Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang
biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang
sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara
pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel,
1989).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi
dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya.
Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak,
dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis
dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih
dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek
analgetik parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral
maupun secara perifer. Secara sentral parasetamol bekerja pada
hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan
prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa
sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat
menurunkan suhu demam. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas
dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati (Wilmana,
1995). Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung
bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang

umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan


pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan
yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan
mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka
waktu tertentu (Soekemi, dkk, 1987). Bahan pelicin adalah bahan untuk
meningkatkan daya alir granul pada corong pengisi, mencegah
melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara butirbutir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die (Voigt, 1995).
Bahan pelicin ditambahkan pada pembuatan tablet yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan yang terjadi antara dinding ruang kempa dengan tepi
tablet selama pentabletan (lubrikan), memperbaiki sifat alir granul
(glidant), atau mencegah bahan yang dikempa agar tidak melekat pada
dinding ruang kempa dan permukaan punch (anti adherent). Konsentrasi
amilum sebagai glidant 1-10% dan sebagai anti adherent 3-10% (Siregar,
2010; Rowe, dkk., 2006). Granulasi basah merupakan salah satu cara
pembuatan tablet metode cetak tidak langsung, yang lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang dihasilkan lebih
spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak (Soekemi,
dkk., 1987).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum
permasalahan yang hendak penulis angkat dalam pembahasan makalah ini
sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana resep standar dalam pembuatan tablet Paracetamol 500
mg dengan metode granulasi basah?
1.2.2. Bagaimana prosedur kerja dalam pembuatan tablet Paracetamol
500 mg dengan metode granulasi basah?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, diantaranya:
1.3.1. Mengetahui resep standar dalam pembuatan tablet Paracetamol 500
mg dengan metode granulasi basah.
1.3.2. Mengetahui prosedur kerja dalam pembuatan tablet Paracetamol 500
mg.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini, diantaranya:
1.4.1. Bagi penulis
1.4.1.1. Menjawab rasa ingin tahu akan resep standar dari tablet
Paracetamol 500 mg dengan metode granulasi basah.
1.4.1.2. Mengetahui prosedur kerja dalam pembuatan tablet
Paracetamol 500 mg dengan metode granulasi basah.
1.4.2. Bagi pembaca
1.4.2.1. Menambah wawasan dan memberi informasi kepada
pembaca tentang resep standar dari tablet Paracetamol 500
mg dengan metode granulasi basah.
1.4.2.2. Agar pembaca mengetahui prosedur kerja dalam pembuatan
tablet Paracetamol 500 mg dengan metode granulasi basah.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tablet dan Kaplet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Farmakope
Indonesia Edisi III).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak
dalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi (Formularium Nasional
edisi II). Selain tablet dikenal sediaan compressi kaplet, kaplet merupakan tablet
berbentuk kapsul yang berisi bahan obat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.
Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,
ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lain yang tergantung pada cara
pemakaian dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan secara oral
dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi
rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989)

2.2. Jenis-Jenis Tablet


2.2.1. Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
2.2.1.1. Tablet Kempa
Tablet kempa merupakan tablet yang dibuat dengan cara
pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan pons atau cetakan baja.
2.2.1.2. Tablet Cetak
Tablet cetak merupakan tablet yang dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal
yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada
kekuatan yang diberikan.
2.2.2. Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
2.2.2.1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
2.2.2.1.1. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan
siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari
zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan
eksipien seperti :
- pengisi (memberi bentuk) : laktosa
- pengikat (memberi adhesivitas atau
kelekatan saat bertemu saluran cerna) : amylum,
gelatin, tragakan
- desintegrator (mempermudah hancurnya
tablet)

2.2.2.1.2. Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda


Tablet

kempa

multi

adalah

tablet

konvensional yang dikompresi lebih dari satu


siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir
tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan.
Disebut

juga

sebagai

tablet

berlapis.

Keuntungannya dapt memisahkan zat aktif yang


inkompatibel (tidak tersatukan).
2.2.2.1.3. Tablet Lepas Lambat
Tablet

yang

pelepasan

zat

aktifnya

dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan


dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang
kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan
sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat
aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu
tertentu (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam,
dsb).
2.2.2.1.4. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Tablet lepas tunda adalah tablet yang
dikempa yang disalut dengan suatu zat yang
tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam,
tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan
zat

aktifnya

terkendali

pada

waktu-waktu

tertentu.
2.2.2.1.5. Tablet Salut Gula
Tablet salut gula adalah tablet kempa yang
disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna

maupun

tidak.

Tujuannya

untuk

melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara

(O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak


enak, menaikkan penampilan tablet.
2.2.2.1.6. Tablet Salut Film
Tablet salut film merupakan tablet kempa
yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau
tidak dari bahan polimer yang larut dalam air
yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
2.2.2.1.7. Tablet Effervesen
Tablet effervesen adalah tablet kempa
yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih
karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus
dilarutkan dalam air baru kemudian diminum.
2.2.2.1.8. Tabel Kunyah
Tablet kunyah merupakan tablet kempa
yang mengandung zat aktif dan eksipien yang
harus dikunyah sebelum ditelan.
2.2.2.2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
2.2.2.2.1. Tablet Bukal
Tabet bukal adalah tablet kempa biasa
berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi
dan pipi. Biasanya keras dan berisis hormon.
Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di
tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara
perlahan).

2.2.2.2.2. Tablet Sublingual


Tablet sublingual adalah tablet kempa
berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah,
berisi

nitrogliserin.

Biasanya

untuk

obat

penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina


pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat
segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh
selaput lendir di bawah lidah.
2.2.2.2.3. Tablet Hisap atau Lozenges
Tablet

hisap

adalah

tablet

yang

mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa


dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat
dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput
lendir mulut.
2.2.2.2.4. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Dental cones merupakan suatu bentuk
tablet

yang

cukup

kecil,

dirancang

untuk

ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong


setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya
untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di
tempat yang kosong tadi dengan menggunakan
suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara
perlahan-lahan,

atau

untuk

mengurangi

pendarahan dengan melepaskan suatu astringen


atau koagulan.

2.2.2.3. Tablet Kempa Digunakan melalui Liang Tubuh


2.2.2.3.1. Tablet Rektal
Tablet rektal merupakan tablet kempa
yang mengandung zat aktif yang digunakan
secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja
lokal atau sistemik.
2.2.2.3.2.Tablet Vaginal
Tablet vaginal merupakan tablet kempa
yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan
dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi
dan

melepaskan

zat

aktifnya.

Biasanya

mengandung antiseptik, astringen. Digunakan


untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin
juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan
sistemik.
2.2.2.3.3.Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat
berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus
steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan
(untuk KB, mencegah kehamilan).
2.2.2.4. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
2.2.2.4.1. Tablet Triturat untuk Dispensing
Tablet
dihaluskan

triturat
dulu

adalah

atau

tablet

disiapkan

yang
untuk

penggunaan tertentu. Tablet kempa atau cetak


berbentuk kecil umumnya silindris digunakan
untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang
tepat untuk peracikan obat (FI IV). Digunakan

sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas


lidah dan ditelan dengan air minum.
2.2.2.4.2. Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik merupakan tablet
cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah
larut

atau

melarut

sempurna

dalam

air.

Umumnya digunakan untuk membuat sediaan


injeksi

steril

dalam

ampul

dengan

menambahkan pelarut steril (FI IV)


2.2.2.4.3. Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker
dalam meracik bentuk sediaan padat atau cair.
Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air
dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau
konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan
obat dengan konsentrasi tertentu.
2.3. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
bebas dari kerusakan fisik
stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

2.4. Bentuk dan Ukuran Tablet


Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,
ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada
penggunaan yang dimaksudkan dan metode pembuatannya. Tablet biasanya
berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus, seperti
kaplet, segitiga, lonjong, empat segi, dan segi enam (heksagonal) telah
dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap
produk pabrik lainnya.
Dibawah ini beberapa jenis ukuran tablet :
1.

Menurut R. Voigt
- garis tengah pada umumnya 15-17 mm
- bobot tablet pada umunya 0,1 g-1g

2.

Menurut Lachman
- tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inci
- berat tablet berkisar antara 120-700 mg 800 mg
- diameternya 1/4-7/6 inci

3.

Menurut Dom Martin


- 1/8-1 1/5 inci

4.

