PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Geologi merupakan ilmu yang mempelajari serta mengembangkan
pengetahuan mengenai kebumian, seperti bentuk muka bumi, material
penyusun bumi, jenis-jenis tanah, jenis-jenis batuan, termasuk didalamnya
sifat fisika serta kimia yang berhubungan dengan penerapannya seperti
Geologi Minyak dan Gas Bumi, Geologi Panasbumi, Geologi Teknik,
Hidrogeologi, Geologi Tata Lingkungan, Geologi Tambang, Geologi
Penginderaan Jauh, Geologi Kelautan, dan lain sebagainya.
Sedangkan Kerja Praktik merupakan bagian dari mata kuliah dalam ilmu
geologi yang dimaksudkan agar mahasiswa memiliki pengalaman dalam
melakukan pekerjaan di kantor, laboratorium, atau lapangan yang sesuai
dengan bidang yang diambil oleh pelaksana kerja praktik, dalam hal ini ialah
bidang yang berhubungan dengan ilmu geologi. Kemudian ilmu-ilmu geologi
yang telah diterima selama perkuliahan di kampus akan di praktikan serta
dianggap sebagai magang kerja di kantor, laboratorium, atau lapangan.
Pada kerja praktik kali ini, penulis mengambil pengalaman pekerjaan di
bidang air tanah dan panasbumi di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Kota Semarang. Bidang tersebut merupakan bagian dari ilmu Hidrogeologi
yang mempelajari mengenai permasalahan air tanah hingga eksploitasinya.
Air tanah merupakan bagian dari lingkungan hidup sehingga terdapat
interaksi anatara sumber daya air tanah serta lingkungan di sekitarnya yang
dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kondisi air tanah
sendiri dipengaruhi oleh aspek serta kondisi geologis, hidrogeologis, serta
komponen lingkungan hidup lain yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu
keterdapatan air tanah bersifat dinamis berdasarkan aspek kualitas maupun
kuantitasnya, serta memiliki ketersediaan dan sifat yang beragam antara
tempat yang satu dengan yang lainnya.
Pengambilan air tanah yang cenderung semakin intensif serta tidak sesuai
dengan ketersediaan air tanah di dalamnya pada akhirnya akan berdampak
bagi lingkungan di sekitarnya. Dampak negatif yang mungkin dihasilkan dari
kondisi ini ialah semakin langkanya ketersediaan serta kualitas air tanah pada
suatu daerah karena eksploitasi yang berlebihan. Maka dari itu teori-teori
yang didapatkan selama di perkuliahan wajib diterapkan di dunia pekerjaan
dengan tujuan untuk menambah pengalaman pekerjaan yang akan dihadapi di
dunia kerja yang nyata serta untuk memberikan sedikit rekomendasi dalam
hal kegeologian pada tempat kami melaksanakn kerja praktik.
Kerja praktik dilaksanakan di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Jawa Tengah dengan bidang yang diambil ialah bidang Air Tanah
dan Panas Bumi (APB). Dalam bidang air tanah yang diambil, penulis
mengambil materi Pengaruh Penggunaan Sumur Pantau Serta Akibatnya
Terhadap Lingkungan di Daerah Semarang Oleh Dinas Energi Sumber Daya
Mineral Jawa Tengah sebagai pembelajaran penulis dalam Kerja Praktik.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktik ialah mahasiswa dapat ikut
serta dan menjalani kegiatan dalam dunia pekerjaan, sehingga
mahasiswa dapat mengetahui serta dapat mempelajari proses kerja,
serta tantangan dan masalah yang ada dalam dunia kerja pada institusi
yang berkaitan dengan bidang geologi.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ialah:
1. Mengetahui prosedur kerja pada suatu institusi.
2. Mengetahui serta melihat langsung proses pekerjaan yang sedang
berlangsung.
3. Dapat memberikan gambaran umum mengenai dunia pekerjaan
sebelum mahasiswa terjun langsung ke dunia pekerjaan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu instansi pemerintah yang khusus menangani berbagai
masalah pertambangan, dinas ini beramatkan di jalan Madukoro AA-BB No.
