Efek Fotolistrik 1
Efek Fotolistrik 1
EFEK FOTOLISTRIK 1
A. Tujuan
1. Menentukan pengaruh intensitas cahaya terhadap jumlah elektron foto (arus
listrik) yang dihasilkan.
2. Menentukan karakteristik phototube (photo sel).
3. Mengukur sensitivitas spesifik
B. Dasar Teori
Pada tahun 1905, Einstein menggunakan gagasan Planck tentang kuantisasi
energi untuk menjelaskan efek fotolistrik. Karya Einstein ini menandai perubahan
teori kuantum, sementara Planck melihat kuantisasi energi dalam teori radiasi benda
hitamnya sebagai piranti hitung, Einstein membuat saran yang berani bahwa
kuantisasi merupakan sifat dasar energi elektromagnetik. Tiga tahun kemudian
beliau menggunakan gagasan kuantisasi energi pada energi molekul untuk
menjelaskan teka-teki lain di bidang fisika. Perbedaan kalor spesifik yang dihitung
dari teorema ekipartisi dan kalor spesifik yang diamati secara percobaan pada
temperatur rendah.
Efek fotolistrik ditemukan oleh Hertz pada tahun 1887 dan telah dikaji oleh
Lenard pada tahun 1900.
Gambar 1)
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat
(logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki
energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam. Atau dapat di artikan
sebagai munculnya arus listrik atau lepasnya elektron yang bermuatan negatif dari
permukaan sebuah logam akibat permukaan logam tersebut disinari dengan berkas
cahaya yang mempunyai panjang gelombang atau frekuensi tertentu. Istilah lama
untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak digunakan lagi).
Pada permulaan abad ke-20, serangkaian eksperimen menyatakan bahwa
elektron dipancarkan dari permukaan logam jika cahaya yang frekuensinya cukup
tinggi jatuh pada permukaan itu. Tabung yang divakumkan berisi dua elektrode yang
dihubungkan dengan rangkaian eksternal, dengan keping logam yang permukannya
mengalami radiasi dipakai sebagai anode. Sebagian dari foto-elektron yang muncul
dari permukaan yang mengalami radiasi mempunyai energi yang cukup untuk
mencapai ketode walaupun muatannya negatif, dan elektron serupa itu membentuk
arus yang dapat diukur oleh amperemeter dalam rangkaian itu. Ketika potensial
perintang V ditambah, lebih sedikit elektron yang mencapai ketode dan arusnya
menurun. Akhirnya, ketika V sama dengan atau melebihi suatu harga V 0 yang
besarmya dalam orde beberapa volt, tidak ada elektron yang mencapai katode dan
arusnya terhenti. Potensial ini disebut sebagai potensial pemberhenti (stopping
potential).
Terdapatnya efek fotolistrik adalah karena gelombang cahaya membawa energi,
dan sebagian energi yang diserap oleh logam dapat terkonsentrasi pada elektron
tertentu dan muncul kembali sebagai energi kinetik. Distribusi energi elektron yang
dipancarkan (yang disebut fotoelektron), tak bergantung dari intensitas cahaya.
Berkas cahaya yang kuat menghasilkan fotoelektron lebih banyak daripada berkas
yang lemah yang berfrekuensi sama, tetapi energi elektron rata-rata sama saja.
Energi fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya yang dipakai. Pada
frekuensi di bawah frekuensi kritis yang merupakan karakteristik dari masingmasing logam, tidak terdapat elektron apapun yang dipancarkan. Di atas frekuensi
ambang ini fotoelektron mempunyai selang energi dari nol sampai suatu harga
maksimum tertentu, dan harga maksimum ini bertambah secara linear terhadap
frekuensi. Frekuensi yang lebih tinggi menghsilkan energi fotoelektron maksimum
yang lebih tinggi pula.
2
h 12 mv 2 W EK maks 12 mvmax e Vo
Persamaan
EK h W
1 buah
1 buah
1 buah
4 buah
1 buah
5 buah
1 buah
D. Prosedur Eksperimen
Percobaan I : Menentukan pengaruh intensitas cahaya terhadap jumlah elektron
foto (arus listrik) yang dihasilkan
1. Mengatur beda potensial antara katoda dan anoda pada photo sel pada 80 volt
dan Amperemeter pada posisi nol.
2. Mengukur jarak antara sumber cahaya (lampu) dan photo sel.
3. Menyalakan lampu kemudian memperhatikan dan membaca arus yang terukur.
4. Mengubah jarak antara lampu dan photo sel (semakin dekat) dan mengukur
jaraknya, kemudian memperhatikan arus yang terukur sedangkan lebar slit
dibuat tetap.
5. Mengulangi langkah ke-4 hingga diperoleh minimal 5 data.
6. Mengubah lebar slit sedangkan jarak antara lampu dan photo sel dibuat tetap.
7. Mengulangi langkah ke-6 hingga diperoleh minimal 5 data.
Percobaan II :Menentukan karakteristik phototube (photo sel)
1. Mengatur posisi antara photo sel dengan sumber cahaya dan buat jarak yang
tetap.