Menurut FI III
- kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet

2.5. Prinsip
2.5.1. Metode Granulasi Basah
Granulasi basah adalah proses membesarkan ukuran partikel kecil yang
dikumpulkan bersama-sama menjadi agregat (gumpalan) yang lebih besar, secara
fisik lebih kuat, dan partikel orrisinil masih teridentifikasi dan membuat agregat
mengalir bebas. Granulasi basah adalah prroses menambahkan cairan pada suatu
serbuk dalam suatu wadah yangdelengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan aglomerasi atau granul.
Metode ini merupakan metode paling tua dan paling konvensionaldalam
pembuatan tablet.Walaupun metode ini sngat padat karya dan paling mahal, masih
tetap digunakan karena keserbagunaannya. Kemungkinan pembasahan serbuk
dengan beranekan ragam cairan, yang juga dapat bertindak sebagai suatu
pembawa bahan tertentu, sehingga meningkatkan karakteristik granulasi yang
baik dan mempunyai banyak keuntungan.
Granulasi dengan pengempaan kering banyak keterbatasannya metode
granulasi kering ini tidak dapat digunakan untuk semua forrmulasi tablet. Karena,
hal tersebut tergantung pada sifat kohesif serbuk yang ditambahkan sebagai
pembawa zat aktif, dan dengan sifat kohesif ini dapat meningkatkan ukuran tablet.
Dalam granulasi basah sifat kohesif pengikat cair yang disiapkan, biasanya cukup
untuk menghasilkan ikatan dengan tambahan yang minimal. Adhesi adalah ikatan
antar bahan atau antar zat yang tidak sama, sedangkan kohesi adalah ikatan antar
zat yang sama.
Berikut ini mekanisme yang terlibat dalam prroses ikatan:
1.

Pembentukan jembatan kristalin oleh pengikat selama pengeringan

2.

Struktur dibentuk dengan pengerasan pengikat dalam pengering

3.

Penghancuran dan pengikatan partikel-partikel selama pengempaan

Satu masalah yang significant adalah derajat pembasahan atau pembuatan


massa granulasi dari serbuk. Pembasahan berperan sangat penting dalam
karakteristik pengempaan granul, dan juga dalam kecepatan pelepasan zat aktif
dari tablet jadi. Beberapa upaya menstardisasi prroses pembasahan telah
dilakukan terutama dalam hal pencegahan lewat basah. Beberapa factor yang
memepengaruhi pembasahan meliputi kelarutan serbuk, ukuran dan bentuk
relative partikel- partikel serbuk, derajat kehalusan, viskositas pengikat cahaya,
dan jenis pengadukan.
Walaupun metode granulasi basah merupakan metode padat karya dan
menghabiskan waktu yang banyak memerlukan sejumlah tahapan, metode ini
masih terus diterapkan secara luas untuk sejumlah alasan. Salah satu alasannya
ialah penggunaannya yang luas di masa lampau dan metode masih terus berlaku
untuk produk yang sudah mantap karena untuk satu alasan dan lainnya, metode ini
tidak dapat diganti dengan kempa langsung. Walaupun sejumlah produk tablet
member kemungkinan menggunakan metode kempa langsung, metode tersebut
memerlukan perubahan dalam bahan dengan eksipien yang lain. Perubahan sifat
dasar ini merupakan suatu modifikasi besar yang memerlukan pengkajian ulang
yang teliti untuk mengevaluasi

perlunya melakukan studi tambahan atau

pengkajian stabilitas, keamanan, daya terapi, dan ketersediaan hayati prroduk dan
juga dampak pertimbanagan praktis berkaitan dengan peraturan.
2.5.2. Jenis Granulasi
Metode yang terpenting dari granulasi farmasetik, dapat digolongkan ke dalam
tiga kategori utama, yakni proses basah, proses kering dan proses lain.
Proses Umum
Metodologi Khusus
Proses Basah Pembasahan massa ( wet massing)
Granulasi lapis mengalir (fluid bed granulation)
Semprrot

kering

(Spray

drying)

pengeringan

\penyemprotan
Granulasi panic (pan granulation)
Ekstrusi dan peletisasi (Roller Compaction)
Proses Kering Kempa gulungan (Roller Compaction)

dengan

Proses Lain

Pembongkahan (Slugging)
Pelembapan (Humidification)
Pembutiran (Priling)
Peletisasi lebur (Melt Pelletization)

Berikut ini beberapa uraian tentang keuntungan utama metode granulasi


basah, antara lain:
1.

Kohesivitas dan ketermampatan serbuk ditingkatkan selama dan setelah


pengempaan karena pengikat yanf ditambahkan menyalut tiap partikel
menyebabkan melekatnya satu sama lain sehingga parikel-partikel dapat
dibentuk menjadi aglomerat yang disebut granul dengan metode ini, sifatsifat komponen formulasi di modifikasi untuk mengatasi kekurangan atau
kesulitan pengempaannya,Selama proses pengempaan, granul yang
dihancurkan menunujukkan permukaan serbuk segar, yang juga dapat
memperbaiki ketermampatannya. Oleh karenan itu, tekanan yang lebih
rendah diperlukan untuk mengempa tablet, sehingga mengakibatkan
peningkatan massa guna peralatan dan mengurangi keausan mesin.

2.

Zat aktif dosis tinggi yang mempunyai aliran dan /atau ketermampatan
yang buruk , harus digranulasi dengan metode basah untuk memeperalat
aliran dan kohesi yang cocok untuk pengempaan. Dalam hal ini,
perbandingan pengikat yang diperlukan untuk memeberi ketermampatan
dan aliran lebih kecil daripada pengikat kering yang diperlukan untuk
membuat tablet dengan kempa langsung.

3.

Distribusi dan keseragaman kandungan yang baik untuk zat aktif dosis
kecil dan zat tambahan pewarna yang larut akan diperoleh jika zat-zat
tersebut dilarutkan terlebih dahulu dalam larutan pengikat. Hal ini
menunjukkan suatu keuntungan nyata daripada metode kempa langsung
jika keseragaman kandungan zat aktif dan keseragaman disperse pewarna
merupakan suatu masalah.

4.

Keragaman serbuk yang luas dapat diproses bersama-sama dalam batch


tunggal dan karakteristik tip fisik diubah untuk mempermudah
pengempaan.

5.

Serbuk ruah dan berdebu dapat ditangani tanpa terjadinya masalah debu
dan kontaminasi dari udara.

6.

Granulasi basah mencegah pemisahan komponen campuran serbuk yang


homogen selama pemrosesan, pemindahan dan penanganan. Sebenarnya
komposisi tiap granul pasti tetap dan seperti komposisi dalam campuran
serbuk pada waktu pembasahan.

7.

Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan oleh granulasi
basah dengan pilihan pelarut dan pengikat yang tepat.

8.

Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan pengikat


dan pelarut yang sesuai.

2.5.3. Alur / Tahap Pembuatan Tablet Metode Granulasi Basah


Berbagai tahap (unit prroses) dalam pembuatan tablet metode granulasi
basah adalah sebagai berikut :
1.

Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan terlebih dahulu dalam


mesin penggiling, misalnya menggunakan mesin tornado mill .

2.

Pencampuran zat aktif, zat pengisi, zat pengikat kerig/sebagian zat


disintegran dalam mesin pencampur , misalnya planetary mixer atau
twin-shell blender.

3.

Penyiapan cairan penggranulasi basah, larutan mucilage, atau suspense


atau larurtan gel, dll.

4.

Penyiapan air, alcohol atau hidrroalkohol untuk mengaktifkan pengikat


kering.

5.

Pembuatan massa granulasi basah dengan cairan penggranulasi dalam


mesin seperti sigma blender mixer

6.

Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengekstruksi melalui


mesin oscilatting granulator dengan lempeng penyaring 6-12 mesh atau
melalui mesin fitz mill dilengkapi dengan lempeng penyarring besi
yang dipervorasi.

7.

Granul lembab dikeringkan di atas penampan dalam oven pada suhu 50-60
C atau dalam pengering lapis mengalir ing diekstruksi dalam mesin (fluid
bed dryer).

8.

Granul yang telah kering diekstruksi dalam mesin oscilatting granulator


dengan lempeng penyaring 18-20 mesh atau dengan mesinfitz mill
dengan lempeng penyaring 18-20 mesh.

9.

Granul ditapis melalui penyaring 18-20 mesh , kemudian dipindahkan ke


mesin twin shell blender atau mesin pencampur kubik dan dicampur
dengan disintegran, glidan dan lubrikan. (Lubrrikan dan glikan di ayak
terlebih dahulu dengan pengayak 200 mesh).

10.

Massa kempa (butir viii) dikempa menjadi tablet.

2.6. Evaluasi tablet berdasarkan quality control


2.6.1. Kemampuan alir dan sudut istirahat
2.6.1.1. Sifat Alir
a)
b)

Granul ditimbang sebanyak 10 gram


Dimasukkan kedalam corong, bagian bawahnya ditutup

c)

dan permukaan granul diratakan


Buka tutup corong lalu catat waktu yang diperlukan untuk

d)

mengalir hingga habis.


