MK 14 CapitalBudgeting
MK 14 CapitalBudgeting
1.
DESKRIPSI
Dalam modul ini akan dijelaskan
tentang metode-metode dalam
penilaian rencana investasi dan
pengambilan keputusan terhadap
rencana
investasi
tersebut.
Investasi (sumber-sumber yang
tersedia) jumlahnya sangat langka
(terbatas), maka tidak semua
proyek/usaha
/kegiatan
dapat
diselenggarakan
walaupun
semuanya
memberikan
keuntungan.
Dari
berbagai
kesempatan investasi, terbuka
tingkat keuntungan yang berbedabeda, untuk itu perlu adanya penilaian terhadap rencana investasi
(analisis, rangking dan pemilihan proyek/usaha yang akan
dijalankan sesuai dengan investasi yang ada dan berikan
keuntungan yang lebih besar)
Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa :
MODU
L
1
M
A
N
A
JE
M
E
N
K
E
U
A
N
G
A
N
Brawijaya
2011
a. Dapat menjelaskan
tentang
investasi dan pentingnya keputusan
investasi.
b. Dapat menjelaskan tentang metoda dalam penilaian rencana investasi.
c. Dapat melakukan penilaian terhadap rencana investasi (melakukan
analisis dan rangking terhadap rencana investasi).
d. Dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap rencana investasi.
2. Definisi
Capital Budgeting adalah keseluruhan proses dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana, jangka waktu pengembalian
dana tersebut melebihi satu tahun (Suratiyah, 2006) dan menurut Pangestu (2001)
Capital Budgeting adalah menilai rencana investasi yang akan kembali dalam
jangka panjang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa datang.
Investasi berkaitan engan berbagai macam aktivitas dan terbagi menjadi dua,
yaitu aset riil dan aset finansial. Aset riil misalnya tanah, emas, mesin dan
bangunan. Aset finansial misalnya deposito, saham, dan obligasi.
Menurut Tandelilin (2001), tujuan investasi adalah untuk :
Untuk mendapat kehidupan yang lebih layak / baik dimasa yang akan datang.
Brawijaya
2011
Brawijaya
2011
Metode Average Rate of Return atau sering disebut juga dengan Accounting
Rate of Return, menunjukkan prosentase keuntungan netto sesudah pajak
dihitung dari Average Investment atau Initial investment.Metode ini
mendasarkan diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (Reported
Accounting Income), (Bambang Riyanto, 1995).
Metode accounting rate of return adalah metode penilaian investasi yang
mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari invetasi.Metode ini
menggunakan dasar laba akuntansi sehingga angka yang dipergunakan adalah
laba setelah pajak (EAT) yang dibandingkan dengan rata-rata investasi.
ARR =
Ratarata EAT
100
Ratarata Investasi
Page 4 of 23
Brawijaya
2011
Contoh:
Perusahaan Sari Delima sedang menilai dua buah proyek A, dan B, yang masingmasing membutuhkan initial investment sebesar Rp. 6.000.000,00 untuk proyek
A, dan Rp 7.200.000,00 untuk proyek B. Perusahaan akan menggunakan metode
garis lurus (stright-line method) dalam mendepresiasi kedua proyek tersebut.
Umur ekonomis masing-masing proyek adalah 6 tahun dan tidak ada nilai residu
pada akhir tahun ke-6.
Berdasarkan informasi di atas, maka diketahui bahwa:
Proyek A
Proyek B
Initial
Rp 6.000.000,00
Rp 7.200.000,00
Investment
Depresiasi
Rp 1.000.000,00
Rp 1.200.000,00
Jumlah cash inflow untuk masing-masing proyek dapat dicari dengan cara
sebagai berikut:
CI = EAT + D
Di mana:
CI
= Cash Inflow
EAT = Earning after taxes atau laba bersih sesudah pajak
D
= Depresiasi
Tabel 1 menyajikan jumlah proyeksi laba bersih sesudah pajak dan cash inflow
untuk masing-masing proyek.
Tabel 1
Initial Investment, Earning After Taxes dan Cash Flow untuk
Kedua Usulan Proyek Perusahan Sari Delima
Initial Investment Rp
Tahu
EAT
n
Rp.
