Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP HEDONIS

DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA


DENGAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PONSEL
PADA REMAJA

Nurul Ajeng Sholihah


Istiana Kuswardani
Universitas Setia Budi

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya
hidup hedonis dan konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif
terhadap ponsel pada remaja. Gaya hidup hedonis dan konformitas teman
sebaya sebagai variabel hidup hedonis dan konformitas teman sebaya
sebagai variabel bebas (prediktor) sedangkan perilaku konsumtif terhadap
ponsel sebagai variabel tergantung (karakteristik). Hipotesis yang diajukan
adalah hubungan positif antara gaya hidup hedonis dan konformitas teman
sebaya dengan perilaku konsumtif terhadap ponsel.
Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 2 Surakarta kelas 2
yang berusia 15-18 tahun dan memiliki ponsel. Penelitian ini mengambil
subjek 55 siswa. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan adalah
skala gaya hidup hedonis, skala konformitas teman sebaya dan skala
perilaku konsumtif terhadap ponsel. Data penelitian dianalisis
menggunakan teknik korelasi analisis regresi dua prediktor dan dengan
bantuan program SPSS 15.0 For Windows Release.
Hasil penelitian menunjukkan korelasi sebesar 0,514 dengan p <
0,01. Hal ini berarti ada korelasi positif yang sangat signifikan antara gaya
hidup hedonis dan konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif
terhadap ponsel pada remaja. Hal ini berarti semakin tinggi gaya hidup
hedonis dan konformitas teman sebaya, maka perilaku konsumtifnya
semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah gaya hidup hedonis dan
konformitas teman sebaya, maka perilaku konsumtifnya semakin rendah
pula.
Koefisien determinasi dari korelasi tersebut adalah sebesar R2 =
0,264, artinya gaya hidup hedonis dan konformitas teman sebaya memberi
sumbangan efektif terhadap perilaku konsumtif terhadap ponsel pada
remaja sebesar 26,4 % sedangkan 73,6 % sisanya ditentukan oleh faktor
lain.

Kata kunci: Gaya hidup hedonis,


Konformitas teman sebaya, Perilaku konsumtif

Pendahuluan
Saat ini komunikasi sudah
menjadi kebutuhan pokok bagi manusia.
Hal ini menyebabkan perkembangan alat
komunikasi maju dengan sangat pesat.
Dahulu orang dalam berkomunikasi
dengan teman atau saudara jauh hanya
bisa menggunakan telepon rumah
ataupun surat-menyurat, tetapi dalam
perkembangannya
muncul
telepon
seluler (ponsel) atau telepon yang dapat
dibawa
kemana-mana
tanpa
menggunakan
kabel
dalam
pemakaiannya.
Telepon seluler (ponsel) atau
orang sering menyebutnya sebagai
telepon genggam atau hand phone mulai
banyak dikenal orang pada awal tahun
1990 (Fidler, 2001). Pada awalnya
ponsel masih menjadi barang mewah
yang tidak semua orang memiliki
bahkan mengenalnya. Hal tersebut
disebabkan karena belum populernya
ponsel serta harga ponsel yang mahal.
Berbeda dengan sekarang ponsel
sudah seperti kebutuhan wajib bagi
setiap orang baik kalangan atas maupun
kalangan bawah, dari orang tua sampai
anak-anak. Bahkan anak-anak pra
sekolah pun sudah tahu tentang ponsel.
Hal ini tidak lepas dari peran media yang
memberikan informasi yang cukup deras
tentang ponsel, saat ini bisa kita lihat
pada setiap acara televisi berapa banyak
iklan tentang ponsel ataupun segala
sesuatu yang berhubungan dengan
ponsel.
Gencarnya informasi tentang
ponsel yang disampaikan oleh media
didukung pula oleh produsen ponsel itu

