Anda di halaman 1dari 8

Prosiding SNYuBe 2013

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN RANTI HITAM (Solanum


blumei Nees ex Blume) TERHADAP Salmonella typhimurium
Murniaty Simorangkir1, Meridina br Sitepu1 dan Partomuan Simanjuntak2
1

Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Medan


Pascasarjana PUSLIT Bioteknologi LIPI Cibinong
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta
E-mail : murni_simor2011@yahoo.co.id,
2

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak
daun ranti hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) terhadap bakteri Salmonella
typhimurium. Sampel yang digunakan adalah daun ranti hitam (Solanum blumei
Nees ex Blume) yang berasal dari daerah Kuta Nangka, Kec. Tanah Pinem, Kab.
Dairi. Serbuk daun ranti hitam dimaserasi dengan pelarut bertingkat kepolarannya
dan selanjutnya diuji aktivitas antibakterinya. Ekstrak sampel yang diuji adalah
ekstrak n-heksan, etil asetat dan ekstrak etanol dengan konsentrasi masingmasing adalah 0 ; 2,5 dan 5,0%. Sebagai kontrol positif digunakan kloramfenikol
dan control negative adalah pelarut ekstrak. Metode uji aktivitas antibakteri
dilakukan dengan metode sumur difusi. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas
antibakteri (diameter zona hambat) dari ekstrak n-heksan pada konsentrasi 0; 2,5;
dan 5% berturut-turut adalah 0; 14,90 dan 23,95 mm. Ekstrak etil asetat
konsentrasi 0; 2,5; dan 5,0% adalah 0; 11,0 dan 14,1 mm. Ekstrak etanol pada
konsentrasi 0; 2,5; dan 5,0% adalah 0; 21,0 dan 22,5 mm. Kloramfenikol (kontrol
positif) sebesar 26,0 mm. Potensi daya hambat ekstrak daun ranti hitam (Solanum
blumei Nees ex Blume) terhadap Salmonella typhimurium dari yang terbesar
secara berurutan adalah ekstrak n-heksan 5,0% (92,1%), ekstrak etanol 5,0%
(86,5%), ekstrak etanol 2,5% (80,8%), ekstrak n-heksan 2,5% (57,3%), ekstrak etil
asetat 5,0% (54,2%) dan ekstrak etil asetat 2,5% (42,3%). Fraksi ekstrak daun
ranti hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) yang memiliki aktivitas antibakteri
yang terbesar terhadap Salmonella typhimurium secara berurutan adalah ekstrak
n-heksan 5,0% (23,95 mm), ekstrak etanol 5,0% (22,5 mm), dan ekstrak etil asetat
5,0% (14,1 mm).
Kata kunci : Antibakteri, Salmonella typhimurium, Solanum blumei Nees ex Blume
dan daun.

PENDADULUAN
Banyak penyakit yang disebabkan oleh terinfeksi bakteri. Kemampuan fitokimia
tanaman sebagai antibakteri dapat digunakan untuk pengujian infeksi bakteri. Khasiat
antibakteri ekstrak daun, biji dan akar tanaman terhadap strain bakteri yang diuji,
merekomendasikan ekstrak tanaman tersebut digunakan secara efektif untuk
penyembuhan penyakit infeksi akibat bakteri tertentu. Antibakteri berbasis tanaman ini
memiliki potensi sebagai obat sangat besar karena efek sampingnya yang lebih
sedikit. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian ke arah obat tradisional, mencari
petunjuk untuk mengembangkan obat-obata baru yang lebih baik melawan infeksi
bakteri. Eksplorasi lebih lanjut antimikroba berbasis tanaman ini sangat diperlukan
saat ini.
382