1
1.000.000,0
0
2
1.000.000,0
0
3
1.000.000,0
0
4
1.000.000,0
0
5
1.000.000,0
0
6
1.000.000,0
0
Ratarata
1.000.000,0
0
Proyek A
6.000.000,00
CI
Rp.
2.000.000,00
2.000.000,00
2.000.000,00
2.000.000,00
2.000.000,00
2.000.000,00
Proyek B
Initial Investment Rp 7.200.000,00
Tahu
EAT
CI
n
Rp.
Rp.
1
3.300.000,00
4.500.000,0
0
2
1.000.000,00
2.200.000,0
0
3
800.000,00
2.000.000,0
0
4
100.000,00
1.300.000,0
0
5
100.000,00
1.300.000,0
0
6
100.000,00
1.300.000,0
0
2.000.000,00
900.000,00
2.100.000,0
0
Brawijaya
2011
dengan teknik rate of return ini sering pula disebut dengan istilah accounting
rate of return yang perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
Average EAT =
EAT
n
Di mana:
Average EAT
EAT
n
= rata-rata keuntungan
= total keuntungan
= umur ekonomis
Rp . 6.000.000,00
6
= Rp.1.000.000,00
Average EAT proyek B
Rp . 5. 400.000,00
6
= Rp 900.000.00
Average investment (Rata-rata investasi):
Rata-rata investasi dihitung dengan jalan membagi dua jumlah investasi.
Rata-rata ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode
depresiasi garis lurus dan tidak ada nilai residu atau salvage value pada akhir
umur ekonomis proyek. Dengan demikian, nilai buku aktiva akan menurun pada
tingkat yang konstan, mulai dari nilai investasi yang semula sampai dengan Rp 0
pada akhir umur ekonomis proyek. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai proyek
adalah separuh dari nilai jumlah investasi yang semula. Latarbelakang pemikiran
seperti ini sama dengan rata-rata persediaan yag digunakan dalam perhitungan
EOQ yang sudah disajikan didepan.
Rata-rata investasi untuk masng-masingproyek adalah:
Rata-rata investasi
Nilai investasi
2
Rp 6.000 .000.00
2
= Rp 3.000.000.00
Rata-rata investasi proyek B
Rp 7.200 .000.00
2
Page 6 of 23
Brawijaya
2011
= Rp 3.600.000.00
Setelah mengetahui rata-rata laba bersih sesudah pajak dan rata-rata investasi,
maka average rate of return untuk masing-masing proyek adalah sebagai
berikut:
Rp 1.000 .000.00
Rp 3.000 .000.00
Rp 900.000 .00
Rp 3.600 .000.00
Cash inflow
n
Di mana:
Average cash inflow = rata-rata cash inflow
cash inflow
Proyek A
Rp 12.000 .000.00
6
= Rp 2.000.000.00
Proyek B
Rp 12.000 .000.00
6
= Rp 2.100.000.00
Setelah mengetahui jumlah rata-rata inflow, maka perhitungan average
rate of return dengan cara yang kedua adalah sebagai berikut:
Average rate of return =
Brawijaya
2011
Rp 2.000 .000.00
Rp 3.000 .000.00
Rp 2.100 .000.00
Rp .3 .600.000,00
0,5833 atau58,33
Proyek A
Rp 900.000 .00
Rp 6.000 .000.00
Rp 900.000 .00
Rp 7.200 .000.00
Kelemahan yang kedua adalah pengabaian terhadap nilai waktu dari uang
yang akan diterima pada masa yang akan datang. Seperti sudah dikemukakan
dalam pembahasan mengenai present value, uang Rp 1.00 pada saat ini
nilainya lebih besar dibandingkan dengan Rp 1.00 pada masa yang akan
datang, di mana hal ini disebabkan karena adanya faktor bunga atau nilai
waktu dari uang. Besarnya perbedaan antara uang Rp 1.00 saat ini dengan
Page 8 of 23
Brawijaya
2011
Tabel 2
Perhitungan Average Rate of Return Untuk
Tiga Proyek Capital Expenditure
Proyek
Keterangan
1. Initial investment
2. Rata-rata investasi
Tahun
1
2
3
4
5
3. Rata-rata EAT
4. Average rate of return
5. (3) : (2)
X
Rp 2.000.000,00
Rp 1.000.000,00
Y
Rp 2.000.000,00
Rp 1.000.000,00
Z
Rp 2.000.000,00
Rp 1.000.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
200.000,00
300.000,00
400.000,00
500.000,00
600.000,00
400.000,00
40%
4.00.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
400.000,00
40%
600.000,00
500.000,00
400.000,00
300.000,00
200.000,00
400.000,00
40%
Sekalipun average rate of return dari ketiga proyek tersebut di atas adalah
sama, yaitu 40%, tetapi apabila faktor bunga ikut dipertimbangkan maka
keadaannya akan lain. Manajer keuanagn perusahaan akan lebih menyukai
proyek Z dibandingkan kedua proyek lainnya, dan akan lebih menyukai proyek Y
dibandingkan dengan proyek X. Hal tersebut disebabkan karena uang yang lebih
besar diterima pada saat ini akan dapat memberikan return yang lebih besar
apabila diinvestasikan kembali pada proyek-proyek lain, dan hal ini tidak
diperhitungkan dalam metode average rate of return.
