Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Geologi merupakan ilmu yang mempelajari serta mengembangkan
pengetahuan mengenai kebumian, seperti bentuk muka bumi, material
penyusun bumi, jenis-jenis tanah, jenis-jenis batuan, termasuk didalamnya
sifat fisika serta kimia yang berhubungan dengan penerapannya seperti
Geologi Minyak dan Gas Bumi, Geologi Panasbumi, Geologi Teknik,
Hidrogeologi, Geologi Tata Lingkungan, Geologi Tambang, Geologi
Penginderaan Jauh, Geologi Kelautan, dan lain sebagainya.
Sedangkan Kerja Praktik merupakan bagian dari mata kuliah dalam ilmu
geologi yang dimaksudkan agar mahasiswa memiliki pengalaman dalam
melakukan pekerjaan di kantor, laboratorium, atau lapangan yang sesuai
dengan bidang yang diambil oleh pelaksana kerja praktik, dalam hal ini ialah
bidang yang berhubungan dengan ilmu geologi. Kemudian ilmu-ilmu geologi
yang telah diterima selama perkuliahan di kampus akan di praktikan serta
dianggap sebagai magang kerja di kantor, laboratorium, atau lapangan.
Pada kerja praktik kali ini, penulis mengambil pengalaman pekerjaan di
bidang air tanah dan panasbumi di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Kota Semarang. Bidang tersebut merupakan bagian dari ilmu Hidrogeologi
yang mempelajari mengenai permasalahan air tanah hingga eksploitasinya.
Air tanah merupakan bagian dari lingkungan hidup sehingga terdapat
interaksi anatara sumber daya air tanah serta lingkungan di sekitarnya yang
dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kondisi air tanah
sendiri dipengaruhi oleh aspek serta kondisi geologis, hidrogeologis, serta
komponen lingkungan hidup lain yang mempengaruhinya. Oleh sebab itu
keterdapatan air tanah bersifat dinamis berdasarkan aspek kualitas maupun
kuantitasnya, serta memiliki ketersediaan dan sifat yang beragam antara
tempat yang satu dengan yang lainnya.

Pengambilan air tanah yang cenderung semakin intensif serta tidak sesuai
dengan ketersediaan air tanah di dalamnya pada akhirnya akan berdampak
bagi lingkungan di sekitarnya. Dampak negatif yang mungkin dihasilkan dari
kondisi ini ialah semakin langkanya ketersediaan serta kualitas air tanah pada
suatu daerah karena eksploitasi yang berlebihan. Maka dari itu teori-teori
yang didapatkan selama di perkuliahan wajib diterapkan di dunia pekerjaan
dengan tujuan untuk menambah pengalaman pekerjaan yang akan dihadapi di
dunia kerja yang nyata serta untuk memberikan sedikit rekomendasi dalam
hal kegeologian pada tempat kami melaksanakn kerja praktik.
Kerja praktik dilaksanakan di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Jawa Tengah dengan bidang yang diambil ialah bidang Air Tanah
dan Panas Bumi (APB). Dalam bidang air tanah yang diambil, penulis
mengambil materi Pengaruh Penggunaan Sumur Pantau Serta Akibatnya
Terhadap Lingkungan di Daerah Semarang Oleh Dinas Energi Sumber Daya
Mineral Jawa Tengah sebagai pembelajaran penulis dalam Kerja Praktik.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktik ialah mahasiswa dapat ikut
serta dan menjalani kegiatan dalam dunia pekerjaan, sehingga
mahasiswa dapat mengetahui serta dapat mempelajari proses kerja,
serta tantangan dan masalah yang ada dalam dunia kerja pada institusi
yang berkaitan dengan bidang geologi.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ialah:
1. Mengetahui prosedur kerja pada suatu institusi.
2. Mengetahui serta melihat langsung proses pekerjaan yang sedang
berlangsung.
3. Dapat memberikan gambaran umum mengenai dunia pekerjaan
sebelum mahasiswa terjun langsung ke dunia pekerjaan.

1.3 Ruang Lingkup


Kerja praktik yang dilakukan merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan
bidang geologi. Adapun pekerjaan yang telah dilakukan selama kerja praktik
yaitu :
1. Melakukan georeferencing serta digitalisasi data sumur pantau yang telah
dikerjakan oleh dinas ESDM untuk provinsi Jawa Tengah.
2. Melakukan peninjauan ke lokasi sumur pantau untuk melihat proses
pengerjaan sumur tersebut.
3. Melakukan monitoring sumur pantau dengan AWLR (Automatic Water
Level Recorder) yang terdapat di daerah Semarang Jawa Tengah.
1.4 Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja praktik dilakukan selama 26 hari (lampiran 1). Pelaksanaan kerja
praktik terhitung dari tanggal 28 April 2014 hingga 23 Mei 2014. Tempat
dilaksanakannya kerja praktik ini berada di Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah yang beralamatkan di jalan Madukoro
AA-BB No.44 Semarang 50144.
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
Agar penulisan serta pembacaan laporan kerja praktik ini dapat
berurutan dan mudah dimengerti pembaca, serta agar tidak terjadi kerancuan
maupun pembahasan yang dilakukan secara berulang, maka penulisannya
dibagi dalam sistematika sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, maksud serta tujuan, lokasi kerja
praktik, ruang lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan kerja praktik di Dinas
ESDM Provinsi Jawa Tengah, serta sistematika penulisan laporan.

Bab II. Gambaran Umum Perusahaan


Bab ini berisi mengenai profil instansi tempat melaksanakan
kerja praktik yang dillaksanakan di Dinas ESDM Provinsi Jawa
Tengah.
Bab III. Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi mengenai teori serta acuan informasi sumur pantau
dan kondisi geologi secara umum pada daerah penelitian.
Bab IV. Pelaksanaan Kerja Praktik
Bab ini berisi mengenai tatacara pengerjaan serta pembuatan
sumur pantau dan pengaruh penggunaan sumur pantau yang berlebihan
terhadap lingkungan di sekitarnya yang menjadi pokok pembahasan
utama dalam laporan Kerja Praktik ini.
Bab V. Penutup
Bab ini berisi mengenai kesimpulan serta saran dan kritik yang
ditujukan kepada Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, demi kemajuan
Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah.