44 Semarang 50144.
Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah telah
berusia genap 6 tahun sejak terbentuknya Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(STOK) baru dalam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada bulan Juni
2008 yang sebelumnya bernama Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Jawa Tengah. Berikut berupa susunan struktur organisasi Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah (Gambar 2.1)
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah (ESDM, 2013)
Peran Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa
Tengah menjadi semakin penting sebagai salah satu komponen untuk
mewujudkan program peningkatan ekonomi dan penguatan infrastruktur guna
memperkuat kehidupan perekonomian rakyat yang merupakan salah satu
program kerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada periode 2008 - 2013.
Dinas Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM) Privinsi Jawa Tengah
sebagai suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung
jawab melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di
bidang energi dan sumber daya mineral, diharapkan mampu mewujudkan visi
dan misi pembangunan daerah sebagaimana yang digariskan dalam RPJMD
Provinsi Jawa Tengah 2008 - 2013. Arah kebijakan RPJMD Provinsi Jawa
Tengah 2008 - 2013 yang terkait dengan pembangunan energi dan sumber
daya mineral, merupakan acuan dasar dalam menyusun Rencana Strategis
(RENSTRA) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah.
Tugas pokok Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Tengah adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang energi dan
sumber daya mineral berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantu.
Adapun fungsinya ialah melakukan :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang energi dan sumber daya mineral.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang energi
dan sumber daya mineral.
3. Pembinaan dan fasilitas bidang energi dan sumber daya mineral.
4. Pelaksanaan tugas di bidang geologi, mineral dan batubara, airtanah dan
panasbumi, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi.
5. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan bidang energi dan sumber daya
mineral.
6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas.
7. Pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
ketenagalistrikan
dan
pembinaan
serta
kelaikan
ketenagalistrikan.
4. Bidang Minyak dan Gas Bumi
Bidang Minyak dan Gas Bumi ini mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang pengembangan teknologi serta pengusahaan minyak dan gas bumi
dan pengawasan minyak dan gas bumi.
2.4 Balai Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah
2.4.1 Tugas Pokok :
Balai ESDM merupakan unit pelaksana teknis pada Dinas yang
dibentuk berdasarkan Pergub Jateng No. 45 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas ESDM
Provinsi Jawa Tengah, dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Balai ESDM ini mempunyai pokok melaksanakan sebagian
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas
di bidang energi dan sumber daya mineral.
2.4.2 Fungsi :
Untuk melaksanakan tugas pokok Balai ESDM mempunyai fungsi :
1. Penyusunan rencana teknis operasional pembinaan, penyuluhan,
pengawasan dan pengendalian ESDM.
2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pembinaan, penyuluhan,
pengawasan dan pengendalian ESDM.
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan ESDM
4. Pengelolaan ketatausahaan.
5. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas
dan fungsinya.
2.4.3 Susunan Organisasi Balai ESDM :
Kepala Balai
10
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum daerah kerja praktik akan dijelaskan menjadi beberapa sub-bab
bagian, yaitu geologi daerah Semarang, Fisiografi serta Morfologi daerah
Semarang, Stratigrafi daerah Semarang, Struktur geologi, Definisi Sumur Pantau
serta lokasi sumur pantau daerah kerja praktik.
3.1 Geologi Daerah Semarang
3.1.1 Fisiografi
Secara fisiografis daerah Jawa Tengah oleh Van Bemmelen (1949)
dibagi menjadi 6 zona fisografi, yaitu : Dataran Aluvial Jawa Utara,
Gunungapi Kuarter, Antiklonium Bogor - Serayu Utara - Kendeng,
Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan
Jawa.
1. Dataran Aluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40 Km ke
arah selatan. Semakin ke arah timur, lebarnya menyempit hingga 20
Km.
2. Gunungapi kuarter di Jawa Tengah antara lain, G. Slamet, G. Dieng,
G. Sindoro, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G. Merbabu, dan
G. Muria.
3. Zona Serayu Utara memiliki lebar 30-50 Km. Di selatan Tegal, zona
ini tertutupi oleh produk vulkanik kuarter G. Rogojembangan, G.
