000 x 9 meter
Kedalaman casing 9 5/8 9 80 meter
2.000.000 x 71 meter
Kedalaman casing 7 1/16 80 350 meter
2.100.000 x 270 meter
Pemasangan casing 9 5/8 + semen
BOP,tunggu semen kering, melayani electric logging
Pemasangan casing 9 5/8
Pemasangan casing 7 1/16
Sirkulasi air asin
Rig up & Rig down,sewa crane
Total
= Rp.
13.500.000,-
= Rp 142.000.000,= Rp 567.000.000,= Rp. 48.000.000,= Rp. 24.000.000,= Rp. 38.000.000,= Rp. 24.000.000,= Rp. 90.000.000,= Rp. 946.500.000,-
PIHAK
KEDUA
Melanjutkan drilling dari 80 meter s/d 350 meter atau pakai tricon bit 8 1/2.
Sirkulasi mud sampai benar benar lubang sumur bor bersih
Melayani pekerja electric logging
Install pipa casing produksi dan screen sesuai analisa logging
Sirkulasi dengan air asin sampai sumur benar-benar bersih dari fluida yang
keluar adalah benar-benar fluida dari formasi.
Air
Casing 7 1/16, casing 9 5/8, well head casing,casing 14
Electric Logging
Pompa Submersible (EP-175) dan Aksesoris
Air asin
Pasal 3
TATA CARA PEMBAYARAN
1. Dokumen tagihan tersebut wajib diajukan secara lengkap dan benar, dibuat
dalam masing-masing rangkap 2(dua), terdiri dari :
Invoice Asli + 2 ( dua ) lembar copy
Kuitansi asli + 2 ( dua ) lembar copy
Faktur Pajak standar
SSP
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Asli
Dokumen-dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan jenis PEKERJAAN
yang dipersyaratkan oleh PIHAK PERTAMA, dan tagihan asli diserahkan
kepada PIHAK PERTAMA
2.
Tanggal faktur pajak dibuat sesuai dengan Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan / Barang yang dikeluarkan PIHAK PERTAMA.
Page 16 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
Pasal 4
PAJAK DAN PUNGUTAN
1. Semua pajak, bea materai, iuran restribusi dan atau pungutan lalin berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan
PERJANJIAN ini menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK PERTAMA akan menanggung Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dari setiap pembayaran kepada PIHAK KEDUA sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Ketentuan ini juga berlaku terhadap pungutan pajak lain, bila terjadi perubahan
peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan, sepanjang hak atau
kewenangan tersebut diatur dan diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
dibidang perpajakan tersebut.
4. Bilamana diperlukan oleh salah satu pihak atau instansi yang berwenang untuk
kepentingan administrasi atau audit, maka baik PIHAK PERTAMA maupun
PIHAK KEDUA akan memberikan bukti-bukti pembayaran yang berkaitan
dengan pajak, iuran, restribusi dan/atau pungutan lain.
Pasal 5
ASURANSI
1. PIHAK KEDUA wajib menutup asuransi dengan baiya PIHAK KEDUA selama
masa berlakunya PERJANJIAN ini dan / atau perjanjian-perjanjian kerja untuk
para pegawai PIHAK KEDUA dibuat atau dinyatakan akan dibuat.
Asuransi kecelakaan tenaga kerja, sejauh diwajibkan oleh hukum yang
berlaku dalam sesuatu yuridiksi di mana PEKERJAAN akan dilaksanakan
menurut PERJANJIAN ini dan / atau perjanjian-perjanjian kerja untuk para
pegawai PIHAK KEDUA dibuat atau dinyatakan akan dibuat.
Apabila PEKERJAAN di-subkontrak-kan, PIHAK KEDUA harus mewajibkan
(para) subkontraktor untuk memberi asuransi yang serupa.
2. PIHAK KEDUA wajib menjamin agar para asuradur melepaskan semua hak
mengklaim balik (waiver of subrogations rights), termasuk khususnya hak-hak
subrogasi terhadap PIHAK PERTAMA, para kontraktor dan (para) afiliasi PIHAK
PERTAMA.
LAMPIRAN C
SANKSI DAN DENDA
Sanksi dan denda / penalty yang diberlakukan pada PERJANJIAN ini sebagai
berikut :
Pasal 1
TAGIHAN SELISIH BIAYA PERALATAN/TENAGA PEKERJAAN PENGGANTI
Page 18 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
Pengawas Pekerjaan. Hal ini adalah menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA
dan Sub-PIHAK KEDUAnya, para perwakilan atau pengawas yang bertugas
di lapangan harus memastikan bahwa peraturan tersebut diatas dipatuhi oleh
para pekerja di lapangan.
3.5. Merokok
Merokok hanya diijinkan di tempat-tempat yang telah ditentukan di tempat
kerja/lokasi kerja.
3.6. Senjata Tajam
Memiliki atau menyimpan berbagai jenis senjata dan senjata tajam dilarang
dengan keras di lokasi/tempat kerja, kecuali apabila diberikan izin secara
tertulis oleh petugas yang berwenang.
3.7. Peraturan Berpakaian
Para pekerja PIHAK KEDUA dan sub-PIHAK KEDUAnya disarankan agar
tidak mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan sintetis, Pakaian kerja
yang terbuat dari bahan yang lamban menyala harus dipakai pada operasi di
lapangan dan pemakaian celana dan baju lengan panjang wajib dipakai di
tempat kerja. Perhiasan-perhiasan seperti cincin, gelang, jam tangan tidak
boleh dikenakan pada saat bekerja terutama di tempat-tempat dimana
perhiasan-perhiasan tersebut dapat tersangkut pada peralatan yang berputar
(contoh Mesin).
3.8. Alat Pelindung Diri (APD)
a. APD harus dikenakan apabila tempat kerja mensyaratkannya dan PIHAK
KEDUA termasuk su-kontraktornya harus menyediakan seluruh APD bagi
para pekerjanya.
b. Pemakaian topi keselamatan (safety helmet) harus dipakai di tempat
kerja. Topi keselamatan kerja ini harus memenuhi persyaratan dan
ketentuan Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Assosiasi
International (Z 94.1)
c. Pemakaian sepatu keselamatan kerja diharuskan bagi setiap orang yang
bekerja mengawasi dan memeriksa dilapangan. Sepatu keselamtan kerja
ini harus memenuhi ketentuan Standar Industri Indonesia (SII) atau
Standar Assosiasi International (Z 94.1)
d. Kacamata keselamata, pelindung muka atau peralatan pendukung lainnya
harus dipakai oleh para pekerja saat dibutuhkan untuk menangani jenis
pekerjaan tertentu. Peralatan pelindung mata dan muka harus memenuhi
persyratan Standar Industri Indonesia (SII) atau Standar Assosiasi
International (Z 94.1) dan untuk kacamata keselamatan harus memenuhi
SII atau Z 87.1.
e. Menyemprotkan udara bertekanan terhadap pakaian kerja untuk tujuan
membersihkan kotoran atau membersihkan dengan minyak ataupun
bahan yang dapat menimbulkan iritasi kulit, sama sekali tidak
diperbolehkan.
f. Peralatan pelindung telinga disediakan dan dipakai oleh pekerja
dilapangan/lokasi yang mensyaratkan penggunaan pelindung telinga.
Page 22 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
Izin Penggalian
Untuk seluruh pekerjaan penggalian tanpa terkecuali. Pengajuan izin
harus disertai dengan denah dan lokasi yang akan digali untuk
mengetahui apakah terdapat jalur pipa, listrik/telepon ataupun jalur yang
berbahaya.
Page 24 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
PIHAK
KEDUA
Page 27 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
Page 28 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
b. Peralatan Deteksi
Pekerja dilapangan harus dilatih dan mampu mengoperasikan peralatan
deteksi (gas detector) untuk gas H2S.
c. Bahan Beracun Gas H2S
Gas H2S termasuk bahan beracun, pengaruh terhadap phisik / tubuh
sangat berbeda-beda tergantung dari konsentrasi gas H2S.
1. Dengan mudah dibedakan berdasarkan aromanya / bau seperti telor
busuk dan untuk mengetahui konsentrasi H2S dengan menggunakan
H2S detector.
2. Maksimum konsentrasi yang diijinkan selama 8 jam kerja adalah 5
ppm. Alat bantu pernafasan dibutuhkan bila bekerja dengan
konsentrasi > 5 ppm.
3. Berakibat rabun mata, bersin, batuk, sakit kepala, mual dan kilang daya
penciuman dalam 2 15 menit (100 ppm).
4. Terjadi iritasi pada mata dan system pernafasan, hilang daya
penciuman dengan cepat (200 300 ppm).
5. Terjadi gangguan pernafasan dalam waktu 15 menit.
6. Kejadian cepat pingsan dan harus segera dibutuhkan alat bantu
penyadaran / pernafasan (700- 1000 ppm).
7. Kejadian hamper meninggal dunia (10.000 ppm)
d. Gejala-gejala yang muncul
Akut
:Berakibat pada keadaan sesak dada seketika (mati lemas)
dengan kelumpuhan pernafasan. Keracunan akut atau seperti tercekik
dapat terjadi setelah beberapa detik menghirup H2S dengan konsentrasi
tinggi dan akan berakibat nafas terengah-engah, muka pucat,
kelumpuhan, kram dan hamper hilang kesadaran. Kelumpuhan
pernafasan dan jantung secara tiba-tiba dapat diikuti dengan kematian.
Note : Satu hirupan nafas terhadap H2S dengan konsentrasi tinggi
tersebut dapat membawa akibat yang fatal. Sub-Akut : Berakibat pada
iritasi terbakar di bagian dada, iriasi kulit dan sakit kepala
e. Pengobatan
Korban agar segera dipindahkan ke tempat yang berudara segar dengan
memberikan alat bantu pernafasan. Jika pernafasan terhenti, pernafasan
buatan harus dilakukan segera, jika pernafasan lamban, sulit atau
terganggu, pernafasan harus dibantu dengan pemberian oksigen. Semua
kejadian yang diakibatkan oleh gas H2S, korban harus segera dirawat
oleh petugas medis.
f. Tindakan Pencegahan KU
1. Berikan latihan kepada para pekerja tentang cara-cara mengenali dan
menghindari bahaya gas beracun H2S.
2. Para pekerja harus mengerti tata cara menggunakan peralatan
penyelamatan, seperti alat bantu pernafasan
3. Para pekerja harus mengerti tata cara melakukan pernafasan buatan.
4. Para pekerja harus mengerti tentang tindakan-tindakan yang harus
dilakukan dalam keadaan darurat
Page 29 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
Page 30 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
4. SPESIFIKASI TEKNIS
Rig dan Peralatan Mesin Bor yang digunakan adalah Jenis Rig Spindle,225HP.
Spesifikasi terlampir.
5. PERSYARATAN KHUSUS SURAT PERJANJIAN
A. HARGA
Harga lumpsum untuk pekerjaan Drilling dengan kedalaman 350 meter
sebesar Rp 946.500.000,- (Sembilan ratus empat puluh enam juta lima
ratus ribu rupiah) sudah termasuk Jasa Drilling,Sewa Rig,Drilling
Crew,Akomodasi Crew, serta Material (Bentonite, Semen, kelas G, Hivis
dan Matting bood).
Ditambah biaya Mobilisasi dan demobilisasi sesuai biaya yang
ditimbulkan.Dibayarkan setelah penandatanganan surat perjanjian
kerjasama ini. Untuk sumur kedua dan sumur berikutnya Pihak Kedua tidak
dikenakan biaya mobilisasi dan demobilisasi.
B. MASA BERLAKU
Perjanjian ini mulai berlaku sejak ditanda tanganinya perjanjian ini .Tanggal
29 Bulan Januari Tahun 2014 sampai dengan Pemberitahuan dari Pihak
Kedua, atau diperpanjang oleh Pihak Kedua.
Pihak Kedua akan memberitahukan satu minggu sebelumnya untuk
memperpanjang atau mengakhiri masa perjanjian kerjasama ini.
C. CARA PEMBAYARAN UNTUK SUMUR #1
Tahap Pertama ( I ) : 40% dibayar di awal kontrak
Sebesar: 40% XRp 946.500.000,-= Rp 378.600.000,- plus
Biaya Mobilisasi workshop kelokasi pekerjaan Rp.50.000.000,Jumlah = Rp 428.600.000,Terbilang # Empat ratus dua puluh delapan juta enam ratus ribu
Rupiah #
Dibayarkan setelah kontrak ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Untuk sumur berikutnya tidak dikenakan biaya mobilisasi
demobilisasi.
dan
Page 31 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
1. Bila terjadi keterlambatan dalam penyediaan casing dalam waktu lebih dari
48 jam dari lubang sumur yang sudah dinyatakan siap dipasang maka akan
dikenakan denda dengan tarif Rp.1,000.000,- per jam / stand by aktif.
2.a.Bila terjadi keterlambatan dalam penyediaan air tawar dalam waktu lebih
dari 24 jam atau Rig stand by dikarenakan tidak ada air maka akan
dikenakan denda Rp. 1.000.000,- per jam / stand by aktif
2.b.Bila terjadi keterlambatan dalam penyediaan air asin dalam waktu lebih
dari 48 jam atau Rig stand by dikarenakan tidak ada air maka akan
dikenakan denda Rp. 1.000.000,- per jam / stand by aktif
3.Bila terjadi keterlambatan dalam membuat akses jalan atau lokasi drill pad
dan celler lebih dari 120 jam maka akan dikenakan denda Rp.12.000.000,per hari .
4.Unit Rig dimaksud harus siap dalam kondisi layak dioperasikan.Harga
kontrak untuk satu sumur tersebut diatas sudah termasuk didalamnya
adalah:
Biaya /upah crew dan pengawas Rig oleh Pihak Kedua.
Perawatan Rig dan peralatan penunjang lainnya dalam satu kesatuan
instalasi Rig, minyak pelumas untuk mesin Bor, pompa lumpur dan
generator listrik,.
Mobilisasi dan demobilisasi crew ,tempat tinggal crew, makan crew, dan
transportasi local,beserta pengawas Rig, dan laporan harian,mingguan
dan bulanan oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama
5.Harga Kontrak untuk satu sumur tersebut diatas belum termasuk
Didalamnya antara lain bahan bahan pengeboran (air,serbuk
kayu,sekam padi dan batang pohon pisang).
6. Apabila Rig dan peralatan penunjanghilang, rusak, atau dalam kondisi
tidak dapat dipakai, maka :
a. Pihak Kedua, bertanggung jawab penuh atas kehilangan atau
kerusakan peralatan atau Rig selama proses pengeboran atau Rig dan
atau peralatan lainnya dalam satu kesatuan instalasi Rig tersebut.
b. Bila peralatan penunjang tersebut rusak karena tidak dapat dipakai
atau break down, maka pihak Kedua secepat mungkin melakukan
perbaikan dan penggantian alat dalam waktu maksimal 3x24jam.
c. Unit Rig yang dimaksud akan dipergunakan untuk didaerah Kecamatan
Kedewan,Kabupaten Bojonegoro, JawaTimur.
E. KESEPAKATAN LAIN.
Kedua belah pihak sepakat untuk tunduk dan patuh terhadap
persyaratan(bila ada) dan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan.
7. PERSYARATAN UMUM
A. HARGA
Page 32 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA
Harga yang disetujui didasarkan atas hasil kesepakatan antara kedua pihak
yang bertanda tangan dalam perjanjian ini.
Harga tersebut dalam perjanjian ini merupakan harga net, termasuk
perawatan berkala ,upah crew,pengawas Rig sudah termasuk Kerusakan
alat,atau instalasi Rig yang dipakai di wilayah kerja pihak Kedua.
B. PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN
a. Tahapan Pembayaran
1) Pembayaran pertama dibayar 40% diawal atau pada saat setelah
penandatanganan perjanjian sewa menyewa.
2) Pembayaran kedua sebesar 35% dibayarkan setelah kedalaman
mencapai 175 meter.
3) Pembayaran ke tiga sebesar 25% dibayarkan setelah sumur sudah
dinyatakan selesai dan setelah di serahkan dari Pihak Kedua kepada
Pihak Pertama dan dinyatakan pada berita acara.
b. Pembayaran dilakukan dengan cara mentransfer pada Bank yang telah
disepakati oleh Kedua belah Pihakataupun secara Tunai.
c. Pembayaran dilakukan dalam mata uang rupiah,segala perjanjian yang
dilakukan secara lisan maupun korespondensi yang berhubungan dengan
kenaikan harga sewa selama menjalankan kesepakatan ini tidak
diperkenankan dan tidak diakui.
C. RESIKO
Pihak Kedua, bertanggung jawab sepenuhnya untuk perijinan pengeboran.
Surat Perjanjian Kerjasama Sewa Rig untuk pekerjaan Drilling di wilayah
Kabupaten Bojonegoro ini dibuat dalam rangkap dua, dan disepakati serta
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
PIHAK KEDUA
Edhi Baratajaya
PresidenDirektur
Hasnil Hawadis
Direktur Utama
Page 33 of 33
PIHAK
PERTAMA
PIHAK
KEDUA