Prosiding SNYuBe 2013

Salmonella typhimurium adalah spesies Salmonella yang biasanya menyerang unggas


berumur sekitar 10 hari dengan tingkat kematian mancapai 80 % [1] dan dapat
menjadi carrier yang menularkan penyakit pada manusia yaitu demam tifoid atau
penyakit tifus. Salmonella typhimurium merupakan bakteri negatif, berbentuk batang,
memiliki antigen Vi, suatu polimer polisakarida bersifat asam yang terdapat pada
permukaan membrannya. Indonesia insiden penyakit tifus rata-rata mencapai 650
kasus per 100.000 penduduk di Indonesia, dengan mortalitas rata-rata bervariasi dari
3,1-10,4 %, terutama pada musin penghujan dengan tingkat sanitasi rendah. Untuk
mencegah infeksi penyakit ini dan pemacu pertumbuhan pada peternak ayam
pedaging, biasanya digunakan antibiotik. Namun hal ini menjadi kontroversi sejak
beberapa tahun karena dapat menimbulkan residu dan resistensi [2].
Salah satu tanaman di Indonesia yang berpeluang dapat digunakan sebagai antibakteri
adalah ranti hitam, yang terdapat di daerah Kuta Nangka, Kec. Tanah Pinem, Kab.
Dairi. Ranti hitam (leuh mbiring) telah sering digunakan oleh masyarakat sebagai
tanaman obat tradisional (etnomedikal) antara lain obat sakit pinggang, telinga berair,
obat demam, obat sakit perut (langgum=bahasa Karo) dan lain-lain, selain sebagai
sayur.

Gambar 1. Ranti hitam (Solanun blumei Ness ex Blume) di Desa Kuta Nangka,
Kec. Tanah Pinem, Kab. Deli Serdang

Ranti hitam (leuh mbiring) (gambar 1) berdasarkan hasil identifikasi/determinasi


tumbuhan oleh Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Bogor pada bulan Maret 2013, adalah jenis Solanum blumei Ness ex Blume dan
termasuk suku/famili Solanaceae. Namun publikasi atau penelitian terhadap
tanaman Solanum blumei Ness ex Blume, baik uji fitokimia metabolit sekundernya
maupun uji bioaktivitasnya masih sangat terbatas atau belum ditemukan. Hasil
penelitian Simorangkir [3], penapisan metabolit sekunder pada masing-masing ekstrak
daun dan buah tanaman Solanum blumei Ness ex Blume lokal ini, yang dimaserasi
secara bertingkat dengan pelarut-pelarut n-heksana, etilasetat dan etanol
menunjukkan bahwa metabolit sekunder alkaloid, steroid, flavonoid terdapat pada
ekstrak etilasetat dari bagian daun dan buah. Pada ekstrak etanol terdapat alkaloid,
flavonoid, fenol, sedikit saponin dan tanin, sedangkan ekstrak n-heksana hanya
mengandung metabolit sekunder steroid dan sedikit alkaloid. Rendemen ekstraksi
yang paling tinggi terdapat pada ekstrak etanol bagian daun dan buah dibandingkan
383

