Anda di halaman 1dari 180

PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014

BIRO KEUANGAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN

DAFTAR ISI

I. DASAR HUKUM
PENGELOLA APBN

III. KEWENANGAN, FUNGSI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

A. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

B. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

C. Pejabat Penanda 'Langan Surat Perintah Metnbayar (PPSPM)

12

IV. PROSEDUR PENYELESAIAN TAGIIIAN NEGARA

13

A. Pembuatan dan Peneatatan Komitmen

13

B. Pcngajuan Tagihan

16

C. Mekanisme Penerbitan SPP-LS

17

D. Mekanisme Pembayaran dengan UP dan TUP

22

E. Mekanisme Penerbitan SPP-UP/GUP/GUP Nihil

24

F.

26

Mekanisme Penerbitan SPP-TLP/PTUP

G. Mekanisme Pengujian SPP Dan Penerbitan SPM

27

H. Pelaksanaan Penerimaan Dan Pengeluaran Pada Akhir Tahun Anggaran

29

I.

Pembayaran Pengembalian Penerimaan Negara

29

J.

Pembayaran Tagihan Yang Bersumber Dari Penggunaan PNBP

32

K. Pembayaran Tagihan Untuk Kegiatan Yang Bersumber Dari Pinjaman


Dan/Atau Hibah Luar Negeri
L. Koreksi/Ralat, Pembatalan SPP, SPM, DAN SP2D

34
...

35

M. Pelaksanaan Pembayaran Pada Akhir Tahun Anggaran


V. PENATAUSAHAAN HIBAH LANGSUNG

36
37

A. Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung dalam bentuk Uang

38

B. Tata Cara Pengesahan clan Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/
Jasa/ Surat Berharga

40

C. Pejabat Perbendaharaan

42

D. Penyampaian SP2HL

43

E. Penyampaian SP4I II,

43

F.

43

Penyampaian MPHL-BJS

G. Petugas Pengantar SP2IIL, SP4F11 dan

44

H. Pengambilan SPHL, SP3I IL, dan Persetujuan MP111.-13JS

44

I.

Sanksi-sanksi

44

VI. PENATAUSAHAAN PNBP

44

VII. PELAKSANAAN PENGGUNAAN ANGGARAN YANG SUMBER DANANYA


DART PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNI3P)

46

a. PELAYANAN SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN

49

b.

PEMERIKSAAN TANAH

56

c.

KONSOLIDASI TANAII SECARA SWADAYA

58

d.

PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN

61

e.

PELAYANAN PENDAFTARAN TANAII

64

f.

PELAYANAN INFORMASI PERTANAHAN

64

g.

PELAYANAN LISENSI

64

h.

PELAYANAN PENDIDIKAN 64

i.

PENETAPAN TANAII OBYEK PENGUASAAN BENDA-13ENDA


TETAP MILIK PERSEORANGAN WARGA NEGARA
BELANDA (P3MB)/ PERATURAN PRESIDIUM KABINET
DWIKORA NOMOR 5/Prk/1965

j.

65

PELAYANAN DI BIDANG PERTANAHAN YANG 13ERASAL


DARI KERJA SAMA DENGAN PIHAK LAIN

65

VIII. REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

76

A.

Prosedur Pengajuan Usul Revisi DIPA

76

B.

Mekanisme revisi DIPA

76

C.

Batasan Revisi Anggaran

79

IX. PENYUSUNAN DAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN


(POK)

80

A.

PENYUSUNAN POK

80

B.

REVISI POK

80

X. PELAPORAN
A.

LAPORAN KEUANGAN 81

B.

HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN DALAM PENYUSUNAN

81

LAPORAN KEUANGAN

91

C.

LAPORAN REKENING

100

D.

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

101

XI. KETENTUAN LAIN-LAIN


XII. KETENTUAN PENUTUP
DAFTAR 151
LAMPIRAN - LAMPIRAN

101
103

BADAN PERTANAHAN NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 25 Februari 2014
Nomor

: 683/2.1-100/11/2014

Sifat

: Sangat segera

Lampiran : 1 (satu) berkas


Perihal : Pedoman Pelaksanaan APBN TA 2014
di Lingkungan BPN-RI

Yth. 1. Sekretaris Utama BPN RI;


2.

Inspektur Utama BPN RI;

3.

Para Deputi di Lingkungan BPN RI;

4.

Para Pejabat Eselon II di Lingkungan BPN RI;

5.

Ketua STPN Yogyakarta, di Yogyakarta;

6.

Para Kepala Kantor Wilayah BPN, di seluruh Indonesia;

7.

Para Kepala Kantor Pertanahan, di seluruh Indonesia.

Dalam rangka pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 di lingkungan BPN RI yang
tertib dan akuntabel, perlu disusun pedoman yang mencakup hal hal sebagai berikut :
I. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2014;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Jis. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Peraturan Presiden
1
JALAN SISINGAMANGARAJA NO. 2 JAKARTA SELATAN TELP. 7226901, 7393939: www.bran_go.id

Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
57/PMK.05/2007

tentang

Pengelolaan

Rekening

Milik

Kementerian

Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar (BAS)
Jis. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-8/PB/2009 tanggal 27 Febuari
2009 tentang Penambahan dan Perubahan Bagan Akun Standar, Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-80/PB/2011 tanggal 30 November 2011 tentang Penambahan
dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor
/Satuan Kerja;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks Dalam Rangka
Penghitungan Penetapan Tarif Pelayanan PNBP pada Badan Pertanahan Nasional Jo.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.02/2012, tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks Dalam Rangka Penghitungan
Penetapan Tarif Pelayanan PNBP pada Badan Pertanahan Nasional;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang
Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang tidak Tertagih;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan
Hibah;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/201 1 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.06/2013 tanggal 2 Januari 2013 tentang
Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan;
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA);
2

23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi


Pemerintah Pusat;
24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tahun 2014;
25. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tanggal 19 Mei 2010 tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Badan
Pertanahan Nasional;
26. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tanggal 13 Maret 2013 tentang Tabel
Masa Manfaat dalam rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada
Entitas Pemerintah Pusat;
27. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009 tanggal 10 November
2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
28. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009 tanggal 23 Desember
2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual Jo. Surat
Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor S-6477/PB/2010 tanggal 25 Agustus
2010 tentang Tindak Lanjut Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per62/PB/2009 dalam Penyusunan Laporan Keuangan Semester I Tahun Anggaran 2010;
29. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-69/PB/2010 tanggal 31 Desember
2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Pengembalian Penerimaan Negara atas
Beban Sisa Lebih Perhitungan Anggaran;
30. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-20/PB/2011 tanggal 7 April 2011
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Anggaran Melalui Pemberian Kuasa Antar Kuasa
Pengguna Anggaran;
31. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-81/PB/2011 tanggal 30 November
2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan Penyampaian Memo
Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga;
32. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-82/PB/2011 tanggal 30 November
2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian
Negara/Lembaga;
33. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 tanggal 5 Desember
2011 tentang Penatausahaan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Satuan Kerja
Kementerian Negara/Lembaga;
34. Peraturan Dircktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-53/PB/2012 tanggal 21 Desember
2012 tentang Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara pada Tahun Anggaran
Berjalan melalui KPPN;
35. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-1/PB/2013 tanggal 10 Januari 2013
tentang Tata Cara Penyesuaian Sisa Pagu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran pada Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Satuan Kerja Atas Setoran Pengembalian Belanja ;
3

36. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-17/PB/2013 tanggal 6 Mei 2013
tentang Ketentuan Lebih Lanjut Tata Cara Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak atas
Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
37. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-19/PB/2013 tanggal 15 Mei 2013
tentang Tata Cara Pembayaran dan Pengembalian Uang Muka atas Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
38. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tanggal 30 Mei 2013
tentang Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap;
39. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-36/PB/2013 tanggal 9 Oktober
2013 tentang Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara pada Tahun Anggaran
Berjalan Melalui Rekening Kas Umum Negara;
40. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember
2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;
41. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-16/PB/2012 tanggal 7 Mei 2012
tentang Petunjuk Pembayaran Pengembalian Uang Tuntutan Ganti Rugi yang telah
Disetorkan ke Kas Negara atas Ditemukannya Kembali BMN yang Hilang;
42. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4599/PB/2013 tanggal 3 Juli 2013
tentang Penjelasan lebih lanjut Penggunaan Akun Perjalanan Dinas Berdasarkan Surat
Menteri Keuangan No. S-2056/MK.5/2013

H. PENGELOLA APBN
1. Pada setiap awal tahun anggaran, Kepala BPN RI selaku Pengguna Anggaran (PA) menunjuk
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Kuasa Pengguna Barang (KPB) di lingkungan
BPN RI dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI;
2. Kepala BPN RI selaku Pengguna Anggaran melimpahkan kewenangan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) pada Kantor Pusat BPN RI, STPN, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional (Kanwil BPN), dan Kantor Pertanahan (Kantah) di seluruh Indonesia.
KPA dimaksud diberi kewenangan untuk menunjuk
a. Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen;
b. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan
menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM)/;
c. Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan dalam rangka
Penerimaan Negara;
d. Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja;
e. Bendahara Pengeluaran Pembantu (jika diperlukan dengan menunjuk lebih dari satu);

Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) adalah pembantu KPA yang
diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai;
g. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menandatangani Surat Perintah Setor (SPS).
3. KPA menyampaikan Surat Keputusan para Pejabat sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka
2 huruf a, b, d dan f kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku
Kuasa Bendahara Umum Negara (Kuasa BUN) beserta spesimen tandatangan Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) dan cap/stempel Satuan Kerja;
4. KPA menyampaikan surat keputusan pejabat sebagaimana dimaksud angka 2 huruf a dan b
kepada PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK;
5. Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio;
6. Setiap terjadi pergantian jabatan Kepala Satker, setelah serah terima jabatan maka pejabat
Kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA;
7. PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker sebagai KPA dalam hal :
a. Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
b. Satker sementara;
c. Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
d. Satker Lembaga Negara.
8. Penunjukan KPA, Penetapan PPK, PPSPM dan Bendahara tidak terikat periode tahun
anggaran;
9. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai KPA, PPK, PPSPM
dan/atau Bendahara pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA,
penetapan PPK, PPSPM dan/atau Bendahara tahun yang lalu masih tetap berlaku;
10. Pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada pejabat yang
bersangkutan dalam hal tidak terdapat penggantian PPK, PPSPM dan/atau Bendahara;
11. Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satker atau pejabat lain yang ditunjuk sebagai
KPA, PA segera menunjuk seorang pejabat baru sebagai pelaksana tugas KPA;
12. Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dad jabatannya/
berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat
keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan;
13. Dalam hal tidak ada personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa untuk
ditunjuk sebagai PPK, maka PPK dijabat oleh pejabat eselon I dan II dan/atau PA/KPA;
14. PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir harus menyelesaikan seluruh administrasi
keuangan yang menjadi tanggung jawabnya pada saat menjadi PPK atau PPSPM;
15. Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/
berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker menetapkan pejabat
pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran;
16. Dalam pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker menetapkan 1
(satu) Bendahara Pengeluaran untuk 1 (satu) DIPA/Satker;

17. Dalam hal terdapat keterbatasan pegawai/pejabat yang akan ditunjuk sebagai Bendahara
Pengeluaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker dapat menetapkan 1 (satu)
Bendahara Pengeluaran untuk mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA/Satker;
18. Dalam hal terdapat kegiatan yang lokasinya berjauhan dengan tempat kedudukan Bendahara
Pengeluaran dan/atau beban kerja Bendahara Pengeluaran sangat berat dan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, maka KPA dapat mengangkat
satu atau lebih Bendahara Pengeluaran Pembantu guna kelancaran pelaksanaan kegiatan;
19. Dalam hal diangkat Bendahara Pengeluaran Pembantu, Bendahara Pengeluaran melimpahkan
kewajiban dan tanggung jawab pengelolaan uang kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu;
20. Bendahara Pengeluaran Pembantu secara operasional bertanggung jawab kepada Bendahara
Pengeluaran atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya;
21. Untuk pelaksanaan Kegiatan dalam DIPA di masing-masing unit kerja, agar Kepala
Kantor/Ketua STPN Yogyakarta selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di daerah, segera
menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Minimal Gol III/a,
b. Bersertifikat Pengadaan Barang/Jasa dan
c. Pejabat Struktural
apabila persyaratan di atas tidak terpenuhi/keterbatasan SDM maka KPA dapat melaksanakan
tugas sebagai Pejabat Pengujian dan Perintah Pcmbayaran/Penandatangan SPM atau Pejabat
Pembuat Komitmen;
22. PPK dalam rangka Pengadaan Barang dan Jasa dapat menunjuk tim teknis dan administrasi;
23. Kepala Satker dapat menunjuk koordinator kegiatan dalam rangka membantu tugas-tugas
PPK;
24. Penunjukan Pengelola Kegiatan atau Tim Pelaksana Kegiatan agar disesuaikan dengan
jumlah orang, volume dan biaya yang tersedia dalam DIPA dan Petunjuk Operasional
Kegiatan (POK);
25. Penerbitan Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja sekurang-kurangnya harus mencantumkan
sumber dana yang tersedia dalam DIPA, Besaran Satuan Biaya, Uraian Tugas dan Jangka
Waktu Pelaksanaan dengan mempedomani Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
72/PMK.02/2013 tanggal 3 April 2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2014;
26. Larangan perangkapan jabatan :
a. Kuasa Pengguna Anggaran tidak boleh merangkap sebagai Bendahara Pengeluaran;
b. Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran
tidak boleh saling merangkap;
c. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) tidak boleh merangkap
sebagai Bendahara Penerimaan, demikian pula sebaliknya;

27. Penunjukan Pengelola APBN pada Kantor Pertanahan Perwakilan/Daerah Pemekaran sesuai
dengan DIPA Kantor Pertanahan Induk, maka KPA dapat menunjuk pengelola :
a. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) sebagai pembantu Bendahara Pengeluaran;
b. Bendahara Penerimaan Pembantu;
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

HI. KEWENANGAN, FUNGSI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


A. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
1. Kewenangan dan tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, sebagai berikut
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menguji,
membebankan pada mata anggaran yang telah disediakan, dan memerintahkan
pembayaran tagihan-tagihan atas beban DIPA yang bersangkutan;
b. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut di atas, PA/KPA berwenang :
1) Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;
2)

Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan


dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;

3)

Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;

4)

Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang


bersangkutan;

5) Memerintahkan pembayaran atas beban DIPA bersangkutan.


c. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban DIPA bersangkutan
bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan
surat bukti dimaksud.
2. Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker, KPA memiliki tugas dan wewenang :
a. Menyusun DIPA;
b. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja Negara;
c. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas
beban anggaran belanja Negara;
d. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola
anggaran/keuangan;
e. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
f. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan
dana;
g. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
7

h. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna
Anggaran, melaksanakan rencana kerja yang sudah ditetapkan dalam DIPA, membuat
keputusan-keputusan dan/atau mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan
timbulnya pengeluaran uang dan/atau tagihan atas beban APBN. Keputusan-keputusan
dan/atau tindakan-tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya, antara
lain dapat berupa :
a. Keputusan Kepegawaian (seperti pengangkatan pertama pegawai, pengangkatan
pegawai dalam jabatan, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, mutasi pegawai);
b. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan
substansi tugas pokok dan fungsi (seperti Surat Tugas, Surat Perjalanan Dinas);
c. Keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa (kontrak, pembelian, Surat
Perintah Kerja
Pejabat yang menandatangani kontrak/keputusan bertanggung jawab atas kebenaran
materiil dan akibat yang timbul dari kontrak/keputusan tersebut.
4. Kepala Kantor/Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran dapat melimpahkan
kewenangannya dengan pengaturan sebagai bcrikut :
a. Pcnandatanganan (dalam rangka 'mengetahui') BKU, Lembaran Cek dan
Pemeriksaan Kas Bendahara Pengeluaran, sebagai berikut :
1) Kuasa Pengguna Anggaran Kantor Pusat BPN RI kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran atau Pejabat yang ditunjuk;
2)

Kepala Kantor Wilayah BPN kepada Kasubag Perencanaan dan Keuangan atau
Pejabat Pembuat Komitmen atau Pejabat yang ditunjuk;

3)

Ketua STPN kepada Kasubag Keuangan atau Pejabat Pembuat Komitmen atau
Pejabat yang ditunjuk;

4)

Kepala Kantor Pertanahan kepada Kaur Perencanaan dan Keuangan atau


Pejabat Pembuat Komitmen atau Pejabat yang ditunjuk.

b. Penandatanganan (dalam rangka "mengetahui) BKU, Lembaran Cek dan


Pemeriksaan Kas Bendahara Penerimaan, sebagai berikut :
1) Kuasa Pengguna Anggaran Kantor Pusat BPN RI kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran atau Pejabat yang ditunjuk;
2)

Kepala Kantor Wilayah BPN kepada Kepala Bagian TU atau Pejabat yang
ditunjuk;

3)

Ketua STPN kepada Kepala Bagian Administrasi Umum atau Pejabat yang
ditunjuk;

4) Kepala Kantor Pertanahan kepada Kasubbag TU atau Pejabat yang ditunjuk.


c. Pemeriksaan Kas Bendahara dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
bulan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi
(internal) yang disampaikan :
1) Untuk Kantor Pusat BPN RI, Kanwil BPN dan STPN kepada Sekretaris Utama
dan Inspektur Utama BPN RI;
2)

Untuk Kantor Pertanahan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN yang


bersangkutan dan Inspektur Utama BPN RI.

d. Pelimpahan kewenangan sebagaimana tersebut diatas ditetapkan dalam Surat


Keputusan Kepala Kantor / Satker selaku KPA.
5. Membuat dan menyampaikan laporan keuangan secara Aplikasi Sistem Akuntansi
Instansi dan secara manual.

B. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) :


1. Pejabat yang Melakukan Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Atas Beban
Anggaran Belanja/Penanggung jawab Kegiatan/Pembuat Komitmen dalam pelaksanaan
kegiatan, mempunyai kewenangan :
a.

Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan


DIPA;

b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;


c.

Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia


Barang/Jasa;

d. Melaksanakan kegiatan swakelola;


e.

Memberitahukan kepada Kuasa BUN alas perjanjian/kontrak yang dilakukannya;

f.

Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

g.

Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;

h.

Membuat dan menandatangani SPP;

i.

Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;

j.

Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita


Acara Penyerahan;

k.

Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan

1. Melaksanakan tugas dan wcwenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2 Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana, dilakukan
dengan :
a. Menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan
dananya;

b.

Menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP;


dan

c.

Mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA.

3 Pengujian dilakukan dengan :


a.

Menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih
kepada negara; dan/atau

b. Menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi


persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai.
4 Dalam hal surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada negara berupa surat jaminan
uang muka, pengujian kebenaran materiil dan keabsahan dokumen dilakukan dengan:
a.

Menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan uang muka; dan

b. Menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka yang dapat dibayarkan
sesuai ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
5 Laporan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan berupa laporan atas :
a.

Pelaksanaan kegiatan;

b.

Penyelesaian kegiatan; dan

c.

Penyelesaian tagihan kepada negara.

6 Tugas dan wewenang lainnya meliputi :


a.

Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

b. Memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak


yang mempunyai hak tagih kepada negara;
c.

Mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan;

d.

Memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara; dan

e.

Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia


barang/jasa.

7 Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa untuk :


a.

Mobilisasi alat dan tenaga kerja;

b. Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau


c.

Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

8. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPK menguji :


a.

Kelengkapan dokumen tagihan;

b.

Kebenaran perhitungan tagihan;

c.

Kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN;

d.

Kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum


dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia
barang/jasa;

e.

Kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum


pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak;

10

Kebenaran, keabsahan sena akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti

f.

mengenai hak tagih kepada negara; dan


g.

Ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada


dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak.

9 PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang
kepada KPA, sekurang-kurangnya memuat
a.

Perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah ditandatangani;

b.

Tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia barang/jasa;

c.

Tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya; dan

d.

Jangka waktu penyelesaian tagihan.

10. Tugas Pokok Pejabat Pembuat Komitmen Dalam Pengadaan Barang/jasa sesuai
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 adalah :
a. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi :
1)

Spesitikasi Teknis Barang/Jasa;

2)

Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan

3)

Rancangan Kontrak.

b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;


c. Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja
(SPK)/surat perjanjian;
d. Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
e. Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;
f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA;
g. Menyerahkan basil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan
Berita Acara Penyerahan;
h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan
pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan
i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.
Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana tersebut di atas, dalam hal
diperlukan. PPK dapat :
1. Mengusulkan kepada PA/KPA:
a.

Perubahan paket pekerjaan; dan/atau;

b. Perubahan jadwal kegiatan pengadaan;


2. Menetapkan tim pendukung;
3. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis untuk membantu
pelaksanaan tugas Unit Layanan Pengadaan (ULP).
11. Apabila kantor/Satker tidak mempunyai tenaga/pejabat struktural yang memiliki
sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa, maka KPA dapat mengambil tindakan sendiri

11

selaku PPK (mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara) dan KPA dimaksud tidak perlu bersertifikat.

C. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)


1. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PP-SPM) adalah Kabag
Perbendaharaan dan Tata Usaha Keuangan/Kabag TU/Kasubbag TU/Kabag
Administrasi Umum (STPN) atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan SK pelimpahan;
2. Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM memiliki tugas
dan wewenang sebagai berikut :
a.

Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;

b.

Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;

c.

Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;

d.

Menerbitkan SPM;

e.

Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

f.

Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA; dan

g.

Melaksanakan tugas dan wewenang Iainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan


pengujian dan perintah pembayaran.

3. Dalam menerbitkan SPM, PPSPM melakukan hal-hal sebagai berikut:


a.

Mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP
pada kartu pengawasan DIPA;

b.

Menandatangani SPM; dan

c.

Memasukkan Personal Idenil/ication Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan


elektronik pada Arsip Data Komputer (ADK) SPM.

4. Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukan oleh PPSPM,
meliputi :
a.

Kelengkapan dokumen pendukung SPP;

b.

Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;

c.

Kebenaran pengisian format SPP;

d.

Kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran


Satker;

e.

Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja


Anggaran Satker;

f.

Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi


persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

g.

Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/kelengkapan


sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;

h.

Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan


dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
12

Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari pihak

i.

yang mempunyai hak tagih;


Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak

j.

yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan


k.

Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam


perjanjian/kontrak.

5.

Pengujian kode BAS termasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya;

6. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, PPSPM bertanggung jawab atas :


a. Kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadap dokumen hak tagih
pembayaran yang menjadi dasar penerbitan SPM dan akibat yang timbul dari
pengujian yang dilakukannya; dan
b. Ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada KPPN.
7. PPSPM harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang
kepada KPA paling sedikit memuat (contoh form lampiran 1 ) :
a. Jumlah SPP yang diterima;
b. Jumlah SPM yang diterbitkan; dan
c. Jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.
8. PPSPM menerbitkan dan menyampaikan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada
KPPN dengan melampirkan berkas kelengkapan pengajuan Surat Perintah Membayar
(SPM) dalam rangkap 4 (empat) :
a. Lembar kesatu dan kedua disampaikan ke KPPN;
b. Lembar ketiga sebagai pertinggal pada Satker yang bersangkutan;
c. Lembar keempat sebagai pertinggal pada penerbit SPM.
9. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dimaksud, PPSPM membuat Buku
Pembantu Register SPM/SP2D, sebagaimana tercantum pada lampiran 2.

IV. PROSEDUR PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA


A. Pembuatan dan Pencatatan Komitmen
1. Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan
pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen dalam bentuk :
a. perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
b. penetapan keputusan.
2. Setelah Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, setiap Satker di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga
dapat memulai proses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah
sebelum DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan berlaku efektif;
3. Biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah sebelum
DIPA tahun anggaran berikutnya disahkan dan berlaku efektif sebagaimana dimaksud
13

pada angka 2 untuk jenis belanja modal dialokasikan dalam belanja modal tahun
anggaran berjalan, sedangkan untuk jenis belanja barang/bantuan sosial dialokasikan
dalam belanja barang tahun anggaran berjalan;
4. Realisasi belanja atas alokasi anggaran biaya proses pelelangan yang berasal dari
belanja modal pada tahun anggaran berjalan, dicatat dalam neraca sebagai Konstruksi
Dalam Pengerjaan (KDP);
5. Proses lelang pengadaan barang/jasa yang dibiayai melalui dana tahun anggaran berjalan
dilaksanakan oleh panitia pengadaan yang dibentuk pada tahun anggaran berjalan;
6. Penandatanganan perjanjian/kontrak atas pclaksanaan pengadaan barang/jasa sebagai
tindak lanjut atas pelaksanaan lelang dilakukan setelah DIPA tahun anggaran berikutnya
disahkan dan berlaku efektif;
7. Dalam hal biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa tidak
dialokasikan pada tahun anggaran berjalan, biaya proses pelelangan dimaksud dapat
dialokasikan pada DIPA tahun anggaran berjalan dengan melakukan revisi DIPA sesuai
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai revisi DIPA;
8. Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapat dibebankan pada DIPA tahun
anggaran herkenaan;
9. Perjanjian/kontrak yang pclaksanaan pekerjaannya membebani DIPA lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran dilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat yang berwenang;
10. Perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa dapat dibiayai sebagian atau seluruhnya
dengan rupiah murni dan/atau pinjaman dan/atau hibah;
11. Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran
negara antara lain untuk:
a.

Pelaksanaan belanja pegawai;

b.

Pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;

c.

Pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau

d.

Belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang kepada penerima
bantuan sosial.

12. Penetapan keputusan dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
13. Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui SPM-LS, PPK
mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke dalam suatu sistem yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
14. Pencatatan perjanjian/kontrak sekurang kurangnya meliputi data sebagai berikut:
a. Nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan
akun yang digunakan;
b. Nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;
c. Nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker;
d. Uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
14

e. Data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama
rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama dan nomor rekening penerima
pembayaran;
f. Jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila
dipersyaratkan;
g. Ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
h. Addendum

perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada

perjanjian/kontrak tersebut; dan


i. Cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
1). Sekaligus; atau
2). Secara bertahap.
15. Data perjanjian/kontrak beserta ADK-nya disampaikan kepada KPPN secara langsung
atau melalui e-mail paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya
perjanjian/kontrak untuk dicatatkan ke dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN;
16. Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat
digunakan lagi untuk kebutuhan lain;
17. Dalam hal terdapat perubahan data pegawai pada penetapan keputusan yang
mengakibatkan pengeluaran negara untuk pelaksanaan belanja pegawai, Pejabat
Pengelola Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) mencatat perubahan data pegawai
tersebut ke dalam Aplikasi GPP Satuan Kerja (Satker);
18. Perubahan data pegawai tersebut meliputi dokumen yang terkait dengan:
a. Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon pegawai negeri sipil;
b. Pengangkatan/pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil;
c. Kenaikan/penurunan pangkat;
d. Kenaikan/penurunan gaji berkala;
e. Pcngangkatan/pemberhentian dalam jabatan;
f. Mutasi pindah ke Satker lain;
g. Pegawai baru karena mutasi pindah;
h. Perubahan data keluarga;
i. Data utang kepada negara; dan/atau
j. Pengenaan sanksi kepegawaian.
19. Daftar perubahan data pegawai disampaikan kepada KPPN paling lambat bersamaan
dengan pengajuan SPM Belanja Pegawai ke KPPN dan bukan merupakan lampiran dari
SPM Belanja Pegawai;
20. Penyampaian daftar perubahan data pegawai dilaksanakan setelah terlebih dahulu
disahkan oleh PPSPM dengan menyertakan ADK;
21. Daftar perubahan data pegawai digunakan dalam rangka pemutakhiran (updating) data
antara KPPN dengan Satker untuk pembayaran belanja pegawai dan untuk menguji
kesesuaian dengan tagihan.
15

B. Pengajuan Tagihan
1. Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas pembuatan komitmen
berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran;
2. Atas dasar tagihan tersebut, PPK melakukan pengujian;
3. Pelaksanaan pembayaran tagihan dilakukan dengan pembayaran LS, dalam hal
pembayaran LS tidak dapat dilakukan, pembayaran tagihan kepada penerima hak
dilakukan dengan UP;
4. Khusus untuk pembayaran komitmen dalam rangka pengadaan barang/jasa herlaku
ketentuan sebagai berikut :
a. Pembayaran tidak bolch dilakukan sebelum barang/jasa diterima;
b. Dalam hal pengadaan barang/jasa yang karena sifatnya harus dilakukan pembayaran
terlebih dahulu, pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan sebelum barang/jasa
diterima; dan
c. Pembayaran atas beban APBN sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan
setelah penyedia barang/jasa menyampaikan jaminan atas uang pembayaran yang
akan dilakukan.
5. Pembayaran LS ditujukan kepada:
a. Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;
b. Bendahara Pengeluaran/pihak Iainnya untuk keperluan belanja pegawai non gaji
induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas dasar surat keputusan.
6. Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti
yang sah yang meliputi :
a. Bukti perj anj ian/kontrak;
b. Keferensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa;
c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
e. Bukti penyelesaian pekerjaan Iainnya sesuai ketentuan;
f. Berita Acara Pembayaran;
g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat
sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3;
h. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib
Pajak/Bendahara Pengeluaran;
i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan Iainnya sebagaimana
dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah; dan/atau
j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang
dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar
negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah
dalam/luar negeri bersangkutan;
16

7. Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya sebagaimana


dimaksud pada angka 5 huruf b di atas dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah,
meliputi :
a. Surat Keputusan;
b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;
c. Daftar penerima pembayaran; dan/atau
d. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
8. Dalam hal jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya
sebagaimana dimaksud pada angka 6 huruf i di atas berupa surat jaminan uang muka,
jaminan dimaksud dilengkapi dengan Surat Kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada
Kepala KPPN untuk mencairkan jaminan;
9. Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaan kegiatan yang membebani
APBN diajukan dengan surat tagihan oleh penerima hak kepada PPK paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada negara;
10. Dalam hal 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada negara penerima hak
belum mengajukan surat tagihan, PPK harus segera memberitahukan secara tertulis
kepada penerima hak untuk mengajukan tagihan;
11. Dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada angka 10 di atas
penerima hak belum mengajukan tagihan, penerima hak pada saat mengajukan tagihan
harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada PPK atas keterlambatan pengajuan
tagihan tersebut;
12. Dalam hal PPK menolak/mengembalikan tagihan karena dokumen pendukung tagihan
tidak lengkap dan tidak benar, PPK harus menyatakan secara tertulis alasan
penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
surat tagihan.

C. Mekanisme Penerbitan SPP-LS


1. Dalam hal pengujian telah memenuhi persyaratan, PPK mengesahkan dokumen tagihan
dan menerbitkan SPP yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 4.
2.

Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diatur sebagai berikut :


a. Untuk pembayaran Gaji Induk dilengkapi dengan :
1) Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman Luar Daftar Gaji yang
ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2)

Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatangani PPABP;

3)

Daftar Perubahan Potongan;

4)

Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang


dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;

17

5)

Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK) terkait
dengan pengangkatan Calon Pegawai Negeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan
Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK
Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat atau Akta
terkait dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, Surat Keterangan
Penghentian Pembayaran (SKPP), dan Surat Keputusan yang mengakibatkan
penurunan gaji, serta SK Pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya;

6)

ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai;


dan
8) Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
b. Untuk Pembayaran Gaji Susulan
1) Gaji Susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai yang bersangkutan masuk
dalam Gaji Induk, dilengkapi dengan:
a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, dan halaman luar
Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi
oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan
pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Mutasi
Pegawai, SK terkait Jabatan, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan
Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan
Keluarga, Surat atau Akta terkait dengan anggota keluarga yang mendapat
tunjangan, dan SKPP sesuai peruntukannya;
d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
0 SSP PPh Pasal 21.
2) Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawai yang bersangkutan masuk
dalam Gaji Induk, dilengkapi dengan :
a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan, dan halaman luar
Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
c) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
d) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai; dan
18

e) SSP PPh Pasal 21.


c. Untuk pembayaran Kekurangan Gaji dilengkapi dengan :
1) Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji, dan halaman luar
Daftar Kekurangan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2)

Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;

3)

Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan
sebagai Caton Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat
Keputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK
terkait dengan jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;

4)

ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai;


dan
6)

SSP PPh Pasal 21.

d. Untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, dilengkapi dengan


1) Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas, Rekapitulasi Daftar Uang Duka
Wafat/Tewas, dan halaman luar Daftar Uang Duka Wafat/Tewas yang
ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
3) SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang berwenang;
4) Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Uang Duka Wafat/Tewas;
5) Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum dari Rumah Sakit;
6) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
7) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai.
e. Untuk pembayaran Terusan Penghasilan Gaji dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji, Rekapitulasi Daftar Terusan
Penghasilan Gaji, dan halaman luar Daftar Terusan Penghasilan Gaji yang
ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;
3) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat
yang berwenang berupa Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum dari
Rumah Sakit untuk pembayaran pertama kali;
4) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
5) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai;
dan
6) SSP PPh Pasal 21.

19

f. Untuk pembayaran Uang Muka Gaji dilengkapi dengan


1) Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi Daftar Uang Muka Gaji, dan
halaman luar Daftar Uang Muka Gaji yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat
yang berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang Muka Gaji,
dan Surat Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga;
3) ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan
4) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data pegawai.
g. Untuk pembayaran Uang Lembur dilengkapi dengan
1) Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan Rekapitulasi Daftar Perhitungan
Lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan
KPA/PPK;
2) Surat Perintah Kerja Lembur;
3) Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;
4) Daftar Hadir Lembur; dan
5) SSP PPh Pasal 21.
h. Untuk pembayaran Uang Makan dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Uang Makan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan
2) SSP PPh Pasal 21.
i. Untuk pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi dilengkapi dengan
1) Daftar Perhitungan Honorarium/Vakasi yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
2) SK dari Pejabat yang berwenang; dan
3) SSP PPh Pasal 21.
3. Penerbitan SPP-I,S untuk pembayaran :
a. Honorarium dilengkapi dengan dokumen pendukung, meliputi:
1) Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul akibat
penerbitan Surat Keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
2) Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama orang,
besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima honorarium
yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
3) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran; dan
4) Surat Keputusan dilampirkan pada awal pembayaran dan pada saat terjadi
perubahan Surat Keputusan.
b. Langganan daya dan jasa dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa surat
tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah;

20

c. Perjalanan dinas diatur sebagai berikut :


1) perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri :
a) Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
b) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam
negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.
2) Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar nominatif
perjalanan dinas;
3) Daftar nominatif ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi
mengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan),
tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan
untuk masing-masing pejabat;
4) Perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan dokumen pertanggungjawaban biaya
perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan
pegawai tidak tetap.
d. Pembayaran pengadaan tanah, dilampiri :
1) Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling
sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masingmasing penerima;
2) Foto copy bukti kepemilikan tanah;
3) Bukti pembayaran/kuitansi;
4) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB)
tahun transaksi;
5) Pemyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak
sedang dalam agunam
6) Pemyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah
yang disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang
penitipan ganti kerugian, dalam hal tanah sengketa;
7) Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang
menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan
tersebut merupakan Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
8) Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
9) SSP PPh final atas pelepasan hak;
10) Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
11) Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.

21

4.

SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima
secara lengkap dan benar;

5.

SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran;

6.

Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada angka 5 di atas merupakan hari libur
atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling
lambat pada had kerja sebelum tanggal 5;

7.

SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima
secara lengkap dan benar dari penerima hak;

8.

Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran pengadaan barang/jasa atas beban belanja barang,
belanja modal, belanja bantuan sosial, dan belanja

dilengkapi dengan dokumen

pendukung berupa bukti-bukti yang sah;


9.

Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan
sosial diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri;

10. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja
subsidi, belanja hibah, masing masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.

D. Mekanisme Pembayaran dengan UP dan TUP


1. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker dan
membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran
LS;
2.

UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang
dapat dimintakan penggantiannya (revolving);

3.

Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada


1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas;

4.

Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas
Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah);

5.

UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran :


a) Belanja Barang;
Belanja Modal; dan
c) Belanja Lain-lain.

6.

Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu)


penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
22

7.

Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telah digunakan


sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia dalam DIPA;

8.

Penggantian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima


puluh persen);

9.

Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalam pengajuan UP ke
KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelola
oleh masing-masing BPP;

10. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran, apabila UP


yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen);
11. Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, dalam hal 2 (dua)
bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP;
12. Dalam hal setelah 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan belum
dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 25% (dua
puluh lima persen);
13. Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara Kepala KPPN menyampaikan surat
pemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau
menyetorkan ke Kas Negara;
14. Dalam hal setelah dilakukan pemotongan dan/atau penyetoran UP, Kepala KPPN
melakukan pengawasan UP;
15. Dalam melakukan pengawasan UP, ketentuan penyampaian surat pemberitahuan dan
pemotongan UP berikutnya mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11,
12 dan 13 di atas;
16. Dalam hal 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam
angka 13 di atas KPA tidak memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau
menyetorkan ke kas negara, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima puluh
persen) dengan cara menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA untuk
memperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke kas negara;
17. Dalam hal setelah surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 16 di atas,
KPA melakukan penyetoran UP dan/atau memperhitungkan potongan UP dalam
pengajuan SPM-GUP. diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 14 di
atas;
18. KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1
(satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP;
19. Pemberian UP diberikan paling banyak :
a) Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp.900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);
b) Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp.900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp.2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
23

c) Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp.2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau
d) Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
20. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas permintaan KPA, dapat
memberikan persetujuan UP melampaui besaran sebagaimana dimaksud pada angka 19
di atas dengan mempertimbangkan
a) Frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1
(satu) bulan selama I (satu) tahun; dan
b) Perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran UP.
21. KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada Bendahara
Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya
mendesak/tidak dapat ditunda;
22. Syarat penggunaan 'TUP
a) Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama I (satu) bulan sejak tanggal
SP2D diterbitkan; dan
b) Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
23. KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN disertai :
a) Rincian rencana penggunaan TUP; dan
b) Surat yang memuat syarat penggunaan TUP di atas dibuat sesuai format yang
tercantum dalam lampiran 5.
24. Dalam hal KPA mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu)
bulan, Kepala KPPN dapat memberi persetujuan dengan pertimbangan kegiatan yang
akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan;
25. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat dilakukan
secara bertahap;
26. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah batas waktu;
27. Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, KPA
mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN;

E. Mekanisme penerbitan SPP-UP/G UP/CUP Nihil


1. Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, Bendahara Pengeluaran
menyampaikan kebutuhan UP kepada PPK;
2. Atas dasar kebutuhan UP, PPK menerbitkan SPP-UP untuk pengisian UP yang
dilengkapi dengan perhitungan besaran UP sesuai pengajuan dari Bendahara
Pengeluaran;

24

3. SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari Bendahara Pengeluaran;
4. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat
Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA;
5. SPBy dilampiri dengan bukti pengeluaran :
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan yang telah disahkan PPK.
6. Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti pembelian, Bendahara
Pengeluaran/BPP membuat kuitansi yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum
dalam lampiran 6;
7. Berdasarkan SPBy, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
a. Pengujian atas SPBy;dan
b. Pemungutan/pemotongan pajaklbukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang diajukan
dan disetorkan ke Kas Negara.
8. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang muka
kerja, SPBy dilampiri :
a. Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. Rincian kebutuhan; dan
c. Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari penerima uang
muka kerja.
9. Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatatVpembayaran dan rincian kebutuhan dana,
Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian ketersediaan dananya;
10. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas tagihan dalam SPBy apabila
telah memenuhi persyaratan pengujian;
11. Dalam hal pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan,
Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan;
12. Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang muka kerja sesuai
batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf c di atas, berupa bukti
pengeluaran;
13. Atas dasar pertanggungjawaban tersebut, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
pengujian bukti pengeluaran;
14. Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf c di atas,
penerima uang muka kerja belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara
Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja
segera mempertanggungjawabkan uang muka kerja yang ditembuskan kepada PPK;
15. BPP menyampaikan SPBy beserta bukti pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran;
16. Bendahara Pengeluaran selanjutnya menyampaikan bukti pengeluaran kepada PPK
untuk pembuatan SPP GUP/GUP Nihil;
25

17. SPBy dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam lampiran 7;


18. PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP;
19. Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut :
a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
b. Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam angka 5 di atas; dan
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
20. Perjanjian/Kontrak beserta faktur pajaknya dilampirkan untuk nilai transaksi yang harus
menggunakan perjanjian/Kontrak sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah;
21. SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah buktibukti pendukung diterima secara lengkap dan benar;
22. Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP minimal sama
dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran;
23. Dalam hal pengisian kembali UP akan mengakibatkan sisa dana dalam DIPA yang dapat
dilakukan pembayaran dengan UP lebih kecil dari UP yang dikelola Bendahara
Pengeluaran
a. Pengisian kembali UP dilaksanakan maksimal sebesar sisa dana dalam DIPA yang
dapat dibayarkan dengan UP; dan
b. Selisih antara sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
dan UP yang dikelola Bendahara Pengeluaran dibukukan/diperhitungkan sebagai
potongan Penerimaan Pengembalian UP.
24. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal :
a. Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama dengan
besaran UP yang diberikan;
b. Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran; atau
c. UP tidak diperlukan lagi.
25. Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/pertanggungjawaban UP;
26. SPP-GUP Nihil dilengkapi dengan dokumen pendukung;
27. SPP-GUP Nihil disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.

F. Mekanisme Penerbitan SPP-TUP/PTUP


1. PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi :
a. rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara
Pengeluaran;
b. surat pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan syarat penggunaan TUP
sebagaimana dimaksud Huruf D angka 22 di atas; dan
c. surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari Kepala KPPN.

26

2.

SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari Kepala KPPN;

3.

Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPK menerbitkan SPP-PTUP dan


disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir
pertanggungj awaban TUP;

4.

Penerbitan SPP-PTUP dilengkapi dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam


Huruf E angka 19 di atas.

G. Mekanisme Pengujian SPP dan Penerbitan Spm


1. PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukung yang
disampaikan oleh PPK;
2. Pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukung SPP, meliputi :
a. Pengujian sebagaimana dimaksud pada Romawi HI Huruf C angka 4 di atas; dan
b. keabsahan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada Romawi IV Huruf B
angka 6 dan 7 di atas.
3. Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya memenuhi
ketentuan, PPSPM menerbitkan/menandatangani SPM;
4. Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-UP/TUP/GUP/PTUP/LS
oleh PPSPM diatur sebagai berikut :
a. untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
b. untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) ban kerja;
c. untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan
d. untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
5. Dalam hal PPSPM menolaldmengembalikan SPP karena dokumen pendukung tagihan
tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis alasan
penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya
SPP;
6. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM disimpan oleh
PPSPM;
7. Bukti pengeluaran menjadi bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan
eksternal;
8. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yang disediakan oleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
9. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM memuat Personal Identification
Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit
SPM yang sah;
10. SPM dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam lampiran 8;
11. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung jawab atas :
a. Keamanan data pada aplikasi SPM;
27

b. Kebenaran SPM dan Kesesuaian antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM;
dan
c. Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.
12. PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP/LS dalam rangkap 2
(dua) beserta ADK SPM kepada KPPN;
13. Penyampaian SPM-UP/SPM-TUP/SPM-LS sebagaimana dimaksud pada angka 12 di
atas diatur sebagai berikut :
a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA yang dibuat
sesuai format sebagaimana tercantum pada lampiran 9;
b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan pemberian TUP dari
Kepala KPPN;
c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti
setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.
14. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka
atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan :
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan uang muka; dan
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan
Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
15. Khusus untuk penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, juga dilampiri
dengan faktur pajak;
16. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan;
17. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk di sampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal
15 sebelum bulan pembayaran;
18. Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,
penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15;
19. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 18 di atas dikecualikan untuk
Satker yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu
yang dapat dipertanggungjawabkan;
20. Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh petugas pengantar SPM yang sah dan
ditetapkan oleh KPA dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Petugas pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dan ADK
SPM melaluitront office Penerimaan SPM pada KPPN;
b. Petugas Pengantar SPM hares menunjukan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS)
pada saat menyampaikan SPM kepada Petugas Front Office; dan

28

c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN, penyampaian
SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa
Pengiriman resmi.
21. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi, KPA terlebih
dahulu menyampaikan konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN.

H. Pelaksanaan Penerimaan Dan Pengeluaran Pada Akhir Tahun Anggaran


1. Pengeluaran terhadap kontrak pada akhir tahun
a. Pembayaran untuk tagihan pihak ketiga alas kontrak yang prestasi pekerjaannya
belum mencapai 100% (seratus persen), harus dilampiri asli jaminan nilai jaminan
sebesar nilai pekerjaan yang belum diselesaikan;
b. Dalam hal pelaksanaan pekcrjaan yang tidak terselesaikan / tidak dapat diselesaikan
100% (seratus persen) sampai dengan berakhirnya masa kontrak, pihak KPPN
berwenang mengajukan klaim pencairan jaminan untuk untung Kas Negara.
Besarnya klaim tersebut ditambah sanksi dengan memperhatikan ketentuan yang
berlaku.
c. Klaim pencairan jaminan tanpa memperhitungkan pajak yang telah disetorkan ke
Kas Negara melalui Potongan SPM dan apabila terdapat kelebihan pembayaran
pajak tersebut dilakukan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan dibidang
Perpajakan
2. Pengeluaran terhadap uang makan dan uang lembur dibayarkan dengan uang
persediaan.

1. Pembayaran Pengembalian Penerimaan Negara


1. Setiap keterlanjuran setoran ke Kas Negara dan/atau kelebihan penerimaan negara dapat
dimintakan pengembaliannya berdasarkan surat-surat bukti setoran yang sah ;
2.

Pembayaran pengembalian keterlanjuran setoran dan/atau kelebihan penerimaan negara


harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pada negara;

3.

Tata cara pengembalian penerimaan negara yang telah disetor ke Kas Negara terdiri :
a. Pengembalian Penerimaan Negara Pada Tahun Berjalan,
1) Pengembalian penerimaan negara dan pengembalian penerimaan lainnya, yang
diakibatkan oleh :
a) Kelebihan atau kesalahan penyetoran;
b) Kelebihan atau kesalahan pemotongan SPM;
c) Setoran Ganda; dan
d) Ikatan Perjanjian
2) Pengembalian Penerimaan Negara yang disetorkan pada tahun anggaran berjalan
dibukukan scbagai pengurang Penerimaan Negara bersangkutan dan dibebankan
pada akun penerimaan yang sama dengan akun pada saat penyetorannya.
29

3) Prosedur pengembalian Penerimaan Negara menggunakan mekanisme penerbitan


Pengembalian Penerimaan (SPM-PPL) dimana :
a) PA/KPA Satuan Kerja/Penyetor mengajukan permintaan pengembalian
Penerimaan Negara kepada KPPN dengan melampirkan
Fotocopy bukti setor penerimaan negara yang telah dikonfirmasi
BUN/Kuasa BUN (KPPN);
Fotocopy bukti kepemilikan rekening tujuan;
Surat ketetapan pengembalian; dan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dibuat sesuai format
scbagaimana tercantum dalam lampiran 10.
b) Penerbit Surat Perintah Pembayaran (SPP)/SPM-PP adalah Pejabat
Perbendaharaan pada satuan kerja yang memiliki alokasi dana DIPA. Dalam
hal satuan kerja yang mengajukan permintaan pengembalian tidak memiliki
alokasi dana dalam DIPA, maka penerbit SPP/SPM-PP adalah Sub Bagian
Umum KPPN berkenaan; dan
c) Pengajuan SPM-PP beserta kelengkapannya kepada KPPN dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang mengatur pengajuan SPM ke KPPN.
b. Pengembalian Penerimaan Negara atas penerimaan Tahun Anggaran sebelumnya.
1) Pengembalian penerimaan negara yang disetor dan/atau dipotong atas penerimaan
tahun sebelumnya, diakibatkan olch
a) Kelebihan/kesalahan penyetoran;
b) Kelebihan/kesalahan memotong pada SPM;
c) Setoran ganda;
d) lkatan perjanjian;dan
e) Sesuai ketentuan perundang-undangan harus dikembalikan.
2) Prosedur Pengembalian Penerimaan Negara atas penerimaan tahun anggaran
sebelumnya yaitu
a) PA/KPA mengajukan permintaan pengembalian penerimaan negara kepada
KPPN dengan melampirkan
Fotocopy bukti setor penerimaan negara yang telah dikonfirmasi Kuasa
BUN Pusat/di Daerah;
Surat ketetapan pengembalian; dan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
b) KPPN melakukan pemeriksaan kelengkapan permintaan pengembalian
penerimaan dan akan meneruskan kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan melampirkan Surat Keterangan
Telah Dibukukan (SKTB) dan Surat Keputusan Persetujuan Pembayaran
Pengembalian Penerimaan (SKP4) yang diterbitkan oleh KPPN yang
tembusannya disampaikan kepada PA/KPA.
30

4. Petunjuk pengembalian uang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang telah disetorkan ke Kas
Negara atas ditemukannya kembali BMN yang hilang.
a. Pembayaran pengembalian uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara :
1) Persyaratan :
a) Pada prinsipnya uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara dapat
dikembalikan kepada yang berhak, apabila BMN yang telah dinyatakan hilang
di masa yang lalu ditemukan kembali;
b) Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul
penetapan keputusan tentang persetujuanipenolakan pengembalian uang TGR
kepada Kepala BPN RI setelah melakukan pemeriksaan terhadap BMN yang
telah ditemukan kembali tersebut, meliputi :
(1) Mencocokkan kebenaran jenis/spesifikasi barang disesuaikan dengan
daftar barang pada Kuasa Pengguna Barang; dan
(2) Pemeriksaan kondisi barang.
c) Untuk memeriksa kondisi barang, Kuasa Pengguna Barang dapat meminta
bantuan tenaga penilai yang kompeten dan/atau menentukan kondisi fisik
barang berdasarkan bcrita acara serah terima barang yang diterbitkan oleh
Kepolisian/Instansi yang berwenang;
d) Pemeriksaan kondisi fisik barang dilakukan dalam rangka memperoleh
kepastian mengenai kondisi fisik barang dalam kondisi baik, rusak ringan, atau
rusak berat dengan kriteria sebagai berikut :
(1) Kondisi Balk

: Apabila kondisi barang tersebut masih dalam


keadaan utuh dan berfungsi dengan baik.

(2) Kondisi Rusak Ringan : Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik.
Untuk berfungsi dengan baik memerlukan
perbaikan bagian utama/ komponen pokok.
(3) Kondisi Rusak Berat : Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan
tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan
besar/penggantian bagian utama/ komponen
pokok, sehingga tidak ekonomis lagi untuk
diadakan perbaikan/rehabilitasi.
e) Pengembalian uang TGR pada dasarnya dapat dilakukan jika basil pencocokan
terhadap kebenaran jenis/spesifikasi barang dan kondisi fisik barang yang
ditemukan kembali dinyatakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Barang sesuai dengan jenis/spesifikasi barang dan kondisinya dalam
keadaan baik;

31

f) Besarnya pengembalian uang TGR terhadap kondisi barang sebagaimana


dimaksud pada huruf e) di atas, dapat diberikan sebesar 100% (seratus persen)
tanpa memperhitungkan nilai penyusutan dan/atau nilai keekonomiannya;
g) Dalam hal kondisi fisik barang yang ditemukan kembali dalam keadaan kondisi
rusak ringan, besarnya pengembalian uang TGR diperhitungkan dengan biaya
riil yang telah dikeluarkan untuk memperbaiki barang yang ditemukan kembali
tersebut, sehingga kondisi fisik barang dimaksud memenuhi kriteria kondisi
balk;
h) Dalam hal kondisi fisik barang yang ditemukan kembali dalam keadaan kondisi
rusak berat, Kepala BPN RI dapat menetapkan keputusan penolakan
pengembalian uang TGR.
2) Mekanisme :
Pengembalian uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara atas ditemukannya
kembali BMN yang hilang pada tahun anggaran berjalan dapat dibedakan sebagai
berikut :
a) TGR telah disetorkan ke Kas Negara seluruhnya pada tahun anggaran yang
lalu;
b) TGR telah disetorkan ke Kas Negara seluruhnya pada tahun anggaran berjalan;
c) TGR disetorkan ke Kas Negara secara angsuran sejak tahun anggaran yang lalu
sampai dengan tahun anggaran berjalan.
b. Tata cara pengembalian uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara seluruhnya
pada Tahun Anggaran lalu mengacu pada petunjuk tata cara pengembalian PNBP
atas penerimaan tahun sebelumnya;
c. Tata cara pengembalian uang TGR yang telah disetorkan seluruhnya pada Tahun
Anggaran berjalan mengacu pada petunjuk tata cara pengembalian PNBP pada tahun
berjalan.

J. Pembayaran Tagihan Yang Bersumber Dad Penggunaan PNBP


1. Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari penggunaan PNBP,
dilakukan sebagai berikut :
a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP dan batas
tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum pencairan dana yang
dapat dilakukan oleh Satker sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor
237/KMK.02/2010 tanggal 19 Mei 2010;
b. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas Negara berdasarkan
konfirmasi dari KPPN;
c. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu
PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA Petikan;

32

d. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target/estimasi dalam DIPA Petikan,


penambahan pagu dalam DIPA Petikan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
2. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 Tanggal 19
Mei 2010 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan
pada Badan Pertanahan Nasional, untuk masing-masing kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan Pelayanan Pertanahan, dengan izin penggunaan paling tinggi sebesar
85,54% (delapan puluh lima koma lima puluh empat persen).
Pelayanan Pertanahan terdiri dari 8 pelayanan yaitu :
1) Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan ;
2)

Pelayanan Pemeriksaan Tanah;

3)

Pelayanan Konsolidasi Tanah secara Swadaya;

4)

Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan;

5)

Pelayanan Pendaftaran Tanah;

6)

Pelayanan Informasi Pertanahan;

7)

Pelayanan Lisensi;

8)

Pelayanan Kerjasama di Bidang Pertanahan yang berasal dari kerjasama dengan


pihak lain.

b. Kegiatan Pelayanan Pendidikan, dengan izin penggunaan paling tinggi sebesar


90,11% (sembilan puluh koma sebelas persen).
c. Penggunaan sebagian dana tersebut dapat digunakan untuk membiayai peningkatan
pelayanan di bidang pertanahan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu
yang meliputi survei, pengukuran dan pemetaan, kegiatan operasional, pemeliharaan,
dan investasi dalam rangka
1) Peningkatan pelayanan di bidang pertanahan yang melibatkan kemampuan
intelektual tertentu yang meliputi survei, pengukuran dan pemetaan, pemeriksaan
tanah, konsolidasi tanah secara swadaya, pertimbangan teknis pertanahan,
pendaftaran tanah, informasi pertanahan, lisensi dan kerjasama dengan pihak
lain;
2)

Penegakan hukum di bidang pertanahan;

3)

Pendidikan dan pelatihan di bidang pertanahan.

3. Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari
realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA Petikan
maksimum sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);
4. Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas termasuk sisa Maksimum
Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya;
5. Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana
PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana
PNBP pada DIPA Petikan, maksimum sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
33

6.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 5 di atas, dapat dilakukan untuk pengguna
PNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun belum
mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA Petikan;

7.

Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil 1 (satu)
bulan dengan memperhatikan Batas Maksimum Pencairan (MP);

8.

Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari UP/TUP
yang berasal dari Rupiah Murni;

9.

Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna PNBP


memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP yang
diberikan:

10. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna PNBP yang telah
memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP melebihi UP yang telah diberikan;
11. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) - JPS
MP : Maksimum Pencairan
PPP : Proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
JS

: Jumlah setoran

JPS : Jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang
di terbitkan.
12. Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari Satker
pengguna, dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran
berjalan setelah DIPA Petikan disahkan dan berlaku efektif, harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan;
13. Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS
dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada mekanisme yang ada;
14. PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS beserta ADK SPM
kepada KPPN dengan dilampiri :
a. dokumen pendukung SPM;
b. bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan
c. daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam lampiran 11.

K. Pembayaran Tagihan Untuk Kegiatan Yang Bersumber Dari Pinjaman Dan/Atau


Hibah Luar Negeri
1. Penerbitan SPP, SPM dan SP2D untuk kegiatan yang sebagian/seluruhnya bersumber
dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, mengikuti ketentuan mengenai kategori,
porsi pembiayaan, tanggal closing dole dan persetujuan pembayaran dari pemberi

34

pinjaman dan/atau hibah luar negeri sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pencairan dana
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
2. Penerbitan SPP-LS. SPM-LS, dan SP2D-LS atas tagihan berdasarkan perjanjian/kontrak
dalam valuta asing (valas) dan/atau pembayaran ke luar negeri mengikuti ketentuan
sebagai berikut
a. Perjanjian/kontrak dalam valas tidak dapat dikonversi ke dalam rupiah; dan
b. Pengajuan SPM disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI.
3. Penerbitan SPP-UP/TUP, SPM-UP/TUP, dan SP2D-UP/TUP menjadi beban dana
Rupiah Murni;
4. Pertanggungjawaban dan penggantian dana Rupiah Murni atas SP2D-UP/TUP
sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, dilakukan dengan penerbitan SPPGUP/GUP Nihil/PTUP, SPM-GUP/GUP Nihil/PTUP, dan SP2D-GUP/GUP
Nihil/PTUP yang menjadi beban Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
5. Dalam hal terjadi penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap valas yang menyebabkan
alokasi dana Rupiah pada DIPA Petikan melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri, sebelum dilakukan penerbitan SPP, Satker harus melakukan perhitungan
dan/atau konfirmasi kepada Executing Agency agar tidak terjadi pembayaran yang
melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
6. Pengeluaran atas SP2D dengan sumber dana dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dokumen Perjanjian
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, atau pengeluaran setelah Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri dinyatakan closing date dikategorikan sebagai pengeluaran
ineligible;
7. Atas pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada angka 6 di
atas, Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan surat pemberitahuan kepada
Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga dengan tembusan kepada Direktur Jenderal
Anggaran;
8.

Penggantian alas pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada


angka 7 di atas menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dan harus diperhitungkan dalam revisi DIPA Petikan tahun anggaran
berjalan atau dibebankan dalam DIPA Petikan tahun anggaran berikutnya;

9. Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk pelaksanaan pencairan dana Pinjaman


dan/atau Hibah Luar Negeri diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

L. Koreksi/Ralat, Pembatalan SPP, SPM, dan SP2D


1. Koreksi/ralat SPP. SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan :
a) Perubahan jumlah uang pada SPP. SPM dan SP2D;
b) Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
35

c) Perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satker.


2. Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, Eselon I, dan Satker
sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf c di atas, dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan;
3. Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk :
a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;
b. Pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun
anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor
register; atau
c. Koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada
SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya
kegagalan transfer dana.
4. Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK;
5. Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK SPM dapat
dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK
sepanjang tidak mengubah SPM;
6. Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi SP2D secara
tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM dan ADK yang telah diperbaiki;
7. Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D belum diterbitkan;
8. Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara tertulis sepanjang SP2D
belum diterbitkan;
9. Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas negara, pembatalan SPM
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau
pejabat yang ditunjuk;
10. Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih dari satu rekening hanya
dapat dilakukan oleh Kepala KPPN berdasarkan permintaan KPA;
11. Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D telah mendebet Kas Negara;

M. Pelaksanaan Pembayaran Pada Akhir Tahun Anggaran


1. Dalam kondisi akhir tahun anggaran, batas terakhir pembayaran atas beban APBN dapat
dilakukan sebelum tanggal terakhir pada akhir tahun;
2.

Penetapan batas terakhir pembayaran dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan


BUN untuk menyelesaikan administrasi pengelolaan Kas Negara;

3.

Dalam pertanggungjawaban UP/TUP pada akhir tahun anggaran, pengajuan SPM dan
SP2D GUP Nihil/PTUP dapat dilakukan melampaui tahun anggaran;

4.

Batas akhir penerbitan SPM GUP Nihil/PTUP ditetapkan dengan mempertimbangkan


kelancaran penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;

36

5. Pembayaran gaji, honorarium, vakasi, uang makan dan uang lembur pada akhir tahun
ditentukan sebagai berikut:
a. Pembayaran gaji bulan januari tahun anggaran berikutnya, PPSPM mengajukan
SPM-LS gaji ke KPPN paling lambat pada tanggal 10 desember tahun anggaran
berkenaan
b. Pembayaran honorarium dan vakasi bulan desember tahun anggaran berkenaan dapat
dibayarkan pada bulan desember tahun anggaran berkenaan dengan melampirkan
surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang ditandatangani oleh KPA
c. Pembayaran uang makan dan uang lembur pegawai negeri sipil bulan desember
dapat dibayarkan pada tahun anggaran berkenaan dengan uang persediaan
d. Sisa dana UP/TUP tahun anggaran berkenaan yang masih berada pada kas bendahara
pengeluaran dan bendahara pengeluaran pembantu baik tunai maupun yang masih
ada didalam rekening bank/pos harus disetorkan ke kas negara paling lambat hari
kerja terakhir menggunakan surat setoran bukan pajak (SSBP) dan disetorkan
melalui bank/pos persepsi mitra kerja KPPN berkenaan.

V. PENATAUSAHAAN HIBAH LANGSUNG


1. Hibah adalah Pendapatan/Belanja yang berasal dari/untuk Badan/Lembaga Dalam Negeri
atau Perseorangan, Pemerintah Negara Asing, Badan/Lembaga Asing, Badan/Lembaga
International baik dalam bentuk Uang, Barang/Jasa/Surat Berharga yang tidak perlu
dibayar/diterima kembali, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus;
2.

Dana-dana dari pihak lain termasuk dari pemerintah daerah yang output pelayanannya
diserahkan kepada pemohon (misalkan permohonan pengukuran, sertifikasi, dst) tidak
dikategorikan dalam pengertian hibah diatas, dengan demikian terhadap dana-dana yang
diterima dalam rangka pelayanan permohonan tersebut diselenggarakan dengan mekanisme
PNBP;

3.

Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk Uang,
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar
kembali, yang berasal dari Dalam Negeri atau Luar negeri, yang atas pendapatan hibah
tersebut, Pemerintah mendapatkan manfaat secara langsung yang digunakan untuk
mendukung tugas dan fungsi Kementrian/Lembaga, atau diteruskan kepada Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah;

4.

Belanja Hibah adalah pengeluaran Pemerintah Pusat dalam bentuk Uang, Barang/Jasa/Surat
Berharga kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Lainnya atau Perusahaan Daerah yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus;

5.

Pendapatan Hibah Langsung adalah hibah yang diterima langsung oleh


Kementerian/Lembaga dan/atau pencairan dananya dilaksanakan tidak melalui Kantor
37

Pelayanan Perbendaharaan Negara, sehingga pengesahannya harus dilakukan oleh


Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara;
6. Pemberi Hibah adalah pihak yang berasal dari Dalam Negeri atau Luar negeri yang
memberikan hibah kepada Pemerintah Pusat.

A. Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung dalam bentuk Uang


1. Pengajuan Permohonan Nomor Register :
a. Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Pengguna Anggaran (PA)/ Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) secara berjenjang mengajukan permohonan nomor register atas hibah
langsung bentuk uang kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq. Direktur
Evaluasi Akuntansi dan Setelmen melalui Sekretaris Utama Cq Kepala Biro
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, tembusan di sampaikan kepada Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran dilampiri dengan
1) Perjanjian Hibah (Grand Agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan
dilengkapi dengan RAB;
2) Ringkasan Hibah (Grand Summary).
b. Surat Permohonan nomor register dan ringkasan hibah disusun sesuai format
sebagaimana tercantum pada Lampiran 12 dan 13.
2. Pengajuan Persetujuan Pembukaan /Penutupan Rekening Hibah .
a. Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara
berjenjang mengajukan permohonan persetujuan pembukaan Rekening Hibah kepada
Direktorat Pengelolaan Kas Negara melalui Sekertaris Utama Cq Biro Keuangan dan
Pelaksanaan Angaran dalam rangka Pengelolaan hibah langsung bentuk uang;
b. Permohonan Pembukaan Rekening Hibah dilampiri surat pernyataan penggunaan
rekening sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai pengelolaan
rekening milik K/L Kantor/Satker;
c. Atas dasar persetujuan pembukaan rekening dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara,
Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) membuka Rekening Hibah untuk mendanai kegiatan yang disepakati
dalam perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan;
d. Pengelolaan Rekening Hibah dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran Satker dan
dapat dibantu oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu;
e. Rekening Hibah yang telah dibuka sebelum berlakunya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 191 /PMK.05/2011 wajib dilaporkan dan dimintakan persetujuan kepada
Direktorat Pengelolaan Kas Negara, K/L dapat langsung menggunakan uang yang
berasal dari hibah langsung tanpa menunggu terbitnya persetujuan pembukaan
Rekening Hibah;
f. Rekening hibah yang sudah tidak digunakan sesuai dengan pembukaannya, wajib
ditutup oleh Kepala Satuan Kerja (Satker) dan saldonya disetor ke Rekening Kas
38

Umum Negara (RKUN), kecuali ditentukan lain dalam perjanjian hibah atau dokumen
yang dipersamakan;
g. Tata cara penyetoran dan pencatatan penyetoran saldo rekening hibah ke RKUN diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan;
h. Jasa Giro/Bunga yang diperoleh dari rekening hibah disetor ke Kas Negara sebagai
PNBP, kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian Hibah atau dokumen yang
dipersamakan.
3. Penyesuaian Pagu Hibah dalam DIPA Petikan
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada satker melakukan penyesuaian pagu
belanja/pendapatan yang bersumber dari Hibah langsung dalam bentuk uang dalam
DIPA Petikan;
b. Penyesuaian Pagu belanja/pendapatan dilakukan melalui revisi DIPA Petikan yang
diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kakanwil DJPB untuk disahkan
sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran;
c. Penyesuaian Pagu Belanja dilakukan melalui revisi DIPA Petikan sebesar yang
direncanakan akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, paling
tinggi sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan;
d. Revisi pada huruf b dan c di atas menambah pagu DIPA Petikan tahun anggaran
berjalan;
e. Hibah langsung yang sudah diterima tetapi belum dilakukan penyesuaian pagu DIPA
Petikan diproses melalui tata cara revisi anggaran pada kesempatan pertama, satker
dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung tanpa menunggu
terbitnya revisi DIPA Petikan;
f. Apabila terdapat sisa pagu belanja yang bersumber dari hibah langsung dalam bentuk
uang untuk membiayai kegiatan pada DIPA Petikan satker tahun anggaran berjalan
yang akan digunakan pada tahun anggaran berikutnya, dapat menambah pagu belanja
DIPA Petikan tahun anggaran berikutnya;
g. Penambahan pagu DIPA Petikan setinggi-tinggi sebesar sisa uang yang bersumber dari
hibah pada akhir tahun berjalan; penambahan pagu DIPA Petikan dilakukan melalui
mekanisme revisi yang diajukan oleh PA/KPA kepada Kepala Kanwil Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Untuk Pendapatan I Iibah langsung yang bersifat tahun jamak (multiyears) pelaksanaan
revisi penambahan pagu DIPA Petikan sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas
dapat digabung dengan revisi penambahan pagu DIPA Petikan dari rencana
penerimaan hibah langsung tahun berikutnya.
4. Pengesahan I libah Langsung Dalam Bentuk Uang.
a. Kuasa Pengguna Anggaran pada satker secara berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq
Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran mengajukan Surat Perintah Pengesahan
Hibah Langsung (SP2HL) atas seluruh pendapat Hibah Langsung Luar Negeri bentuk
39

uang sebesar yang telah diterima, dan belanja yang bersumber dari Hibah Langsung
Luar Negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada
KPPN Khusus VI paling tinggi sebesar alokasi dana yang tercantum pada DIPA
Petikan;
b. Dalam hal Hibah berasal dari Dalam Negeri, KPA mengajukan SP2HL atas seluruh
pendapatan Hibah Langsung Dalam Negeri bentuk Uang sebesar yang telah diterima
dan belanja yang bersumber dari Hibah Langsung Dalam Negeri sebesar yang telah
dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada KPPN mitra kerjanya paling tinggi
sebesar alokasi dana yang tercantum pada DIPA Petikan;
c. Pengajuan SP2HL menggunakan aplikasi SPM sesuai dengan format sebagaimana
tercantum pada lampiran 14 dan dilampiri dengan :
1) Fotocopi Rekening Hibah;
2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL);
3) Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM);
4) Fotocopi Surat Persetujuan Pembukaan Rekening untuk pengajuan Surat Perintah
Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL) pertama kali.
5. Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung Dalam Bentuk Uang.
a. Sisa uang yang bersumber dari hibah Iangsung bentuk uang dapat dikembalikan kepada
Pemberi Hibah sesuai dengan Perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan;
b. Atas pengembalian Hibah yang berasal dari Luar Negeri, KPA pada Satker secara
berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran
mengajukan SP4HL kepada KPPN Khusus Jakarta VI, dengan melampirkan :
1) Fotocopi rekening koran terakhir atas rekening hibah;
2) Fotocopi bukti pengiriman/transfer kepada Pemberi Hibah;
3) Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM);
c. Atas pengembalian Hibah yang berasal dari Dalam Negeri, KPA pada Satker
mengajukan SP4HL dengan menggunakan aplikasi SPM sesuai dengan format
sebagaimana tercantum pada lampiran 15 kepada KPPN mitra kerjanya dan dilampiri
sebagaimana huruf b.

B. Tata Cara Pengesahan dan Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/
Surat Berharga
L Penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Penatausahaan Dokumen
Pendukung Lainnya.
a. BAST minimal memuat :
1) Tanggal Serah Terima;
2)

Pihak Pemberi dan Penerima Hibah;

3)

Tujuan Penyerahan Hibah;

40

Nilai Nominal, apabila dalam mata uang asing harus dikonversi ke mata uang

4)

rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal BAST;


5)

Bentuk Hibah; dan

6)

Rincian Harga per Barang dengan spesifikasi.

b. Apabila dalam BAST atau dokumen pendukung hibah Iainnya tidak terdapat nilai
Barang/Jasa/Surat Berharga, Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) penerima hibah melakukan estimasi nilai wajar atas
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diterima, dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan;
c. Dokumen pendukung lain terkait penerimaan hibah harus ditatausahakan oleh
penerima hibah.
2. Pengajuan Permohonan Nomor Register
a. Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara
berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
Negeri dan tembusan disampaikan kepada Biro Keuangan dan Pelaksanaan
Anggaran mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung bentuk
barang/jasa/surat berharga kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq.
Direktur Evaluasi Akuntansi dan Setelmen dilampiri dengan :
1) Perjanjian Hibah (Grand Agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan;
2) Ringkasan Hibah (Grand Summary).
b. Surat Permohonan nomor register dan ringkasan hibah disusun sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam lampiran 16 dan 17;
c. Dalam hal tidak terdapat dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1.a dan 1.b
di atas permohonan nomor register dilampiri dengan
1) Berita Acara Penyerahan Hibah; dan
2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL).
d. Pencatatan barang yang ada di kantor yang belum dimasukkan dalam SIMAK
BMN, mekanismenya sebagai berikut :
1) Apabila barang sudah ada Nilai Nominal dan Berita Acara Surat Terima
(BAST), barang tersebut cukup dimasukkan dalam aplikasi SIMAK BMN dan
diungkap secara memadai dalam CaLK;
2)

Kepala Kantor Wilayah BPN/Kepala Kantor Pertanahan yang menerima hibah


dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga membuat dan menandatangani
BAST bersama dengan pemberi hibah.

3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga.


Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara berjenjang
melalui Sekretaris Utama Cq Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran mengajukan
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga (SP3HL-BJS) sebagaimana contoh lampiran 18 dalam rangkap 3 (tiga)
41

kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq. Direktur Evaluasi Akuntansi dan
Setelmen dengan dilampiri :
a. BAST; dan
b. Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL).
4.

Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga.


a. Kuasa Pengguna Anggaran mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung
Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL-BJS) sebagaimana contoh format
MPHL-BJS sebagaimana tercantum pada lampiran 19 atas seluruh pendapatan
hibah langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga untuk Pencatatan Persediaan
Barang dan Jasa dari 14ibah/Belanja Modal untuk Pencatatan Aset Tetap atau Aset
lainnya dari Hibah/Pengeluaran Pembiayaan untuk Pencatatan Surat Berharga dari
Hibah baik dari Luar Negeri maupun dari Dalam Negeri sebesar nilai
Barang/Jasa/Surat Berharga pada tahun anggaran berjalan kepada KPPN mitra
kerjanya, dengan dilampiri :
1) SPTMHL ;
2)

SP3HL-BJS lembar ke 2; dan

3)

Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).

b. MPHL-BJS dibuat menggunakan aplikasi SPM yang disediakan oleh Direktorat


Jenderal Perbendaharaan;
c. Atas dasar persetujuan MPHL-BJS yang diterima dari KPPN, KPA membukukan
belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah/belanja modal untuk
pencatatan Aset Tetap atau Aset Lainnya dari hibah;
d. Apabila Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
penerima hibah tidak dapat menghasilkan estimasi nilai wajar atas
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diterima, maka Pendapatan Hibah Langsung
tidak diajukan permohonan nomor register dan tidak dilakukan pengesahan baik di
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) maupun KPPN;
e. Atas Pendapatan Hibah Langsung diungkapkan secara memadai pada Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).

C. Pejabat Perbendaharaan
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari
hibah langsung adalah PPK Satker yang bersangkutan atau apabila perlu dapat ditunjuk
PPK tersendiri oleh KPA;
2. Pejabat penandatangan SP2HL dan SP4HL adalah Pejabat Penandatangan SPM, dalam
hal SK telah ditetapkan maka KPA melakukan revisi dengan menambahkan
kewenangan sebagai penandatangan SP2HL dan SP4HL serta revisi SK disampaikan
kepada Kepala KPPN;
3. Pejabat Penandatangan MPHL-BJS adalah KPA.
42

D. Penyampaian SP2HL
1. Kuasa Pengguna Anggaran membuat dan menyampaikan SP2HL ke KPPN atas
pendapatan hibah langsung dalam bentuk uang dan/atau belanja yang bersumber dari
hibah langsung dengan dilampiri
a. Fotocopy rekening koran terakhir atas rekening hibah;
b. SPTMHL;
c. SPTJM;
d. Fotocopy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama
kali.
2. Penyampaian SP2HL ke KPPN dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun anggaran.

E. Penyampaian SP4HL
1. Kuasa Pengguna Anggaran membuat dan menyampaikan SP4HL ke KPPN atas
pengembalian pendapatan hibah langsung dalam bentuk uang dengan dilampiri :
a. Fotocopy rekening koran terakhir atas rekening hibah;
b. Fotocopy bukti pengiriman/ transfer kepada pemberi hibah;
c. SPTJM.
2. Penyampaian SP4HL ke KPPN dilakukan segera setelah semua kegiatan dalam
perjanjian hibah selesai dilaksanakan dan pengembalian hibah telah dilakukan.

F. Penyampaian MPHL-BJS
1.

Penyampaian MPHL-BJS ke KPPN dilakukan pada tahun anggaran berjalan setelah


dilakukan pengesahan penerimaan hibah langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga
ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun anggaran;

2.

Atas pendapatan hibah langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dan belanja barang
untuk Pencatatan Persediaan dan Jasa dari hibah/Belanja Modal untuk pencatatan Aset
Tetap atau Aset Lainnya dari hibah/Pengeluaran Pembiayaan untuk Pencatatan Surat
Berharga dari hibah, KPA membuat dan menyampaikan MPHL-BJS ke KPPN dengan
dilampiri :
a. SPTMHL bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga;
b. Surat Perintah Pengesahan Penerimaan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga (SP3HL-BJS) yang sudah disetujui Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
(DJPU) lembar kedua;
c. SPUM.

43

G. Petugas Pengantar SP2HL, SP4HL, dan MPHL-BJS


Petugas pengantar SP2HL, SP4HL, dan MPHL-BJS adalah petugas pengantar SPM, dalam
hal SK telah ditetapkan, KPA melakukan revisi dengan menambahkan tugas pengantar
SP2HL, SP4HL, dan MPHL-BJS serta revisi SK disampaikan kepada Kepala KPPN.

H. Pengambilan SPHL, SP3HL, dan Persetujuan MPHL-BJS


1. Petugas Pengambil SPHL, SP3HL dan Persetujuan MPHL-BJS adalah petugas
pengambil SP2D;
2. Dalam hal petugas pengambil SP2D telah ditetapkan, KPA melakukan revisi SK
dengan menambahkan tugas untuk mengambil SPHL, SP3HL, dan Persetujuan MPHLBJS serta menyampaikan revisi SK kepada Kepala KPPN.

I. Sanksi-sanksi
1. PA/KPA yang menerima hibah dalam bentuk Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga yang
tidak mengajukan register dan/atau pengesahan diberikan sanksi administrasi;
2.

Hibah yang diterima langsung oleh PA/KPA dan tidak dikelola sesuai Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 ini menjadi tanggung jawab Penerima
Hibah;

3.

Apabila terjadi ineligible (tidak memenuhi syarat) atas Pendapatan hibah yang tidak
diajukan register dan/atau pengesahan oleh PA/KPA, Negara tidak menanggung atas
jumlah ineligible Pendapatan Hibah yang bersangkutan.

Apabila terjadi ineligible atas Pendapatan hibah yang telah diajukan register dan
pengesahan oleh PA/KPA, Negara dapat menanggung atas jumlah ineligible melalui DIPA
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
Terhadap Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga yang
telah diterima sebelum ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011
serta telah disahkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), tidak diperlukan
pengesahan kembali berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011.

VI. PENATAUSAHAAN PNBP


A. Seluruh transaksi PNBP diterima dan dicatat oleh Bendahara Penerimaan dalam BKU dan
Buku Pembantu sesuai dengan jenis pelayanan;
B. Jenis PNBP di lingkungan BPN RI.
Sehubungan dengan pendapatan dan penerimaan-penerimaan Badan Pertanahan Nasional
RI yang bersifat umum dan bersifat fungsional, maka Bendahara Penerimaan agar
menyetorkan penerimaan-penerimaan tersebut ke Rekening Kas Umum Negara dengan
Kode Unit Organisasi 056.01 dan Kode Akun Pendapatan untuk :
1. Bersifat Umum :
a. 423121

dari Penjualan Tanah, Gedung dan Bangunan;


Pendapatan dan
44

Pendapatan dad Penjualan Peralatan dan Mesin;

b.

423122

c.

423129

d.

423141

Pendapatan Sewa Tanah, Gedung dan Bangunan;

e.

423142

Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin;

423149

- Pendapatan dari Pemanfaatan BMN lainnya;

g.

423221

h.

423291

i.

423752

- Pendapatan dad pemindahtanganan BMN lainnya;

Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro);


- Pendapatan Jasa Lainnya;
Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan
Pemerintah;

j.

423911

- Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat Tahun


Anggaran Yang Lalu;

k.

423912

- Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran


Yang Lalu;
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Tahun Anggaran

1. 423913

Yang Lalu;
m 423914

- Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Pinjaman Luar


Negeri Tahun Anggaran Yang Lalu;

n.

Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Hibah Tahun

423915

Anggaran Yang Lalu;


o.

Penerimaan Kembali Belanja Swadana Tahun Anggaran

423916

Yang Lalu
p.

423921

Pendapatan Pelunasan Pi utang Non Bendahara;

q.

423922

Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi Atas Kerugian yang


diderita oleh Negara (Masuk TP/TGR) Bendahara;

r.

423931

- Pendapatan dari Penutupan rekening;

s.

423999

- Pendapatan Anggaran Lain-lain.

2. Bersifat Fungsional :
a.

423214

Pendapatan Hak dan Perijinan;

b.

423219

Pendapatan Pelayanan Pertanahan terdiri dari :


1) Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan ;
2) Pelayanan Pemeriksaan Tanah;
3) Pelayanan Konsolidasi Tanah secara Swadaya;
4) Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan;
5) Pelayanan Pendaftaran Tanah;
6) Pelayanan Informasi Pertanahan;
7) Pelayanan Lisensi;
8) Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda
45

Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara


Belanda (P3MB);
9) Pelayanan Kerjasama dibidang Pertanahan yang
berasal dari kerjasama dengan pihak lain;
c. 423511

- Pendapatan Uang Pendidikan

C. Bendahara Penerimaan dan ATL Bendahara Penerimaan bertanggung jawab kepada KPA
balk dari segi penerimaan, penyetoran, penatausahaan, pembukuan dan pelaporan;
D. Legalitas SSBP PNBP agar ditandatangani oleh Atasan Langsung Bendahara Penerimaan;
E. Bukti Setor PNBP untuk kegiatan pelayanan (SSBP) lembar ke-4 agar diserahkan kepada
Bendahara Pengeluaran disertai dengan Daftar Nominatif Nama-nama Pemohon,
sebagaimana contoh format pada lampiran 20;
F.

SSBP menggunakan bentuldformat standar;

G. Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) wajib disetor langsung secepatnya ke Kas
Negara;
H. Bentuk dan jenis kwitansi penerimaan, Surat Perintah Setor (SPS) dan Daftar Nominatif
tetap berlaku sebagaimana SE. KBPN No. 350-669-Settama tanggal 25 Maret 2004;
KPA dapat melimpahkan kewenangan penandatanganan Surat Perintah Setor (SPS) kepada

I.

pejabat yang ditunjuk;


J.

Biaya administrasi bank/transfer/bea materai sehubungan dengan pelayanan Bank


dibebankan pada APBN yang bersumber dari DIPA petikan;

K. Kekurangan pembayaran PNBP sehubungan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor


51/PMK.02/2012 wajib ditagih dan dilaporkan dalam Laporan Keuangan;

VII. PELAKSANAAN PENGGUNAAN ANGGARAN YANG SUMBER DANANYA DARI


PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
Menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional dan
dalam rangka tertib administrasi penggunaan anggaran khususnya yang bersumber dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), maka perlu diatur penggunaannya sebagai berikut :
A. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) petikan, yang selanjutnya dirinci dalam
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang disusun berdasarkan RKA-KL masingmasing
Satuan Kerja bersangkutan, merupakan dokumen pelaksanaan anggaran berdasarkan
Undang-Undang APBN yang diantaranya menetapkan besaran alokasi/batas pagu belanja
PNBP yang dapat digunakan dan direalisasikan dalam tahun anggaran berjalan;
B. Selanjutnya pelaksanaan penggunaan dana PNBP didasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan Penggunaan sebagian Dana Penerimaan
Negara Bukan Pajak pada Badan Pertanahan Nasional, yang menetapkan Izin Penggunaan
untuk pelayanan pertanahan paling tinggi sebesar 85,54 % tidak termasuk penerimaan dari
pelayanan P3MB/Prk 5, karena penerimaan dari P3MB/Prk 5 tidak diatur ijin
46

penggunaannya. Sedangkan pelayanan pendidikan paling tinggi sebesar 90,11% dari


realisasi PNBP;
C. Dalam pelaksanaannya, penetapan target dan realisasi PNBP didasarkan atas :
1. Target PNBP ditetapkan dan dicantumkan pada Halaman III DIPA petikan masingmasing Satuan Kerja sesuai hasil penelaahan bersama dengan Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian Keuangan RI berdasarkan usulan dan data dari masing - masing
Satuan Kerja bersangkutan;
2. Realisasi PNBP dibuktikan dengan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang sudah
divalidasi dan dicantumkan dalam rekonsiliasi data PNBP bersama KPPN setempat.
D. Dalam pelaksanaan penggunaan dana PNBP, agar diperhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Anggaran Belanja PNBP dalam DIPA petikan digunakan untuk membiayai Operasional
Pelayanan dan Dukungan Pelayanan yang meliputi 3 (tiga) program yaitu :
a.

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional;

b.

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya; dan

c.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana.

2. Besaran pagu dana PNBP yang dapat digunakan dan direalisasikan dengan mengacu
kepada :
a.

Batas ijin persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP sebagaimana ditetapkan


dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010;

b.

Besaran pagu masing-masing Program yang ditetapkan dalam DIPA Petikan


bersangkutan;

c.

Besaran jumlah realisasi penerimaan PNBP tahun berjalan yang dibuktikan dengan
dokumen SSBP.

3. Penggunaan dana Program Pengelolaan Pertanahan Nasional (point D.1.a) untuk


membiayai pelaksanaan operasional pelayanan pertanahan dan penegakan hukum.
Pelaksanaan operasional pelayanan pertanahan wajib diutamakan mengingat hal
tersebut berkaitan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat.
a. Penggunaan dana Program Pengelolaan Pertanahan (Penegakan Hukum/
Peningkatan Pelayanan Pertanahan) diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan
kegiatan dalam rangka
1) Peningkatan Pelayanan di Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan;
2)

Peningkatan Pelayanan di Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah;

3)

Peningkatan Pelayanan di Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan;

4)

Peningkatan Pelayanan di Bidang Pengendalian dan Pemberdayaan


Masyarakat;

5)

Peningkatan Pelayanan di Bidang Pengkaj ian dan Penanganan Kasus


Pertanahan.

b. Penggunaan Dana Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas


Teknis Lainnya (PDM) diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan :
47

1)

Tata kelola pertanahan;

2)

Peningkatan SDM;
Untuk kegiatan peningkatan SDM dengan sumber dana dari PNBP Satker
sebelum pelaksanaan agar berkoordinasi dengan PUSDIKLAT BPN RI.

3)

Sosialisasi peraturan dan kebijakan;

4)

Penguatan data dan informasi;

5)

Lain-lain kegiatan dukungan manajemen dan tugas teknis.

c. Penggunaan dana Program Peningkatan Sarana dan Prasarana (PS?)


diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan
I) Pembangunan Gedung Kantor;
2)

Rehabilitasi Gedung (termasuk Instalasi);

3)

Pengadaan Kendaraan Operasional;

4)

Pengadaan Peralatan dan;

5)

Kegiatan Investasi lainnya.

4. Mengingat kondisi masing-masing Satuan Kerja berbeda satu dengan lainnya, kecuali
peruntukan penggunaan dana

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional

(Operasional Pelayanan) yang besaran porsi penggunaannya per masing-masing jenis


kegiatan pelayanan telah ditetapkan secara pasti khususnya point D.3 diatas, maka
prioritas dan besaran penggunaan dana untuk kegiatan Program Pengelolaan
Pertanahan Nasional (Penegakan Hukum/ Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana ditentukan oleh Kepala Satuan Kerja selaku
Kuasa Pengguna Anggaran dengan memperhatikan kebutuhan riil dan mendesak
dalam mendukung pelaksanaan Program Nasional di bidang pertanahan.
5. Dalam rangka pelayanan pertanahan untuk pengadministrasian, pembukuan, pengolah
data dan pemeriksa harus ditetapkan dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna
Anggaran/Penanggung Jawab Kegiatan (khususnya Satker Kantor Pusat BPN RI) setiap
tahun anggaran.
6. Operasional pelayanan dibedakan sesuai dengan tipe pekerjaan/sifat pelayanan :
a. Untuk kegiatan pelayanan yang operasionalnya merupakan

pelayanan

administrasi kantor, besaran anggaran operasional pelayanan pertanahan adalah


sebesar Rp. 42.000,- untuk setiap Permohonan. Pola belanja mengacu pada harga
satuan yang telah tertuang dalam POK.
Contoh :
Kegiatan pelayanan yang operasionalnya merupakan pelayanan administrasi kantor
yang tarifnya bervariasi biaya operasionalnya Rp. 42.000,Contoh : Pelayanan Pendaftaran Hak Tanggungan sebanyak 5 (lima) permohonan
terdiri dari :

48

NO.

TAR1F

MAKSIMUM

BELANJA

SISA M.P DARI

(Rp)

PENCAIRAN

OPERASIONAL

PENERIMAAN

50.000

42.770

42.000

770

50.000

42.770

42.000

770

200.000

171.080

42.000

129.080

200.000

171.080

42.000

129.080

2.500.000

2.138.500

42.000

2.096.500

JML

3.000.000

2.566.200

210.000

2.356.200

Sisa Maksimum Pencairan dari penerimaan yakni sebesar Rp. 2.356.200,{(Rp.3.000.000 x 85,54 %) (Rp.42.000 X 5 permohonan)} digunakan untuk
membiayai Program Pengelolaan Pertanahan (Penegakan Hukum/
Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana;
b. Untuk kegiatan pelayanan yang operasionalnya merupakan pelayanan pekerjaan
lapangan biaya operasioal pelayanan sebagaimana rincian dalam
POK/RKAKL Satker, Sisa Maksimum Pencairan dari penerimaan masing-masing
pelayanan digabungkan, untuk membiayai Program Pengelolaan Pertanahan
(Penegakan Hukum/Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana.
7. Rincian biaya Operasional Pelayanan Pertanahan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan
1) Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah, dan
Pemetaan.
Penggunaan dana Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan
a) Besarnya biaya operasional maksimal 80 % dart MP;
b) Tahapan pekerjaan yang di lak ukan menggunakan biaya dengan
perhitungan proporsional dari satuan Harga dalam RKAKL/POK
(perhitungan biaya berbanding linter);
c) Untuk pengadaan ATK dibelanjakan berdasarkan kebutuhan
penggunaannya.
d) Penggunaan Biaya Operasional dengan rincian sebagai berikut :
-

Contoh : Pelayanan Survei nilai Bidang Tanah Pemukiman atau


Pertanian
49

Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.450.000 maka biaya operasional


Rp. 306.000,- (Sebagaimana Contoh I)
Contoh : Pelayanan Survei nilai Bidang tanah usaha (perbidang)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.600.000 maka biaya operasional
Rp. 409.000,- (Sebagaimana Contoh 2)
Contoh : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi
kawasan skala 1 : 10.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.1.250.000 maka biaya operasional
Rp. 855.000,- (Sebagaimana Contoh 3)
Contoh : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi
kawasan skala 1 : 25.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.250.000 maka biaya operasional
Rp. 170.000,- (Sebagaimana Contoh 4)
Contoh : Pelayanan Tematik Bidang Tanah skala 1 : 2.500 dan
Pemecahan Sertifikat Skala : 1.000 Permohonan 25 Bidang
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.1.875.000 maka biaya operasional
Rp. 1.283.100,- (Sebagaimana Contoh 5)
Contoh : Pelayanan Tematik Kawasan skala 1 : 25.000 permohonan
40 Ha dan skala 1 : 10.000 Permohonan 20 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.800.000 maka biaya operasional
Rp. 547.456,- (Sebagaimana Contoh 6)
2) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Dalam Rangka Penetapan
Batas
Penggunaan biaya operasional pelayanan adalah maksimum sebesar 80 "/0
(delapan puluh persen) dari ijin persetujuan penggunaan PNBP sesuai dengan
realisasi penerimaan atau maksimum : 80 % x 85,54 % x SSBP.
a) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah.
i. Untuk luas tanah sampai dengan 10 (sepuluh) hektar Penggunaan
Biaya Operasional dengan rincian sebagai berikut :
- Tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap
- Besaran Biaya Pengukuran dihitung setelah biaya tetap
Contoh : Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Non
Pertanian (HSBKu Rp.80.000,-) untuk luas 100m2 ; Tarif sesuai PP 13
sebesar Rp.116.000.
Biaya operasional = 80 % x 85,54 % x Rp.116.000,- = Rp. 79.381,-

50

9;

t..-

44-

RAIAN

AY

,,
1
2
3

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas


Entry Data Permohonan Pengukuran
Persiapan Pengukuran

4
5
6
7
8

Pengukuran Lapangan
Pengolahan Data
Pembuatan Peta Bidang Tanah/SU
Pemetaan Indeks Grafis
Kendali Mutu Pengukuran &
Pemetaan
Validasi Peta Bidang Tanah/SU
Penyimpanan Warkah
Penyerahan Peta Bidang Tanah/SU

9
10
11

IAYA
SESUAT
LUASAN 4

KETERANGAN

4.000
375
2.045 (opr - b. tetap) x 10%
+ 20.000
9.133
9.425
1.375
3.300

18.403 (opr - b. tetap ) x 90%

3.750
7.075
500

8,2 33i

i408.1

ii. Untuk luas tanah lebih dari 10 (sepuluh) hektar


Penggunaan biaya operasional pengukuran pemetaan bidang tanah > 10
Hektar dan Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah Pengembalian
Batas dihitung berdasarkan rincian pagu anggaran yang terdapat
pada RKAKL/POK Tahun Anggaran 2014 dan persentase terhadap
pagu penggunaan Tahun Anggaran 2014.
Contoh DIPA RKAKL di Provinsi Kalimantan Barat :
Target penerimaan pengukuran

= Rp.3 87.500.000

Pagu penggunaan (85.54% x target penerimaan)

= Rp.331.467.500

Biaya operasional (80% x pagu penggunaan)

= Rp.265.174.000

51

vp 0
1'

-r

011
521213

521211
012
521213

013
521219

014
521219

015
521213

521211
016
521213
521211

.....

Phi
.

PEMERIKSAAN KELENGKAPAN BERKAS


Honor Output Kegiatan
Pengecekan Administrasi
25 Bidang
100,000
Berkas
Belanja Bahan
ATK

25 Paket

50,000
ENTRY DATA PERMOHONAN PENGUKURAN
Honor Output Kegiatan
Pembukuan Data
25 Bidang
50,000
Pemiohonan Pengukuran
PERSIAPAN PENGUKURAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Persiapan
25 Bidang
Pengukuran Lapangan
PENGUKURAN LAPANGAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Pengukuran
25 Bidang
Lapangan
PENGOLAHAN DATA
Honor Output Kegiatan
Pengolahan Data Hasil
Pengukuran
Belanja Bahan
ATK

521213
018
521213

019
521213
020
521213
521211

021
521213

3,750,000
2,500,000

0.94%

1,250,000
1,250,000

0.47%

1,250,000

0.47%

8,031,960

321,278

8,031,960

3.03%

179,934,300

7,197,372

179,934,300

67.86%

25,079,900
25 Bidang

25 Paket
PEMBUATAN PETA BIDANG TANAH/SU
Honor Output Kegiatan
Pembuatan PBT/SU
25 Bidang
Belanja Bahan
ATK&Penunjang Komputer

017

25 Paket
PEMETAAN INDEKS GRAFIS
Honor Output Kegiatan
Pemetaan Indeks Gratis
25 Bidang

803,196

20,079,900

7.57%

200,000

5,000,000
26,555,930

1.89%

562,237

14,055,930

5.30%

500,000

12,500,000

4.71%

4,015,980

160,639
KENDALI MUTU PENGUKURAN & PEMETAAN
Honor Output Kegiatan
Kendall Mutu
25 Bidang
240,959
Pengukuran&Pemetaan
VALIDASI PETA BIDANG TANAH/SURAT UKUR
Honor Output Kegiatan
Validasi PBT/SU
25 Bidang
248,991
PENYIMPANAN WARKAH
Honor Output Kegiatan
Penyimpanan Warkah
25 Bidang
Belanja Bahan

4,015,980

1.51%

6,023,970
6,023,970

2.27%

6,224,769
6,224,769

2.35%

3,102,397
24,096

602,397

0.23%

ATK&Penunjang Komputer 25 Paket


100,000
PENYERAHAN PETA BIDANG TANAH/SURAT
UKUR

2,500,000

0.94%

1,204a94

Honor Output Kegiatan


Pengadministrasi PBT/SU
- JUIVILAH

25 Bidang

48,192

1,204,794

0.45%

265.174.000

100%
52

Catatan :
1. Besaran persentase terhadap biaya operasional tersebut menjadi bobot untuk
menentukan penggunaan biaya;
2. Setiap ada 1 permohonan dibuatkan Petunjuk Intern (PI) sesuai dengan contoh.
Contoh : Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Pertanian di
Provinsi Kalimantan Barat (HSBKu Rp.40.000,-).
Untuk 1 permohonan pengukuran dengan luas total permohonan = 15
Hektar, yang terdiri dari 2 bidang yaitu :
a) Luas bidang tanah 11 Hektar,
Rp.15.100.000,-

Tarif = ((Lxl 0.000/4.000) x 40.000) + 14.000.000


b) Luas Bidang tanah 4 Hektar,
Tarif = ((Lx10.000/500) x 40.000) + 100.000

Rp. 3.300.000,-

Tarif = 15.100.000 + 3.300.000

Rp.18.400.000,-

Perhitungan biaya operasional untuk Pengukuran dan Pemetaan Bidang


Tanah menjadi =
PT. A

Pemohon
Luas Bidang Tanah

HSBK

= Rp.

15 Ha
40.000,-

Tarif Pengukuran dan Pemetaan (sesuai PP 13/2010) = Rp. 18.400.000,Ijin Penggunaan : 85.54%

= Rp. 15.739.360,-

Biaya Operasional

= Rp. 12.591.488,-

53

OIVIPONEW
AIL1N

TA

s-tr '
'RA PAN PEKERJAAN

1TUNGAN

BIAYA

BOBOT

OPERI&SIONAL

1 Bidang

0.94%

12.591.488

118,710

1 Paket

0.47%

12.591.488

59,355

0.47%

12.591.488

59,355

3.03%

12.591.488

381,389

1 Bidang

67.86%

12.591.488

8,543,977

1 Bidang

7.57%

12.591.488

953,471

1 Paket

1.89%

12.591.488

237,419

5.30%

12.591.488

667,430

4.71%

12.591.488

593,548

1.51%

12.591.488

190,694

12.591.488

286.041

VOLUME

6=4x5

PEMER1KSAAN KELENGKAPAN BERKAS

011
521213

521211

Honor Output Kegiatan


Pengecekan Administrasi
Berkas
Belanja Bahan
ATK

012

ENTRY DATA PERMOHONAN PENGUKURAN


5212 13

013
521219

014
521219

Honor Output Kegiatan


Pembukuan Data Permohonan
Pengukuran

I Bidang

PERSIAPAN PENGUKURAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Persiapan Pengukuran
1 Bidang
Lapangan
PENGUKURAN LAPANGAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Pengukuran Lapangan
PENCOLAHAN DATA

015
521213

Honor Output Kegiatan


Pengolahan Data Hasil
Pengukuran

521211

Belanja Bahan
ATK

016
521213
521211

PEMBUATAN PETA BIDANG TANAH / SU


Honor Output Kegiatan
I Bidang
Pembuatan PBT/SU
Belanja Bahan
ATK&Penunjang Komputer

I Paket

PEMETAAN 1NDEKS CRAFTS

017
521213

Honor Output Kegiatan


Pernetaan Indeks Gratis

018

1 Bidang

KENDAL' MUTU PENGUKURAN & PEMETAAN


521213

019

Honor Output Kegiatan


Kendall Mutu
Pengukuran&Pernetaan

I Bidang

2.27%

VALIDASI PETA BIDANG TANAH / SURAT UKUR


521213

Honor Output Kegiatan


1 Bidang

2.35%

12.591.488

295,576

1 Bidang

0.23%

12.591.488

28,604

I Paket
0.94%
ATK&Penunjang Komputer
PENYERAHAN PETA BIDANG TANAH/SURAT
UKUR

12.591.488

118,710

12.591.488

57,208

Validasi PBT/SU
PENYIMPANAN WARKAH

020
52 I 213

Honor Output Kegiatan


Penyimpanan Warkah

521211

021
521213

Belanja Bahan

Honor Output Kegiatan


Pengadministrasi PBT/SU

1 Bidang

JUMLAH

0.45%

12.591.488

1 Permohonan diastunsikan = 1 Bidang


Kolom 4 (%) merupakan bobot

54

b) Pelayanan Pengembalian Batas


i. Untuk luas tanah sampai dengan 10 (sepuluh) hektar
Penggunaan Biaya Operasional dengan rincian sebagai berikut :
- Untuk tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap
Besaran Biaya Pengukuran dihitung setelah biaya tetap
Contoh :
Pelayanan Pengembalian Batas Bidang Tanah Non Pertanian
(HSBKu Rp.80.000,-) untuk luas 100m2 Tarif sesuai PP 13 sebesar
Rp.174.000 Biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp.174.000 =
Rp. 119.071,- dengan rincian sebagai berikut:

NO.

TAHAPAN / URAIAN
ICEGIATAN

1
2
3

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas


Entry Data Permohonan Pengukuran
Persiapan Pengukuran

4
5
6
7

Pengukuran Lapangan
Staking Out
Pengolahan Data
Pembuatan Peta Bidang Tanah/SU

8
9

Pemetaan Indeks Gratis


&
Mutu
Pengukuran
Kendall
Pemetaan
Validasi Peta Bidang Tanah/SU
Penyimpanan Warkah
Penyerahan Peta Bidang Tanah/ SU
JUMLAH

10
11
12

BIAYA
TETAP
(Rp)
4.000
375

BIAYA
SESUAI
LUASAN

KETERANGAN

2.007 (opr - b. tetap) x 5%


+ 20.000
+ 20.000
9.133
9.425

16.055 (opr - b. tetap) x 40%


22.076 (opr - b. tetap ) x 55%

1.375
3.300
3.750
7.075
500
78.933

40.138

ii. Untuk luas tanah lebih dari 10 (sepuluh) hektar


Penggunaan biaya operasional Pelayanan Pengukuran
Pengembalian Batas > 10 Hektar dihitung berdasarkan rincian pagu
anggaran yang terdapat pada RKAKL/POK Tahun Anggaran 2014
dan persentase terhadap pagu penggunaan Tahun Anggaran 2014.
Sebagaimana contoh cara perhitungan pada pelayananan pengkuran dan
pemetaan bidang tanah lebih dari 10 Ha.

KETERANGAN :
Koordinator pengukuran dan juru ukur adalah petugas ukur yang bertanggungjawab
atas pengukuran dan pemetaan bidang tanah tersebut dan ditetapkan dalam Surat
Tugas Pengukuran dan Pemetaan yang ditandatangani oleh Direktur Penetapan
Batas Bidang Tanah dan Ruang/ Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan
Pemetaan/Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan.
55

b. Pemeriksaan Tanah
1) Biaya operasional maksimum sebesar 80"/0 (delapan puluh persen) dart ijin
persetujuan penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan : 80% x
85,54 % x SSBP;
2) Dengan rincian sebagai berikut :
a)

Untuk tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap;

b)

Besaran Biaya lapangan dihitung setelah biaya tetap dengan tetap mengacu
pada rincian biaya yang telah tercantum dalam POK.

3) Penggunaan Operasional Pelayanan Pemeriksaan Tanah


a) Pemeriksaan Tanah A/Tim Peneliti Tanah
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah Non Pertanian untuk luas 100m2
(TISBKpa Rp.20.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.354.000
maka biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp.354.000 = Rp.242.249,-

NO.
I

TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN

KETERANGAN

8.000
54.249

(Biaya Operasional
Biaya Tetap)

SIDANG PANITIA PEMERIKSAAN TANAH


Bahan
Sidang Panitia Pemeriksaan
Tanah

III

BIAYA
SESUAI
LUASAN

PEMERIKSAAN LAPANG
Bahan
Pemeriksaan Lapang

II

BIAYA
TETAP
(Rp)

9.000
90.000

5 Orang

PEMBUATAN SK
Bahan
Pembuatan Surat Keputusan
- Kendali Mutu Keabsahan
- Kendall Mutu Koreksi
- Kendall Mutu Konsep
- Pengolah

JUMLAH

9.000
4 Orang
25.000
20.000
15.000
12.000

188.000

54.249

b) Pemeriksaan Tanah B
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah untuk luas 50.000m2 (HSBKpb
Rp. 67.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 5.033.500,- maka biaya
operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 5.033.500,- = Rp. 3.444.524,-.

56

NO.
I

III

TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN
PEMERIKSAAN LAPANG
Bahan
Pemeriksaan Lapang

BIAYA
TETAP
(Rp)

BIAYA
SESUAI
LUASAN

KETERANGAN

80.000

1.744.524 (Biaya Operasional


Biaya Tetap)
SIDANG PANITIA PEMERIKSAAN TANAH
100.000
Bahan
10 Orang
1.000.000
Sidang Panitia Pemeriksaan
Tanah
PEMBUATAN SK
120.000
Bahan
4 Orang
Pembuatan Surat Keputusan
138.000
- Kendali Mutu Keabsahan
108.000
- Kendali Mutu Koreksi
82.000
- Kendali Mutu Konsep
72.000
- Pengolah

JUMLAH

1.700.000

1.744.524

c) Konstantasi
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah Pertanian untuk luas 100 m2
(HSBKpkRp.10.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.176.000,- maka
Biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 176.000,- = Rp. 120.440,-.

NO.
I

HI

TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN
PEMERIKSAAN LAPANG
Bahan
Pemeriksaan Lapang

BIAYA
TETAP
(Rp)

BIAYA
SESUAI
LUASAN

5.000
9.440 (Biaya Operasional
Biaya Tetap)

SIDANG PANITIA PEMERIKSAAN TANAH


6.000
Bahan
39.000
Sidang Panitia Pemeriksaan
Tanah
PEMBUATAN SK
Bahan
Pembuatan Surat Keputusan, Kendali Mutu Keabsahan
- Kendali Mutu Koreksi
- Kendali Mutu Konsep
- Pengolah

JUMLAH

KETERANGAN

3 Orang

9.000
4 Orang
20.000
13.000
10.000
9.000

111.000

9.440

57

c. Konsolidasi Tanah Secara Swadaya


1) Biaya operasional maksimum sebesar 80% (delapan puluh persen) dari ijin
persetujuan penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan atau 80%
x 85,54 % x SSBP;
2)

Perhitungan menggunakan presentase pada tiga tahapan utama yaitu Penataan,


Pengukuran, dan Pendaftaran flak.
Dengan rincian sebagai berikut, dengan tetap mengacu pada rincian biaya yang
telah tercantum dalam POK

TAHAPAN

PENATAAN

PENGUKURAN
PENDAFTARAN
HAK
3)

PROPORSI DANA OPERASIONAL


KETERANGAN
DENGAN BIDANG
PERMOHONAN
KODE TAHAPAN
> 100
50 99
2 49
(Bid)
(Bid)
(Bid)
38.41 % 011, 012, 013, 014,
39.98 %
43.60 %
016, 017, 020, 021,
022, 023, 027
52.74 % 015, 018, 019, 024
51.33 %
46.94 %
8.85 % 025, 026
8.69 %
9.46 %

Untuk memudahkan perincian biaya operasional, maka perlu dibuatkan


Petunjuk Intern (PI) sesuai tabel di atas.

4)

Contoh : Pelayanan 50 Bidang untuk @ luas 750m2 Non Pertanian


Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.857.500/Bid
maka biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 42.875.000 = Rp. 29.340.000,-

Akun

011
521211

012
521211

KEGIATAN
(Hitungan standar 50 bidang)

013
521211

Belanja Bahan
- Konsumsi rapat pengendalian dan koordinasi
(10 org x 3 kali rapat )
- Penggandaan (20 x 50 lembar)

30

OK

500

Lembar

Jumlah Biaya

1.430.000

44.400

1.330.000

200

100.000
375.000

Belanja Bahan
1

Paket

75.000

75.000

150.000

300.000

Belanja barang non operasional lainnya


OK
2
- Biaya pengolahan data lokasi konsolidasi tanah
(2 org x 1 kali )
PENGORGANISASIAN DAN BIMBINGAN MASYARAKAT (PENYULUHAN)

1.950.000

Belanja Bahan
2

Paket

75.000

150.000

12

OK

150.000

1.800.000

Belanja barang non operasional lainnya


- Biaya Penyuluhan (4 org x 3 kali)

014

Biaya
Satuan Ukur

PEMIL1HAN LOKASI

- Bahan
521219

Satuan Ukur

PERSIAPAN PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH SWADAYA

- Bahan
521219

Volume

PENJAJAGAN KESEPAKATAN

1.275.000

58

521211

Belanja Bahan
- Bahan

521219

Belanja barang non operasional lainnya

521211

- Biaya pengukuran dan pemetaan keliling


(asumsi bidang terluar=30 bidang)
Belanja Bahan
- Bahan

521211

Belanja Bahan

521219

- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya

(2 org x

- Biaya Pengolahan Data (2org x 1 kali)

150.000

Paket

75.000

75.000

225.000
1

Paket

50

bidang

75.000

75.000

3.000

150.000

6.000.000

Paket

50

bidang

1.000.000

1.000.000

100.000

5.000.000

285.000

Paket

75.000

75.000

OK

105.000

210.000

470.000

OK

25.000

50.000

OK

210.000

420.000

2.055.000

Belanja Bahan
3

OK

55.000

165.000

OK

315.000

1.890.000

Belanja barang non operasional lainnya

MUSYAWARAH RENCANA PENATAAN KAVLING BARU

1.875.000

Belanja Bahan
- Bahan

Paket

75.000

75.000

12

OK

150.000

1.800.000

Belanja barang non operasional lainnya


- Biaya Musyawarah rencana penataan kavling
barn ( 4 org x 3 kali )

521211

150.000

PENYUSUNAN DESAIN KONSOLIDASI TANAH

- Biaya Penyusunan Desain (2 orang x 3 kali)

023

Paket

Belanja barang non operasional lainnya

- Pencetakan peta (1 orang x 3 kali)

521219

Belanja Bahan

-Biaya Penyusunan Rencana Blok Plan


(Pradesain Konsolidasi Tanah) ( 2 org )

521211

800.000

PENYUSUNAN RENCANA BLOK PLAN (PRADESAIN KONSOLIDASI TANAH)


- Pencetakan peta (2 orang)

022

26.700

PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI DAN PEMETAAN PENGGUNAAN


TANAH

521211

521219

Bidang

- Biaya pengukuran dan pemetaan rincikan

521211

30

PENGUKURAN DAN PEMETAAN RINCIKAN

521219

021

950.000

Belanja barang non operasional lainnya

- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya

521219

1.200.000

Belanja Bahan

Belanja Bahan

020
521211

150.000

IDENTIFIKASI SUBYEK DAN OBYEK

521211

019

OK

Belanja Bahan

- Biaya Identifikasi Subyek dan Obyek


25bid x 1 kali)

018

75.000

- Bahan

521219

75.000

PENETAPAN LOKASI
- Bahan

017

75.000

PENGUKURAN DAN PEMETAAN KELILING

015
521219

521211

Paket

Belanja barang non operasional lainnya


- Biaya Penjajagan kesepakatan
(4 org x 2 kali )

016

PELEPASAN HAK ATAS TANAH DAN PENEGASAN TANAH SEBAGAI OBYEK


KONSOLIDASI TANAH

75.000

Belanja Bahan

59

- Bahan
024

Belanja Bahan

521219

- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya

1.500.000

1.500.000

bidang
50
- Biaya pemindahan desain konsolidasi tanah ke
lapang (stacking out)
PENERBITAN SK HAK / PENGESAHAN DATA FISIK DAN YURIDIS

126.500

6.325.000

Belanja Bahan

521219

- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya

521219

027

7.825.000

Paket

521211

026
521211

75.000

75.000

PEMINDAHAN DESAIN KONSOLIDASI TANAH KE LAPANG (STACKING OUT)

521211

025

Paket

50
- Biaya penerbitan SK Hak / Pengesahan Data
Fisik dan Yuridis
PEMBUKUAN HAK DAN PENERBITAN SERTIPIKAT

1.075.000

Paket

75.000

75.000

bidang

20.000

1.000.000
1.475.000

Belanja Bahan
- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya

Paket

75.000

75.000

- Biaya Pembukuan Hak dan Penerbitan Sertipikat


PENYUSUNAN LAPORAN

50

bidang

28.000

1.400.000
1.924.900

Penyusunan
521211

Paket

1.470.000

1.470.000

Belanja Bahan

Paket

454.900

454.900

TOTAL BIAYA KELUARAN

50

bidang

Belanja Bahan
Pelaporan

521211

29.340.000

Penjelasan contoh penggunaan dana operasional (non pertanian):


1. Tahap persiapan, belanja bahan adalah biaya tetap yang terdiri dari rapat tim
koordinasi dan pengendali di awal, pertengahan, dan akhir kegiatan.
2. Pemilihan lokasi, biaya pengolahan data berbanding lurus dengan jumlah bidang.
3. Pengorganisasian dan bimbingan masyarakat, untuk jumlah bidang yang kurang
dari standar hitungan template 50 bidang, jumlah personil penyuluh dan frekuensi
penyuluhan menyesuaikan dengan jumlah bidang dan juga sebaliknya dengan
jumlah bidang yang lebih dari standar hitungan template 50 bidang.
4. Penjajagan kesepakatan, menyesuaikan dengan angka 3.
5. Pengukuran dan pemetaan keliling, biaya pengukuran dan pemetaan keliling
mengacu pada standar pada biaya ukur yang berlaku.
6. Identifikasi subyek dan obyek, kegiatan inventarisasi pemegang hak, status hak
bidang tanah beserta alas haknya. Satuan biaya diperoleh dari standar biaya
masukan (SBM) yaitu petugas survey sebesar Rp. 3.000,- Rp. 8.000,- per bidang.
7. Pengukuran dan pemetaan rincikan, merupakan pengukuran dan pemetaan bidang
yang satuan biayanya sudah ditentukan mengacu pada satuan biaya ukur per
bidang.
8. Penyusunan pradesain (blok plan), terdiri dari :

60

a. biaya pencetakan peta merupakan biaya pembuatan layout

peta dan

pencetakannya maksimal Rp. 35.000 per jam.


b. biaya penyusunan pradesain (blokplan), menyesuaikan dengan nomor 8.a.
9. Penyusunan desain, menyesuaikan dengan nomor 8 dibuat per lokasi max 3 kali.
10. Musyawarah rencana penataan kaveling baru, menyesuaikan dengan nomor 3 dan
4 maksimal 3 kali.
11. Pelepasan hak atas tanah dan penegasan tanah sebagai obyek konsolidasi tanah,
belanja bahan disesuaikan dengan jumlah bidang.
12. Pemindahan desain ke lapangan, merupakan kegiatan pengukuran pengembalian
batas sehingga biaya ukurnya sebesar 1,5 kali biaya ukur per bidang.
13. Penerbitan SK hak dan penerbitan sertipikat, kegiatan administrasi yang mengacu
standar biaya keluaran pendaftaran hak.
14. Apabila jumlah bidang di lokasi Konsolidasi fanah Swadaya kurang atau lebih
dari 50 bidang, maka volume kegiatan dapat disesuaikan dengan jumlah bidang,
tetapi biaya satuan tetap mengikuti standar pada template. Perubahan biaya satuan
dapat dilakukan dengan dilengkapi analisa biaya sesuai kebutuhan proporsional

d. Pertimbangan Teknis Pertanahan


1.

Biaya operasional < 80% (delapan puluh persen) dari ijin persetujuan
penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan;

2.

Dengan rincian sebagai berikut :


a) Untuk tahapan yang dilakukan dikantor menggunakan biaya tetap
b) Besaran Biaya lapangan menggunakan tabel kebutuhan maksimum petugas
lapangan herdasarkan Luasan Permohonan
Perhitungan Biaya operasional :
1) Pertimbangan teknis pertanahan Dalam Rangka Izin Lokasi Tabel
kebutuhan petugas lapangan, sebagai berikut :

Orang

Hari

Jumlah OH

1 250

> 250 500

> 500 - 1.000

16

> 1.000 - 2.500

36

> 2.500 - 5.000

12

96

> 5.000 - 7.500

15

120

> 7.500 - 10.000

16

10

160

> 10.000 - 15.000

20

10

200

> 15.000

20

10

200

Luas (Ha)

61

CONTOH
Permohonan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan dalam
rangka izin lokasi dengan luas 300 Ha, berada di interval luas >250500 Ha, maka jumlah OH petugas lapang maksimal adalah 8.
Berarti pada permohonan 300 Ha dilaksanakan oleh petugas lapang
sebanyak 2 Orang selama 4 Hari atau 4 Orang .selama 2 Hari,
dengan tetap mempertimbangkan batas waktu pelayanan
Pertimbangan Teknis Pertanahan sesuai SOP yaitu 14 hari kerja.
Sebagaimana Contoh 7.

NO
1

2
3
4
5

TAHAPAN/URAIAN
KEGIATAN
Persiapan
Pengumpulan Data
PTP
Peninjauan Lapang
Pengolahan Data dan
Analisa
Penyusunan Risalah
PTP
Pengarsipan dan
Pengintegrasian Data
JUMLAH

BIAYA
TETAP
(RP)
297.500

60.000

BIAYA
SESUAI
LUASAN

JUMLAH

1.000.000 8 OK x 125.000
(sesuai tabel)

595.000
1.525.000
70.000
2.547.500

1.000.000

2) Biaya operasional pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka


penetapan lokasi
Biaya operasional seluruh tahapan permohonan pertimbangan teknis
pertanahan dalam rangka penetapan lokasi sebesar 50 % dari biaya
kin Lokasi. Sebagaimana Contoh 8.
Catatan :
Sesuai Surat Edaran Nomor 1/SE-100/I/2013 tentang Pengenaan Tarif
atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :
a) Pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka pelaksanaan
penetapan lokasi masih diperlukan apabila proses pengadaan
tanahnya menggunakan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan
untuk Kepentingan Umum jo. Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

62

b) Apabila dalam pengadaan tanah telah menggunakan Undang


Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum Jis. Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan
Tanah, pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penetapan
lokasi akan diatur lebih lanjut.
3) Pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka kin Perubahan
Penggunaan Tanah
Tabel kebutuhan petugas lapangan, sebagai berikut :
Hari

Jumlah OH

Luas ( m2)

Orang

> 1 - 5.000

> 5.000 - < 10.000

Contoh :
Untuk permohonan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka izin
perubahan penggunaan tanah dengan luas 4.500 m2 berada di interval luas >1 5000 m2, ini berarti pada permohonan 4.500 m2 dapat dilaksanakan oleh petugas
lapang sebanyak 1 Orang selama I Hari, dengan tetap mempertimbangkan batas
waktu pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan sesuai SOP yaitu 14 hari
kerja. Sebagaimana Contoh 9.
Catatan :
a) Tahapan kegiatan dalam pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan meliputi
persiapan, peninjauan lapang, pengolahan dan analisa data, penyusunan
risalah PTP. pengarsipan dan integrasi data.
b) Pembiayaan peninjauan lapang disesuaikan dengan interval luas (semakin
luas permohonan semakin tinggi pembiayaan peninjauan lapang).
c) Tahapan selain peninjauan lapang, berapapun luasnya pembiayaannya sama
(mengikuti template RKAKL)
d) Hasil akhir pekerjaan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan baik dalam
rangka Izin Lokasi, penetapan lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
adalah Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan dan peta lampiran
sebagai satu kesatuan.
e) Template pada kegiatan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka
penerbitan izin lokasi dan penetapan lokasi, untuk petugas peninjauan lapang
(012) disesuaikan dengan luasannya.
63

e. Pelayanan Pendaftaran Tanah


Merupakan

pelayanan administrasi kantor

operasionalnya adalah

sebesar

Rp.42.000,- untuk setiap Permohonan sesuai dengan realisasi jumlah permohonan.


Pola belanja mengacu pada harga satuan yang telah tertuang dalam POK

f. Pelayanan lnformasi Pertanahan


Merupakan

pelayanan administrasi kantor

operasionalnya adalah

sebesar

Rp.42.000,- untuk setiap Permohonan sesuai dengan realisasi jumlah permohonan.


Layanan informasi pertanahan ini antara lain pengecekan sertifikat, SKPT, informasi
nilai tanah, dan informasi pertanahan Iainnya sesuai PP Nomor 13 Tahun 2013. Pola
belanja mengacu pada harga satuan yang telah tertuang dalam POK.

g. Pelayanan Lisensi
1) Penilai Tanah
a) Besarnya biaya operasional maksimum 80 % dari MP;
b) Tahapan pekerjaan yang dilakukan menggunakan biaya dengan perhitungan
proporsional dari satuan Harga dalam RKAKL/POK (Perhitungan berbanding
linier);
c) ATK dibelanjakan berdasarkan kebutuhan penggunaannya sehingga tidak
mengikat harus direalisasikan sesuai template;
d) Contoh Tarif Pelayanan Lisensi Penilai Tanah sesuai PP 13 sebesar
Rp.250.000,- maka biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 250.000,- =
Rp. 181.456,- (Sebagaimana Contoh 10).

2) Surveyor Berlisensi
a) Besarnya biaya operasional adalah 100% dari MP;
11) Tahapan pekerjaan yang dilakukan menggunakan biaya yang berdasar dari
RKAKL/POK.

3) Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)


Operasional pelayanan ujian PPAT sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor
237/KMK.02/2010 dan dilaksanakan berdasarkan DIPA/RKAKL /POK tahun
anggaran berjalan.

h. Pelayanan Pendidikan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010, tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
pada Badan Pertanahan Nasional pelayanan pendidikan dapat menggunakan paling
tinggi sebesar 90,11% dari realisasi PNBP.
64

i.

Penetapan Tanah Obyek Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan


Warga Negara Belanda (P3MB)/ Peraturan Presidium Kabinet Dwikora
Nomor 5/Prk/1965.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010, tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
pada Badan Pertanahan Nasional, khusus pelayanan Penetapan Tanah Obyek
Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda
(P3MB)/Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965 tidak mengatur Ij in
Penggunaannya.

Pelayanan Di Bidang Pertanahan Yang Berasal Dari Kerja Sama Dengan Pihak
Lain
Untuk jenis pelayanan di bidang pertanahan yang berasal dari kerjasama dengan pihak
lain, porsi penggunaan anggaran operasional pelayanan disesuaikan dengan jenis
pelayanannya sebagaimana diatur claim PP 13 Tahun 2010.

8. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat ketidaksesuaian dengan Target PNBP dan


POIC/RKAKL dapat dilakukan Revisi :
a.

Pergeseran Anggaran
Contoh :
Bila dalam satu Satker terdapat pelayanan yang terlampaui targetnya maka operasioal
pelayanannya terlampaui, sementara pelayanan yang lain belum mencapai target
sehingga target satker keseluruhan belum melampaui maka hams dilakukan
pergeseran antar pelayanan.
Bila dalam pergeseran tersebut volume layanan pertanahan satker :

b.

1) Volume Tetap

kewenangan KPA atau Revisi POK

2) Volume Bertambah

kewenangan Kanwil DJPB

3) Volume Berkurang

kewenangan DJA

Untuk kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam DIPA
Tahun 2014 (Revisi Penambahan Pagu PNBP) merupakan kewenangan DJA
Kementerian Keuangan RI, yang harus diusulkan melalui BPN RI.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara revisi diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan No 7/PMK.02/2014 tanggal 13 Januari 2014.

65

Contoh 1 : Pelayanan Survei nilai Bidang Tanah Pemukiman atau Pertanian


Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 450.000,- maka biaya operasional Rp. 306.000,-

Uraian Kegiatan

KODE

011
521213

012
521211

521211

(KELUARAN)

Honor Output Kegiatan

4,000

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan

OK

2,000

2,000

Pembukuan Permohonan/Entry Data

OK

2,000

2,000

212,000

Survei Lapangan

Berkas dan data

Data Lapangan

5,000

Belanja bahan
1

Pkt

5,000

5,000

207,000

Belanja Barang Non Operasional lainnya


I

Bid

207,000

207,000

90,000

Pengolahan Data Tekstual dan Spasial

Laporan hasil penilaian

5,000

Belanjan bahan
1

Pengadaan ATK

521213

KETERANGAN
JUMLAH

4,000

Survei lapangan

013

HARGA
S ATUAN

Persiapan Administrasi

Pengadaan ATK

521219

VOLUME

Pkt

5,000

5,000

85,000

Honor Output Kegiatan


Pengolahan data tekstual dan numeris

Bid

35,000

35,000

Pengolahan data spasial

Bid

35,000

35,000

kendali Mutu hasil pekerjaan

OK

5,000

5,000

Kendali mutu keabsahan hasil pekerjaan

OK

7,000

7,000

Pengarsipan dan penyerahan hasil pekerjaan

OK

3,000

3,000
306,000

Jumlah
1 OK = 1 Bidang

66

Contoh 2 : Pelayanan Survei nilai bidang tanah usaha (perbidang)


Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 600.000,- maka biaya operasional Rp. 409.000,-

Uraian Kegiatan

KODE

HARGA
SATUAN

VOLUME

KETERANGAN
JUMLAH

409,000

PELAYANAN SURVEI NILAI BIDANG TANAH USAHA

011
521213

012
521211

Persiapan Administrasi

4,000

Honor Output Kegiatan

4,000

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan

OK

2,000

2,000

Pembukuan Permohonan/Entry Data

OK

2,000

2,000

521211

521213

Pkt

10,000

Data Lapangan

10,000

300,000

Belanja Barang Non Operasional lainnya


1

Bid

300,000

300,000

Pengolahan Data Tekstual dan Spasial

95,000

Belanian bahan

10,000

Pengadaan ATK

Berkas dan data

10,000

Belanja bahan

Survei lapangan

013

310,000

Survei Lapangan

Pengadaan ATK

521219

(KELUARAN)

Pkt

10,000

Laporan hash' penilaian

10,000

85,000

Honor Output Kegiatan


Pengolahan data tekstual dan numeris

Bid

35,000

35,000

Pengolahan data spasial

Bid

35,000

35,000

kendali Mutu hasil pekerjaan

OK

5,000

5,000

Kendali mutu keabsahan basil pekerjaan

OK

7,000

7,000

Pengarsipan dan penyerahan hasil pekerjaan

OK

3,000

3,000
409,000

Jumlah
1 OK= 1 Bidang

67

Contoh 3 : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi kawasan
skala 1 : 10.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 1.250.000 maka biaya operasional Rp. 855.000,-

RODE

011
521213

012
521211

Uraian Kegiatan

52121 1

(KELUARAN)

Honor Output Kegiatan

4,000

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Pennohonan

OK

2,000

2,000

Pembukuan Permohonan/Entry Data

OK

2,000

2,000

568,000

Survei Lapangan
Belanja bahan

Berkas dan data

Data Lapangan

18,000
1

Pkt

18,000

Belanja Barang Non Operasional lainnya

18,000

550,000
50

Ha

11,000

Pengolahan Data Tekstual dan Spasial

550,000

283,000

Belanjan bahan

Peta

18,000
1

Pengadaan ATK

521213

KETERANGAN
JUMLAH

4,000

Survei lapangan

013

HARGA
SATUAN

Persiapan Administrasi

Pengadaan ATK

521219

VOLUME

Pkt

18,000

Honor Output Kegiatan

18,000

265,000

Pengolahan data tekstual dan numeris

50

Ha

1,500

75,000

Pengolahan data spasial

50

Ha

2,000

100,000

Penyajian peta

50

Ha

1,500

75,000

kendali Mutu has 1 pekerjaan

OK

5,000

5,000

Kendall mutu keabsahan basil pekerjaan

OK

7,000

7,000

Pengarsipan dan penyerahan basil pekerjaan

OK

3,000

3,000

Jumlah

855,000
1 OK = 50 HA

68

Contoh 4 : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi ka asan
skala 1: 25.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 250.000 maks biaya operasional Rp. 170.000,-

Uraian Kegiatan

KODE

011
521213

012
521211

Honor Output

521211

KETERANGAN

JUMLAH
(KELUARAN)

4,000

Berkas dan data

4,000

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan

OK

2,000

2.000

Pembukuan Permohonan/Entry Data

OK

2,000

2,000

103,000

Survei Lapangan

Data Lapangan

3,000

Belanja hahan
I

Pkt

3,000

3,000

Termasuk Penggandaan

100.000

Bela* Barang Non Operasional lainnva


50

Ha

2,000

100.000

63,000

Pengolahan Data Tekstual dan Spasial

Peta

3,000

Belanjan bahan
Pengadaan ATK

521213

SATUAN

Pi

Survei lapangan

013

[TARGA

Persiapan Administrasi

Pengadaan A 1K

521219

VOLUME

Pkt

3.000

3.000

Termasuk Penggandaan

60,000

Honor Output Kegiatan


Pengolahan data tekstual dan numeris

50

I la

300

15,000

Pengolahan data spasial

50

Ha

300

15.000

Penyajian peta

50

Ha

300

15.000

kendali Mutu hasil pekerjaan

OK

5.000

5,000

Kendali mutu keabsahan basil pekerjaan

OK

7,000

7,000

Pengarsipan dan penverahan hasil pekerjaan

OK

3,000

3,000

Jumlah

170,000
I OK = 50 HA

69

Contoh 5 : Pelayanan Tematik Bidang Tanah skala 1 : 2.500


Dan Pemecahan Sertifikat Skala 1 : 1.000
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 1.875.000 maka biaya operasional Rp. 1.283.100,Permohonan 25 Bidang

Uraian Kegiatan

KODE

521211

521219

HARGA
SATUAN

KETERANGAN
JUMLAH
(KELUARAN)

PERSIAPAN

487,100

Belanja Bahan

487,100

ATK

PKT

165,500

165,500

Bahan Penunjang Komputer

PKT

321,600

321,600

PELAKSANAAN PEMETAAN TEMATIK

700,000

Belanja Barang Non Operasional Lainnya

700,000

B aya lapangan

521213

VOLUME

OH

140,000

Berkas dan data

700,000

Honor Output Kegiatan

96,000

> Persiapan Survei

12,500

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan

OK

5,000

5,000

Kendali mutu persiapan survei lapangan

OK

7,500

7,500

Data Lapangan

83,500

> Pelaksanaan survei


Kendali mutu data lapangan

OK

7,500

7,500

Pengolahan Data lapangan

OK

15,000

15,000

Kendali mutu pengolahan data

OK

7,500

7,500

Kendali mutu layer data tematik

OK

7,500

7,500

Kendali mutu database tematik

OK

7,500

7,500

Kendali mutu proses pemetaan

OK

7,500

7,500

Pencetakan Peta

OK

7,500

7,500

Kendali mutu pencetakan peta

OK

7,500

7,500

kendali mutu pengarsipan/pemeliharaan data

OK

4,000

4,000

Kendali mutu keabsahan

OK

12,000

12,000

Peta

1,283,100

Jumlah
1 OK = 25 BID
Contoh Simulasi :

Perhitungan apabila pencairan pelayanan tidak tnencapai 25 Bidang, misalnya untuk 10 Bidang sebagai berikut :
(10 Bidang/25 Bidang) x 1 OK = 0,4 OK
(0,4 OK x biaya satuan * )
* = biaya satuan sebagaimana template per 25 Bidang di atas

70

Contoh 6 : Pelayanan Tematik Kawasan skala 1 : 25.000 permohonan 40 Ha


dan skala 1 : 10.000 Permohonan 20 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 800.000 maka biaya operasional Rp. 547.456,-

521211

VOLUME

Uraian Kegiatan

KODE

HARGA
SATUAN

(KELUARAN)

PERSIAPAN

32,956

Belanja Bahan

32,956

ATK

PKT

7,956

7,956

Bahan Penunjang Komputer

PKT

10,000

10,000

Perlengkapan Survei

PKT

15,000

15,000

514,500

PELA1CSANAAN PEMETAAN TEMATIK


521213

ICETERANGAN
JUMLAH

Honor Output Kegiatan

87,500

> Persiapan Survei

10,500

Pemeriksaan Kelengkapan Berkas Permohonan

OK

3,000

3,000

Kendall mutu persiapan survei lapangan

OK

7,500

7,500

77,000

> Pelaksanaan survei


Kendall mutu data lapangan

OK

7,500

7,500

Pengolahan Data lapangan

OK

10,000

10,000

Kendall mutu pengolahan data

OK

7,500

7,500

Kendall mutu layer data tematik

OK

7,500

7,500

Kendall mutu database tematik

OK

7,500

7,500

Kendall mutu proses pemetaan

OK

7,500

7,500

Pencetakan Peta

OK

5,000

5,000

Kendall mutu pencetakan peta

OK

7,500

7,500

kendali mutu pengarsipan/pemeliharaan data

OK

5,000

5,000

Kendall mutu keabsahan

OK

12,000

12,000

427,000

Belanja Barang Non Operasional Lainnya


I

Biayalapangan

OK

427,000

427,000
547,456

Jumlah
SKALA 1 : 25.000

1 OK = 40 Ha

SKALA 1

1 OK = 20 Ha

10.000

71

Contoh 7 : Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan


Dalam Rangka kin Lokasi
Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka izin lokasi dengan luas 300 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 7.010.000 maka biaya operasional Rp. 3.547.500,-

KODE

URAIAN KEGIATAN

011

PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA PTP

521213

012
521211

521213

014
521211

015
521213

OK

17,500

(KELUARAN)

17,500

ATK

Paket

50,000

50,000

Bahan teknis dan penunjang komputer

Paket

150,000

150,000

Penggandaan & Penjilidan berkas Risalah PTP

Buku

20,000

60,000

Biaya Pengiriman laporan

Paket

20,000

20,000

1,060,000
60,000

PENINJAUAN LAPANG
Belanja Bahan
4

OK

15,000

60,000

1,000,000

Belanja Barang Non Operasional Lainnya


b iaya Petugas Peninjauan Tapang (2 org x 4

OK

125,000

1,000,000

595,000
595,000

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA


Honor Output Kegiatan
Biaya Petugas Pengolah dan Anal isa Data (2
org x 1 Kegiatan)

OK

245,000

490,000

Biaya Petugas Pencetakan Peta

OK

105,000

105,000

1,525,000
150,000

PENYUSUNAN RISALAH PTP


Belanja Bahan
Konsumsi rapat Tim penyusunan Risalah PTP
(snack 10 org x 15.000)

521213

KETERANGAN

280,000

Hari x 1 kegiatan)

013

JUMLAH
297,500
17,500

Belanja Bahan

Konsumsi rapat persiapan lapang (snack 4 org


x 15.000)

521219

HARGA
SATUAN

Honor Output Kegiatan


Biaya Petugas Penerima dan pemeriksa Berkas

521211

VOLUME

10

OK

15,000

150,000

Honor Output Kegiatan

1,375,000

Tim Penyusun Risalah PTP

1,375,000

Penanggung Jawab (Kendall mutu keabsahan


risalah PTP)

OK

350,000

350,000

Ketua (Kendali mutu mated PTP)

OK

275,000

275,000

Sekretaris (Perumusan materi data PTP)

OK

150,000

150,000

Anggota (Pengolah data PTP, 4 orang)

OK

150,000

600,000

70,000
70,000

PENGARSIPAN DAN PENGINTEGRASIAN DATA


Honor Output Kegiatan
Pengintegrasian data

OK

35,000

35,000

Pengarsipan data

OK

35,000

35,000

JUMLAH

3,547,500

72

Contoh 8 : Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan


Dalam Rangka Penetapan Lokasi
Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penetapan lokasi dengan luas 900 Ha
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 5.515.000 maka biaya operasional Rp. 2.303.750,-

KODE
011
521213

Uraian Kegiatan

012
521211

PERS PAN PENGUMPULAN DATA PTP

013

014
521211

015
521213

OK

8,750

(KELUARAN)

8,750

ATK

Paket

25,000

25,000

Bahan Teknis dan penunjang Komputer

Paket

75,000

75,000

Penggandaan & Penjilidan berkas Risalah PTP

Buku

10,000

30,000

Biaya Pengiriman laporan

Paket

10,000

10,000

PENINJAUAN LAPANG
Belanja Bahan

1,060,000
60,000
8

OK

7,500

Belanja Barang Non Operasional Lainnya

60,000

1,000,000
16

OK

62,500

1,000,000

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

297,500

Honor Output Kegiatan

297,500

Biaya Petugas Pengolah dan Analisa Data (2


org x I Kegiatan)

OK

122,500

Biaya Petugas Pencetakan Peta

OK

52,500

PENYUSUNAN RISALAH PTP


Belanja Bahan
Konsumsi rapatil im penyusunan Risalah P I P
(snack 10 org x 15.000)

521213

KETERANGAN

140,000

Biaya Petugas Peninjauan Lapang (4 org x 4


Hari x 1 kegiatan)

521213

JUMLAH
148,750
8,750

Belanja Bahan

Konsumsi rapat persiapan lapang (snack 8 org


x 7.500)

521219

HARGA
SATURN

Honor Output Kegiatan


Biaya Petugas Penerima dan pemeriksa Berkas

521211

VOLUME

245,000
52,500

762,500
75,000
10

OK

7,500

75,000

Honor Output Kegiatan

687,500

Tim Penyusun Risalah PTP

687,500

Penanggung Jawab (Kendall mutu keabsahan


risalah PTP)

OK

175,000

175,000

Ketua (Kendali mutu materi PTP)

OK

137,500

137,500

Sekretaris (Perumusan materi data PTP)

OK

75,000

75,000

Anggota (Pengolah data PTP, 4 orang)

OK

75,000

300,000

PENGARSIPAN DAN PENGINTEGRASIAN DATA

35,000

Honor Output Kegiatan

35,000

Pengintegrasian data
Pengarsipan data

JUMLAH

OK

17,500

OK

17,500

17,500
17,500

2,303,750

73

Contoh 9 : Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan


Dalam Rangka Izin Perubahan Penggunaan Tanah
Permohonan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka izin perubahan penggunaan tanah dengan Inas 4.500 m 2
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 530.000 maka b'aya operasional Rp. 308.000,-

KODE
011
521213

Uraian Kegiatan

012
521219

013
521213

014

521213

015
521213

HARGA

SATUAN

PERS1APAN PENGUMPULAN DATA LAPANG


Honor Output Kegiatan
Biaya Petugas Penerima dan pemeriksa Berkas

521211

VOLUME

JUMLAH

KETERANGAN
(KELUARAN)

63,500
3,500

OK

3,500

Belanja Bahan

3,500

60,000

ATK

Paket

5,000

5,000

Bahan teknis penunjang komputer

Paket

15,000

15,000

PTP

Paket

20,000

20,000

Biaya Pengiriman laporan

Paket

20,000

20,000

PENINJAUAN LAPANG

12,500

Belanja Barang Non Operasional Lainnya


Biaya Petugas Peninjauan Lapang (1 org x 1
Hari x 1 kegiatan)

12,500
1

OK

12,500

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA


Honor Output Kegiatan

12,500

35,000
35,000

org x 1 Kegiatan)

OK

24,500

24,500

Biaya Petugas Pencetakan Peta

OK

10,500

10,500

PENYUSUNAN RISALAH PTP


Konsumsi rapat Tim penyusunan Risalah PTP
(snack 7 org )

190,000
7

OK

7,500

52,500

Honor Output Kegiatan

137,500

Tim Penyusun Risalah PTP

137,500

Penanggung Jawab (Kendali mutu keabsahan ris

OK

35,000

35,000

Ketua (Kendali mufti materi PTP)

OK

27,500

27,500

Sekretaris (Perumusan materi data PTP)

OK

15,000

15,000

Anggota (Pengolah data PTP, 4 orang)

OK

15,000

60,000

PENGARSIPAN DAN PENGINTEGRASIAN DATA

7,000
7,000

Honor Output Kegiatan


Pengintegrasian data

OK

3,500

3,500

Pengarsipan data

OK

3,500

3,500

JUMLAH

308,000

74

Contoh 10 : Pelayanan Lisensi Pentlai Tanah


Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 250.000 maka biaya operasional Rp. 181.458,-

KODE

011

Uraian Kegiatan

VOLUME

HARGA
SATUAN

JUMLAH

521213

013
521211

521213

PKT

5,000

5,000
22,083

Honor Output Kegiatan


Pemeriksaan Berkas Administrasi

Notulensi Rapat

5,000

Belanja Bahan
ATK

(KELUARAN)

27,083

Persiapan Pemberian Lisensi

KETERANGAN

OK

22,083

22,083

154,375

Pengolahan Konsep SK

Surat Keputusan

46,000

Belanian bahan
Pengadaan ATK

Pkt

14,000

14,000

Konsumsi

Pkt

32,000

32,000

108,375

Honor Output Kegiatan


Proses Seleksi

OK

66,250

66,250

Pengolahan data

OK

33,125

33,125

kendali Mutu hash pekerjaan

OK

3,000

3,000

Kendall mutu keabsahan hash pekerjaan

OK

3,000

3,000

Pengarsipan dan penyerahan hash pekerjaan

OK

3,000

3,000

Jumlah

181,458
1 OK = 1 Berkas/1 SK

75

VIII. REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)


Pelaksanaan Revisi DIPA yang terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan agar
mempedomani Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2014 tanggal 13 Januari 2014
tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2014 serta mempedomani/memperhatikan programprogram prioritas pelayanan pertanahan jangka menengah dan tahunan. Dalam hal pelaksanaan
DIPA Satker/Unit Organisasi Eselon I memerlukan revisi, maka Pengguna Anggaran (PA)/
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat mengusulkan pengesahan revisi DIPA kepada Direktur
Jenderal Anggaran dan Kanwil Direktur Jenderal Perbendaharaan sesuai kewenangannya.
Prosedur Pengajuan Usul dan Proses Revisi DIPA di Lingkungan BPN RI.
A. Prosedur Pengajuan Usul Revisi DIPA
1. Usulan revisi DIPA BPN RI diajukan Eselon I/II yang terkait kepada Sekretaris Utama
dengan tembusan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, dan Biro Keuangan dan
Pelaksanaan Anggaran;
2. Usul revisi DIPA Daerah diajukan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN yang bersangkutan
kepada Sekretaris Utama dengan tembusan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,
dan Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran;
3. Usul revisi DIPA STPN diajukan oleh Ketua STPN kepada Sekretaris Utama dengan
tembusan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, dan Biro Keuangan dan
Pelaksanaan Anggaran.

B. Mekanisme Revisi DIPA


1. Daftar Rincian Ruang Lingkup dan Kewenangan Penyelesaian Revisi Anggaran
a. Revisi DJA
1) Daftar Revisi Anggaran yang disebabkan Penambahan atau Pengurangan Pagu
Anggaran Belanja termasuk Pergeseran Rincian Anggaran Belanjanya :
Kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN;
2) Pergeseran antar Keluaran/Kegiatan dan atau kegiatan yang sama antar Satker
dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
berbeda;
3) Perubahan atau Pergescran Rincian Anggaran Dalam Hal Pagu Anggaran Tetap :
a) Penghapusan / perubahan catatan dalam halam IV DIPA;
b) Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian inkrucht;
c) Penggunaan dana Output Cadangan;
d) Penambahan / perubahan rumusan kinerja.
4) Daftar Rincian Anggaran Karena Kesalahan Administrasi :
a) Ralat kode akun sesuai kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan
sasaran yang sama;

76

b) Ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dalam wilayah


Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
c) Ralat Kode Lokasi dan Lokasi KPPN dalam wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
d) Ralat Kode Satker;
e) Ralat Pencantuman volume, jenis, dan satuan keluaran yang berbeda antara
RKA-K/L dan RKP atau basil kesepakatan DPR-RI dengan pemerintah.
b. Revisi Kanwil DJPB
1) Penerimaan Hibah Langsung dal am bentuk uang;
2)

Pergeseran dalam 1 (satu) keluaran yang sama dan atau antar keluaran, 1 (satu)
kegiatan yang sama dan atau antar kegiatan dalam 1 (Satu) Satker dan atau antar
Satker dalam 1 (Satu) wilayah kerja Kanwil DJPB.

Revisi yang memerlukan persetujuan Eselon I


a. Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan Eselon I meliputi :
b.

Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1
(satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

c.

Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang sama;

d.

Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1 (satu)
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

e.

Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;

f.

Pergeseran antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker.

2. Kelengkapan Usulan Revisi Anggaran


a. Revisi DJA
1) Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada
Sekretaris Utama yang dilampiri dokumen pendukung berupa:
a) Surat usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semulamenjadi);
b) SPTJM bermaterai yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran,
khusus untuk satker Kantor Pusat BPN RI SPTJM bermaterai ditandatangani
oleh penanggung jawab kegiatan/pimpinan unit Eselon II;
c) ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
d) RKA Satker;
e) Copy DIPA Terakhir; dan
t) Dokumen pendukung terkait (meliputi: TOR, RAB, Analisa satuan biaya,
Spesifikasi teknis dll.).
77

Sekretaris Utama meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen

2)

yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang telah diteliti kepada
APIP IQL (Inspektorat Utama) untuk dilakukan reviu.
Berdasarkan hasil reviu, Sekretaris Utama menyampaikan usulan Revisi

3)

Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan dokumen


pendukung berupa
a)

Surat usulan Revisi Anggaran yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I


dan dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi);

b)

SPTJM bermaterai yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I (Sekretaris


Utama);

c)

ADK RKA-K/L DIPA Revisi Satker; dan

d)

RKA Satker.

b. Revisi DJPB
Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung
berupa:
1)

Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semulamenjadi) yang ditandatangani oleh KPA yang ADKnya (penyesuaian Digital
Stamp) diperoleh dari DIPA online terakhir;

2)

SPTJM bermaterai yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran;

3)

ADK RKA-K/L DIPA Revisi;

4)

Copy DIPA Petikan Terakhir; dan

5)

Dokumen pendukung terkait persetujuan unit eselon I.

3. Revisi Anggaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :


a.

Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, Kuasa


Pengguna Anggaran menyampaikan usul Revisi Anggaran kepada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan; dan

b.

Dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, Kuasa
Pengguna Anggaran mengubah ADK RKA Satker, berkenaan melalui aplikasi
RKA-IQL-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan Kuasa
Pengguna Anggaran menetapkan perubahan POK.

4. Revisi yang memerlukan Persetujuan DPR RI meliputi :


a.

pergeseran anggaran antar Program selain untuk memenuhi kebutuhan Biaya


Operasional dan Penyelesaian inkracht;

b.

pergeseran anggaran yang mengakibatkan perubahan hasil Program;

c.

penggunaan anggaran yang harus mendapat persetujuan DPR-RI terlebih dahulu;


78

d.

perubahan/penghapusan catatan dalam halaman IV DIPA yang digunakan tidak


sesuai dengan recana peruntukan; dan/atau

e.

pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk Kegiatan dalam rangka tugas


pembantuan dan urusan bersama, atau antar provinsi untuk kegiatan dalam rangka
dekonsentrasi.

5. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran


Batas Akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk Tahun Anggaran 2014 ditetapkan
sebagai berikut:
a. Tanggal 31 Oktober 2014 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran,
dan diterima di Kantor Pusat BPN RI paling lambat tanggal 20 Oktober 2014 dengan
seluruh dokumen lengkap.
b. Tanggal 12 Desember 2014 untuk Revisi Anggaran pada Kanwil Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
c. Dalam hal Revisi Anggaran berkenaan dengan :
1) Kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, PLN, HLN, dan HDN serta
Pinjaman Dalam Negeri;
2) Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang harus mendapat
persetujuan dari unit eksternal Kementerian/Lembaga seperti persetujuan DPR,
persetujuan Menteri Keuangan, basil audit eksternal, dan sejenisnya.
Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran
ditetapkan paling lambat tanggal 19 Desember 2014.
d. Dalam hal terdapat alokasi anggaran yang dituangkan dalam Output Cadangan, usul
penggunaan dana Output Cadangan paling lambat diterima di Kantor Pusat BPN RI
tanggal 10 Maret 2014, batas akhir penyelesaian untuk diajukan ke DJA tanggal 4
April 2014.
e. Dalam hal terdapat pagu minus terkait pembayaran gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji untuk Tahun Anggaran 2014, pagu minus tersebut harus diselesaikan
melalui mekanisme revisi DIPA paling lambat diterima di Kantor Pusat BPN RI
tanggal 19 Desember 2014 dan batas akhir penyelesaian pagu tanggal 30 Desember
2014.
C. Batasan Revisi Anggaran
1. Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi alokasi anggaran;
2. Revisi Anggaran dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan untuk hal-hal
yang dibatasi atau dilarang didanai dari APBN;
3. Revisi Anggaran dapat di lakukan sepanjang tidak mengurangi volume keluaran yang
telah ditetapkan dalam DIPA;
4. Revisi Anggaran berupa pergeseran antar kegiatan dapat dilakukan sepanjang tidak
mengurangi volume keluaran yang telah ditetapkan dalam DIPA dan digunakan untuk
hal-hal yang bersifat prioritas, mendesak, darurat, dan tidak dapat ditunda.
79

IX. PENYUSUNAN DAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)


A. Penyusunan POK
POK merupakan penjabaran lebih lanjut dari DIPA petikan, POK berfungsi sebagai :
1. Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas;
2. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
3. Alat perencana kebutuhan dana;
4. Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas pelaksanaan
anggaran.
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada masing-masing satker pada awal tahun anggaran
setelah diterimanya DIPA petikan segera menyusun dan menetapkan Petunjuk Operasional
Kegiatan (POK) DIPA Tabun Anggaran berjalan yang mengacu pada Kertas Kerja RKAKL
yang menjadi dasar penerbitan DIPA bersangkutan.
POK sekurang-kurangnya memuat uraian tentang kode dan nama Satker, nama Program,
Kegiatan, Output, Sub Output, Komponen, Sub Komponen, Akun, Detail, Volume, Harga
Satuan dan Sumber Dana (format POK sebagaimana tercantum pada lampiran 21).

B. Revisi POK
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan memerlukan revisi POK dibuat oleh PPK, untuk BPN
RI usulan dari Eselon II sebagai penanggung jawab kegiatan ditujukan kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pclaksanaan Anggaran, untuk Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan
dapat diajukan oleh PPK dengan mengubah RKAKL berkenaan dan selanjutnya
menyampaikan Arsip Data Komputer (ADK) berupa matrik perubahan dan Kertas Kerja
RKAKL pembaruan dalam sojicopy dan hardcopy dimaksud kepada Kepala Kanwil Ditjen
Perbendaharaan setempat untuk dilaksanakan pemutakiran data/validasi DIPA.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan revisi POK antara lain :
1. Harus memperhatikan realisasi anggaran Akun sebelumnya;
2. Pada revisi POK ke 2 dan selanjutnya agar memperhatikan hasil revisi POK sebelumnya;
3. Anggaran yang diblokir/bintang tidak diperkenankan direvisi sebelum pembukaan blokir;
Dalam mengajukan revisi POK agar menyebutkan alasan perubahan/revisi dan
menyebutkan program, kegiatan, sub kegiatan, komponen, sub komponen atau Akun yang
akan direvisi.

Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kuasa Pengguna Anggaran merupakan Revisi
Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap meliputi :
1. Pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; dan/ atau
2. Pergeseran antar Keluaran,1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker.

80

X. PELAPORAN
A. Laporan Keuangan
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Jis. Nomor 233/PMK.05/2011 tentang perubahan
PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, bahwa sebagai
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN, Kuasa Pengguna Anggaran wajib menyusun
dan menyampaikan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) dengan Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi.
Untuk penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan dengan Aplikasi Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) setiap Kepala Kantor sebagai Kuasa Pengguna Anggaran wajib membentuk :

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) :

r
KEPAI A SA MAN KEICIA

KASUBAG. "FU/PEJABAT YANG


MENANGANI KEUANGAN/VERIFIKASI
DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK

PLJUGAS AKUNTANSI/VEREIFIKASI

PFTUGAS PEREKAM KOMPUTER

Keterangan :
Penanggung jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
1. Kantor Pertanahan membentuk Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
yang mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Memproses dokumen sumber berupa
1) Perkiraan pendapatan pada DIPA halaman III;
2) Surat Setor Pajak (SSP);
3) Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP);
4) Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB);
5) DIPA, Revisi DIPA;
6) SKPA;
7) SPM, SP2D, dan
8) Dokumen lain yang dipersamakan untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa
LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan satuan kerja.
81

b. Bagi Satuan Kerja yang mendapat Hibah Dalam/Luar Negeri Langsung (HD/LNL)
yang berupa Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga wajib memproses :
1) DIPA/Revisi DIPA;
2) SP2HL/SPHL;
3) SP4HL/SP3 H L;
4) SP3HL-BJS;
5) MPHL-BJS/Persetujuan MPHL-BJS; dan
6) Surat Setoran Bukan Pajak (untuk pengembalian pendapatan hibah).
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dan laporan barang;
d. Menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN dan melakukan
rekonsiliasi dengan KPPN setempat setiap bulan;
e. Menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK hasil rekonsiliasi dengan KPPN setiap
bulan kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)
dan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Tingkat Esselon I (UAPPAEl /UAPA);
Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan laporan keuangan tahunan terdiri
dari LRA, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab dari Kepala Kantor Pertanahan;
Membuat Laporan Keuangan Manual berupa LKKA dan LKKUP dan menyampaikan
ke tingkat UAPPA-W setiap bulan.

82

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah (UAPPA-W)

KEPALA KANTOR WILAYAH/


KEPALA SATUAN KERJA YANG
DITETAPKAN

PEJABAT ESELON III KABAG.


KEUANGAN/KABAG. VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI/PEJABAT YANG
MEMBIDANGI KEUANGAN/VERIFIKASI
DAN AKUNTANSI /PEJABAT YANG
DITUNJUK

KEPALA SUB BAGIAN/SEKSI YANG


MEMBIDANGI KEUANGAN/
VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/
PEJABAT YANG DITUNJUK

PFYRJGAS
AKUNTANSI/
VERIFIKASI

PETUGAS
KOMPUTER

Keterangan:
I

Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi Keuangan

2. Kantor Wilayah BPN disamping sebagai Satker (UAKPA) juga wajib membentuk Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) yang mempunyai tugas
dan kewajiban :
a. Melakukan proses penggabungan Laporan Keuangan yang berasal dari UAKPA di
wilayah kerjanya (termasuk laporan realisasi anggaran pembiayaan dan perhitungan
yang digunakan bila ada);
b. Menyusun Laporan Keuangan Tingkat UAPPA-W berdasarkan basil penggabungan
laporan keuangan dari tingkat UAKPA di wilayah kerjanya;
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara Laporan keuangan dengan Laporan Barang;

83

d. Menyampaikan laporan keuangan tingkat UAPPA-W beserta ADK kepada Kanwil


Direktorat Jenderal Perbendaharaan di wilayahnya masing-masing setiap bulan dan
melakukan rekonsiliasi setiap Triwulan;
e. Menyampaikan laporan realisasi anggaran dan neraca beserta ADK setiap bulan ke
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran tingkat Esselon 1 (UAPPA-E1) atau
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) setiap bulan;
f. Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan laporan keuangan tahunan. Untuk
penyampaian laporan keuangan tersebut harus dibuat secara lengkap berupa LRA.
Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan dilengkapi dengan Surat Pernyataan
Tanggung Jawab dari Kepala Kantor Wilayah BPN;
g. Menggabungkan dan memverifikasi laporan keuangan manual beruapa LKKA dan
LKKUP dari Satker dan menyampaikannya ke tingkat Eselon I dan UAPA.
Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA):

MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA

PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGI


KESEKRETARIATAN/PEJABAT YANG
DITUNJUK

KEPALA BIRO YANG MEMBIDANGI


KEUANGAN/PEJABAT YANG
DITUNUJUK

KABAG. KEUANGAN/KABAG. VERIFIKASI


DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG
MEMBIDANGI KEUNGAN/VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK

KEPALA SUB BAGIAN/SEKSI YANG


MEMBIDANGI KEUANGAN/ VERIFIKASI
DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG
DITUNJUK

PETUGAS
AKUNTANSI/
VERIFIKASI

PETUGAS
KOMPUTER

Keterangan:
Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
84

3. Kantor Pusat BPN RI disamping sebagai Satker (UAKPA) juga wajib membentuk Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran Esselon I (UAPPA-EI) dan Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran (UAPA).
Mengingat Kantor Pusat BPN RI hanya mempunyai 1 (satu) Esselon I yang mempunyai
DIPA sehingga Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Esselon I digabung
dengan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) yang mempunyai tugas dan
kewaj i ban :
a. Melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-W serta Laporan
Real isasi Anggaran;
b. Menyusun laporan keuangan tingkat UAPA berdasarkan basil penggabungan laporan
keuangan UAPPA-W;
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan laporan barang;
d. Melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan e.g. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester
dan basil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi;
e. Menyampaikan LRA dan Neraca tingkat UAPA beserta ADK kepada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan;
f. Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan tahunan yang terdiri dari LRA,
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan yang disertai surat pernyataan tanggung
jawab (Statement of Responsibility) dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia dan pernyataan telah direyiu oleh inspektorat utama;
g. Menggabungkan dan memverifikasi laporan keuangan manual berupa LKKA dan
LKKUP dari tingkat wilayah seluruh Indonesia.

4. Penyampaian Laporan Keuangan.


a. Kantor Pertanahan/UAKPA menyampaikan laporan keuangan bulanan berupa Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan ADK ke KPPN selambat-lambatnya 7 (tujuh)
ban kerja setelah berakhirnya bulan bersangkutan; dan ke tingkat UAPPA-W paling
lambat tanggal 12 (dua belas) bulan berikutnya. Sedangkan penyampaian laporan
keuangan triwulanan untuk :
1) Triwulan I berupa : LRA, Neraca, ADK, BAR ke tingkat UAPPA-W paling lambat
tanggal 12 April 2014:
2) Triwulan II/Semester I berupa LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual, ADK dan
BAR ke tingkat tJAPPA-W paling lambat tanggal 10 Juli tahun 2014;
3) Triwulan III berupa : LRA, Neraca, ADK, BAR ke tingkat UAPPA-W paling
lambat tanggal 12 Oktober 2014;
4) Triwulan IV/Semester II berupa : LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual,
Pernyataan Tanggung Jawab dari Kepala Kantor Pertanahan, ADK dan BAR ke
tingkat tJAPPA-W paling lambat tanggal 20 Januari 2015.
85

b. Kantor Wilayah BPN/UAPPA-W menyampaikan laporan-laporan berupa Laporan


Realisasi Anggaran, Neraca dan ADK ke :
1) Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempat paling lambat tanggal 15
(lima belas) pada bulan berikutnya setiap triwulanan; dan
2) Unit Akuntansi tingkat UAPPA-E1/UAPA paling lambat tanggal 20 (dua puluh)
bulan berikutnya setiap bulan.

Sedangkan untuk penyampaian laporan keuangan Triwulanan untuk :


1) Triwulan I berupa : LRA, Neraca, ADK dan BAR paling lambat tanggal 20 April
2014;
2) Triwulan II/Semester I berupa : LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual, ADK,
BAR dan pernyataan tanggung jawab dari Kepala Kantor Wilayah BPN paling
lambat tanggal 15 Juli 2014;
3) Triwulan III berupa : LRA, Neraca, ADK dan BAR paling lambat tanggal
20 Oktober 2014.
4) Triwulan TV/Semester II berupa: LRA, Neraca, CaLK, Informasi Akrual, ADK,
BAR dan pernyataan tanggung jawab dari Kepala Kantor Wilayah BPN paling
lambat tanggal 29 Januari 2015.
c. Kantor Pusat BPN RT/UAPA menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
ADK triwulanan ke Kementerian Keuangan Cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan
sebagai berikut :
1) Triwulan I beruapa : LRA dan ADK paling lambat tanggal 7 Mei 2014;
2) Triwulan II/Semester I berupa : LRA, Neraca CaLK, Informasi Akrual, ADK,
BAR, dan pernyataan tanggung jawab dari Kepala BPN RI serta Pernyataan Reviu
dari Inspektur Utama paling lambat tanggal 26 Juli 2014;
3) Triwulan III berupa : LRA dan ADK paling lambat tanggal 9 November 2014; dan
4) Triwulan IV/Semester II berupa : LRA, Neraca, CaLK, ADK, BAR, Pernyataan
Tanggung Jawab dari Kepala BPN RI, Pernyataan Reviu dari Inspektur Utama,
dan Informasi Akrual paling lambat akhir hulan Februari 2015.

5. Sistematika Laporan Keuangan


Dalam Menyusun Laporan Keuangan mempedomani Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember 2013 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang berisi Laporan
Realisasi Anggaran dan Neraca Kementerian Negara/Lembaga disertai dengan Catatan
atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari laporan keuangan pokok dan laporan keuangan pendukung
yang dijilid terpisah.

86

Adapun Sistematika Laporan Keuangan Pokok adalah sebagai berikut


Pernyataan Telah Direviu (hanya untuk penyajian Laporan Keuangan Tingkat Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran)
Ringkasan Laporan Keuangan
Pernyataan Tanggung Jawab
1. Laporan Realisasi Anggaran
II. Neraca
III. Catatan atas Laporan Keuangan
A. Gambaran Umum Entitas
A.1. Dasar Hukum
Menjelaskan tentang dasar hukum penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, domisili dan bentuk hukum entitas.
A.2. Kebijakan Teknis
Menjelaskan mengenai visi dan misi kebijakan entitas dan tugas serta
fungsi entitas.
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Menjelaskan proses dan sistem akuntansi yang digunakan penyusunan
laporan keuangan entitas
A.4. Kebijakan Akuntansi
Menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas dan
metode-metode penerapannya yang secara material mempengaruhi
penyajian Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Pengungkapan juga
harus meliputi pertimbangan- pertimbangan penting yang diambil dalam
mcmilih prinsip- prinsip yang sesuai.
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
Penjelasan atas Laporan Realisasi Anggaran disajikan untuk pos Pendapatan
dan Belanja dengan struktur sebagai berikut:
(a) Anggaran;
(b) Realisasi;
(c) Prosentase pencapaian;
(d) Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;
(e) Perbandingan dengan periode yang lalu;
(0 Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
(g) Rincian lcbih lanjut pendapatan menurut sumber pendapatan;
(h) Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan
fungsi;
(i) Rincian lebih lanjut pembiayaan;
(j) Pengungkapan atas pos-pos Laporan Realisasi Anggaran yang disyaratkan
oleh Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
87

(k) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.


C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
Penjelasan atas Neraca disajikan untuk pos aset, kewajiban, dan ekuitas dengan
struktur sebagai berikut:
(a) Perbandingan dengan periode yang lalu;
(b) Rincian lebih lanjut atas masing-masing akun dalam aset lancar, investasi
jangka panjang, aset tetap, aset lainnya, kewajiban jangka pendek, kewajiban
jangka panjang, dan ekuitas;
(c) Pengungkapan atas pos-pos Neraca yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan; dan
(d) Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
D. Pengungkapan Penting Lainnya
Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan informasi yang bila
tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan.
Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian kejadian
penting selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan padaNeraca;
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan; dan
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial.
D.1. Kejadian-kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca
D.2. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK
D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual
D.4. Rekening Pemerintah
D.5. Pengungkapan Lain-lain (contoh : Barang yang belum dicatat dalam BMN
yang perolehannya bukan dari APBN)
E. Lampiran dan Daftar
(a). Menyajikan informasi yang berisi rincian atas angka-angka yang disajikan
pada LRA dan neraca;
(b). Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
(c). Informasi pendapatan dan belanja secara akrual
(d). Pengungkapan lainnya yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
Laporan-laporan Pendukung:
A. Rincian laporan yang dihasilkan dari aplikasi, antara lain:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja dan kembali belanja melalui KPPN dan BUN;
3. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan dan Hibah
88

Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN;


4. Laporan Realisasi Anggaran Kembali Pendapatan Negara dan Hibah Pendapatan
dan Hibah Kementerian Negara/Lembaga melalui KPPN dan BUN;
5. Laporan Realisasi Anggaran Belanja melalui KPPN dan BUN

Menurut Jenis

Satuan Kerja (untuk tingkat Kementerian Negara/Lembaga, Eselon I dan Wilayah);


6. Laporan Realisasi Anggaran Kembali Belanja melalui KPPN dan BUN

Menurut

Jenis Satuan Kerja (untuk tingkat Kementerian Negara/Lembaga, Eselon I dan


Wilayah);
7. Neraca;
8. Neraca Percobaan.
B. Laporan pengguna barang;
C. Catatan Ringkas Barang Milik Negara
D. Daftar Rekening Pemerintah;
E. Rencana dan Tindak Lanjut Kementerian Negara/Lembaga atas temuan pemeriksaan
BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian Lembaga;
F. Berita Acara Rekonsiliasi;
G. Daftar, label dan/atau dokumen lain yang dibutuhkan oleh penyusun laporan
keuangan dalam rangka penyajian laporan keuangan yang andal.

Untuk format laporan keuangan menyesuaikan dengan lampiran pada Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember 2013.
Adapun contoh daftar isi sebagai berikut:
Kata Pengantar
Pernyataan Tanggung Jawab
Ringkasan
I.

Laporan Realisasi Anggaran

II. Neraca
III. Catatan atas Laporan Keuangan
A. Penjelasan Umum
A.1. Dasar Hukum
A.2. Kebijakan Teknis
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.4. Kebijakan Akuntansi
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
B.1. Pendapatan Negara dan Hibah
B.2. Belanja Negara
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
C.1. Aset Lancar
C.2. Aset Tetap
89

C.3. Piutang Jangka Panjang


C.4. Aset Lainnya
C.5. Kewajiban Jangka Pendek
C.6. Ekuitas Dana Lancar
C.7. Ekuitas Dana Investasi
D. Pengungkapan Penting Lainnya
D.1. Kejadian-kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca
D.2. Temuan dan Tindak Lanjut Temuan BPK
D.3. Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual
D.4. Rekening Pemerintah
D.5. Pengungkapan Lain-lain (contoh : Barang yang belum dicatat dalam BMN
yang perolehannya bukan dari APBN)
E. Lampiran dan Daftar:
E.1. Informasi pendapatan dan belanja secara akrual;
E.2. Rekapitulasi Kas lainnya dan setara kas;
E.3. Rekapitulasi Kas di Bendahara Penerimaan;
E.4. Rekapitulasi Kas di Bendahara Pengeluaran;
E.5. Daftar piutang PNBP;
E.6. Rekapitulasi LKKA;
E.7. Rekapitulasi LKKUP;
E.8. Bukti Setor SSBP pengembalian tahun anggaran yang disetor tahun
anggaran berikutnya;
E.9. Bukti setor sisa UP; dan
E.10. Bukti setor SSBP TP/TGR.

Laporan-Laporan Pendukung :
1. LRA Pendapatan dan LRA Pengembalian Pendapatan;
2. LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja;
3. Neraca;
4. Neraca Percobaan;
5. Laporan Barang Pengguna;
6. Catatan ringkas Barang Milik Negara;
7. Daftar Rekening Pemerintah;
8. Lampiran Tindak Lanjut atas Temuan BPK;
9. Berita acara rekonsiliasi internal;
10.Berita acara rekonsiliasi eksternal; dan
11.Dokumen lain yang diperlukan.

90

B. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Dalam Penyusunan Laporan Keuangan :


1. Menginventarisasi Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009
tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada
Laporan Keuangan dinyatakan bahwa Laporan Keuangan Semesteran dan Laporan
Keuangan Tahunan harus dilengkapi dengan informasi Pendapatan dan Belanja secara
Akrual. Informasi tentang pendapatan dan belanja secara akrual dimaksudkan sebagai
tahapan dari pendapatan dan belanja berbasis kas menuju pada penerapan anggaran
berbasis akrual.
Adapun yang dimaksud dengan
a. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan;
b. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat hak dan/atau kewajiban timbul;
c. Pendapatan secara akrual adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali;
d. Belanja secara Akrual adalah penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban;
e. Belanja yang masih harus dibayar adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas
barang/jasa yang telah diterima/dinikmati dan/atau perjanjian/komitmen yang
dilakukan oleh Kementerian Negara/Lembaga, namun sampai pada akhir periode
pelaporan belum dilakukan pembayaran/pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/
komitmen tersebut;
f. Belanja dibayar di muka adalah pengeluaran satuan kerja/pemerintah yang telah
dibayarkan dari Rekening Kas Umum Negara dan membebani pagu anggaran, namun
barang/jasa/fasilitas dari pihak ketiga belum diterima/dinikmati satuan
kerja/pemerintah;
g. Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang sampai dengan tanggal
pelaporan belum diterima oleh satuan kerja karena adanya tunggakan pungutan
pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satuan kerja/pemerintah
dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan;
h. Pendapatan diterima di Muka adalah pendapatan yang diterima oleh satuan kerja dan
sudah disetor ke Rekening Kas Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati
barang/jasa/fasilitas dari satuan kerja/pemerintah, atau pendapatan pajak/bukan pajak
yang telah disetor oleh wajib pajak/bayar ke Rekening Kas Umum Negara yang
berdasarkan basil pemeriksaan dan/atau penelitian oleh pihak yang berwenang terdapat
lebih bayar pajak/bukan pajak.
91

Informasi pendapatan secara akrual :


1) Diperoleh dari realisasi pendapatan berbasis kas disesuaikan dengan transaksi
pendapatan akrual;
2) Transaksi pendapatan secara akrual terdiri dari :
a) Pendapatan yang masih harus diterima, yaitu pendapatan perpajakan yang masih
harus diterima dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang masih harus
diterima.
Pendapatan yang masih harus diterima disajikan sebagai penambah pada
informasi pendapatan secara akrual dan sebagai piutang pada neraca.
b) Pendapatan diterima dimuka, yaitu PNBP diterima dimuka.
Pendapatan diterima dimuka disajikan sebagai pengurang pada informasi
pendapatan secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca.
Informasi belanja secara akrual :
1) Diperoleh dari belanja berbasis kas disesuaikan dengan transaksi belanja akrual.
2) Transaksi belanja secara akrual terdiri dari :
a) Belanja yang masih harus dibayar, terdiri dari belanja pegawai, yang masih
harus dibayar, belanja barang yang masih harus dibayar, belanja modal yang
masih harus dibayar.
Belanja yang masih harus dibayar disajikan sebagai penambah pada informasi
belanja secara akrual dan sebagai kewajiban jangka pendek pada neraca.
b) Belanja yang dibayar dimuka, terdiri dari belanja pegawai dibayar dimuka,
belanja barang dibayar dimuka, belanja modal dibayar dimuka.
Belanja dibayar dimuka disajikan sebagai pengurang pada informasi belanja
secara akrual dan sebagai piutang pada neraca.
2. Menentukan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas
Piutang Kementerian Negara/Lembaga Jo. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor PER-82/PB/2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih
pada Kementerian Negara/Lembaga dinyatakan bahwa
Satuan Kerja yang memiliki piutang harus menetapkan kualitas piutang dan pembentukan
penyisihan piutang tak tertagih, balk piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang.
Adapun yang dimaksud dengan :
a. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Kementerian Negara/Lembaga
dari/atau Bak Kementerian Negara/Lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai
akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau akibat lainnya yang sah;
b. Piutang Jangka Pendek adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan
dalam jangka waktu 12 (dua betas) bulan sejak tanggal pelaporan;
92

c. Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan
lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan;
d. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan
kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.
1) Kualitas Piutang.
Penilaian Kualitas Piutang dilakukan dengan mempertimbangkan sekurangkurangnya:
a) Jatuh tempo piutang; dan
b) Upaya penagihan
Kualitas Piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu kualitas lancar,
kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.
Penilaian Kualitas Piutang dilakukan berdasarkan kondisi Piutang pada tanggal
laporan keuangan.
2) Klasifikasi Piutang.
Penggolongan Piutang digolongkan menjadi :
a) Piutang Pajak (tidak dijelaskan);
b) Piutang Bukan Pajak; dan
c) Piutang Lainnya.
Penggolongan kualitas Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan
ketentuan :
a) Kualitas lancar apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh
tempo yang ditetapkan;
b) Kualitas kurang lancar apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan;
c) Kualitas diragukan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan; dan
d) Kualitas macet apabila :
- Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau
- Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/ Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara.
3) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Yang dimaksud Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang hams
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan
kualitas piutang.
Klasitikasi penyisihan piutang
a) Penyisihan piutang tidak tertagih yang umum;

93

b) Penyisihan piutang tidak tertagih yang khusus;


(1) Penyisihan Piutang Tidak tertagih yang umum ditetapkan paling sedikit
sebesar 5 %o (lima permit) dari Piutang yang memiliki kualitas lancar;
(2) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang khusus ditetapkan sebesar :
10 % (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas kurang lancar
setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan;
- 50 % (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas diragukan
setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan
- 100 % (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet setelah
dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
c) Agunan atau barang sitaan yang mempunyai nilai di atas piutangnya
diperhitungkan sama dengan sisa piutang;
d) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang dibentuk berdasarkan piutang yang
kualitasnya menurun, dilakukan dengan mengabaikan persentase Penyisihan
Piutang Tidak Tertagih pada Kualitas Piutang sebelumnya;
e) Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dikenakan sanksi administratif berupa teguran
tertulis oleh Menteri Kcuangan;
f) Nilai agunan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar:
(1) 100 % (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, garansi bank,
tabungan dan dcposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia;
(2) 80 % (delapan puluh perseratus) dari nilai hak tanggungan atas tanah
bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) berikut
bangunan di atasnya;
(3) 60 % (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah
bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai,
berikut bangunan di atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan;
(4) 50 % (lima pulub perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan
bukti kepemilikan berupa Surat Girik (lever C) atau bukti kepemilikan non
sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) terakhir;
(5) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai hipotik atas pesawat udara dan kapal
laut dengan isi kotor paling sedikit 20 (dua puluh) meter kubik;
(6) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai jaminan fidusia atas kendaraan
bermotor; dan

94

(7) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan
kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan
disertai bukti kepemilikan.
Agunan selain yang dimaksud di atas dapat diperhitungkan sebagai faktor
pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan.
g) Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar :
(1) 100 % (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, tabungan dan
deposito yang diblokir pada Bank, emas dan logam mulia;
(2) 60 % (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah
bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai,
berikut bangunan di atasnya;
(3) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan
bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non
sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) terakhir; dan
(4) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut dan
kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan.
Barang sitaan selain yang dimaksud di atas tidak diperhitungkan sebagai
pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih;
h) Nilai agunan atau barang sitaan bersumber dari nilai yang dikeluarkan &eh
Instansi yang berwenang;
i) Dalam hal sumber nilai agunan atau barang sitaan tidak diperoleh, agunan atau
barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih;
j) Menteri Keuangan berwenang melakukan penilaian kembali atas nilai agunan
dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang dalam
pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih apabila Kementerian
Negara/Lembaga tidak memenuhi ketentuan; dan
k) Kewenangan Menteri Keuangan melakukan penilaian kembali didelegasikan
kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
4) Akuntansi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
a) UAKPA melakukan akuntansi penyisihan piutang tak tertagih terhadap piutang
yang dimiliki dan/atau dikuasainya, baik terhadap piutang jangka pendek dan
piutang jangka panjang;
b) Penghitungan penyisihan piutang tidak tertagih dijabarkan di dalam Kartu
Penyisihan Piutang Tak Tertagih;
95

c) Nilai penyisihan tidak bersifat akumulatif tetapi ditetapkan setiap semester dan
tahunan sesuai perkembangan kualitas piutang;
d) Tata cara penetapan kualitas piutang dan besarnya tarif penyisihan piutang
sebagaimana dijelaskan tersebut diatas;
e) Berdasarkan Kartu Penyisihan Piutang, UAKPA melakukan penatausahaan dan
dilakukan input dengan formulir jurnal aset.
5) Tata Cara Pelaporan Serta Penyajian dan Pengungkapan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih.
a) Tingkat UAKPA
(1) UAKPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca
setiap semester dan tahunan;
(2) UAKPA mengungkapkan informasi yang lebih rinci dalam CaLK; dan
(3) UAKPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak tertagih
melalui laporan keuangan ke UAPPA-W atau UAPPA-E1 setiap semester
dan tahunan.
b) Tingkat UAPPA-W
(1) UAPPA-W menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam laporan
keuangan UAPPA-W setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan
keuangan UAKPA;
(2) UAPPA-W mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan
Keuangan; dan
(3) UAPPA-W menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak
tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPPA-E1 setiap semester dan
tahunan.
c) Tingkat UAPPA-E1
(1) UAPPA-E1 menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam laporan
keuangan UAPPA-E1 setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan
keuangan UAPPA-W/UAKPA;
(2) UAPPA-E1 mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan
Keuangan;
(3) UAPPA-E1 menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak
tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPA setiap semester dan
tahunan.
d) Tingkat UAPA
(1) UAPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca UAPA
setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-E1;
(2) UAPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca UAPA
setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-E1;
(3) UAPA mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan Keuangan;
96

(4) UAPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak tertagih


melalui laporan keuangan kepada Menteri Keuangan c.q Ditjen
Perbendaharaan setiap semester dan tahunan.
6) Jurnal Standar.
Satuan kerja setelah menetapkan kualitas piutang dan pembentukan penyisihan
piutang selanjutnya menyajikan dalam Neraca :
a) Jurnal Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih dilakukan pada setiap
tanggal neraca yaitu semesteran dan tahunan;
b) Jurnal Penyesuaian Penyisihan Piutang dilakukan pada tanggal pelaporan
berikutnya apabila ada penambahan atau pengurangan;
c) Jurnal Penghapusan Piutang Tidak Tertagih dilakukan apabila piutang tidak
dihapuskan; dan
d) Jurnal Balik Penyisihan Piutang l'idak Tertagih dilakukan pada awal tahun
anggaran berikutnya.
3. Pelaporan Pencatatan
Untuk pelaporan hihah agar mempedomani surat Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 2339/2.3-100/VII/2012 tanggal 2 Juli 2012 perihal
Pengelolaan dan Sistem Pelaporan Ilibah.
a. Satuan Kerja membukukan dokumen sumber transaksi keuangan atas :
1) Belanja yang bersumber dari hibah langsung bentuk uang;
2) Saldo kas di K/L dari hibah;
3) Belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah; dan
4) Belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya dari hibah.
b. Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang sampai dengan akhir tahun
belum digunakan dan belum disahkan, disajikan dalam Neraca;
c. Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang yang telah disahkan dan masih
terdapat sisa pada akhir tahun anggaran, disajikan dalam Neraca dan merupakan
bagian dari Saldo Anggaran Lebih;
d. Aset yang diperoleh dari Pendapatan Hibah dalam bentuk barang disajikan dalam
Neraca;
e. Penerima hihah mencatat realisasi belanja yang bersumber dari hibah, belanja barang
untuk pengesahan pendapatan dari hibah, belanja modal untuk pengesahan aset
tetap/aset lainnya dari hibah dalam Laporan Realisasi Anggaran dan mengungkapkan
Pendapatan Hibah dalam CaLK;
f. BPN RI/UAPA melakukan Rekonsiliasi dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Wang
(DJPU) atas realisasi Pendapatan Hibah Langsung secara triwulanan;
g. Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dapat dilakukan dari tingkat UAPA sampai
dengan UAKPA.

97

Kuasa Pengguna Anggaran selain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dengan
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
secara manual berupa :
a. Laporan Keadaan Kredit Anggaran/LKKA (lampiran 22) , disampaikan :
1) Untuk kantor pertanahan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Up.
Kabag TU selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah akhir bulan;
2) Untuk Kanwil BPN disampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran, berupa rekapitulasi laporan semua satker
disampaikan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah akhir bulan;
3) Untuk BPN Pusat disampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
akhir bulan.
b. Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan/LKKUP (lampiran 23) Mekanisme pelaporan
sebagaimana dimaksud huruf a;
c. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Pengeluaran dan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Penerimaan, disertai salinan rekening koran dari
bank/pos bulan berkenaan disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja bulan
berikutnya kepada :
1) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
2) Kantor Wilayah BPN Up. Kepala Bagian Tata Usaha;
3) Sekretaris Utama Up. Kepala Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran; dan
4) Badan Pemeriksa Keuangan.
d. Laporan realisasi PNBP triwulanan dan Laporan perkiraan realisasi PNBP sampai dengan
triwulan IV.
1) Laporan realisasi PNBP triwulanan disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah triwulan bersangkutan berakhir (lampiran 24);
2) Laporan perkiraan realisasi PNBP sampai dengan triwulan IV, paling lambat sudah
diterima oleh Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran BPN RI tanggal 1 Agustus
tahun anggaran berjalan (lampiran 25);
Kepala Satuan Kerja selaku Penanggung Jawab Sistem Akuntansi Instansi (SAI) wajib
melaksanakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam penyusunan Laporan Keuangan
dengan langkah-langkah
a. LRA Pendapatan :
1) Pastikan seluruh SSBP sudah dientry dalam SAI;
2) Pastikan nilai LRA pendapatan sama dengan jumlah SSBP dan LKKUP;
3) Pastikan nilai LRA pendapatan pada aplikasi SAKPA (SAI) sama dengan nilai Berita
Acara Rekonsiliasi (BAR) pendapatan pada Sistem Akuntansi Umum (SAU);
4) Pastikan LRA pendapatan sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
98

b. LRA Belanja
1) Pastikan seluruh SP2D telah dientry dalam SAI;
2) Pastikan nilai LRA Belanja sama dengan jumlah SP2D dan LKKA;
3) Pastikan nilai LRA Belanja sama dengan BAR Belanja;
4) Pastikan LRA Belanja sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
c. Neraca :
1) Aset lancar
(a) Pastikan kas di Bendahara Pengeluaran sama dengan nilai sisa Uang Persediaan
(UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetor ke Kas Negara;
(b) Pastikan kas di Bendahara Penerimaan sama dengan jumlah penerimaan (PNBP)
yang belum di setor ke Kas Negara, dan pastikan harus sama dengan saldo
rekening koran dan uang tunai di brankas per tanggal pelaporan;
(c) Pastikan kas lainnya dan setara kas sama dengan jasa giro, pajak, pengembalian
belanja yang belum disetor ke kas negara, hibah langsung berupa uang dan
SP2D LS yang belum dibayarkan;
(d) Pastikan nilai persediaan sama dengan laporan persediaan per tanggal pelaporan
dan harus sesuai dengan Berita Acara Opname Fisik Persediaan per tanggal
pelaporan;
(e) Pastikan Aset lancar sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
2) Aset Tetap :
(a) Pastikan nilai aset tetap (tanah, gedung/bangunan, peralatan dan mesin, jaringan)
harus sama dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset tetap (BMN) setiap semester dengan
Berita Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset tetap tersebut harus sama dengan
laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset tetap sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
3) Aset Tetap lainnya
(a) Pastikan nilai asset tetap lainnya (aset selain tanah, gedung/bangunan, peralatan
dan mesin, jaringan yang memenuhi syarat nilai kapitalisasi aset) harus sama
dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset tetap lainnya setiap semester dengan
Berita Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset tetap lainnya tersebut harus sama
dengan laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset tetap lainnya sudah dijelaskan dalam Catatan alas Laporan
Keuangan (CaLK).

99

4) Aset lainnya :
(a) Pastikan nilai aset lainnya (Aset tak berwujud sperti aplikasi, software) harus
sama dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset lainnya setiap semester dengan Berita
Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset lainnya tersebut harus sama dengan
laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset lainnya sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
5) TGR :
(a) Apabila terdapat TGR pastikan telah disajikan di aset lancar apabila jatuh tempo
12 (dua belas) bulan, atau disajikan di aset lainnya apabila jatuh tempo lebih dari
12 (dua belas) bulan;
(b) Pastikan TGR sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
6) Tindak Lanjut Basil Temuan Pemeriksaan :
(a) Pastikan temuan basil pemeriksaan BPK telah ditindaklanjuti dan dijelaskan
dalam CaLK.
(b) Tindak Lanjut merupakan lampiran Laporan Keuangan
7) Instrumen SPI lampiran 26

C. Laporan Rekening
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan
Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja Jis. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga, pelaporan rekening agar dilaksanakan secara berjenjang yaitu :
1. Kantor Pertanahan wajib menyampaikan kepada Kantor Wilayah BPN Up.Kabag TU
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah akhir bulan, sesuai lampiran 27;
2. Kantor Wilayah BPN wajib menyampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala
Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran berupa Rekapitulasi Laporan semua Kantor
Pertanahan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja akhir bulan, sesuai
lampiran 28;
3. Kantor BPN RI wajib menyampaikan kepada Sekretaris Utama Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
akhir bulan sebagai bahan laporan ke Kementerian Keuangan, sesuai lampiran 29;
4. Pada pasal 9 ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010:
a. Rekening sebagaimana dimaksud pasal 2, pasal 3 dan pasal 3A harus dilaporkan dan
disajikan dalam daftar lampiran pada laporan keuangan Kementerian/Lembaga/
100

Kantor/Satuan Kerja sebagaimana ditetapkan dalam lembaran V yang tidak


terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007.
b. Dalani rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada
bendahara umum negara/kuasa bendahara umum negara setiap akhir semester.

D. Laporan Pelaksanaan Kegiatan


Laporan Pelaksanan Kegiatan mencakup fisik dan keuangan secara periodik dan
berkesinambungan disampaikan kepada Sekretaris Utama Up. Kepala Biro Perencanaan dan
Kerja Sama Luar Negeri, sesuai lampiran 30.
Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara secara aplikasi dan manual juga
disampaikan kepada Inspektorat Utama setiap bulan, semesteran, dan tahunan.
XI. KETENTUAN LAIN-LAIN
A. Surat Keputusan Penghentian Pembayaran (SKPP) pegawai pensiun diterbitkan oleh Kepala
Satker dalam rangkap 6 (enam) dan disampaikan kepada KPPN untuk disahkan kepala seksi
perbendaharaan dan dibuatkan surat pengantar yang ditandatangani oleh Kepala KPPN
dengan penjelasan :
1. Lembar pertama dan lembar kedua dikirim kepada PT. Taspen (Persero);
2. Lembar ketiga diserahkan kepada pegawai yang bersangkutan;
3. Lembar keempat dikirimkan kepada Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang
mewilayahi PT. Taspen (Persero)/PT. ASABRI (Persero) yang membayar pensiun;
4. Lembar kelima sebagai arsip Bendahara Pengeluaran;
5. Lembar keenam untuk arsip KPPN;
B. Persyaratan pengajuan biaya mutasi :
1. Kuitansi dan kuitansi rincian yang telah ditandatangani oleh yang bersangkutan;
2. SPD lembar i (keberangkatan) dan lembar II (kedatangan) yang distempel dan ditanda
tangani oleh pejabat di tempat yang baru;
3. Daftar keluarga (KP4) yang dilegalisir oleh Kepala Bagian Tata Usaha;
4. Fotocopy SK Mutasi Pegawai yang dilegalisir oleh Kepala Bagian Tata Usaha;
5. Fotocopy Berita Acara Pelantikan;
Semua persyaratan di atas dibuat rangkap 2 (dua).
C. Persyaratan pengajuan biaya pemulangan pensiun :
1. Fotocopy SK pensiun yang dilegalisir Kepala Bagian Tata Usaha;
2. SPD lembar I (keberangkatan) dan lembar II (kedatangan) yang telah ditandatangani dan
di stempel oleh Kepala Desa/Lurah tempat tinggal hendak menetap;
3. Kuitansi dan kuitansi perincian yang telah ditanda tangani oleh yang bersangkutan;
4. Nama bank dan nomor rekening yang bersangkutan;
5. Nomor telepon yang bersangkutan;
Semua persyaratan di atas dibuat rangkap 2 (dua).

101

D. Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan Bendahara diatur tersendiri dalam Pedoman


Pengelolaan Keuangan Bidang Kebendaharaan;
E. Dalam hal keterbatasan sumber daya manusia dalam rangka pelaksanaan APBN, Kepala
Satker dapat melakukan kontrak kerja baik dengan Badan Hukum maupun Perorangan,
dengan mekanisme berpedoman pada Pcraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Jo. Nomor
35 Tahun 2011 Jo. Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
F. Pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum mengacu pada :
1. Ketentuan, antara lain :
a.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi


Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

b.

Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan


Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

c.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/PMK.02/2013 tentang


Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

d.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2012 tentang


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

2. Biaya operasional dan biaya pendukung tetap berada di instansi pengguna, mekanisme
pencairan mengikuti ketentuan yang berlaku
3. Biaya inventarisasi aspek fisik (pengukuran dan pemetaan bidang per bidang dan
keliling) dan inventarisasi aspek yuridis mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, khusus
untuk inventarisasi aspek yuridis mengacu pada besaran Biaya Panitia Pemeriksaan
Tanah "A.
G. Pelaksanaan kegiatan legalisasi aset
1. Kegiatan Supervisi dilakukan Tim dari Kanwil BPN ke Kantor Pertanahan, namun
apabila anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk supervisi dari petugas kanwil
maka biaya tersebut untuk pembuatan laporan oleh Kantor Pertanahan.
2. Optimalisasi legalisasi aset di lokasi IP4T
a.

Terhadap kegiatan-kegiatan legalisasi aset yang berada di lokasi IP4T dapat


dilakukan optimalisasi dengan menambah volume/target melalui mekanisme revisi
anggaran sesuai ketentuan yang berlaku

b.

Optimalisasi diperoleh dari biaya kegiatan pengukuran yang tidak digunakan

c.

Jumlah penambahan volume/target optimalisasi diperhitungkan dari sisa anggaran


pengukuran tidak terpakai dibagi atas standar biaya pengeluaran (SBK) legalisasi
aset masing-masing kategori.

H. Dalam pelaksanaan APBN harus didasarkan pada prinsip-prinsip :


1. Hcmat, efisien serta sesuai dengan kebutuhan yang disyaratkan;
2. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana program/kegiatan, serta fungsi
setiap Satuan Kerja.
102

XII. KETENTUAN PENUTUP


A. Dengan berlakunya Surat ini, maka :
1. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 334/2.1-100/1/2013
tanggal 28 Januari 2013 Perihal Pedoman Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2013 di
Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;
2. Surat atau Surat Edaran lainnya yang mengatur pelaksanaan APBN di Lingkungan Badan
Pertanahan Republik Indonesia yang bertentangan dengan surat ini;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
B. Surat ini berlaku sejak tanggal 2 Januari 2014.

An. Kepala Badan Pertanahan Nasional


Republik Indonesia
Plt. Se taris Utama.

HUG de Ariyuda, S.H.


NIP. 19550117 198203 1 003
Tembusan :
Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia.

103

DAFTAR LAMPIRAN
No

URAIAN

LAMPIRAN

1.

Lampiran 1

Laporan Realisasi SPP dan SPM

2.

Lampiran 2

BP. Register SPM/SP2D

3.

Lampiran 3

Kuitansi Pembayaran Langsung (PMK 190/PMK.05/2012)

4.

Lampiran 4

Surat Permintaan Pembayaran

5.

Lampiran 5

Surat Pernyataan

6.

Lampiran 6

Kuitansi/Bukti Pembayaran

7.

Lampiran 7

Format Surat Perintah Bayar (SPBy)

8.

Lampiran 8

Format SPM-UP/TUP

9.

Lampiran 9

Surat Pernyataan

10.

Lampiran 10

Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)

11.

Lampiran 11

Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) Satker Pengguna PNBP

12.

Lampiran 12

Surat Permohonan Permintaan Nomor Register Hibah

13.

Lampiran 13

Ringkasan Hibah

14.

Lampiran 14

Format SP2HL

15.

Lampiran 15

Format SP4HL

16.

Lampiran 16

Surat Permohonan Permintaan Nomor Register Hibah

17.

Lampiran 17

Ringkasan Hibah

18.

Lampiran 18

Contoh SP3I IL-BJS

19.

Lampiran 19

Format MPIIL-BJS

20.

Lampiran 20

Bukti Setor SSBP lembar ke-4

21.

Lampiran 21

Format Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)

22.

Lampiran 22

Laporan Realisasi Anggaran

23.

Lampiran 23

Rekap Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan (LKKUP)

24.

Lampiran 24

Rekapitulasi Laporan Realisasi PNBP

25.

Lampiran 25

Rekapitulasi Laporan Realisasi Perkiraan PNBP

26.

Lampiran 26

Sistem Pengendalian Intern (SPI) Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

27.

Lampiran 27

Laporan Daftar Rekening Kantor Pertanahan BPN

28.

Lampiran 28

Laporan Daftar Rekening Kanwil BPN

29.

Lampiran 29

Laporan Daftar Rekening BPN RI

30.

Lampiran 30

Laporan Pelaksanaan Kegiatan

104

,..
..=
ca
E
,-,

Peja bat Penandatangan SPM

Januari2014

<o)

12

SPP yang tidak dapatditerbitkan SPM


KETERANGAN
Nomo r
Nila i Bruto (Rp)
1,13
WO

en
I--1

Tt

O
N
no
.1=c.
ft

DOKUMEN
SPM yang diterbitkan
Nila i Bruto (Rp)

=
H

L
O
E
o
Z

Te
on

tz
ce
H

o
ro
-c
ro

a
OD

ro
oo

boal
C

..
el
E
=
r-

.-

cv

ro
a.)
cv

6
4

vz

Nila iBruto (Rp)

-o

=
E
m
Oil
2 on
Z a =
a 02 it
OD C
C .M -0

in

'2 F3
6 E
,
to o n,
no
c
to o
a
a,
o_
C ..
C
0
bz .71
,,,
M

L
0
E

0 N5

-et

, on c
o_ C
,
ad-

a.
bk
bo
cv,
H

a o

N C c
-o ro
ro

en

Jumla h

SPP ya ng diterima

LAMPIRAN 1

7 -o co
17 .,..,
c
ro, ro
.-
..n
.E .E E

a)
ro E To a
co -0

-f,- co o

NC
CO
CC C
mCO
- m
m
C
CU
CO
4_, 0_ C C ro

to rio .5 a cc)
To c E E ,_

a/ MI 0) CD a)
Y D 0_ (2_ 0_

,-..,
.,
,..../

O C7 no cr
21 0 LID W
o o 01 Cl
*Y O n, N

at
.' ej
4
O

.--t

VD
01
rr

ro
co
,..

C C C

ro no
.
:.- =

CO
>ft

ro
E
to
C

C C
03 CO
0 0

CO CO
I- t_
0.1 ID
CL CL
C
CO @
-0 -0
OD
-C C C
co ca
C o 0
t-. 1-

v}

0 0

c ,
co
Lo toto a
0 0
C

to
C
ro
t

0
Cl.

00
c

re
-o

CO
-C
M
W
C C
rp ea ta

ro

,.
-0 = t
c c ria a.,
C

C
m

ao
co

ro

C
CO
-C

N cu
0. a m

ao

.0
ro
C

c c
ro no ,
-0 -0 an
c c no
co
co a
C C
10 1,3 C
ro
EE
co no -o
C
W `
2) 2
ro
aE E to
a
a .E
CO CO C
-C -C a
al CO
to u,

7
-C

to

0 p C
E

e d in
t
CO CO
C C 4..

-0

CU CD 4+
-V ...V CO

Tr
CO

a > > > >


cccc
CO CO CO 0
4-0 -0 'V -0
0
48
5.
5' >:.
al
t
- = = =
a)
....
="' ="' =-- =.-

c 2

OD

o 48
a a 0

D
CO
....,
Z

C a

OD t 00
tCcu
CD 0 Q. 43

ea
-C -C
ro
7 ro ro
cu co
co
ea 4-,
0
a
6 110 to
c
a
c
c
ro
ro co
-6"
0 La a
Tu
vi 7, ..71
cm
4-. 03 113
C
.1)
c E E
a
s ,_ 8 '5 8
E , +3 c -)e C C
ro ro
T3 e
l )

p (

4 K,

5
i:
0 46 C C
CO CO
0 I- C C -CI LI
C C 2 2 C C

co
co
bo 2.ii,ms. w
o co0ro.
MI

r 0

re

Ol

4(1 al

D
CO

c
CO

.c
ro
.
0
a
E
cu
a
to
c
co LI

CO 1-

ru

- C

j"
c E E e
L -. E E -C
4- CU CI) 0./C tll W m
co r
a/ CI. O. a. ro CL a c 'V 0
s
0) CCC -t
c,_
` CO_C 4'
.__
CO (0 ra
.4-. CO -C
c
C @@@@
m ro no cara cc
13 t70 ECO bTo t
r r It o
....CLID 111 0.)
...
c.'
n3

to -c
-C CO
ro c C
c ra co
t
rn E
ij

t
0

c
ro
0

-a-)

60
C

a)
eL
(13 c0

yo to E
I- C C

0 ai 0 -5
-0 0
c
m C C 413 cc
CO (7) 0 CO
CO
.-* 4-.
OJ 0) C
CO al

- c CL 0. a 0_

C
0 C11
0 4
a 47 47 4n
0 i InI)
CO 0

s s ro co

a @ t C

,_ cr, a .r.e,i .5

sa
lt
c E E c
]- CD 0) CU C
c Cl
c n_ :2
a.
cia a.

- -..

.n ..o 3 n

CO CO
to Y
-V CO -V -= a
i nC
o 4d
. . .4.
d
4- C - CO 0 .0
0 ..4e Y

...,

o
a
ai
2
0
re,
4-
no
8

E ,_ z
0 m
s
vl (LI

60
C 1- 0- 0 0 7 7
(CCLICCOCOCOM
.0
_ 9 : o
m 10 140 411 co
"

a co

.--,

t 2 >0->0-> rn
. . a>I, to ro ro ro
(co 2 3 3 3 3
-a
,.,, EcERE
r9 (V z z z z
r, eL ci_ a. n_
.1.-. c co co cci co

'6
' .f
.
.

ro
an C
to ,
,

ro
C
to
.4_,
7

.. C

-c
re .0

C 0
of C
4/

_c

c
C
ro
C

ro ro

.--, 4.-.

o o DD
C
_Y
R a) C CO
c ro- _ co
-Y
CO 413 0 C
0 7 E
...t/1
c 4_,
4_, 4_,
,,, CO CD
CO
CO CO
00 CO D
z
c
ro
E
ro CO S Y 0- y C C C C 'Ft
-0 (TO an El t
no CO
) .73 )7) C 1
C ) 13 ;.3 12 0
c co
CO .74 -Y -V 00 s s s a.
ro co ro ro ro
00 00 fa fa ca c v, Ln 2 = TA 4;
C C 7.,
m' ...Y ...y _.y _y 4-,
to C (17 4'
s CCCCC
C ca. CO - .
3 CO (1) m C ,-A
ro
CO ro
C
1m
tt,
eu m v
v .1./
to "a
0 -= -6 75 OD tH l'I
wl kn
T- O
=
C re len til E -V
C ra
C MC '
C
V
-c
E
ro
1'
c
'e,
-C
.0
a
a
ro
tac
C
= 0
0 ," >' C CO la el) - - - _ 10 I-. ro -C -C -C 03
75 VI in 11) rao CU
=
c c C C cat =
C C C C -0 0 >.. 2 2 2 T
a
_a
ro no -,
- Lin
Cu L
40 . :1 . 2 C
M C
C
M
ive,c_:"ewei=
CO '3' .60 (.e c.0 ci, 4 4: ca
L ; CO CO 0 7
c ca w a)
.,.ri a ca c,
4' ,... o a a a a o 2.2 C
ro 'id. a
c c E
.1-.
C. c to S c c c c 2
CO CO
co c c 0- oCCcIUCUCJo sp c c c am
(CO
C
ea
ru
v
co- cm motto c
wa
wa
w a)
,_. 1._ CO
-0 ft) CO c s c (1, a a a a ...% -V .40
c@ a
0 1
3 4.9
a
C -0 -0 ro a 3@ -o -o -rp -o s
fora c. c to -o ro
-ccc
,
c_ cccccc,_craccmccFccccccmcccc
U U ro -co
- 2 2
c ,co c co
nm
eo 0 emo co
ro 2 2 4..ro, La co u- ro a 2 2 C 2 C 0 ri, m
vrOi i
ft
n , C,
rO tr,
I. 0 0 (0 ..a
>c (0 I' 0 00
0
.CL c
ti 40
7
n c
ro
ro
E 0
,_
a73
.ct CO
60 C

C C .-- 0 ...
C., ..-.
0 co 0
-11
......
;....
)

y ro -

-0 .._ - - ..-. 0) CO
14-1[

l0 d

70

0 -CSMn3
hr,

@ .6 -VOE

(a N

to

4, ...
000000
cji .... - - .... An ..,,, 4-, y
C 00 .... CO hn .e5L aoHn a T, -.n =
0./ Cll _o ti) 0.1 (11 0) E' 2
- . ro to al 0.1 C C .)4 E CI CV co r0 0 CO 0 11) 2 CU 0 el 0
cccocccreeetgCFg.E.Egre22
2F.EtLatenoteeeeEtetetee
CUCLICU" CU C) 0./(1

01CU 0.) 0.1 0005 CUCUCUCUCUCUCUtUCUWELCUOJCIJOCUCUCUCU000 0.1


a a a M a a a a CY 6 6 6 6 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a

In

1.0 t0
N CO 01 0 rl N
ct
CD ct N 01 01 0 1-1 N en N 1p r-1 CO CO N 1D N 01
N M O
tD 13 l0 1.0 t0 tD n n oo 03 03 03 03 01 01 CO
01 01 01 IT 01 Cl CO CO
01
01 a, Cl 01 01 01 01 01 01 Cl 01 01 Cl Cl 01 01 03
01 01 01 Cl Cl Cl 01 01 Cl Cl 01 Cl Cl 01
a,
N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N

N N N N N N N

0
Ln to V N
CI CO N. N N CO CO ce CO CO 00 01
Cl Cl 01 al

01 01 Cl

NOMOR

Bruto
Bersih
tr
')

At
I

Jumlah Keseluruhan

URAIAN

SATKER
PENERBITAN
SPM

TANGGAL NOMOR

SATKER
PENERBITANSPM
SUMLAR
URAIAN
IBruto I Potonean I Bersih
Vet

p.7

tm

o e
Z
" "
Jumlah Keseluruhan

14
.w

"

Pejabat Penanda Tangan SPM

W*

...,....

T.4

00

=
el

a0

r ,..

(Z

ke)

L.147LRAl4

FERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 190/PMK. 05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BEIANJA NEGARA

MENTERI KEUANWN
REPUBLIK INDONESIA

KUITANSI PEMBAYARAN LANGSUNG

TA

: (1)

NomorBukti

: (2)
Math Anggaran : (3)
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : Pejabat Pembuat Komitmen


Satker
Jumlah uang

: Rp

(5)

Terbilang

untuk pembayaran :

(4)

(6)

(7)

a.n.Kuasa Pengguna Anggaran


Pejabat Pembuat Komitmen

Tempat/TgI.(8)
Jabatan Penerima Uang

T.Tangan dan stempel

Tanda tangan

(10)
(Nama Jelas)
NIP/NRP

(9 )
Nama Jelas

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan balk


Pejabat yang bertanggungjawab
T.Tangan
(11) (Nama Jelas)
NIP/NRP
Th

-2PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI PEMBAYARAN LANGSUNG


NO

URAIAN ISIAN

(1)

Diisi tahun anggaran berkenaan

(2)

Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3)

Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran

(4)

Diisi nama satker yang bersangkutan

(5)

Diisi jumlah uang dengan angka

(6)

Dfisi jumlah uang dengan huruf

(7)

Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah


spesifikasi teknisnya
Diisi tempat tanggal penerimaan uang

(8)
(9)
(10)
(11)

barang/ jasa dan

Dlisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada)


Dan materai sesuai ketentuan
Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP pejabat pembuat komitmen
serta stempel dinas
Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan
bertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa

Salinan sesual dengao aslinya


KEPALA B

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMP IRAN4
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/ 2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

/Clio%
WIENTEDI ICEUANGAN
REPUBUIC INDONESIA

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN


Tamil

Noma

:....1)

1)

L 31 1

LIM Pinbayann
lenls Pambayaran

1.

Wnu.Atuhtn netgara/kmbaga

7.

2.

UM Organists'

6.

3.
4.

Utter
Loud

Tempat

6.

Alamat

9.
10

Keglatan
4.344 Keratan
60 de F ung9115Qb lungs)/Program
Kode Xewenangan

: .4. 10)

kepodanh.
Pe1abat haw& 1.44/64 Surat Paiintak Konbayar

BerdillW111/1 0111A iSKPA


1.

luinlah Pentbayarm yang clInintakan

2.

Untuk kaparluan

7) Nomor

18) langgal

.-

11) tartarna In) kaml 4Eukan pormlnlaan pembayaran stbagal henkui

denim/ 64111
clenvin Fund

3.

kegs balaila

4.

Ata4 Wm

S.

444m41.

: ..... 23)

6.

Mamptinyal t4kwung

7.

Nomor clan tanual SP1/Kontrak

26)

B.

NISI 5.46/1ontrak

S.

044gan pirtlelann

nomor tekening .

:.

271

23)

Nom.,

I.KEGL4TAN/01STPUT/MAK (AKIN 6

PAGU DALAM

SPP/SPM 5.D

urut

DiG111 1165ANGNUTAN
II.SEMUA.CODE KiGIATANDALAM

01PA/SKPA
114 I

YANG LAId
(44.1

DIPA

2
I

10611105 D SPP INt

199 MI

usA CANA

114 )

'RP 1

10 )

331

34)

35)

RIGIATAN/OUTPUT/MAK (4CUN 6 OIGM


30)

31)

11.411414 I

II

31)

361

37)

39)

39/

40)

SEMUA MIGIATA.N
41)

421

sl.IMU14 II

471

45)

441

43)

451

41)

46)

SO)
51)

PM

UANG PERSEDIAAN

LAMPIMN

COWMEN 96601605E I
52) BERKA5

PM

PM

PM

SuRAT 8 KT) PENGEL0APAN

136AT TANOA SETORAN

54) L1MBAR

53) LEMBAR

Illtarlma Sall pagull 599/ ;wank:APIA


saL141 .453)

Peobat Pembuat ilornamen

pada tam.) 4-.571

Satter.

NMI.

nama

NIP.

NIP,

561

MENTEN ICELJANGAN
tIER113L11< IN110i4ESIA

-2PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN


NO
(1)

URAIAN ISIAN
Diisi tanggal Penerbitan SPP

(2)

Diisi nomor penerbitan SPP

(3)

Dipilih salah satu: 1= UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP

(4)

Dipilih salah satu:1 = Pengeluaran Anggaran (PA), 2 =Pengembalian


Uang

(5)

Diisi nama dan kode Kementerian negara/lembaga yang


bersangkutan

(6)

Diisi narna dan kode Unit Eselon I Kementerian negara/lembaga yang


bersangkutan

(7)

Diisi nama dan kode satker yang bersangkutan

(8)

Diisi nama dan kode Provinsi satker yang bersangkutan

(9)

Diisi nama dan kode kota/kabupaten satker yang bersangkutan

(10)

Diisi alamat satker yang bersangkutan

(11)
(12)

Diisi nama kegiatan yang bersangkutan

(13)

Diisi kode fungsi, sub fungsi dan program yang bersangkutan

(14)

Diisi kode: (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK)
Dekonsentrasi, (TP) Tugas Pembantuan,(UB) Urusan Bersama, (DS)
Desentralisasi

(15)

Diisi nama satker yang bersangkutan

(16)

Diisi nama kota/kabupaten satker yang bersangkutan

(17)

Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA)

(18)
(19)

Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA)

(20)

Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka

(21)

Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf

(22)

Diisi keperluan pembayaran

(23)
(24)

Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/belanja


barang/belanja modal/dst)
Diisi nama pihak penerima pembayaran

(25)

Diisi alamat pihak penerima pembayaran

(26)

Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran

(27)

Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran

(28)

Diisi nomor dan tanggal SPK/kontrak yang diajukan pembayaran


oleh pihak ketiga (I,S)

(29)

Diisi nilai SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga


(LS)
Diisi kode kegiatan, output dan mata anggaran yang bersangkutan

(30)

Diisi kode kegiatan yang bersangkutan

Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran

KEUAIBBAN
REPUBLIK INDONESIA

-3(31)

Diisi pagu masing-masing mata anggaran dalam satu kegiatan dan


satu output

(32)

Diisi akumulasi nilai SPP/SPM yang telah diajukan

(33)

Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini

(34)

Diisi penjumlahan nilai kolom 4 dan kolom 5

(35)

Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6

(36)

Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3

(37)

Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 4

(38)

Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 5

(39)

Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 6

(40)

Diisi jumlah nomor unit I pada kolom 7

(41)

Diisi kode kegiatan,output dan jenis belanja dalam DIPA/SKPA

(42)

Diisi pagu jenis belanja dalam satu kegiatan dan satu out put dalam
DIPA/SKPA

(43)

Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan yang telah diajukan sampai


dengan SPP yang lalu

(44)

Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini

(45)

Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan sampai dengan SPP ini

(46)

Diisi sisa dana seluruh kegiatan

(47)

Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 3

(48)

Diisi penjumlahan nomof urut II pada kolom 4

(49)

Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 5

(50)

Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 6

(51)

Diisi penjumlahan nomor unit II pada kolom 7

(52)

Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan

(53)

Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan

(54)

Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/SSBP)

(55)

Diisi nama satker penguji SPP/penerbit SPM

(56)

Diisi nama satker pejabat pembuat komitmen

(57)

Diisi tanggal penerimaan SPP

IDWANIaAN
(INDONESIA

-4DAFTAR RINCIAN PEFtMINTAAN PENBAYARAN

1
2
3
4

Kerr/enter/an/Lard:raga
Unit Organisasi
Lokasi
Kanter/Satker

Alarrat

(
(
(
i

/
/
)
/

JenisSPP
1 GUP
2 GUP MN
3 FTLIP
Pagu 011tglit

RP.

MA Nanny
tanggal

7
a
9
10

Kale Kegiatan
/Lode Output
Tabun Anggaran
Bulan

Bud Pengeluaran
Nbrnor
Urut

Tanggal Manor Brica


Perrbukuan

Jurrian Larrpiran :

Nana Penerima dan Kepeluan

M71Arfr

Jurriah Kutor Yang Dibayarkan

MAK (AHUN 6
DIGIT)

Juniah SPP Li
SPNYSPP sebelum9PP IN atas beban output IN
Jurriah s.d 517I7 IN atas beban output IN

An. Kuasa Pengguna Anggaran


Pejabat Perrbuat Korritrnen

Name
NIP.

Salinan sesuai denT,nau aslinya


ICEPALA B

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Lampiran 5
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/ 2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEOARA

MIZNTE ICEL/ANGAN
REPUI3 DC INDONESIA

KOP SURAT
KEMENTERIAN/LEMBAGA (SATKER)

SURAT PERNYATAAN
Nomor : XXXXXX

Sehubungan dengan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) sebesar


Rp.999.999.999,00 ( dengan huruf yang bertanda tangan di bawah ini:
1.

Narna

2.

Jabatan

3.

Satuan Kerja

(xxxxxx)

4.

Kementerian Negara/Lembaga

(xxx)

5.

Unit Organisasi

(xx)

: Kuasa Pengguna Anggaran

dengan ini menyatakan bahwa:


1. Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai
kegiatan yang tidak dapat ditunda dan menurut perkiraan kami akan habis
dipergunakan dalam waktu 1 (satu) bulan;
2. Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut diatas tidak akan dipergunakan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut peraturan perundangundangan harus dilakukan dengan pembayaran langsung (LS);
3. Apabila Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut tidak habis dipergunakan dalam 1
(satu) bulan, sisa yang masih ada akan disetor ke Kas Negara sebagai penerimaan
kembali pembayaran Uang Persediaan (UP)/Transito.
4. Pencairan, pembayaran, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporan atas dana
Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut di atas menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
20)0(
Kuasa Pengguna Anggaran,

NIP
Salinan aesuai dengan aslinya
KEPALA B

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

tampiran 6
PERATU
RI KELTANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DAIAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TvIENTERI KEUANOAN
REPtJ13LtIC INIIONESIA

KUITANSI PEMBAYARAN UP *)

TA

: (1)

Nomor Bukti
Mata Anggaran

: (2)
: (3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dad : Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen


Satker 4)
Jumlah uang
Terbilang

:Rp

Untuk pembayaran

(5)
(6)

(7)
Tempat/Tgl.(8)
Jabatan Penerima Uang
Tanda tangan dan Stempel

( 9)
Nama Jelas

Setuju dibebankan pada mata anggaran berkenaan


An. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen

lunas dibayar Tgl....

Tanda tangan
(10) (Nama Jelas)
NIP/NRP.

Tanda tangan
(11) (Nama Jelas)
NIP/NRP

Bendahara Pengeluaran

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan balk


Pejabat yang bertanggungjawab
T.Tangan
(12) (Nama Jelas)
NIP/NRP

*) Kuitansi ini dibuat apabila tidak diperoleh kuitansi dari penyedia barang/jasa (misalnya: jasa tambal
ban).

-2PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)


NO

URAIAN ISIAN

(1)

Diisi tahun anggaran berkenaan

(2)

Diisi nomor unit kuitansi/bukti pembukuan

(3)

Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran

(4)

Diisi nama satker yang bersangkutan

(5)

Diisi jumlah uang dengan angka

(6)

Diisi jumlah uang dengan huruf

(7)

Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan


spesifikasi teknisnya

(8)

Diisi tempat tanggal penerirnaan uang

(9)

Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada)


Dan materai sesuai ketentuan

(10)
(11)
(12)

Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP pejabat pembuat


komitmen serta stempel divas
Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP bendahara pengeluaran dan
tanggal tunas dibayar
Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan
bertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa

Salinan aesuai dengan aslinya

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ad.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

OIART
NIP 195

lampiran 7
PERATURAN MENTERI KELIANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGICA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

MENTalt ICELJANCIAN
REPU15 11( INDONESIA

FORMAT SURAT PERINTAH BAYAR (SPBy)


KEMENTERIAN/LEMBAGA
SATUAN KERJA

(....)

SURAT PERINTAH BAYAR


Tanggal : ,..Nomor :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan Bendahara Pengeluaran agar
melakukan pembayaran sejumlah :
Rp
(*** DH n* )

Kepada
Untuk pembayaran :

Atas dasar :
1. Kuitansi/bukti pembelian
2. Nota/buktl penerimaan barang/jasa/
(bukti lainnya)
Dibebankan pada:
Kegiatan, output, MAK :
Kode

Setuju/lunas dibayar, tanggal

Diterima tanggal

Bendahara Pengeluaran

Penedma Uang/ Uang Muka Kerja

Nama Jelas
NIP/NRP

Nama Jelas
NIP/NRP

an. Kuasa Pengguna Anggaran


Pejabat Pembuat Komitman

NIP/NRP

Salinan SCSLIELl dergan aslinya


IMPALA B

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Lampiran 8
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMDAYARAN DALAM RANOKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN HELANJA NEGARA

1,41:541-L441 KEUANGN1
REPUITIICINDONESIA

FORMAT SPM-UP/TUP
KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal :

(2) Nomor :

(1)

(3)

Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4)


Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp

(XXX)

(5)

*** OH *** (6)


Jenis SPM

7:

(7)

Cara Bayar

Dasar Pembayaran :

(8)
Satker

(10)

i Tahun Anggaran i

(9)

Nama Satker

Kewenangan

(11)

)00000C XX.
Fungsl, Subfungsi, BA,
XX.

XX.

Unit Eselon I

Program

XXX. XX.

Kegiatan, Output, Lokasi


XX.XX
)000(
XXX

XX (12)

(13)

Jenis Pembayaran

(14)

(15)

Sifat Pembayaran
Sumber Dana/Cara Penarikan
Nomor Register

(17)

POTONGAN

PENGELUARAN
Jenis Belanja

Jumlah uang

XX (18)

(19) ...

Jumlah Pengeluaran

/ .416)

: XXX

(20) ...

Jumlah uang

BAd/Unit Es U Lokasi I Akun I Satker


XXX.)000( XX. XXXXXX.XXXYJa (21)

(22) ...
(23) ...

Jumlah Potongan

(24) ...
Kepada
NPWP
Rekening
Bank / Pos

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

Ureian

(30)

Semua bukti-bukti pendukung telah diuji dan dinyatakan memenuhi


persyaratan untuk dilakukan pembayaran, selanjutnya buktl-buktl
pendukung dimaksud disimpan dan ditatausahakan oleh Pejabat
Penanda tangan SPM.
Kebenaran perhitungan dan isi yang tertuang dalam SPM ini
menjadl tanggung jawab Pejabit Penandatangan SPM.

illtil i li 111111 1111 I I


100

6912501063-1

(33)

a.n. Kuasa Pengguna Anggaran


Pejabat Penanda Tangan SPM

NIP/NRP

(31)
(32)

MI3.1TLrQ ICEUANGAN
REPUBLIIC INDONESIA

-3FORMAT SPM-LS BELANJA PEGAWAI


KEMENTERIAN NEGARAJLEMBAGA
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal :

(2) Nomor :

(1)

(3)

Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4)


Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp

(XXX)

(5)

*** OH *** (6)


Jenls SPM

Cara Bayar

(7)

Dasar Pembayaran :

:
Satker

(10)

Tahun Anggaran

(8)
Kewenangan

(9)

Nama Satker

XXXXXX. XX.

(11)

Fungsi, Subfungsi, BA,


Unit Eselon I
XX.
XX.
XXX. XX.
Kegiatan, Output, Lokasi
XXXX
XXX
XX.XX

Program
XX (12)

(13)

Janis Pembayaran

(14)

Sifat Pembayaran

(15)

Sumber Dana/Cara Penarikan


Nomor Register
PENGELUARAN

: XX.X ..... /
(16)
: XXXXXXXX (17)

POTONGAN

Jenis Belanja

Jumlah uang

)0( (18)

(19) ...

Jumlah Pengeluaran

(20) ...

Kepada
NPWP
Rekening
Bank / Pos
Uraian

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

BAliUnit Es I/ Lokasi / Akun / Satker

Jumlah uang

)000(X.XX.XXXXXXXX.)00(XXX (21)

(22) ...

Jumlah Potongan

(23) ...
(24) ...

Semua bukti-bukti pendukung untuk Belanja Pegawai telah diuji dan an. Kuasa Pengguna Anggaran
dinyatakan memenuhl persyaratan untuk ditakukan pembayaran etas Pejabat Penanda Tangan SPM
be ban APBN, selanjutnya buktl-bukti pendukung dimaksud disimpan
dan ditetausahakan oleh Pejabat Penanda tangan SPM,
fr<ebenaran perhitungan dan 1st yang tertuang dam SPM al
mead tanggung lawab Peabat Penandatangan SPM.

H II'I

IE fflI!:' ~ II

100189

2 301083-7

(33)

NIP/NRP

(30)

(31)
(32)

MI:14TEPI ICEUANL1N4
REPUBLIIC INDONESIA

-4PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
NO

URAIAN ISIAN

(1)

Diisi uraian nama Kementerian Negara/Lembaga

(2)

Diisi tanggal 5PM dengan konfigurasi : dua digit hari/dua digit bulan/empat digit tahun (dd/mm/yyyy)

(3)
(4)

Diisi nomor 5PM dengan konfigurasi enam digit pertama secara otomatis diisi nomor urut oleh aplikasi dan
dapat ditambahkan isian konfigurasi penomoran sesuai ketentuan yang berlaku pada masing-masing satker
Diisi uraian KPPN Pembayar dan diikuti dengan kode KPPN sesuai tabel referensi

(5)

Diisi dengan angka sejumlah bersih yang dibayarkan

(6)

Diisi dengan huruf sejumlah bersih yang dibayarkan

(7)

Diisi dengan kode jenis SPM sesuai dengan tabel referensi jenis 5PM yang antara lain meliputi :

(8)

(9)
(10)

01

Gaji Induk/Gaji Bulan ke -13

02

Gaji Susulan/Gaji Terusan

03

04

Kekurangan
Gaji/UDW/ U DT/P ersekot
Gaji Lainnya

05

Ganti UP

06

Ganti UP KP

07

Langsung

08
09
10

=
=
=

Dana UP
Dana UP (KP)
Transfer

Diisi kode dan uraian cara bayar SPM yang meliputi :


1
= Cek Bank
: diisi apabila cara bayar menggunakan Cek yang membebani kas
negara pada Bank
2
= Giro Bank
: diisi apabila cara bayar menggunakan pemindahbukuan / transfer
3

Cek Pos

Giro Pos

Nihil

Pengesahan

yang membebani kas negara pada Bank


diisi apabila cara bayar menggunakan Cek yang membebani kas
negara pada Kantor Pos
diisi apabila cara bayar menggunakan pemindahbukuan / transfer
yang membebani kas negara pada Kantor Pos
diisi apabila penerbitan SPM tidak menyebabkan selisih belanja dan
pendapatan
diisi apabila penerbitan 5PM dalam rangka pengakuan atas realisasi
belanja dan pendapatan

Diisi tahun anggaran berkenaan


Diisi dasar penerbitan SPM, misal : nomor UU AP BN, nomor dan tanggal DI PA, Nomor PHLN untuk pinjaman
LN atau dokumen dasar penerbltan lalnnya

MENTEN ICEUANG/W
REPUBpIC INDONESIA

-5(11) Diisi kode satuan kerja (enam digit), jenis kewenangan (dua digit), dan uraian satker sesuai dengan DIPA
atau yang dipersamakan dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.
Khusus untuk jenis kewenangan, meliputi sebagai berikut :
KP
: Kantor Pusat
KD
: Kantor Daerah
DK

Dekonsentrasi

TP

Tugas Pembantuan

UB

Urusan Bersama

(12) Diisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sesuai dengan DIPA atau dan
dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.
Komposisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sebagai berikut i
X

---Eo.

Diisi kode program (dua digit)

Diisi kode unit eselon I (dua digit)


Diisi kode Bagian Anggaran (tiga digit)

Diisi kode sub fungsi (dua digit)

Diisi kode fungsi (dua digit)

(13) Diisi Kegiatan, Output, Lokasi, sesuai dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan
5PM
Komposisi Kegiatan, Output, Lokasi sebagai berikut :
X X X X XX X
X X X X

Diisi kode lokasi (empat digit) terdiri


dari kode kabupaten/kota (dua digit)
dan kode propinsi (dua digit)
Dusi kode output (tiga digit)
Dusi kode kegiatan (empat digit)
(14) Diisi Jenis Pembayaran yang meliputi :
1 =
2 =

Pengeluaran anggaran
Pengembalian Uang

:
:

Diisi apabila pembayaran dibebankan pada DIPA


Diisi apabila pembayaran dalam rangka pengembalian
pendapatan negara

3
4
5

=
=
=

PFK (Perhitungan Fihak Ketiga)


Pengeluaran Transito
Perhitungan Rekening Khusus

:
:
:

Pembetulan Pembukuan

Diisi apabila pembayaran dalam rangka PFK


Diisi apabila pembayaran dalam rangka UP/TUP
Diisi apabila pembayaran yang membebani rekening
khusus
Diisi apabila penerbitan 5PM dalam rangka koreksi
pembukuan

(15) Diisi sifat pembayaran yang meliputi :

I ivc.;1
NOB-EN ICEUANGAN
REPUEcTIC INDONESIA
-6-

1 =
=
=

Dana Uang Persediaan (UP)


Tambahan UP (TUP)
Penggantian UP (GUP)
Pembayaran Langsung (LS)

:
:
:
:

Nihil

diisi apabila penerbitan SPM tidak menyebabkan selisih belanja


dan pendapatan selain SPM GUP-Nihil

Pertanggungjawaban
(PTUP)

Pengesahan

Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka


pertanggungjawaban TUP
diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pengakuan atas
realisasi belanja dan pendapatan

3
4

TUP

Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran UP


Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran TUP
Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka penggantian UP
Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka
pembayaran
langsung ke rekening Bendahara Pengeluaran atau Pihak Ketiga

(16) Diisi sumber dana (SD) terdiri dari dua digit dan Cara Penarikan (CP) terdiri dari satu digit CP sesuai dengan
DIPA atau yang dipersamakan dengan
DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.
Sumber Dana (SD) antara lain meliputi :
01 = Rupiah Murni

02 = Pinjaman Luar Negeri


03 = Rupiah Murni Pendamping
04 = PNBP
05 = Pinjaman Dalam Negeri
06 = Badan Layanan Umum
07 = Stimulus
08 = Hibah Dalam Negeri
09
10
11
12

=
=
=
=

Hibah Luar Negeri


Hibah Langsung Dalam Negeri
Hibah Langsung Luar Negeri
Hibah Langsung Barang Dalam Negeri

13
14
15
16
17

= Hibah Langsung Barang Luar Negeri


= Hibah Langsung Jasa Dalam Negeri
= Hibah Langsung Jasa Luar Negeri
= Hibah Langsung Surat Berharga Dalam Negeri
= Hibah Langsung Surat Berharga Luar Negeri
Cara Penarikan (CP) antara lain meliputi :
0 = Rupiah Murni
1 = Pembiayaan Pendahuluan
2
3

=
=

Pembayaran Langsung
Rekening Khusus
Letter of Credit

(17) Diisi nomor register pinjaman/hibah (delapan digit) sesuai dengan DIPA
(18) Diisi kode jenis belanja (dua digit) sesuai dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Sacker
Satu SPM hanya untuk satu jenis belanja
(19) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pengeluaran
(20) Diisi jumlah seluruh pengeluaran
(21) Diisi kode Bagian Anggaran, Unit Eselon I, lokasi, akun, dan satuan kerja dengan ketentuan sebagaimana
petunjuk pengisian potongan SPM
(22) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun potongan SPM
(23) Diisi jumlah rupiah seluruh potongan

MEN KEUANOAN
FIEPUB INDONESIA

-7(24) Diisi jumlah rupiah bersih (jumlah seluruh pengeluaran dikurangi jumlah seluruh potongan)
(25) Diisi nama penerima pembayaran (bendahara pengeluaran/penerima hak tagih) disertai alamat lengkap.
Khusus untuk SPM-GUP Nihil dan SPM-PTUP diisi dengan "Bendahara Umum Negara untuk dibukukan
seperlunya"
(26) 1. Diisi NPWP penerima pembayaran sesuai ketentuan perpajakan;
2.

Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPM-PTUP, dan SPM-Pengesahan tidak diisi.

(27) Diisi nomor dan nama rekening bank/pos yang menerima pembayaran. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPMPTUP dan SPM-Pengesahan tidak diisi
(28) Diisi Bank/Pos tempat pembayaran dicairkan. Khusus untuk SPM - GUP Nihil, SPM - PTUP, dan SPMPengesahan tidak diisi
(29) Uraian berisi tentang informasi : Untuk keperluan , No dan tgl.Kontrak/SPK, Nilai Kontrak/SPK, Cara
pembayaran, Tgl. Penyelesaian pekerjaan
Keperluan pembayaran sesuai dengan jenis SPM, misalnya:
1.

SPM UP "Penyediaan Uang Persediaan "

2.

SPM TUP "Penyediaan Tambahan Uang Persediaan"

3.

SPM GUP "Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain- lain)"

4.

SPM GUP NIHIL "Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain- lain)"

5.

SPM PTUP "Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan untuk keperluan belanja

(barang/modal/lain- lain)".
6.

5PM Pengesahan "Pengesahan belanja (barang/modal/lain- lain)".

7.

5PM LS
a. LS ke Bendahara/pegawai " Pembayaran belanja .., (pegawai/barang/modal/lain- lain) sesuai
Tgl......."
SK/ST/SPD No.

(barang/modal/bantuan sosial/lain-lain)sesuai Kontrak


b. LS ke Pihak Ketiga "Pembayaran belanja
Tgl.
SPMK/Jaminan Uang Muka/BAP/BAST/Jaminan Pemeliharaan No.
No.
Tgl.
(30) Diisi lokasi instansi penerbit SPM dan tanggal penerbitan SPM
(31) Diisi nama penandatangan SPM
(32) Diisi NIP/NRP penandatangan SPM
(33) Diisi bar code hasil enkripsi aplikasi 5PM

Salm= sesuai denzan aslinya


IMPALA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

ICEUANGAN
REPUBOK INDONESIA

-2FORMAT SPM-GLJP/PTLJP/LS NON BELANJA PEGAWAI


KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal :

(2) Noma- :

(1)

(3)

Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4)


Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp

(XXX)

(5)

*** DH *** (6)


Janis SPM

Cara Bayar

(7)

Dasar Pembayaran :

:
Satker

(10)

Tahun Anggaran

(8)
Kewenangan

(9)

Nama Satker

XXXXXX. XX.

(11)

Fungsi, Subfungsi, BA,


Unit Eselon I
XX.
XX.
)00( XX.
Kegiatan, Output, Lokasi
XXXX
XXX
XXX(

Program
XX (12)

(13)

Janis Pembayaran

(14)

Sifat Pembayaran

(15)

Sumber Dana/Cara Penahkan


Nomor Register
PENGELUARAN

: XX.X

/ .....(16)
(17)

POTONGAN

Janis Belanja

Jumlah uang

XX (16)

(19) ...

Jumlah Pengeluaran

(20) ...

Kepada
NPWP

(25)
(26)

Rekening

(27)

Bank / Pos
Uraian

(26)
(29)

BA//Unit Es I/ Lokasi / Akun / Satker

Jumlah uang

XXX.XX.XXXX.)0000(X.XXX)OCX (21)

(22) ...
(23) ...

Jumlah Potongan

(24) ...

(30)
Semua bukti-bukti pengeluaran yang disahkan Pejabat Pembuat
Komitmen telah dluji dan dinyatakan memenuhi persyaratan untuk
dilakukan pembayaran atas beban APBN, selanjutnya buktl-bukti
pengeluaran dimaksud disimpan dan ditatausahakan etch Pejabat
Penanda tangan SPM.
Kebe aran perhltungan dan isi yang tertuang dalam SPM Ini
menj d anggung jawab Pejabat Penandatangan SPM.

II 1 1, it Illi
1 100I1111
1 8 1 2 90 1 0 6 9-7

_433)

a.n. Kuasa Pengguna Anggaran


Pejabat Penanda Tangan SPM

NIP/NRP

(31)
(32)

Lampiran 9
PERATURAN MEM
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KOP SURAT SATUAN KERJA

SURAT PERNYATAAN
Nomor : XXXXXX
Sehubungan dengan pengajuan Uang Persediaan (UP) sebesar Rp.999.999.999,00
dengan huruf ), yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama
2. Jabatan

: Kuasa Pengguna Anggaran

3. Satuan Kerja

(xxitcoc)

4. Kementerian Negara/Lembaga

(xxx)

5. Unit Organisasi

(xx)

dengan ini menyatakan bahwa:


1. Uang Persediaan (UP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari satuan kerja dan tidal( untuk membiayai pengeluaran yang
menurut peraturan perundang-undangan hams dilakukan dengan pembayaran langsung
(LS);
2. Apabila dalam 3 (tiga) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan penggantian
(revolving) UP, maka bersedia memotong atau menyetorkan sebesar 25% (dua puluh lima
persen) dari UP yang diterima.
3. Apabila dalam 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan Kepala KPPN untuk memotong
atau menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen) belum dilaksanakan, maka
bersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh persen) dari UP yang diterima.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
20)0C
Kuasa Pengguna Anggaran,

NIP
Salim= sesuai dengan aslinya
IMPALA B
KEPA.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.

ENTERIAN
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

1/2t
GIART
NIP 195

If

Lampiran 10
PERATURAN MENT RI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32/PMK.02/2013
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
LOGO (1)

KEMENTERIAN/LEMBAGA
UNIT ESELON I
Satuan Kerja
Alamat

(2)
(3)
(4)
(5)

KOP Kementerian/Lembaga

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


NOMOR :
(6)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

(7)

NIP/NRP

(8)

Jabatan

: Kuasa Pengguna Anggaran

Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran telah disusun sesuai ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tabun 2013.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah
disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja, dan siap
untuk diaudit sewaktu-waktu.
3. Perhitungan kebutuhan anggaran yang dituangkan dalam TOR/RAB telah
disusun mengikuti ketentuan dan merupakan harga yang paling ekonomis.
4. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas kebenaran formil dan
materil usulan Revisi Anggaran yang diajukan.
5. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan
menimbu1kan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara
tersebut ke Kas Negara.
6. Dalam hal terjadi permasalahan hulcum yang diakibatkan Revisi Anggaran ini
menjadi tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan
sadar, dan tidak dibawah tekanan.
(9)
Kuasa Pengguna Anggaran
Materai
6000
(10)
NIP/NRP.

(11)

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2Keterangan:
1.

Diisi dengan logo Kementerian/Lembaga.

2.

Diisi dengan uraian nama Kementerian/Lembaga.

3.

Diisi dengan uraian nama unit Eselon I.

4.

Diisi dengan uraian nama Satker.

5.

Diisi dengan alamat.

6.

Diisi dengan nomor Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.

7.

Diisi dengan nama pejabat penanda tangan Surat Pernyataan Tanggung


Jawab Mutlak.

8.

Diisi dengan NIP/NRP.

9.

Diisi dengan tempat dan tanggal.

10.

Diisi dengan nama Kuasa Pengguna Anggaran.

11.

Diisi dengan NIP/NRP.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


LOGO (1) KEMENTERIAN/LEMBAGA
UNIT ESELON I
Alarnat

(2)
(3) KOP Kementerian/Lembaga
(4)

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


NOMOR :
(5)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

(6)

NIP

(7)

Jabatan

: Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I (8)

Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran telah
diteliti, diperiksa kebenaran dan kelengkapan dokumen pendukung yang
disampaikan.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah
disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja dan unit
Eselon I, dan siap untuk diaudit sewaktu-waktu.
3. Daiam hal pagu anggaran berubah, usul Revisi Anggaran telah dibahas
dengan unit Inspektorat terkait.
4. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan
menimbulkan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara
tersebut ke Kas Negara.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan
sadar, dan tidak di bawah tekanan.
(9)

Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/


Sekretaris/Pejabat Eselon I
Materai
6000

(10)
NIP/NRP

(11)

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Keterangan:
1.

Diisi dengan logo Kementerian/Lembaga.

2.

Diisi dengan uraian narna Kementerian/Lembaga.

3.

Diisi dengan uraian nama unit Eselon I.

4.

Dural dengan alamat Eselon I.

5.

Diisi dengan nomor Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.

6.

Diisi dengan nama pejabat penanda tangan Surat Pernyataan Tanggung


Jawab Mutlak.

7.

Diisi dengan NIP/NRP.

8.

Diisi dengan uraian jabatan penanda tangan Surat Pernyataan


Tanggung Jawab Mutlak sesuai keperluan.

9.

Diisi dengan tempat dan tanggal.

10.

Diisi dengan nama pejabat penanda tangan.

11.

Diisi dengan NIP/NRP


MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO

4
MEFIILFU ICEUANOAN
REPUBL1IC INDONESIA

Lampiran 11
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KOP SURAT SATUAN KERJA


DAFTAR PERHITUNGAN
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
1. Nama dan kode Kantor/Satker
2. Nama dan kode Kegiatan
3.

Nomor dan tanggal DIPA

4. Target Pendapatan
5.

Pagu Pengeluaran

6.

Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :


a.

Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu 1)

Rp

b.

Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (....% x 6.a)

Rp

c.

Realisasi Pencairan Dana TA yang lalu 2)

Rp

d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b c)

Rp

e.

Sisa UP dan TUP TA yang lalu

Rp

f.

Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh

Rp

realisasi PNBP TA berjalan (d e)


g.
7.

SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f

Rp

Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :


a. Setoran PNBP TA berjalan 1)

Rp

b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (....% x 7.a)

Rp

c. Realisasi pencairan dana TA berjalan s.d SP2D lalu (termasuk


jumlah SP2D yang telah dicairkan pada huruf 6.g):
1) SP2D-UP

Rp

2) SP2D-TUP

Rp

3) SP2D-GUP

Rp

4) SP2D-LS

Rp

5) Jumlah

Rp

d. SPM UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan berikutnya


(7.b 7.c.5)
........ ...20XX
Kuasa Pengguna Anggaran

NIP

Keterangan:
1) Foto copy SSBP lembar 4 terlampir
2) berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasidengan KPPN

Rp

MENTEN ICEUANEIAN
REPLIBI.11( INDONESIA

-2PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
NO

URAIAN ISIAN

(1)

Diisi uraian nama dan kode kantor atau Satuan Kerja pada DIPA

(2)

Diisi nama dan kode kegiatan sebagaimana tertuang dalam DIPA

(3)

Diisi tanggal dan nomor DIPA Satuan Kerja yang bersangkutan

(4)
(5)

Diisi target PNBP Satuan Kerja yang bersanglcutan sebagaimana tertuang pada
halaman III DIPA
Diisi pagu dana PNBP dalam DIPA

(6)

Perhitungan maksimal pencairan dana PNBP terdiri dari:


a. Diisi jumlah setoran PNBP tahun anggaran lalu.

(7)

b.

Dfisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi pagu
Pengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).

c.

Diisi realisasi pencairan dana pada tahun anggaran yang lalu yang terdiri dari
SP2D-GUP, SP2D -GUP Nihil, SP2D -PTUP, dan SP2D -LS

d.

Diisi jumlah pengurangan jumlah dana yang dapat digunakan dengan realisasi
tahun anggaran yang lalu.

e.

Diisi jumlah sisa UP dan TUP Tahun Anggaran yang lalu yang belum
dipertanggungjawabkan.

f.

Diisi
dengan
6.d
dikurangi
6.e,
yang
merupakan
UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan ke KPPN.

g.

Diisi nilai SP2D UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang telah dicairkan pada Tahun


Anggaran berjalan yang dananya bersumber pada 6.f

a.

Diisi jumlah setoran PNBP tahun anggaran berjalan.

b.

Diisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi pagu
Pengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).

c.

Realisasi SP2D sampai dengan yang lalu.

d.

SPM berikutnya yang dapat diajukan

Salinan sesuai dengan. aslinya


IMPALA B

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.

KILPA

)ENTDRIAN
AGUS D. W. MARTOWARDOJO

ClIART
NIP 195

t w5

: 7t

nilai

SPM

Lampiran 12/16

PERATURAN MENTERI RELIANuA.N


N0M0R 191 /Pwc05/2011 TENTANO
MEKANISME
PENGELOLAAN
PENERIMAAN HIBAH

IvIENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

(KOP SURAT)
KEMENTERIAN/ LEMBAGA
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal

. Permohonan Permintaan Nomor Register Hibah

Yth. Direktur Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen


Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Kementerian Keuangan

Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor:


/PMK.05/2011
tentang
, dengan ini kami mengajukan
permohonan permintaan nomor register hibah untuk proyek / kegiatan
(1)
yang berasal dan donor
(2)
Sebagai syarat permintaan nomor register terlampir kami sampaikan :
1. Dokumen Perjanjian Hibah
dipersamakan,

(Grant Agreement)/ dokumen lain yang

2. Ringkasan Hibah (Grant Summary).


Untuk memudahkan dalam penyampaian persetujuan nomor register,
persetujuan
tersebut
dapat
disampaikan
kepada
(3)
Demikian disampaikan untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya. Atas kerjasamanya yang baik diucapkan terima kasih.
(4)....,
(6)

(7)
NIP
Tembusan :
(8)

(5)

MENTEIll KEUANGAN
RSPUBLIK INDONESIA .

- 2PETUNJUK PENGISIAN
PERMOHONAN NOMOR REGISTER HIBAH
Nomor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

(7)

(8)

Uraian
Diisi nama proyek/kegiatan hibah sesuai Perjanjian Hibah atau
dokumen yang dipersamakan
Diisi nama Negara/Lembaga Pemberi Hibah
Diisi nama dan alamat Instansi beserta nomor telepon/fax Pemohon
nomor register hibah
Diisi lokasi Pemohon nomor register hibah
Diisi tanggal surat permohonan nomor register hibah
Diisi jabatan penandatangan surat permohonan nomor register
hibah, dapat diisi Sekretaris Jenderal Kementerian/Lembaga: atau
Kepala Satuan Kerja penerima hibah
Diisi nama dan NIP Pejabat penandatangan surat permohonan
nomor register hibah
Diisi pihak-pihak yang mendapat tembusan surat permohonan
nomor register hibah, termasuk kepada Unit pada
Kementerian/Lembaga yang memiliki tubas dan fungsi menyusun
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga.

Salinan sesuai cierigan aslinya


KERALA BIR

MI3NTERT KEUAnGAN,
ttd,
AGUS D.W. MARTOWARDOJC

Lampiran 13/17
PERATURAN METER. KEUANGAN
191 /PMK05/2011 TENTANG
MEICANISME
PENGELOLAAN
PENERIMAAN HIBAH

NOMOR

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN HIBAH (GRANT SUMMARY)


1. Nama Hibah/ Grant
2. Nilai Hibah/ Grant
3. Mata Uang
4. Nomor Hibah/ Grant
5. Nomor Referensi lain
6. Tanggal Penandatanganan
7. Kementrian Lembaga Penerima / Excecuting Agency :
Mode Satker :
8. Implementing Agency /Beneficiary dam. Kode Satker (bisa lebih dari satu)
a. Nama
b. Alamat
c. Kode Satker
d. Nomor Telepon / Faximile
e. E-mail
9. Donor/ Pemberi Hibah
a. Negara
b. Alamat

c. Nomor Telepon / Faximile :


d. E-mail
10. Sumber Pembiayaan
: 0 Lembaga Multilateral O Lembaga Bilateral
0 Lembaga Swasta
O Perorangan
Lainnya :
11.Jenis Pembiayaan (Grant Purpose) :
12.Jenis Hibah
: 0 Terencana
O Langsung
13. Penarikan Hibah
a. Tatacara Penarikan
: 0 . PP
0 L/C
0 Reksus
0 PL
b. Rencana Penarikan/Disbursement Plan :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penarikan
I
II
III
IV
V
Dan
seterusnya

c. Diterushibahkan
No
Kepada
1,
2,
14. Sektor Pembiayaan

Tgl/B1n/Thn

Nilai

Nilai

,r"--

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-215. Lokasi/Alokasi Proyek


No. Lokasi
1.
2.

Alokasi

16.Tanggal Efektif/ Effective Date


.
17.Tanggal Batas Waktu Pengefektifan/
Date Effective Limit
.
18. Tanggal Batas Penarikan/ Closing Date :
19.Tanggal Penutupan Rekening/
Date of Closing Account
:
20.Biaya :
No. Ural=
1. Jenis
biaya
2.
Besar
Maya
3.
Jatuh
tempo

II

21. Ketentuan pengiriman Non


22.Persyaratan Pengefektifan/
Conditions Precedent for Effectiveness :
23.Nomor Registrasi Grant/Hibah

24. DMFAS Grantll)

Tanggal

Bulan

Tahun

Tanggal
Tanggal

Bulan
Bulan

Tahun
Tahun

Tanggal

Bulan

Tahun

IV

III

' 0 Ada

0 Tidak ada

( Dlisi oleh Direktorat EAS )


( Diisi oleh Direktorat EAS )

Tempat, tanggal, bulan, tahun


Jabatan

Nama
NIP/NRP

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3PENJELASAN & PETUNJUK PENGISIAN


RINGKASAN HIBAH/ GRANT SUMMARY
No

Penjelasan

Diisi dengan nama proyek sesuai yang tertulis dalam Perjanjian


Hibah/ Grant Agreement.
Diisi dengan jumlah hibah/grant sesuai yang tertulis dalam Perjanjian
Hibah/ Grant Agreement.
Diisi dengan mata uang sesuai yang tertulis dalam Perjanjian
Hibah/ Grant Agreement..
Diisi dengan nomor reference dari donor
Diisi dengan nomor referensi lainnya (jika ada)
Diisi dengan tanggal penandatangan hibah/ grant date signing.
Diisi dengan nama Kementerian/Lembaga penerima hibah/ grant.
Diisi dengan nama eselon I / Satker penerima dan pengelola
hibah/ grant.
Jelas
Jelas
Diisi dengan jenis peruntukkan pembiayaan dari hibah/grant, misal
bantuan program, bantuan proyek, technical assistance.
Jelas.
a. Jelas.
b. Dilampirkan dengan Rencana Penarikan/Disbursement Schedule
dari executing agency, termasuk alokasi per jenis kategori dan per

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17
18
19

tahun.
c. Diisi nama Lembaga/Pemda/BUMN penerima penerusan hibah
Diisi dengan sektor yang dibiayai dalam hibah/ grant, misal
infrastructure, education, health dsb.
Dalam had proyek diberbagai lokasi, disebutkan lokasi dan alokasi
dana per propinsi dan kab/kota
Diisi dengan tanggal efektif hibah/grant tersebut
Jelas
Jelas
Diisi dengan tanggal penetapan penutupan rekening/ account sesuai
dengan ketentuan pemberi hibah.

MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA

-420

21

22
23
24

1. Diisi dngan jenis-jenis biaya/fee.


2. Diisi dengan besarnya rate yang ditetapkan dalam Perjanjian Hibah.
3. Diisi dengan saat jatuh tempo yaitu saat pembayarannya sesuai
yang telah disepakati dalam Perjanjian Hibah (jika ada).
Diisi penjelasan bahwa dalam Perjanjian Hibah telah diatur/belum
tentang ketentuan pencantuman ketentuan pengiriman NoD oleh
Donor.
Diisi dengan keterangan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi
.
untuk pengefektifan Hibah/ Grant tersebut (jika ada).
Jelas
.Jelas

Salinan.sesuai dengan aslinya

KEPALA BIRD UMUM


u.b
ICEPALA

GIART
NIP. 1959

MENTBRI KEUAISTGAN,
ttd,
AGM D.W. MARTOWARDOJO

Lampiran 14
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDArtARAAN
NOIAOR PER-81 /P8/2011 TENTANG TATA CARA
PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN
PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK
BARANG/JASA/SUBAT BERHARGA

FORMAT SURAT PERINTAH PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG


SP2HL
KEMENTERtAN NEGARAILEMBAGA...(1)
SURAT PERINTAH PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG
Nomor . .. .. .. (3)
Tanggal :
(2)
Kuasa Bendahara Umum Negara. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

4)

Agar mengesahkan pendapatan dan/atau belanja terkait hIbah sejumlah:


Saida awal
Pendapatan Hibah

Rp
Rp

(5)
(6)

Belanja terkaitHlbah
Snick) akhir

Hp
Rp

(7)
(8)

Cesar Pengesahan :
(11)

(10)

Tahun Anggaran :

(9)

Untuk Pedode Tdwulan :

Satker

Kewenangan

Nama Satker

xxxxxx

xx

xxxxxiooca..(12)

Fungsi, Subfungsl, BA. Unit Eseton I, Program


xx.xx.xxx.xx.xx (13)
Kegiatan, Output, Lokasi, Jenis Belanja
xoctr000txx.xx (14)
Sumber DanalCara Penarikan
Nomor Register
BELANJA
Jumlah Uang

Akun
)COCX)0(

... ....... .418)

.. (17)

Jumlah BeIanja

. xx 1 xx (15)
: xxxxxxx (16)

PENDAPATAN
BA/Unit Eselon I
Jumlah Uang
/Lokasi/AkuntSatker
(20)
(21)
xxx.xx.xx.m.x cootx.xrccoc
Jurniali Pendapatan

(19)

Kepada

: Bendahara Umum Negara untuk dibukukan sepertunya

Yaltu

(22)

(23)

(24)
a.n.Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Penandatangan SPM
....(25)
Mill11 ill
NIP/NRP
100113112301063..7

...............(26)

(27)

-I-

1.

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG (SP2HL)
NOMOR

URAIAN ISIAN

(1)

Diisi uraian Kementerian Negara/Lembaga

(2)

Diisi tanggal diterbitkan SP2HL

(3)

Diisi nornor SP2HL

(4)

Diisi uraian KPPN yang rnelakukan pengesahan, diikuti kode KPPN

(5)

Diisi saldo awal hibah langsung.

(6)

Diisi jumlah pendapatan hibah langsung yang telah diterirna.

(7)

Diisi jumlah belanja terkaft Hibah.

(8)

Das' jumlah saldo awal dengan sebsih antara pendapatan hibah dengan belanja
terkait hibah

(9)

Diisi petiode triwulan

(10)

Diisi Tahun Anggaran

(11)

Dist dasar diterbltkannya SP2HL, misalnya: Nomor UU APBN, nomor dan tanggal
DIPA, atsu dokumen penerimaan dan pengeluaran Iainnya

(12)

Diisi kode Satker (6 digit), Rode kewenangan (2 digit), sada nama Satker penerima
hibah

(13)

Di isi Rode Fungal. Sub Fungsl, BA, Unit Eselon I, Program

(14)

Diisi Janis Kegiatan, Output, Lokasi, Jenis Belanja

(15)

Dial sumber dana dan =Ira penarikan dengan ketentuan sebagal berikut:
1. Kode (10) Hibah Langsung Dalam Negeri (HLO): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari dalam negeri dan kode cam penarikan (-).
2. Kode (11) Hibah Langsung Luar Negeri (HLL): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari luar negeri dan kode cam penarikan (-).

(16)

Diisi nomor register

(17)

Diisi akun belanja sesuai akun-akun belanja yang telah ada pada revisi DIPA

(18)

Diisi jumlah rupiah masing-masing akun belanja

(19)

Dist total rupiah jumlah belanja terkait hibah

(20)

1. Dial kode Bagian Anggaran dan Eselon I: 999.02; kode lokasi. 01.51; Rode
akun pendapatan: Kode Akun yang Khusus digunakan dalam SP2HL; dan Rode
Satker: 960186
2. Kode Akun yang khusus digunakan dalam Surat Perintah Pengesahan Hibah
Langsung (SP2HL), sebagai berikut:
Kode Akun
431131

Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang

Perorangan

-2-

431132

Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang


Lembaga/Badan Usaha

431133

Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang


Pemerintah Daerah

431139

Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang


Lainnya

431231

Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung Bentuk Uang


Perorangan

431232

Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung Bentuk Uang Bilateral

431233

Pendapatan Hibah Luar Negen Langsung Bentuk Uang


Multilateral

431239

Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung Bentuk Uang Lainnya

(21)

Diisi lumlah rupiah masing-masing akun pendapatan hibah

(22)

Diisi total rupiah jumlah pendapatan hibah

(23)

nisi uralan kepeduan pengesahan

(24)

Diisi nama kota dan tanggal diterbitkan SP2HL (sama seperti pada pain 2)

(25)

Otisl lands tangan Pejabat Penandatangan SPM

(28)

Diisi nama dan NIP/NRP Pejabat Penandatangan SPM

(27)

Mai bar code hasil enkripsi aplikasi SPM

DIREKTUR JENDERAL,

AGUS SUPRLIANTO
NIP.19530814 197507 1 001 %V

-3-

Lampiran 15
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENbAHARAANNOMOR PER- a1 /P812011 TENTANG TATA CARA
PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK LANG DAN
PENGATATAN HIBAH
LANGSUNG BENTUK
BARANGOJASA/SURAT BERHARGA

FORMAT SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENGEMBALIAN PEN DAPATAN


HIBAH LANGSUNG (SP4HL)
KEMENTERIAN/LEMBAGA

(1)

suRAT PERMITAH PENGESAHAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN WEAN LANGSUNG


Tanggal : .... (2) Nomor .... (3)
Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

.,.. . (4)

Agar mengesahkan pengembalian pendapatan hibah sejumlah :


1.
Sisa Hibah
(5)
Rp.
2. Pengembalian Pendapatan Hibah
Rp.
(5)
3.
Saida Akhir
Rp.
(7)
Tahun ... ...... (8)
Dasar Pengesahan :

Satke r

Kewenangan

Nana Sake(

xxxxxx xx
xxxxxxxxxxx (10)
Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon I, Program
xx.xx.xxx.xx.xx (11)
Keglatan, Output, Lokasi, Jenls Belanja
xxxxxx xx
xx.xx
xx
(12)

(9)

Sumba r Dana/Cara Penarikan : xx/xx (13)


Nomor Register
: xxxxxxx (14)
P ENB Er/MALIAN PENDAPATAN HI BAH LANGSUNG
BA/Unit Eselon I
/Lokasi/Akun/Satker

Kenada

Jurniah Uang

(15) xxx.xx.xx.xx.xxxxxx.xxxxxx

(16)

Jumlati Pengembalian

(17)

Bendahara Umum

Negara untuk dibukukan seperluny-a

Yaitu
(18)
(19)
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Penandatangan SPM

...(20)
1 11 I
Milli I
10016912301063-7

NIP/NRP

(21)

(22)

-6-

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENGEMBAUAN


PENDAPATAN HIBAH LANGSUNG (SP4HL
NOMOR
URAIAN !SIAN
(1)

Diisi uraian Kementerian Negaratembaga

(2)

Diisi tanggal diterbitkan SP4HL

(3)

Dilsi nomor SP4HL

(4)

Diisi uraian KPPN yang melakukan pengesahan, diikuti kode KPPN

(5)

DU& sisa uang dart hibah yang akan dikembalikan ke donor

(6)

Dilsi jumlah pengembalian pendapatan hibah

(7)

DIM wash antara sisa hibah dengan pengembalian hibah

(8)

Diisi Tahun Anggaran

(9)

Dilsi dasar diterbitkannya SP4HL, misalnya: Nomor UU APBN, nomor dan tanggat
DIPA, atau dokumen penerimaan dan pengeluaran lainnya

(10)

Dilsi kode Satker (6 digit), kode kewenangan (2 digit), serta nama Satker penerima
hibah

(11)

Di Isl Kode Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon 1, dan Program

(12)

Diisi jenis Kegiatart, Output, Lokasi, Jenis Belanja

(13)

Das' sumber dana dan can penarikan dengan ketentuan sebagal berikut:
1. Kode (10) Hibah Langsung Dalam Negeri (HLD): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari dalam negeri dan kode cara penarikan (-).
2. Kode (11) Hbah Langsung Luar Negeri (HL1): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dad luar negeri dan kode cara penarikan (-).
Diisi nomor register

(14)
(15)

Mal kode Baglan Anggaran, Unit Eselon 1, kode Lokasi, Akun dan Rode Satker,
dengan ketentuan:
1. Untuk
pengembalian
tahun
anggaran
berjalan
diisi:
999.02.01.51.431ica.960186
Kode Akun menggunakan Rode akun yang sama dengan koda akun yang
digunakan pada sant merierima hibah langsung.
2. Untuk pengembalian tahun anggaran lalu: kode BA, Eselon I, Rode Lokasi,
dan Rode Satker merujuk pada kode Satker penerbit SP4HL dengan akun
311911
-.

(16)

Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pengembalian pendapatan

(17)

Dilsi total rupiah jumlah pengembalian pendapatan

(18)

Dilsi uraian kepertuan pengesahan, yaitu: Pengembalian tilbah Langsung bentuk


Uang kepada Pemberi Hlbah sesuai bukti setor tanggal........ Nomor.. ..... ..

(19)

Oils' nama kota dan tanggal diterbitkan SP4HL {sama Gaped' pada poin 2)

(20)

Diisi tanda tangan Pejabat Penandatangan SPM

-7-

1NOMOR

URAIAN ISIAN

(21)

Diisi nanta dan N1P/NRP Pejabat Penandatangan SPM

(22)

Diisi bar code basil enkripsi aplikasi SPM

DIREKTUR JENDERAL,

rid
AGUS SUPRIJANTO
NIP.19530814 197507 1 001

-8-

Lampiran
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
/PMK.05/2011 TENTANG
MEKANISME
PENCELOLAAN
PENERIMAAN HIBAH

NOMOR191

ter
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KOP SURAT (1)


SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENDAPATAN HIBAH LANGSUNG
BENTUK BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
TANGGAL

NOMOR

Yth . Direktur Jenderal Pengelolaan Utang - Kementerian Keuangan RI


Cq, Direktur Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen
Bersama ini thsarnpaikan Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah
Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga sebagai dasar untuk
mengesahkan dan membukukan hibah yang diterima berupa
Barang/Jasa/Surat Berharga dengan rincian sebagai berikut :
Penerima Hibah
Bagian Anggaran/Eselon I
: (2)
Kode dan Nama Satker
: (3)
Pemberi Hibah
Negara Donor
Nama Donor
Nama Proyek
Nomor & Tgl Perjanjian Hibah
Nilai Hibah
Rincian Pendapatan Hibah
Nomor register
Nilai realisasi Hibah
Bentuk Hibah
Akan

Telah disahkan/dibukukan
Tanggl
(17)

: (4)
: (5)
(6)
: (7)
: (8)

(9)
(10) equivalen Rp (11)
Barang Jasa 0 Surat Berharga (12)
(13)

(14), (15)
PA/ KPA

TTD

TTD

NAMA(18)
NIP(19)

(16)

'

IvIENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-

PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENDAPATAN HIBAH LANGSUNG
BENTUK BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
No.
1

Keterangan
Diisikan Kop Surat Kementerian/Lembaga yang mengajukan
pengesahan.

Diisikan Kode dan Uraian Bagian Anggaran dan Eselon I.

Diisikan Kode dan Uraian Sather Penerima Hibah.

Diisikan Negara Pemberi hibah.


Dalam hal Pemberi Hibah merupakan:
lembaga internasional dan luar negeri diisi lembaga internasional,
lembaga nasional dari dalam negeri diisi lembaga nasional.

Diisikan Nama Pemberi Hibah. -

Nama proyek/kegiatan yang dibiayai hibah.

Nomor dan tanggal Perjanjian Hibah (Grant Agreement).

Diisikan Nilai Komitmen/nilai proyek yang diperjanjikan sesuai


perjanjian hibah.

Diisikan nomor register dari DJPU..

10

Diisikan nilai realisasi hibah dalam valas (bila ada) sesuai Berita Acara
Serah Terima.

11

Diisikan nilai realisasi hibah dalam rupiah sesuai Berita Acara Serah
Terima.

12

Diberi tanda silang pada salah satu kotak sesuai bentuk hibah yang
diterima.

13

Diisikan kode akun pendapatan hibah yang diterima (dapat dilihat pada
Modul/Bagan Akun Standar).

14

Diisikan kota penerbit Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah


Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga.

15

Diisikan tanggal penerbitan Surat Perintah Pengesahan. Pendapatan

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA ,

Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/ Surat Berharga.


16

Diisikan Nama dan NIP/NRP PA/KPA.

17

Diisi oleh DJPU.

18

Diisi oleh DJPU.

19

Diisi oleh DJPU.

Salinan sesuai dengan asllnya


KEPALA BIRO UMUM
u.13
VIGAN
ICEPALA
T1001 ENTERIAN

GIART
NIP. 1959

,B4112 ite I
mRIAT Jek

MENTERI ICWJANGAN,
t td
AGUS D.W. MARTOWARDOJO

Lampiranis
PERATURAN. D1REKTUR JENDERAttaparmr
NOWA PER- sitPerzDti TENTANG TATA CARA
PENr#SAHAN NOAH L.ANGSONG BENTIAK IJANCI DAM
PENCATATAN HMS LANGSIAg3 REMIUK
BARANG/JASA/$IJRAT' BERHARGA

GMAT MEMO PENCKIATAN H1SAli LANGSUNG


BEUTUK BARAIRWASNSURAT BERHARGA IMPEL-EWS)
KFMPNTERIAN NEGARAJLEMBAGA. (1)
MEMO PENcATATAN HIEelj,LANGUNG gtENTUK BARANG/JASA/SURAT BERRARGP
Tanggal. ..... .. . (2)
Nomor :
(3)
Kuasa Eiendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendehataan Negara

. 4)
agar melakukan pencatatan atas penerimaan hibah langsung bentuk barannasaisurat berharga :
Tahun Anggewan . ... ....... (5)
DaaarPannalatart :
..(e)

Satker

Kewenangan

Nama Satker

nyyxx

'a

=coax:0am(7)

Fungsl, Subfungsi, BA, Unit Eselon 1, Program


xx.xxotxxxx (8)
Kegtatan, Output. tenkasi, Jens Belans
xca.
tco.xxioc (9)
Sumber Dana/Cara Penankan
Noma Register
SELANJA
Aiwa
=cu.

Juntab Liana

2)

"'-' ' (13)

la

xxixx (10)
: xxxxooc (11)

PENDAPATAN
BA/Unit Eselon 1
Jumlah Uang
/LokasUAkun/Satker
(15)
xxx.teat.u.xxxxxxxconoc
' ''''''''''' '''''''.(16)

..........414)

Jumlah Pendapa n

(17)

:Beactattant Umurn Negara untuk dlbukukan sepertunya


Yal,

(18)

Kuasa Pengguna Anggaran

(19)
-

....(20)
. I

I
I

'
$

NIP/NRP...

a
'

..A22)

- 11

(21)

PETUNJUK PENGISIAN
MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK BARANG/JASA/
SURAT BERHARGA (MPHL-BJS)
NOM }R

URAIAN ISIAN

(1)

Diisi uraian Kementerian Negara/Lembaga

(2)

Mist tanggal diterbitkan MPHL-BJS

(3)

Diisi nomor MPHL-BJS

(4)

Diisi uraian KPPN yang melakukan pengesahan, diikuti kode KPPN

(5)

Diisi Tahun Anggaran

(6)

Diisi dasar diterbitkannya MPHL-BJS, yaitu: PP No.10/2011, dan Tanggal serta


Nomor SP3HL-BJS.

(7)

Diisi kode Satker (6 digit), kode kewenangan (2 digit). serta nama Satker penerima
hibah

(8)

Di isi Fungsi, Sub Fungsi, BA. Unit Eselon I, Program.

(9)

Diisi Kode Kegiatan, Output, Lokasi, Janis Belanja. Untuk Kegiatan dan Output dila'
kode keglatan dan output yang ada pada Satuan Kerja berkenaan yang paling
sesuai dengan maksud dan tujuan penerimaan hibah barang/jasa/surat berharga.

(10)

Diisi sumber dana dan can penarikan dengan ketentuan sebagai berikut
1. Kode (12) Hibah Langsung Barang Dalam Negeri (HLBD): untuk hibah langsung
bentuk barang yang berasal dart dalam negeri dan kode cara penarikan (-).
2. Kode (13) Hibah Langsung Barang Luar Negeri (HLBL): untuk hibah langsung
bentuk barang yang berasal dan War negeri dan kode cara penarikan (-).
3. Kode (14) Hibah Langsung Jasa Dalam Negeri (HLJD): untuk hibah langsung
bentuk jasa yang berasal dad dalam negeri dan kode cara penarikan (-).
4. Kode (15) Hibah Langsung Jasa Luar Negeri (HLJL): untuk hibah langsung
bentuk jasa yang berasal dad luar negeri dan kode can penarikan (-).
5. Kode (16) Hibah Langsung Surat Berharga Dalam Negeri (HLSD): untuk hibah
langsung bentuk swat berharga yang berasal dad dalam negeri dan kode cara
penarikan (-).
6. Kode (17) Hibah Langsung Surat Berharga Luar Negeri (HLSL): untuk hibah
langsung bentuk surat berharga yang berasal dari luar negeri dan kode can
penarikan (-).

(1'1)

Diisi nomor register

(12)

Mai akun belanja seperti di bawah int


1. Untuk Belanja dalam bentuk Barang:
Kode Akun
521611
531211
532211
533211

Uraian
Belanja Baranq untuk Pencatatan Persediaan dart Hibah
Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dad Hibah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan Peralatan
dan Mesin dad Hibah
Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan
Gedung dan Bangunan dart Hibah
-12-

534211
536211

Belanja Modal Jalan. Irtgasi dan Jaringan untuk Pencatatan


Jatan. Irigasi dan Jaringan dart Hibah
Belanja Modal Lainnya untuk Pencatatan Met Tetap Lainnya
dan/atau Aset Lainnya dad Hibah

2. Untuk Belanja dalam bentuk Jasa:


Kode Akun
522311

Uraian
Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dart Hibah

3. Untuk Belanja dalam bentuk Surat Berharga:


Kode Akun
724411

(13)

Uraian
Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat Berharga
dad Hibah
Dual jumlah rupiah masing-masing akun belanja

(14)

Diisi total rupiah jumlah belanja terkait hibah

(15)

Dist Kode BA/Unit Eselon ULokasUAkun/Satker. 999.02.01.51.431x=960186


Kode Akun Pendapatan yang khusus digunakan dalam Memo Pencatatan Hibah
LangsungBarang/Jasa/Surat Berharga (MPHLBJS):
1. Untuk Pendapatan dalam bentuk Barang:
Kode Akun
431121
431221

Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Barang
Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung Bentuk Baiting

2. Untuk Pendapatan dalam bentuk Jasa:


Kode Akun
431122
431222

Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Jasa
Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung Bentuk Jasa

3. Untuk Pendapatan dalam bentuk Surat Berharga:


Kode Akun
431123

(16)

Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Surat
Berharga
431223
Pendapatan Hibah Luar Negeri-,- Langsung Bentuk Surat
Berharga
Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pendapatan hibah

(17)

Ohl total rupiah jumlah pendapatan hibah

(18)

Diisi uraian keperluan pencatatan hibah langsung bentuk barang/jasa/surat berharga

(19)

Oust tanggal diterbitkan MPHL-BJS (sama seperti pada poin 2)

(20)

Diisi tanda tanganKuasa Pengguna Anggaran

- 13 -

NOMOR

URAIAN ISIAN

(21)

Dfisi nama dan NiP/NRPKuasa Pengguna Anggaran

(22)

Diisi bar code hasH enkripsi apfikasi SPM

DIREKTUR JENDERAL.

$AGtJS SUPRIJANTO
,NIR19530814 197507 1 001

-14-

DEPARTEMEN KEUANGAN RI
DIFtEKTORAT JENDERAL PERBENDANARAAN
KPPN

(1)

Surat Setoran Bukan Pajak


(SSBP)
Nomor

(2)

Tanggal :

(3)

Lembar
Untuk
KANTOR PENERIMA SETORAN
(BANK PERSEPSI)
KANTOR POS DAN GIRO

KE REKENING KAS NEGARA NOMOR :

A.

4
(4)

1. NPWP Wajib Setor/Bend


2. Nama Wajib Setor/Bend
3. Alamat

B. 1. Kementerian/Lembaga

(8 )

2. Unit Organisasi Eselon I

(9 )

3. Satuan Kerja

(10)

4. Fungsi/Subfungsi/Program :

(11)

5. Kegiatan/Subkegiatan

(12)

6. Lokasi

(13)

C.

MAP dan Uraian Penerimaan

D.

Jumlah Setoran

(14)
: Rp.

(15)

Dengan Huruf
(16)
E.

Surat Penagihan (SPN)

: Nomor

(17) Tanggal :

(18)

Atau Surat Pemindahan


Penagihan Piutang Negara
(SP3N)

: KPPN

PERHATIAN

(19)

Keperluan : (20)

Bacalah Dahulu Petunjuk pengisian formulir


SSBP pada halaman belakang lembar ini

(21) tanggal

(22)

Diterima Oleh :
BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO
Tanggal

(25)

Cap

NIP.

(23) Tanda Tangan

(26)

(24) Nama Terang

(27)

i
1

'''',

1-o

C
N 'Ides a2 ita r,
N
a 'a a. w

N
rn
C

o.
0
NJ

0)
...

Kebutuhan Dana

so

cs)
tri in
Y

re

I-or
a
co

elC
C

II
IC'

N
t
:11

V
N

Non Kontraktual

Ill
1.1.

a 7,
t z a'
SC

O.

E.4 a2 0 )-0,
0

1
Y

4.

1 .128

0
2

.-

C
m

Pejabat Eselon I Kementerian Negaraflembaga

I
Marge
Volume

PerhKungen . .

I Jumlah
Maya

a- ,
yU

cc

Kama Kab./ Kota

BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG
BELANJA MODAL

NTOR VVILAYAN

RS

1-4
E

3
0
o.

0
fa.

ztc

O o 5 r?

i
Ln kr,
0 0 o

35

VI
0 0

........ ,
-5,

..................... ,

5
P.
n
a

a.

BELANJA MODAL

<
'."
N

..................... ,

0
..

< 0

8
5
z z ea
z ea

<

z eu,
g
s

.............. ,

.......... ,

0
aC

t.;

PAGU

BEIAM/ABARANG

<
<z

......... ,
<
.

zic

:IC

"

D
LI

............

a.

-.... z
z
1.
.15
<
8 re

2 1
:?;
0 2
0
0
N rg rg rg
a q q
o oo oo
w .6 ,6 ,6 '6

rt II
L

icoL?, 2
g 2 ,'01,
f' :7-.. 2
c,, cr, 0. cn
rg cLt cg rLI P
(V rg ni
.6 ui d ..6 ,6 .6 .6 <
2 9 0. Q 9 0. 2
,o .6 .O .6 ,45 ,6 ,r; ,

in
u, Ln
in
'n in in in Ln LIL Ln in Ln Ln ta Ln ,r, Ln Ln
0 LPL
0 0
0 Q
0 0 0 ,-, 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

C
W
rgi

0
Z

''2
2 P.
R g r`c= P: g). g 2 53 2 2 2 2 ct rc; 2 2 2 Eic
p
or PPPPPPcrIP caL oL cr, a. 0, 0, a, cr, cr, rr,
NNpINNNelniNNNNNNNNNNeuNN
oi ft; rn rn rn n: vo vi 6 vi Qi ui ,c; .zi .6 ui ,6
gqq 0.c? 0. q 0. 0. O D. D. 0. 0. 0. 0. 0. 0. O. 0.
o gooooo o ogo.o,o,o to.
o
0
ci Cr gi ,
, c;, .6 .6 .6 .6 O ,c) r.0 rn 13 rth mi ui g) qi .6 ,.6 Ii
in u'i in ;4 un in in in in in

Ln 'A LA
0 o 0

.71

It,
ZS
2,

i
EALISASI I

SISA

8,D
0
g
rol
&
`ci.;
ro.;
<7,
0 0 ON
0 0 0 0 0 0, 0
V1 26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
kg O
:C0
01 C0
T "
N
ni 70 01 'N
0 0 0 0 0 0. 0 0 0, 0 0 0 0 0
0 0 0 0 8 0,
000000 0 P,
0 0 0 0 0 0 0 0 o.

TZ
41
,
01
0 01 ,
01 0) 01 0 0% 01 0 0 0 0,
NN

701 "
el
" "
6 5 5 3 3 30
q00.0.0.20.0.0.0.0.o0
.1" .c)
v>
lb .0 No vz
P
6

N.6

.6

.6

88888888888s8s888888

16
.6 .16 q() <
2 8888880 88888

-5-

-6:

JUMLAH

e...-

-a
6
a

am
n.

BELAN1AMODAL

5,
71

3,

ra

6
et

E
6
tt

110Yd

BEIANJA BARANG

D
o
p.

zi
6
,5
z, 6
z et
5
2
z
0

z
I il
l

<

O.

T 1
T
v'
a a.

at

R q O.

O.

1.
'8

ON

're g 2 .1-6 cra re3 to 2 2 ctoNO 2; 8 a.- h'p apl '6 '6,a,-' 2,co Opa,- `O'a,
2al S
IQ rc: g 2 NO
N Ch 0.. 0. 0. 0. 0. 0. o o o o o 0. o ch 0, 0, cn a a a

O.

O.

0
0 0) Q
0 2 q 0 . 0 q 0. 2 0. 9 0 0 0 o so, 0, go. o0 o0 o 0 o,
vv. 5
w ,6
'L D q
q V) '0 0 '0 o 0 d cc w w o .3 o .6 6 kd ,d 6 ,5 qi .6 .6 .a
un v., in tr. al ,r, un '6
tarn an an un
in tn In WI tn in in In in vo v., ,e, vo oo in La to v) La Ln La
0 0 0 0 0 0

82
e

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0

41.23:n_

-%

1,t

a14.
re

JUMLAH

o.

Lampiran 23
REKAP LAPORAN KEADAAN KAS UANG PENERIMAAN (LKKUP)
PRO VINSI
TAHuN ANGGARAN
5.0

dalam ruiah
1r' (".1 '.17i9lv.IN.YPUIRIrrrVli;lz[S!rrA IIsk19.:= 1M:Augq,3grAii9?: 1

_
KamelIBPNProvInsl...

Penenmaan
Fungsional

1901
1902

1903
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423210
423511
Jungahl
Penerimaan 423129
Urnum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Jundah II
2

rilliopiltNIW.'

MM14:12n.r

1901
1802
1803
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Jurnlahl
Penedmaan 423129
Urnum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Jungahll

Jungahl 41
KenlorPerranahanKab./Koth
Penal-imam
FungsMnal

1903
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Juml hl
Penenrnaan 423129
Urnum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Jung h 8

somorkenris

qn ora^ o

1-ky an

.
-

.
-

20,
n

--.:7,-.-7.-,y

gap IMIt64\11* StibiaiS

1901
1902

957141c)

gia"
.141
zin .

Jundahl+11
KantorPertanananKabJKoW
Penenmaan
FungsMnal

Jungahl+1

,
worisetsr-77"*-Thisiseestas

1,
4 dst

3
-)
PermImaan
Fungaiona1

1901
1902
1903
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Juml hl
Penedmaan 423129
423141
Umum
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Juml h II

Jumlahl+11
Jumlah PennImaan
Penerlmaan
Fungslonal

1901
1902
1003
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Juml hl
Penedmaan 423129
Umum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423012
423913
423914
423915
423916
423918
423922
Jumlah II

Jurnlah 1+ I

(514)

.
-

hal .2
7

(6/4)

.
.
-

.
.

.
-

.
.

.
.

.
.
.

.
.

.
.

.
.

.
.

.
.

.
.
.

.
.
.

.
-

.
.

.
-

20
KEPALA KANTOR WILAYAH
BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI

NIP

Keterangan :
I
1

2
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Penerimaan Fungslonal
423219

423511
Penerimaan Umum
423129
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916

Pendapatan Pelayanan Pertanahan


-1901 (Pelayanan Survey, Pengukuran dan Pemetaan)
-1902 (Pelayanan Pemerlksaan Tanah)
- 1903 (Pelayanan konsolidasi Tanah Secara Swadaya)
- 1904 (Pelayanan Pertlmbangan Teknls Pertanahan)
- 1905 (Pelayanan Pendaftaran Tanah )
- 1906 (Pelayanan Informasi Pertanahan)
-1907 (Pelayanan Llsensft
-1908 (Palayanan Penetapan Tanah Obyek Penguasaan Benda-benda Tetap Milik perseorangan Warga Negara BeLando (P3MB))
-1909 (Pelayanan Kerjasama di bidang pertanahan yang berasal dart ker)asama dengan pihak lain)
Pendapatan Uang Pendidlkan

Pendapatan Penjualan Ant Lainnya yang Berlebih/Rusak/Dihapuskan


Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Negeri
Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang
Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya
Pendapatan Jail Lembaga Keuangan (lasa Giro)
Pendapatan lasa Lainnya
Penerimaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kemball Belan)a Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Rupiah Mum' Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Nagar) Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Anggaran Yang Lalu

13

423919

Penerimaan Kemball BalanJa Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu

14

423922

Pendapatan Pelunasan Gantl Rugi atas Kerugian yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)

<0
Oz
<
1.1.1 co

aza
O0 0
CC4(
< a.
Z
Zz
Z O. <
< CD =

<
>i it CC

<

CI. cc cc
Z00
on
<
co

rw'

6
G.

Na
'
1;
VN
V

N
' ni;') 71
*
VNNN
V. V v

V .-

"I N el a

c,
FT's

PENDAPATANJASA I

,
,

PENDAPATANJASA

PENDAPATANSEWA
Pendapatan Sewa RumahDinas/Rumah Heger'
Sewa Gedung, Bangunan dan Gudang
Pendapatan Sawa Benda-benda Tak Bengerak Lainnya

rew

piC]

r--

N
CO
N
V

to
N

-rri

N
CO
N
V

N N
en
t.,4
N (I
V N
a

N
o
e3 N
cd en
v N
..
Ce

n
aN

PENDAPATANPENDIDIKAN
Pendapatan Uang Pendidikan
Pelayanan Pendidikan

na^

PENDAPATAN PENDIDIKAN

PENDAPATANJASA LAINNYA
Pendapatan Jasa-Jasa Lainnya

a,,

PENDAPATANJASAII
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)

PENDAPATANPENJUALANASSET
Pendapatan Penjualan assetLainnya yang bedebitirusak/Mhapuskan

2
T2
PENGELUARAN

PENERIMAAN

BULANLALU

1,-

PENDAPATAN, PENJUMAN, SEWA, JASADANBUNGA

,Pendapatan Pelayanan Pertanahan


I- 1901 (Pelayanan Survey, Pengukuran dan Pernetaan)
- 1902 (Pelayanan Pemedksaan Tanah)
-1903 (Pelayanan konsolidasiTanah Secara Swadaya)
- 1904 (Pelayanan Pedimbangan Teknis Pertanahan)
- 1905 (Pelayanan Pendaftaran Tanah )
- 1906 (Pelayanan ((durmas)Pelanahan)
- 1907 (Pelayanan Usensi)
- 1908 (Pelayanan Penelapan Tanah Obyek Penguasaan Benda tenda Tetap Milikperseorangan
Warga Negara Belanda (P3MB))
- 1909 (Pelayanan Kerjasama di bidang pertanahan yang berasat dad kerjasama dengan pihak lain)

N
Q
PENGELUARAN

-J

D<

T-----1
3(.11.
-AN INI

PENERIMAAN

0
N

w wE
az
0 eL
zzz

URAJANJENIS PENERIMAAN IKELPENDAPATANISUBKEL.PENDAPATAN I PENDAPATAN

<
N
2V

k
Z

=035 Bw0 zw

Q 0.
0
N

to

a ..0
T.5

RI

tn ,..
e) V)
N+
a

3
<
9
..w
r,
N

D
_
_
_

8
>.

1
i
.

r) 0,Of CI 0 0> CA CP

.., .. 0, ......

VtFILIP 'A I MINrwrimnoaro r IUTANG


Pendapatan Pek.1113580 GangRug' alas Kentgian yang
cfuterila olehNegam 4MasukTP/TGR)

Cril

Penedmaan Kembab Belanja Penskn Tabun Anggaran Yang Lalu


Tabun Anggaran Yang Lalu
Penedmaan Kembab Belanja Lai aya RupiahNIuml
Tatum Anggaran Yang Lalu
Belanja Lakinya Pirtjaman bum Negev;
Penerimaan Kembali
Penedmaan Kembag Belanja Lalnnya libahTabun Anggaran Yang Lalu
Belanja Swadana Tabun anggaran Yang Lalu
Penedmaan Kembai
Penetimaan KembagBelanja Lalmya Tabun Anggaran Yang Lalu

'ir

PusatTabun Anggaran Yang Lalu


Kenbali Belanja Pegawai
PeCeriTadfl

ai

E.-,

r3 CO

0Nr,...nv 2 t2
rip

,
o

Petunjuk Pengisian
1)

6/Hsi jumlah kelompok pendapatan 1.1 + 1.2

2)

Disi jumlah pendapatan sesuai Sub kelompok pendapatan

3)

Diisi jumlah kelompok pendapatan 11.1+ 11.2 + 11.3

2a) Diisi jumlah pendapatan dari jenis kegiatan Pelayanan Pertanahan


4)

Diisi jumlah kelompok pendapatan 111.1

5)

Diisi jumlah kelompok pendapatan IV.1 + IV.2

6)

Diisi jumlah seluruh pendapatan ( I + II + III + IV )

a
Z

cu

Zz
g
W
I%

0.=
<
<

cd
Z
g
Oz
a.

0.

0.

2
ar.

ars
_le
aa
a
.0to

9N
N

PI

LIJ

0
0
bg

vl

jj
CD
t

)...AF
.
.

-a-,
.
wA
w
0..
a

Ao.
i
a_0

Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi alas Kerugian yang diderita etchNegara (Masuk TGR)

et.

WaTERHADAP I
TARGET
I
vl

Penerimaan KembaliBelanja Swadana Tahun Anggaran Yang Lalu

Ct

REALISASI
TRIWULANIV

e
N

IPendapatan Sewa Rumah Dinas/RumahNegeri


Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang
Pendapatan Sewa Benda-benda TakBergerak Lainnya
IPendapatan Pelayanan Pertanahan
I,'Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
Pendapatan Jasa Lainnya
Pendapatan Uang Pendidikan
PusatTahun Anggaran yang Lain
Penerimaan KembaliBelanja Pegawai
Penerimaan kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Rupiah Mumi Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan KembaliBelanja Lainnya Pinjaman Luar Negeri Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kembali
Belanja Lainnya HibahTahun Anggaran Yang Lalu

I.

REALISASI
REALLSASI
TRIWULANII TRIWULAN

ra

TARGET PNBP

fafa

JENIS PNBP (PERMAP)

5g

= -.1
0C
n
LP,
C

ic
a
i
.1.4
al

02

V)

KEPALAKANTORWILAYAHBADANPERTANAHAN NASIO NAL

- 1-4
41 Z
4(<
SO I

n D 10

.r-

Vi
CA 0; OeNI.-- N. v- . N en v 41 OD CO CV
NVVV.
N
N 7, 'cii '07) or c7, .1cnen
'5 en
'o) en
crii
en. en cn re en
ce, en
ce) el en en en en
NNINNNNNNNNNNNNOJN
V V V V V V V V V V V V V V V V*
. N r) v w r-. co a>
,_ r.
'''T. ",_",_v 'a
' ,_
T. ,_


-Jro
QZ
1:
1

.00C

O 0

zz
za
< 03
=r
Q
z >gc.

hc,
zo
,
oz

;g4

1. Ka ntor WIlayahBPNPropInsi

4C1.

sc

OrN0,0,.......,,NM,SNUDON

..rerV*VVY4ettfl-4.7qct

- REALISASI
REAUSASI

NVYNI- - NO
N
,,,,mm
0,
F,Frirliv,W,P,P,
minmenmmm
NNNNNNNNNNNNNNNN

0)
01 0) 0,
N 07 ,t It) 0 cn c.4
NOV,,-NM .......N
.04 04 N LO 0) 0) 0) 0) 0) 01 0) cn
MMMMVIMMMCIMMMMCOMM
NNNNNNNNNNNNNNNN
Y VVVV V VOVV ,
ItVtIVV

.-NCIVCONWO'-C"W"".-

rNMVCON.COM r-Nr""""-

JUMLAH

REALISASI
TRIWULANI
TRIWULANII TRIWULAN III

Pendapatan Uang Pendidtkan


Penerimaan kembaliBelanja Pegawai
PusatTahun Angga ran yang La lu
Penerimaan kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan KembaliBelanja Lainnya RupiahMumi
Ta hun Anggaran yang Lalu
Penerimaan Kembali
Belanja Lainnya Piriaman Luar Ne.eri
Tahun M aran Yang Lalu
Penerimaan KembaliBelanja Lainnya HibahTahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan KembaliBelanja Swadana Tahun Angg an Yang Lalu
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Tahun Anggaran Yang La lu
Pendapatan Pelunasan Ganti
Rugi atas Kerugian yang diderita olehNegara (MasukTGR)

Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa

TARGET PNBP

Pendapatan Penjualan MetLainnya yang Berlebih/RusaWDihapuskan


Pendapatan Sewa RumahDinas/Ruma h Neeri
Pendapatan sewa geduno bangunan dan gudang
Pendapatan Sewa Benda-benda TakBergerakLainnya

2. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

JUMLAH

Pendapatan Pelunasan Ganti


Rugi alas Kerugianyang diderita olehNegarajMasukTGR)

an
PusatTa hun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kembaliBelanja Pegawai
Penerimaan kembaliBelanja Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu
ja Lainnya RupiahMumi
Tahun Anggaran yang Lalu
Lainnya Pinjaman Luar WagedTahun Anggaran Yang Lalu
jPenerimaan Kembali
Belanja Lainnya HibahTahun Anggaran Yang Lahr

Pendapatan Penjualan MetLainnya yang Bedebih/Rusak/Dihapuskan


Pendapatan Sewa RumahDinas/Rumah!gegen
Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang
I
Pendapatan Sewa Benda-benda Ta kBergerakLainnya
Pendapatan Pelayanan Pertanahan
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)

JENISPNBP (PERMAP)

REAUSASI
TRIWULANIV

%TERHADAP
TARGET

=Q

2=

CC

I
I
I

I 1
I

III

csi

1-

.-

It Nt 11 NI" 1-4 V' <I' 111' rct 11' V' tl 11 V'

0) r CNI 0) 0) r r r r CY Cr, el' L0 tD CI N


N 1r V V r N CO r r - r r r r r N
r NNN L0 0) 0) 01 cn cn 0) 0) cn
r) C, CI ca 0 cc/ (a n m c er? C) Cf) r) r) 07
NNNNNNNCINNNNNNNN

co

>
C

I 2
I J

1 1
C
ct

I CO

li
1c
It
2

j i

.n

...

II+ el 14-1C0 CM r
O

,2 .7..1 ;at,...

JUMLAH
JUMLAH I sld

Uann Pendidikan
iPendanatan
.
Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kembaliBelanja Pegawai
Belanja Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu
IPenerimaan kembali
Galan]a Lainnya RupiahMumiTahun Anggaran yang Lalu
Penedmaan Kembali
Penedmaan KembaliBelanja Lainnya Pinjaman Luar Negeri Tahun Anggaran Yang Lalu
Belanj a Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penedmaan Kembali
Penedmaan KembaliBelanj a Swadana Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kembali Belanj a Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu
Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Keruglan yang diderita oleh Negara (MasukTGR)

)N

inpridanatan Penivalan AsetLainnya yang Berlebih/RusakiDihapuskan


Pendapatan Sewa RumahDinas/Rumah Neged
Pendanalan sewa aedunq. bangunan dan gudang
Pendapatan Sewa Benda-benda TakBergerakLainnya
opncianatan Pplavanan Pertanahan
ipane
Th7n:tcn.lnca l embaaa Keuarman Hasa Giro)

3. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

el

0
1-

co

I-KEPALA KANWIL BADAN PERTANAHAN NASIONALPROPINSI

I ;
1

4*

...o

Lampiran 25
REKAPITULASI LAPORAN REAUSASI PERKIRAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PMAK
TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI

KODE
1
423129
423141
423142
423149
423219
423221
423291
423511
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922

JENIS PNBP (PERMAP)

TARGET PNBP

PERKIRAAN
S/D TRIWULAN IV
4

Pendapatan Penjualan Aset Lalnnya yang Berleblh/Rusak/Dihapuskan


Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Neged
Pendapatan sewa gedung bangunan dan gudang
Pendapatan Sawa Benda-benda Tak Bergerak Lalnnya
Pendapatan Pelayanan Pertanahan
Pendapatan 3asa Lembaga Keuangan (jasa Giro)
Pendapatan Ina Lainnya
Pendapatan Uang Pendidikan
Penedmaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penedmaan kemball Belanja Penslun Tahun Anggaran yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Rupiah Murni Tahun Anggaran yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Negerl Tahun Anqqaran Yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Lalnnya Hlbah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Swadana Tahun Anqqaran Yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanla Lainnya Tahun Anggaran Yana Lalu
Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang cliderita oleh Negara (Masuk TGR)

3 UMLAH

KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN


NASIONAL

LAPORAN PERKIFtAAN REALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK


S/D TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KANTOR WI
___ . ..._
KODE

JENIS PNBP (PERMAP)

TARGET PNBP

1. Kantor WIlayah BPN PropInel


423129
423141
423142
423149
423219
423221
423291
423511
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922

PERKIRAAN
S/D TRiwULAN Iv
4

Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang Berleblh/Rusak/Dihapuskan


Pendapatan Sewa Rumah DInas/Rumah Negeri
Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang
Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya
Pendapatan Pelayanan Pertanahan
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
Pendapatan Jasa Lainnya
Pendapatan Uanq Pendidikan
Penerlmaan kembali Belanja Pegawai Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kemball Belanja Penslun Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Lalnnya Rupiah Mum' Tahun Angqaran yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Neged Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Lalnnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu
Pendapatan Pelunasan Gant' Rugi atas Kenigian yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)
JUMLAH
2. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

423129
423141
423142
423149
423219
423221
423291
423511
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922

Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang Bedebih/Rusak/Dihapuskan


Pendapatan Sewa Rumah DInas/Rumah Negeri
Pendapatan sewa gedung, bangunan dan gudang
Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya
Pendapatan Pelayanan Pertanahan
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
Pendapatan Jasa Lainnya
Pendapatan Uang Pendidikan
Penerimaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kemball Bela* Penslun Tahun Angqaran yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Rupiah Murni Tahun Angqaran yang Lalu
Penerimaan Kemball Bela* Lainnya Pinjaman Luar Neged Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belania Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Angqaran Yang Lalu
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya Tahun Angqaran Yang Lalu
Pendapatan Pelunasan Gantt Rugl atas Keruglan yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)

JUMLAH
3. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
423129
423141
423142
423149
423219
423221
423291
423511
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922

Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang Berieblh/Rusak/DIhapuskan


Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Negeri
Pendapatan sewa gedung, banqunan dan gudang
Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya
Pendapatan Pelayanan Pertanahan
Pendapatan Jasa Lembaqa Keuangan (Jasa Giro)
Pendapatan Jasa Lainnya
Pendapatan Uang Pendidikan
Penerimaan kemball Belanja Pegawal Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penedmaan kemball Belanja Penslun Tahun Anggaran yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Ruplah Muml Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Lainnya Pinjaman Luar Negeri Tahun Anggaran Yang Lalu
Penedmaan 'Cornball Belanja Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kemball Belanja Swadana Tahun Angqaran Yang Lalu
Penedmaan Kemball Belanja Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu
Pendapatan Pelunasan Gant' Rugi atas Keruglan yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)

JUMLAH
JUMLAH 'I aid 3

KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN


PERTANAHAN NASIONAL

NIP.

LAAviran ae
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI)
BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI
I. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
No.
Uraian
1.
Surat Keputusan Unit Akuntansi
Instansi (SAI) SAK
2.
Surat Keputusan Unit Akuntansi
Instansi (SAI) SIMAK BMN
3.
Struktur Organisasi Unit Akuntansi
Instansi (SAK)
sesuai
Perdirjen
Perbendaharaan
No.
PER65/PB/2010
4.
Struktur Organisasi Unit Akuntansi
Instansi :(SIMAK BMN) sesuai PMK
No. 171/PMK.05/2007
5.
Job Diskription Unit Akuntansi Instansi
6.
Bagan Alur (flow chart) mekanisme
Pelaporan Keuangan
7.
Koordinasi dengan KPPN dan KPKNL
8.
Pengelolaan Blanko Akta PPAT dan
Blanko Sertipikat di Bagian/Sub
Bagian Tata Usaha
9.
Telah melaksanakan Aplikasi SAK,
SIMAK-BMN dan Persediaan
10. Pelaksana Unit Akuntansi Instansi
sudah mendapat pendidikan dan
pelatihan

II.

Ya

Tidak

Keterangan

Ya

Tidak

Keterangan

PENILAIAN RISIKO

No.
Uraian
A. Organisasi
1.
Pemisahan fungsi UAKPA dan
UAPPA-W
B. SAK
1. Entry data Belanja sudah sesuai
akun
2. Entry data pendapatan sudah sesuai
akun
3. RekOnsiliasi yang tidak sama antara
data SAU dengan SAI segera
diperbaiki
4. Realisasi Belanja sama dengan fisik
SP2D dan BAR
5. Realisasi pendapatan sama dengan
SSBP dan BAR
6. Kas di Bendahara Pengeluaran sama
dengan Uang Persediaan yang
belum
dipertanggungjawabkan/
disetor ke Kas Negara
7. Kas di Bendahara Penerima sama
dengan penerimaan negara yang
belum disetor

8.

Pencatatan TGR jatuh tempo 12


bulan dalam aset lancar
9. Pencatatan TGR lebih dari 12 bulan
dalam aset lainnya
C. SIMAK BMN
10. Rekonsiliasi aset yang tidak sama
antara data UAPPBW dengan DJKN
segera diperbaiki
11. Seluruh Aset tetap dicatat dalam
SIMAK BMN
12. Aset tetap yang tidak masuk dalam
SIMAK BMN dijelaskan dalam CaLK
13. Met dengan kondisi Rusak Berat
segera dihapuskan dari SIMAK BMN
14. Belanja
barang
dan
belanja
pemeliharaan yang memenuhi syarat
kapitalisasi aset dimasukkan dalam
kategori belanja modal (Perdirjen
No.
PERPerbendaharaan
33/PB/2008 tanggal 22 Jul 2008).
15. Nilai aset tetap sama dengan
Laporan BMN dan BAR
16. Mai aset tetap lainnya sama dengan
Laporan BMN dan BAR
17. Nilai aset lainnya sama dengan
Laporan BMN dan BAR
D. PERSEDIAAN
18. Blanko Akta PPAT dan blanko
sertipikat sudah dimasukkan dalam
akun persediaan
19. Pencatatan barang persediaan pada
saat transaksi
III. KEGIATAN PENGENDALIAN
No.
Uraian
Ya
1. Format Laporan Keuangan sesuai
Perdirjen 65/PB/2010 Lampiran IVa
2. Verifikasi dan Koreksi setiap akun LRA
dan neraca serta CaLK
3. Laporan Keuangan dan Barang Milik
negara disampaikan tepat waktu
4.
Laporan Keuangan dan Barang Milik
Negara Lengkap.
5.
Inventarisasi Barang Milik Negara
6.
Revaluasi Barang Milk Negara
7.
Opname Fisik Barang Persediaan
8. Pengelolaan dana. Pengguna lainnya
dilaporkan dalam CaLK
9. Tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP
dan BPK dilaporkan dalam CaLK

Tidak

Keterangan

IV. INFORMASI DAN KOMUNIKASI


No.
Uraian
Ya
1. Rekonsiliasi SAKPA
2. Rekonsiliasi
SIMAK-BMN
dan
persediaan
3. Rekonsiliasi Internal SAKPA-SIMAK
BMN setiap bulan
4.
Surat Edaran ke Satker mengenai
Laporan Keuangan dan Laporan BMN
5.
Sosialisasi
penyusunan
Laporan
Keuangan

Tidak

Keterangan

Tidak

Keterangan

V. PEMANTAUAN
Ya
Uraian
No.
penyampaian
Laporan
1. Monitoring
Keuangan dan Laporan Barang Milik
Negara secara tepat waktu
2. Monitoring
kelengkapan
Laporan
Keuangan dan Laporan Barang Milik
Negara
(ADK,BAR,CaLK, Laporan
Kuasa Pengguna,Catatan Ringkas
Barang)
3. Evaluasi terhadap pengendalian intern
dilakukan
secara
berkala
dan
kelemahan yang ditemukan segera
dicarikan solusinya.
Seluruh temuan audit dan reviu lainnya
4.
dan
dilaksanakan
ditindaklanjuti
tindakan perbaikannya.

CO

-o

Nama Bank

Nomor Reken ing

Atas Nama

Nomor Persetujuan
Penggunaan Reken ing dariKPPN

LA PORANDAFTA RREKEN1NG
KANTORPERTANAHAN BADANPERTANA HANNAS1ONAL
S
C
azi

4,2
00

'E.

C
C
Ct

1.a)
S

v)

tri

a
Z

Ct

C
Ct
_t
Ct

to
cn
co

cal
4)
-o

ci
Cd
cO

ci

=
Ci

ci

Cd

.5.> 03

O. CO

2 -5

Nama Bank
I

Atas Nama

Nomor Persetujuan
Penggunaan Rekening dari KPPN

CO

Nomor Rekening

N
C

N_

Ct

5.

(.7)
cd
(.)

1:4

C.>

tr)
-Y
03
ll)

I-

Nama Bank

Atas Nama

Nomor Persetujuan
Penggunaan Rekening dari KPPN

N
=

Nomor Rekening

6. 5

Mt
(I)

iri
cd
v)
...-

T.:1
2

L
a)
.-Y

Co

Cd

(N

Bobot Tertimbang

allimMEM

cc

0
a
,.":
... a

co

E
cod
`c
a.

a.

^.-.- .0

a -0...

m
c
1
a

cG

c
_

t5
a

0'

2
i
i
a.
Za. r.

E
0

.-4 0

t''
m

a.

I-..
,

it
N
ae
TA
C.,

.1.

0
5
It]
0-

'En

2
-5.
m ac.
"
2-z SI
m
e
'agte
g
L
i) cc,
7
Le) o.
es es cam
m
E

5
0
22
en

it.)

it

gggg gM i kLt i
ZZZZ Ziga g

zS,

00
- ouvora^"3 Wrg=t
1ng
,-. sc3
1 (4 t
t4b4
.... 2
< 0000 .
1011...?
oe
gg,Eg2e. ,
zzzzzzga:IY.z

E
E
00
0
C
c
7

L'L

r.

Anda mungkin juga menyukai