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu instansi pemerintah yang khusus menangani berbagai
masalah pertambangan, dinas ini beramatkan di jalan Madukoro AA-BB No.
44 Semarang 50144.
Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah telah
berusia genap 6 tahun sejak terbentuknya Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(STOK) baru dalam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada bulan Juni
2008 yang sebelumnya bernama Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Jawa Tengah. Berikut berupa susunan struktur organisasi Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah (ESDM, 2013)

Peran Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa
Tengah menjadi semakin penting sebagai salah satu komponen untuk
mewujudkan program peningkatan ekonomi dan penguatan infrastruktur guna
memperkuat kehidupan perekonomian rakyat yang merupakan salah satu
program kerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada periode 2008 - 2013.
Dinas Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM) Privinsi Jawa Tengah
sebagai suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung
jawab melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di
bidang energi dan sumber daya mineral, diharapkan mampu mewujudkan visi
dan misi pembangunan daerah sebagaimana yang digariskan dalam RPJMD
Provinsi Jawa Tengah 2008 - 2013. Arah kebijakan RPJMD Provinsi Jawa
Tengah 2008 - 2013 yang terkait dengan pembangunan energi dan sumber
daya mineral, merupakan acuan dasar dalam menyusun Rencana Strategis
(RENSTRA) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah.
Tugas pokok Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
Tengah adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang energi dan
sumber daya mineral berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantu.
Adapun fungsinya ialah melakukan :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang energi dan sumber daya mineral.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang energi
dan sumber daya mineral.
3. Pembinaan dan fasilitas bidang energi dan sumber daya mineral.
4. Pelaksanaan tugas di bidang geologi, mineral dan batubara, airtanah dan
panasbumi, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi.
5. Pemantauan evaluasi, dan pelaporan bidang energi dan sumber daya
mineral.
6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas.
7. Pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.

Dalam melakukan tugas pokoknya, Kepala Dinas Energi dan Sumber


Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah membawahi :
1. Sekretariat.
2. Bidang Geologi Mineral dan Batubara.
3. Bidang Airtanah dan Panasbumi.
4. Bidang Ketenagalistrikan.
5. Bidang Minyak dan Gas Bumi.
6. UPT.
7. Kelompok Jabtan Fungsional.
2.2 Visi dan Misi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi
Jawa Tengah
Dalam pembangunan daerah bidang energi dan sumber daya mineral,
keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumber daya mineral dan
energi menjadi pertimbangan utama dan harus diupayakan secara konsisten.
Kekayaan sumber daya mineral dan keanekaragaman potensi energi tidak saja
dimanfaatkan untuk masyarakat saati ini, tetapi juga untuk generasi yang akan
datang. Oleh karena itu, visi dan misi pembangunan daerah bidang energi dan
sumber daya mineral adalah :
Visi :
Menuju Masyarakat Sejahtera Melalui Penguatan Pengelolaan ESDM dan
Kemandirian Energi.
Misi :
1. Meningkatkan Pengelolaan Pertambangan dan Airtanah yang
berkelanjutan.
2. Meningkatkan Pengelolaan dan Pendayagunaan Ketenagalistrikan dan
Migas Untuk Menjamin Ketersediaan Energi Melalui Infrastruktur dan
Diversifikasi Energi.
3. Mengembangkan Potensi Energi Baru dan Terbarukan Melalui
Optimalisasi dan Penerapan Teknologi Tepat Guna Secara Mandiri.

4. Meningkatkan Upaya Pencegahan Risiko Bencana Geologi.


5. Meningkatkan Kinerja Pelayanan Publik yang Profesional di Bidang
ESDM.
2.3 Bidang Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah
1. Bidang Geologi Mineral dan Batubara
Bidang Geologi Mineral dan Batubara ini mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang pemetaan potensi dan teknologi, bina pengusaha mineral dan
batubara, serta kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan.
2. Bidang Airtanah dan Panasbumi
Bidang Airtanah dan Panasbumi ini mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang hidrologi dan penyelidikan panasbumi, dan eksplorasi airtanah dan
panasbumi.
3. Bidang Ketenagalistrikan
Bidang Ketenagalistrikan ini mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan

ketenagalistrikan

dan

pembinaan

serta

kelaikan

ketenagalistrikan.
4. Bidang Minyak dan Gas Bumi
Bidang Minyak dan Gas Bumi ini mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di
bidang pengembangan teknologi serta pengusahaan minyak dan gas bumi
dan pengawasan minyak dan gas bumi.

2.4 Balai Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah
2.4.1 Tugas Pokok :
Balai ESDM merupakan unit pelaksana teknis pada Dinas yang
dibentuk berdasarkan Pergub Jateng No. 45 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas ESDM
Provinsi Jawa Tengah, dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Balai ESDM ini mempunyai pokok melaksanakan sebagian
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas
di bidang energi dan sumber daya mineral.
2.4.2 Fungsi :
Untuk melaksanakan tugas pokok Balai ESDM mempunyai fungsi :
1. Penyusunan rencana teknis operasional pembinaan, penyuluhan,
pengawasan dan pengendalian ESDM.
2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pembinaan, penyuluhan,
pengawasan dan pengendalian ESDM.
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan ESDM
4. Pengelolaan ketatausahaan.
5. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas
dan fungsinya.
2.4.3 Susunan Organisasi Balai ESDM :

Kepala Balai

Sub bagian Tata Usaha

Seksi Pembinaan dan Penyuluhan

Seksi Pengawasan dan Pengendalian

Kelompok Jabatan Fungsional


Masing-masing sub bagian/seksi dipimpin oleh seorang Kepala Sub

bagian/Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Balai, Kelompok Jabatan Fungsional dimpin oleh


seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok dan
bertanggung jawab kepada Kepala Balai.
2.4.4 Alamat dan Wilayah Kerja Kantor Balai ESDM :
Balai ESDM Wil. Serayu Utara
Jl. Patimura No. 1 Pekalongan
Telp. (0825) 4416554
Fax. (0825) 4416553
Wilayah Kerja meliputi :
Kab. Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, Kebumen,
Wonosobo, dan Purworejo.
Balai ESDM Wil. Serayu Selatan
Jl. Sudirman No. 10 Purworejo
Telp. (0725) 324134
Fax. (0725) 323685
Wilayah Kerja meliputi :
Kab. Temanggung, Pemalang, Pekalongan, Tegal, Brebes, Batang,
Kendal, Kota Pekalongan, dan Kota Tegal.
Balai ESDM Wil. Kendeng Muria
Jl. P. Sudirman No. 52 Pati
Telp. (0295) 386120
Fax. (0295) 386119
Wilayah Kerja meliputi :
Kab. Jepara, Demak, Kudus, Pati, Rembang, Grobogan, Blora dan
Kota Semarang.
Balai ESDM Wil. Solo
Jl. Balekambang Lor No. 3
Komplek Balekambang Solo

10

Telp. (0271) 738280


Fax. (0271) 738203
Wilayah Kerja meliputi :
Kab. Sragen, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali,
Magelang, Semarang, Kota Surakarta, Kota Magelang, dan Kota
Salatiga.