Prosiding SNYuBe 2013

dengan ekstrak n-heksana dan etilasetat. Komponen metabolit sekunder pada


tanaman ini menjadi potensi bagi tanaman Solanum blumei Ness ex Blume
berpotensi sebagai tanaman obat. Sridhar [4] melaporkan bahwa tanaman lain yang
satu famili dengan ranti hitam adalah Solanum nigrum L mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri karena mengandung metabolit sekunder yang relatif tinggi.
Berdasarkan hal di atas penelitian aktivitas antibakteri alami dari ekstrak daun ranti
hitam (Solanum blumei Ness ex Blume) lokal terhadap Salmonella typhimurium ini
perlu dilakukan, seiring meningkatnya kesadaran konsumen akan bahan pangan yang
sehat.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan antibakteri dari ekstrak daun ranti
hitam (Solanum blumei Ness ex Blume) lokal terhadap Salmonella typhimurium.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Laboratorium Biologi, FMIPA Universitas Negeri Medan, pada bulan Juni sampai
Agustus 2013.
Bahan dan Alat. Sampel penelitian adalah daun segar ranti hitam (Solanum blumei
Ness ex Blume), famili Solanaceae, yang diambil di Desa Kuta Nangka, Kec.Tanah
Pinem, Kab. Dairi, Provinsi Sumatera Utara dan tumbuhan tersebut telah
diidentifikasi/determinasi oleh Herbarium Bogoriense bidang Botani, Pusat Penelitian
Biologi-Bogor.
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloranfenicol,
Salmonella Shigella Agar (SSS), akuades steril, etanol 95%, bakteri Salmonella
typhimurium, tissue, kapas, aluminium foil serta beberapa solvent berderajat teknis
untuk keperluan maserasi seperti n-heksan, etilasetat dan etanol 96%.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah vacum rotary evaporator, alat-alat
gelas (Pyrex) yang biasa digunakan untuk untuk keperluan ekstraksi, laminar flow,
inkubator, autoclave ES-315, kertas sampul coklat.
Prosedur Penelitian
Persiapan Sampel. Sebanyak 6.01 Kg daun ranti hitam (Solanum blumei Ness ex
Blume) segar dipisahkan dari tangkainya, dicuci bersih, ditiriskan, dikeringkan dalam
ruangan. Daun ranti hitam kering digiling secara mekanik, diperoleh serbuk simplisia
daun ranti hitam sebanyak 520 gram.
Ekstraksi. Sebanyak 500 gram serbuk simplisia daun ranti hitam dimaserasi
dengan1,5 L pelarut n-heksan selama 2x24 jam sambil sekali-sekali diaduk, kemudian
disaring, diperoleh filtrat dan ampas. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan alat
evaporator dan ampasnya dimaserasi dengan 1,5 L n-heksan selama 2x24 jam, lalu
disaring kembali. Ampas dimaserasi lagi dengan 1,5 L n-heksan. Filtrat hasil maserasi
dipekatkan pada alat evaporator, sehingga diperoleh ekstrak n-heksan. Ampas yang
diperoleh dimaserasi kembali dengan 1,5 L pelarut etilasetat selama 2x24 jam, lalu
disaring. Ampas kembali dimaserasi dengan 1,5 L etilasetat selama 2x24 jam.
Campuran maserat diisaring kembali, filratnya dievaporasi, sedangkan ampas
dimaserasi kembali dengan 1,5 L etil asetat. Filtrat yang diperoleh dievaporasi dan
384

Prosiding SNYuBe 2013

diperoleh ekstrak etilasetat. Ampas yang diperoleh selanjutnya dimaserasi dengan1,5


L pelarut etanol selama 2x24 jam. Campuran disaring dan filtratnya dipekatkan dan
ampasnya kembali dimaserasi dengan 1,5 L etanol, sebanyak dua kali lagi. Filtrat hasil
maserasi dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak etanol. Terhadap masing-masing
ekstrak n-heksana, etilasetat dan etanol yang diperoleh dilakukan uji antibakteri.
Uji Antibakteri
Pembuatan Media Selektif Agar. Media pertumbuhan bakteri dibuat dengan
melarutkan media selektif agar (Salmonella Shigella Agar (SSA) 12,6 gram untuk ke
dalam 200 mL akuades. Larutan tersebut diaduk hingga homogen kemudian larutan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 15 mL. Selanjutnya media
tersebut disterilkan pada autoclave pada tekanan 1,5 atm, suhu 121oC selama 15
menit. Setelah disterilkan media ini dituangkan ke dalam cawan petri untuk uji sumur
difusi.
Peremajaan Bakteri. Bakteri harus diremajakan terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk uji antibakteri. Bakteri dibiakkan pada agar miring yang telah disterilkan,
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Kultur bakteri tersebut diambil
sebanyak satu ose dan diinokulasikan ke tabung reaksi yang berisi 10 mL media cair
SSA steril. Kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Uji Sumur Difusi [5]. Uji sumur difusi ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
terbaik ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, ekstrak etanol, daun ranti hitam terhadap
bakteri S. typhimurium. Uji ini merupakan uji kuantitatif dan dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan. Sebelum uji sumur difusi dilakukan, terlebih dahulu dibuat larutan ekstrak nheksan, ekstrak etil asetat, ekstrak etanol daun ranti hitam dan kloramfenikol. Masingmasing padatan ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol dilarutkan
dengan pelarutnya dibuat dengan konsentrasi 0%, 2,5% dan 5%. Untuk ekstrak 0%
yang digunakan adalah pelarutnya saja. Ekstrak 2,5% dibuat dengan 1,25 gram
ekstrak dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL lalu tambahkan pelarut sampai tanda
batas kemudian dihomogenkan. Ekstrak 5% dibuat dengan 2,5 gram ekstrak
dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL lalu tambahkan pelarut sampai tanda batas
kemudian dihomogenkan. Sebagai kontrol positif kloramfenikol 0,02% (sebanyak 0,002
gram kloramfenikol dilarutkan dalam 10 mL akuades (0,02%) (w/v).
Sebanyak 15 mL media selektif agar yang telah disterilkan dituang kedalam cawan
petri steril dan dibiarkan memadat. Kultur bakteri yang telah diremajakan dioleskan
kedalam media yang telah padat secara merata dengan cotton bud. Kemudian dibuat
lubang berdiameter 0,6 cm. Lalu ditetesi dengan perlakuan-perlakuan (ekstrak nheksan, ekstrak etil asetat, ekstrak etanol) dengan konsentrasi masing-masing ekstrak
0; 2,5; dan 5% sebanyak 50 L. Setelah itu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
Daya antibakteri masing-masing perlakuan ditunjukkan oleh diameter daerah bening
disekitar lubang. Daerah bening disekitar lubang menunjukkan uji positif, diameter
daerah bening yang diperoleh diukur dibandingkan dengan senyawa standar
antibakteri kloramfenikol sebagai kontrol positif dan pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi sebagai kontrol negatif.