2. Pay Back Period
Perhitungan payback period untuk suatu proyek ynag mempunyai pola cash
inflow yang sama dari tahun ke tahun dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Initialinvesment
Cashinflow
Brawijaya
2011
Rp 7.200.000.00
Rp 4.500.000.00
Rp 2.700.000.00
Rp 2.200.000.00
Rp 500.000.00
Rp 2.000.000.00
Rp 1.500.000.00
Cash inflow yang dibutuhkana dalam tahun ketiga untuk dapat menutup
sisa initial investment adalah sebesar Rp 500.000,00 maka jumlah kebutuhan
sebesar Rp 500.000,00 tersebut hanya menggambrkan 25% dari cash inflow
tahun ketiga (Rp 500.000,00 : Rp 2.000.000,00) x 100%. Dengan perkataan lain
cash inflow sebesar Rp 500.000,00 dalam tahun ketiga akan terkumpul dalam
waktu 3 bulan (25 x 12 bulan). Dengan demikian, payback period untuk proyek B
adalah 2,25 tahun atas 2 tahun 3 bulan. Perhitungan payback di atas dapat
disederhanakan apabila dibuat jumlah kumulatif cash inflow dari tahun ke tahun
seperti pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Initial Investment, EAT, Cash Inflow dan Kumulatif Cash Inflow
Untuk Kedua Usulan Proyek Perusahaan Sari Delima (dalam ribuan)
Proyek A
Initial investment Rp 6.000,00
Tahun
EAT
Cash
Cumulative
inflow
cash inflow
Rp.
Rp.
Rp.
1)
1.000,00
2.000,00
2.000,00
2)
1.000,00
2.000,00
2.000,00
3)
1.000,00
2.000,00
6.000,00
4)
1.000,00
2.000,00
8.000,00
5)
1.000,00
2.000,00
10.000,00
6)
1.000,00
2.000,00
12.000,00
Proyek B
Initial investment Rp
EAT
Cash
inflow
Rp.
Rp.
3.300,00
4.500,00
1.000,00
2.200,00
800,00
2.000,00
100,00
1.300,00
100,00
1.300,00
100,00
1.300,00
7.200,00
Cumulative
cash inflow
Rp.
4.500,00
6.700,00
8.700,00
10.000,00
11.300,00
12.600,00
Dengan adanya data tentang kumulatif cash inflow maka secara langsung
dapat dilihat bahwa initial investment untuk proyek A akan tertutup pada tahun
ke-3, sedangkan payback period untuk proyek B dapat dihitung sebagai berikut:
Payback period = t
+bc
d c
Page 10 of 23
Brawijaya
2011
untuk proyek B
Brawijaya
2011
Contoh:
Misalnya proyek senilai Rp. 600.000.000,- menghasilkan cashflow selama 4
tahun masing-masing Rp. 150.000.000,-; Rp. 200.000.000,-; Rp. 250.000.000;
dan Rp. 300.000.000,-. Bila diinginkan keuntungan sebesar 15%, maka NPVnya
bisa dihitung sebagai berikut :
Tabel 5
Perhitungan Net Present Value (r= 18%)
TAHUN
CASHFLOW
1
150.000.000,2
200.000.000,3
250.000.000,4
300.000.000,Total Present Value of Cashflow
Present Value of investment
NET PRESENT VALUE
DISCOUNT FACTOR
R= 15%
0,870
0,756
0,658
0,572
PRESENT VALUE
CASHFLOW
130.500.000,151.200.000,164.500.000,171.600.000,617.800.000,600.000.000,17.800.000,-
OF
Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil NPV positif Rp. 17.800.000,- artinya
proyek ini layak.