Ungaran, dan G. Dieng. Zona ini menerus ke Jawa Barat menjadi
zona Bogor dengan batas antara keduanya terletak di sekitar Prupuk,
Bumiayu hingga Ajibarang, persis di sebelah barat G. Slamet,
sedangkan ke arah timur membentuk Zona Kendeng, Zona
Antiklinorium Bogor terletak di selatan Dataran Aluvial Jakarta
12
13
Gambar 3.1 Peta Fisiografi Daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur
(Van Bemmelen, 1949)
14
2. Daerah Bergelombang
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan,
kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan
bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (39%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah
Semarang. (Baskoro Rochadi, 2004).
3. Daerah Dataran Tinggi
Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang
yang berhulu di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola
meranting, dan masih terus mengikis tegak lurus kebawah kearah
hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat
erosi yang tinggi dan luas
(Baskoro Rochadi, 2004).
4. Daerah Antara,
Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi.
Morfologi daerah antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan
dengan kelerengan yang sedang hingga terjal.
(Baskoro Rochadi, 2004).
Perbukitan Berlereng Landai
Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan
perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang
landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian
15
16
17
kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus,
setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
(Robert E Thaden. Dkk, 1975).
Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi
volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir
halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan
kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras.
Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman,
komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5
cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh.
Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abuabu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1
- 20 cm, menyudut - membundar tanggung, agak keras.
(Robert E Thaden. Dkk, 1975).
Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan
tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu
lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan
lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit,
basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya
menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi,
breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava
berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning
keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung,
berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering
dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat
kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.
(Robert E Thaden. Dkk, 1975).
18
Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping.
Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi
terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah
hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah
hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung
karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa
dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
Formasi Kerek
Perselingan
batu
lempung,
napal,
batu
pasir
tufaan,
19
20
Gambar 3.3 Kolom Stratigrafi Daerah Semarang dan Sekitarnya ( Harsono, 1983)
21
adalah antiklin asimetri, di mana sayap selatan lebih landai dari sayap
bagian utaranya.
Antiklin Karanganyar gunung terdapat pada daerah Karanganyar
gunung kira-kira di selatan Kampung Mrican. Sumbunya memanjang
hampir timur barat sepanjang 1,5 km. Diduga antiklin ini merupakan
kelanjutan dari antiklin Candi yang terpatahkan dan bergeser di bagian
tengah.
Struktur sinklinal yang dijumpai terletak diantara antiklin Bergota
dan Candi. Sumbunya memanjang dari barat laut ke tenggara sepanjang
2 km. sinklinal ini merupakan jenis asimetri, dengan sayap bagian
selatan lebih landai dari sayap bagian utara.
Selain struktur lipatan seperti tersebut di atas, di daerah Kota
Semarang terdapat pula struktur patahan yaitu Patahan Tinjomoyo I, II
dan Patahan Jomblang-Jangli. Pada patahan Tijomoyo I dan II ini hanya
didasarkan pada hilangnya lapisan peralihan (transisi) dari formasi
kalibiuk dan formasi damar. Tanda-tanda yang dapat memperkuat
adanya patahan ini adalah patahan kecil pada lapisan tufa konglomerat
pasiran yang bergeser sejauh 8 cm di dinding jalan raya yang terdapat di
Gombel.