Lalu hitung kecepatan alir granul dengan rumus

V
Keterangan : V = kecepatan alir

M = massa granul
T = waktu alir
Setelah diperoleh sifat alir granul (V nya) lalu dibandingkan dengan
parameter untuk sifat alir sebagai berikut:

SIFAT ALIR

KETERANGAN

> 10

Sangat baik

4-10

Baik

1,6 4

Sukar

< 1,6

Sangat sukar

2.6.1.1.1. Metode corong


Uji waktu alir dengan menggunakan metode corong adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang corong, yang
diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Untuk 100
g granul waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik.
2.6.1.1.2. Metode sudut istirahat
Dilakukan dengan cara memasukkan sejumlah granul ke dalam corong
(lubang bawah corong ditutup), setelah seluruh granul berada didalam corong,
buka lubang dibagian bawah corong, tampung granul diatas kertas grafik lalu
dihitung sudut yang dibentuk gundukan granul dengan kertas.
RENTANG

SIFAT ALIR

25-30 derajat

sangat mudah mengalir

30-40 derajat
40-45
>45

mudah mengalir
Mengalir
kurang mengalir

2.6.2. Sudut Istirahat


Sudut diam adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap
bidang datar setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah
sempit. Alat yang biasa digunakan adalah corong. Semakin kecil sudut diam maka
semakin mudah serbuk tersebut mengalir. Sudut diam dapat diukur dengan
mengamati tinggi kerucut yang terbentuk (h cm) di atas alas dengan diameter
tertentu (d cm). Besar sudut diam dapat dihitung sebagai berikut :
Tan

Keterangan:

= sudut diam
h = tinggi kerucut tumpukan serbuk
r = jari-jari kerucut

2.6.3. Kompresibilitas
a) Gelas ukr100 ml kosong itimbng (W)
b) Diisi engan granul hingga volume 100 ml (V0) lalu itimbang (W2)
c) Dihentakkan sebanyak 500 kali tsu tidak terjadi lagi pengurangan
volume.
d) Baca volume yang dihasilkan dalam gels ukur (V1)
e) Lalu hitung kompresibilitasnya dengan persamaan
Dan
u
C

b
(100% ) atau

Keterangan :
C : Kompresibilitas
u: Kerapatan bulk ebelum diketuk
b: Kerapatan bulk setelah diketuk
w1: Berat gelas ukur kosong
w2: Berat gelas ukur setelah diisi granul
V0: Volume granul sebelum dihentakkan
V1: Volume granul setelah dihentkakan
Jika % K :
%K
5 10%
11 20 %
21 25%
>26%

SIFAT ALIR
sangat baik
cukup baik
Cukup
Buruk

2.6.4. Kadar Air


Kandungan air (kelembaban) diukur dengan pemanasan (gravimetric)
menggunakan alat seperti Moisture Balance. Menggunakan perhitungan :
% KB = W1/W100%
% KB = Kandungan Bobot
% KL = Wa/W1100%
% KL = Kandungan Lembab
Wa = W W1
Keterangan : W = Bobot mula-mula
W1 = Bobot setelah pengeringan

2.6.5. Waktu hancur

Uji waktu hancur tablet dilakukan untuk tablet tidak bersalut, tablet
bersalut bukan enterik, tablet salut enterik, tablet bukal, dan tablet sublingual. Uji
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya. Alat yang digunakan adalah disintegration
tester. (Sulaiman, 2007)
2.6.6. Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang
menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti
goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan,
pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971). Alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kekerasan tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb
hardness tester. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan
kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang
lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya
demikian.
2.6.7. Freabilitas (kerapuhan)
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4
menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi

dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman,


2007).
2.7. Formula Umum Sediaan Tablet
2.7.1. Zat Aktif
Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam bentuk
tablet dikelompokkan menjadi :
2.7.1.1. Zat Aktif Tidak Larut Air (Insoluble Drugs)
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran
pencernaan (seperti antasida dan adsorben). Oleh karena zat tidak larut air
umumnya

dipengaruhi

oleh

fenomena

permukaan,

maka

jika

bekerja

menggunakan zat ini, sangatlah penting memperhatikan kemampuan redispersi


bahan obat dari sediaan menghasilkan ukuran partikel yang halus dan luas
permukaan yang tinggi. Dengan demikian efek formulasi, granulasi, dan
pencetakan terhadap sifat permukaan dari bahan dan kemampuan memperbaiki
sifat bahan dalam saluran cerna dengan sifat permukaan optimum merupakan
faktor kritis.
2.7.1.2. Zat Aktif Larut Air (Suluble Drugs)
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan
terdisolusi dan terabsorpsi pada usus. Dalam hal obat diharapkan dengan
memberikan efek sistemik, rancangan bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi
dan terlarut. Kemampuan ini dapat menjadi faktor kritis atau tidak, bergantung
pada kemampuan terlarutnya di daerah saluran cerna tempat bahan tersebut
diabsorpsi.
2.7.2. Eksipien (Bahan Pembantu)
Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan
sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif,
membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet. Eksipien harus
memiliki kriteria sebagai berikut :

tidak toksik (memenuhi persyaratan peraturan di setiap negara)


tersedia secara komersial dengan mutu yang dapat diterima oleh semua negara
tempat produk tersebut dikembangkan
harga relatif murah
tidak kontraindikasi dalam suatu golongan populasi, inert secara fisiologis, stabil
secara fisika dan kimia baik tersendiri maupun dalam kombinasi dengan zat aktif
bebas dari kandungan bakteri patogen
kompatibel dengan zat warna dan bahan lainnya
dan tidak membawa pengaruh yang buruk terhadap ketersediaan hayati dari zat
aktif dalam sediaan.
2.7.2.1. Bahan Pengisi
Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan
ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet,
memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta
mengatasi masalah kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah
bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80 % dari bobot tablet
(tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif
berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa yang akan ditablet) secara
keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi.
Massa yang dibutuhkan dalam tablet adalah 0,1-0,8 g, sehingga
memungkinkan untuk dicetak. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan
pengisi tidak diperlukan. Bhan pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki daya
kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memicu aliran. Yang umum
digunakan adalah pati dan laktosa (Voight, 1995 : 202)
Tabel Macam-macam bahan pengisi tablet
Tidak larut
Kalsium sulfat
Kalsium fosfat

Larut
Laktosa
Sukrosa

Kalsium karbonat
Amilum
Modifikasi amilum
Mikrokritalin selulosa

Dektrosa
Mannitol
Sorbitol

Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut filler-binders.
Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki kemampuan
meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler-binders
digunakan dalam kempa langsung.
2.7.2.2. Pengikat dan Perekat (Binders and Adhesives)
Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk
pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah
ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering
dan bentuk larutan (lebih efektif). Beberapa senyawa yang dapat digunakan
sebagai pengikat atau perekat antara lain : polimer alam, contohnya amilum, gom
(akasia, tragakan), sorbitol, glukosa, gelatin dan natrium alginat; polimer sintetik,
contohnya derivat selulosa seperti metil selulosa, karboksil metil selulosa (CMC),
etil selulosa (Ethocel) poli metakrilat, polivinil pirolidon (PVP). Salah satu bahan
pengikat yang sering digunakan adalah jenis pati dengan konsentrasi 5%-20%.
(Voight, 1995 : 174). Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan
dalam bentuk larutan (dibuat solution, muchilago atau suspensi), namun dapat
juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang
akan digranul baru ditambahkan pelarut.
2.7.2.3.Penghancur (Disintegran)
Fungsinya untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika
kontak dengan cairan pencernaan. Bahan ini dapat menarik air ke dalam tablet,
mengembang, dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Bahan ini
sangat menentukan kelarutan obat selanjutnya sehingga dapat tercapai
bioavailabilitas yang diharapkan. (Lachman, 1994 : 702). Bahan penghancur
meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti amilum glikoat,
senyawa selulosa, dan bahan-bahan lain yang memperbesar atau mengembang

dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan


tablet setelah masuk ke dalam saluran pencernaan. Amilum digunakan dengan
konsentrasi 5% umumnya cocok untuk membantu penghancuran. (Ansel, 1989 :
263)
2.7.2.4. Bahan Pelincir (Lubrikan)
2.7.2.4.1. Lubrikan Murni
Lubrikam murni adalah zat yang digunakan untuk mengurangi gesekan
antara granul dengan dinding cetakan selama pengempaan dan pengeluaran tablet.
Lubrikan dapat bekerja dengan dua mekanisme, yaitu fluid lubrication dan
boundary lubrication. Fluid lubrication bekerja dengan memisahkan kedua
permukaan granul dan dinding. Sedangkan boundary lubrication bekerja karena
adanya penempelan dari bagian molekular yang mempunyai rantai karbon
panjang. Berdasarkan kelarutannya dalam air, lubrikan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
2.7.2.4.2. Lubrikan larut air
Lubrikan ini umumnya hanya digunakan jika tablet harus sangat larut air
(misalnya tablet effervesen) dan tergantung dari karakter disolusi yang diinginkan.
Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai lubrikan larut air
antara lain: natrium benzoat, natrium asetat, natrium klorida, natrium oleat,
natrium lauril sulfat, magnesium lauril sulfat, asam borat, Karbowax 4000,
Karbowax 6000, polietilenglikol.
2.7.2.4.3. Lubrikan tidak larut air
Lubrikan ini lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada
konsentrasi yang lebih rrendah. Beberapa contoh senyawa yang dapat
digolongkan sebagai lubrikan tidak larut air antara lain : magnesium stearat,
kalsium stearat, natrium stearat, asam stearat, talk.

Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet,


sifat disintegrasi dan disolusi yang diinginkan, sifat fisika-kimia serbuk atau
granul dan biaya.
Sebagai bahan pelincir yang sangat menonjol adalah talk karena dapat sekaligus
memenuhi ketiga fungsi yaitu sebagai pelincir, anti lengket dan pelicin. Pada
umumnya talk ditambahkan sebanyak 2% ke dalam granulat siap pakai. (Voight,
1995 : 205).
2.7.2.5. Anti Lengket (Antiadheren)
Antiadheren adalah zat yang digunakan untuk mencegah menempelnya
massa tablet pada punch dan untuk mengurangi penempelan pada dinding
cetakan. Bahan ini sangat diperlukan untuk zat-zat yang mudah menempel, seperti
vitamin E. Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang
memiliki sifat antiadheren yang sangat baik.
Tabel Antiadheren yang biasa digunakan
Jenis Antiadheren
Talk
Magnesium stearat
Amilum jagung
Colloidal silica
DL-Leucine
Natrium lauril sulfat

Konsentrasi (%b/b)
1-5
<1
3-10
0,1-0,5
3-10
<1

2.7.2.6. Perbaikan Aliran atau Glidan


Glidan ditambahkan dalam formulais untuk menaikkan atau meningkatkan
fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die
dalam jumlah yang seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena
disamping dapat berfungsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan
konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum,
tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet.

Glidants
Logam stearat
Asam stearat
Talk
Amilum
Natrium benzoate
Natrium klorida
Natrium dan magnesium
lauril sulfat
PEG 4000 dan 6000

Konsentrasi (%)
<1
1-5
1-5
1-10
2-5
5-20
1-3
2-5

2.7.2.7. Pembasah (Surfaktan)


Beberapa zat berkhasiat memiliki sifat hidrofob, yaitu sifat yang susah
untuk dibasahi. Zat berkhasiat yang demikian akan menimbulkan masalah dalam
waktu hancurnya, oleh karena itu diperlukan suatu zat pembasah. Zat pembasah
membantu mempercepat penetrasi cairan ke dalam tablet sehingga dapat terjadi
kontak antara bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih cepat.
2.7.2.8. Penyerapan Cairan (Adsorben)
Adsorben adalah zat yang digunakan untuk menyerap sejumlah besar
cairan seperti minyak, ekstrak cair, dan lelehan eutektik yang dapat terinkoporasi
dalam tablet tanpa perubahan zat tersebut menjadi basah. Beberapa contoh zat
yang dapat digolongkan menjadi adsorben antara lain : siloid, aerosol, tanah liat,
kaolin, magnesium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida, amilum.
2.7.2.9. Zat Tambahan (Adjuvant)
Adjuvan adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang
ditambahkan dalam jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau,
dan rasa. Contohnya :
2.7.2.9.1. Colors dan Pigments
Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapeutik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan
ke dalam sediaan tablet berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik,

identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik. akan tetapi
penggunaan pewarna yang tidak tepat akan mempengaruhi mutu produk. Pewarna
yang digunakan haruslah pewarna yang diperbolehkan oleh Undang-undang untuk
digunakan sebagai pewarna untuk sediaan obat. bahan pewarna ada yang larut
dalam air dan ada yang tidak larut dalam air. Pewarna ditambahkan dalam bentuk
larutan atau suspensi dalam granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut
larut atau tidak. Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi
migrasi zat warna selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak
meratanya warna. Penggunaan pewarna ynag tidak larut dapat mengurangi resiko
interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat aktif dan bahan tambahan lain.
Terhadap tablet yang telah diberi pewarna, sangat penting untuk dilakukan
pengukuran keseragaman warna pengkilapan, serta perubahan warna karena
pengaruh cahaya pada permukaan tablet.

Tabel Jenis pewarna (sintetik yang biasa digunakan)


Pewarna
Red 3
Red 40
Yellow 5
Yellow 6
Blue 1

Nama umum
Erytrosine
Allura red AC
Tartrazine
Sunset Yellow
Brilliant Blue

2.7.2.9.2. Sweetners dan Flavor


Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet
kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan
untuk hancur atau larut di mulut.

Tabel beberapa pemanis yang biasa digunakan


Pemanis Alami
Mannitol
Lactosa
Sukrosa
Dektrosa

Pemanis Sintetis atau Buatan


Sakarin
Siklamat
Aspartame

Alasan pembuatan preparat ini untuk mendapatkan efek emolien atau


pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena
emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a
( minyak dalam air ) atau emulsi a/m ( air dalam minyak ), tergantung pada
berbagai faktor seperti sifat zat terapeutik yang akan dimasukan ke dalam emulsi.
Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam
fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat
bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang
digunakan dalam preparat yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut yang
harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan . Pada kulit
yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata
karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih
mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak
juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak
mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah
dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air,
harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, absorpsi
melalui kulit ( absorpsi perkutan ) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran
partikel dari fase dalam.
2.8. Metode-Metode Pembuatan Tablet
2.8.1. Metode Granulasi Basah
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk
atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul.

Syarat bahan obat yang dibuat dengan granulasi basah adalah :


1.

Tahan pemanasan

2.

Stabil dengan adanya air

3.

Sifat alir kurang baik

4.

Kompresibilitas kurang baik

2.8.2. Metode Granulasi Kering


Metode granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin
digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan/atau
lembap atau juga tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena
zat aktif tidak dapat mengalir bebas, dan/atau dosis efektif zat aktif terlalu
besar untuk kempa langsung. Sebagai contoh, asetosal dan vitamin pada
umumnya dibuat menjadi tablet dengan granulasi kering. Tujuan metode
granulasi kering adalah untuk memperoleh granul yang dapat mengalir
bebas untuk pembuatan tablet.
Syarat bahan obat yang dibuat dengan granulasi kering adalah :
1.

Bahan obat tidak tahan pemanasan

2.

Bahan obat rusak oleh air atau uap air

3.

Sifat alir bahan kurang baik

4.

Kompresibilitas kurang baik

2.8.3. Metode Kempa Langsung


Kempa langsung merupakan proses ketika tablet dikempa langsung
dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai (termasuk pengisi,
disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam
lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh. Tidak ada
prosedur praperlakuan granulasi basah atau kering yang diperlukan pada
campuran serbuk.

Syarat bahan obat yang dibuat dengan kempa langsung :


1.

Mempunyai sifat alir yang baik

2.

Kompresibilitas baik

3.

Tidak tahan pemanasan

4.

Rusak oleh adanya air

2.9. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Tablet


2.9.1. Kelebihan sediaan tablet, yaitu:
1. Merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak,
memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.
2. Mengandun dosis zat aktif yang tepat/teliti dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling rendah.
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil.
4. Tablet merupakan sediaan yang kering (tidak mengandung air) sehingga
zat aktif lebih stabil.
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet.
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah,
tidak memerlukan langkah pekerjan tambahan bila menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah atau
hancurnya tablet tidak segera terjadi.

9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali).
10.Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau
yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik).
11.Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya
produksinya rendah.
12.Pemakaian oleh penderita lebih murah.
13.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang meiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
2.9.2. Kekurangan sediaan tablet, yaitu:
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran
cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi
(harus diformulasi sedemikian rupa).
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak
disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan
kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam
hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
2.10. Pre Formulasi
2.10.1. Paracetamol
Sinonim: Paracetamol; Acetaminofeno; Acetaminophen; N-Acetyl-p
aminophenol;

Asetaminofen;

Paractamol;

Paracetamolis;

Paracetamolum; Parasetamol; Parasetamoli. 4-Hydroxyacetanilide; N(4-Hydroxy-phenyl) acetamide.