sendiri. Salah satunya dengan membuat


harga ponsel menjadi lebih terjangkau
bagi setiap kalangan, serta fasilitas dari
ponsel yang semakin canggih, seperti
ponsel yang bisa digunakan foto digital,
ataupun foto yang bisa untuk merekam
video dengan durasi satu menit
(Digicom, Oktober 2003). Di samping
itu produksi ponsel secara massal
dengan jenis yang beragam membuat
seseorang sulit untuk tidak membeli
ponsel.
Seiring perkembangan zaman,
ponsel sudah bukan sekedar alat
komunikasi tetapi sudah bergeser
menjadi sebuah gaya hidup. Orang yang
tidak
memiliki
ponsel
dianggap
ketinggalan zaman. Hal ini diperkuat
oleh slogan iklan fren yang menyatakan
hari gini belum punya hand phone, ini
menunjukkan bahwa ponsel adalah
sesuatu yang wajib.
Adapun peralihan fungsi ponsel
selain menjadi sebuah gaya hidup atau
fashion diungkapkan oleh produsen
ponsel Siemens. Siemens mengeluarkan
ponsel yang bukan lagi berbasis pada
komunikasi tetapi pada mode, seperti
yang dikatakan oleh manager pemasaran
Siemens untuk indonesia (Digicom,
Oktober
2003)
bahwa
Siemens
mengeluarkan ponsel produk baru
karena banyaknya permintaan atas
ponsel yang mempunyai fitur fashion.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh
Wijaya (2003) bahwa ponsel sekarang
ini sudah menjadi tren dan salah satu
bagian dari fashion, orang bersaing
untuk memiliki ponsel yang paling
terbaru (up to date).

Terkadang
remaja
tidak
mengetahui manfaat dari pembelian
sebuah barang atau produk. Kebanyakan
dari remaja hanya mengikuti tren yang
sedang digemari. Contoh nyata adalah
dari berbagai peralatan elektronik yang
dimiliki. Tidak sedikit dari remaja yang
terpengaruh untuk membeli produkproduk keluaran baru, padahal yang
lama masih layak untuk digunakan.
Jika ingin melihat lebih spesifik
lagi, ponsel dan pemutar musik
merupakan peralatan yang paling
digemari. Setiap ada promosi produk
baru, remaja pasti akan terpengaruh
untuk memilikinya. Hal tersebut
didukung oleh sebuah lembaga survei
yang dimuat pada harian Jawa Post edisi
Jumat 28 Desember 2007, bahwa
masyarakat
Indonesia
mengganti
ponselnya dalam kurun waktu tujuh
bulan. Waktu yang sangat singkat jika
dibandingkan rata-rata penggantian
ponsel seluruh dunia yaitu dua tahun
(http://nra402.wordpress.com/2007/12/2
8/gaya-hidup/).
Remaja cenderung tidak ingin
dikatakan sebagai anak-anak lagi
walaupun belum dapat dikatakan orang
dewasa, pada masa transisi inilah mereka
menciptakan penampilan yang berbeda
seperti pakaian, gaya rambut dan tingkah
laku. Selain itu remaja yang mengalami
perkembangan, baik dalam kognisi,
afeksi maupun konasinya sehingga
mereka cenderung selalu ini tahu hal-hal
baru dan mencobanya. Untuk itu remaja
sering
dijadikan
sebagai
target
pemasaran produk industri, antara lain
kerena karakteristik mereka yang labil,
spesifik dan mudah dipengaruhi
sehingga
akhirnya
mendorong
munculnya berbadai gejala dalam

perilaku membeli yang tidak wajar


(Zebua dan Nurdjayadi, 2001).
Senada dengan pendapat Zebua
dan Nurdjayadi, Tambunan (2001)
menjelaskan menjelaskan bahwa bagi
produsen, kelompok usia remaja adalah
salah satu pasar yang potensial.
Alasannya antara lain karena pola
konsumsi seseorang terbentuk pada usia
remaja. Disamping itu, remaja biasanya
lebih mudah terbujuk rayuan iklan, suka
ikut-ikutan teman, tidak realitis, dan
cenderung boros dalam menggunakan
uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang
dimafaatkan oleh sebagian produsen
untuk memasuki pasar remaja.
Menurut
Sachati
(dalam
Wahyuni, 2004) menyatakan bahwa sifat
konsumtif adalah kecenderungan hidup
dengan keinginan membeli barangbarang yang kurang atau tidak
diperlukan sehingga sifatnya menjadi
berlebihan. Manusia menjadi lebih
mementingkan faktor keinginan (want),
dan cenderung dikuasai hasrat duniawi
dan
kesenangan
materi
semata.
Konsumtivisme
terjadi
karena
masyarakat memiliki kecenderungan
materialistik, yang hasrat yang besar
memiliki
benda-benda
tanpa
memperhatikan kebutuhan. Masyarakat
sekarang
ini
menciptakan
suatu
pandangan yag menganggap materi
adalah sesuatu yang mendatangkan
kepuasaan.
Kecenderungan
perilaku
konsumtif pada remaja diduga terkait
dengan karakteristik psikologis tertentu
yang dimiliki oleh remaja yaitu konsep
diri mereka sebagai remaja dan tingkat
konformitas terhadap kelompok teman
sebaya (Zebua dan Nurdjayadi, 2001).

Prabowo (2002) menjelaskan


bahwa model faktor-faktor yang
mempengaruhi
pembelian
yang
kaitannya langsung dengan kepribadian
diantara konsep diri dan gaya hidup.
Menurut pendapat Engel, dkk ( dalam
Ninawati, 1999) gaya hidup atau lifestyle
adalah pola hidup, penggunaan dan
waktu yang dimiliki seseorang. Lebih
lanjut Assael (dalam Surya, 1999)
mengatakan
bahwa
gaya
hidup
sebenarnya merupakan sebuah model
kehidupan mengenai aktivitas, yaitu
bagaimana remaja menggunakan waktu,
minat yaitu apa yang menarik drai
lingkungan, serta opini yaitu apa yang
remaja pikirkan mengenai diri sendiri
dan dunianya.
Pada saat sekarang gaya hidup
moderen sengaja ditawarkan oleh pihakpihak
pemasaran
seperti
musik,
makanan, pakaian, melalui iklan-iklan
yang ditawarkan di TV, majalah,
bioskop maupun internet. Gaya hidup
yang dikenal adalah gaya hidup yang
menyajikan kesenangan pribadi atau
disebut juga gaya hidup hedonis
(Susianto dalam Surya, 1999) dan gaya
hidup ini yang menyebabkan adanya
perilaku konsumtif, karakteristik remaja
cenderung impulsive, senang menjadi
pusat perhatian, ikut-ikutan, peka
terhadap
inovasi
baru
menjadi
pendukung gaya hidup hedonis.
Pada umumnya hal ini terkait
pada gambaran ideal yang diharapkan
kelompok mengikuti trend, yang sedang

digemari kelompok teman sebayanya.


Pada masa remaja lingkungan temanteman (peer group) memang peran
penting dalam hidup remaja. Ia ingin
termasuk (belong to) suatu kelompok
teman sebaya baik disekolah maupun
diluar sekolah dan ia bertingkah laku
seperti teman-teman sekelompoknya itu
(Simanjuntak, 1984).
Permasalahan yang akan timbul
bila perilaku konsumtif terhadap ponsel
tidak dicegah, maka remaja akan
melupakan
kewajibanya
seperti
mengerjakan tugas-tugas sekolah. Bila
remaja lebih mementingkan perilaku
konsumtif terhadap ponsel maka
dikhawatirkan remaja akan sering
membolos karena mereka merasa malu
bila ponsel yang dimiliki tidak sebagus
teman-teman mereka. Remaja juga
cenderung berpikir kasar kepada orang
tua seperti memaksa orang tua untuk
membelikan mereka ponsel terbaru,
tanpa memperdulikan apakah orang tua
mereka memiliki uang atau tidak.
Metode Penelitian
Variabel tergantung :
Perilaku konsumtif terhadap ponsel
Variabel bebas
:
1. Gaya hidup hedonis
2. Konformitas teman sebaya
Subjek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas dua SMA Negeri 2
Surakarta, dengan variasi usia antara 1518 tahun dan memiliki ponsel.

Pada penelitian ini, pengumpulan


data dengan menggunakan 3 skala yaitu
skala gaya hidup hedonis yang disusun
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek
gaya hidup hedonis antara lain tujuan
memperoleh
kesenangan
hidup,
kepribadian, minat dan fasilitas.
Skala konformitas teman sebaya
yang juga disusun oleh peneliti
berdasarkan aspek-aspek konformitas
antara lain motif, mode dan inferiority
complex. Skala gaya hidup hedonis
terdiri dari 42 aitem, skala konformitas
teman sebanyak 48 aitem dan skala
perilaku konsumtif terhadap ponsel
terdiri dari 40 aitem. Ketiga alat ukur
yang berupa skala ini akan diujicobakan
lebih dulu untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas.
Metode yang dipakai untuk
mengetahui hubungan antara gaya hidup
dengan hedonis dan konformitas teman
sebaya dengan perilaku konsumtif
terhadap ponsel adalah data dengan cara
analisis regresi dua prediktor.
Hasil analisis aitem dalam skala
gaya hidup hedonis, konformitas teman
sebaya dan perilaku terhadap ponsel ini
dilakukan dengan SPSS 15.0 For
Windows
Release.
Berdasarkan
perhitungan tersebuta pada skala gaya
hidup hedonis didapatkan bahwa dari 42
aitem diujicobakan diperoleh 28 aitem
sahih dan 14 aitem gugur dengan
korelasi aitem total (rbt) berkisar 0,249
sampai dengan 0,640.
Hasil
reliabilitas
dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach
menunjukkan koefisien Alpha Cronbach

sebesar 0,774 sehingga skala tersebut


dapat dikatakan layak untuk mengukur
variabel penelitian. Skala konformitas
teman sebaya, dari 48 aitem yang
diujicobakan diperoleh 34 aitem sahih
dan 14 aitem gugur dengan korelasi
aitem total (rbt) berkisar 0,252 sampai
dengan 0,645.
Hasil
reliabilitas
dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach
menunjukkan koefisen Alpha Cronbach
sebesar 0,860 sehingga skala tersebut
dapat dikatakan layak untuk mengukur
variabel penelitian. Dan pada skala
perilaku konsumtif terhadap ponsel, dari
40 aitem yang diujicobakan diperoleh 34
aitem sahih dan 6 aitem gugur dengan
korelasi aitem total (rbt) berkisar 0,271
sampai dengan 0,681. Hasil reliabilitas
dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach menunjukkan koefisien Alpha
Cronbach sebesar 0,796 sehingga skala
tersebut dapat dikatakan layak untuk
mengukur variabel penelitian.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa koefisien korelasi
(r) sebesar 0,514 dengan
p < 0,001
serta koefisien determinasi (R2) sebesar
0,264. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi gaya hidup hedonis dan
konformitas teman sebaya maka semakin
tinggi perilaku konsumtif terhadap
ponsel dan sebaliknya, semakin rendah
gaya hidup hedonis dan konformitas
teman sebaya maka semakin rendah
perilaku konsumtif terhadap ponsel.

Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mengetahui
dan
mencari
dukungan empiris mengenai hubungan
antara gaya hidup hedonis dan
konformitas teman sebaya dengan
perilaku konsumtif terhadap ponsel pada
remaja.
Hasil analisis data dengan subyek
penelitian siswa SMA Negeri 2
Surakarta menujukan bahwa terdapat
hubungan
positif
yang
sangat
signifikanantara gaya hidup hedonis dan
konformitas teman sebaya dengan
perilaku konsumtif terhadap ponsel. Hal
ini ditunjukan oleh koefisien korelasi
0,514 dengan p < 0,05. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima,
yaitu ada hubungan positif antara gaya
hidup hedonis dan konformitas teman
sebaya dengan perilaku konsumtif
terhadap ponsel.
Semakin tinggi gaya hidup
hedonis dan konformitas teman sebaya,
maka semakin tinggi pula perilaku
konsumtif perilaku konsumtif terhadap
ponsel dan sebaliknya semakin rendah
gaya hidup hedonis dan konformitas
teman sebaya, maka semakin rendah
pula perilaku konsumtifnya dengan
perilaku konsumtif terhadap ponsel.
Perilaku konsumtif terhadap
ponsel yang tinggi dapat menciptakan
situasi pada individu untuk cenderung
melakukan kegiatan pembelian yang
tiada batasnya dan pada taraf yang tidak
rasional. Perilaku konsumtif terhadap
ponsel dapat berkembang berdasarkan
dorongan-dorongan yang berasal dari
dalam diri yang tidak mencapai
kepuasan yang diinginkan, sebab
perilaku konsumtif merupakan motor
pengerak bagi individu yang muncul

baik dari dalam maupun dari luar diri


individu untuk mencapai keinginannya
yang sangat tinggi tanpa memikirkan
kebutuhan pokok.
Kecenderungan
perilaku
konsumtif pada remaja diduga terkait
dengan karakteristik psikologis tertentu
yang dimiliki oleh remaja yaitu konsep
diri mereka sebagai remaja dan tingkat
konformitas terhadap teman sebaya
(Zebua
dan
Nurdjayadi,
2001).
Konformitas teman sebaya adalah suatu
perubahan dan penyesuaian persepsi,
keyakinaan dan perilaku individu
terhadap keyakinan kelompok karena
adanya tuntutan maupum tekanan yang
sifatnya imajinatif atau nyata.
Prabowo (2002) menjelaskan
bahwa model faktor-faktor yang
mempengaruhi
pembelian
yang
kaitannya langsung dengan kepribadian
diantaranya konsep diri dan gaya hidup.
Menurut pendapat Engel, dkk ( dalam
Ninawati, 1999) gaya hidup atau lifestyle
adalah pola hidup, penggunaan dan
waktu yang dimiliki seseorang. Gaya
hidup yang dikenal dengan gaya hidup
yang menyajikan kesenangan pribadi
atau disebut juga gaya hidup hedonis
(Susianto dalam Surya, 1999) dan gaya
hidup inilah yang menyebabkan adanya
perilaku konsumtif. Sehingga dapat
diketahui selain konformitas teman
sebaya yang menyebabkan terjadinya
perilaku konsumtif terhadap ponsel
adalah gaya hidup hedonis.
Tinggi rendahnya gaya hidup
hedonis, konformitas teman sebaya dan
perilaku konsumtif terhadap ponsel yang
dimiliki subjek penelitian ini dapat
diketahui dengan cara membandingkan
mean empirik subjek penelitian dengan
mean hipotetiknya.

Berdasarkan perbandingan antara


mean empirik gaya hidup subjek (me =
42,964)
berada
dibawah
mean
hipotetiknya (mh = 70) sehingga dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan mean
empirik kelompok subjek ini mempunyai
gaya hidup hedonis yang rendah.
Gaya hidup hedonis yang rendah
pada subjek dapat disebabkan karena
pengaruh uang saku yang diberikan oleh
orang tua, sebagian besar subjek
mendapatkan uang saku yang hanya
cukup untuk jajan dan biaya transportasi
ke sekolah. Sehingga dengan uang saku
yang dimiliki, subjek tidak bisa membeli
semua diinginkannya.
Selanjutnya, kategorisasi nilai
skala konformitas teman sebaya yang
diperoleh dengan cara yang sama dengan
menunjukkan bahwa mean empiriknya
(me = 44,546) berada dibawah mean
hipotetiknya (mh = 85) sehingga dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan mean
empirik kelompok subjek ini juga
mempunyai konformitas teman sebaya
yang rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa
subjek penelitian ingin menjadi pribadi
yang mandiri pribadi diri sendiri dan
tidak ingin mengikuti teman-temannya.
Subjek ingin menjadi diri sendiri yang
mandiri dan mulai memiliki pemikiran
yang berbeda dengan teman-temannya
yang lain.
Mereka ingin mempertahankan
pendapat mereka jika menurut mereka
pendapat itu benar dan tidak terpengaruh
oleh bujukan teman.
Subjek penelitian sudah mulai
menemukan identitas diri mereka
sehingga mereka ingin menunjukkan jati
diri mereka dengan menjadi diri mereka
sendiri tanpa meniru dan mengikuti
pengaruh dari teman-teman sebayanya.

Begitu juga dengan nilai skala perilaku


konsumtif terhadap ponsel pada remaja
manujukkan bahwa mean empiriknya
(me = 51,436) berada dibawah mean
hipotetiknya (mh = 85) sehingga dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan mean
empirik kelompok subjek ini mempunyai
perilaku konsumtif terhadap ponsel yang
rendah pula.
Ini disebabkan karena adanya
peraturan sekolah yang melarang siswasiswanya untuk memiliki ponsel
berkamera, sehingga menyebabkan
subjek takut akan mendapat saksi dari
sekolah jika melanggar peraturan
tersebut. Selain karena peraturan sekolah
bisa juga disebabkan karena pengaruh
uang saku yang diberikan oleh orang tua,
dengan uang saku yang hanya cukup
untuk jajan dan biaya transportasi ke
sekolah menyebabkan subjek tidak bisa
membeli semua yang diinginkannya.
Penghasilan orang tua juga dapat
berpengaruh
terhadap
perilaku
konsumtif pada subjek, sebagian besar
orang tua memiliki penghasilan yang
cukup rendah yaitu antara 500.000 ribu
sampai 1.500.000. Dengan penghasilan
tersebut maka orang tua tidak dapat
memenuhi semua permintaan anak
contohnya seperti membeli ponsel
dengan model terbaru. Sehingga hal ini
menyebabkan
perilaku
konsumtif
terhadap ponsel pada remaja menjadi
rendah.
Subjek pada penelitian ini
berusia 15-18 tahun (Mnks dkk, 2002).
Remaja dalam usia tersebut termasuk
dalam usia remaja pertengahan, pada
usia ini remaja sangat membutuhkan
teman-teman dan senang apabila
mempunyai
banyak
teman
yang
menyukainya.

Pada usia ini remaja sedang


mengalami perkembangan, baik dalam
kognisi, afeksi maupun konasinya
sehingga mereka cenderung selalu ingin
tahu hal-hal baru dan mencobanya.
Untuk itu remaja sering dijadikan
sebagai target pemasaran produk
industri, antara lain krena karakteristik
mereka yang labil, spesifik dan mudah
dipengaruhi
sehingga
akhirnya
mendorong munculnya berbagai gejala
dalam perilaku membeli yang tidak
wajar (Zebua dan Nurdjayadi, 2001).
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini
konsisten dengan teori-teori yang diacu
dalam penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan
positif antara gaya hidup hedonis dan
konformitas teman sebaya dengan
perilaku konsumtif terhadap ponsel pada
remaja.
Sumbangan efektif gaya hidup
hedonis dan konformitas teman sebaya
menyebabkan
terjadinya
perilaku
konsumtif terhadap ponsel sebesar 26,4
% masih terdapat 73,6 % faktor lain
yang menyebabkan terjadinya perilaku
konsumtif terhadap ponsel.
Faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan
terjadinya
perilaku
konsumtif terhadap ponsel antara lain
seperti yang dikemukakan oleh (Betty
dan Kahle dalam Sutisna, 2001) yaitu
pengaruh keluarga, pengalaman dan
kepribadian. Selain itu juga terdapat
faktor
lain
yang
mempengaruhi
terjadinya perilaku konsumtif terhadap
ponsel yaitu harga diri dan konsep diri.

Hal ini selaras dengan penelitian


yang dilakukan oleh Irma (2008) yang
meneliti tentang konsep diri dengan
perilaku konsumtif pada remaja di SMU
Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon, yang
menunjukkan hasil bahwa terdapat
hubungan negatif yang sangat signifikan
antara konsep diri sehingga membentuk
perilaku konsumtif.
Hasil penelitian Rostiana dan
Ninawati (2003) mengenai konformitas
dan konsep diri dengan perilaku
konsumtif remaja putri menunjukkan
hasil yang signifikan, konformitas dan
konsep diri secara bersama-sama
berpengaruh
terhadap
munculnya
perilaku konsumtif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian,
pembahasan dan kesimpulan pada
penelitian ini, diajukan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Subjek Penelitian
Diharapkan dari penilitian ini,
subjek dapat mempertahankan sikapnya
yang tidak mudah terpengaruh terhadap
perilaku konsumtif terhadap ponsel
dengan cara
menjalin hubungan
konformitas teman sebaya yang positif
dan menghindari gaya hidup hedonis.
2. Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah diharapkan tetap
mempertahankan peraturan yang telah
dibuat yaitu peraturan yang melarang
murid-muridnya
memiliki
ponsel
kamera. Sehingga dengan adanya
peraturan itu maka, dapat membuat
siswa tidak berperilaku konsumtif
terhadap ponsel.

3. Bagi Orang Tua


Sebaiknya orang tua tetap
mempertahankan sikap mereka dengan
memberi uang saku sesuai dengan
kebutuhan anak sehingga dengan
demikian anak tidak akan berperilaku
konsumtif khususnya
berperilaku
konsumtif terhadap ponsel.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya


Untuk penelitian selanjutnya
dapat meneliti lebih dalam lagi faktorfaktor lain seperti pengaruh keluarga,
pengalaman, kepribadian, harga diri dan
konsep diri yang dapat menjadi pemicu
terjadinya perilaku konsumtif terhadap
ponsel.

Daftar Pustaka
Digicom. Edisi 34, 01 Oktober 2003.
Fildler,

R. 2001. Mediamorfosis.
Yogjakarta: Bentang Budaya.

Mnks, F. J., Knors, A.M.P., & Haditono,


S
R.
2002.
Psikologi
Perkembangan.
Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Ninawati. 1999. Psikografis. Jakarta:
Jurnal Ilmiah Psikologi Arkhe,
4(46).
Prabowo. 2002. Perilaku Konsumen
Tinjauan Aspek Budaya. Fokus
Ekonomi, 1(1), 28-37.
Simanjuntak. 1984. Psikologi Remaja.
Bandung: Transita.
Surya, F. A. 1999. Perbedaan Tingkat
Konformitas Ditinjau Dari Gaya
Hidup Pada Remaja. Jurnal
Psikologika, VII. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi.

Sutisna, 2001. Pemasaran, Perilaku


Konsumen,
Komunikasi
Pemasaran.
Bandung:
PT.
Rosadakarya Offset.
Tambunan, R. 2001. Remaja Dan
Perilaku Konsumen. Internet.
www.e-psikologi.com.
Wahyuni, S. 2004. Korelasi Antara Need
For
Comformity
Dengan
Kecenderungan
Berperilaku
Konsumtif Terhadap Produk
Fashion Pada Remaja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
Fakultas Psikologi. UMS.
Wijaya, P. Budaya Pop Memberi
Kesegaran. Suara Merdeka 18
Mei 2003.
Zebua, A. S. & Nurdjayadi, R. D. 2001.
Hubungan Antara Konformitas
Dan Perilaku Konsumtif Pada
Remaja Puteri. Jakarta: Majalah
Phronesis, 3 (6).
http://nra402.wordpress.com/2007/12/28
/gaya-hidup/.

http://www.google.com.
Hubungan
Antara
Konformitas Teman
Sebaya Dan Harga Diri Dengan
Perilaku Konsumtif Pada Pelajar
putri SMU Islam Sultan Agung 1
Semarang. Retreived Agustus 27,
2009.
http://www.google.com.
Hubungan
Antara Konformitas Dan Konsep
Diri Dengan Perilaku Konsumtif
Remaja Putri. Studi Pada SMU
Taraknita I (21 April 2003).
Retreived Agustus 27, 2009.

Anda mungkin juga menyukai