Tanda-tanda
patahan
Jomblang
Jangli
di
dasarkan
pada
22
Gambar 3.4 Struktur Geologi Daerah Semarang dan Sekitarnya (Marsudi, 2000)
23
24
Serta pada Nested Monitoring Wells terdiri dari 2 (dua) atau lebih string
casing dalam sumur yang sama. Biasanya interval screen dari setiap string casing
dirancang untuk memperoleh air dari akuifer yang berbeda atau zona air bearing
(water-bearing zones). Tujuan dari pemantauan melalui sumur pantau nested
(Nested Monitoring Wells) ini juga sama seperti sumur pantau cluster (Clustered
Monitoring Wells). (www.water.ca.gov)
Sumur pantau cluster (Clustered Monitoring Wells) terdiri dari sumur
pemantauan individu yang terletak secara bersama-sama, tetapi tidak di lubang
bor yang sama. Sumur ini biasanya dibangun untuk mendapatkan air dari akuifer
yang berbeda atau dari zona bearing. Sumur clustered yang paling sering
digunakan untuk memantau kondisi air tanah di berbagai kedalaman di sekitar
wilayah yang sama. (www.water.ca.gov)
Pada sumur pantau nested bisa sulit untuk dibangun karena beberapa casing
dalam sumur yang sama. Perawatan diperlukan selama konstruksi untuk
memastikan zona bearing utnuk setiap string casing secara hidraulis terisolasi dari
satu dengan yang lainnya. Beberapa badan pengatur dapat melarang penggunaan
sumur pantau nested untuk penyelidikan kontaminasi atau polusi tertentu.
Biasanya ini disebabkan oleh ketidakpastian mengenai apakah strata water
bearing zone dapat diisolasi dan apakah segel annular dalam nested juga akan
selalu efektif. (www.water.ca.gov)
25
Casing string individu untuk berbagai jenis sumur pantau yang dibahas di atas
terkadang dirancang untuk mendapatkan air dari lebih dari satu akuifer atau water
bearing unit. Casing string ini biasanya memiliki beberapa interval bukaan atau
screen. Sebagaimana casing string juga sering disebut sebagai multi-level
monitoring wells, yang terkadang dapat berfungsi sebagai jalur khusus bagi air
yang berkualitas buruk, polusi, dan kontaminan dari suatu unit ke unit yang
lainnya. Beberapa lembaga regulator melarang penggunaan sumur pantau multi
level untuk investigasi polusi atau pencemaran tertentu. (www.water.ca.gov)
26
27
7. Apabila terjadi kerusakan atas sumur pantau, pemegang Izin Pengambilan Air
Bawah Tanah wajib memperbaiki melaporkan hasilnya kepada Gubernur
Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan Kepala Kantor Wilayah.
8. Perbaikan sumur pantau alat perekam otomatis muka air (Automatic Water
Level Recorder - AWLR) hanya dapat dilakukan oleh Kantor Wilayah atau
Perusahaan yang dinilai memenuhi persyaratan.
9. Semua biaya pengadaan, perawatan perbaikan alat perekam otomatis muka
air (Automatic Water Level Recorder - AWLR) menjadi beban pemegang
izin pengambilan air bawah tanah.
28
airtanah belum dapat mencapai sasaran dan masih relatif jauh dari titik
optimal. Memperkecil dampak
airtanah, merupakan salah satu upaya nyata yang harus dilaksanakan dalam
rangka pengelolaan airtanah secara terpadu (Heru Hendrayana, 2002).
Izin, pembuatan sumur, penggunaan, ketentuan, serta sanki dalam
pemanfaatan air tanah tercantum dalam Peraturan Daerah Semarang Nomor 2
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Air Tanah.
Sumberdaya airtanah mempunyai peran cukup penting sebagai pasokan air
untuk berbagai sektor pembangunan (Heru Hendrayana, 2002), antara lain :
Air minum perkotaan/pedesaan (70%)
Air Industri (90%)
Air Irigasi, dan lain sebagainya.
Airtanah yang sebelumnya dianggap sebagai barang bebas yang dapat
dimanfaatkan tanpa batas telah berubah menjadi barang komoditif ekonomis,
bahkan dapat digolongkan sebagai barang strategis (Heru Hendrayana, 2002).
Beberapa keunggulan sumberdaya airtanah ialah
(Heru Hendrayana, 2002) :
Secara higienis lebih sehat karena telah mengalami proses filtrasi secara
alamiah.
Cadangan relatif tetap sepanjang tahun.
29
30
31
Daerah Semarang Utara meliputi Pusat Kota, pemukiman Tanah Mas dan
daerah industri Kaligawe, MASnya antara 14,19 28,91m. bmt, dengan
penurunan antara 0,6-1,9 m/tahun.