Pemerian: Putih atau hampir putih, bubuk kristal. Sedikit larut dalam
air; mudah larut dalam alkohol; sangat sedikit larut dalam diklorometana.
Lindungi dari cahaya. USP 31 (Acetaminophen). Sebuah putih tidak
berbau bubuk kristal. Larut 1 dalam 20 air mendidih, 1 dari 10 alkohol,
dan 1 di 15 1N sodium hidroksida. Simpan dalam wadah kedap udara.
Lindungi dari cahaya. Lindungi dari kelembaban dan panas.
Efek samping : parasetamol yang langka dan usuallymild, meskipun
reaksi

hematologis

pansitopenia,

includingthrombocytopenia,

neutro-penia, dan agranulositosis

telah

leukopenia,
dilaporkan.

Skinrashes dan reaksi hipersensitivitas lainnya terjadi occa-sionally.


Hipotensi telah melaporkan penggunaan jarang withparenteral. Overdosis
dengan parasetamol dapat menyebabkan liverdamage parah dan
pengobatan necrosis.Prompt kadang-kadang ginjal akut tubular dengan
asetilsistein atau metionin isessential dan dibahas di bawah Overdosis, di
bawah ini.
Efek pada ginjal . Untuk referensi untuk bukti bahwa abuseor
penggunaan berlebihan berkepanjangan analgesik , termasuk parasetamol
, dapat menghasilkan nefropati , lihat di bawah NSAID , p.98 . Lihat juga
di bawah Overdosis , di bawah ini.
Efek pada saluran pernapasan. Hasil dari study1 kasus - con - trol
telah menyarankan bahwa sering ( harian atau mingguan ) penggunaan
parasetamol mungkin berhubungan dengan asma . Namun, Inggris CSM
telah berkomentar bahwa hasil penelitian ini tidak mengubah apa pun
saran mengenai penggunaan parasetamol dan bahwa hal itu tetap menjadi
pembunuh rasa sakit yang aman dan efektif bagi banyak pasien termasuk
penderita asma . Selanjutnya, studi lebih lanjut dan tinjauan telah
menemukan peningkatan prevalensi asma 2,3 dan COPD2 dengan sering
( harian atau mingguan ) penggunaan parasetamol . Sebuah hubungan

antara penggunaan parasetamol pada kehamilan dan asma pada anakanak juga telah disarankan (lihat Kehamilan di bawah Kewaspadaan , di
bawah ) . Namun, review lain 4 menyatakan bahwa telah ada sedikit
laporan yang sebenarnya parasetamol menyebabkan asma ; Selanjutnya ,
bronkospasme bukan merupakan fitur diakui parasetamol overdosis .
Thereview

menyimpulkan

bahwa

hubungan

yang

kuat

antara

penggunaan parasetamol dan asma tidak mungkin .


Hipersensitivitas : Reaksi ditandai dengan urtikaria, dyspnoea, dan
hipotensi terjadi setelah penggunaan parasetamol inadults 1-4 dan anakanak. 5,6 Angioedema juga telah dilaporkan. 7 erupsi obat tetap,
dikonfirmasi oleh rechallenge, telah dijelaskan, 8-11 dan nekrolisis
epidermal toksik telah terjadi.
Kewaspadaan : Parasetamol harus diberikan dengan hati-hati pada
pasien dengan gangguan ginjal atau fungsi hati. Hal ini juga harus
diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan ketergantungan alkohol.
Interaksi : Risiko toksisitas parasetamol dapat ditingkatkan pada
pasien yang menerima obat berpotensi hepatotoksik lain atau obat yang
menginduksi enzim mikrosomal hati. Penyerapan parasetamol dapat
dipercepat oleh obat-obatan seperti metoclopramide. Ekskresi mungkin
akan terpengaruh dan konsentrasi plasma diubah bila diberikan dengan
probenesid. Kolestiramin mengurangi penyerapan parasetamol jika
diberikan dalam waktu 1 jam dari parasetamol.
Farmakokinetik : Parasetamol mudah diserap dari saluran pencernaan
dengan konsentrasi plasma puncak terjadi sekitar 10 sampai 60 menit
setelah dosis oral. Parasetamol didistribusikan ke jaringan tubuh yang
paling. Melintasi plasenta dan hadir dalam ASI. Protein plasma mengikat
diabaikan pada konsentrasi yang biasa terapi tetapi meningkatkan dengan
konsentrasi meningkat. Penghapusan paruh parasetamol bervariasi dari
sekitar 1 sampai 3 jam. Parasetamol dimetabolisme terutama dalam hati
dan diekskresikan dalam urin terutama sebagai glukuronida dan konjugat

sulfat. Kurang dari 5% diekskresikan sebagai parasetamol tidak berubah.


Sebuah metabolit hidroksilasi minor (N-asetil-p-benzoquinoneimine),
biasanya diproduksi invery jumlah kecil oleh isoenzim sitokrom P450
(terutama CYP2E1 dan CYP3A4) di hati dan ginjal. Hal ini biasanya
didetoksifikasi melalui konjugasi dengan glutation tetapi mungkin
menumpuk setelah parasetamol over-dosis dan menyebabkan kerusakan
jaringan.
Penggunaan dan Administrasi : Parasetamol , turunan paraaminofenol , hasanalgesic dan sifat antipiretik dan aktivitas anti inflamasi yang lemah . Parasetamol diberikan secara oral atau supositoria
rektal asa untuk ringan sampai nyeri sedang dan forfever ( hal.10 ) . Hal
ini juga dapat diberikan melalui infus intravena untuk pengobatan jangka
pendek nyeri sedang , terutama setelah operasi , dan demam .
Parasetamol sering analgesik antipiretik atau pilihan , terutama pada
orang tua dan pada pasien yang salisilat atau NSAID lain kontra indikasi . Pasien tersebut termasuk penderita asma , mereka yang
memiliki riwayat ulkus peptikum , andchildren . Dosis oral yang biasa
adalah 0,5 sampai 1g setiap 4 sampai 6 jam upto maksimum 4g seharihari. Parasetamol juga dapat diberikan sebagai supositoria dalam dosis
rektal 0,5-1 gevery 4 sampai 6 jam , hingga 4 kali sehari . Parasetamol
juga diberikan oleh infusionover intravena 15 menit ; dosis dapat
dihitung dengan berat badan sebagai berikut : pasien dengan berat lebih
dari 50kg , dosis tunggal 1 gevery 4 atau jam lebih , sampai maksimum
4g sehari-hari dari 33 sampai 50kg , dosis tunggal 15mg/kg setiap 4or
jam lebih , untuk maksimum 60mg/kg atau 3g harian ( mana yang
kurang).
2.10.2. Lactosa
Sinonim : laktosa ; Lactosum ; Laktoosi ; Laktos ; laktosa ; Laktz ;
Laktoza ;Laktoze ; Lattosio ; Susu Gula ; Saccharum lactis ; Saccharum
lactis .CAS - 63-42-3 ( laktosa anhidrat ) ; 5989-81-1 ( laktosa

monohydrate ) ; 10039-26-6 ( laktosa monohidrat , siklik ) ;64044-51-5


( laktosa monohidrat , bentuk terbuka ) .( anhidrat laktosa ).
Pemerian : Serbuk atau massa hablur,keras,putih atau putih krem,
tidak berbau, rasa

agak manis, keras, stabil di udara, tetapi mudah

meyerap bau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Laktosa adalah disakarida yang diperoleh dari whey susu. Beberapa
bentuknya berbeda dan tergantung pada kristalisasi dan pengeringan
yang bekerja pada proses itu. Bentuknya dapat

bervariasi dalam isi

kristal dan amorf laktosa ,jumlah dari - laktosa ( O - - D


galactopyranosyl ( 1 4 ) - - D - glukopiranosa ) dan - laktosa ( O - D galactopyranosyl( 1 4 ) - - D - glukopiranosa ) , dan dalam
keadaan hidrasi mereka. Bentuk laktosa ada yang baik yaitu anhidrat
( C12H22O11 = 342,3 ) atau monohydrate ( C12H22O11 , H2O = 360,3 )
lactose komersial terutama - monohydrate .
USNF 26 (anhidrat laktosa) adalah -laktosa atau campuran - dan laktosa. Merupakan bubuk putih atau hampir putih. bebas larut dalam air;
praktis tidak larut dalam alkohol. Simpan dalam wadah kedap udara.
USNF 26 (Lactose monohydrate) adalah disakarida alami, diperoleh dari
susu, yang terdiri dari satu glukosa dan dan satu bagian galaktosa. Dapat
dimodifikasi untuk karakteristik fisik, dan mungkin berisi proporsi yang
bervariasi dari bentuk amorf laktosa. Bentuk pemeriannya putih, bebasmengalir bubuk. Bebas, namun perlahan-lahan larut dalam air; praktis
tidak larut dalam alkohol. Simpan dalam wadah kedap udara.
Efek samping : Intoleransi laktosa terjadi karena kekurangan dari
enzim laktase di usus. Laktosa yang ditelan oleh pasien dengan defisiensi
laktase menyebabkan sindrom klinis yaitu sakit perut, diare, distensi, dan
perut kembung. Gejala lain juga dapat terjadi pada orang-orang yang
telah menelan laktosa dengan berlebihan . Kontra -iindikasi pada pasien