4. Profitability Index (PI)
Metode profitability index (PI) ini menghitung perbandingan antara present
value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Bila profitability index
ini lebih besar dari 1, maka proyek investasi dianggap layak untuk dijalankan.
Metode ini lebih sering digunakan untuk merangking beberapa proyek yang akan
dipilih dari beberapa alternatif proyek yang ada. Untuk memilih proyek dari
beberapa alternatif proyek, yang diutamakan adalah yang mempunyai
Page 12 of 23
Brawijaya
2011
profitability index paling besar. Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah
sebagai berikut :
PI =
PV of Cashflow
Investasi
Bila kita menggunakan contoh pada metode NPV, maka bisa kita hitung
profitability indexnya:
PI
617.900 .000
600.000 .000
= 1,03
Brawijaya
2011
Untuk menentukan IRR proyek A yang cash inflownya berbentuk anuited, maka
diperlukan 3 langkah perhitungan:
1. Hitungbesarnya payback period untuk proyek yang sedang dievaluasi.
2. Gunakan Tabel !-4 (PVIFAi_n), dan pada baris umur prpoyek ,n, carilah
angka yang sama atau hampir sama dengan hasil payback period dalam
langkah 1 di atas. IRR tereltak pada persentase terdekat dari hasil yang
diperoleh.
3. Apabila masih diperlukan, maka dapat dilakukan langkah ketiga yaitu untuk
menentukan besar IRR yng sesungguhnya dari suatu proyek dengan jalan
mengadakan interpolasi.
Contoh: untuk mencari IRR ari usulan proyek perusahaan sari Delima maka
IRR untuk proyek A dapat langsung dihitung dengan menggunakan
langkah-langkah yang sudah disebutkan di atas. Langkah pertama yaitu
menentukan payback period dari proyek A.
Payback period proyek A=
Rp 6.000 .000.00
Rp 2.000 .000.00
= 3.000
Menurut tabel PVIFAi,n (langkah kedua) maka faktor yang terdekat dengan
nilai sebesar 3.000 untuk jangka waktu 6 tahun adalah 3.020 (24%) dan 2,951
(25%). Dengan demikian, IRR proyek a terletak di antara tingkat discount 2425%. Dengan membandingkan jarak dari rate yang sesungguhnya (3.000)
dengan PVIFA 24% 6 dan PVIFA 25%,6 maka dapat disimpulkan bahwa IRR
proyek A lebih mendekati 24%.
Untuk menetukan tingkat IRR yang sesunguhnya maka perlu dilaksanakan
langkah ketiga yaitu dengan jalan mengadakan interpolasi atas hasil yang sudah
diperoleh terseut, sebagai berikut:
Interp
olasi
24%
Rate
susung
guhnya
25%
PVI
FAi
,n
3.0
20
PVI
FAi,
n
3.0
20
3.0
00
0.0
20
2,9
51
0,0
69
= 24% +
0.020
0.069
x 1%
= 24.28%
Mengingat cost of capital perusahaan sari Delima adalah sebesar 10%, maka
IRR proyek A sebesar 24.28% enunjukkan keadaan yang sangat baik.
IRR proyek B
Perhitungan IRR untuk cash inflow tidak sama dari tahun ke tahun. Untuk
menghitung IRR cash inflow yang tidak berbentuk anuitet (mixed stream of cash
inflow) jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penghitungan IRR untuk cash
inflow yang tidak berbentuk anuitet. Salah satu cara untuk menyederhanakan
perhitungan IRR untuk cash inflow yang tidak berbentuk anuitet adalah dengan
Page 14 of 23
Brawijaya
2011
jalan menganggap cash inflow tersebut solah-olah suatu anuitet dengan jalan
mengambil rata-ratanya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Hitunglah rata-rata cash inflow per tahun.