2. Mengatur beda potensial yang bervariasi dari 0-80 volt dan memperhatikan arus
yang terukur untuk setiap beda potensial.
3. Mengulangi langkah ke-2 untuk lebar slit yang berbeda hingga masing-masing
diperoleh 5 data.
Percobaan III :Mengukur sensitivitas spesifik
1. Mengatur beda potensial dan jarak lampu dengan photo sel dibuat tetap.
2. Mengubah panjang gelombang foton dengan cara memasang filter berwarna
pada filter stand di phototube dan memperhatikan arus yang terukur.
3. Mengulangi langkah ke-2 dengan mengganti warna filter.
E. Data Hasil Eksperimen
l = panjang slit
d = lebar slit
D
1 mm
2 mm
3 mm
4 mm
5 mm
2.5 cm
1.65 cm
1.70 cm
1.70 cm
1.75 cm
Beda Potensial
Lebar slit
V (volt)
d (mm)
80
Beda Potensial
V (volt)
11.5
15.5
21
27
28
28
Arus
d (mm)
i 0.5 (mA)
1
2
80
50
3
4
5
Percobaan II :Menentukan karakteristik phototube (photo sel)
i 0.5 (mA)
Lebar slit
r (cm)
Arus
0.5
1.5
7
15.5
17.5
Lebar slit
Beda Potensial
Arus
d (mm)
V (volt)
i 0.5 (mA)
40
50
60
70
80
40
50
60
70
80
40
50
60
70
80
3.5
5
7
9.5
13
4
6
8
11.5
16
1.5
2.5
4
5.5
8
50
Beda Potensial
V (volt)
80
Warna
Arus
i (mA)
Bening
Merah
Kuning
Biru
15.0
13.5
13.0
12.5
F. Pengolahan Data
d
10-3 m
2 x 10-3 m
3 x 10-3 m
4 x 10-3 m
5 x 10-3 m
2.5 x 10-2 m
1.65 x 10-2 m
1.70 x 10-2 m
1.70 x 10-2 m
1.75 x 10-2 m
1
r2
r2
(volt)
(m)
80
5 x 10-3
(m)
0.50
0.45
0.40
0.35
0.30
0.25
(A)
0.0115
0.0155
0.021
0.027
0.028
0.028
(m2)
0.250
0.203
0.160
0.123
0.090
0.063
(W/m2)
4.000
4.938
6.250
8.163
11.111
16.000
(volt)
(m)
(m)
(A)
(W)
(m2)
(W/m2)
0.5
10-3
2 x 10-3
3 x 10-3
4 x 10-3
5 x 10-3
(m)
2.5 x 10-2
1.65 x 10-2
1.70 x 10-2
1.70 x 10-2
1.75 x 10-2
60
2.5 x 10-5
3.3 x 10-5
5.1 x 10-5
6.8 x 10-5
8.75 x 10-5
2.4 x 106
1.818 x 106
1.176 x 106
0.882 x 106
0.686 x 106
8
0
0.5 x 10-3
1.5 x 10-3
7 x 10-3
15.5 x 10-3
17.5 x 10-3
1.5
Y-Values
1
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Intensitas (W/m2)
(m)
(m)
(volt)
(A)
40
50
60
70
80
40
50
60
70
80
40
50
60
70
80
3.5 x 10-3
5 x 10-3
7 x 10-3
9.5 x 10-3
13 x 10-3
4 x 10-3
6 x 10-3
8 x 10-3
11.5 x 10-3
16 x 10-3
1.5 x 10-3
2.5 x 10-3
4 x 10-3
5.5 x 10-3
8 x 10-3
5 x 10-3
0.5
4 x 10-3
3 x 10-3
d = 0.003 m
20
d = 0.004 m
d = 0.005 m
10
0
40
50
60
70
80
G.
V
(volt)
-3
5 x 10
80
r
(m)
0.5
Warna
Arus
i (A)
(nm)
Bening
15.0 x 10-3
395
(m)
9
395 10
A
n
Biru
12.5 x 10-3
465
465 10
Kuning
13.0 x 10-3
530
530 10
Merah
13.5 x 10-3
665
9
665 10
s
is
Pada percobaan untuk menentukan pengaruh intenstas cahaya terhadap jumlah
elektron foto (arus listrik) yang dihasilkan, dilakukan dua cara yaitu dengan
membuat lebar slit tetap sedangkan jarak sumber cahaya dengan photo sel diubahubah dan dengan membuat jarak sumber cahaya dengan photosel tetap sedangkan
lebar slit diubah-ubah.
Pada grafik pertama (jarak sumber cahaya dengan photo sel diubah-ubah), dapat
terlihat bahwa bahwa semakin jauh jarak sumber cahaya dengan photosel maka kuat
arus yang terbaca pada amperemeter akan semakin kecil. Semakin jauh jarak sumber
cahaya dengan photosel menunjukkan bahwa intensitas cahaya tersebut semakin
1
r 2 . Pada grafik kedua (lebar slit diubah-ubah),
dapat terlihat bahwa semakin besar luas slit maka intensitasnya semakin kecil sesuai
dengan persamaan
I=
P
A .