385

Prosiding SNYuBe 2013

Hasil dan Pembahasan


Uji Sumur Difusi. Daya antibakteri masing-masing perlakuan ditunjukkan oleh
diameter daerah bening disekitar lubang. Daerah bening (zona hambat) disekitar
lubang menunjukkan uji positif antibakteri, diameter daerah bening yang diperoleh
diukur dibandingkan dengan senyawa standar antibakteri kloramfenikol sebagai kontrol
positif dan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi sebagai kontrol negatif.
Daerah bening masing-masing ekstrak dan standar disajikan Tabel 1.
Tabel 1. Diameter Daerah Bening Ekstrak Daun Ranti Hitam (Solanum blumei Nees
ex Blume) Terhadap Salmonella typhimurium
No

Nama-nama Ekstrak
Daun Ranti Hitam

Ekstrak n-Heksan

Ekstrak Etil Asetat

Ekstrak Etanol

Kloramfenikol

Konsentrasi
(%)
0
2,5
5
0
2,5
5
0
2,5
5
0,02

Keterangan :
d1
: diameter 1
d2
: diameter 2

d3
d

Diameter daerah bening


d2
d3
(mm)
(mm)
0
0
0
14 0,9
14 0,9
9 0,7
23 0,95
19 0,1
20 0,9
0
0
0
11 0
10 0
90
13 0,1
12 0,1
14 0,1
0
0
0
20 0
18 0
21 0
14 0,1
22 0,5
15 0,9
26 0
26 0
26 0
d1
(mm)

d
(mm)
0
14,9
23,95
0
11
14,1
0
21
22,05
26

: diameter 3
: diameter terluas

Diameter daerah bening hasil uji antibakteri dari ekstrak daun ranti hitam dapat juga
disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 2).
25
20
15

ekstrak n-heksan
ekstrak etil asetat

10

ekstrak etanol

0
0%

2,5 %

5%

Gambar 2. Grafik Diameter Daerah Bening Ekstrak Terhadap Salmonella


typhimurium

Pada Tabel 1 dan Gambar 2 dapat dilihat bahwa ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat
dan ekstrak etanol daun ranti hitam pada konsentrasi 0% tidak menghasilkan daerah
bening karena yang digunakan adalah pelarutnya sebagai kontrol negatif, hal ini berarti
bahwa pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol tidak memiliki aktivitas antibakteri. Zona
bening dari ekstrak n-heksan pada konsentrasi 0; 2,5; dan 5% berturut-turut adalah 0;
386

Prosiding SNYuBe 2013

14,90 dan 23,95 mm. Ekstrak etil asetat konsentrasi 0; 2,5; dan 5,0% adalah 0; 11,0
dan 14,1 mm. Ekstrak etanol pada konsentrasi 0; 2,5; dan 5,0% adalah 0; 21,0 dan
22,5 mm. Kloramfenikol (kontrol positif) sebesar 26,0 mm. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak, daerah bening yang dihasilkan juga semakin luas.
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan [6]
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antibakteri asal tanaman apabila
mempunyai ukuran diameter daya hambatannya (daerah bening) 12-24 mm. Dari hasil
yang diperoleh, diameter hambat semua ekstrak tergolong kuat karena memiliki zona
hambat 10-20 mm. Diameter 5-10 mm berkekuatan sedang, sementara <5 mm
dikatakan berkekuatan rendah.
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak n-heksan 2,5; 5%, ekstrak etil asetat 2,5% dan
ekstrak etanol 2,5 dan 5% dapat dijadikan sebagai antibakteri. Ekstrak daun ranti
hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) yang memiliki aktifitas antimikroba terhadap
Salmonella typhimurium yang paling baik adalah ekstrak n-heksan 5% dengan daerah
bening 23,95 mm. Salmonella typhimurium merupakan bakteri gram negatif yang
banyak mengandung lipid, sedikit peptigoglikan, membran luar berupa bilayer
(berfungsi sebagai pertahanan selektif senyawa-senyawa yang keluar atau masuk sel
dan menyebabkan efek toksik). Membran luar terdiri dari fosfolipid (lapisan dalam), dan
lipopolisakarida (lapisan luar) tersusun atas lipid A, yang bersifat nonpolar (Dewi,
2010). Sehingga antibakteri pada ekstrak n-heksan yang bersifat nonpolar dapat
masuk kedalam sel Salmonella typhimurium sehingga aktivitas antibakterinya lebih
kuat dibandingkan ekstrak etil asetat yang bersifat semipolar dan ekstrak etanol yang
bersifat polar.
Pada penentuan aktifitas antibakteri dari ekstrak daun ranti hitam, digunakan sebagai
pembanding adalah antibiotik standar yang biasa digunakan dalam pengobatan
sebagai kontrol positif yaitu kloramfenikol. Respon yang diberikan oleh bakteri
Salmonella typhimurium terhadap ekstrak dan kloramfenikol berbeda. Bakteri
Salmonella typhimurium lebih efektif dihambat oleh kloramfenikol dengan diameter
daerah hambat yang dihasilkan adalah 26 mm dibandingkan dengan ekstrak daun ranti
hitam (Solanum blumei Nees ex Blume). Hal itu berarti bahwa kloramfenikol memiliki
spektrum luas dengan kekuatan daya hambat yang tinggi dalam menghambat dan
membunuh bakteri. Namun ekstrak daun ranti hitam berpotensi sebagai antibakteri
trehadap Salmonella typhimurium. Persentase daya hambat ekstrak dapat dihitung
dengan membandingkan diameter hambatan ekstrak dengan diameter hambatan
antibiotik dikali seratus persen. Persentase potensi daya hambat ekstrak daun ranti
hitam terhadap Salmonella typhimurium disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Potensi Daya Hambat Ekstrak Daun Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex
Blume) Terhadap Kloramfenikol
No

1
2
3

Nama-nama ekstrak
daun ranti hitam

Ekstrak n-Heksan
Ekstrak etil asetat
Ekstrak etanol

Konsentrasi
(%)

