Juknis Pedoman Pelaksanaan Anggaran Dan Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) TA 2014
Juknis Pedoman Pelaksanaan Anggaran Dan Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) TA 2014
DAFTAR ISI
I. DASAR HUKUM
PENGELOLA APBN
12
13
13
B. Pcngajuan Tagihan
16
17
22
24
F.
26
27
29
I.
29
J.
32
34
...
35
36
37
38
B. Tata Cara Pengesahan clan Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/
Jasa/ Surat Berharga
40
C. Pejabat Perbendaharaan
42
D. Penyampaian SP2HL
43
43
F.
43
Penyampaian MPHL-BJS
44
44
I.
Sanksi-sanksi
44
44
46
49
b.
PEMERIKSAAN TANAH
56
c.
58
d.
61
e.
64
f.
64
g.
PELAYANAN LISENSI
64
h.
PELAYANAN PENDIDIKAN 64
i.
j.
65
65
76
A.
76
B.
76
C.
79
80
A.
PENYUSUNAN POK
80
B.
REVISI POK
80
X. PELAPORAN
A.
LAPORAN KEUANGAN 81
B.
81
LAPORAN KEUANGAN
91
C.
LAPORAN REKENING
100
D.
101
101
103
: 683/2.1-100/11/2014
Sifat
: Sangat segera
3.
4.
5.
6.
7.
Dalam rangka pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 di lingkungan BPN RI yang
tertib dan akuntabel, perlu disusun pedoman yang mencakup hal hal sebagai berikut :
I. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2014;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Jis. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Peraturan Presiden
1
JALAN SISINGAMANGARAJA NO. 2 JAKARTA SELATAN TELP. 7226901, 7393939: www.bran_go.id
Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
57/PMK.05/2007
tentang
Pengelolaan
Rekening
Milik
Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar (BAS)
Jis. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-8/PB/2009 tanggal 27 Febuari
2009 tentang Penambahan dan Perubahan Bagan Akun Standar, Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-80/PB/2011 tanggal 30 November 2011 tentang Penambahan
dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor
/Satuan Kerja;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks Dalam Rangka
Penghitungan Penetapan Tarif Pelayanan PNBP pada Badan Pertanahan Nasional Jo.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.02/2012, tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks Dalam Rangka Penghitungan
Penetapan Tarif Pelayanan PNBP pada Badan Pertanahan Nasional;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang
Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang tidak Tertagih;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan
Hibah;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/201 1 tentang Sistem Akuntansi Hibah;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan Dinas Dalam
Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.06/2013 tanggal 2 Januari 2013 tentang
Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Penyetoran
Penerimaan Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan;
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA);
2
36. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-17/PB/2013 tanggal 6 Mei 2013
tentang Ketentuan Lebih Lanjut Tata Cara Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak atas
Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
37. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-19/PB/2013 tanggal 15 Mei 2013
tentang Tata Cara Pembayaran dan Pengembalian Uang Muka atas Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
38. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 tanggal 30 Mei 2013
tentang Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap;
39. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-36/PB/2013 tanggal 9 Oktober
2013 tentang Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara pada Tahun Anggaran
Berjalan Melalui Rekening Kas Umum Negara;
40. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember
2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;
41. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-16/PB/2012 tanggal 7 Mei 2012
tentang Petunjuk Pembayaran Pengembalian Uang Tuntutan Ganti Rugi yang telah
Disetorkan ke Kas Negara atas Ditemukannya Kembali BMN yang Hilang;
42. Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-4599/PB/2013 tanggal 3 Juli 2013
tentang Penjelasan lebih lanjut Penggunaan Akun Perjalanan Dinas Berdasarkan Surat
Menteri Keuangan No. S-2056/MK.5/2013
H. PENGELOLA APBN
1. Pada setiap awal tahun anggaran, Kepala BPN RI selaku Pengguna Anggaran (PA) menunjuk
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Kuasa Pengguna Barang (KPB) di lingkungan
BPN RI dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI;
2. Kepala BPN RI selaku Pengguna Anggaran melimpahkan kewenangan kepada Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) pada Kantor Pusat BPN RI, STPN, Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional (Kanwil BPN), dan Kantor Pertanahan (Kantah) di seluruh Indonesia.
KPA dimaksud diberi kewenangan untuk menunjuk
a. Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen;
b. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan
menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM)/;
c. Bendahara Penerimaan untuk melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan dalam rangka
Penerimaan Negara;
d. Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja;
e. Bendahara Pengeluaran Pembantu (jika diperlukan dengan menunjuk lebih dari satu);
Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) adalah pembantu KPA yang
diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai;
g. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menandatangani Surat Perintah Setor (SPS).
3. KPA menyampaikan Surat Keputusan para Pejabat sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka
2 huruf a, b, d dan f kepada Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku
Kuasa Bendahara Umum Negara (Kuasa BUN) beserta spesimen tandatangan Pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) dan cap/stempel Satuan Kerja;
4. KPA menyampaikan surat keputusan pejabat sebagaimana dimaksud angka 2 huruf a dan b
kepada PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK;
5. Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio;
6. Setiap terjadi pergantian jabatan Kepala Satker, setelah serah terima jabatan maka pejabat
Kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA;
7. PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker sebagai KPA dalam hal :
a. Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
b. Satker sementara;
c. Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
d. Satker Lembaga Negara.
8. Penunjukan KPA, Penetapan PPK, PPSPM dan Bendahara tidak terikat periode tahun
anggaran;
9. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai KPA, PPK, PPSPM
dan/atau Bendahara pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA,
penetapan PPK, PPSPM dan/atau Bendahara tahun yang lalu masih tetap berlaku;
10. Pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada pejabat yang
bersangkutan dalam hal tidak terdapat penggantian PPK, PPSPM dan/atau Bendahara;
11. Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satker atau pejabat lain yang ditunjuk sebagai
KPA, PA segera menunjuk seorang pejabat baru sebagai pelaksana tugas KPA;
12. Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dad jabatannya/
berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat
keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan;
13. Dalam hal tidak ada personil yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa untuk
ditunjuk sebagai PPK, maka PPK dijabat oleh pejabat eselon I dan II dan/atau PA/KPA;
14. PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir harus menyelesaikan seluruh administrasi
keuangan yang menjadi tanggung jawabnya pada saat menjadi PPK atau PPSPM;
15. Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/
berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker menetapkan pejabat
pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran;
16. Dalam pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker menetapkan 1
(satu) Bendahara Pengeluaran untuk 1 (satu) DIPA/Satker;
17. Dalam hal terdapat keterbatasan pegawai/pejabat yang akan ditunjuk sebagai Bendahara
Pengeluaran, Menteri/Pimpinan Lembaga atau Kepala Satker dapat menetapkan 1 (satu)
Bendahara Pengeluaran untuk mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA/Satker;
18. Dalam hal terdapat kegiatan yang lokasinya berjauhan dengan tempat kedudukan Bendahara
Pengeluaran dan/atau beban kerja Bendahara Pengeluaran sangat berat dan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, maka KPA dapat mengangkat
satu atau lebih Bendahara Pengeluaran Pembantu guna kelancaran pelaksanaan kegiatan;
19. Dalam hal diangkat Bendahara Pengeluaran Pembantu, Bendahara Pengeluaran melimpahkan
kewajiban dan tanggung jawab pengelolaan uang kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu;
20. Bendahara Pengeluaran Pembantu secara operasional bertanggung jawab kepada Bendahara
Pengeluaran atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya;
21. Untuk pelaksanaan Kegiatan dalam DIPA di masing-masing unit kerja, agar Kepala
Kantor/Ketua STPN Yogyakarta selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di daerah, segera
menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Minimal Gol III/a,
b. Bersertifikat Pengadaan Barang/Jasa dan
c. Pejabat Struktural
apabila persyaratan di atas tidak terpenuhi/keterbatasan SDM maka KPA dapat melaksanakan
tugas sebagai Pejabat Pengujian dan Perintah Pcmbayaran/Penandatangan SPM atau Pejabat
Pembuat Komitmen;
22. PPK dalam rangka Pengadaan Barang dan Jasa dapat menunjuk tim teknis dan administrasi;
23. Kepala Satker dapat menunjuk koordinator kegiatan dalam rangka membantu tugas-tugas
PPK;
24. Penunjukan Pengelola Kegiatan atau Tim Pelaksana Kegiatan agar disesuaikan dengan
jumlah orang, volume dan biaya yang tersedia dalam DIPA dan Petunjuk Operasional
Kegiatan (POK);
25. Penerbitan Surat Keputusan/Surat Perintah Kerja sekurang-kurangnya harus mencantumkan
sumber dana yang tersedia dalam DIPA, Besaran Satuan Biaya, Uraian Tugas dan Jangka
Waktu Pelaksanaan dengan mempedomani Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
72/PMK.02/2013 tanggal 3 April 2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2014;
26. Larangan perangkapan jabatan :
a. Kuasa Pengguna Anggaran tidak boleh merangkap sebagai Bendahara Pengeluaran;
b. Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran
tidak boleh saling merangkap;
c. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) tidak boleh merangkap
sebagai Bendahara Penerimaan, demikian pula sebaliknya;
27. Penunjukan Pengelola APBN pada Kantor Pertanahan Perwakilan/Daerah Pemekaran sesuai
dengan DIPA Kantor Pertanahan Induk, maka KPA dapat menunjuk pengelola :
a. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) sebagai pembantu Bendahara Pengeluaran;
b. Bendahara Penerimaan Pembantu;
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
3)
4)
h. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna
Anggaran, melaksanakan rencana kerja yang sudah ditetapkan dalam DIPA, membuat
keputusan-keputusan dan/atau mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan
timbulnya pengeluaran uang dan/atau tagihan atas beban APBN. Keputusan-keputusan
dan/atau tindakan-tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya, antara
lain dapat berupa :
a. Keputusan Kepegawaian (seperti pengangkatan pertama pegawai, pengangkatan
pegawai dalam jabatan, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, mutasi pegawai);
b. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan
substansi tugas pokok dan fungsi (seperti Surat Tugas, Surat Perjalanan Dinas);
c. Keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa (kontrak, pembelian, Surat
Perintah Kerja
Pejabat yang menandatangani kontrak/keputusan bertanggung jawab atas kebenaran
materiil dan akibat yang timbul dari kontrak/keputusan tersebut.
4. Kepala Kantor/Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran dapat melimpahkan
kewenangannya dengan pengaturan sebagai bcrikut :
a. Pcnandatanganan (dalam rangka 'mengetahui') BKU, Lembaran Cek dan
Pemeriksaan Kas Bendahara Pengeluaran, sebagai berikut :
1) Kuasa Pengguna Anggaran Kantor Pusat BPN RI kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran atau Pejabat yang ditunjuk;
2)
Kepala Kantor Wilayah BPN kepada Kasubag Perencanaan dan Keuangan atau
Pejabat Pembuat Komitmen atau Pejabat yang ditunjuk;
3)
Ketua STPN kepada Kasubag Keuangan atau Pejabat Pembuat Komitmen atau
Pejabat yang ditunjuk;
4)
Kepala Kantor Wilayah BPN kepada Kepala Bagian TU atau Pejabat yang
ditunjuk;
3)
Ketua STPN kepada Kepala Bagian Administrasi Umum atau Pejabat yang
ditunjuk;
f.
g.
Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara;
h.
i.
j.
k.
1. Melaksanakan tugas dan wcwenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2 Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana, dilakukan
dengan :
a. Menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan
dananya;
b.
c.
Menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih
kepada negara; dan/atau
b. Menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka yang dapat dibayarkan
sesuai ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
5 Laporan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan berupa laporan atas :
a.
Pelaksanaan kegiatan;
b.
c.
d.
e.
b.
c.
Kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN;
d.
e.
10
Kebenaran, keabsahan sena akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
f.
9 PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang
kepada KPA, sekurang-kurangnya memuat
a.
b.
c.
d.
10. Tugas Pokok Pejabat Pembuat Komitmen Dalam Pengadaan Barang/jasa sesuai
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 adalah :
a. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi :
1)
2)
3)
Rancangan Kontrak.
11
b.
Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
c.
d.
Menerbitkan SPM;
e.
f.
g.
Mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP
pada kartu pengawasan DIPA;
b.
c.
4. Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukan oleh PPSPM,
meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
5.
Pengujian kode BAS termasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode mata
anggaran pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya;
pada angka 2 untuk jenis belanja modal dialokasikan dalam belanja modal tahun
anggaran berjalan, sedangkan untuk jenis belanja barang/bantuan sosial dialokasikan
dalam belanja barang tahun anggaran berjalan;
4. Realisasi belanja atas alokasi anggaran biaya proses pelelangan yang berasal dari
belanja modal pada tahun anggaran berjalan, dicatat dalam neraca sebagai Konstruksi
Dalam Pengerjaan (KDP);
5. Proses lelang pengadaan barang/jasa yang dibiayai melalui dana tahun anggaran berjalan
dilaksanakan oleh panitia pengadaan yang dibentuk pada tahun anggaran berjalan;
6. Penandatanganan perjanjian/kontrak atas pclaksanaan pengadaan barang/jasa sebagai
tindak lanjut atas pelaksanaan lelang dilakukan setelah DIPA tahun anggaran berikutnya
disahkan dan berlaku efektif;
7. Dalam hal biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaan barang/jasa tidak
dialokasikan pada tahun anggaran berjalan, biaya proses pelelangan dimaksud dapat
dialokasikan pada DIPA tahun anggaran berjalan dengan melakukan revisi DIPA sesuai
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai revisi DIPA;
8. Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapat dibebankan pada DIPA tahun
anggaran herkenaan;
9. Perjanjian/kontrak yang pclaksanaan pekerjaannya membebani DIPA lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran dilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat yang berwenang;
10. Perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa dapat dibiayai sebagian atau seluruhnya
dengan rupiah murni dan/atau pinjaman dan/atau hibah;
11. Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran
negara antara lain untuk:
a.
b.
c.
d.
Belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk uang kepada penerima
bantuan sosial.
12. Penetapan keputusan dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
13. Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan melalui SPM-LS, PPK
mencatatkan perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke dalam suatu sistem yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
14. Pencatatan perjanjian/kontrak sekurang kurangnya meliputi data sebagai berikut:
a. Nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan
akun yang digunakan;
b. Nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;
c. Nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker;
d. Uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
14
e. Data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama
rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama dan nomor rekening penerima
pembayaran;
f. Jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila
dipersyaratkan;
g. Ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
h. Addendum
B. Pengajuan Tagihan
1. Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara atas pembuatan komitmen
berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran;
2. Atas dasar tagihan tersebut, PPK melakukan pengujian;
3. Pelaksanaan pembayaran tagihan dilakukan dengan pembayaran LS, dalam hal
pembayaran LS tidak dapat dilakukan, pembayaran tagihan kepada penerima hak
dilakukan dengan UP;
4. Khusus untuk pembayaran komitmen dalam rangka pengadaan barang/jasa herlaku
ketentuan sebagai berikut :
a. Pembayaran tidak bolch dilakukan sebelum barang/jasa diterima;
b. Dalam hal pengadaan barang/jasa yang karena sifatnya harus dilakukan pembayaran
terlebih dahulu, pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan sebelum barang/jasa
diterima; dan
c. Pembayaran atas beban APBN sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan
setelah penyedia barang/jasa menyampaikan jaminan atas uang pembayaran yang
akan dilakukan.
5. Pembayaran LS ditujukan kepada:
a. Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;
b. Bendahara Pengeluaran/pihak Iainnya untuk keperluan belanja pegawai non gaji
induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas dasar surat keputusan.
6. Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa dilaksanakan berdasarkan bukti-bukti
yang sah yang meliputi :
a. Bukti perj anj ian/kontrak;
b. Keferensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa;
c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
e. Bukti penyelesaian pekerjaan Iainnya sesuai ketentuan;
f. Berita Acara Pembayaran;
g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat
sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3;
h. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib
Pajak/Bendahara Pengeluaran;
i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan Iainnya sebagaimana
dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan
barang/jasa pemerintah; dan/atau
j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang
dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar
negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah
dalam/luar negeri bersangkutan;
16
3)
4)
17
5)
Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK) terkait
dengan pengangkatan Calon Pegawai Negeri, SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan
Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK
Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat atau Akta
terkait dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, Surat Keterangan
Penghentian Pembayaran (SKPP), dan Surat Keputusan yang mengakibatkan
penurunan gaji, serta SK Pemberian Uang Tunggu sesuai peruntukannya;
6)
3)
Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan
sebagai Caton Pegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, Surat
Keputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Pegawai, SK
terkait dengan jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;
4)
19
20
21
4.
SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima
secara lengkap dan benar;
5.
SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran;
6.
Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada angka 5 di atas merupakan hari libur
atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling
lambat pada had kerja sebelum tanggal 5;
7.
SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan
kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima
secara lengkap dan benar dari penerima hak;
8.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran pengadaan barang/jasa atas beban belanja barang,
belanja modal, belanja bantuan sosial, dan belanja
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan
sosial diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri;
10. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja
subsidi, belanja hibah, masing masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang
dapat dimintakan penggantiannya (revolving);
3.
4.
Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas
Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah);
5.
6.
7.
8.
9.
Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapa BPP, dalam pengajuan UP ke
KPPN harus melampirkan daftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelola
oleh masing-masing BPP;
c) Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp.2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau
d) Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP di atas Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
20. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas permintaan KPA, dapat
memberikan persetujuan UP melampaui besaran sebagaimana dimaksud pada angka 19
di atas dengan mempertimbangkan
a) Frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1
(satu) bulan selama I (satu) tahun; dan
b) Perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran UP.
21. KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada Bendahara
Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya
mendesak/tidak dapat ditunda;
22. Syarat penggunaan 'TUP
a) Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama I (satu) bulan sejak tanggal
SP2D diterbitkan; dan
b) Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
23. KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN disertai :
a) Rincian rencana penggunaan TUP; dan
b) Surat yang memuat syarat penggunaan TUP di atas dibuat sesuai format yang
tercantum dalam lampiran 5.
24. Dalam hal KPA mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu)
bulan, Kepala KPPN dapat memberi persetujuan dengan pertimbangan kegiatan yang
akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan;
25. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat dilakukan
secara bertahap;
26. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah batas waktu;
27. Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, KPA
mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN;
24
3. SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah diterimanya permintaan UP dari Bendahara Pengeluaran;
4. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat
Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA;
5. SPBy dilampiri dengan bukti pengeluaran :
a. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
b. Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang
diperlukan yang telah disahkan PPK.
6. Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti pembelian, Bendahara
Pengeluaran/BPP membuat kuitansi yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum
dalam lampiran 6;
7. Berdasarkan SPBy, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
a. Pengujian atas SPBy;dan
b. Pemungutan/pemotongan pajaklbukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang diajukan
dan disetorkan ke Kas Negara.
8. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang muka
kerja, SPBy dilampiri :
a. Rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. Rincian kebutuhan; dan
c. Batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari penerima uang
muka kerja.
9. Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatatVpembayaran dan rincian kebutuhan dana,
Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian ketersediaan dananya;
10. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas tagihan dalam SPBy apabila
telah memenuhi persyaratan pengujian;
11. Dalam hal pengujian perintah bayar tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan,
Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan;
12. Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkan uang muka kerja sesuai
batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf c di atas, berupa bukti
pengeluaran;
13. Atas dasar pertanggungjawaban tersebut, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan
pengujian bukti pengeluaran;
14. Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 8 huruf c di atas,
penerima uang muka kerja belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara
Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja
segera mempertanggungjawabkan uang muka kerja yang ditembuskan kepada PPK;
15. BPP menyampaikan SPBy beserta bukti pengeluaran kepada Bendahara Pengeluaran;
16. Bendahara Pengeluaran selanjutnya menyampaikan bukti pengeluaran kepada PPK
untuk pembuatan SPP GUP/GUP Nihil;
25
26
2.
SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari Kepala KPPN;
3.
4.
b. Kebenaran SPM dan Kesesuaian antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM;
dan
c. Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.
12. PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP/LS dalam rangkap 2
(dua) beserta ADK SPM kepada KPPN;
13. Penyampaian SPM-UP/SPM-TUP/SPM-LS sebagaimana dimaksud pada angka 12 di
atas diatur sebagai berikut :
a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA yang dibuat
sesuai format sebagaimana tercantum pada lampiran 9;
b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan pemberian TUP dari
Kepala KPPN;
c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti
setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.
14. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka
atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan :
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan uang muka; dan
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan
Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
15. Khusus untuk penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, juga dilampiri
dengan faktur pajak;
16. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah
SPM diterbitkan;
17. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk di sampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal
15 sebelum bulan pembayaran;
18. Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,
penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15;
19. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 18 di atas dikecualikan untuk
Satker yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu
yang dapat dipertanggungjawabkan;
20. Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh petugas pengantar SPM yang sah dan
ditetapkan oleh KPA dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Petugas pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dan ADK
SPM melaluitront office Penerimaan SPM pada KPPN;
b. Petugas Pengantar SPM hares menunjukan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS)
pada saat menyampaikan SPM kepada Petugas Front Office; dan
28
c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN, penyampaian
SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa
Pengiriman resmi.
21. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi, KPA terlebih
dahulu menyampaikan konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
3.
Tata cara pengembalian penerimaan negara yang telah disetor ke Kas Negara terdiri :
a. Pengembalian Penerimaan Negara Pada Tahun Berjalan,
1) Pengembalian penerimaan negara dan pengembalian penerimaan lainnya, yang
diakibatkan oleh :
a) Kelebihan atau kesalahan penyetoran;
b) Kelebihan atau kesalahan pemotongan SPM;
c) Setoran Ganda; dan
d) Ikatan Perjanjian
2) Pengembalian Penerimaan Negara yang disetorkan pada tahun anggaran berjalan
dibukukan scbagai pengurang Penerimaan Negara bersangkutan dan dibebankan
pada akun penerimaan yang sama dengan akun pada saat penyetorannya.
29
4. Petunjuk pengembalian uang Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang telah disetorkan ke Kas
Negara atas ditemukannya kembali BMN yang hilang.
a. Pembayaran pengembalian uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara :
1) Persyaratan :
a) Pada prinsipnya uang TGR yang telah disetorkan ke Kas Negara dapat
dikembalikan kepada yang berhak, apabila BMN yang telah dinyatakan hilang
di masa yang lalu ditemukan kembali;
b) Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul
penetapan keputusan tentang persetujuanipenolakan pengembalian uang TGR
kepada Kepala BPN RI setelah melakukan pemeriksaan terhadap BMN yang
telah ditemukan kembali tersebut, meliputi :
(1) Mencocokkan kebenaran jenis/spesifikasi barang disesuaikan dengan
daftar barang pada Kuasa Pengguna Barang; dan
(2) Pemeriksaan kondisi barang.
c) Untuk memeriksa kondisi barang, Kuasa Pengguna Barang dapat meminta
bantuan tenaga penilai yang kompeten dan/atau menentukan kondisi fisik
barang berdasarkan bcrita acara serah terima barang yang diterbitkan oleh
Kepolisian/Instansi yang berwenang;
d) Pemeriksaan kondisi fisik barang dilakukan dalam rangka memperoleh
kepastian mengenai kondisi fisik barang dalam kondisi baik, rusak ringan, atau
rusak berat dengan kriteria sebagai berikut :
(1) Kondisi Balk
(2) Kondisi Rusak Ringan : Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik.
Untuk berfungsi dengan baik memerlukan
perbaikan bagian utama/ komponen pokok.
(3) Kondisi Rusak Berat : Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan
tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan
besar/penggantian bagian utama/ komponen
pokok, sehingga tidak ekonomis lagi untuk
diadakan perbaikan/rehabilitasi.
e) Pengembalian uang TGR pada dasarnya dapat dilakukan jika basil pencocokan
terhadap kebenaran jenis/spesifikasi barang dan kondisi fisik barang yang
ditemukan kembali dinyatakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Barang sesuai dengan jenis/spesifikasi barang dan kondisinya dalam
keadaan baik;
31
32
3)
4)
5)
6)
7)
Pelayanan Lisensi;
8)
3)
3. Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari
realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA Petikan
maksimum sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);
4. Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas termasuk sisa Maksimum
Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya;
5. Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana
PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana
PNBP pada DIPA Petikan, maksimum sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);
33
6.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 5 di atas, dapat dilakukan untuk pengguna
PNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun belum
mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA Petikan;
7.
Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil 1 (satu)
bulan dengan memperhatikan Batas Maksimum Pencairan (MP);
8.
Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari UP/TUP
yang berasal dari Rupiah Murni;
9.
10. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna PNBP yang telah
memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP melebihi UP yang telah diberikan;
11. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) - JPS
MP : Maksimum Pencairan
PPP : Proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
JS
: Jumlah setoran
JPS : Jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang
di terbitkan.
12. Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari Satker
pengguna, dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran
berjalan setelah DIPA Petikan disahkan dan berlaku efektif, harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan;
13. Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS
dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada mekanisme yang ada;
14. PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS beserta ADK SPM
kepada KPPN dengan dilampiri :
a. dokumen pendukung SPM;
b. bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan
c. daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam lampiran 11.
34
pinjaman dan/atau hibah luar negeri sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pencairan dana
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
2. Penerbitan SPP-LS. SPM-LS, dan SP2D-LS atas tagihan berdasarkan perjanjian/kontrak
dalam valuta asing (valas) dan/atau pembayaran ke luar negeri mengikuti ketentuan
sebagai berikut
a. Perjanjian/kontrak dalam valas tidak dapat dikonversi ke dalam rupiah; dan
b. Pengajuan SPM disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI.
3. Penerbitan SPP-UP/TUP, SPM-UP/TUP, dan SP2D-UP/TUP menjadi beban dana
Rupiah Murni;
4. Pertanggungjawaban dan penggantian dana Rupiah Murni atas SP2D-UP/TUP
sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, dilakukan dengan penerbitan SPPGUP/GUP Nihil/PTUP, SPM-GUP/GUP Nihil/PTUP, dan SP2D-GUP/GUP
Nihil/PTUP yang menjadi beban Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
5. Dalam hal terjadi penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap valas yang menyebabkan
alokasi dana Rupiah pada DIPA Petikan melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri, sebelum dilakukan penerbitan SPP, Satker harus melakukan perhitungan
dan/atau konfirmasi kepada Executing Agency agar tidak terjadi pembayaran yang
melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan;
6. Pengeluaran atas SP2D dengan sumber dana dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dokumen Perjanjian
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, atau pengeluaran setelah Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri dinyatakan closing date dikategorikan sebagai pengeluaran
ineligible;
7. Atas pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimana dimaksud pada angka 6 di
atas, Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan surat pemberitahuan kepada
Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga dengan tembusan kepada Direktur Jenderal
Anggaran;
8.
3.
Dalam pertanggungjawaban UP/TUP pada akhir tahun anggaran, pengajuan SPM dan
SP2D GUP Nihil/PTUP dapat dilakukan melampaui tahun anggaran;
4.
36
5. Pembayaran gaji, honorarium, vakasi, uang makan dan uang lembur pada akhir tahun
ditentukan sebagai berikut:
a. Pembayaran gaji bulan januari tahun anggaran berikutnya, PPSPM mengajukan
SPM-LS gaji ke KPPN paling lambat pada tanggal 10 desember tahun anggaran
berkenaan
b. Pembayaran honorarium dan vakasi bulan desember tahun anggaran berkenaan dapat
dibayarkan pada bulan desember tahun anggaran berkenaan dengan melampirkan
surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang ditandatangani oleh KPA
c. Pembayaran uang makan dan uang lembur pegawai negeri sipil bulan desember
dapat dibayarkan pada tahun anggaran berkenaan dengan uang persediaan
d. Sisa dana UP/TUP tahun anggaran berkenaan yang masih berada pada kas bendahara
pengeluaran dan bendahara pengeluaran pembantu baik tunai maupun yang masih
ada didalam rekening bank/pos harus disetorkan ke kas negara paling lambat hari
kerja terakhir menggunakan surat setoran bukan pajak (SSBP) dan disetorkan
melalui bank/pos persepsi mitra kerja KPPN berkenaan.
Dana-dana dari pihak lain termasuk dari pemerintah daerah yang output pelayanannya
diserahkan kepada pemohon (misalkan permohonan pengukuran, sertifikasi, dst) tidak
dikategorikan dalam pengertian hibah diatas, dengan demikian terhadap dana-dana yang
diterima dalam rangka pelayanan permohonan tersebut diselenggarakan dengan mekanisme
PNBP;
3.
Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk Uang,
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar
kembali, yang berasal dari Dalam Negeri atau Luar negeri, yang atas pendapatan hibah
tersebut, Pemerintah mendapatkan manfaat secara langsung yang digunakan untuk
mendukung tugas dan fungsi Kementrian/Lembaga, atau diteruskan kepada Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah;
4.
Belanja Hibah adalah pengeluaran Pemerintah Pusat dalam bentuk Uang, Barang/Jasa/Surat
Berharga kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Lainnya atau Perusahaan Daerah yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus;
5.
Umum Negara (RKUN), kecuali ditentukan lain dalam perjanjian hibah atau dokumen
yang dipersamakan;
g. Tata cara penyetoran dan pencatatan penyetoran saldo rekening hibah ke RKUN diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan;
h. Jasa Giro/Bunga yang diperoleh dari rekening hibah disetor ke Kas Negara sebagai
PNBP, kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian Hibah atau dokumen yang
dipersamakan.
3. Penyesuaian Pagu Hibah dalam DIPA Petikan
a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada satker melakukan penyesuaian pagu
belanja/pendapatan yang bersumber dari Hibah langsung dalam bentuk uang dalam
DIPA Petikan;
b. Penyesuaian Pagu belanja/pendapatan dilakukan melalui revisi DIPA Petikan yang
diajukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kakanwil DJPB untuk disahkan
sesuai Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara revisi anggaran;
c. Penyesuaian Pagu Belanja dilakukan melalui revisi DIPA Petikan sebesar yang
direncanakan akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun anggaran berjalan, paling
tinggi sebesar perjanjian hibah atau dokumen yang dipersamakan;
d. Revisi pada huruf b dan c di atas menambah pagu DIPA Petikan tahun anggaran
berjalan;
e. Hibah langsung yang sudah diterima tetapi belum dilakukan penyesuaian pagu DIPA
Petikan diproses melalui tata cara revisi anggaran pada kesempatan pertama, satker
dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah langsung tanpa menunggu
terbitnya revisi DIPA Petikan;
f. Apabila terdapat sisa pagu belanja yang bersumber dari hibah langsung dalam bentuk
uang untuk membiayai kegiatan pada DIPA Petikan satker tahun anggaran berjalan
yang akan digunakan pada tahun anggaran berikutnya, dapat menambah pagu belanja
DIPA Petikan tahun anggaran berikutnya;
g. Penambahan pagu DIPA Petikan setinggi-tinggi sebesar sisa uang yang bersumber dari
hibah pada akhir tahun berjalan; penambahan pagu DIPA Petikan dilakukan melalui
mekanisme revisi yang diajukan oleh PA/KPA kepada Kepala Kanwil Direktorat
Jenderal Perbendaharaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Untuk Pendapatan I Iibah langsung yang bersifat tahun jamak (multiyears) pelaksanaan
revisi penambahan pagu DIPA Petikan sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas
dapat digabung dengan revisi penambahan pagu DIPA Petikan dari rencana
penerimaan hibah langsung tahun berikutnya.
4. Pengesahan I libah Langsung Dalam Bentuk Uang.
a. Kuasa Pengguna Anggaran pada satker secara berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq
Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran mengajukan Surat Perintah Pengesahan
Hibah Langsung (SP2HL) atas seluruh pendapat Hibah Langsung Luar Negeri bentuk
39
uang sebesar yang telah diterima, dan belanja yang bersumber dari Hibah Langsung
Luar Negeri sebesar yang telah dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada
KPPN Khusus VI paling tinggi sebesar alokasi dana yang tercantum pada DIPA
Petikan;
b. Dalam hal Hibah berasal dari Dalam Negeri, KPA mengajukan SP2HL atas seluruh
pendapatan Hibah Langsung Dalam Negeri bentuk Uang sebesar yang telah diterima
dan belanja yang bersumber dari Hibah Langsung Dalam Negeri sebesar yang telah
dibelanjakan pada tahun anggaran berjalan kepada KPPN mitra kerjanya paling tinggi
sebesar alokasi dana yang tercantum pada DIPA Petikan;
c. Pengajuan SP2HL menggunakan aplikasi SPM sesuai dengan format sebagaimana
tercantum pada lampiran 14 dan dilampiri dengan :
1) Fotocopi Rekening Hibah;
2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL);
3) Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM);
4) Fotocopi Surat Persetujuan Pembukaan Rekening untuk pengajuan Surat Perintah
Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL) pertama kali.
5. Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung Dalam Bentuk Uang.
a. Sisa uang yang bersumber dari hibah Iangsung bentuk uang dapat dikembalikan kepada
Pemberi Hibah sesuai dengan Perjanjian Hibah atau dokumen yang dipersamakan;
b. Atas pengembalian Hibah yang berasal dari Luar Negeri, KPA pada Satker secara
berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran
mengajukan SP4HL kepada KPPN Khusus Jakarta VI, dengan melampirkan :
1) Fotocopi rekening koran terakhir atas rekening hibah;
2) Fotocopi bukti pengiriman/transfer kepada Pemberi Hibah;
3) Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM);
c. Atas pengembalian Hibah yang berasal dari Dalam Negeri, KPA pada Satker
mengajukan SP4HL dengan menggunakan aplikasi SPM sesuai dengan format
sebagaimana tercantum pada lampiran 15 kepada KPPN mitra kerjanya dan dilampiri
sebagaimana huruf b.
B. Tata Cara Pengesahan dan Pencatatan Hibah Langsung Dalam Bentuk Barang/Jasa/
Surat Berharga
L Penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) dan Penatausahaan Dokumen
Pendukung Lainnya.
a. BAST minimal memuat :
1) Tanggal Serah Terima;
2)
3)
40
Nilai Nominal, apabila dalam mata uang asing harus dikonversi ke mata uang
4)
6)
b. Apabila dalam BAST atau dokumen pendukung hibah Iainnya tidak terdapat nilai
Barang/Jasa/Surat Berharga, Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) penerima hibah melakukan estimasi nilai wajar atas
Barang/Jasa/Surat Berharga yang diterima, dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan;
c. Dokumen pendukung lain terkait penerimaan hibah harus ditatausahakan oleh
penerima hibah.
2. Pengajuan Permohonan Nomor Register
a. Kepala Satuan Kerja (Satker) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) secara
berjenjang melalui Sekretaris Utama Cq Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
Negeri dan tembusan disampaikan kepada Biro Keuangan dan Pelaksanaan
Anggaran mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung bentuk
barang/jasa/surat berharga kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq.
Direktur Evaluasi Akuntansi dan Setelmen dilampiri dengan :
1) Perjanjian Hibah (Grand Agreement) atau dokumen lain yang dipersamakan;
2) Ringkasan Hibah (Grand Summary).
b. Surat Permohonan nomor register dan ringkasan hibah disusun sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam lampiran 16 dan 17;
c. Dalam hal tidak terdapat dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1.a dan 1.b
di atas permohonan nomor register dilampiri dengan
1) Berita Acara Penyerahan Hibah; dan
2) Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL).
d. Pencatatan barang yang ada di kantor yang belum dimasukkan dalam SIMAK
BMN, mekanismenya sebagai berikut :
1) Apabila barang sudah ada Nilai Nominal dan Berita Acara Surat Terima
(BAST), barang tersebut cukup dimasukkan dalam aplikasi SIMAK BMN dan
diungkap secara memadai dalam CaLK;
2)
kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Cq. Direktur Evaluasi Akuntansi dan
Setelmen dengan dilampiri :
a. BAST; dan
b. Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung (SPTMHL).
4.
3)
C. Pejabat Perbendaharaan
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari
hibah langsung adalah PPK Satker yang bersangkutan atau apabila perlu dapat ditunjuk
PPK tersendiri oleh KPA;
2. Pejabat penandatangan SP2HL dan SP4HL adalah Pejabat Penandatangan SPM, dalam
hal SK telah ditetapkan maka KPA melakukan revisi dengan menambahkan
kewenangan sebagai penandatangan SP2HL dan SP4HL serta revisi SK disampaikan
kepada Kepala KPPN;
3. Pejabat Penandatangan MPHL-BJS adalah KPA.
42
D. Penyampaian SP2HL
1. Kuasa Pengguna Anggaran membuat dan menyampaikan SP2HL ke KPPN atas
pendapatan hibah langsung dalam bentuk uang dan/atau belanja yang bersumber dari
hibah langsung dengan dilampiri
a. Fotocopy rekening koran terakhir atas rekening hibah;
b. SPTMHL;
c. SPTJM;
d. Fotocopy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama
kali.
2. Penyampaian SP2HL ke KPPN dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun anggaran.
E. Penyampaian SP4HL
1. Kuasa Pengguna Anggaran membuat dan menyampaikan SP4HL ke KPPN atas
pengembalian pendapatan hibah langsung dalam bentuk uang dengan dilampiri :
a. Fotocopy rekening koran terakhir atas rekening hibah;
b. Fotocopy bukti pengiriman/ transfer kepada pemberi hibah;
c. SPTJM.
2. Penyampaian SP4HL ke KPPN dilakukan segera setelah semua kegiatan dalam
perjanjian hibah selesai dilaksanakan dan pengembalian hibah telah dilakukan.
F. Penyampaian MPHL-BJS
1.
2.
Atas pendapatan hibah langsung bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dan belanja barang
untuk Pencatatan Persediaan dan Jasa dari hibah/Belanja Modal untuk pencatatan Aset
Tetap atau Aset Lainnya dari hibah/Pengeluaran Pembiayaan untuk Pencatatan Surat
Berharga dari hibah, KPA membuat dan menyampaikan MPHL-BJS ke KPPN dengan
dilampiri :
a. SPTMHL bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga;
b. Surat Perintah Pengesahan Penerimaan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga (SP3HL-BJS) yang sudah disetujui Direktur Jenderal Pengelolaan Utang
(DJPU) lembar kedua;
c. SPUM.
43
I. Sanksi-sanksi
1. PA/KPA yang menerima hibah dalam bentuk Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga yang
tidak mengajukan register dan/atau pengesahan diberikan sanksi administrasi;
2.
Hibah yang diterima langsung oleh PA/KPA dan tidak dikelola sesuai Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 ini menjadi tanggung jawab Penerima
Hibah;
3.
Apabila terjadi ineligible (tidak memenuhi syarat) atas Pendapatan hibah yang tidak
diajukan register dan/atau pengesahan oleh PA/KPA, Negara tidak menanggung atas
jumlah ineligible Pendapatan Hibah yang bersangkutan.
Apabila terjadi ineligible atas Pendapatan hibah yang telah diajukan register dan
pengesahan oleh PA/KPA, Negara dapat menanggung atas jumlah ineligible melalui DIPA
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.
Terhadap Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga yang
telah diterima sebelum ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011
serta telah disahkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), tidak diperlukan
pengesahan kembali berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011.
b.
423122
c.
423129
d.
423141
e.
423142
423149
g.
423221
h.
423291
i.
423752
j.
423911
k.
423912
1. 423913
Yang Lalu;
m 423914
n.
423915
423916
Yang Lalu
p.
423921
q.
423922
r.
423931
s.
423999
2. Bersifat Fungsional :
a.
423214
b.
423219
C. Bendahara Penerimaan dan ATL Bendahara Penerimaan bertanggung jawab kepada KPA
balk dari segi penerimaan, penyetoran, penatausahaan, pembukuan dan pelaporan;
D. Legalitas SSBP PNBP agar ditandatangani oleh Atasan Langsung Bendahara Penerimaan;
E. Bukti Setor PNBP untuk kegiatan pelayanan (SSBP) lembar ke-4 agar diserahkan kepada
Bendahara Pengeluaran disertai dengan Daftar Nominatif Nama-nama Pemohon,
sebagaimana contoh format pada lampiran 20;
F.
G. Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) wajib disetor langsung secepatnya ke Kas
Negara;
H. Bentuk dan jenis kwitansi penerimaan, Surat Perintah Setor (SPS) dan Daftar Nominatif
tetap berlaku sebagaimana SE. KBPN No. 350-669-Settama tanggal 25 Maret 2004;
KPA dapat melimpahkan kewenangan penandatanganan Surat Perintah Setor (SPS) kepada
I.
b.
c.
2. Besaran pagu dana PNBP yang dapat digunakan dan direalisasikan dengan mengacu
kepada :
a.
b.
c.
Besaran jumlah realisasi penerimaan PNBP tahun berjalan yang dibuktikan dengan
dokumen SSBP.
3)
4)
5)
1)
2)
Peningkatan SDM;
Untuk kegiatan peningkatan SDM dengan sumber dana dari PNBP Satker
sebelum pelaksanaan agar berkoordinasi dengan PUSDIKLAT BPN RI.
3)
4)
5)
3)
4)
5)
4. Mengingat kondisi masing-masing Satuan Kerja berbeda satu dengan lainnya, kecuali
peruntukan penggunaan dana
pelayanan
48
NO.
TAR1F
MAKSIMUM
BELANJA
(Rp)
PENCAIRAN
OPERASIONAL
PENERIMAAN
50.000
42.770
42.000
770
50.000
42.770
42.000
770
200.000
171.080
42.000
129.080
200.000
171.080
42.000
129.080
2.500.000
2.138.500
42.000
2.096.500
JML
3.000.000
2.566.200
210.000
2.356.200
Sisa Maksimum Pencairan dari penerimaan yakni sebesar Rp. 2.356.200,{(Rp.3.000.000 x 85,54 %) (Rp.42.000 X 5 permohonan)} digunakan untuk
membiayai Program Pengelolaan Pertanahan (Penegakan Hukum/
Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana;
b. Untuk kegiatan pelayanan yang operasionalnya merupakan pelayanan pekerjaan
lapangan biaya operasioal pelayanan sebagaimana rincian dalam
POK/RKAKL Satker, Sisa Maksimum Pencairan dari penerimaan masing-masing
pelayanan digabungkan, untuk membiayai Program Pengelolaan Pertanahan
(Penegakan Hukum/Peningkatan Pelayanan Pertanahan), Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, dan Program
Peningkatan Sarana dan Prasarana.
7. Rincian biaya Operasional Pelayanan Pertanahan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Survei, Pengukuran dan Pemetaan
1) Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah, dan
Pemetaan.
Penggunaan dana Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan
a) Besarnya biaya operasional maksimal 80 % dart MP;
b) Tahapan pekerjaan yang di lak ukan menggunakan biaya dengan
perhitungan proporsional dari satuan Harga dalam RKAKL/POK
(perhitungan biaya berbanding linter);
c) Untuk pengadaan ATK dibelanjakan berdasarkan kebutuhan
penggunaannya.
d) Penggunaan Biaya Operasional dengan rincian sebagai berikut :
-
50
9;
t..-
44-
RAIAN
AY
,,
1
2
3
4
5
6
7
8
Pengukuran Lapangan
Pengolahan Data
Pembuatan Peta Bidang Tanah/SU
Pemetaan Indeks Grafis
Kendali Mutu Pengukuran &
Pemetaan
Validasi Peta Bidang Tanah/SU
Penyimpanan Warkah
Penyerahan Peta Bidang Tanah/SU
9
10
11
IAYA
SESUAT
LUASAN 4
KETERANGAN
4.000
375
2.045 (opr - b. tetap) x 10%
+ 20.000
9.133
9.425
1.375
3.300
3.750
7.075
500
8,2 33i
i408.1
= Rp.3 87.500.000
= Rp.331.467.500
= Rp.265.174.000
51
vp 0
1'
-r
011
521213
521211
012
521213
013
521219
014
521219
015
521213
521211
016
521213
521211
.....
Phi
.
25 Paket
50,000
ENTRY DATA PERMOHONAN PENGUKURAN
Honor Output Kegiatan
Pembukuan Data
25 Bidang
50,000
Pemiohonan Pengukuran
PERSIAPAN PENGUKURAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Persiapan
25 Bidang
Pengukuran Lapangan
PENGUKURAN LAPANGAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Pengukuran
25 Bidang
Lapangan
PENGOLAHAN DATA
Honor Output Kegiatan
Pengolahan Data Hasil
Pengukuran
Belanja Bahan
ATK
521213
018
521213
019
521213
020
521213
521211
021
521213
3,750,000
2,500,000
0.94%
1,250,000
1,250,000
0.47%
1,250,000
0.47%
8,031,960
321,278
8,031,960
3.03%
179,934,300
7,197,372
179,934,300
67.86%
25,079,900
25 Bidang
25 Paket
PEMBUATAN PETA BIDANG TANAH/SU
Honor Output Kegiatan
Pembuatan PBT/SU
25 Bidang
Belanja Bahan
ATK&Penunjang Komputer
017
25 Paket
PEMETAAN INDEKS GRAFIS
Honor Output Kegiatan
Pemetaan Indeks Gratis
25 Bidang
803,196
20,079,900
7.57%
200,000
5,000,000
26,555,930
1.89%
562,237
14,055,930
5.30%
500,000
12,500,000
4.71%
4,015,980
160,639
KENDALI MUTU PENGUKURAN & PEMETAAN
Honor Output Kegiatan
Kendall Mutu
25 Bidang
240,959
Pengukuran&Pemetaan
VALIDASI PETA BIDANG TANAH/SURAT UKUR
Honor Output Kegiatan
Validasi PBT/SU
25 Bidang
248,991
PENYIMPANAN WARKAH
Honor Output Kegiatan
Penyimpanan Warkah
25 Bidang
Belanja Bahan
4,015,980
1.51%
6,023,970
6,023,970
2.27%
6,224,769
6,224,769
2.35%
3,102,397
24,096
602,397
0.23%
2,500,000
0.94%
1,204a94
25 Bidang
48,192
1,204,794
0.45%
265.174.000
100%
52
Catatan :
1. Besaran persentase terhadap biaya operasional tersebut menjadi bobot untuk
menentukan penggunaan biaya;
2. Setiap ada 1 permohonan dibuatkan Petunjuk Intern (PI) sesuai dengan contoh.
Contoh : Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Pertanian di
Provinsi Kalimantan Barat (HSBKu Rp.40.000,-).
Untuk 1 permohonan pengukuran dengan luas total permohonan = 15
Hektar, yang terdiri dari 2 bidang yaitu :
a) Luas bidang tanah 11 Hektar,
Rp.15.100.000,-
Rp. 3.300.000,-
Rp.18.400.000,-
Pemohon
Luas Bidang Tanah
HSBK
= Rp.
15 Ha
40.000,-
Tarif Pengukuran dan Pemetaan (sesuai PP 13/2010) = Rp. 18.400.000,Ijin Penggunaan : 85.54%
= Rp. 15.739.360,-
Biaya Operasional
= Rp. 12.591.488,-
53
OIVIPONEW
AIL1N
TA
s-tr '
'RA PAN PEKERJAAN
1TUNGAN
BIAYA
BOBOT
OPERI&SIONAL
1 Bidang
0.94%
12.591.488
118,710
1 Paket
0.47%
12.591.488
59,355
0.47%
12.591.488
59,355
3.03%
12.591.488
381,389
1 Bidang
67.86%
12.591.488
8,543,977
1 Bidang
7.57%
12.591.488
953,471
1 Paket
1.89%
12.591.488
237,419
5.30%
12.591.488
667,430
4.71%
12.591.488
593,548
1.51%
12.591.488
190,694
12.591.488
286.041
VOLUME
6=4x5
011
521213
521211
012
013
521219
014
521219
I Bidang
PERSIAPAN PENGUKURAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Persiapan Pengukuran
1 Bidang
Lapangan
PENGUKURAN LAPANGAN
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
Biaya Pengukuran Lapangan
PENCOLAHAN DATA
015
521213
521211
Belanja Bahan
ATK
016
521213
521211
I Paket
017
521213
018
1 Bidang
019
I Bidang
2.27%
2.35%
12.591.488
295,576
1 Bidang
0.23%
12.591.488
28,604
I Paket
0.94%
ATK&Penunjang Komputer
PENYERAHAN PETA BIDANG TANAH/SURAT
UKUR
12.591.488
118,710
12.591.488
57,208
Validasi PBT/SU
PENYIMPANAN WARKAH
020
52 I 213
521211
021
521213
Belanja Bahan
1 Bidang
JUMLAH
0.45%
12.591.488
54
NO.
TAHAPAN / URAIAN
ICEGIATAN
1
2
3
4
5
6
7
Pengukuran Lapangan
Staking Out
Pengolahan Data
Pembuatan Peta Bidang Tanah/SU
8
9
10
11
12
BIAYA
TETAP
(Rp)
4.000
375
BIAYA
SESUAI
LUASAN
KETERANGAN
1.375
3.300
3.750
7.075
500
78.933
40.138
KETERANGAN :
Koordinator pengukuran dan juru ukur adalah petugas ukur yang bertanggungjawab
atas pengukuran dan pemetaan bidang tanah tersebut dan ditetapkan dalam Surat
Tugas Pengukuran dan Pemetaan yang ditandatangani oleh Direktur Penetapan
Batas Bidang Tanah dan Ruang/ Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan
Pemetaan/Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan.
55
b. Pemeriksaan Tanah
1) Biaya operasional maksimum sebesar 80"/0 (delapan puluh persen) dart ijin
persetujuan penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan : 80% x
85,54 % x SSBP;
2) Dengan rincian sebagai berikut :
a)
b)
Besaran Biaya lapangan dihitung setelah biaya tetap dengan tetap mengacu
pada rincian biaya yang telah tercantum dalam POK.
NO.
I
TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN
KETERANGAN
8.000
54.249
(Biaya Operasional
Biaya Tetap)
III
BIAYA
SESUAI
LUASAN
PEMERIKSAAN LAPANG
Bahan
Pemeriksaan Lapang
II
BIAYA
TETAP
(Rp)
9.000
90.000
5 Orang
PEMBUATAN SK
Bahan
Pembuatan Surat Keputusan
- Kendali Mutu Keabsahan
- Kendall Mutu Koreksi
- Kendall Mutu Konsep
- Pengolah
JUMLAH
9.000
4 Orang
25.000
20.000
15.000
12.000
188.000
54.249
b) Pemeriksaan Tanah B
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah untuk luas 50.000m2 (HSBKpb
Rp. 67.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 5.033.500,- maka biaya
operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 5.033.500,- = Rp. 3.444.524,-.
56
NO.
I
III
TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN
PEMERIKSAAN LAPANG
Bahan
Pemeriksaan Lapang
BIAYA
TETAP
(Rp)
BIAYA
SESUAI
LUASAN
KETERANGAN
80.000
JUMLAH
1.700.000
1.744.524
c) Konstantasi
Contoh : Pelayanan Pemeriksaan Tanah Pertanian untuk luas 100 m2
(HSBKpkRp.10.000,-) Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp.176.000,- maka
Biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 176.000,- = Rp. 120.440,-.
NO.
I
HI
TAHAPAN / URAIAN
KEGIATAN
PEMERIKSAAN LAPANG
Bahan
Pemeriksaan Lapang
BIAYA
TETAP
(Rp)
BIAYA
SESUAI
LUASAN
5.000
9.440 (Biaya Operasional
Biaya Tetap)
JUMLAH
KETERANGAN
3 Orang
9.000
4 Orang
20.000
13.000
10.000
9.000
111.000
9.440
57
TAHAPAN
PENATAAN
PENGUKURAN
PENDAFTARAN
HAK
3)
4)
Akun
011
521211
012
521211
KEGIATAN
(Hitungan standar 50 bidang)
013
521211
Belanja Bahan
- Konsumsi rapat pengendalian dan koordinasi
(10 org x 3 kali rapat )
- Penggandaan (20 x 50 lembar)
30
OK
500
Lembar
Jumlah Biaya
1.430.000
44.400
1.330.000
200
100.000
375.000
Belanja Bahan
1
Paket
75.000
75.000
150.000
300.000
1.950.000
Belanja Bahan
2
Paket
75.000
150.000
12
OK
150.000
1.800.000
014
Biaya
Satuan Ukur
PEMIL1HAN LOKASI
- Bahan
521219
Satuan Ukur
- Bahan
521219
Volume
PENJAJAGAN KESEPAKATAN
1.275.000
58
521211
Belanja Bahan
- Bahan
521219
521211
521211
Belanja Bahan
521219
- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya
(2 org x
150.000
Paket
75.000
75.000
225.000
1
Paket
50
bidang
75.000
75.000
3.000
150.000
6.000.000
Paket
50
bidang
1.000.000
1.000.000
100.000
5.000.000
285.000
Paket
75.000
75.000
OK
105.000
210.000
470.000
OK
25.000
50.000
OK
210.000
420.000
2.055.000
Belanja Bahan
3
OK
55.000
165.000
OK
315.000
1.890.000
1.875.000
Belanja Bahan
- Bahan
Paket
75.000
75.000
12
OK
150.000
1.800.000
521211
150.000
023
Paket
521219
Belanja Bahan
521211
800.000
022
26.700
521211
521219
Bidang
521211
30
521219
021
950.000
- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya
521219
1.200.000
Belanja Bahan
Belanja Bahan
020
521211
150.000
521211
019
OK
Belanja Bahan
018
75.000
- Bahan
521219
75.000
PENETAPAN LOKASI
- Bahan
017
75.000
015
521219
521211
Paket
016
75.000
Belanja Bahan
59
- Bahan
024
Belanja Bahan
521219
- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya
1.500.000
1.500.000
bidang
50
- Biaya pemindahan desain konsolidasi tanah ke
lapang (stacking out)
PENERBITAN SK HAK / PENGESAHAN DATA FISIK DAN YURIDIS
126.500
6.325.000
Belanja Bahan
521219
- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya
521219
027
7.825.000
Paket
521211
026
521211
75.000
75.000
521211
025
Paket
50
- Biaya penerbitan SK Hak / Pengesahan Data
Fisik dan Yuridis
PEMBUKUAN HAK DAN PENERBITAN SERTIPIKAT
1.075.000
Paket
75.000
75.000
bidang
20.000
1.000.000
1.475.000
Belanja Bahan
- Bahan
Belanja barang non operasional lainnya
Paket
75.000
75.000
50
bidang
28.000
1.400.000
1.924.900
Penyusunan
521211
Paket
1.470.000
1.470.000
Belanja Bahan
Paket
454.900
454.900
50
bidang
Belanja Bahan
Pelaporan
521211
29.340.000
60
peta dan
Biaya operasional < 80% (delapan puluh persen) dari ijin persetujuan
penggunaan PNBP sesuai dengan realisasi penerimaan;
2.
Orang
Hari
Jumlah OH
1 250
16
36
12
96
15
120
16
10
160
20
10
200
> 15.000
20
10
200
Luas (Ha)
61
CONTOH
Permohonan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan dalam
rangka izin lokasi dengan luas 300 Ha, berada di interval luas >250500 Ha, maka jumlah OH petugas lapang maksimal adalah 8.
Berarti pada permohonan 300 Ha dilaksanakan oleh petugas lapang
sebanyak 2 Orang selama 4 Hari atau 4 Orang .selama 2 Hari,
dengan tetap mempertimbangkan batas waktu pelayanan
Pertimbangan Teknis Pertanahan sesuai SOP yaitu 14 hari kerja.
Sebagaimana Contoh 7.
NO
1
2
3
4
5
TAHAPAN/URAIAN
KEGIATAN
Persiapan
Pengumpulan Data
PTP
Peninjauan Lapang
Pengolahan Data dan
Analisa
Penyusunan Risalah
PTP
Pengarsipan dan
Pengintegrasian Data
JUMLAH
BIAYA
TETAP
(RP)
297.500
60.000
BIAYA
SESUAI
LUASAN
JUMLAH
1.000.000 8 OK x 125.000
(sesuai tabel)
595.000
1.525.000
70.000
2.547.500
1.000.000
62
Jumlah OH
Luas ( m2)
Orang
> 1 - 5.000
Contoh :
Untuk permohonan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka izin
perubahan penggunaan tanah dengan luas 4.500 m2 berada di interval luas >1 5000 m2, ini berarti pada permohonan 4.500 m2 dapat dilaksanakan oleh petugas
lapang sebanyak 1 Orang selama I Hari, dengan tetap mempertimbangkan batas
waktu pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan sesuai SOP yaitu 14 hari
kerja. Sebagaimana Contoh 9.
Catatan :
a) Tahapan kegiatan dalam pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan meliputi
persiapan, peninjauan lapang, pengolahan dan analisa data, penyusunan
risalah PTP. pengarsipan dan integrasi data.
b) Pembiayaan peninjauan lapang disesuaikan dengan interval luas (semakin
luas permohonan semakin tinggi pembiayaan peninjauan lapang).
c) Tahapan selain peninjauan lapang, berapapun luasnya pembiayaannya sama
(mengikuti template RKAKL)
d) Hasil akhir pekerjaan pelayanan pertimbangan teknis pertanahan baik dalam
rangka Izin Lokasi, penetapan lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
adalah Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan dan peta lampiran
sebagai satu kesatuan.
e) Template pada kegiatan pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka
penerbitan izin lokasi dan penetapan lokasi, untuk petugas peninjauan lapang
(012) disesuaikan dengan luasannya.
63
operasionalnya adalah
sebesar
operasionalnya adalah
sebesar
g. Pelayanan Lisensi
1) Penilai Tanah
a) Besarnya biaya operasional maksimum 80 % dari MP;
b) Tahapan pekerjaan yang dilakukan menggunakan biaya dengan perhitungan
proporsional dari satuan Harga dalam RKAKL/POK (Perhitungan berbanding
linier);
c) ATK dibelanjakan berdasarkan kebutuhan penggunaannya sehingga tidak
mengikat harus direalisasikan sesuai template;
d) Contoh Tarif Pelayanan Lisensi Penilai Tanah sesuai PP 13 sebesar
Rp.250.000,- maka biaya operasional 80 % x 85,54 % x Rp. 250.000,- =
Rp. 181.456,- (Sebagaimana Contoh 10).
2) Surveyor Berlisensi
a) Besarnya biaya operasional adalah 100% dari MP;
11) Tahapan pekerjaan yang dilakukan menggunakan biaya yang berdasar dari
RKAKL/POK.
h. Pelayanan Pendidikan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010, tentang
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
pada Badan Pertanahan Nasional pelayanan pendidikan dapat menggunakan paling
tinggi sebesar 90,11% dari realisasi PNBP.
64
i.
Pelayanan Di Bidang Pertanahan Yang Berasal Dari Kerja Sama Dengan Pihak
Lain
Untuk jenis pelayanan di bidang pertanahan yang berasal dari kerjasama dengan pihak
lain, porsi penggunaan anggaran operasional pelayanan disesuaikan dengan jenis
pelayanannya sebagaimana diatur claim PP 13 Tahun 2010.
Pergeseran Anggaran
Contoh :
Bila dalam satu Satker terdapat pelayanan yang terlampaui targetnya maka operasioal
pelayanannya terlampaui, sementara pelayanan yang lain belum mencapai target
sehingga target satker keseluruhan belum melampaui maka hams dilakukan
pergeseran antar pelayanan.
Bila dalam pergeseran tersebut volume layanan pertanahan satker :
b.
1) Volume Tetap
2) Volume Bertambah
3) Volume Berkurang
kewenangan DJA
Untuk kelebihan realisasi PNBP di atas target yang direncanakan dalam DIPA
Tahun 2014 (Revisi Penambahan Pagu PNBP) merupakan kewenangan DJA
Kementerian Keuangan RI, yang harus diusulkan melalui BPN RI.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara revisi diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan No 7/PMK.02/2014 tanggal 13 Januari 2014.
65
Uraian Kegiatan
KODE
011
521213
012
521211
521211
(KELUARAN)
4,000
OK
2,000
2,000
OK
2,000
2,000
212,000
Survei Lapangan
Data Lapangan
5,000
Belanja bahan
1
Pkt
5,000
5,000
207,000
Bid
207,000
207,000
90,000
5,000
Belanjan bahan
1
Pengadaan ATK
521213
KETERANGAN
JUMLAH
4,000
Survei lapangan
013
HARGA
S ATUAN
Persiapan Administrasi
Pengadaan ATK
521219
VOLUME
Pkt
5,000
5,000
85,000
Bid
35,000
35,000
Bid
35,000
35,000
OK
5,000
5,000
OK
7,000
7,000
OK
3,000
3,000
306,000
Jumlah
1 OK = 1 Bidang
66
Uraian Kegiatan
KODE
HARGA
SATUAN
VOLUME
KETERANGAN
JUMLAH
409,000
011
521213
012
521211
Persiapan Administrasi
4,000
4,000
OK
2,000
2,000
OK
2,000
2,000
521211
521213
Pkt
10,000
Data Lapangan
10,000
300,000
Bid
300,000
300,000
95,000
Belanian bahan
10,000
Pengadaan ATK
10,000
Belanja bahan
Survei lapangan
013
310,000
Survei Lapangan
Pengadaan ATK
521219
(KELUARAN)
Pkt
10,000
10,000
85,000
Bid
35,000
35,000
Bid
35,000
35,000
OK
5,000
5,000
OK
7,000
7,000
OK
3,000
3,000
409,000
Jumlah
1 OK= 1 Bidang
67
Contoh 3 : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi kawasan
skala 1 : 10.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 1.250.000 maka biaya operasional Rp. 855.000,-
RODE
011
521213
012
521211
Uraian Kegiatan
52121 1
(KELUARAN)
4,000
OK
2,000
2,000
OK
2,000
2,000
568,000
Survei Lapangan
Belanja bahan
Data Lapangan
18,000
1
Pkt
18,000
18,000
550,000
50
Ha
11,000
550,000
283,000
Belanjan bahan
Peta
18,000
1
Pengadaan ATK
521213
KETERANGAN
JUMLAH
4,000
Survei lapangan
013
HARGA
SATUAN
Persiapan Administrasi
Pengadaan ATK
521219
VOLUME
Pkt
18,000
18,000
265,000
50
Ha
1,500
75,000
50
Ha
2,000
100,000
Penyajian peta
50
Ha
1,500
75,000
OK
5,000
5,000
OK
7,000
7,000
OK
3,000
3,000
Jumlah
855,000
1 OK = 50 HA
68
Contoh 4 : Pelayanan Pemetaan zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi ka asan
skala 1: 25.000 (minimal 50 Ha)
Tarif sesuai PP 13 sebesar Rp. 250.000 maks biaya operasional Rp. 170.000,-
Uraian Kegiatan
KODE
011
521213
012
521211
Honor Output
521211
KETERANGAN
JUMLAH
(KELUARAN)
4,000
4,000
OK
2,000
2.000
OK
2,000
2,000
103,000
Survei Lapangan
Data Lapangan
3,000
Belanja hahan
I
Pkt
3,000
3,000
Termasuk Penggandaan
100.000
Ha
2,000
100.000
63,000
Peta
3,000
Belanjan bahan
Pengadaan ATK
521213
SATUAN
Pi
Survei lapangan
013
[TARGA
Persiapan Administrasi
Pengadaan A 1K
521219
VOLUME
Pkt
3.000
3.000
Termasuk Penggandaan
60,000
50
I la
300
15,000
50
Ha
300
15.000
Penyajian peta
50
Ha
300
15.000
OK
5.000
5,000
OK
7,000
7,000
OK
3,000
3,000
Jumlah
170,000
I OK = 50 HA
69
Uraian Kegiatan
KODE
521211
521219
HARGA
SATUAN
KETERANGAN
JUMLAH
(KELUARAN)
PERSIAPAN
487,100
Belanja Bahan
487,100
ATK
PKT
165,500
165,500
PKT
321,600
321,600
700,000
700,000
B aya lapangan
521213
VOLUME
OH
140,000
700,000
96,000
12,500
OK
5,000
5,000
OK
7,500
7,500
Data Lapangan
83,500
OK
7,500
7,500
OK
15,000
15,000
OK
7,500
7,500
OK
7,500
7,500
OK
7,500
7,500
OK
7,500
7,500
Pencetakan Peta
OK
7,500
7,500
OK
7,500
7,500
OK
4,000
4,000
OK
12,000
12,000
Peta
1,283,100
Jumlah
1 OK = 25 BID
Contoh Simulasi :
Perhitungan apabila pencairan pelayanan tidak tnencapai 25 Bidang, misalnya untuk 10 Bidang sebagai berikut :
(10 Bidang/25 Bidang) x 1 OK = 0,4 OK
(0,4 OK x biaya satuan * )
* = biaya satuan sebagaimana template per 25 Bidang di atas
70
521211
VOLUME
Uraian Kegiatan
KODE
HARGA
SATUAN
(KELUARAN)
PERSIAPAN
32,956
Belanja Bahan
32,956
ATK
PKT
7,956
7,956
PKT
10,000
10,000
Perlengkapan Survei
PKT
15,000
15,000
514,500
ICETERANGAN
JUMLAH
87,500
10,500
OK
3,000
3,000
OK
7,500
7,500
77,000
OK
7,500
7,500
OK
10,000
10,000
OK
7,500
7,500
OK
7,500
7,500
OK
7,500
7,500
OK
7,500
7,500
Pencetakan Peta
OK
5,000
5,000
OK
7,500
7,500
OK
5,000
5,000
OK
12,000
12,000
427,000
Biayalapangan
OK
427,000
427,000
547,456
Jumlah
SKALA 1 : 25.000
1 OK = 40 Ha
SKALA 1
1 OK = 20 Ha
10.000
71
KODE
URAIAN KEGIATAN
011
521213
012
521211
521213
014
521211
015
521213
OK
17,500
(KELUARAN)
17,500
ATK
Paket
50,000
50,000
Paket
150,000
150,000
Buku
20,000
60,000
Paket
20,000
20,000
1,060,000
60,000
PENINJAUAN LAPANG
Belanja Bahan
4
OK
15,000
60,000
1,000,000
OK
125,000
1,000,000
595,000
595,000
OK
245,000
490,000
OK
105,000
105,000
1,525,000
150,000
521213
KETERANGAN
280,000
Hari x 1 kegiatan)
013
JUMLAH
297,500
17,500
Belanja Bahan
521219
HARGA
SATUAN
521211
VOLUME
10
OK
15,000
150,000
1,375,000
1,375,000
OK
350,000
350,000
OK
275,000
275,000
OK
150,000
150,000
OK
150,000
600,000
70,000
70,000
OK
35,000
35,000
Pengarsipan data
OK
35,000
35,000
JUMLAH
3,547,500
72
KODE
011
521213
Uraian Kegiatan
012
521211
013
014
521211
015
521213
OK
8,750
(KELUARAN)
8,750
ATK
Paket
25,000
25,000
Paket
75,000
75,000
Buku
10,000
30,000
Paket
10,000
10,000
PENINJAUAN LAPANG
Belanja Bahan
1,060,000
60,000
8
OK
7,500
60,000
1,000,000
16
OK
62,500
1,000,000
297,500
297,500
OK
122,500
OK
52,500
521213
KETERANGAN
140,000
521213
JUMLAH
148,750
8,750
Belanja Bahan
521219
HARGA
SATURN
521211
VOLUME
245,000
52,500
762,500
75,000
10
OK
7,500
75,000
687,500
687,500
OK
175,000
175,000
OK
137,500
137,500
OK
75,000
75,000
OK
75,000
300,000
35,000
35,000
Pengintegrasian data
Pengarsipan data
JUMLAH
OK
17,500
OK
17,500
17,500
17,500
2,303,750
73
KODE
011
521213
Uraian Kegiatan
012
521219
013
521213
014
521213
015
521213
HARGA
SATUAN
521211
VOLUME
JUMLAH
KETERANGAN
(KELUARAN)
63,500
3,500
OK
3,500
Belanja Bahan
3,500
60,000
ATK
Paket
5,000
5,000
Paket
15,000
15,000
PTP
Paket
20,000
20,000
Paket
20,000
20,000
PENINJAUAN LAPANG
12,500
12,500
1
OK
12,500
12,500
35,000
35,000
org x 1 Kegiatan)
OK
24,500
24,500
OK
10,500
10,500
190,000
7
OK
7,500
52,500
137,500
137,500
OK
35,000
35,000
OK
27,500
27,500
OK
15,000
15,000
OK
15,000
60,000
7,000
7,000
OK
3,500
3,500
Pengarsipan data
OK
3,500
3,500
JUMLAH
308,000
74
KODE
011
Uraian Kegiatan
VOLUME
HARGA
SATUAN
JUMLAH
521213
013
521211
521213
PKT
5,000
5,000
22,083
Notulensi Rapat
5,000
Belanja Bahan
ATK
(KELUARAN)
27,083
KETERANGAN
OK
22,083
22,083
154,375
Pengolahan Konsep SK
Surat Keputusan
46,000
Belanian bahan
Pengadaan ATK
Pkt
14,000
14,000
Konsumsi
Pkt
32,000
32,000
108,375
OK
66,250
66,250
Pengolahan data
OK
33,125
33,125
OK
3,000
3,000
OK
3,000
3,000
OK
3,000
3,000
Jumlah
181,458
1 OK = 1 Berkas/1 SK
75
76
Pergeseran dalam 1 (satu) keluaran yang sama dan atau antar keluaran, 1 (satu)
kegiatan yang sama dan atau antar kegiatan dalam 1 (Satu) Satker dan atau antar
Satker dalam 1 (Satu) wilayah kerja Kanwil DJPB.
Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1
(satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
c.
Pergeseran dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang sama;
d.
Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam 1 (satu)
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
e.
Pergeseran antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker dalam wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
f.
2)
yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran yang telah diteliti kepada
APIP IQL (Inspektorat Utama) untuk dilakukan reviu.
Berdasarkan hasil reviu, Sekretaris Utama menyampaikan usulan Revisi
3)
b)
c)
d)
RKA Satker.
b. Revisi DJPB
Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilengkapi dokumen pendukung
berupa:
1)
Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semulamenjadi) yang ditandatangani oleh KPA yang ADKnya (penyesuaian Digital
Stamp) diperoleh dari DIPA online terakhir;
2)
3)
4)
5)
b.
Dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, Kuasa
Pengguna Anggaran mengubah ADK RKA Satker, berkenaan melalui aplikasi
RKA-IQL-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan Kuasa
Pengguna Anggaran menetapkan perubahan POK.
b.
c.
d.
e.
B. Revisi POK
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan memerlukan revisi POK dibuat oleh PPK, untuk BPN
RI usulan dari Eselon II sebagai penanggung jawab kegiatan ditujukan kepada Kepala Biro
Keuangan dan Pclaksanaan Anggaran, untuk Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan
dapat diajukan oleh PPK dengan mengubah RKAKL berkenaan dan selanjutnya
menyampaikan Arsip Data Komputer (ADK) berupa matrik perubahan dan Kertas Kerja
RKAKL pembaruan dalam sojicopy dan hardcopy dimaksud kepada Kepala Kanwil Ditjen
Perbendaharaan setempat untuk dilaksanakan pemutakiran data/validasi DIPA.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan revisi POK antara lain :
1. Harus memperhatikan realisasi anggaran Akun sebelumnya;
2. Pada revisi POK ke 2 dan selanjutnya agar memperhatikan hasil revisi POK sebelumnya;
3. Anggaran yang diblokir/bintang tidak diperkenankan direvisi sebelum pembukaan blokir;
Dalam mengajukan revisi POK agar menyebutkan alasan perubahan/revisi dan
menyebutkan program, kegiatan, sub kegiatan, komponen, sub komponen atau Akun yang
akan direvisi.
Revisi Anggaran yang dilaksanakan pada Kuasa Pengguna Anggaran merupakan Revisi
Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap meliputi :
1. Pergeseran dalam 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; dan/ atau
2. Pergeseran antar Keluaran,1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker.
80
X. PELAPORAN
A. Laporan Keuangan
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Jis. Nomor 233/PMK.05/2011 tentang perubahan
PMK No.171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, bahwa sebagai
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN, Kuasa Pengguna Anggaran wajib menyusun
dan menyampaikan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) dengan Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi.
Untuk penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan dengan Aplikasi Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) setiap Kepala Kantor sebagai Kuasa Pengguna Anggaran wajib membentuk :
r
KEPAI A SA MAN KEICIA
PLJUGAS AKUNTANSI/VEREIFIKASI
Keterangan :
Penanggung jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
1. Kantor Pertanahan membentuk Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
yang mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Memproses dokumen sumber berupa
1) Perkiraan pendapatan pada DIPA halaman III;
2) Surat Setor Pajak (SSP);
3) Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP);
4) Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB);
5) DIPA, Revisi DIPA;
6) SKPA;
7) SPM, SP2D, dan
8) Dokumen lain yang dipersamakan untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa
LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan satuan kerja.
81
b. Bagi Satuan Kerja yang mendapat Hibah Dalam/Luar Negeri Langsung (HD/LNL)
yang berupa Uang/Barang/Jasa/Surat Berharga wajib memproses :
1) DIPA/Revisi DIPA;
2) SP2HL/SPHL;
3) SP4HL/SP3 H L;
4) SP3HL-BJS;
5) MPHL-BJS/Persetujuan MPHL-BJS; dan
6) Surat Setoran Bukan Pajak (untuk pengembalian pendapatan hibah).
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dan laporan barang;
d. Menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK setiap bulan ke KPPN dan melakukan
rekonsiliasi dengan KPPN setempat setiap bulan;
e. Menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK hasil rekonsiliasi dengan KPPN setiap
bulan kepada Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)
dan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Tingkat Esselon I (UAPPAEl /UAPA);
Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan laporan keuangan tahunan terdiri
dari LRA, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab dari Kepala Kantor Pertanahan;
Membuat Laporan Keuangan Manual berupa LKKA dan LKKUP dan menyampaikan
ke tingkat UAPPA-W setiap bulan.
82
PFYRJGAS
AKUNTANSI/
VERIFIKASI
PETUGAS
KOMPUTER
Keterangan:
I
Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
2. Kantor Wilayah BPN disamping sebagai Satker (UAKPA) juga wajib membentuk Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) yang mempunyai tugas
dan kewajiban :
a. Melakukan proses penggabungan Laporan Keuangan yang berasal dari UAKPA di
wilayah kerjanya (termasuk laporan realisasi anggaran pembiayaan dan perhitungan
yang digunakan bila ada);
b. Menyusun Laporan Keuangan Tingkat UAPPA-W berdasarkan basil penggabungan
laporan keuangan dari tingkat UAKPA di wilayah kerjanya;
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara Laporan keuangan dengan Laporan Barang;
83
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA
PETUGAS
AKUNTANSI/
VERIFIKASI
PETUGAS
KOMPUTER
Keterangan:
Penanggung Jawab
Petugas Akuntansi Keuangan
84
3. Kantor Pusat BPN RI disamping sebagai Satker (UAKPA) juga wajib membentuk Unit
Akuntansi Pengguna Anggaran Esselon I (UAPPA-EI) dan Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran (UAPA).
Mengingat Kantor Pusat BPN RI hanya mempunyai 1 (satu) Esselon I yang mempunyai
DIPA sehingga Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Esselon I digabung
dengan Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) yang mempunyai tugas dan
kewaj i ban :
a. Melakukan proses penggabungan laporan keuangan UAPPA-W serta Laporan
Real isasi Anggaran;
b. Menyusun laporan keuangan tingkat UAPA berdasarkan basil penggabungan laporan
keuangan UAPPA-W;
c. Melakukan rekonsiliasi internal antara laporan keuangan dengan laporan barang;
d. Melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan dengan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan e.g. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester
dan basil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi;
e. Menyampaikan LRA dan Neraca tingkat UAPA beserta ADK kepada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan;
f. Menyampaikan laporan keuangan semesteran dan tahunan yang terdiri dari LRA,
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan yang disertai surat pernyataan tanggung
jawab (Statement of Responsibility) dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia dan pernyataan telah direyiu oleh inspektorat utama;
g. Menggabungkan dan memverifikasi laporan keuangan manual berupa LKKA dan
LKKUP dari tingkat wilayah seluruh Indonesia.
86
Menurut Jenis
Menurut
Untuk format laporan keuangan menyesuaikan dengan lampiran pada Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tanggal 30 Desember 2013.
Adapun contoh daftar isi sebagai berikut:
Kata Pengantar
Pernyataan Tanggung Jawab
Ringkasan
I.
II. Neraca
III. Catatan atas Laporan Keuangan
A. Penjelasan Umum
A.1. Dasar Hukum
A.2. Kebijakan Teknis
A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
A.4. Kebijakan Akuntansi
B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
B.1. Pendapatan Negara dan Hibah
B.2. Belanja Negara
C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca
C.1. Aset Lancar
C.2. Aset Tetap
89
Laporan-Laporan Pendukung :
1. LRA Pendapatan dan LRA Pengembalian Pendapatan;
2. LRA Belanja dan LRA Pengembalian Belanja;
3. Neraca;
4. Neraca Percobaan;
5. Laporan Barang Pengguna;
6. Catatan ringkas Barang Milik Negara;
7. Daftar Rekening Pemerintah;
8. Lampiran Tindak Lanjut atas Temuan BPK;
9. Berita acara rekonsiliasi internal;
10.Berita acara rekonsiliasi eksternal; dan
11.Dokumen lain yang diperlukan.
90
c. Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempo atau akan direalisasikan
lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan;
d. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan
kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.
1) Kualitas Piutang.
Penilaian Kualitas Piutang dilakukan dengan mempertimbangkan sekurangkurangnya:
a) Jatuh tempo piutang; dan
b) Upaya penagihan
Kualitas Piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu kualitas lancar,
kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.
Penilaian Kualitas Piutang dilakukan berdasarkan kondisi Piutang pada tanggal
laporan keuangan.
2) Klasifikasi Piutang.
Penggolongan Piutang digolongkan menjadi :
a) Piutang Pajak (tidak dijelaskan);
b) Piutang Bukan Pajak; dan
c) Piutang Lainnya.
Penggolongan kualitas Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan dengan
ketentuan :
a) Kualitas lancar apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal jatuh
tempo yang ditetapkan;
b) Kualitas kurang lancar apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan;
c) Kualitas diragukan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan; dan
d) Kualitas macet apabila :
- Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan
Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau
- Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/ Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara.
3) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Yang dimaksud Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang hams
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan
kualitas piutang.
Klasitikasi penyisihan piutang
a) Penyisihan piutang tidak tertagih yang umum;
93
94
(7) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan
kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan
disertai bukti kepemilikan.
Agunan selain yang dimaksud di atas dapat diperhitungkan sebagai faktor
pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan.
g) Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih ditetapkan sebesar :
(1) 100 % (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, tabungan dan
deposito yang diblokir pada Bank, emas dan logam mulia;
(2) 60 % (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah
bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai,
berikut bangunan di atasnya;
(3) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan
bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non
sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang
(SPPT) terakhir; dan
(4) 50 % (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara, kapal laut dan
kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan.
Barang sitaan selain yang dimaksud di atas tidak diperhitungkan sebagai
pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih;
h) Nilai agunan atau barang sitaan bersumber dari nilai yang dikeluarkan &eh
Instansi yang berwenang;
i) Dalam hal sumber nilai agunan atau barang sitaan tidak diperoleh, agunan atau
barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang Penyisihan Piutang
Tidak Tertagih;
j) Menteri Keuangan berwenang melakukan penilaian kembali atas nilai agunan
dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang dalam
pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih apabila Kementerian
Negara/Lembaga tidak memenuhi ketentuan; dan
k) Kewenangan Menteri Keuangan melakukan penilaian kembali didelegasikan
kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
4) Akuntansi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
a) UAKPA melakukan akuntansi penyisihan piutang tak tertagih terhadap piutang
yang dimiliki dan/atau dikuasainya, baik terhadap piutang jangka pendek dan
piutang jangka panjang;
b) Penghitungan penyisihan piutang tidak tertagih dijabarkan di dalam Kartu
Penyisihan Piutang Tak Tertagih;
95
c) Nilai penyisihan tidak bersifat akumulatif tetapi ditetapkan setiap semester dan
tahunan sesuai perkembangan kualitas piutang;
d) Tata cara penetapan kualitas piutang dan besarnya tarif penyisihan piutang
sebagaimana dijelaskan tersebut diatas;
e) Berdasarkan Kartu Penyisihan Piutang, UAKPA melakukan penatausahaan dan
dilakukan input dengan formulir jurnal aset.
5) Tata Cara Pelaporan Serta Penyajian dan Pengungkapan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih.
a) Tingkat UAKPA
(1) UAKPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca
setiap semester dan tahunan;
(2) UAKPA mengungkapkan informasi yang lebih rinci dalam CaLK; dan
(3) UAKPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak tertagih
melalui laporan keuangan ke UAPPA-W atau UAPPA-E1 setiap semester
dan tahunan.
b) Tingkat UAPPA-W
(1) UAPPA-W menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam laporan
keuangan UAPPA-W setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan
keuangan UAKPA;
(2) UAPPA-W mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan
Keuangan; dan
(3) UAPPA-W menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak
tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPPA-E1 setiap semester dan
tahunan.
c) Tingkat UAPPA-E1
(1) UAPPA-E1 menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam laporan
keuangan UAPPA-E1 setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan
keuangan UAPPA-W/UAKPA;
(2) UAPPA-E1 mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan
Keuangan;
(3) UAPPA-E1 menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang tidak
tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPA setiap semester dan
tahunan.
d) Tingkat UAPA
(1) UAPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca UAPA
setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-E1;
(2) UAPA menyajikan penyisihan piutang tidak tertagih di dalam neraca UAPA
setiap semester dan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAPPA-E1;
(3) UAPA mengungkapkan lebih rinci dalam Catatan atas Laporan Keuangan;
96
97
Kuasa Pengguna Anggaran selain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dengan
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
secara manual berupa :
a. Laporan Keadaan Kredit Anggaran/LKKA (lampiran 22) , disampaikan :
1) Untuk kantor pertanahan disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Up.
Kabag TU selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah akhir bulan;
2) Untuk Kanwil BPN disampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran, berupa rekapitulasi laporan semua satker
disampaikan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah akhir bulan;
3) Untuk BPN Pusat disampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
akhir bulan.
b. Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan/LKKUP (lampiran 23) Mekanisme pelaporan
sebagaimana dimaksud huruf a;
c. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Pengeluaran dan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Penerimaan, disertai salinan rekening koran dari
bank/pos bulan berkenaan disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja bulan
berikutnya kepada :
1) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
2) Kantor Wilayah BPN Up. Kepala Bagian Tata Usaha;
3) Sekretaris Utama Up. Kepala Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran; dan
4) Badan Pemeriksa Keuangan.
d. Laporan realisasi PNBP triwulanan dan Laporan perkiraan realisasi PNBP sampai dengan
triwulan IV.
1) Laporan realisasi PNBP triwulanan disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah triwulan bersangkutan berakhir (lampiran 24);
2) Laporan perkiraan realisasi PNBP sampai dengan triwulan IV, paling lambat sudah
diterima oleh Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran BPN RI tanggal 1 Agustus
tahun anggaran berjalan (lampiran 25);
Kepala Satuan Kerja selaku Penanggung Jawab Sistem Akuntansi Instansi (SAI) wajib
melaksanakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam penyusunan Laporan Keuangan
dengan langkah-langkah
a. LRA Pendapatan :
1) Pastikan seluruh SSBP sudah dientry dalam SAI;
2) Pastikan nilai LRA pendapatan sama dengan jumlah SSBP dan LKKUP;
3) Pastikan nilai LRA pendapatan pada aplikasi SAKPA (SAI) sama dengan nilai Berita
Acara Rekonsiliasi (BAR) pendapatan pada Sistem Akuntansi Umum (SAU);
4) Pastikan LRA pendapatan sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
98
b. LRA Belanja
1) Pastikan seluruh SP2D telah dientry dalam SAI;
2) Pastikan nilai LRA Belanja sama dengan jumlah SP2D dan LKKA;
3) Pastikan nilai LRA Belanja sama dengan BAR Belanja;
4) Pastikan LRA Belanja sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
c. Neraca :
1) Aset lancar
(a) Pastikan kas di Bendahara Pengeluaran sama dengan nilai sisa Uang Persediaan
(UP) yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetor ke Kas Negara;
(b) Pastikan kas di Bendahara Penerimaan sama dengan jumlah penerimaan (PNBP)
yang belum di setor ke Kas Negara, dan pastikan harus sama dengan saldo
rekening koran dan uang tunai di brankas per tanggal pelaporan;
(c) Pastikan kas lainnya dan setara kas sama dengan jasa giro, pajak, pengembalian
belanja yang belum disetor ke kas negara, hibah langsung berupa uang dan
SP2D LS yang belum dibayarkan;
(d) Pastikan nilai persediaan sama dengan laporan persediaan per tanggal pelaporan
dan harus sesuai dengan Berita Acara Opname Fisik Persediaan per tanggal
pelaporan;
(e) Pastikan Aset lancar sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
2) Aset Tetap :
(a) Pastikan nilai aset tetap (tanah, gedung/bangunan, peralatan dan mesin, jaringan)
harus sama dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset tetap (BMN) setiap semester dengan
Berita Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset tetap tersebut harus sama dengan
laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset tetap sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
3) Aset Tetap lainnya
(a) Pastikan nilai asset tetap lainnya (aset selain tanah, gedung/bangunan, peralatan
dan mesin, jaringan yang memenuhi syarat nilai kapitalisasi aset) harus sama
dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset tetap lainnya setiap semester dengan
Berita Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset tetap lainnya tersebut harus sama
dengan laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset tetap lainnya sudah dijelaskan dalam Catatan alas Laporan
Keuangan (CaLK).
99
4) Aset lainnya :
(a) Pastikan nilai aset lainnya (Aset tak berwujud sperti aplikasi, software) harus
sama dengan Laporan Barang Milik Negara (BMN);
(b) Lakukan Inventarisasi internal atas aset lainnya setiap semester dengan Berita
Acara Inventarisasi BMN dan nilai aset lainnya tersebut harus sama dengan
laporan BMN dan Berita Acara Rekonsiliasi BMN;
(c) Pastikan aset lainnya sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
5) TGR :
(a) Apabila terdapat TGR pastikan telah disajikan di aset lancar apabila jatuh tempo
12 (dua belas) bulan, atau disajikan di aset lainnya apabila jatuh tempo lebih dari
12 (dua belas) bulan;
(b) Pastikan TGR sudah dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
6) Tindak Lanjut Basil Temuan Pemeriksaan :
(a) Pastikan temuan basil pemeriksaan BPK telah ditindaklanjuti dan dijelaskan
dalam CaLK.
(b) Tindak Lanjut merupakan lampiran Laporan Keuangan
7) Instrumen SPI lampiran 26
C. Laporan Rekening
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan
Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja Jis. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.05/2007 tentang Penertiban Rekening Pemerintah pada Kementerian
Negara/Lembaga, pelaporan rekening agar dilaksanakan secara berjenjang yaitu :
1. Kantor Pertanahan wajib menyampaikan kepada Kantor Wilayah BPN Up.Kabag TU
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah akhir bulan, sesuai lampiran 27;
2. Kantor Wilayah BPN wajib menyampaikan kepada Sekretaris Utama BPN RI Up. Kepala
Biro Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran berupa Rekapitulasi Laporan semua Kantor
Pertanahan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja akhir bulan, sesuai
lampiran 28;
3. Kantor BPN RI wajib menyampaikan kepada Sekretaris Utama Up. Kepala Biro
Keuangan dan Pelaksanaan Anggaran selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
akhir bulan sebagai bahan laporan ke Kementerian Keuangan, sesuai lampiran 29;
4. Pada pasal 9 ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010:
a. Rekening sebagaimana dimaksud pasal 2, pasal 3 dan pasal 3A harus dilaporkan dan
disajikan dalam daftar lampiran pada laporan keuangan Kementerian/Lembaga/
100
101
b.
c.
d.
2. Biaya operasional dan biaya pendukung tetap berada di instansi pengguna, mekanisme
pencairan mengikuti ketentuan yang berlaku
3. Biaya inventarisasi aspek fisik (pengukuran dan pemetaan bidang per bidang dan
keliling) dan inventarisasi aspek yuridis mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak, khusus
untuk inventarisasi aspek yuridis mengacu pada besaran Biaya Panitia Pemeriksaan
Tanah "A.
G. Pelaksanaan kegiatan legalisasi aset
1. Kegiatan Supervisi dilakukan Tim dari Kanwil BPN ke Kantor Pertanahan, namun
apabila anggaran yang tersedia tidak mencukupi untuk supervisi dari petugas kanwil
maka biaya tersebut untuk pembuatan laporan oleh Kantor Pertanahan.
2. Optimalisasi legalisasi aset di lokasi IP4T
a.
b.
c.
103
DAFTAR LAMPIRAN
No
URAIAN
LAMPIRAN
1.
Lampiran 1
2.
Lampiran 2
3.
Lampiran 3
4.
Lampiran 4
5.
Lampiran 5
Surat Pernyataan
6.
Lampiran 6
Kuitansi/Bukti Pembayaran
7.
Lampiran 7
8.
Lampiran 8
Format SPM-UP/TUP
9.
Lampiran 9
Surat Pernyataan
10.
Lampiran 10
11.
Lampiran 11
12.
Lampiran 12
13.
Lampiran 13
Ringkasan Hibah
14.
Lampiran 14
Format SP2HL
15.
Lampiran 15
Format SP4HL
16.
Lampiran 16
17.
Lampiran 17
Ringkasan Hibah
18.
Lampiran 18
19.
Lampiran 19
Format MPIIL-BJS
20.
Lampiran 20
21.
Lampiran 21
22.
Lampiran 22
23.
Lampiran 23
24.
Lampiran 24
25.
Lampiran 25
26.
Lampiran 26
27.
Lampiran 27
28.
Lampiran 28
29.
Lampiran 29
30.
Lampiran 30
104
,..
..=
ca
E
,-,
Januari2014
<o)
12
en
I--1
Tt
O
N
no
.1=c.
ft
DOKUMEN
SPM yang diterbitkan
Nila i Bruto (Rp)
=
H
L
O
E
o
Z
Te
on
tz
ce
H
o
ro
-c
ro
a
OD
ro
oo
boal
C
..
el
E
=
r-
.-
cv
ro
a.)
cv
6
4
vz
-o
=
E
m
Oil
2 on
Z a =
a 02 it
OD C
C .M -0
in
'2 F3
6 E
,
to o n,
no
c
to o
a
a,
o_
C ..
C
0
bz .71
,,,
M
L
0
E
0 N5
-et
, on c
o_ C
,
ad-
a.
bk
bo
cv,
H
a o
N C c
-o ro
ro
en
Jumla h
SPP ya ng diterima
LAMPIRAN 1
7 -o co
17 .,..,
c
ro, ro
.-
..n
.E .E E
a)
ro E To a
co -0
-f,- co o
NC
CO
CC C
mCO
- m
m
C
CU
CO
4_, 0_ C C ro
to rio .5 a cc)
To c E E ,_
a/ MI 0) CD a)
Y D 0_ (2_ 0_
,-..,
.,
,..../
O C7 no cr
21 0 LID W
o o 01 Cl
*Y O n, N
at
.' ej
4
O
.--t
VD
01
rr
ro
co
,..
C C C
ro no
.
:.- =
CO
>ft
ro
E
to
C
C C
03 CO
0 0
CO CO
I- t_
0.1 ID
CL CL
C
CO @
-0 -0
OD
-C C C
co ca
C o 0
t-. 1-
v}
0 0
c ,
co
Lo toto a
0 0
C
to
C
ro
t
0
Cl.
00
c
re
-o
CO
-C
M
W
C C
rp ea ta
ro
,.
-0 = t
c c ria a.,
C
C
m
ao
co
ro
C
CO
-C
N cu
0. a m
ao
.0
ro
C
c c
ro no ,
-0 -0 an
c c no
co
co a
C C
10 1,3 C
ro
EE
co no -o
C
W `
2) 2
ro
aE E to
a
a .E
CO CO C
-C -C a
al CO
to u,
7
-C
to
0 p C
E
e d in
t
CO CO
C C 4..
-0
CU CD 4+
-V ...V CO
Tr
CO
c 2
OD
o 48
a a 0
D
CO
....,
Z
C a
OD t 00
tCcu
CD 0 Q. 43
ea
-C -C
ro
7 ro ro
cu co
co
ea 4-,
0
a
6 110 to
c
a
c
c
ro
ro co
-6"
0 La a
Tu
vi 7, ..71
cm
4-. 03 113
C
.1)
c E E
a
s ,_ 8 '5 8
E , +3 c -)e C C
ro ro
T3 e
l )
p (
4 K,
5
i:
0 46 C C
CO CO
0 I- C C -CI LI
C C 2 2 C C
co
co
bo 2.ii,ms. w
o co0ro.
MI
r 0
re
Ol
4(1 al
D
CO
c
CO
.c
ro
.
0
a
E
cu
a
to
c
co LI
CO 1-
ru
- C
j"
c E E e
L -. E E -C
4- CU CI) 0./C tll W m
co r
a/ CI. O. a. ro CL a c 'V 0
s
0) CCC -t
c,_
` CO_C 4'
.__
CO (0 ra
.4-. CO -C
c
C @@@@
m ro no cara cc
13 t70 ECO bTo t
r r It o
....CLID 111 0.)
...
c.'
n3
to -c
-C CO
ro c C
c ra co
t
rn E
ij
t
0
c
ro
0
-a-)
60
C
a)
eL
(13 c0
yo to E
I- C C
0 ai 0 -5
-0 0
c
m C C 413 cc
CO (7) 0 CO
CO
.-* 4-.
OJ 0) C
CO al
- c CL 0. a 0_
C
0 C11
0 4
a 47 47 4n
0 i InI)
CO 0
s s ro co
a @ t C
,_ cr, a .r.e,i .5
sa
lt
c E E c
]- CD 0) CU C
c Cl
c n_ :2
a.
cia a.
- -..
.n ..o 3 n
CO CO
to Y
-V CO -V -= a
i nC
o 4d
. . .4.
d
4- C - CO 0 .0
0 ..4e Y
...,
o
a
ai
2
0
re,
4-
no
8
E ,_ z
0 m
s
vl (LI
60
C 1- 0- 0 0 7 7
(CCLICCOCOCOM
.0
_ 9 : o
m 10 140 411 co
"
a co
.--,
t 2 >0->0-> rn
. . a>I, to ro ro ro
(co 2 3 3 3 3
-a
,.,, EcERE
r9 (V z z z z
r, eL ci_ a. n_
.1.-. c co co cci co
'6
' .f
.
.
ro
an C
to ,
,
ro
C
to
.4_,
7
.. C
-c
re .0
C 0
of C
4/
_c
c
C
ro
C
ro ro
.--, 4.-.
o o DD
C
_Y
R a) C CO
c ro- _ co
-Y
CO 413 0 C
0 7 E
...t/1
c 4_,
4_, 4_,
,,, CO CD
CO
CO CO
00 CO D
z
c
ro
E
ro CO S Y 0- y C C C C 'Ft
-0 (TO an El t
no CO
) .73 )7) C 1
C ) 13 ;.3 12 0
c co
CO .74 -Y -V 00 s s s a.
ro co ro ro ro
00 00 fa fa ca c v, Ln 2 = TA 4;
C C 7.,
m' ...Y ...y _.y _y 4-,
to C (17 4'
s CCCCC
C ca. CO - .
3 CO (1) m C ,-A
ro
CO ro
C
1m
tt,
eu m v
v .1./
to "a
0 -= -6 75 OD tH l'I
wl kn
T- O
=
C re len til E -V
C ra
C MC '
C
V
-c
E
ro
1'
c
'e,
-C
.0
a
a
ro
tac
C
= 0
0 ," >' C CO la el) - - - _ 10 I-. ro -C -C -C 03
75 VI in 11) rao CU
=
c c C C cat =
C C C C -0 0 >.. 2 2 2 T
a
_a
ro no -,
- Lin
Cu L
40 . :1 . 2 C
M C
C
M
ive,c_:"ewei=
CO '3' .60 (.e c.0 ci, 4 4: ca
L ; CO CO 0 7
c ca w a)
.,.ri a ca c,
4' ,... o a a a a o 2.2 C
ro 'id. a
c c E
.1-.
C. c to S c c c c 2
CO CO
co c c 0- oCCcIUCUCJo sp c c c am
(CO
C
ea
ru
v
co- cm motto c
wa
wa
w a)
,_. 1._ CO
-0 ft) CO c s c (1, a a a a ...% -V .40
c@ a
0 1
3 4.9
a
C -0 -0 ro a 3@ -o -o -rp -o s
fora c. c to -o ro
-ccc
,
c_ cccccc,_craccmccFccccccmcccc
U U ro -co
- 2 2
c ,co c co
nm
eo 0 emo co
ro 2 2 4..ro, La co u- ro a 2 2 C 2 C 0 ri, m
vrOi i
ft
n , C,
rO tr,
I. 0 0 (0 ..a
>c (0 I' 0 00
0
.CL c
ti 40
7
n c
ro
ro
E 0
,_
a73
.ct CO
60 C
C C .-- 0 ...
C., ..-.
0 co 0
-11
......
;....
)
y ro -
-0 .._ - - ..-. 0) CO
14-1[
l0 d
70
0 -CSMn3
hr,
@ .6 -VOE
(a N
to
4, ...
000000
cji .... - - .... An ..,,, 4-, y
C 00 .... CO hn .e5L aoHn a T, -.n =
0./ Cll _o ti) 0.1 (11 0) E' 2
- . ro to al 0.1 C C .)4 E CI CV co r0 0 CO 0 11) 2 CU 0 el 0
cccocccreeetgCFg.E.Egre22
2F.EtLatenoteeeeEtetetee
CUCLICU" CU C) 0./(1
In
1.0 t0
N CO 01 0 rl N
ct
CD ct N 01 01 0 1-1 N en N 1p r-1 CO CO N 1D N 01
N M O
tD 13 l0 1.0 t0 tD n n oo 03 03 03 03 01 01 CO
01 01 01 IT 01 Cl CO CO
01
01 a, Cl 01 01 01 01 01 01 Cl 01 01 Cl Cl 01 01 03
01 01 01 Cl Cl Cl 01 01 Cl Cl 01 Cl Cl 01
a,
N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N
N N N N N N N
0
Ln to V N
CI CO N. N N CO CO ce CO CO 00 01
Cl Cl 01 al
01 01 Cl
NOMOR
Bruto
Bersih
tr
')
At
I
Jumlah Keseluruhan
URAIAN
SATKER
PENERBITAN
SPM
TANGGAL NOMOR
SATKER
PENERBITANSPM
SUMLAR
URAIAN
IBruto I Potonean I Bersih
Vet
p.7
tm
o e
Z
" "
Jumlah Keseluruhan
14
.w
"
W*
...,....
T.4
00
=
el
a0
r ,..
(Z
ke)
L.147LRAl4
MENTERI KEUANWN
REPUBLIK INDONESIA
TA
: (1)
NomorBukti
: (2)
Math Anggaran : (3)
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
: Rp
(5)
Terbilang
untuk pembayaran :
(4)
(6)
(7)
Tempat/TgI.(8)
Jabatan Penerima Uang
Tanda tangan
(10)
(Nama Jelas)
NIP/NRP
(9 )
Nama Jelas
URAIAN ISIAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
LAMP IRAN4
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/ 2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
/Clio%
WIENTEDI ICEUANGAN
REPUBUIC INDONESIA
Noma
:....1)
1)
L 31 1
LIM Pinbayann
lenls Pambayaran
1.
Wnu.Atuhtn netgara/kmbaga
7.
2.
UM Organists'
6.
3.
4.
Utter
Loud
Tempat
6.
Alamat
9.
10
Keglatan
4.344 Keratan
60 de F ung9115Qb lungs)/Program
Kode Xewenangan
: .4. 10)
kepodanh.
Pe1abat haw& 1.44/64 Surat Paiintak Konbayar
2.
Untuk kaparluan
7) Nomor
18) langgal
.-
denim/ 64111
clenvin Fund
3.
kegs balaila
4.
Ata4 Wm
S.
444m41.
: ..... 23)
6.
Mamptinyal t4kwung
7.
26)
B.
NISI 5.46/1ontrak
S.
044gan pirtlelann
nomor tekening .
:.
271
23)
Nom.,
I.KEGL4TAN/01STPUT/MAK (AKIN 6
PAGU DALAM
SPP/SPM 5.D
urut
DiG111 1165ANGNUTAN
II.SEMUA.CODE KiGIATANDALAM
01PA/SKPA
114 I
YANG LAId
(44.1
DIPA
2
I
199 MI
usA CANA
114 )
'RP 1
10 )
331
34)
35)
31)
11.411414 I
II
31)
361
37)
39)
39/
40)
SEMUA MIGIATA.N
41)
421
sl.IMU14 II
471
45)
441
43)
451
41)
46)
SO)
51)
PM
UANG PERSEDIAAN
LAMPIMN
COWMEN 96601605E I
52) BERKA5
PM
PM
PM
54) L1MBAR
53) LEMBAR
Satter.
NMI.
nama
NIP.
NIP,
561
MENTEN ICELJANGAN
tIER113L11< IN110i4ESIA
URAIAN ISIAN
Diisi tanggal Penerbitan SPP
(2)
(3)
Dipilih salah satu: 1= UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Diisi kode: (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK)
Dekonsentrasi, (TP) Tugas Pembantuan,(UB) Urusan Bersama, (DS)
Desentralisasi
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
KEUAIBBAN
REPUBLIK INDONESIA
-3(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
Diisi pagu jenis belanja dalam satu kegiatan dan satu out put dalam
DIPA/SKPA
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
IDWANIaAN
(INDONESIA
1
2
3
4
Kerr/enter/an/Lard:raga
Unit Organisasi
Lokasi
Kanter/Satker
Alarrat
(
(
(
i
/
/
)
/
JenisSPP
1 GUP
2 GUP MN
3 FTLIP
Pagu 011tglit
RP.
MA Nanny
tanggal
7
a
9
10
Kale Kegiatan
/Lode Output
Tabun Anggaran
Bulan
Bud Pengeluaran
Nbrnor
Urut
Jurrian Larrpiran :
M71Arfr
MAK (AHUN 6
DIGIT)
Juniah SPP Li
SPNYSPP sebelum9PP IN atas beban output IN
Jurriah s.d 517I7 IN atas beban output IN
Name
NIP.
Lampiran 5
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/ 2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEOARA
MIZNTE ICEL/ANGAN
REPUI3 DC INDONESIA
KOP SURAT
KEMENTERIAN/LEMBAGA (SATKER)
SURAT PERNYATAAN
Nomor : XXXXXX
Narna
2.
Jabatan
3.
Satuan Kerja
(xxxxxx)
4.
Kementerian Negara/Lembaga
(xxx)
5.
Unit Organisasi
(xx)
NIP
Salinan aesuai dengan aslinya
KEPALA B
tampiran 6
PERATU
RI KELTANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DAIAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TvIENTERI KEUANOAN
REPtJ13LtIC INIIONESIA
KUITANSI PEMBAYARAN UP *)
TA
: (1)
Nomor Bukti
Mata Anggaran
: (2)
: (3)
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
:Rp
Untuk pembayaran
(5)
(6)
(7)
Tempat/Tgl.(8)
Jabatan Penerima Uang
Tanda tangan dan Stempel
( 9)
Nama Jelas
Tanda tangan
(10) (Nama Jelas)
NIP/NRP.
Tanda tangan
(11) (Nama Jelas)
NIP/NRP
Bendahara Pengeluaran
*) Kuitansi ini dibuat apabila tidak diperoleh kuitansi dari penyedia barang/jasa (misalnya: jasa tambal
ban).
URAIAN ISIAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
OIART
NIP 195
lampiran 7
PERATURAN MENTERI KELIANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGICA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
MENTalt ICELJANCIAN
REPU15 11( INDONESIA
(....)
Kepada
Untuk pembayaran :
Atas dasar :
1. Kuitansi/bukti pembelian
2. Nota/buktl penerimaan barang/jasa/
(bukti lainnya)
Dibebankan pada:
Kegiatan, output, MAK :
Kode
Diterima tanggal
Bendahara Pengeluaran
Nama Jelas
NIP/NRP
Nama Jelas
NIP/NRP
NIP/NRP
Lampiran 8
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMDAYARAN DALAM RANOKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN HELANJA NEGARA
1,41:541-L441 KEUANGN1
REPUITIICINDONESIA
FORMAT SPM-UP/TUP
KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tanggal :
(2) Nomor :
(1)
(3)
(XXX)
(5)
7:
(7)
Cara Bayar
Dasar Pembayaran :
(8)
Satker
(10)
i Tahun Anggaran i
(9)
Nama Satker
Kewenangan
(11)
)00000C XX.
Fungsl, Subfungsi, BA,
XX.
XX.
Unit Eselon I
Program
XXX. XX.
XX (12)
(13)
Jenis Pembayaran
(14)
(15)
Sifat Pembayaran
Sumber Dana/Cara Penarikan
Nomor Register
(17)
POTONGAN
PENGELUARAN
Jenis Belanja
Jumlah uang
XX (18)
(19) ...
Jumlah Pengeluaran
/ .416)
: XXX
(20) ...
Jumlah uang
(22) ...
(23) ...
Jumlah Potongan
(24) ...
Kepada
NPWP
Rekening
Bank / Pos
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
Ureian
(30)
6912501063-1
(33)
NIP/NRP
(31)
(32)
MI3.1TLrQ ICEUANGAN
REPUBLIIC INDONESIA
(2) Nomor :
(1)
(3)
(XXX)
(5)
Cara Bayar
(7)
Dasar Pembayaran :
:
Satker
(10)
Tahun Anggaran
(8)
Kewenangan
(9)
Nama Satker
XXXXXX. XX.
(11)
Program
XX (12)
(13)
Janis Pembayaran
(14)
Sifat Pembayaran
(15)
: XX.X ..... /
(16)
: XXXXXXXX (17)
POTONGAN
Jenis Belanja
Jumlah uang
)0( (18)
(19) ...
Jumlah Pengeluaran
(20) ...
Kepada
NPWP
Rekening
Bank / Pos
Uraian
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
Jumlah uang
)000(X.XX.XXXXXXXX.)00(XXX (21)
(22) ...
Jumlah Potongan
(23) ...
(24) ...
Semua bukti-bukti pendukung untuk Belanja Pegawai telah diuji dan an. Kuasa Pengguna Anggaran
dinyatakan memenuhl persyaratan untuk ditakukan pembayaran etas Pejabat Penanda Tangan SPM
be ban APBN, selanjutnya buktl-bukti pendukung dimaksud disimpan
dan ditetausahakan oleh Pejabat Penanda tangan SPM,
fr<ebenaran perhitungan dan 1st yang tertuang dam SPM al
mead tanggung lawab Peabat Penandatangan SPM.
H II'I
IE fflI!:' ~ II
100189
2 301083-7
(33)
NIP/NRP
(30)
(31)
(32)
MI:14TEPI ICEUANL1N4
REPUBLIIC INDONESIA
-4PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH MEMBAYAR
NO
URAIAN ISIAN
(1)
(2)
Diisi tanggal 5PM dengan konfigurasi : dua digit hari/dua digit bulan/empat digit tahun (dd/mm/yyyy)
(3)
(4)
Diisi nomor 5PM dengan konfigurasi enam digit pertama secara otomatis diisi nomor urut oleh aplikasi dan
dapat ditambahkan isian konfigurasi penomoran sesuai ketentuan yang berlaku pada masing-masing satker
Diisi uraian KPPN Pembayar dan diikuti dengan kode KPPN sesuai tabel referensi
(5)
(6)
(7)
Diisi dengan kode jenis SPM sesuai dengan tabel referensi jenis 5PM yang antara lain meliputi :
(8)
(9)
(10)
01
02
03
04
Kekurangan
Gaji/UDW/ U DT/P ersekot
Gaji Lainnya
05
Ganti UP
06
Ganti UP KP
07
Langsung
08
09
10
=
=
=
Dana UP
Dana UP (KP)
Transfer
Cek Pos
Giro Pos
Nihil
Pengesahan
MENTEN ICEUANG/W
REPUBpIC INDONESIA
-5(11) Diisi kode satuan kerja (enam digit), jenis kewenangan (dua digit), dan uraian satker sesuai dengan DIPA
atau yang dipersamakan dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.
Khusus untuk jenis kewenangan, meliputi sebagai berikut :
KP
: Kantor Pusat
KD
: Kantor Daerah
DK
Dekonsentrasi
TP
Tugas Pembantuan
UB
Urusan Bersama
(12) Diisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sesuai dengan DIPA atau dan
dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.
Komposisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sebagai berikut i
X
---Eo.
(13) Diisi Kegiatan, Output, Lokasi, sesuai dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan
5PM
Komposisi Kegiatan, Output, Lokasi sebagai berikut :
X X X X XX X
X X X X
Pengeluaran anggaran
Pengembalian Uang
:
:
3
4
5
=
=
=
:
:
:
Pembetulan Pembukuan
I ivc.;1
NOB-EN ICEUANGAN
REPUEcTIC INDONESIA
-6-
1 =
=
=
:
:
:
:
Nihil
Pertanggungjawaban
(PTUP)
Pengesahan
3
4
TUP
(16) Diisi sumber dana (SD) terdiri dari dua digit dan Cara Penarikan (CP) terdiri dari satu digit CP sesuai dengan
DIPA atau yang dipersamakan dengan
DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.
Sumber Dana (SD) antara lain meliputi :
01 = Rupiah Murni
=
=
=
=
13
14
15
16
17
=
=
Pembayaran Langsung
Rekening Khusus
Letter of Credit
(17) Diisi nomor register pinjaman/hibah (delapan digit) sesuai dengan DIPA
(18) Diisi kode jenis belanja (dua digit) sesuai dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Sacker
Satu SPM hanya untuk satu jenis belanja
(19) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pengeluaran
(20) Diisi jumlah seluruh pengeluaran
(21) Diisi kode Bagian Anggaran, Unit Eselon I, lokasi, akun, dan satuan kerja dengan ketentuan sebagaimana
petunjuk pengisian potongan SPM
(22) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun potongan SPM
(23) Diisi jumlah rupiah seluruh potongan
MEN KEUANOAN
FIEPUB INDONESIA
-7(24) Diisi jumlah rupiah bersih (jumlah seluruh pengeluaran dikurangi jumlah seluruh potongan)
(25) Diisi nama penerima pembayaran (bendahara pengeluaran/penerima hak tagih) disertai alamat lengkap.
Khusus untuk SPM-GUP Nihil dan SPM-PTUP diisi dengan "Bendahara Umum Negara untuk dibukukan
seperlunya"
(26) 1. Diisi NPWP penerima pembayaran sesuai ketentuan perpajakan;
2.
(27) Diisi nomor dan nama rekening bank/pos yang menerima pembayaran. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPMPTUP dan SPM-Pengesahan tidak diisi
(28) Diisi Bank/Pos tempat pembayaran dicairkan. Khusus untuk SPM - GUP Nihil, SPM - PTUP, dan SPMPengesahan tidak diisi
(29) Uraian berisi tentang informasi : Untuk keperluan , No dan tgl.Kontrak/SPK, Nilai Kontrak/SPK, Cara
pembayaran, Tgl. Penyelesaian pekerjaan
Keperluan pembayaran sesuai dengan jenis SPM, misalnya:
1.
2.
3.
SPM GUP "Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain- lain)"
4.
SPM GUP NIHIL "Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain- lain)"
5.
(barang/modal/lain- lain)".
6.
7.
5PM LS
a. LS ke Bendahara/pegawai " Pembayaran belanja .., (pegawai/barang/modal/lain- lain) sesuai
Tgl......."
SK/ST/SPD No.
ICEUANGAN
REPUBOK INDONESIA
(2) Noma- :
(1)
(3)
(XXX)
(5)
Cara Bayar
(7)
Dasar Pembayaran :
:
Satker
(10)
Tahun Anggaran
(8)
Kewenangan
(9)
Nama Satker
XXXXXX. XX.
(11)
Program
XX (12)
(13)
Janis Pembayaran
(14)
Sifat Pembayaran
(15)
: XX.X
/ .....(16)
(17)
POTONGAN
Janis Belanja
Jumlah uang
XX (16)
(19) ...
Jumlah Pengeluaran
(20) ...