dengan galaktosemia, sindrom malabsorpsi galaktosa-glukosa, atau


defisiensi laktase.
Intoleransi laktosa: Kebanyakan orang-orang dari utara keturunan
Eropa,di Afrika dan Asia lebih dari 90 % dari populasi adalah kekurngan
laktase. Padahal lactase adalah enzim yng mencerna laktosa. Upaya telah
dilakukan untuk mengobati intoleransi laktosa adalah sebuah alternatif
terapi penggantian enzim dengan - galaktosidase dari mikro organisme (lihat Tilactase ,p.2402 ) , tetapi peran terapi tersebut belum
ditentukan sepenuhnya . Temuan dari satu studi 4 menyarankan bahwa ,
pada orang dewasa intoleransi laktosa terhadap penggunaan alat bantu
pencernaan laktosa tidak perlu jika asupan laktosa terbatas . Ada
kekhawatiran bahwa laktosa mungkin terkontaminasi dengan protein dari
susu , dan telah direkomendasikan bahwa anak-anak dengan alergi susu
sapi menghindari makanan yang mengandung laktosa . Namun, sebuah
study 5 menemukan bahwa anak-anak alergi terhadap susu sapi masih
bisa mentolerir laktosa .
Farmakokinetik : Laktosa dihidrolisis oleh laktase di usus kecil
menjadi glukosa dan galaktosa, yang kemudian diserap.
Penggunaan : Laktosa, karbohidrat komponen susu, kurang manis
daripada sukrosa. Laktosa banyak digunakan sebagai eksipien dalam
manufaktur farmasi. Dalam produksi kapsul atau tablet dapat digunakan
sebagai pengencer, bulking agent, atau filler, dan dalam bubuk sebagai
agen bulking. Laktosa juga digunakan sebagai pembawa untuk obat
dalam inhaler bubuk kering.
2.10.3. Amylum maize
Nama Lain : Pati
Rumus Molekul : ( C6H10O6)n
Pemerian

: Bentuk serbuk sangat halus, warna putih, tidak berbau,


tidak berasa

Kadar

: 5 - 20% sebagai penghancur

pH

: 5,5 - 6,5

Kelarutan

: - Praktis tidak larut dalam air dingin


- Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ) P.

Penggunaan : Pengisi-Pengikat
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan

kering.

2.10.4. Gelatin
Sinonim : Byco; Cryogel; E441; gelatina; gelatine; Instagel; Kolatin;
Solugel; Vitagel
Pemerian : Gelatin terjadi sebagai cahaya kuning untuk samar berwarna
kuning, vitreous, rapuh solid. Hal ini praktis tidak berbau dan
berasa, dan tersedia sebagai lembaran tembus, serpih, dan
butiran, atau sebagai bubuk kasar.
Formula empiris dan Berat Molekul :Gelatin merupakan istilah umum
untuk campuran fraksi protein murni yang dihasilkan baik
oleh hidrolisis parsial asam (gelatin tipe A) atau dengan
hidrolisis basa parsial (tipe B gelatin) kolagen hewan yang
diperoleh dari sapi dan tulang babi, kulit sapi
(menyembunyikan), kulit babi , dan kulit ikan. Gelatin
mungkin juga campuran dari kedua jenis. Fungsi Coating
agent; pembentuk film agen; pembentuk gel; pensuspensi;
tablet pengikat; viskositas meningkat agent.
Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan : Gelatin kering stabil di udara .
Solusi gelatin berair juga stabil untuk waktu yang lama jika
disimpan dalam kondisi dingin tetapi mereka mengalami
degradasi bakteri . ( 4 ) Pada suhu di atas 50 C , larutan
gelatin berair dapat mengalami depolimerisasi lambat dan
penurunan kekuatan gel dapat terjadi pada ulang .
Depolymeriza tion menjadi lebih cepat pada suhu di atas 65
C , dan kekuatan gel dapat dikurangi setengahnya ketika

solusi dipanaskan pada suhu 80 C selama 1 jam . Tingkat


dan luasnya depolimerisasi tergantung pada berat molekul
gelatin , dengan material yang lebih rendah berat molekul
membusuk lebih cepat ( 11 ). Gelatin dapat disterilkan
dengan panas kering. Bahan massal harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat yang sejuk , berventilasi dan
kering .
Tidak kompatibel : Gelatin merupakan bahan amfoter dan akan bereaksi
dengan kedua asam dan basa . Ini juga merupakan protein
dan sifat kimia sehingga pameran karakteristik bahan tersebut
; misalnya , gelatin dapat dihidrolisis oleh kebanyakan sistem
proteolitik untuk menghasilkan komponen asam amino .
Gelatin juga akan bereaksi dengan aldehida dan gula aldehid ,
anionik dan kationik polimer , elektrolit , ion logam , plastik,
bahan pengawet , oksidasi kuat , dan surfaktan . Hal ini
dipicu oleh alkohol , kloroform , eter , garam merkuri , dan
asam tannic . Gel dapat dicairkan oleh bakteri kecuali
diawetkan . Beberapa interaksi ini dimanfaatkan untuk
menguntungkan mengubah sifat fisik gelatin : misalnya ,
gelatin dicampur dengan plasticizer , seperti gliserin , untuk
memproduksi kapsul gelatin lembut dan supositoria ; gelatin
diperlakukan dengan formaldehida untuk memproduksi
gastroresistance ; lihat Bagian 7 . dengan cara itu dalam
proses asam , kecuali bahwa pH disimpan di nilai antara 5,06,5 ( netral
2.10.5. Magnesium Stearat
Nama dan sinonim

: Magnesium stearat, Magnesii stearas, Dibasic

magnesium stearat; magnesium


stearas;magnesium

oktadekanoat;

Distearate; magnesii
asam

oktadekanoat,

magnesium garam; asam stearat, garam magnesium; Synpro


90
Pemerian

: serbuk halus, licin, mudah melekat pada kulit(FI ED


IV), putih, tidak berasa, bau lemah yang khas (Depkes RI,
1979)

Ukuran partikel

: 20 m (perbesaran 600x)

Struktur

: [CH3(CH2)16COO]2Mg (Rowe, 2006)

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P,


dan dalam eter P (FI ed iv)

Stabilitas

: stabil (Rowe, 2006)

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

Fungsi

: Pelincir tablet dan kapsul


Dalam sediaan farmasi, Magnesium stearat secara
luas digunakan dalam kosmetik,makanan,dan formulasi
farmasi. Hal ini terutama digunakan sebagai pelumas dalam
kapsul dan pembuatan tablet pada konsentrasi antara 0,25%
dan 5,0% b / b.

Sifat Khas

: Bentuk kristal kemurnian tinggi magnesium


stearat telah diisolasi sebagai

trihidrat, dihidrat, dan

sebuah anhidrat.
Density (bulk) 0.159 g/cm3
Density 0,286 g/cm3
Kepadatan 1,092 g/cm3
Titik nyala 2508C
Segi buruk mengalir, bubuk kohesif.
kisaran lebur 117-1508C (sampel komersial);
Daya alir

: dalam bentuk bubuk daya alir buruk, kohesif


(Rowe, 2006)

Farmakologi: Magnesium stearat adalah salah satu bahan yang telah


dipilih

untuk

harmonisasi

oleh

Kelompok

Diskusi

Pharmacopeial. Magnesium stearat adalah hidrofobik dan


dapat menghambat pembubaran obat dari bentuk sediaan

padat ; Oleh karena itu digunakan dalam formulasi tersebut .


Kapsul pembubaran juga sensitif terhadap jumlah magnesium
stearat dalam perumusan dan waktu pencampuran ;
Peningkatan koefisien variasi pencampuran dan penurunan
laju disolusi telah diamati berikut campuran magnesium
stearat dengan granulasi tablet . tablet laju disolusi dan
kekuatannya menurun saat campuran meningkat ; dan
magnesium stearat juga dapat meningkatkan

kerapuhan

tablet . Magnesium stearat juga mempengaruhi aliran sifat


campuran . Adanya berbagai bentuk kristal magnesium
stearat telah ditetapkan . A trihidrat , dihydrate a , dan
anhidrat telah diisolasi , dan bentuk amorf memiliki telah
diamati . Sementara bentuk terhidrasi stabil dalam kehadiran
kelembaban ,bentuk anhidrat adsorbsi kelembaban di
kelembaban relatif hingga 50 % , dan pada kelembaban tinggi
rehydrates untuk membentuk trihidrat tersebut .Anhidrat
dapat dibentuk oleh pengeringan baik dari hidrat pada
105oC .
Kelebihan dari magnesium stearat:

magnesium stearat memiliki sifat pelincir yang terbaik.