11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum daerah kerja praktik akan dijelaskan menjadi beberapa sub-bab
bagian, yaitu geologi daerah Semarang, Fisiografi serta Morfologi daerah
Semarang, Stratigrafi daerah Semarang, Struktur geologi, Definisi Sumur Pantau
serta lokasi sumur pantau daerah kerja praktik.
3.1 Geologi Daerah Semarang
3.1.1 Fisiografi
Secara fisiografis daerah Jawa Tengah oleh Van Bemmelen (1949)
dibagi menjadi 6 zona fisografi, yaitu : Dataran Aluvial Jawa Utara,
Gunungapi Kuarter, Antiklonium Bogor - Serayu Utara - Kendeng,
Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan
Jawa.
1. Dataran Aluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40 Km ke
arah selatan. Semakin ke arah timur, lebarnya menyempit hingga 20
Km.
2. Gunungapi kuarter di Jawa Tengah antara lain, G. Slamet, G. Dieng,
G. Sindoro, G. Sumbing, G. Ungaran, G. Merapi, G. Merbabu, dan
G. Muria.
3. Zona Serayu Utara memiliki lebar 30-50 Km. Di selatan Tegal, zona
ini tertutupi oleh produk vulkanik kuarter G. Rogojembangan, G.
Ungaran, dan G. Dieng. Zona ini menerus ke Jawa Barat menjadi
zona Bogor dengan batas antara keduanya terletak di sekitar Prupuk,
Bumiayu hingga Ajibarang, persis di sebelah barat G. Slamet,
sedangkan ke arah timur membentuk Zona Kendeng, Zona
Antiklinorium Bogor terletak di selatan Dataran Aluvial Jakarta

12

berupa Antiklinorium dari lapisan Neogen yang terlipat kuat dan


terintrusi. Zona Kendeng meliputi daerah yang terbatas antara
Gunung Ungaran hingga daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan
batuan tertua berumur Oligosen-Miosen Bawah yang diwakili oleh
Formasi Pelang.
4. Zona Depresi Jawa Tengah menempati bagian tengah hingga selatan.
Sebagian merupakan dataran pantai dengan lebar 10-25 Km.
Morfologi pantai ini cukup kontras dengan pantai selatan Jawa Barat
dan Jawa Timur yang lebih terjal.
5. Pegunungan Selatan Jawa memanjang di sepanjang pantai selatan
Jawa membentuk morfologi pantai yang terjal. Namun di Jawa
Tengah zona ini terputus oleh Depresi Jawa Tengah.
6. Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi Jawa
Tengah yang membentuk kubah dan pegunungan. Di bagian barat
dari Pegunungan Serayu Selatan yang berarah barat-timur dicirikan
oleh bentuk antiklinorium yang berakhir di timur pada suatu
singkapan batuan tertua terbesar di Pulau Jawa, yaitu daerah Luk
Ulo, Kebumen.

13

Gambar 3.1 Peta Fisiografi Daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur
(Van Bemmelen, 1949)

Topografi daerah Semarang


Secara topografi daerah Semarang, Kota Semarang memiliki
ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 348 m di atas permukaan
laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan
perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% 45%.
(Baskoro Rochadi, 2004).
Morfologi daerah Semarang
Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi
dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan
morfologi yaitu (Baskoro Rochadi, 2004) :
1. Dataran rendah
Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah
bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan,
bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan
kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian
tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat
daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas penyebaran
sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Semarang.
Dataran rendah membentang sejajar garis pantai Laut Jawa,
dengan lebar 2,5 km 10 km, dengan 10 m di atas permukaan
air laut. Daerah iniketinggian tempat membentuk kawasan
luapan banjir pada sisi sungai dengan aluvial hidromorf yang
berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung. Pertemuan dengan garis
pantai, endapan aluvial membentuk delta berupa pasir, lanau dan
lempung. Akibat gelombang dan pasang surut air laut, maka

14

endapan tersebut menyebar ke arah Timur Laut dan Barat Daya,


dan membuat garis pantai semakin maju (Baskoro Rochadi,
2004).

2. Daerah Bergelombang
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan,
kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan
bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (39%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah
Semarang. (Baskoro Rochadi, 2004).
3. Daerah Dataran Tinggi
Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang
yang berhulu di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola
meranting, dan masih terus mengikis tegak lurus kebawah kearah
hulu dengan kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat
erosi yang tinggi dan luas
(Baskoro Rochadi, 2004).
4. Daerah Antara,
Terletak diantara Daerah rendah dan Daerah Tinggi.
Morfologi daerah antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan
dengan kelerengan yang sedang hingga terjal.
(Baskoro Rochadi, 2004).
Perbukitan Berlereng Landai
Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan
perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang
landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian

15

wilayah 25 - 435 mdpl. Luas penyebaran sekitar 73,31


km2 (18,84%) dari seluruh daerah Semarang.
Perbukitan Berlereng Agak Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak
perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai
kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara
25 - 445 mdpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km 2 (14,8%)
dari seluruh daerah Semarang.
Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak
perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan
lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m
dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari
seluruh daerah Semarang.
Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing
sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai
kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara
45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%)
dari seluruh daerah Semarang (Baskoro Rochadi, 2004).
Perbukitan Berlereng Curam
Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai
dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%,
ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya
sekitar 6,45 Km2(1,65%) dari seluruh daerah Semarang.
(Baskoro Rochadi, 2004).
3.1.2 Stratigrafi

16

Stratigrafi daerah Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar


Magelang - Semarang (Robert E Thaden. Dkk, 1975), susunan
stratigrafinya adalah sebagai berikut :
Aluvium
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan
pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran
diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai
dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1
- 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu
pasir. (Robert E Thaden. Dkk, 1975).
Batuan Gunung api Gajah Mungkur
Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman,
berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar,
hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat
memperlihatkan struktur kekar berlembar (sheeting joint).
(Robert E Thaden. Dkk, 1975).
Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
BatuanGunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abuabu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin
dan augit, sangat keras. (Robert E Thaden. Dkk, 1975).
Formasi Jongkong
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya
disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna
coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang,

17

kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus,
setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
(Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi
volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir
halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan
kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras.
Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman,
komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5
cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh.
Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abuabu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1
- 20 cm, menyudut - membundar tanggung, agak keras.
(Robert E Thaden. Dkk, 1975).

Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan
tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu
lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan
lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit,
basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya
menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi,
breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava
berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning
keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung,
berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering
dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat
kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.
(Robert E Thaden. Dkk, 1975).

18

Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping.
Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi
terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah
hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah
hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung
karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa
dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.

Formasi Kerek
Perselingan

batu

lempung,

napal,

batu

pasir

tufaan,

konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung


kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu
lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koralkoral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung
di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya
berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari
400 m. (Robert E Thaden. Dkk, 1975).
Berikut merupakan gambaran dari kondisi geologi daerah
Semarang beserta dengan kolom stratigrafinya (Gambar 3.2)
(Gambar 3.3).

19

Gambar 3.2 Peta Geologi Kota Semarang (Thanden, 1975)

20

Gambar 3.3 Kolom Stratigrafi Daerah Semarang dan Sekitarnya ( Harsono, 1983)

3.1.3 Struktur Geologi


Struktur geologi yang terdapat di Kota Semarang umumnya berupa
sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar
normal relatif berarah barat-timur sebagian agak cembung ke arah utara,
sesar geser berarah utara selatan hingga baratlaut tenggara, sedangkan
sesar normal relatif berarah barattimur. Sesar-sesar tersebut umumnya
terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kali Bening dan Formasi
Damar yang berumur kuarter dan tersier.
Menurut Nugroho (1989) di daerah Kota Semarang dan sekitarnya
telah dilakukan penyelidikan oleh Hetzel pada tahun 1935 dan Van
Bemmelen pada tahun 1963, keduanya melakukan penyelidikan geologi
secara regional.
Struktur Antiklin Bergota ditentukan dari hasil-hasil pengukuran
jurus dan kemiringan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar bukit
Bergota, Gunung Sawo, Peleburan dan Wonodri. Sumbunya melalui
lembah antara Bukit Bergota, Gunung Sawo dan Peleburan dan
memanjang arah timur barat sepanjang lebih kurang 4 Km. Pengukuran
yang sama menunjukkan bahwa jenis antiklin ini asimetri, dimana
sayap bagian selatan lebih curam dari sayap bagian utaranya.
Antiklin Candi didasarkan pada hasil-hasil pengukuran
jurus dan kemiringan perlapisan batuan yang terdapat di sekitar daerah
utara Candi Baru, Kali Langas dan Kali Gayam. Sumbunya melalui
Tegal Sari terus ke selatan Kintelan. Antiklin ini memnajang arah barat
laut-tenggara sepanjang lebih kurang 2,5 m. Juga jenis antiklin ini

21

adalah antiklin asimetri, di mana sayap selatan lebih landai dari sayap
bagian utaranya.
Antiklin Karanganyar gunung terdapat pada daerah Karanganyar
gunung kira-kira di selatan Kampung Mrican. Sumbunya memanjang
hampir timur barat sepanjang 1,5 km. Diduga antiklin ini merupakan
kelanjutan dari antiklin Candi yang terpatahkan dan bergeser di bagian
tengah.
Struktur sinklinal yang dijumpai terletak diantara antiklin Bergota
dan Candi. Sumbunya memanjang dari barat laut ke tenggara sepanjang
2 km. sinklinal ini merupakan jenis asimetri, dengan sayap bagian
selatan lebih landai dari sayap bagian utara.
Selain struktur lipatan seperti tersebut di atas, di daerah Kota
Semarang terdapat pula struktur patahan yaitu Patahan Tinjomoyo I, II
dan Patahan Jomblang-Jangli. Pada patahan Tijomoyo I dan II ini hanya
didasarkan pada hilangnya lapisan peralihan (transisi) dari formasi
kalibiuk dan formasi damar. Tanda-tanda yang dapat memperkuat
adanya patahan ini adalah patahan kecil pada lapisan tufa konglomerat
pasiran yang bergeser sejauh 8 cm di dinding jalan raya yang terdapat di
Gombel.
Tanda-tanda

patahan

Jomblang

Jangli

di

dasarkan

pada

bergesernya batas formasi damar tengah pada daerah Jomblang


Peterongan dan bergesernya sumbu antiklin Karanganyar gunung dan
sumbu antiklin Candi di mana sumbu bagian timurnya bergeser ke arah
selatan sejauh 300-500 meter. Berikut merupakan peta persebaran
struktur geologi di daerah Semarang (Gambar 3.4).

22

Gambar 3.4 Struktur Geologi Daerah Semarang dan Sekitarnya (Marsudi, 2000)

3.2 Sumur Pantau


Sumur pantau ialah konstruksi sumur yang berfungsi untuk memantau
penggunaan air tanah di sekitarnya, agar dalam penggunaannya tidak
menyalahi aturan yang berlaku serta tidak merusak lingkungan di sekitarnya.
Kegunaan standar dari sumur pantau lebih terbatas kepada desain untuk
memonitor air bawah permukaan pada zona saturasi (saturated zone) yang ada
pada atau di atas tekanan atmosfer. Daripada air, uap air, dan\atau gas yang
terkandung di zona tak jenuh (unsaturated zone or vadose zone).
Perangkat pemantauan yang digunakan untuk zona tak jenuh berbeda dari
yang digunakan untuk zona jenuh. (www.water.ca.gov). Tipe dari sumur pantau
seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini (gambar 3.5).

23

Gambar 3.5 Tipe Sumur Pantau (www.water.ca.gov, 2013)

Terdapat 3 (tiga) tipe utama dari sumur pantau, yaitu :


1. Individual Monitoring Wells
2. Nested Monitoring Wells
3. Clustered Mopnitoring Wells
Pada Individual Monitoring Wells terdiri dari satu casing string pada lubang
bor, seperti yang terdapat pada ilustrasi A (gambar 3.5) serta pada penampang
melintang sumur pantau (gambar 3.6), sumur pantau individu ini dipasang
dilokasi yang unik, serta terpisah dari satu sama lain. Teknik pemasangan seperti
ini ialah yang paling umum yang dibangun di daerah California, Amerika Serikat.
(www.water.ca.gov)

24

Gambar 3.6 Penampang Melintang (cross section) sumur pantau.


(www.water.ca.gov, 2013)

Serta pada Nested Monitoring Wells terdiri dari 2 (dua) atau lebih string
casing dalam sumur yang sama. Biasanya interval screen dari setiap string casing
dirancang untuk memperoleh air dari akuifer yang berbeda atau zona air bearing
(water-bearing zones). Tujuan dari pemantauan melalui sumur pantau nested
(Nested Monitoring Wells) ini juga sama seperti sumur pantau cluster (Clustered
Monitoring Wells). (www.water.ca.gov)
Sumur pantau cluster (Clustered Monitoring Wells) terdiri dari sumur
pemantauan individu yang terletak secara bersama-sama, tetapi tidak di lubang
bor yang sama. Sumur ini biasanya dibangun untuk mendapatkan air dari akuifer
yang berbeda atau dari zona bearing. Sumur clustered yang paling sering
digunakan untuk memantau kondisi air tanah di berbagai kedalaman di sekitar
wilayah yang sama. (www.water.ca.gov)
Pada sumur pantau nested bisa sulit untuk dibangun karena beberapa casing
dalam sumur yang sama. Perawatan diperlukan selama konstruksi untuk
memastikan zona bearing utnuk setiap string casing secara hidraulis terisolasi dari
satu dengan yang lainnya. Beberapa badan pengatur dapat melarang penggunaan
sumur pantau nested untuk penyelidikan kontaminasi atau polusi tertentu.
Biasanya ini disebabkan oleh ketidakpastian mengenai apakah strata water
bearing zone dapat diisolasi dan apakah segel annular dalam nested juga akan
selalu efektif. (www.water.ca.gov)

25

Casing string individu untuk berbagai jenis sumur pantau yang dibahas di atas
terkadang dirancang untuk mendapatkan air dari lebih dari satu akuifer atau water
bearing unit. Casing string ini biasanya memiliki beberapa interval bukaan atau
screen. Sebagaimana casing string juga sering disebut sebagai multi-level
monitoring wells, yang terkadang dapat berfungsi sebagai jalur khusus bagi air
yang berkualitas buruk, polusi, dan kontaminan dari suatu unit ke unit yang
lainnya. Beberapa lembaga regulator melarang penggunaan sumur pantau multi
level untuk investigasi polusi atau pencemaran tertentu. (www.water.ca.gov)

Pertimbangan Dalam Pembuatan Sumur Pantau


Desain dan instalasi dari sumur pantau permanen melibatkan pengeboran
dalam yang melalui berbagai kondisi geologi di bawah permukaan ytang berbeda
beda. Merancang dan membangun sumur pantau permanen dalam lingkungan
yang berbeda mungkin memerlukan beberapa metode pengeboran yang berbeda
dan prosedur pemasangan yang berbeda. Pemilihan metode pengeboran dan
prosedur pemasangan harus didasarkan pada data lapangan yang dikumpulkan
selama investigasi hidrogeologi atau pencarian data tambahan yang ada. Setiap
sumur pantau permanen yang baik harus dirancang dan dipasang untuk berfungsi
baik. Ketika merancang sumur pantau, berikut hal yang harus dipertimbangkan :
(www.epa.gov)

Tujuan jangka pendek dan jangka panjang

Tujuan dari sumur itu sendiri

Kemungkinan durasi dari program pemantauan

Kontaminan yang mungkin dipantau

Kondisi geologi permukaan dan bawah permukaan

Sifat akuifer yang akan dipantau

Penempatan screen pada sumur

Kondisi umum dari lokasi sumur

26

Potensi keberadaan bahaya keselamatan kerja


Syarat dibangunnya sumur pantau menurut Peraturan Daerah yang berlaku di

Indonesia ialah sebagai berikut :


1. Untuk pembuatan sumur pantau, pemegang izin harus memohon persyaratan
teknik kepada Kepala Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Gubernur
Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan dan Bupati/Walikotamadya
setempat.
2. Permohonan sebagaimana dimaksud harus dilampiri dengan :
a.Salinan/foto copy semua Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah(SIPA)
yang telah diperoleh;
b.Peta situasi skala 1 : 10.000 dan peta topografi skala 50.000 yang
memperlihatkan sebaran lokasi sumur produksi yang dimiliki.
3. Berdasarkan permohonan maka Kepala Kantor Wilayah mengeluarkan
persyaratan teknik sumur pantau kepada pemohon dengan tembusan kepada
Gubernur Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan.
4. Pemasangan alat perekam otomatis muka air (Automatic Water Level
Recorder - AWLR) untuk sumur pantau wajib dilaksanakan oleh petugas dari
Kantor Wilayah atau Petugas Dinas Pertambangan dan dibuatkan Berita
Acara pemasangan.
5. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum dilaksanakan pemasangan
alat perekam otbmatis muka air (Automatic Water Level Recorder - AWLR),
Pemegang Izin Pengambilan Air Bawah Tanah wajib meroberitahukan
rencana pelaksanaan pemasangan alat perekam otomatis muka air
(Automatic Water Level Recorder - AWLR) kepada Gubernur Kepala
Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan dan Kepala Kantor Wilayah.
6. Pemegang Izin Pengambilan Air Bawah Tanah yang mempunyai sumur
pantau wajib memelihara sumur pantau tersebut melaporkan basil rekaman
setiap bulan kepada Gubernur Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas
Pertambangan Kepala Kantor Wilayah.

27

7. Apabila terjadi kerusakan atas sumur pantau, pemegang Izin Pengambilan Air
Bawah Tanah wajib memperbaiki melaporkan hasilnya kepada Gubernur
Kepala Daerah Cq. Kepala Dinas Pertambangan Kepala Kantor Wilayah.
8. Perbaikan sumur pantau alat perekam otomatis muka air (Automatic Water
Level Recorder - AWLR) hanya dapat dilakukan oleh Kantor Wilayah atau
Perusahaan yang dinilai memenuhi persyaratan.
9. Semua biaya pengadaan, perawatan perbaikan alat perekam otomatis muka
air (Automatic Water Level Recorder - AWLR) menjadi beban pemegang
izin pengambilan air bawah tanah.

3.2.1 Lokasi Sumur Pantau Daerah Kerja Praktik


Secara administratif daerah kerja praktik termasuk kedalam daerah
Kota Semarang, serta Kabupaten Semarang. Terdapat 7 (tujuh) buah
sumur pantau yang merupakan data yang diamati dalam kerja praktik
ini, yaitu berlokasi pada :
1. Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.
2. PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen, Kab.
Semarang.
3. PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.
4. Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota
Semarang.
5. PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.
6. UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.
7. PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota.
Semarang.
Daerah kerja praktik tersebut dapat dicapai dari Semarang dengan
kendaraan roda empat melalui jalan yang beraspal baik, dan dikarenakan
lokasi sumur pantau tersebut berada dalam kawasan industri maupun dalam

28

lokasi gedung perkantoran, maka terletak di pinggir jalan yang mudah


dijangkau.
3.3 Pemanfaatan Air Tanah Serta Dampaknya Terhadap Lingkungan
Sekitar
Pada saat ini pengelolaan airtanah dan kegiatan konservasi airtanah telah
banyak dilakukan oleh berbagai pihak, baik Instansi Pemerintah maupun
Swasta. Tetapi

pada kenyataannya hasil pengelolaan maupun konservasi

airtanah belum dapat mencapai sasaran dan masih relatif jauh dari titik
optimal. Memperkecil dampak

negatif akibat pemanfaatan/pengeboran

airtanah, merupakan salah satu upaya nyata yang harus dilaksanakan dalam
rangka pengelolaan airtanah secara terpadu (Heru Hendrayana, 2002).
Izin, pembuatan sumur, penggunaan, ketentuan, serta sanki dalam
pemanfaatan air tanah tercantum dalam Peraturan Daerah Semarang Nomor 2
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Air Tanah.
Sumberdaya airtanah mempunyai peran cukup penting sebagai pasokan air
untuk berbagai sektor pembangunan (Heru Hendrayana, 2002), antara lain :
Air minum perkotaan/pedesaan (70%)
Air Industri (90%)
Air Irigasi, dan lain sebagainya.
Airtanah yang sebelumnya dianggap sebagai barang bebas yang dapat
dimanfaatkan tanpa batas telah berubah menjadi barang komoditif ekonomis,
bahkan dapat digolongkan sebagai barang strategis (Heru Hendrayana, 2002).
Beberapa keunggulan sumberdaya airtanah ialah
(Heru Hendrayana, 2002) :
Secara higienis lebih sehat karena telah mengalami proses filtrasi secara
alamiah.
Cadangan relatif tetap sepanjang tahun.

29

Mutu relatif tetap.


Apabila airtanah tersedia, dapat diperoleh di tempat tersebut tanpa
peralatan yang mahal.
Di samping itu, sumberdaya air tanah juga memiliki kekurangankekurangan, antara lain (Heru Hendrayana, 2002) :
Terdapat di bawah permukaan tanah, sehingga untuk pemanfaatannya
harus dilakukan dengan membuat sumur bor/gali.
Keterdapatan tidak merata pada setiap tempat.
Cadangannya terbatas, untuk keperluan air minum perkotaan atau air
irigasi/industri yang cukup besar mungkin tidak mencukupi.
Namun pada kenyataannya pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan
indrustri dan jasa masih mengandalkan airtanah secara berlebih, hal ini
tentunya menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya airtanah
maupun lingkungan, antara lain ialah (Heru Hendrayana, 2002) :
Penurunan muka air tanah
Intrusi air laut
Amblesan tanah
3.3.1. Penurunan Muka Air Tanah
Pemanfaatan airtanah yang terus menerus meningkat dapat
menyebabkan penurunan muka airtanah. Hasil rekaman muka air tanah
pada sumur-sumur pantau di daerah pengambilan airtanah secara
intensif, seperti pada daerah Jakarta, Bandung, Semarang, Pasuruan,
Mojokerto, menunjukkan kecenderungan muka airtanahnya yang terus
menurun (Heru Hendrayana, 2002).
3.3.2. Intrusi Air Laut

30

Intrusi air laut yang terjadi karena dampak dari pengambilan


airtanah dapat terjadi apabila keseimbangan hidrostastik antara
airtanah tawar dengan airtanah asin di daerah pinggir pantai
terganggu,hal ini berakibat terjadinya pergerakan airtanah asin/air dari
laut ke arah darat. Intrusi air laut seperti ini dapat teramati pada daerah
Jakarta, Semarang, Denpasar, Medan (Heru Hendrayana, 2002).
3.3.3. Amblesan Tanah
Permasalahan amblesan tanah dapat timbul akibat dari pengambilan
airtanah yang berlebihan dari lapisan akuifer, khususnya akuifer
tertekan. Amblesan tanah ini tidak dapat terlihat seketika, namun
dalam kurun waktu yang lama dan terjadi pada daerah yang luas,
sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif yang lainnya, antara
lain ialah (Heru Hendrayana, 2002) :
a. Banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik,
sehingga menggenangi perumahan, jalan, atau bangunan lain yang
lebih rendah.
b. Menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga
mengganggu lalu lintas. Secara regional amblesan tanah
mengakibatkan pondasi jembatan menurun dan mempersempit
kolong jembatan. Berkurangnya kapasitas penyimpanan gudang dan
terganggunya pelaksanaan arus bongkar/muat barang.
c. Rusaknya bangunan fisik seperti pondasi jembatan/bangunan gedung
tinggi, sumur bor, dan retaknya pipa saluran air limbah dan jaringan
yang lainnya.
3.4 Contoh Kasus Dampak Pemanfaatan Airtanah
Perubahan kedudukan muka airtanah di cekungan Semarang periode 19931994 diuraikan berikut ini (Heru Hendrayana, 2002) :

31

Daerah Semarang Utara meliputi Pusat Kota, pemukiman Tanah Mas dan
daerah industri Kaligawe, MASnya antara 14,19 28,91m. bmt, dengan
penurunan antara 0,6-1,9 m/tahun.
Daerah Semarang Selatan meliputi daerah Candi, Banyumanik MASnya
antara 20,24 - 48,24 m.bmt dengan penurunan antara 0,37- 0,70 m/tahun.
Daerah Kendal meliputi Kec. Kaliwungu, kota Kendal MAS nya antara +1,0
hingga 21,16 m.bmt dengan penurunan antara 0,20 0,55 m/tahun.
Daerah Demak meliputi Kota demak dan Mranggen MASnya antara +0,50
hingga 25,40 m.bmt dengan penurunan antara 0,15 0,45 m/tahun.

BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
Kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah berlangsung selama 4 minggu dan
berada pada divisi Airtanah dan Panas Bumi (APB), (tabel 4.1).
Pekerjaan yang dilakukan pada divisi ini adalah pekerjaan ahli geologi
pada bidang konservasi airtanah. Secara khusus, pekerjaan yang dilakukan
meliputi kajian Sumur Pantau di daerah Semarang, melakukan georeferencing
pada peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) wilayah Jawa Tengah, Studi Pengamatan
Sumur daerah Semarang, Rekapitulasi REKOMTEK 2014, serta pengamatan
penggunaan sumur pantau dengan AWLR (Automatic Water Level Recorder).
Pada divisi ini lebih fokus pada penganganan masalah airtanah dan
masalah panasbumi yang menjadi pokok pekerjaan. Divisi ini bertindak sebagai

32

konservator atau salah satu divisi yang bertindak melakukan konservasi, selain itu
divisi ini juga bertindak sebagai regulator atau pembuat regulasi yang
menekankan

pada

pembuatan

undang-undang

atau

peraturan

mengenai

pengawasan dan penggunaan sumber daya air di kawasan Jawa Tengah pada
umumnya, dan Semarang pada khususnya.
Pada divisi ini terdapat pembagian waktu yang saya buat untuk lebih
memudahkan saya dalam melaksanakan kegiatan Kerja Praktik di Dinas ESDM
Provinsi Jawa Tengah, berikut bagan kerja praktik yang telah saya lakukan
(Tabel 4.1).

33

Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah

April
Kegiatan

2
8

2
9

Mei
3
0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1
0

1
1

1
2

1
3

1
4

1
5

1
6

1
7

1
8

1
9

2
0

2
1

2
2

2
3

Pembekalan
dan
pemberian materi
Sumur Pantau dan
Air Tanah
Melakukan kajian
tentang pengaruh
Sumur Pantau di
Daerah
Jawa
Tengah
Survey
Terhadap
Sumur Perusahaan
Georeferencing
Peta
RBI
serta
Digitalisasi Sumur
Pantau
di
Jawa
Tengah
Pengamatan
Penggunaan
Sumur
Pantau
dengan AWLR
34

4.1 Studi Pendahuluan


Dalam melaksanakan kegiatan kerja praktik ini pertama yang dilakukan
ialah pembekalan serta pemberia materi sumur pantau dan airtanah oleh
Dinas ESDM provinsi Jawa Tengah, pembekalan dilakukan dengan studi
literatur yang dilakukan di perpustakaan Dinas ESDM. Juga termasuk
didalamnya melakukan kajian mengenai pengaruh penggunaan sumur pantau
terhadap lingkungan di sekitarnya, dalam hal ini daerah Semarang Jawa
Tengah.
4.2 Kunjungan Lapangan
Kunjungan lapangan dilakukan ke PT. Kencana Andalan Prima yang
terletak di daerah Mijen Jawa Tengah, yang terletak pada koordinat 451.191
B/T dan 9.234.559 U/S. Konstruksi Sumur memiliki kedalaman sumur 80m,
dengan diameter pipa jambang 4 (inchi) dengan panjang 9m, pompa yang
dipasang berkapasitas 1 HP (Horse Power), (Gambar 4.1).
Posisi akuifer yang ada berdasarkan dari pengukuran sebelumnya terletak
pada kedalaman, akuifer awal 60m dan akuifer akhir 80m.

Gambar 4.1 Proses Pemasangan Pipa Konstruksi Sumur Dalam


PT. Kencana Andalan Prima, Mijen

35

4.3 Georeferencing Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Provinsi Jawa Tengah
Proses Georeferencing ini dilakukan untuk membuat database secara
digital dari proyek pembuatan sumur bor maupun sumur pantau yang
dilakukan oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Dari data georeferencing
tersebut maka didapatkan database secara digital dari sumur bor/pantau.
Sehingga untuk kemudian hari apabila ingin melihat ataupun membutuhkan
data dari sumur-sumur tersebut akan dapat segerea di akses secara digital dan
terpadu, (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Data Georeferencing Sumur Pantau PT. Prismatek


Beserta Dengan Informasi Sumurnya

36

4.4 Pengamatan Sumur Pantau Dengan Menggunakan AWLR


(Automatic Water Level Recorder)
Wilayah pengamatan kerja praktik pengamatan sumur pantau dengan
menggunakan metode AWLR ini terletak pada daerah Semarang, yang di bagi
menjadi 7 lokasi sumur pantau, yaitu :
1. Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.
2. PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen, Kab.
Semarang.
3. PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.
4. Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.
5. PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.
6. UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.
7. PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.
Pengamatan dilakukan di Kantor Divisi APB (airtanah dan Panas Bumi)
Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari pengamatan ini ialah agar
dalam penggunaan sumur dalam dapat dipantau dengan menggunakan sumur
pantau, sehingga tidak terjadi eksploitasi airtanah secara berlebihan yang
dapat mengakibatkan terganggunya lingkungan sekitarnya.

37

Berikut merupakan data dari pengamatan sumur pantau dengan AWLR :


1. Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.

Gambar 4.3 Data Sumur Pantau Kantor ESDM Jawa Tengah


Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada sekitar
petang hari hingga tengah malam (pukul 18.00 hingga 24.00), namun pada
siang hingga sore hari mengalami perubahan yang cukup terlihat oleh grafik,
(Gambar 4.3).
Pada MAT_2 grafik menunjukkan posisi yang stabil sepanjang waktu.
Sedangkan pada MAT_3 pada pukul 18.00 hingga 16.00 berada pada posisi
yang stabil, namun pada pukul 16.00 hingga 18.00 mengalami penurunan
pada grafik (Gambar 4.3).
Ketinggian MAT secara keseluruhan akan kembali kepada keadaan seperti
semula apabila masa pemakaian airtanah yang ada telah selesai, atau telah
melewati jam sibuk eksploitasi airtanah yang ada (Gambar 4.3).

38

Hal ini dapat diindikasikan bahwa pemakaian airtanah pada wilayah


pertama ini masih termasuk kedalam pemakaian yang wajar.
2. PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen.

Gambar 4.4 Data Sumur Pantau PT. APAC Inti Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Suhu/MAT_1 pada grafik dari AWLR tersebut menunjukkan fluktuasi
yang

sangat

signifikan

di

sepanjang

waktu

pengamatan.

Pada

MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada bagian atas
grafik, walaupun terdapat beberapa fluktuasi namun tidak cukup signifikan
pada sekitar pagi hari dan siang hari grafik yang ada mengalami penurunan
(Gambar 4.4).
Pada MAT_2 grafik menunjukkan posisi yang mirip terhadap grafik
MAT_1. Sedangkan pada MAT_3 terdapat grafik yang stabil (Gambar 4.4).
Ketinggian MAT setelah dipakai pada jam jam sibuk akan kembali
meningkat, namun keadaannya tidak kembali seperti sediakala, terjadi
perubahan nilai MAT pada saat sebelum dan sesudah pemakaian aritanah

39

pada daerah d sekitarnya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa pemakaian


airtanah pada wilayah kedua ini termasuk kedalam pemakaian yang
cenderung sudah berlebihan, namun belum sampai pada saat yang
mengkhawatirkan karena ketinggian MAT sesudah pemakaian tidak begitu
jauh dengan sebelum pemakaian (Gambar 4.4). Namun bila hal ini tetap
dibiarkan, maka seiring berjalannya waktu akan terjadi perubahan nilai MAT
yang akan berdampak pada lingkungan di sekitarnya.

3. PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.

Gambar 4.5 Data Sumur Pantau PT. Mangkok Mas Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.5).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitu pula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.5).

40

Pada lokasi ketiga ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah ketiga ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.
4. Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.

Gambar 4.6 Data Sumur Pantau Kantor Kecamatan Pedurungan Dengan


Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.6).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.6).
Pada lokasi keempat ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah keempat ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.

41

5. PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.

Gambar 4.7 Data Sumur Pantau PT. Sinar Sosro Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.7).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.7).
Pada lokasi kelima ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah kelima ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.

42

6. UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.

Gambar 4.8 Data Sumur Pantau UNDIP Pasca Sarjana


Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.8).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.8).
Pada lokasi keenam ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah keenam ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.

43

7. PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.

Gambar 4.9 Data Sumur Pantau PT. Wijaya Kusuma


Dengan Menggunakan AWLR

Berdasarkan data diatas, maka dapat dilihat bahwa ketinggian MAT (Muka
Air Tanah) dalam jangka waktu tertentu ialah sebagai berikut.
Pada MAT_1/Kualitas Air cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.9).
Pada MAT_2 pula tercatat cenderung pada posisi yang stabil pada
sepanjang waktu pengamatan. Begitupula pada MAT_3 tercatat cenderung
pada posisi yang stabil pada sepanjang waktu pengamatan (Gambar 4.9).
Pada lokasi ketujuh ini tercatat bahwa ketinggian MAT tidak begitu
mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
pemakaian airtanah pada wilayah ketujuh ini masih termasuk kedalam
pemakaian yang wajar.

44

Berdasarkan data dari pengamatan sumur-sumur pantau tersebut, maka


dari ketujuh sumur yang ada, sumur yang dianggap telah terjadi pemakaian
airtanah secara berlebihan ialah sumur pantau yang terletak pada lokasi PT.
APAC Inti. Sebagai pabrik yang bergerak di bidang industri garmen, maka
sumber airtanah yang ada di sekitarnya dimungkinkan telah dipakai dalam
jumlah yang besar.
Apabila hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka kondisi akuifer
airtanah yang berada disekitarnya pun akan mengalami perubahan, yang
dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah maupun meningkatnya
kemungkinan terjadinya penurunan tanah dalam jangka waktu yang lama.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah kemungkinan tersebut terjadi ialah
dengan cara memperketat aturan pemerintah yang telah berlaku, sehingga
penggunaan sumberdaya airtanah dapat dipakai sebagaimana mestinya.

45

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktik yang telah dilaksanakan di lingkungan
kerja Dinas Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sumber airtanah mempunyai keunggulan berupa lebih higienis serta lebih
sehat, dikarenakan mengalami proses filtrasi secara alami, memiliki
cadangan yang cenderung tetap sepanjang tahun, memiliki mutu yang
relatif tetap.
2. sumber airtanah juga memiliki kekurangan seperti terdapat di bawah
permukaan tanah sehingga diperlukan sumur bor/gali untuk
pemanfaatannya, memiliki keterdapatan yang tidak merata di setiap
tempat, memiliki cadangan yang terbatas sehingga untuk keperluan air
minum perkotaan atau air irigasi/industri yang cukup besar mungkin tidak
mencukupi.
3. Apabila pemanfaatannya terjadi secara berlebihan, maka dampak negatif
terhadap lingkungan di sekitarnya berupa penurunan muka airtanah,
amblesan tanah, intrusi air laut.
4. Terdapat 3 jenis sumur pantau, yaitu :

Individual Monitoring Wells

Nested Monitoring Wells

Clustered Monitoring Wells

5. Lokasi sumur pantau pada PT. APAC Inti berdasarkan pengamatan dengan
menggunakan AWLR (Auto Water Level Recorder) telah mengalami
perubahan nilai MAT, hal ini disebabkan oleh penggunaan sumberdaya
airtanah di lokasi tersebut yang telah berlebihan, sehingga dapat

46

mengakibatkan terjadinya kerugian serta dampak negatif terhadap


masyarakat sekitar dan lingkungan di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, Van. 1949. The Geology Of Indonesia, Springer.
Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Mandala Rembang dan
sekitarnya. Jakarta.
Hendrayana, H. 2002. Dampak Pemanfaatan Airtanah. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Marsudi, 2000. Struktur Geologi Daerah Semarang Provinsi Jawa Tengah.
Jurusan Pertambangan ITB, Bandung.
Nugroho, Bhinukti Prapto, 1989. Karakteristik Air Tanah pada Dataran Pantai
Kotamadya Semarang. Skripsi, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta.
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor: 12 Tahun
1996 Tentang Pengeboran dan Pengambilan Air Bawah Tanah.
Robert E Thaden. Dkk, 1975. Peta Geologi Lembar Magelang Semarang Jawa,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Rochadi, Baskoro. 2004. Geomorfologi Kota Semarang, Makalah Seminar
UNDIP, Semarang.
www.water.ca.gov/groundwater/types_of_monitoring_wells//
www.epa.gov/Design_And_Instalation_Of_Monitoring_Wells//

47

LAMPIRAN

48

Data AWLR Sumur Pantau Oleh Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah
Kantor ESDM Jawa Tengah, Jl. Madukoro Semarang Jawa Tengah.

49

PT. Apac Inti, Jl. Sukarno-Hatta Km. 32 Ds. Harjosari Bawen. Semarang.

50

PT. Mangkok Mas, Ds. Ngempon, Kec. Ungaran Kab. Semarang.

51

Kantor Kec. Pedurungan, Jl. Brigjen Sudiarto No. 357, Kota Semarang.

52

PT. Sinar Sosro, Jl. Semarang-Bawen Km. 28, Kab. Semarang.

53

UNDIP Pasca Sarjana, Jl. Imam Bardjo, Kota Semarang.

54

PT. Wijaya Kusuma, Jl. Raya Semarang-Kendal Km. 12, Kota. Semarang.

55

Struktur Organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah

56

Anda mungkin juga menyukai