Kepada
NPWP
(25)
(26)
Rekening
(27)
Bank / Pos
Uraian
(26)
(29)
Jumlah uang
XXX.XX.XXXX.)0000(X.XXX)OCX (21)
(22) ...
(23) ...
Jumlah Potongan
(24) ...
(30)
Semua bukti-bukti pengeluaran yang disahkan Pejabat Pembuat
Komitmen telah dluji dan dinyatakan memenuhi persyaratan untuk
dilakukan pembayaran atas beban APBN, selanjutnya buktl-bukti
pengeluaran dimaksud disimpan dan ditatausahakan etch Pejabat
Penanda tangan SPM.
Kebe aran perhltungan dan isi yang tertuang dalam SPM Ini
menj d anggung jawab Pejabat Penandatangan SPM.
II 1 1, it Illi
1 100I1111
1 8 1 2 90 1 0 6 9-7
_433)
NIP/NRP
(31)
(32)
Lampiran 9
PERATURAN MEM
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK. 05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SURAT PERNYATAAN
Nomor : XXXXXX
Sehubungan dengan pengajuan Uang Persediaan (UP) sebesar Rp.999.999.999,00
dengan huruf ), yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama
2. Jabatan
3. Satuan Kerja
(xxitcoc)
4. Kementerian Negara/Lembaga
(xxx)
5. Unit Organisasi
(xx)
NIP
Salim= sesuai dengan aslinya
IMPALA B
KEPA.
ENTERIAN
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
1/2t
GIART
NIP 195
If
Lampiran 10
PERATURAN MENT RI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32/PMK.02/2013
TENTANG
TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
FORMAT SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
LOGO (1)
KEMENTERIAN/LEMBAGA
UNIT ESELON I
Satuan Kerja
Alamat
(2)
(3)
(4)
(5)
KOP Kementerian/Lembaga
(7)
NIP/NRP
(8)
Jabatan
Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran telah disusun sesuai ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi Anggaran
Tabun 2013.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah
disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja, dan siap
untuk diaudit sewaktu-waktu.
3. Perhitungan kebutuhan anggaran yang dituangkan dalam TOR/RAB telah
disusun mengikuti ketentuan dan merupakan harga yang paling ekonomis.
4. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas kebenaran formil dan
materil usulan Revisi Anggaran yang diajukan.
5. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan
menimbu1kan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara
tersebut ke Kas Negara.
6. Dalam hal terjadi permasalahan hulcum yang diakibatkan Revisi Anggaran ini
menjadi tanggung jawab Kuasa Pengguna Anggaran.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan
sadar, dan tidak dibawah tekanan.
(9)
Kuasa Pengguna Anggaran
Materai
6000
(10)
NIP/NRP.
(11)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
(2)
(3) KOP Kementerian/Lembaga
(4)
(6)
NIP
(7)
Jabatan
Dengan ini menyatakan dan bertanggung jawab secara penuh atas hal-hal
sebagai berikut:
1. Usulan Revisi Anggaran yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran telah
diteliti, diperiksa kebenaran dan kelengkapan dokumen pendukung yang
disampaikan.
2. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam rangka Revisi Anggaran telah
disusun dengan lengkap dan benar, disimpan oleh Satuan Kerja dan unit
Eselon I, dan siap untuk diaudit sewaktu-waktu.
3. Daiam hal pagu anggaran berubah, usul Revisi Anggaran telah dibahas
dengan unit Inspektorat terkait.
4. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar dan
menimbulkan kerugian negara, saya bersedia menyetorkan kerugian negara
tersebut ke Kas Negara.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dalam keadaan
sadar, dan tidak di bawah tekanan.
(9)
(10)
NIP/NRP
(11)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
4
MEFIILFU ICEUANOAN
REPUBL1IC INDONESIA
Lampiran 11
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 190/PMK.05/2012
TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
4. Target Pendapatan
5.
Pagu Pengeluaran
6.
Rp
b.
Rp
c.
Rp
Rp
e.
Rp
f.
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
2) SP2D-TUP
Rp
3) SP2D-GUP
Rp
4) SP2D-LS
Rp
5) Jumlah
Rp
NIP
Keterangan:
1) Foto copy SSBP lembar 4 terlampir
2) berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasidengan KPPN
Rp
MENTEN ICEUANEIAN
REPLIBI.11( INDONESIA
-2PETUNJUK PENGISIAN
DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
NO
URAIAN ISIAN
(1)
Diisi uraian nama dan kode kantor atau Satuan Kerja pada DIPA
(2)
(3)
(4)
(5)
Diisi target PNBP Satuan Kerja yang bersanglcutan sebagaimana tertuang pada
halaman III DIPA
Diisi pagu dana PNBP dalam DIPA
(6)
(7)
b.
Dfisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi pagu
Pengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).
c.
Diisi realisasi pencairan dana pada tahun anggaran yang lalu yang terdiri dari
SP2D-GUP, SP2D -GUP Nihil, SP2D -PTUP, dan SP2D -LS
d.
Diisi jumlah pengurangan jumlah dana yang dapat digunakan dengan realisasi
tahun anggaran yang lalu.
e.
Diisi jumlah sisa UP dan TUP Tahun Anggaran yang lalu yang belum
dipertanggungjawabkan.
f.
Diisi
dengan
6.d
dikurangi
6.e,
yang
merupakan
UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan ke KPPN.
g.
a.
b.
Diisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi pagu
Pengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).
c.
d.
KILPA
)ENTDRIAN
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
ClIART
NIP 195
t w5
: 7t
nilai
SPM
Lampiran 12/16
IvIENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
(KOP SURAT)
KEMENTERIAN/ LEMBAGA
Nomor
Sifat
Lampiran
Hal
(7)
NIP
Tembusan :
(8)
(5)
MENTEIll KEUANGAN
RSPUBLIK INDONESIA .
- 2PETUNJUK PENGISIAN
PERMOHONAN NOMOR REGISTER HIBAH
Nomor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Uraian
Diisi nama proyek/kegiatan hibah sesuai Perjanjian Hibah atau
dokumen yang dipersamakan
Diisi nama Negara/Lembaga Pemberi Hibah
Diisi nama dan alamat Instansi beserta nomor telepon/fax Pemohon
nomor register hibah
Diisi lokasi Pemohon nomor register hibah
Diisi tanggal surat permohonan nomor register hibah
Diisi jabatan penandatangan surat permohonan nomor register
hibah, dapat diisi Sekretaris Jenderal Kementerian/Lembaga: atau
Kepala Satuan Kerja penerima hibah
Diisi nama dan NIP Pejabat penandatangan surat permohonan
nomor register hibah
Diisi pihak-pihak yang mendapat tembusan surat permohonan
nomor register hibah, termasuk kepada Unit pada
Kementerian/Lembaga yang memiliki tubas dan fungsi menyusun
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga.
MI3NTERT KEUAnGAN,
ttd,
AGUS D.W. MARTOWARDOJC
Lampiran 13/17
PERATURAN METER. KEUANGAN
191 /PMK05/2011 TENTANG
MEICANISME
PENGELOLAAN
PENERIMAAN HIBAH
NOMOR
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Penarikan
I
II
III
IV
V
Dan
seterusnya
c. Diterushibahkan
No
Kepada
1,
2,
14. Sektor Pembiayaan
Tgl/B1n/Thn
Nilai
Nilai
,r"--
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Alokasi
II
Tanggal
Bulan
Tahun
Tanggal
Tanggal
Bulan
Bulan
Tahun
Tahun
Tanggal
Bulan
Tahun
IV
III
' 0 Ada
0 Tidak ada
Nama
NIP/NRP
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Penjelasan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
tahun.
c. Diisi nama Lembaga/Pemda/BUMN penerima penerusan hibah
Diisi dengan sektor yang dibiayai dalam hibah/ grant, misal
infrastructure, education, health dsb.
Dalam had proyek diberbagai lokasi, disebutkan lokasi dan alokasi
dana per propinsi dan kab/kota
Diisi dengan tanggal efektif hibah/grant tersebut
Jelas
Jelas
Diisi dengan tanggal penetapan penutupan rekening/ account sesuai
dengan ketentuan pemberi hibah.
MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
-420
21
22
23
24
GIART
NIP. 1959
MENTBRI KEUAISTGAN,
ttd,
AGM D.W. MARTOWARDOJO
Lampiran 14
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDArtARAAN
NOIAOR PER-81 /P8/2011 TENTANG TATA CARA
PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN
PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK
BARANG/JASA/SUBAT BERHARGA
4)
Rp
Rp
(5)
(6)
Belanja terkaitHlbah
Snick) akhir
Hp
Rp
(7)
(8)
Cesar Pengesahan :
(11)
(10)
Tahun Anggaran :
(9)
Satker
Kewenangan
Nama Satker
xxxxxx
xx
xxxxxiooca..(12)
Akun
)COCX)0(
.. (17)
Jumlah BeIanja
. xx 1 xx (15)
: xxxxxxx (16)
PENDAPATAN
BA/Unit Eselon I
Jumlah Uang
/Lokasi/AkuntSatker
(20)
(21)
xxx.xx.xx.m.x cootx.xrccoc
Jurniali Pendapatan
(19)
Kepada
Yaltu
(22)
(23)
(24)
a.n.Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Penandatangan SPM
....(25)
Mill11 ill
NIP/NRP
100113112301063..7
...............(26)
(27)
-I-
1.
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG (SP2HL)
NOMOR
URAIAN ISIAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Das' jumlah saldo awal dengan sebsih antara pendapatan hibah dengan belanja
terkait hibah
(9)
(10)
(11)
Dist dasar diterbltkannya SP2HL, misalnya: Nomor UU APBN, nomor dan tanggal
DIPA, atsu dokumen penerimaan dan pengeluaran Iainnya
(12)
Diisi kode Satker (6 digit), Rode kewenangan (2 digit), sada nama Satker penerima
hibah
(13)
(14)
(15)
Dial sumber dana dan =Ira penarikan dengan ketentuan sebagal berikut:
1. Kode (10) Hibah Langsung Dalam Negeri (HLO): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari dalam negeri dan kode cam penarikan (-).
2. Kode (11) Hibah Langsung Luar Negeri (HLL): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari luar negeri dan kode cam penarikan (-).
(16)
(17)
Diisi akun belanja sesuai akun-akun belanja yang telah ada pada revisi DIPA
(18)
(19)
(20)
1. Dial kode Bagian Anggaran dan Eselon I: 999.02; kode lokasi. 01.51; Rode
akun pendapatan: Kode Akun yang Khusus digunakan dalam SP2HL; dan Rode
Satker: 960186
2. Kode Akun yang khusus digunakan dalam Surat Perintah Pengesahan Hibah
Langsung (SP2HL), sebagai berikut:
Kode Akun
431131
Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Uang
Perorangan
-2-
431132
431133
431139
431231
431232
431233
431239
(21)
(22)
(23)
(24)
Diisi nama kota dan tanggal diterbitkan SP2HL (sama seperti pada pain 2)
(25)
(28)
(27)
DIREKTUR JENDERAL,
AGUS SUPRLIANTO
NIP.19530814 197507 1 001 %V
-3-
Lampiran 15
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENbAHARAANNOMOR PER- a1 /P812011 TENTANG TATA CARA
PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK LANG DAN
PENGATATAN HIBAH
LANGSUNG BENTUK
BARANGOJASA/SURAT BERHARGA
(1)
.,.. . (4)
Satke r
Kewenangan
Nana Sake(
xxxxxx xx
xxxxxxxxxxx (10)
Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon I, Program
xx.xx.xxx.xx.xx (11)
Keglatan, Output, Lokasi, Jenls Belanja
xxxxxx xx
xx.xx
xx
(12)
(9)
Kenada
Jurniah Uang
(15) xxx.xx.xx.xx.xxxxxx.xxxxxx
(16)
Jumlati Pengembalian
(17)
Bendahara Umum
Yaitu
(18)
(19)
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Penandatangan SPM
...(20)
1 11 I
Milli I
10016912301063-7
NIP/NRP
(21)
(22)
-6-
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Dilsi dasar diterbitkannya SP4HL, misalnya: Nomor UU APBN, nomor dan tanggat
DIPA, atau dokumen penerimaan dan pengeluaran lainnya
(10)
Dilsi kode Satker (6 digit), kode kewenangan (2 digit), serta nama Satker penerima
hibah
(11)
(12)
(13)
Das' sumber dana dan can penarikan dengan ketentuan sebagal berikut:
1. Kode (10) Hibah Langsung Dalam Negeri (HLD): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dari dalam negeri dan kode cara penarikan (-).
2. Kode (11) Hbah Langsung Luar Negeri (HL1): untuk hibah langsung bentuk
uang yang berasal dad luar negeri dan kode cara penarikan (-).
Diisi nomor register
(14)
(15)
Mal kode Baglan Anggaran, Unit Eselon 1, kode Lokasi, Akun dan Rode Satker,
dengan ketentuan:
1. Untuk
pengembalian
tahun
anggaran
berjalan
diisi:
999.02.01.51.431ica.960186
Kode Akun menggunakan Rode akun yang sama dengan koda akun yang
digunakan pada sant merierima hibah langsung.
2. Untuk pengembalian tahun anggaran lalu: kode BA, Eselon I, Rode Lokasi,
dan Rode Satker merujuk pada kode Satker penerbit SP4HL dengan akun
311911
-.
(16)
(17)
(18)
(19)
Oils' nama kota dan tanggal diterbitkan SP4HL {sama Gaped' pada poin 2)
(20)
-7-
1NOMOR
URAIAN ISIAN
(21)
(22)
DIREKTUR JENDERAL,
rid
AGUS SUPRIJANTO
NIP.19530814 197507 1 001
-8-
Lampiran
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
/PMK.05/2011 TENTANG
MEKANISME
PENCELOLAAN
PENERIMAAN HIBAH
NOMOR191
ter
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
Telah disahkan/dibukukan
Tanggl
(17)
: (4)
: (5)
(6)
: (7)
: (8)
(9)
(10) equivalen Rp (11)
Barang Jasa 0 Surat Berharga (12)
(13)
(14), (15)
PA/ KPA
TTD
TTD
NAMA(18)
NIP(19)
(16)
'
IvIENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERINTAH PENGESAHAN PENDAPATAN HIBAH LANGSUNG
BENTUK BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
No.
1
Keterangan
Diisikan Kop Surat Kementerian/Lembaga yang mengajukan
pengesahan.
10
Diisikan nilai realisasi hibah dalam valas (bila ada) sesuai Berita Acara
Serah Terima.
11
Diisikan nilai realisasi hibah dalam rupiah sesuai Berita Acara Serah
Terima.
12
Diberi tanda silang pada salah satu kotak sesuai bentuk hibah yang
diterima.
13
Diisikan kode akun pendapatan hibah yang diterima (dapat dilihat pada
Modul/Bagan Akun Standar).
14
15
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA ,
17
18
19
GIART
NIP. 1959
,B4112 ite I
mRIAT Jek
MENTERI ICWJANGAN,
t td
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
Lampiranis
PERATURAN. D1REKTUR JENDERAttaparmr
NOWA PER- sitPerzDti TENTANG TATA CARA
PENr#SAHAN NOAH L.ANGSONG BENTIAK IJANCI DAM
PENCATATAN HMS LANGSIAg3 REMIUK
BARANG/JASA/$IJRAT' BERHARGA
. 4)
agar melakukan pencatatan atas penerimaan hibah langsung bentuk barannasaisurat berharga :
Tahun Anggewan . ... ....... (5)
DaaarPannalatart :
..(e)
Satker
Kewenangan
Nama Satker
nyyxx
'a
=coax:0am(7)
Juntab Liana
2)
la
xxixx (10)
: xxxxooc (11)
PENDAPATAN
BA/Unit Eselon 1
Jumlah Uang
/LokasUAkun/Satker
(15)
xxx.teat.u.xxxxxxxconoc
' ''''''''''' '''''''.(16)
..........414)
Jumlah Pendapa n
(17)
(18)
(19)
-
....(20)
. I
I
I
'
$
NIP/NRP...
a
'
..A22)
- 11
(21)
PETUNJUK PENGISIAN
MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK BARANG/JASA/
SURAT BERHARGA (MPHL-BJS)
NOM }R
URAIAN ISIAN
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Diisi kode Satker (6 digit), kode kewenangan (2 digit). serta nama Satker penerima
hibah
(8)
(9)
Diisi Kode Kegiatan, Output, Lokasi, Janis Belanja. Untuk Kegiatan dan Output dila'
kode keglatan dan output yang ada pada Satuan Kerja berkenaan yang paling
sesuai dengan maksud dan tujuan penerimaan hibah barang/jasa/surat berharga.
(10)
Diisi sumber dana dan can penarikan dengan ketentuan sebagai berikut
1. Kode (12) Hibah Langsung Barang Dalam Negeri (HLBD): untuk hibah langsung
bentuk barang yang berasal dart dalam negeri dan kode cara penarikan (-).
2. Kode (13) Hibah Langsung Barang Luar Negeri (HLBL): untuk hibah langsung
bentuk barang yang berasal dan War negeri dan kode cara penarikan (-).
3. Kode (14) Hibah Langsung Jasa Dalam Negeri (HLJD): untuk hibah langsung
bentuk jasa yang berasal dad dalam negeri dan kode cara penarikan (-).
4. Kode (15) Hibah Langsung Jasa Luar Negeri (HLJL): untuk hibah langsung
bentuk jasa yang berasal dad luar negeri dan kode can penarikan (-).
5. Kode (16) Hibah Langsung Surat Berharga Dalam Negeri (HLSD): untuk hibah
langsung bentuk swat berharga yang berasal dad dalam negeri dan kode cara
penarikan (-).
6. Kode (17) Hibah Langsung Surat Berharga Luar Negeri (HLSL): untuk hibah
langsung bentuk surat berharga yang berasal dari luar negeri dan kode can
penarikan (-).
(1'1)
(12)
Uraian
Belanja Baranq untuk Pencatatan Persediaan dart Hibah
Belanja Modal Tanah untuk Pencatatan Tanah dad Hibah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin untuk Pencatatan Peralatan
dan Mesin dad Hibah
Belanja Modal Gedung dan Bangunan untuk Pencatatan
Gedung dan Bangunan dart Hibah
-12-
534211
536211
Uraian
Belanja Jasa untuk Pencatatan Jasa dart Hibah
(13)
Uraian
Penyertaan Modal Negara untuk Pencatatan Surat Berharga
dad Hibah
Dual jumlah rupiah masing-masing akun belanja
(14)
(15)
Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Barang
Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung Bentuk Baiting
Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Jasa
Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung Bentuk Jasa
(16)
Uraian
Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung Bentuk Surat
Berharga
431223
Pendapatan Hibah Luar Negeri-,- Langsung Bentuk Surat
Berharga
Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pendapatan hibah
(17)
(18)
(19)
(20)
- 13 -
NOMOR
URAIAN ISIAN
(21)
(22)
DIREKTUR JENDERAL.