2. Bagilah initial investment dengan rata-rata tersebut untuk mengetahui
perkiraan payback period dari proyek yang sedang dievaluasi.
3. Gunakanlah tabel a-4 untuk menghitung besarnya IRR seperti langkah ke-2
dalam menghitung IRR untuk pola cash inflow yang berbentuk anuitet. Hasil
yag diperoleh akan merupakan perkiraan IRR.
4. Kemudian sesuaikanlah (adjust) IRR yang diperoleh dalam langkah ke-3 di
atas (diperbesar atau diperkecil) ke dalam pola cash inflow yang
sesungguhnya. Apabila cash inflow yang sesungguhnya dalam tahun-tahun
pertama ternyata lebih besar dari rata-rata yang dipeoleh dalam langkah 1 di
atas, maka perbesarlah tingkat disvount yang digunakan, dan apabila
sebaliknya maka perkecillah discount tersebut.
5. Denganmengunakan discount rate baru yang diperoleh dalam langkah ke-4,
hitunglah net present value dari proyek tersebut.
6. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari nol, maka naikkanlah discount
rate yang digunakan, dan apabila sebaliknya, maka turunkanlah discount rate
tersebut.
7. Hitunglah kembali NPV dengan menggunakan disrate yang baru, sampai
akhirnya diperoleh discount rate yang secara erurutan menghasilkan NPV
yang positif dan negatif. Dengan mengadakan interpolasi, maka IRR yang
sebenarnya akan dapat ditentukan.
Contoh aplikasi dari ke-7 langkah tersebut di atas ke dalam data poyek B adalah
sebagai berikut:
1. Rata-rata cash inflow = Rp 2.100.000.00 (Tabel 14.1)
2. Perkiraan besarnya payback period:
Rp 7.200 .000.00
Rp 2.100 .000.00
=3.429
3. Dalam tabel A-4 (PVIFAi,n) pada ,n.6 tahun diketahui bahwa nilai yang
terdekat dengan 3.429 adalah 3.410 pada discount rate sebesar 19%.
Dengan demikian, discount rate sebesar 19% ini akan dijadikan sebgai titik
awal penentuan IRR yang sebenarnya.
4. Karena itu cash inflow pada tahun-tahun pertama lebih besar dari rata-rata
cash inflow maka secara subyektif discount rate tersebut dinaikan sebesar
3% menjadi 22%.
5. Dengan menggunakan discount rate sebasar 22%, maka selanjutnya dihitung
berapa NPV dari proyek tersebut (lihat tabel6)
6. Karena NPV yang diperoleh dalam langkah 5 di atas masih jauh lebih besar
dari nol, maka discount rate tersebut harus ditingkatkan lagi, misalnya 26%.
Perhitungan NPV pada tingkat discount 26% disajikan pada tabel 7.
Perhitungan pada tabel 7 menunjukkan bahwa dengan discount rate sebesar
26%, NPV sudah semakin kecil tetapi masih lebih besar dari nol. Dengan
demikian discount rate harus ditingkatkan lagi, dan sekarang kita mencoba
untuk menghitung NPV yang positif dan negatif, maka proses trial and error
tersebut sudah dapat dihentikan karena IRR untuk proyek B.
Page 15 of 23
Brawijaya
Tabel 6
Perhitungan NPV Proyek B pada discount
Tahun
Cash inflow
PVIF 22%
(1)
(2)
1
Rp 4.500.000,00
0,820
2
Rp 2.200.000,00
0,672
3
Rp 2.000.000,00
0,551
4
Rp 1.300.000,00
0,451
5
Rp 1.300.000,00
0,370
6
Rp 1.300.000,00
0,303
Total PV cash inflow
PV initial investment
NPV
Tabel 7
Perhitungan NPV Proyek b pada Discount
Tahun
Cash inflow
PVIF 26 %
(1)
(2)
1
Rp 4.500.000,00
0,794
2
Rp 2.200.000,00
0,630
3
Rp 2.000.000,00
0,500
4
Rp 1.300.000,00
0,397
5
Rp 1.300.000,00
0,315
6
Rp 1.300.000,00
0,250
Total PV cash inflow
PV initial investment
NPV
2011
Page 16 of 23
Brawijaya
2011
Tahun 0
IRR
Tahun 1
investasi
Mesin F
(Rp 60.000,00)
Mesin G
(Rp 100.000,00)
Mesin (F(Rp 40.000,00)
G)
Cash inflow
Rp 72.000,00
Rp 118.000,00
20%
18%
Rp 46.000,00
15%
**Perhitungan IRR untuk masing-masing proyek dilakukan dengan cara yang sama seperti
sebelumnya
PVIF 10%
0,909
Initial investment
NPV mesin F
Mesin G
Rp 118.000,00
0,909
Initial investment
NPV mesin G
5.448,00
Rp 107.000,00
Rp 100.000,00
Rp
7.262,00
Brawijaya
2011
berbeda-beda dan tingkat discount di mana tercapainya IRR maka net present
value adalah nol. Net present value profile untuk proyek A dan B (berdasarkan
data yang disajikan dalam tabel 1) dapat dibuat sebagai berikut (lihat gambar
1).
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pada tingkat discount rate sebesar 0%,
NPV untuk masing-masing proyek adalah sebesar selisih antara cash inflow
dengan initial invesment. Net present value proyek A pada discount rate sebesar
0% adalah Rp 6.000.000,00 dan proyek B sebesar Rp5.400.000,00. Dengan
semakin besarnya discount rate, maka selisih NPV kedua proyek tersebut akan
semakin mengecil dan pada discount rate sekitar 12%, NPV untuk kedua proyek
tersebut relatif lama. Selanjutnya pada discount rate di atas 12% NPV untuk
proyek B akan lebih besar di bandingkan dengan NPV proyek a. NPV untuk
kedua proyek masih tetap positif sampai dengan tingkat IRR-nya masing-masing
24,29% untuk proyek A dan 26,08% untuk proyek B.
Gambar 1
Net Present Value Profile untuk Proyek A dan B
tertentu,
mungkin
saja
suatu
proyek
tidak
Teknik NPV tidak mengandung kelemahan seperti yang disebutkan diatas, maka
secara teoritis teknik ini lebih baik dibandingkan dengan teknik IRR. Akan tetapi
sekalipun demikian, banyak perusahaan-perusahaan besar yang lebih menyukai
Page 18 of 23
Brawijaya
2011
teknik IRR daripada teknik NPV. Hal ini disebabkan karena IRR lebih mudah
dihubungkan dengan data finansial perusahaan.
Untuk menjawab pertanyaan yang diajukan diatas teknik mana yang lebih baik,
NPV atau IRR? Maka jawaban yang dapat diberikan adalah: secara teoritis NPV
yang lebih baik.
6. Capital Rationing
Tujuan daripada capital rationing adalah untuk memilih di antara proyekproyek tersebut yang akan memaksimumkan atau yang akan memberikan
kontribusi yang paling besar kepada pemilik perusahaan. Secara umum hal
tersebut dilakukan dengan jalan memilih proyek-proyek yang akan memberikan
total net present value yang tertinggi.
Pendekatan Internal Rate of Return
Dengan menggunakan pendekatan internal rate of return dalam capital
rationing, maka IRR dari masing-masing proyek akan dibandingkan dengan
modal yang sudah dibudgetkan untuk melakukan investasi. Penilaian tersebut
akan dimulai dari IRR yang tertinggi sampai ke IRR yang terendah. Dengan
menarik sebuah garis dari titik rate if return minimum yang ditetapkan akan
dapat diketahui proyek-proyek mana saja yang dapat diterima, dan langkah
selanjutnya adalah membandingkan proyek-proyek yang dapat diterima tersebut
dengan jumlah budget yang tersedia.
Contoh:
Perusahaan Bianglala Putih memiliki modal sejumlah Rp 20.000.000,00
untuk diinvestasikan, dan pada saat ini perusahaan sedanga
mempertimbangkan 6 buah proyek.Jumlah investasi dan IRR untuk
Tabel 9
Jumlah Investasi dan IRR untuk Masing-Masing Proyek
Proyek
Initial Invesment
IRR
Ranking
A
Rp 8.000.000,00
12% 1
B
B
Rp 7.000.000,00
20% 2
C
C
Rp 10.000.000,00
16% 3
E
D
Rp 4.000.000,00
8% 4
A
E
Rp 6.000.000,00
15% 5
F
F
Rp 11.000.000,00
11% 6
D
Diketahui bahwa cost of capital perusahaan Bianglala Putih adalah sebesar
10%. Gambar 2 menyajikan susunan dari proyek yang sedang dievaluasi
berdasarkan urutan besarnya IRR.
Menurut gambar 2 maka hanya proyek B, C dan E saja yang dapat diterima.
Ketiga proyek tersebut akan menyerap dana sebesar Rp 23.000.000,00 dari
jumlah besar Rp 25.000.000,00 yang dibudgetkan. Proyek D tidak perlu
dipertimbangkan karena rate of return yang dihasilkan lebih dari cost of capital
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Gambar 2
Susunan IRR untuk Masing-Masing Proyek yang Sedang Dievaluasi
Page 19 of 23
Brawijaya
2011
B
C
E
A
F
D
Initial invesment
IRR
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
20%
16%
15%
12%
11%
8%
7.000.000,00
10.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
11.000.000,00
4.000.000,00
Brawijaya
2011
Page 21 of 23
Brawijaya
2011
RANCANGAN TUGAS
1. PT. Agrivita merencanakan sebuah proyek di bidang agribisnis yang diperkirakan akan
membutuhkan dana sebesar Rp. 750.000.000,00. Dana tersebut Rp. 100.000.000,00
merupakan modal kerja dan sisanya modal tetap dengan nilai residu diperkirakan
sebesar Rp. 150.000.000,00 dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Return yang
diharapkan adalah 18% dan 24%.
Adapun perhitungan laba setelah pajak dan cashflow adalah sebagai berikut : (dlm
ribuan rupiah)
Keterangan
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Penjualan
400.00
0
450.00
0
500.00
0
550.00
0
600.000
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Non
Penyusutan
Biaya Tetap
Penyusutan
160.00
0
20.000
180.00
0
20.000
200.00
0
20.000
220.00
0
20.000
240.000
20.000
100.00
0
100.00
0
100.00
0
100.00
0
Total Biaya
280.00
0
300.00
0
320.00
0
340.00
0
360.000
Laba sebelum
pajak
Pajak 30%
120.00
0
36.000
150.00
0
45.000
180.00
0
54.000
210.00
0
63.000
240.000
72.000
Laba sesudah
pajak
Penyusutan
Nilai residu
Modal kerja
84.000
100.00
0
-
105.00
0
100.00
0
-
126.00
0
100.00
0
-
147.00
0
100.00
0
-
168.000
100.000
150.000
100.000
Cashflow
184.00
0
205.00
0
226.00
0
247.00
0
518.000
100.000
KRITERIA PENILAIAN
1. Kebenaran penjelasan
2. Inovatif dan kreatif
3. Kekompakan kerja sama dalam kelompok (team work)
Page 22 of 23
Brawijaya
2011
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Clive ., Lien K. Sabur., Pasaman Simanjuntak dan P.F.L. Maspaitella.1985.
Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta.
Husnan, Suad dan Muhamad, Suwarno. 2000. Studi Kalayak Proyek. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta
Pangestu S.2001. Manajemen Keuangan (Bahan Ajar) Program Studi Manajemen
Agribisnis. UGM.Yogyakarta.
Simarmata, Dj. A. 1984. Pendekatan Sistem dalam Analisis Proyek Investasi dan Pasar
Modal. Gramedia. Jakarta
Suratiyah, Ken.2006. Manajemen Finansial Untuk Perusahaan Pertanian (Buku Ajar).
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.UGM.Yokyakarta
Sutrisno, PH.1985. Dasar-dasar Evaluasi Proyek dan Manajemen Proyek.FE UGM.
Yogyakarta
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tandelilin, Eduardus.2001.Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.BPFE. Yogyakarta
Page 23 of 23