2,5
5
2,5
5
2,5
5

Potensi daya hambat


Terhadap kloramfenikol
(%)
57,3
92,1
42,3
54,2
80,8
86,5

387

Prosiding SNYuBe 2013

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa potensi daya hambat ekstrak daun ranti hitam
(Solanum blumei Nees ex Blume) terhadap Salmonella typhimurium dari yang terbesar
secara berurutan adalah ekstrak n-heksan 5,0% (92,1%), ekstrak etanol 5,0% (86,5%),
ekstrak etanol 2,5% (80,8%), ekstrak n-heksan 2,5% (57,3%), ekstrak etil asetat 5,0%
(54,2%) dan ekstrak etil asetat 2,5% (42,3%) (Tabel 2).
Berdasarkan data hasil uji fitokimia, diduga bahwa di dalam ekstrak etanol yang
berfungsi sebagai antibakteri adalah alkaloid, flavonoid, tannin, fenol, saponin,
triterpenoid dan steroid, pada ekstrak etil asetat adalah alkaloid, flavonoid, tannin,
steroid dan terpenoid serta pada ekstrak n- heksan, senyawa-senyawa antibakterinya
adalah alkaloid, steroid dan triterpenoid.
Aktivitas antibakteri senyawa pada ekstrak daun ranti hitam terhadap Salmonella
typhimurium diduga menghambat proses sintesis dinding sel bakteri Salmonella
typhimurium sehingga mengakibatkan kerusakan dinding sel bakteri, sehingga sel lisis.
Interaksi antibakteri dengan bakteri Salmonella typhimurium yang menyebabkan
perubahan permeabilitas dinding sel bakteri, sehingga terjadi ketidakseimbangan
tekanan internal sel dan menyebabkan kebocoran elektrolit intraseluler, seperti kalium
dan protein dengan berat molekul rendah lainnya seperti asam nukleat dan glukosa,
akhirnya sel bakteri akan mengalami lisis Konsentasi penghambatan minimal pada
ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol daun ranti hitam (Solanum
blumei Nees ex Blume) adalah 2,5%. Karena pada konsentrasi 2,5% ekstrak sudah
menunjukkan zona bening.

Kesimpulan dan Saran


Fraksi ekstrak daun ranti hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) yang memiliki
aktivitas antibakteri yang terbesar terhadap Salmonella typhimurium secara berurutan
adalah ekstrak n-heksan 5,0% (23,95 mm), ekstrak etanol 5,0% (22,5 mm), dan
ekstrak etil asetat 5,0% (14,1 mm). Potensi daya hambat ekstrak daun ranti hitam
(Solanum blumei Nees ex Blume) terhadap Salmonella typhimurium dari yang terbesar
secara berurutan adalah ekstrak n-heksan 5,0% (92,1%), ekstrak etanol 5,0% (86,5%),
ekstrak etanol 2,5% (80,8%), ekstrak n-heksan 2,5% (57,3%), ekstrak etil asetat 5,0%
(54,2%) dan ekstrak etil asetat 2,5% (42,3%). Perlu dilakukan penelitian lanjutan
isolasi senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri
Salmonella
typhimurium dari sampel ekstrak daun ranti hitam yang dicobakan.

Referensi
[1]

Veling, J., H. W. Barkema, J. van der Schans, F. van Zijderverld, and J. Verhoeff. 2002.
Herdlevel diagnosis for Salmonella enterica subsp. enterica serovar Dublin infection in
bovine dairy herds. Prev. Vet. Med. 14: 31-42.

[2]

Hileman, B. dan E.N. Washington, 1999. Debate over health hazards of putting antibiotics
in animal feed heats Up in the USA. Chemical and Engineering News.

[3]

Simorangkir, M. 2013, Analisis Fitokimia Metabolit Sekunder Ekstrak Daun dan Buah
Solanum blumei Ness Ex Blume Lokal, Prosiding Seminar Nasional Kimia Peranan Kimia
dalam Karakteristik,

[4]

Sridhar, Josthna, dan Naidu. 2011. In Vitro Antibacterial Activity and Phytochemical
Analysis of Solanum nigrum (Linn.) - An Important Antiulcer Medicinal Plant. Department of
Biotechnology, Sri Venkateswara University, Tirupathi-517502, A.P., India. Journal of
Experimental Sciences 2011, 2(8): 24-29 ISSN: 2218-1768

388

Prosiding SNYuBe 2013

[5]

Bintang, M. 1993. Studi antimikroba dari Streptococcus lactis BCC2259. Disertasi. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

[6]

Departemen Kesehatan. 1988. Inventaris Obat Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

389

Anda mungkin juga menyukai