$AGtJS SUPRIJANTO
,NIR19530814 197507 1 001
-14-
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
DIFtEKTORAT JENDERAL PERBENDANARAAN
KPPN
(1)
(2)
Tanggal :
(3)
Lembar
Untuk
KANTOR PENERIMA SETORAN
(BANK PERSEPSI)
KANTOR POS DAN GIRO
A.
4
(4)
B. 1. Kementerian/Lembaga
(8 )
(9 )
3. Satuan Kerja
(10)
4. Fungsi/Subfungsi/Program :
(11)
5. Kegiatan/Subkegiatan
(12)
6. Lokasi
(13)
C.
D.
Jumlah Setoran
(14)
: Rp.
(15)
Dengan Huruf
(16)
E.
: Nomor
(17) Tanggal :
(18)
: KPPN
PERHATIAN
(19)
Keperluan : (20)
(21) tanggal
(22)
Diterima Oleh :
BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO
Tanggal
(25)
Cap
NIP.
(26)
(27)
i
1
'''',
1-o
C
N 'Ides a2 ita r,
N
a 'a a. w
N
rn
C
o.
0
NJ
0)
...
Kebutuhan Dana
so
cs)
tri in
Y
re
I-or
a
co
elC
C
II
IC'
N
t
:11
V
N
Non Kontraktual
Ill
1.1.
a 7,
t z a'
SC
O.
E.4 a2 0 )-0,
0
1
Y
4.
1 .128
0
2
.-
C
m
I
Marge
Volume
PerhKungen . .
I Jumlah
Maya
a- ,
yU
cc
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG
BELANJA MODAL
NTOR VVILAYAN
RS
1-4
E
3
0
o.
0
fa.
ztc
O o 5 r?
i
Ln kr,
0 0 o
35
VI
0 0
........ ,
-5,
..................... ,
5
P.
n
a
a.
BELANJA MODAL
<
'."
N
..................... ,
0
..
< 0
8
5
z z ea
z ea
<
z eu,
g
s
.............. ,
.......... ,
0
aC
t.;
PAGU
BEIAM/ABARANG
<
<z
......... ,
<
.
zic
:IC
"
D
LI
............
a.
-.... z
z
1.
.15
<
8 re
2 1
:?;
0 2
0
0
N rg rg rg
a q q
o oo oo
w .6 ,6 ,6 '6
rt II
L
icoL?, 2
g 2 ,'01,
f' :7-.. 2
c,, cr, 0. cn
rg cLt cg rLI P
(V rg ni
.6 ui d ..6 ,6 .6 .6 <
2 9 0. Q 9 0. 2
,o .6 .O .6 ,45 ,6 ,r; ,
in
u, Ln
in
'n in in in Ln LIL Ln in Ln Ln ta Ln ,r, Ln Ln
0 LPL
0 0
0 Q
0 0 0 ,-, 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C
W
rgi
0
Z
''2
2 P.
R g r`c= P: g). g 2 53 2 2 2 2 ct rc; 2 2 2 Eic
p
or PPPPPPcrIP caL oL cr, a. 0, 0, a, cr, cr, rr,
NNpINNNelniNNNNNNNNNNeuNN
oi ft; rn rn rn n: vo vi 6 vi Qi ui ,c; .zi .6 ui ,6
gqq 0.c? 0. q 0. 0. O D. D. 0. 0. 0. 0. 0. 0. O. 0.
o gooooo o ogo.o,o,o to.
o
0
ci Cr gi ,
, c;, .6 .6 .6 .6 O ,c) r.0 rn 13 rth mi ui g) qi .6 ,.6 Ii
in u'i in ;4 un in in in in in
Ln 'A LA
0 o 0
.71
It,
ZS
2,
i
EALISASI I
SISA
8,D
0
g
rol
&
`ci.;
ro.;
<7,
0 0 ON
0 0 0 0 0 0, 0
V1 26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
kg O
:C0
01 C0
T "
N
ni 70 01 'N
0 0 0 0 0 0. 0 0 0, 0 0 0 0 0
0 0 0 0 8 0,
000000 0 P,
0 0 0 0 0 0 0 0 o.
TZ
41
,
01
0 01 ,
01 0) 01 0 0% 01 0 0 0 0,
NN
701 "
el
" "
6 5 5 3 3 30
q00.0.0.20.0.0.0.0.o0
.1" .c)
v>
lb .0 No vz
P
6
N.6
.6
.6
88888888888s8s888888
16
.6 .16 q() <
2 8888880 88888
-5-
-6:
JUMLAH
e...-
-a
6
a
am
n.
BELAN1AMODAL
5,
71
3,
ra
6
et
E
6
tt
110Yd
BEIANJA BARANG
D
o
p.
zi
6
,5
z, 6
z et
5
2
z
0
z
I il
l
<
O.
T 1
T
v'
a a.
at
R q O.
O.
1.
'8
ON
're g 2 .1-6 cra re3 to 2 2 ctoNO 2; 8 a.- h'p apl '6 '6,a,-' 2,co Opa,- `O'a,
2al S
IQ rc: g 2 NO
N Ch 0.. 0. 0. 0. 0. 0. o o o o o 0. o ch 0, 0, cn a a a
O.
O.
0
0 0) Q
0 2 q 0 . 0 q 0. 2 0. 9 0 0 0 o so, 0, go. o0 o0 o 0 o,
vv. 5
w ,6
'L D q
q V) '0 0 '0 o 0 d cc w w o .3 o .6 6 kd ,d 6 ,5 qi .6 .6 .a
un v., in tr. al ,r, un '6
tarn an an un
in tn In WI tn in in In in vo v., ,e, vo oo in La to v) La Ln La
0 0 0 0 0 0
82
e
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0
41.23:n_
-%
1,t
a14.
re
JUMLAH
o.
Lampiran 23
REKAP LAPORAN KEADAAN KAS UANG PENERIMAAN (LKKUP)
PRO VINSI
TAHuN ANGGARAN
5.0
dalam ruiah
1r' (".1 '.17i9lv.IN.YPUIRIrrrVli;lz[S!rrA IIsk19.:= 1M:Augq,3grAii9?: 1
_
KamelIBPNProvInsl...
Penenmaan
Fungsional
1901
1902
1903
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423210
423511
Jungahl
Penerimaan 423129
Urnum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Jundah II
2
rilliopiltNIW.'
MM14:12n.r
1901
1802
1803
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Jurnlahl
Penedmaan 423129
Urnum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Jungahll
Jungahl 41
KenlorPerranahanKab./Koth
Penal-imam
FungsMnal
1903
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Juml hl
Penenrnaan 423129
Urnum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Jung h 8
somorkenris
qn ora^ o
1-ky an
.
-
.
-
20,
n
--.:7,-.-7.-,y
1901
1902
957141c)
gia"
.141
zin .
Jundahl+11
KantorPertanananKabJKoW
Penenmaan
FungsMnal
Jungahl+1
,
worisetsr-77"*-Thisiseestas
1,
4 dst
3
-)
PermImaan
Fungaiona1
1901
1902
1903
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Juml hl
Penedmaan 423129
423141
Umum
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
Juml h II
Jumlahl+11
Jumlah PennImaan
Penerlmaan
Fungslonal
1901
1902
1003
1904
1905
1906
1907
1908
1909
423219
423511
Juml hl
Penedmaan 423129
Umum
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423012
423913
423914
423915
423916
423918
423922
Jumlah II
Jurnlah 1+ I
(514)
.
-
hal .2
7
(6/4)
.
.
-
.
.
.
-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-
.
.
.
-
20
KEPALA KANTOR WILAYAH
BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI
NIP
Keterangan :
I
1
2
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Penerimaan Fungslonal
423219
423511
Penerimaan Umum
423129
423141
423142
423149
423221
423291
423911
423912
423913
423914
423915
423916
13
423919
14
423922
Pendapatan Pelunasan Gantl Rugi atas Kerugian yang diderita oleh Negara (Masuk TGR)
<0
Oz
<
1.1.1 co
aza
O0 0
CC4(
< a.
Z
Zz
Z O. <
< CD =
<
>i it CC
<
CI. cc cc
Z00
on
<
co
rw'
6
G.
Na
'
1;
VN
V
N
' ni;') 71
*
VNNN
V. V v
V .-
"I N el a
c,
FT's
PENDAPATANJASA I
,
,
PENDAPATANJASA
PENDAPATANSEWA
Pendapatan Sewa RumahDinas/Rumah Heger'
Sewa Gedung, Bangunan dan Gudang
Pendapatan Sawa Benda-benda Tak Bengerak Lainnya
rew
piC]
r--
N
CO
N
V
to
N
-rri
N
CO
N
V
N N
en
t.,4
N (I
V N
a
N
o
e3 N
cd en
v N
..
Ce
n
aN
PENDAPATANPENDIDIKAN
Pendapatan Uang Pendidikan
Pelayanan Pendidikan
na^
PENDAPATAN PENDIDIKAN
PENDAPATANJASA LAINNYA
Pendapatan Jasa-Jasa Lainnya
a,,
PENDAPATANJASAII
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
PENDAPATANPENJUALANASSET
Pendapatan Penjualan assetLainnya yang bedebitirusak/Mhapuskan
2
T2
PENGELUARAN
PENERIMAAN
BULANLALU
1,-
N
Q
PENGELUARAN
-J
D<
T-----1
3(.11.
-AN INI
PENERIMAAN
0
N
w wE
az
0 eL
zzz
<
N
2V
k
Z
=035 Bw0 zw
Q 0.
0
N
to
a ..0
T.5
RI
tn ,..
e) V)
N+
a
3
<
9
..w
r,
N
D
_
_
_
8
>.
1
i
.
r) 0,Of CI 0 0> CA CP
.., .. 0, ......
Cril
'ir
ai
E.-,
r3 CO
0Nr,...nv 2 t2
rip
,
o
Petunjuk Pengisian
1)
2)
3)
5)
6)
a
Z
cu
Zz
g
W
I%
0.=
<
<
cd
Z
g
Oz
a.
0.
0.
2
ar.
ars
_le
aa
a
.0to
9N
N
PI
LIJ
0
0
bg
vl
jj
CD
t
)...AF
.
.
-a-,
.
wA
w
0..
a
Ao.
i
a_0
Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi alas Kerugian yang diderita etchNegara (Masuk TGR)
et.
WaTERHADAP I
TARGET
I
vl
Ct
REALISASI
TRIWULANIV
e
N
I.
REALISASI
REALLSASI
TRIWULANII TRIWULAN
ra
TARGET PNBP
fafa
5g
= -.1
0C
n
LP,
C
ic
a
i
.1.4
al
02
V)
- 1-4
41 Z
4(<
SO I
n D 10
.r-
Vi
CA 0; OeNI.-- N. v- . N en v 41 OD CO CV
NVVV.
N
N 7, 'cii '07) or c7, .1cnen
'5 en
'o) en
crii
en. en cn re en
ce, en
ce) el en en en en
NNINNNNNNNNNNNNOJN
V V V V V V V V V V V V V V V V*
. N r) v w r-. co a>
,_ r.
'''T. ",_",_v 'a
' ,_
T. ,_
-Jro
QZ
1:
1
.00C
O 0
zz
za
< 03
=r
Q
z >gc.
hc,
zo
,
oz
;g4
1. Ka ntor WIlayahBPNPropInsi
4C1.
sc
OrN0,0,.......,,NM,SNUDON
..rerV*VVY4ettfl-4.7qct
- REALISASI
REAUSASI
NVYNI- - NO
N
,,,,mm
0,
F,Frirliv,W,P,P,
minmenmmm
NNNNNNNNNNNNNNNN
0)
01 0) 0,
N 07 ,t It) 0 cn c.4
NOV,,-NM .......N
.04 04 N LO 0) 0) 0) 0) 0) 01 0) cn
MMMMVIMMMCIMMMMCOMM
NNNNNNNNNNNNNNNN
Y VVVV V VOVV ,
ItVtIVV
.-NCIVCONWO'-C"W"".-
rNMVCON.COM r-Nr""""-
JUMLAH
REALISASI
TRIWULANI
TRIWULANII TRIWULAN III
TARGET PNBP
JUMLAH
an
PusatTa hun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kembaliBelanja Pegawai
Penerimaan kembaliBelanja Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu
ja Lainnya RupiahMumi
Tahun Anggaran yang Lalu
Lainnya Pinjaman Luar WagedTahun Anggaran Yang Lalu
jPenerimaan Kembali
Belanja Lainnya HibahTahun Anggaran Yang Lahr
JENISPNBP (PERMAP)
REAUSASI
TRIWULANIV
%TERHADAP
TARGET
=Q
2=
CC
I
I
I
I 1
I
III
csi
1-
.-
co
>
C
I 2
I J
1 1
C
ct
I CO
li
1c
It
2
j i
.n
...
II+ el 14-1C0 CM r
O
,2 .7..1 ;at,...
JUMLAH
JUMLAH I sld
Uann Pendidikan
iPendanatan
.
Pusat Tahun Anggaran yang Lalu
Penerimaan kembaliBelanja Pegawai
Belanja Pensiun Tahun Anggaran yang Lalu
IPenerimaan kembali
Galan]a Lainnya RupiahMumiTahun Anggaran yang Lalu
Penedmaan Kembali
Penedmaan KembaliBelanja Lainnya Pinjaman Luar Negeri Tahun Anggaran Yang Lalu
Belanj a Lainnya Hibah Tahun Anggaran Yang Lalu
Penedmaan Kembali
Penedmaan KembaliBelanj a Swadana Tahun Anggaran Yang Lalu
Penerimaan Kembali Belanj a Lainnya Tahun Anggaran Yang Lalu
Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Keruglan yang diderita oleh Negara (MasukTGR)
)N
el
0
1-
co
I ;
1
4*
...o
Lampiran 25
REKAPITULASI LAPORAN REAUSASI PERKIRAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PMAK
TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI
KODE
1
423129
423141
423142
423149
423219
423221
423291
423511
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
TARGET PNBP
PERKIRAAN
S/D TRIWULAN IV
4
3 UMLAH
TARGET PNBP
PERKIRAAN
S/D TRiwULAN Iv
4
423129
423141
423142
423149
423219
423221
423291
423511
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
JUMLAH
3. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
423129
423141
423142
423149
423219
423221
423291
423511
423911
423912
423913
423914
423915
423916
423919
423922
JUMLAH
JUMLAH 'I aid 3
NIP.
LAAviran ae
SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI) SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI)
BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI
I. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
No.
Uraian
1.
Surat Keputusan Unit Akuntansi
Instansi (SAI) SAK
2.
Surat Keputusan Unit Akuntansi
Instansi (SAI) SIMAK BMN
3.
Struktur Organisasi Unit Akuntansi
Instansi (SAK)
sesuai
Perdirjen
Perbendaharaan
No.
PER65/PB/2010
4.
Struktur Organisasi Unit Akuntansi
Instansi :(SIMAK BMN) sesuai PMK
No. 171/PMK.05/2007
5.
Job Diskription Unit Akuntansi Instansi
6.
Bagan Alur (flow chart) mekanisme
Pelaporan Keuangan
7.
Koordinasi dengan KPPN dan KPKNL
8.
Pengelolaan Blanko Akta PPAT dan
Blanko Sertipikat di Bagian/Sub
Bagian Tata Usaha
9.
Telah melaksanakan Aplikasi SAK,
SIMAK-BMN dan Persediaan
10. Pelaksana Unit Akuntansi Instansi
sudah mendapat pendidikan dan
pelatihan
II.
Ya
Tidak
Keterangan
Ya
Tidak
Keterangan
PENILAIAN RISIKO
No.
Uraian
A. Organisasi
1.
Pemisahan fungsi UAKPA dan
UAPPA-W
B. SAK
1. Entry data Belanja sudah sesuai
akun
2. Entry data pendapatan sudah sesuai
akun
3. RekOnsiliasi yang tidak sama antara
data SAU dengan SAI segera
diperbaiki
4. Realisasi Belanja sama dengan fisik
SP2D dan BAR
5. Realisasi pendapatan sama dengan
SSBP dan BAR
6. Kas di Bendahara Pengeluaran sama
dengan Uang Persediaan yang
belum
dipertanggungjawabkan/
disetor ke Kas Negara
7. Kas di Bendahara Penerima sama
dengan penerimaan negara yang
belum disetor
8.
Tidak
Keterangan
Tidak
Keterangan
Tidak
Keterangan
V. PEMANTAUAN
Ya
Uraian
No.
penyampaian
Laporan
1. Monitoring
Keuangan dan Laporan Barang Milik
Negara secara tepat waktu
2. Monitoring
kelengkapan
Laporan
Keuangan dan Laporan Barang Milik
Negara
(ADK,BAR,CaLK, Laporan
Kuasa Pengguna,Catatan Ringkas
Barang)
3. Evaluasi terhadap pengendalian intern
dilakukan
secara
berkala
dan
kelemahan yang ditemukan segera
dicarikan solusinya.
Seluruh temuan audit dan reviu lainnya
4.
dan
dilaksanakan
ditindaklanjuti
tindakan perbaikannya.
CO
-o
Nama Bank
Atas Nama
Nomor Persetujuan
Penggunaan Reken ing dariKPPN
LA PORANDAFTA RREKEN1NG
KANTORPERTANAHAN BADANPERTANA HANNAS1ONAL
S
C
azi
4,2
00
'E.
C
C
Ct
1.a)
S
v)
tri
a
Z
Ct
C
Ct
_t
Ct
to
cn
co
cal
4)
-o
ci
Cd
cO
ci
=
Ci
ci
Cd
.5.> 03
O. CO
2 -5
Nama Bank
I
Atas Nama
Nomor Persetujuan
Penggunaan Rekening dari KPPN
CO
Nomor Rekening
N
C
N_
Ct
5.
(.7)
cd
(.)
1:4
C.>
tr)
-Y
03
ll)
I-
Nama Bank
Atas Nama
Nomor Persetujuan
Penggunaan Rekening dari KPPN
N
=
Nomor Rekening
6. 5
Mt
(I)
iri
cd
v)
...-
T.:1
2
L
a)
.-Y
Co
Cd
(N
Bobot Tertimbang
allimMEM
cc
0
a
,.":
... a
co
E
cod
`c
a.
a.
^.-.- .0
a -0...
m
c
1
a
cG
c
_
t5
a
0'
2
i
i
a.
Za. r.
E
0
.-4 0
t''
m
a.
I-..
,
it
N
ae
TA
C.,
.1.
0
5
It]
0-
'En
2
-5.
m ac.
"
2-z SI
m
e
'agte
g
L
i) cc,
7
Le) o.
es es cam
m
E
5
0
22
en
it.)
it
gggg gM i kLt i
ZZZZ Ziga g
zS,
00
- ouvora^"3 Wrg=t
1ng
,-. sc3
1 (4 t
t4b4
.... 2
< 0000 .
1011...?
oe
gg,Eg2e. ,
zzzzzzga:IY.z
E
E
00
0
C
c
7
L'L
r.