Magnesium stearat dapat menambah waktu hancur dari tablet
karena bentuk lapisan permukaannya

yang tidak mudah

dipenetrasi dengan cairan lambung.

Kekurangan dari magnesium stearat:

Mg Stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan antiadheren tapi


kurang baik sebagai glidant

BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 28 April 2014 5 Mei 2014 di Laboratorium
II Teknologi Sediaan Solida Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Palembang.
3.2. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilakukan adalah eksperimen.
3.3. Prosedur Kerja
3.1. Formulasi

Resep Standar
R/ Paracetamol

500 mg

Lactosa

64,9 mg

Meize starch

50,6 mg

Gelatin

2%

Mg. Stearat

1,30 mg

Talkum

13,0 mg

Theoretical weight = 649 mg/ tablet

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1. Alat
-

Timbangan analitik
Gelas Ukur 10 ml
Gelas ukur 50 ml
Kertas perkamen
Mortir dan stamfer
Spatula
Sudip
Corong
Penggaris
Jangka sorong
Pencetak tablet
Friabilator
Disintegration tester
Pengayak
Beaker glass
Hardness tester
Moisture balance

3.3.2. Bahan
-

Paracetamol
Lactosa
Meize starch
Gelatin
Mg. Stearat
Talkum

= 50,820 gr
= 6,6 gr
= 5,148 gr
= 1,320 gr
= 148,24 mg
= 2,22 gr

3.4. Perhitungan Bahan Teoritis


Quantity per batch
Theoretical weight
Paracetamol
Lactosa
Meize starch
Gelatin
Mucilago gelatin 5 %
Aquadest
Mg. Stearat
Talkum

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

3.5. Perhitungan Bahan Setelah Granulasi

120 tablet
649 mg/tablet
77% x 649 mg x 120 = 59,9676 gr
10% x 649 mg x 120 = 7,788 gr
7,8% x 649 mg x 120= 6,07464 gr
2% x 649 mg x 120 = 1,5576 gr
100/5 x 1,5576 gr
= 31,152 gr
31,152 gr - 1,5576 gr = 29,5944 gr
0,2% x 649 mg x 120 = 155,76 mg
3% x 649 mg x 120 = 2,3364 gr

Masa granul teoritis

75,3878 gr = 75387,8 mg

Masa granul nyata

71,75 gr = 71750 mg

Paracetamol
Lactosa
Meize starch
Gelatin
Mucilago gelatin 5 %
Aquadest
Mg. Stearat

Talkum

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

77% x 649 mg x 120 = 59,9676 gr


10% x 649 mg x 120 = 7,788 gr
7,8% x 649 mg x 120= 6,07464 gr
2% x 649 mg x 120 = 1,5576 gr
100/5 x 1,5576 gr
= 31,152 gr
31,152 gr - 1,5576 gr = 29,5944 gr
71750 mg/75387,8 mg x 155,76 mg
148,24 mg
71,75 gr/75,3878 gr x 2,3364 gr
2,22 gr

3.6. Pembuatan
1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
- Timbang semua bahan yang diperlukan
- Campurkan paracetamol, laktosa dan mize starch dengan mixer atau
menggunakan lumpang.
- Serbuk gelatin di taburkan dalam air dingin, lalu biarkan
mengembang.panaskan

diatas penangas air sampai larut. kekurangan

berat ditambah dengan air panas. Dan digunakan selagi panas kurang
lebih pada suhu 400C
2. Pembuatan granul
- Tambahkan sedikit demi sedikit massa/ larutan gelatin kedalam massa 1.
Aduk atau gerus sampai homogen. Setelah massa kenyal dan dapat
dikepal, massa siap untuk digranul.
3. Penyaringan atau pengayakan massa
- Tekan massa granul melalui ayakan 6 atau 8
- Hasil ayakan ditampung pada loyang dari kayu atau stainless steel yang
dilapisi kertas atau kain agar dapat dicuci lagi. Loyang dimasukan
kedalam lemari pengering dengan suhu 500 C

- Setelah dilakukan proses pengeringan dilanjutkan dengan pengayakan


(pengayakan halus). Digunakan ayakan dengan pengayak berukuran
mesh 20 atau yang lebih halus dari ayakan pertama.
4. Pencampuran
- Setelah granul diperoleh kemudian timbang lalu tambahkan magnesium
stearat sebagai lubrikan dan talcum.
- Campur bahan, kemudian aduk ad homogen.

5. Pencetakan
- Setelah homogen , kemudian tablet dicetak (dikompres) dengan
menggunakan mesin pencetak tablet

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil

Evaluasi Granul
a. Kecepatan Alir
Alat : Corong
Syarat : waktu alir granul tidak lebih dari 10 detik
Granul ditimbang sebanyak 10 gram.
Dimasukkan kedalam corong, bagian bawah corong ditutup dengan jari
4.1.1.

tangan dan permukaan granul diratakan.


Buka bagian bawah corong lalu catat waktu yang diperlukan granul
untuk mengalir hingga habis
Lalu hitung kecepatan alir granul
Setelah diperoleh sifat alir granul (Vnya) lalu dibandingkan dengan
parameter untuk sifat alir sebagai berikut:
SIFAT ALIR

KETERANGAN

> 10

Sangat baik

4-10

Baik

1,6 4

Sukar

< 1,6

Sangat sukar

b. Uji Sudut Diam


Alat : Corong, kertas millimeter, penggaris, pensil dan penghapus
Syarat : Sudut diam tidak lebih dari 30 derajat
Granul ditimbang sebanyak 10 gram.
Dimasukkan kedalam corong, bagian bawah corong ditutup dengan jari
tangan dan permukaan granul diratakan. Lalu biarkan granul menggalir
dengan membentuk sebuah kerucut diatas kertas mlimeter.
Ukur tinggi kerucut dan diameternya dan hitung sudut diamnya.

c. Kompresibilitas
Alat : Gelas ukur
Syarat : tidak lebih dari 20%
Gelas ukur100 ml kosong ditimbng (W)
Diisi engan granul hingga volume 100 ml (V0) lalu itimbang (W2)
Dihentakkan sebanyak 500 kali tsu tidak terjadi lagi pengurangan
volume.
Baca volume yang dihasilkan dalam gels ukur (V1)
Lalu hitung kompresibilitasnya dengan persamaan
Kompresibilitas (%)
5 12
12 18
18 23
23 33
33 38
> 38

Sifat Aliran
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Sangat buruk

= 0,4529

= 0,5266

(100% )
%

4.1.2.
Evaluasi Tablet
a. Keseragaman ukuran
Alat : Jangka sorong
Syarat : diameter tablet tidak boleh melebihi 3x tebal tablet dan tidak
kurang dari 11/3 x tebal tablet.
Menggunakan 20 tablet
Letakkan sebuah tablet diantara penjepit yang terdapat pada jangka
sorong, lalu tablet dinyatakan telah ketat setelah timbul bunyi.
Ukur diameter dan tebal tablet.
No.

Diameter Tablet (mm)

Tebal Tablet (mm)

1,22

0,69

1,21

0.69

1,22

0,55

1.22

0,68

1,22

0,55

1,21

0,57

1,22

0,68

1,22

0,54

1,22

0,51

10

1,22

0,58

11

1,23

0,58

12

1,22

0,54

13

1,22

0,61

14

1,22

0,68

15

1,22

0,68

16

1,22

0,69

17

1,22

0,52

18

1,22

0,60

19

1,22

0,68

20

1,22

0,69

1.2195

0.6155

Tabel 1. Diameter tablet dan tebal tablet


b. Kekerasan tablet
Alat : Hardnes tester
Syarat : 4 8 mg/cm2
Menggunakan 20 tablet
Letakkan 1 tablet diantara penjepit, lalu jepit tablet dengan cara
menjepit alat tersebut sampai tablet pecah/retak.
Pada saat tablet tersebut mulai pecah/retak yang ditunjukkan oleh
skala, maka kekerasan tablet tersebut mulai dihitung.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
X

Kekerasan Tablet (kg/cm2)


10
3,5
4
16,5
8
3,8
11
4,6
4,5
5,5
9
4
2,9
3,5
2,9
1,6
3,6
4,8
2,8
2,1
5.515789474

Tabel 2. Kekerasan tablet.


c. Keseragaman bobot
20 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang satu persatu =
11.7219 gr
Hitung bobot rata-rata = 11.7219 gr / 20 = 0.651216667 gr
Syarat

: Tidakbolehlebihdaridua tablet yangmasingmasingberatnya

menyimpangdariberatrataratanyalebihbesardarihargayangditetapkan
padakolomAdantidakbolehsatutabletpunyangberatnyamenyimpangdari
beratrataratanyalebihdarihargayangditetapkanpadakolomBpadaTabel
berikut(DepartemenKesehatanRI,1979).
BobotRatarata
25mgataukurang
26mg150mg
151 300mg
>300mg