Daerah Semarang Selatan meliputi daerah Candi, Banyumanik MASnya
antara 20,24 - 48,24 m.bmt dengan penurunan antara 0,37- 0,70 m/tahun.
Daerah Kendal meliputi Kec. Kaliwungu, kota Kendal MAS nya antara +1,0
hingga 21,16 m.bmt dengan penurunan antara 0,20 0,55 m/tahun.
Daerah Demak meliputi Kota demak dan Mranggen MASnya antara +0,50
hingga 25,40 m.bmt dengan penurunan antara 0,15 0,45 m/tahun.
BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
Kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah berlangsung selama 4 minggu dan
berada pada divisi Airtanah dan Panas Bumi (APB), (tabel 4.1).
Pekerjaan yang dilakukan pada divisi ini adalah pekerjaan ahli geologi
pada bidang konservasi airtanah. Secara khusus, pekerjaan yang dilakukan
meliputi kajian Sumur Pantau di daerah Semarang, melakukan georeferencing
pada peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) wilayah Jawa Tengah, Studi Pengamatan
Sumur daerah Semarang, Rekapitulasi REKOMTEK 2014, serta pengamatan
penggunaan sumur pantau dengan AWLR (Automatic Water Level Recorder).
Pada divisi ini lebih fokus pada penganganan masalah airtanah dan
masalah panasbumi yang menjadi pokok pekerjaan. Divisi ini bertindak sebagai
32
konservator atau salah satu divisi yang bertindak melakukan konservasi, selain itu
divisi ini juga bertindak sebagai regulator atau pembuat regulasi yang
menekankan
pada
pembuatan
undang-undang
atau
peraturan
mengenai
pengawasan dan penggunaan sumber daya air di kawasan Jawa Tengah pada
umumnya, dan Semarang pada khususnya.
Pada divisi ini terdapat pembagian waktu yang saya buat untuk lebih
memudahkan saya dalam melaksanakan kegiatan Kerja Praktik di Dinas ESDM
Provinsi Jawa Tengah, berikut bagan kerja praktik yang telah saya lakukan
(Tabel 4.1).
33
Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah
April
Kegiatan
2
8
2
9
Mei
3
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
Pembekalan
dan
pemberian materi
Sumur Pantau dan
Air Tanah
Melakukan kajian
tentang pengaruh
Sumur Pantau di
Daerah
Jawa
Tengah
Survey
Terhadap
Sumur Perusahaan
Georeferencing
Peta
RBI
serta
Digitalisasi Sumur
Pantau
di
Jawa
Tengah
Pengamatan
Penggunaan
Sumur
Pantau
dengan AWLR
34
35
4.3 Georeferencing Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Provinsi Jawa Tengah
Proses Georeferencing ini dilakukan untuk membuat database secara
digital dari proyek pembuatan sumur bor maupun sumur pantau yang
dilakukan oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Dari data georeferencing
tersebut maka didapatkan database secara digital dari sumur bor/pantau.
Sehingga untuk kemudian hari apabila ingin melihat ataupun membutuhkan
data dari sumur-sumur tersebut akan dapat segerea di akses secara digital dan
terpadu, (Gambar 4.2).
36
37
Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada sekitar
petang hari hingga tengah malam (pukul 18.00 hingga 24.00), namun pada
siang hingga sore hari mengalami perubahan yang cukup terlihat oleh grafik,
(Gambar 4.3).
Pada MAT_2 grafik menunjukkan posisi yang stabil sepanjang waktu.
Sedangkan pada MAT_3 pada pukul 18.00 hingga 16.00 berada pada posisi
yang stabil, namun pada pukul 16.00 hingga 18.00 mengalami penurunan
pada grafik (Gambar 4.3).
Ketinggian MAT secara keseluruhan akan kembali kepada keadaan seperti
semula apabila masa pemakaian airtanah yang ada telah selesai, atau telah
melewati jam sibuk eksploitasi airtanah yang ada (Gambar 4.3).
38
Gambar 4.4 Data Sumur Pantau PT. APAC Inti Dengan Menggunakan AWLR
Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Suhu/MAT_1 pada grafik dari AWLR tersebut menunjukkan fluktuasi
yang
sangat
signifikan
di
sepanjang
waktu
pengamatan.
Pada
MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada bagian atas
grafik, walaupun terdapat beberapa fluktuasi namun tidak cukup signifikan
pada sekitar pagi hari dan siang hari grafik yang ada mengalami penurunan
(Gambar 4.4).
Pada MAT_2 grafik menunjukkan posisi yang mirip terhadap grafik
MAT_1. Sedangkan pada MAT_3 terdapat grafik yang stabil (Gambar 4.4).
Ketinggian MAT setelah dipakai pada jam jam sibuk akan kembali
meningkat, namun keadaannya tidak kembali seperti sediakala, terjadi
perubahan nilai MAT pada saat sebelum dan sesudah pemakaian aritanah
39
Gambar 4.5 Data Sumur Pantau PT. Mangkok Mas Dengan Menggunakan AWLR
Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.5).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitu pula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.5).
40
Pada lokasi ketiga ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah ketiga ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.
4. Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.
Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.6).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.6).
Pada lokasi keempat ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah keempat ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.
41
Gambar 4.7 Data Sumur Pantau PT. Sinar Sosro Dengan Menggunakan AWLR
Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.7).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.7).
Pada lokasi kelima ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah kelima ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.
42
Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.8).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.8).
Pada lokasi keenam ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah keenam ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.
43
7. PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.
Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.9).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.9).
Pada lokasi ketujuh ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah ketujuh ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.
44
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktik yang telah dilaksanakan di lingkungan
kerja Dinas Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sumber airtanah mempunyai keunggulan berupa lebih higienis serta lebih
sehat, dikarenakan mengalami proses filtrasi secara alami, memiliki
cadangan yang cenderung tetap sepanjang tahun, memiliki mutu yang
relatif tetap.
2. sumber airtanah juga memiliki kekurangan seperti terdapat di bawah
permukaan tanah sehingga diperlukan sumur bor/gali untuk
pemanfaatannya, memiliki keterdapatan yang tidak merata di setiap
tempat, memiliki cadangan yang terbatas sehingga untuk keperluan air
minum perkotaan atau air irigasi/industri yang cukup besar mungkin tidak
mencukupi.
3. Apabila pemanfaatannya terjadi secara berlebihan, maka dampak negatif
terhadap lingkungan di sekitarnya berupa penurunan muka airtanah,
amblesan tanah, intrusi air laut.
4. Terdapat 3 jenis sumur pantau, yaitu :
5. Lokasi sumur pantau pada PT. APAC Inti berdasarkan pengamatan dengan
menggunakan AWLR (Auto Water Level Recorder) telah mengalami
perubahan nilai MAT, hal ini disebabkan oleh penggunaan sumberdaya
airtanah di lokasi tersebut yang telah berlebihan, sehingga dapat
46
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, Van. 1949. The Geology Of Indonesia, Springer.
Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Mandala Rembang dan
sekitarnya. Jakarta.
Hendrayana, H. 2002. Dampak Pemanfaatan Airtanah. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Marsudi, 2000. Struktur Geologi Daerah Semarang Provinsi Jawa Tengah.
Jurusan Pertambangan ITB, Bandung.
Nugroho, Bhinukti Prapto, 1989. Karakteristik Air Tanah pada Dataran Pantai
Kotamadya Semarang. Skripsi, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor: 12 Tahun
1996 Tentang Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah.
Robert E Thaden. Dkk, 1975. Peta Geologi Lembar Magelang Semarang Jawa,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Rochadi, Baskoro. 2004. Geomorfologi Kota Semarang, Makalah Seminar
UNDIP, Semarang.
www.water.ca.gov/groundwater/types_of_monitoring_wells//
www.epa.gov/Design_And_Instalation_Of_Monitoring_Wells//
47
LAMPIRAN
48
Data AWLR Sumur Pantau Oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah
Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.
49
PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen. Semarang.
50
51
Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.
52
53
54
PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.
55
Struktur Organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah
56