Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERILAKU KOMUNIKASI PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM SISWA SMA NEGERI 1 MAMASA

OLEH: DEWINTA E311 06 037

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

ABSTRAK DEWINTA. Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Perilaku Komunikasi Penggunaan Telepon Genggam Siswa SMA Negeri 1 Mamasa. (Dibimbing Oleh Abdul Gafar dan Mursalim). Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perilaku komunikasi siswa-siswi SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam (2) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara karateristik individu siswa dengan perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam. Penelitan ini merupakan studi perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam Menggunakan Telepon Genggam. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan membagikan kuestioner ke 222 responden. Penentuan 222 responden tersebut dilakukan dengan teknik penarikan sampel berstrata proporsional menggunakan rumus Krijcie dan Morgan. Kemudian data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisa korelasi Chi square dan dukungan tabel frekuensi sederhana yang kemudian dijabarkan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam tergolong tinggi, dimana akumulasi persentase intensitas berkomunikasi mereka secara keseluruhan baik melalui sms, panggilan langsung ataupun internet berada pada tingkatan sangat sering berkomunikasi, dimana para siswa lebih banyak berkomunikasi melalui sms dan internetan dengan menggunakan bahasa non baku / tidak resmi/ atau bahasa anak remaja pada umumnya. Prioritas utama mereka menggunakan telepon gengam adalah hiburan. Penelitian ini juga menemukan bahwa ada hubungan antara karakteristik indivdu siswa dengan perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam dengan keeratan hubungan cukup tinggi ; cukup kuat. Namun, dari karakteristik individu status ekonomi keluarga dan tujuan peggunaan telepon genggam yang memiliki keeratan hubungan yang cukup kuat dengan prilaku komunikasi siswa dalam menggunakan telepon genggam. Sedangkan jenis kelamin dengan perilaku komunikasi siswa dalam menggunakan telepon genggam tidak ditemukan hubungan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Komunikasi seluler atau telepon genggam hanyalah merupakan salah satu dari sekian banyak layanan yang dimungkinkan karena adanya pengintegrasian komunikasi dengan komputer. Selain internet yang maraknya digunakan oleh masyarakat saat ini, Telepon genggam juga tidak kalah pesatnya dengan internet. Salah satu teknologi yang saat ini sedang trend dan digemari oleh masyarakat adalah telepon genggam. Telepon genggam sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat disamping harga yang ditawarkan cukup terjangkau, berbagai fitur telepon genggam juga diberikan sebagai alat penunjang majunya teknologi. Banyak fungsi yang bisa kita lakukan dengan mempunyai telepon genggam diantaranya digunakan untuk menyimpan informasi, membuat daftar pekerjaan atau perencanaan pekerjaan, mencatat appointment (janji pertemuan) dan dapat disertakan Reminder (pengingat waktu), kalkulator untuk perhitungan dasar sederhana, mengirim dan menerima e-mail, mencari informasi dari internet, integrasi ke peralatan lain seperti MP3Player, GPRS dan lain-lain. Perkembangan jenis telepon genggam di Indonesia semakin hari semakin meningkat mulai dari fasilitas yang disediakan sampai bentuk serta merknya. Perkembangan pesat dalam dunia sistem komunikasi kita tentunya akan mengubah pola komunikasi yang terjadi di masyarakat selama ini. Sebelum ada media massa, nyaris sistem komunikasi yang berkembang di Indonesia masih memakai peralatan yang sederhana ( media tradisional maupun tatap muka), akan tetapi lima tahun terakhir, Indonesia dihebohkan dengan pola

komunikasi melalui telepon seluler atau bisa disebut telepon genggam. Bagi orang komunikasi, mereka menyebutnya dengan komunikasi seluler atau komunikasi telepon genggam. Sekarang ini, Telepon genggam bukan lagi barang mewah. Bahkan, masyarakat golongan menengah sudah memakai telepon genggam. Banyaknya pengguna telepon genggam tersebut menunjukkan bahwa penggunaan telepon genggam telah bergeser dari barang tersier menjadi barang sekunder. Hubungan seluler ternyata telah menjadi kebutuhan baru. Bahkan kini bukan lagi menjadi kebutuhan lux tetapi sudah menjadi kebutuhan dasar bahkan ada yang menganggap sebagai kebutuhan primer. Kini telepon genggam dirasa memiliki berbagai keunggulan tidak hanya dari segi teknologi komunikasi. Akan tetapi telepon genggam makin menjadi trend yang memiliki nilai prestise sekaligus gaya. Sejalan dengan fenomena di atas, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nathalia Arviandri (dalam Murdaningsih : 2008 : 76) menyatakan bahwa penggunaan telepon genggam di kalangan pelajar SMA yang terpenting adalah sebagai alat berkomunikasi dengan teman-teman. Memiliki telepon genggam bahkan sudah dianggap sebagai kebutuhan dalam kancah budaya modern, dimana komunikasi dalam pergaulan sangatlah penting. Memiliki telepon genggam sebagai alat komunikasi sekaligus pergaulan menjadi motivasi utama pelajar SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Telepon genggam dianggap sebagai benda yang wajar dimiliki, karena kehadirannya sangat menunjang aktivitas sehari-hari. Telepon genggam sudah umum diterima berbagai kalangan dengan permisifnya orang tua terhadap fenomena tersebut. Mereka bahkan memiliki anggaran sendiri untuk biaya operasional telepon genggam bagi putra putrinya. Dalam perkembangannya, pengaruh media dan

lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi keputusan pelajar memiliki telepon genggam. Hal yang sama disampaikan oleh Soekindra (2011 : 7) bahwa kebutuhan akan telepon genggam tidak luput dari mahasiswa USU, Adanya tugas-tugas kuliah menjadikan mahasiswa harus lebih gesit dalam memfasilitasi diri untuk mendapatkan informasiinformasi lebih cepat dan mudah. Banyak dari mahasiswa yang dalam pencarian tugasnya harus mencari referensi dari browsing internet dan juga melakukan diskusi kelompok kecil melalui forum-forum yang dibuat di situs jejaring sosial dan instant messaging. Dengan kebutuhan tersebut akhirnya mahasiswa mencari telepon genggam dengan fitur yang lengkap seperti blackberry dan tanpa sadar mulai kecanduan terhadap fitur yang terdapat pada ponsel canggih tersebut, dimana disaat dosen sedang menerangkan pun mahasiswa bisa menggunakan fasilitas fitur Blackberry secara sembunyi-sembunyi. Parahnya lagi ada mahasiswa yang menggunakan kecanggihan Blackberry sebagai jalan keluar dalam mencari jawaban untuk soal-soal di perkuliahan. Di lain hal, banyak mahasiswa yang menggunakan ponsel Blackberry menjadi tahu lebih banyak info tentang kampus dan perkuliahan, seperti misalnya melalui grup-grup chat pada fitur instant messaging Blackberry Messanger. Sementara itu, Nurhadi ( 2005 : 1) menyebutkan beberapa dampak negatif dari penggunaan telepon genggam. Bahwa telepon genggam atau HP atau ponsel tidak hanya sebagai piranti komunikasi tanpa kabel tetapi juga menjadi simbol status hidup pemiliknya atau penggunanya. Dalam tataran semiotik handphone mempunyai kedudukan sebagai tataran semiotik tingkat kedua, second order semiotics system (meminjam istilah Saussure). Kedudukan handphone mirip dengan novel, puisi, teater, mitos, kartun, film, fashion, kuliner, dan lain-lain dalam pembicaraan semiotik karena handphone bisa menjadi simbol tertentu.

Handphone sebagai media komunikasi kemudian menjadi sebuah gaya hidup yang memiliki simbol-simbol tersendiri. Handphone kini sebagai Gejala Phonomania menurut Nurhadi ( 2005 : 1) yakni ketika orang-orang tertentu menjadi sangat gemar untuk menelepon atau ditelepon lewat HPnya di tengah keramaian. Baik itu ketika tengah makan siang bersama, di tengah hingarbingar diskotik, di dalam mall, di tengah rapat, di tengah seminar, di dalam rapat RT, ketika salat Jumat, ketika tengah memegang kemudi mobil, atau bahkan ketika tengah naik sepeda motor. Penderita phonomania ini mirip dengan exibisionis yaitu pamer dengan apa yang dimilikinya dan akan mendapatkan kepuasan kalau lawannya memberikan ekspresi keterkejutan. Handphone sebagai Otoritas menurut Nurhadi ( 2005 : 3), hal tersebut dapat dilihat dari kasus-kasus bom di Indonesia. Dalam modus operandi teror bom yang marak di Indonesia akhir-akhir ini, handphone juga memiliki fungsi lain, tidak hanya sebagai piranti komunikasi. Handphone dipergunakan sebagai detonator bom yang bisa memicu bom hingga meledak jika dihubungi atau disetting pada jam tertentu. Beberapa rakitan bom yang berhasil ditemukan dan diamankan polisi ada yang dilengkapi dengan handhpone. HP berubah citranya menjadi barang yang menakutkan dalam situasi semacam ini. Dampak lainnya yang sedang menjamur di kalangan remaja saat ini ketika berinteraksi melalui medium telepon genggam dalam hal prilaku komunikasi baik tulisan maupun lisan, tampak pada penggunaan bahasa-bahasa yang orang lain sulit untuk mengerti dan tidak lagi memperhatikan Ejaan Yang Disempunakan (EYD) sehingga seiring dengan perjalanan waktu komunikasi seperti ini harus diterima oleh semua pihak. Para orangtuapun akan merasa tetap dihormati walaupun anak muda berkomunikasi dengan kata-kata pendek

kepada mereka. Dengan perjalanan waktu orang-orang dari generasi lebih tua juga dituntut untuk belajar istilah yang disingkat seperti kata before yang disingkat b4 yang berarti sebelum. Atau mereka juga dituntut mengerti bahwa kata trims itu berarti terima kasih. Begitu juga dengan kata thk atau tq yang berarti terima kasih. Sehingga lambat laun akan ada bahasa yang bisa dipakai secara bersama. Kata itu bisa dipakai oleh semua golongan yang lebih luas. Akhirnya, tidak ada perbedaan persepsi yang mencolok antara golongan. Berdasarkan observasi awal di salah satu SMA di Kabupaten Mamasa, yang mana di SMA tersebut secara signifikan menunjukkan bahwa hampir keseluruhan siswa-siswi SMA sudah menggunakan telepon genggam. Telepon genggam seakan telah menjadi predikat must have bagi siswa-siswi di sekolah tersebut. Telepon genggam telah menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Bahkan terdapat kurang efektifnya pelajar dalam pemakaian telepon genggam. Baik dalam penggunaan waktu saat pemakaian, penggunaan uang untuk kebutuhan handphone dan penggunaan handphone itu sendiri yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan fasilitas dalam ponsel yang dimiliki. Sebagai contoh, dalam hal penggunaan waktu, waktu yang dimanfaatkan oleh para siswa untuk beraktivitas dengan handphone yaitu mulai dari pagi hari hingga malam hari. Pada umumnya mereka melakukan aktivitas SMS, telepon, internetan dan memanfaatkan fasilitas handphone dilakukan setiap saat. Dan kegiatankegiatan tersebut telah menjadi semacam rutinitas sehari-hari. Sehingga jika tidak beraktivitas dengan handphone satu hari saja seakan ada sesuatu yang hilang dan berbeda. Banyak diantara para siswa menggunakan waktu-waktu penting mereka sebagai pelajar untuk kegiatan menggunakan handphone misalnya : sms-an pada saat jam-jam belajar, FB-an pada saat guru menjelaskan dsb. Alasan mereka melakukan hal tersebut cenderung karena merasa

bosan dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru, atau guru yang mengajar menyebalkan serta membosankan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka menjadi hal yang sangat menarik meneliti pola komunikasi dari untuk

penggunaan telepon genggam di kalangan pelajar SMA

Negeri 1 Mamasa sebagai sasaran penelitian karena mereka memanfaatkan telepon genggam tidak sepenuhnya untuk kebutuhan mereka sebagai seorang pelajar. Selain itu, SMA Negeri 1 Mamasa merupakan SMA unggulan di Kabupaten Mamasa. Begitu pula dengan pemilihan objek penelitian yang berlokasi di daerah yakni Kabupaten Mamasa karena Kabupaten Mamasa masih tergolong dalam Kabupaten yang baru dan perkembangan teknologi komunikasinya pun masih sangat baru. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengunaan telepon genggam dengan perilaku komunikasi dalam bentuk penelitian yang berjudul : Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Perilaku Komunikasi Penggunaan Telepon Genggam Siswa SMA Negeri 1 Mamasa

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku komunikasi siswa-siswi SMA Negeri 1 Mamasa dalam mengggunakan telepon genggam?

2. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu siswa dengan perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perilaku komunikasi siswa-siswi SMA Negeri 1 Mamasa dalam mengggunakan telepon genggam? 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara karakteristik individu siswa dengan perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam?

D. Hipotesis Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis merumuskan hipotesis yaitu : 1. Ada hubungan antara karakteristik individu siswa dengan perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam. 2. Tidak ada hubungan antara karakteristik individu siswa dengan perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam.

E. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Komunikasi pada khususnya.

b. Secara Praktis :

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi masukan bagi lembaga pendidikan,

khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk menganstisipasi masalah yang akan terjadi di lingkungan sekolah.

F. Kerangka Konseptual Ponsel atau telepon genggam merupakan salah satu perkembangan teknologi

komunikasi paling aktual di Indonesia selama lebih dari lima tahun terakhir. Telepon genggam disamping memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi, juga dapat digunakan sebagai sarana bisnis, penyimpanan berbagai macam data, sarana musik atau hiburan, bahkan sebagai alat dokumentasi. Dalam hal ini pengguna telepon genggam tersebar pada kelompok remaja perkotaan, dan pedesaan seperti di salah satu kabupaten di Sulawesi Barat yaitu Kabupaten Mamasa. Respon kelompok remaja terhadap keberadaan telepon genggam cukup tinggi, walaupun belum tentu penggunaan telepon genggam tersebut dimanfaatkan seluruhnya secara optimal dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mulyana (2009 : 19) menyatakan bahwa meningkatnya penggunaan telepon genggam pada remaja diduga dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, antara lain karakteristik yang berkaitan dengan diri individu (internal) maupun dengan lingkungannya (eksternal). Karakteristik internal mencakup jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan penggunaan ponsel serta aktivitas-aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh remaja tersebut. Karakteristik eksternal mencakup pengaruh dari teman-teman dekat remaja serta terpaan media (media exposure) massa. Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena remaja putri cenderung memiliki gaya hidup dan pola konsumtif yang tinggi dalam melihat setiap perkembangan ponsel yang ada dibandingkan remaja putra. Selain itu, remaja putri juga

cenderung sering dan intens berkomunikasi melalui ponsel dengan sesamanya, dimana dalam komunikasi yang berlangsung tersebut biasanya banyak hal-hal yang dibicarakan. Status ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena biaya-biaya yang harus disediakan oleh para pengguna ponsel. Semakin tinggi pendapatan orang tua tiap bulannya yang menggambarkan status ekonomi dalam keluarga diduga dapat meningkatkan penggunaan ponsel pada remaja, yang pada akhirnya meningkatkan biaya pengeluaran setiap bulannya. Tujuan dalam menggunakan ponsel diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan tujuan yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan pula remaja menggunakan ponselnya. Aktivitas-aktivitas yang diikuti remaja diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena dengan semakin banyak aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dapat menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki mobilitas yang tinggi (di dalam maupun luar sekolah). Diduga hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengaruh teman dekat diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena pada masa remaja inilah kelompok persahabatan atau teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang memegang peranan penting dalam sosialisasi remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja dalam menggunakan ponselnya akan melihat dan bergantung pada lingkungan teman sebayanya. Terpaan media massa diduga dapat mempengaruhi tingkat penggunaan ponsel, karena melalui media massa (cetak maupun elektronik) tersebut remaja memperoleh berbagai informasi mengenai perkembangan ponsel. Semakin sering frekuensi dan beragam jenis media

massa tentang ponsel yang diterpa oleh remaja diduga mempunyai pengaruh penting, disamping pengaruh dari teman dekatnya. Tingkat penggunaan ponsel pada remaja dapat dilihat melalui empat hal, yaitu frekuensi penggunaan, pemanfaatan fasilitas, tingkat biaya pengeluaran, dan pihak yang diajak berkomunikasi. Selanjutnya tingkat penggunaan teknologi komunikasi ponsel tersebut sebagai pengaruh dari luar masyarakat diduga dapat mempengaruhi interaksi sosial pada remaja tersebut. Mulyana (2009 : 20) menyebutkan bahwa penggunaan ponsel sebagai alat komunikasi seharusnya dapat meningkatkan interaksi sosial remaja dengan lingkungannya. Tetapi diduga justru dapat menurunkan interaksi tatap muka antara remaja dengan lingkungan sosialnya, yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan persahabatan (teman sebaya) . Proses komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan komunikan melalui telepon genggam merupakan proses komunikasi 2 (dua) arah secara langsung. Komunikasi memiliki pengertian yang beragam menurut Effendy, secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa latin communcatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai sesuatu hal. Jadi komunikasi akan berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan (Effendy, 1992 : 5). Lebih lanjut Effendy mengartikan komunikasi secara paradigmatis yaitu komunikasi adalah penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitakan atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan ataupun tak langsung melalui media. Jadi secara paradigmatis, pengertian komunikasi tersimpul tujuan, yakni memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behavior) (Effendy, 1992 : 5).

Dengan demikian terjadinya komunikasi itu melalui adanya media, oleh karena media massa merupakan alat untuk menyampaikan pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk menjumpai audience yang luas. Pesan-pesan yang disampaikan melalui berbagai media komunikasi dapat menimbulkan efek tertentu kepada masyarakat. Efek atau dampak tersebut menurut Effendy dapat diklarifikasi menjadi 3 efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral. Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Dampak afektif adalah dampak yang bukan sekedar supaya komunikan tahu tetapi supaya komunikan tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu. Dampak behavioral yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan (Effendy, 1992 : 7). Asumsi tersebut di atas sejalan pula dengan teori yang pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Yang tanpa disadari bahwa peggunaan media memberikan efek kepada komunikannya sesuai dengan teori operant conditioning yang dikembangkan oleh BF. Skinner yakni bahwa jika suatu organisme dirangsang oleh stimuli dari luar maka orang cenderung akan memberi reaksi (Cangara, 2006: 97). Teori ini lebih menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan S-R. Sehingga dalam berkomunikasi manusia memiliki keunikan tersendiri untuk memahami proses komunikasi di lingkungannya Ketika individu dalam proses memahami atau berinteraksi dengan lawan bicaranya maka setiap individu akan menampilkan perilaku komunikasinya sebagai proses aksi dan

jawaban yang dilakukan baik secara berkelompok dan maupun individu yang pada dasarnya perilaku komunikasi itu dibagi atas dua macam yakni komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal (tulisan dan lisan) sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol nonverbal (bahasa isyarat atau bahasa diam). Yang saat ini komunikasi verbal lebih sering digunakan atau ditirukan oleh remaja saat berkomunikasi maupun setelah berkomunikasi melalui telepon genggam atau imitasi verbal. Selain itu, teori yang berbicara tentang pengaruh adalah S-O-R Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Sehingga, bahasa yang digunakan saat berinteraksi di telepon maupun kebiasaankebiasaan lain akan mempengaruhi sikap dan perilaku komunikan secara langsung dalam hal ini tingkat perubahan perilaku komunikasi sehari-hari. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah sebagai berikut :

Stimulus Organisme : Perhatian Pengertian Pemahaman

Response (Perubahan Sikap)

Gambar 1.1 Skema Perubahan sikap Gambar di atas menunjukkan bahwa Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini.Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses

berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Berdasarkan teori dan model tersebut di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel bebas
Karakteristik Individu siswa/siswi

Variabel terikat
Perilaku Komunikasi Penggunaan Telepon Genggam Siswa SMAN 1 Mamasa Sangat sering berkomunikasi Sering berkomunikasi Cukup sering berkomunikasi Tidak pernah berkomunikasi

Jenis kelamin Status ekonomi keluarga Tujuan penggunaan telepon genggam

Bagan 1. Kerangka Konseptual

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menilai dan mengukur variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan defenisi operasinal dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Perilaku Komunikasi adalah perilaku yang ditampilkan oleh siswa SMA Negeri 1 Mamasa khususnya dalam menggunakan telepon genggam, perilaku tersebut dapat dilihat dari dari; (1) Frekuensi penggunaan, (2) durasi menelpon, (3) pemanfaatan fasilitas, (4) tingkat biaya pengeluaran, (5) pihak yang diajak berkomunikasi (6) cara berkomunikasi sebelum dan setelah memiliki telepon genggam . 2. Penggunaan telepon genggam adalah aktivitas menggunakan telepon genggam segala merek untuk berkomunikasi, baik menggunakan layanan CDMA maupun GSM. Pengukuran tingkat penggunaan telepon genggam dengan melihat akumulasi skor ketiga variabel tersebut. Dibagi menjadi kategori : Sangat tinggi / sangat sering Tinggi / sering Sedang / kadang-kadang Rendah / tidak pernah