Penyimpanganbobotrataratadlmpersen
A
B
15
30
10
20
7,5
15
5
10

Timbang berat masing-masing tablet


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jmlh
Rata2

Bobot Tablet (gr)


0,6404
0,6591
0,6321
0,6734
0,6350
0,6001
0,6245
0,6733
0, 6708
0,6550
0,6582
0,6250
0,6714
0,6513
0,6547
0,6725
0,6669
0,6800
0,6305
0,6735
11.7219
0.651216667

Penyimpangan (%)
1,658
1,213
2,933
3,409
2,487
7,847
4,100
3,393
3,009
0,583
1,075
4,023
3,101
0,015
0,537
3,270
2,410
4,422
3,178
3,424

Tabel 3. Bobot tablet

d. Kerapuhan tablet
Alat : Rhoche friabilitor
Tujuan : menentukan kemampuan dan daya tahan tablet terhadap gesekan
dan goncangan selama prossesing, packing, transportasi sampai pada
konsumen.
Syarat : menurut lochman = o,8% dan menurut Roche = 1%
20 tablet bebas debu ditimbang bersama (W1g), kemudian dimasukkan
dalam Roche.
Jalankan alat, biarkan berputar selama 4 menit (500x putaran)
Bersihkan kembali 20 tablet tersebut dari debu dan timbang (W2g)
Hitung besarnya kerapuhan tablet
% Kerapuhan =

=
= 8,24%
e. Waktu hancur tablet
Factor yang mmempengaruhi waktu hancur tablet :

Factor formulasi

Sifat fisik bahan obat

Bahan pembantu

Tekanan yang diberikan pada saat pencetakan


Syarat : kecuali dinyatakan lain dalam FI, untuk tablet tidak bersalut
waktu hancurnya tidak lebih dari dari 15 menit dan untuk tablet bersalut
gula = 60 menit.
Isi bejana dengan campuran yang cocok seperti cairan lambung spt :
Hcl atau cairan usus buatan sesuai dengan tablet yang akan diukur
waktu hancurnya.
Larutan yang digunakan diukur / diatur suhunya sampai 37o C.

Jumlah cairan ini diatur sedemikian rupa sehingga pada saat keranjang
turun permukaannya tidak tenggelam dalam cairan dan pada saat
keranjang ini naik permukaan disebelahnya tidak melebihi permukaan
cairan.
Masukkan tablet yang akan ditentukan waktu hancurnya satu persatu
pada 6 tabung yang ada, setelah itu kedalam masing-masing tabung
dimasukkan cakram yang terbuat dari tali plastic.
Jalankan alat dan catat waktu saat mulai alat dijalankan sampai semua
tablet telah melewati saringan yang terdapat pada setiap tabung.
Kecepatan turun naiknya alat diatur sebanyak 30x/ menit.
Waktu hancur tablet = 10 menit
4.2.

Pembahasan
Pada pembuatan tablet paracetamol hasil yang kami dapatkan bahwa :
Kecepatan alir granul paracetamol yang diperoleh adalah
. Hal ini menyatakan bahwa granul yang dibuat sukar
mengalir. Hal tersebut dikarenakan ukuran granul yang tidak
seragam pada saat pembuatan granul.
Sudut diam granul paracetamol yang diperoleh adalah 30,110 yang
menunjukkan bahwa sudut diam granul tidak memenuhi syarat
(<300). Hal tersebut dikarenakan sudut istirahat dipengaruhi oleh
ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka kohesivitas partikel
makin tinggi yang akan mengurangi kecepatan alirnya sehingga sudut
istirahat yang terbentuk semakin besar. Sedangkan pada granul ysng
kami peroleh, ukuran partikel tidak seragam. Hal itulah yang
menyebabkan sudut diam yang diperoleh tidak memenuhi syarat.
Kompresibilitas granul paracetamol yang kami peroleh sebesar 13,9 %.
Hal ini menyatakan bahwa granul paracetamol memiliki kompresibilitas
yang baik.

Keseragaman ukuran tablet paracetamol memiliki diameter ratarata sebesar 1.2195 mm dan rata- rata tebal tablet sebesar 0,6155
mm. Syarat yang diperbolehkan untuk evaluasi ini diameter ratarata tablet tidak boleh melebihi 3x tebal rata- rata tablet dan tidak
kurang dari 1

x tebal tablet. Evaluasi yang kami peroleh

bahwa diameter rata-rata tablet sebesar 1,981x tebal rata-rata


tablet.
Kekerasan rata- rata tablet paracetamol yang kami peroleh sebesar
5.515789474 mg/cm2. Syarat dari evaluasi kekerasan tablet sebesar 4
8

mg

/cm2. Hal ini membuktikan bahwa tablet paracetamol

memenuhi syarat kekerasan tablet.


Keseragaman bobotnya memenuhi persyaratan bahwatidakboleh
lebihdari dua tablet yangmasingmasingberatnya menyimpangdari
beratrataratanyalebihbesardarihargayangditetapkanpadakolomA
dantidakbolehsatutabletpunyangberatnyamenyimpangdariberat
rataratanyalebihdarihargayangditetapkanpadakolomBpadaTabel
berikut(DepartemenKesehatanRI,1979).

Kerapuhan tablet parasetamol yang dperoleh tidak memenuhi


syarat yaitu menurut lochman = 0,8% dan menurut Roche = 1%
Sedangkan hasil yang didapatkan 8,24% .
Dikarenakan pengikat gelatin yang kami gunakan terlalu sedikit
sehingga kekurangan tersebut kami tambahkan dengan air hingga
massa kalis. Diduga karena hal tersebut, kerapuhan tablet
parasetamol tidak memenuhi syarat dari evaluasi kerapuhan tablet.
Waktu hancur tablet parasetamol yang diperoleh selama 10 menit.
Hal ini membuktikan bahwa tablet tersebut memenuhi syarat, yaitu
waktu hancur untuk tablet parasetamol tidak boleh lebih dari 15
menit.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Pembuatan tablet pada praktikum pembuatan paracetamol tablet
dengan cara granulasi basah, setelah dilakukan evaluasi baik terhadap
granul maupun tablet itu sendiri diperoleh kesimpulan bahwa tablet yang
dibuat belum memenuhi persyaratan untuk sebuah tablet yang baik, yaitu
pada uji evaluasi granul tablet didapatkan kecepatan alir granul yang buruk
yaitu 3,846 g/s. Selain itu juga diperoleh sudut diam yang tidak memenuhi
syarat. Pada uji evaluasi granul, diperoleh sudut diam 30,11o ,sedangkan
untuk syarat sudut diam yang baik adalah < 30. Selain itu pada uji evaluasi
tablet diperoleh hasil kerapuhan tablet yang sangat jauh dari syarat
kerapuhan sebuah tablet yaitu kurang dari 1%. Sedangkan pada tablet
paracetamol yang kami buat ini, hasil kerapuhannya yaitu 8,26 %.
Sehingga tablet paracetamol ini belum cukup baik untuk memenuhi
persyaratan sebuah tablet yang baik.
2. Saran
Untuk praktikan selanjutnya disarankan agar dapat membuat
formula sediaan tablet dengan bahan dan konsentrasi yang baik, tepat dan
ketelitian penimbangan sebelum pencetakan tablet, juga diperlukan
ketelitian dalam melakukan evaluasi baik evaluasi granul maupun evaluasi
tablet karena hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tablet
yang telah kita buat memenuhi syarat atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Hadisoewignyo, Dr. Lannie, M.Si., Apt., Prof. Dr. Achmad Fudholi ,DEA
,Apt.2013. Sediaan Solida. Yogyakarta : Pustaka Pelajar., diunduh pada
tanggal 23 April 2014.
Rowe , Raymond C. , Paul J. Sheskey , Marian E. Queinn. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Ed. 6. Pharmaceutical Press (PhP)., diunduh
pada tanggal 22 April 2014.
Siregar, Prof. Dr. Charles J. P. M.Sc. Apt. Teknologi Sediaan Tablet. DasarDasar Praktis. Buku Kedokteran EGC., diunduh pada tanggal 23 April 2014.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale. The Complete Drug Reference . Ed. 36.
London : Pharmaceutical Press (PhP)., diunduh pada tanggal 22 April 2014.
http://www.onlinepharmacytech.info/docs/vol1issue2/JPST09-01-02-05.pdf,
diunduh pada tanggal 26 April 2014.
http://eko-farmasi.blogspot.com/, diunduh tanggal 10 Juni 2014
http://wahyutensai.blogspot.com/2008/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html ,
diunduh tanggal 10 Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai