GEOFISIKA RESERVOIR
RESUME PAPER
Application of well log analysis for source rock evaluation in the Duwi
Formation, Southern Gulf of Suez, Egypt
Oleh:
Pebrian Tunggal Prakosa
1110 100 047
FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
Aplikasi analisa Well Log untuk evaluasi source rock pada formsi duwi,
selatan teluk suez, Mesir.
Pendahuluan
Teluk suez merupakan cekungan yang dianggap memiliki produktifitas tinggi dalam
menghasilkan hidrokarbon. Berdasarkan data EGPC (1996) dan Alsharhan (2003) lebih dari 800
sumur yang di Bor pada cekungan suez dan mengahasilkan 230 penemuan minyak. Sejumlah
penelitian juga sudah dilakukan untuk mengevaluasi teluk suez untuk memenentukan total
organic carbon (TOC%).
Pada penelitian kali ini tujuan utamanya adalah untuk mengevaluasi potensi source rock
dari formasi duwi selatan teluk suez menggunakan data sumur. Yousef (1957) memperkenalkan
pembentukan formasi Duwi untuk menggambarkan phosphate-bearing unit yang terdiri dari
tanah liat, batu pasir dan batu gamping. Untuk mencapai tujuan pada penelitian ini dipilih tiga
buah data sumur, yaitu dari sumur EZ391-3, GH404-1 dan SA-C1 (terletak disepanjang ghara
trend dan garam bantal). Dalam studi sumur, formasi duwi sebagian besar terdiri dari sisipan
lumpur, dan batu kapur. Bagian atas pada data log ditandai dengan tingginya pembacaan GR
yang disebabkan adanya mineral radioaktif pada lapisan sedimen. Ketebalannya berkisar 50 m
pada sumur SA-C1 DAN 39 m pada sumur GH40-1.
Metode
Source rock merupakan batuan yang memiliki potensi untuk memproduksi minyak yang
umumnya terdapat shale dan batu kapur yang mengandung jumlah bahan organic yang besar.
Tiga sumur yang dipilih diteluk selatan trdapat 3 ladang minyak dan mempunyai 2
kecenderungan yang berbeda pada evaluasi formasi untuk mengetahui potensi sourcerock dengan
data log yang tersedia. Data sumur yang tersedia diantaranya Gamma Ray, resistivitas, log
neutron, densitas dan log sonic. Pada penelitian ini ditinjau model yang paling berlaku sesuai
tempat penelitian berdasarkan korelasi dengan TOC, kemudian meninjau kematangan termal
source rock dengan menggunakan indeks kematanga yang berbeda.
Secara Umum metode well log yang dapat digunakan untuk mendeteksi source Rock
adalah:
1. Gamma Ray : mendeteksi adanya bahan organic yang mengandung Uranium, yang
mengakibatkan peningkatan pada pembacaan GR.
2. Log Resistivitas
: saat batuan induk sudah matang, maka miyak yang produksi akan
pembacaan neutron log pada data Log menunjukan adanya Source Rock.
5. Log Sonic
: dua kasus yang teramati pada log sonic adalah litologi dan compaction.
Peningkatan travel time (t) akan menunjukan source rock yang belum matang,
sebaliknya penurunan travel time (t) akan menunjukan kematangan source rock. Seperti
gambar 2 dibawah.
Gambar. 2. Respon Log pada formasi Duwi. a. Sumur GH404-1 dan b. Sumur EZ391-3.
Untuk menghitung jumlah Total organic carbon (TOC) (wt.%) telah ditemukan beberapa cara
pemodelan yang menggunakan well Log. Beberapa pemodelan yang umum digunakan adalah
seperti dibawah ini.
1. Schmoker (1978)
Pemodelan ini pernah digunakan . Dalam upaca untuk menghitung konten organic dari
serpih Devonian sekungan Appalachian. Pada pemodelan ini digunakan log densitas dan
5
6. Myers dan Jenkyns (1992)
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi source rock menggunakan log densitas. Metode
ini berdasarkan proporsi bahwa interval serpih yang identic dengan interval sumber selain
dari kandungan organic. Untuk mengukur bahan organic cukup mengurangi nilai-nilai
interval log dari sumber yang bersebelahan.
Rock Eval Pirolisis
Rock Eval Pirolisis memberi informasi tentang kuantitas, tipe dan kamatangan termal
bahan organic. Data ini dinyatakan dengan mg/g dari batuan, yang terdiri dari 4 parameter.
Yaitu.
1. S1 merupakan jumlah hidrokarbon bebas pada batuan.
2. S2 merupakan julah hidrokarbon yang dihasilkan dari kerogen
3. S3 berkaitan dengan jumlah oksigen dalam kerogen tersebut
4. T-max adalah temperature dimana tingkat maksimum terjadi dan dapat digunakan. Selain
itu hubungan S2/S3 memberikan indikasi umum kualitas dari kerogen.
Pada diagram van-krevelen, informasi terkait tipe kerogen dan kematangannya dapat
diperoleh. Mengindikasikan produksi hidrokarbon dari source rock sangat optimum dan
merupakan ukuran kualitas Source Rock. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Nilai rata-rata bagian bawah adalah 3.9 yang menunjukan bahwa formasi duwi memiliki potensi
source rock yang sangat baik. Dengan menggunakan model well log mengindikasikan bahwa
crossplot antara densirtas dan gamma ray menunjukan hubungan yang tidak linear, sehingga
model schmoker(1979) dan schmoker(1981) tidak dapat digunakan.
Penghitungan TOC menggunakan model schmoker dan hester menghasilkan TOC yang
berkisar antara 1 6.99% dengan rata-rata 2.24%. sementara jika digunakan pemodelan
menggunakan myers dan jenkys menghasilkan TOC rata-rata 3.21 %. Jika digunakan metode
log R menghasilkan kurva seperti dibawah ini.
Gambar. 6. Penghitungan TOC menggunakan model variasi pada Sumur G404-1 formasi Duwi.
Sehingga model schmoker dan hester (1983) dan myers dan jenkyns (1992) bisa diterapkan
untuk mengestimasi TOC pada formasi duwi, sehingga dapat diaplikasikan pada 2 sumur
lainnya. Sedangkan berdasarkan diskriminan (D) menunjukan bahwa sumur EZ391-3
menunjukan benar-benar bukan Source rock, sedangkan jika digunakan persamaan 2
mengindikasi adanya source rock dengan rata-rata TOC sebesar 4.98 dan 5.7%.
Gambar. 7. Penghitungan TOC menggunakan model variasi pada Sumur EZ391-3 formasi Duwi.
Sedangkan untuk data eval pirolisis dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa formasi duwi mengandung Source rock yang dapat
menghasilkan hydrocarbon yang sangat besar. Ini juga bisa didapatkan dari data hasil ploting
antara TOC terhadap potensi (S1+S2). Hasil yang sama juga didapatkan untuk korelasi antara T
max dan HI. Vitrinit reflektansi yang diukur adalah 0.45% untuk bagian atas formasi duwi,
namun Tmax dan indeks spore corolation (SCI) menunjukan carbon organic yang matang.
Jadi bagian bawah dan daerah non-pengendapan akan menghasilkan nilai TTI. Namun pada
sumur EZ391-3 terdapat efek lacunas dan pematahan karena lokasi ketebalannya depocenter.
Berdasarkan sejarah geologi menunjukan bahwa timbulnya minyak pada miosen bawah. Ini
berkorelasi dengan hasil yang didapat dari analisa RRI. Namun model TTI untuk 2 sumur
lainnya mengindikasikan level yang sudah matang pada kedalaman TTI=7.9 ; 1.18 untuk sumur
GH404-1 dan sumur lainnya seperti gambar dibawah.
dalam jumlah yang besar. Kerogen adalah fasies lilin yang berhubungan dengan endapan
sedimen. Evaluasi formasi menggunakan metode well log harus dikalibrasi terlebih dahulukarena
sebagian pemoddelan-pemodelan yang ada membutuhkan tempat-tempat tertentu. Kontradiksi
bisa didapati dari variasi indeks kematangan. Karena sangat diperlukan beberapa indeks dan
kedalaman.