3. Karakteristik Individu adalah karakteristik yang mencirikan responden yang terdiri dari jenis kelamin, status ekonomi keluarga, tujuan responden dalam menggunakan telepon genggam, serta tingkat aktivitas. 4. Tingkat status ekonomi keluarga adalah status dari keluarga responden dalam masyarakat yang dilihat melalui penghasilan orang tua (ayah dan ibu) responden setiap bulannya. Dibagi menjadi kategori (skala ordinal), seperti:

a. Rendah < Rp 1.000.000 perbulannya. b. Status ekonomi sedang apabila penghasilan orang tua Rp 1.000.001.-Rp. 1.500.000. perbulannya. c. Status ekonomi cukup tinggi apabila penghasilan orang tua Rp. 3.000.000 hingga Rp. 2.500.000 perbulannya. d. Status ekonomi keluarga tinggi apabila penghasilan orang tua > Rp. 3.000.001,perbulannya 5. Siswa SMA Negeri 1 Mamasa adalah individu yang bersekolah di SMA Negeri 1 Mamasa yang berlokasi di JL.Pendidikan no. 277 Kabupaten Mamasa. 6. Jenis Kelamin adalah klasifikasi siswa berdasarkan gender, laki-laki dan perempuan di SMA Negeri 1Mamasa.

H. Metode Penelitian

a. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini direncanakan berlangsung selama dua bulan yakni bulan Februari sampai bulan April 2011 bertempat di SMA Negeri 1 Mamasa Kabupaten Mamasa.

b. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan adalah tipe penelitian survey dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden yang menjadi sampel. Pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis secara statistik.

c. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yakni : 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan dengan secara langsung menemui para informan yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu : Observasi : melakukan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian dengan mengamati perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa. Wawancara : peneliti secara langsung mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden. Survei : peneliti secara langsung membagikan kuesioner yang telah berisi pertanyaan penelitian kepada responden untuk kemudian diisi. 2. Data Sekunder : Studi kepustakaan yaitu penulis akan melengkapi literatur-literatur yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi yang akurat serta objektif.

d. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Mamasa kelas X, XI, dan XII yang meggunakan telepon genggam atau memiliki telepon genggam sendiri. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kepemilikan Telepon Genggam Siswa SMA Negeri 1 Mamasa Tahun ajaran 2010/2011 Kelas X XI XII Jumlah Populasi 198 145 180 523 Sampel 84 62 76 222

Data Primer : Hasil Survey Kepemilikan Telepon Genggam siswa SMA Negeri 1 Mamasa Untuk penentuan sampel penulis menggunakan teknik penarikan sampel berstrata proportional. Dalam menentukan jumlah sampel penulis menggunakan tabel Krijce and Morgan dengan rumus sebagai berikut : S = _____X2 NP (1-P)______ d2 (N-1) + X2P(1-P) Keterangan : S : Jumlah anggota sampel N : Jumlah anggota populasi P : Proporsi populasi (0,5) d : Derajat ketelitian (0,05) X2 : Daftar tabel x2 (3,841)

Sehingga jumlah sampel adalah sebagai berikut :

S=

3,841 x 523 x 0,5 (1 - 0,5)_____ (0,05)2 (523-1) + 3,841 x 0,5 (1-0,5)

S =____502,210 _____ 1,305 + 0,96025 S = ____502,210____ 2,26525 S = 221,70 S = 222 Jumlah sampel keseluruhan adalah 222 Selanjutnya dari setiap populasi siswa berdasarkan kelasnya yaitu kelas X, XI, dan XII ditarik melalui alokasi proportional. ni= _Ni x n_ N Dimana : ni Ni N n : Banyaknya sampel menurut kelas : Banyaknya sampel secara keseluruhan : Banyaknya populasi secara keseluruhan : Banyaknya populasi menurut kelas

Jumlah sampel : Kelas X Kelas XI Kelas XII 198/523 x 222 =84 145/523 x 222 = 62 180/523 x 222 = 76

e. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner di lapangan, dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisa korelasi Chi square dan dukungan tabel frekuensi sederhana yang kemudian dijabarkan secara deskriptif.

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan : 1. Perilaku komunikasi siswa SMA Negeri 1 Mamasa dalam menggunakan telepon genggam tergolong tinggi, dimana akumulasi persentase intensitas berkomunikasi mereka secara keseluruhan baik melalui sms, panggilan langsung ataupun internet berada pada tingkatan sangat sering berkomunikasi sebesar 65,3%, dan pada tingkatan sering berkomunikasi sebesar 31,1 %, dimana para siswa lebih banyak berkomunikasi melalui sms dan internetan dengan menggunakan bahasa non baku / tidak resmi/ atau bahasa anak remaja pada umumnya. Prioritas utama mereka menggunakan telepon gengam adalah hiburan. 2. Ada hubungan antara karakteristik individu siswa dengan perilaku komunikasi siswa dalam menggunakan telepon genggam dengan keeratan hubungan cukup tinggi. Dan Ada hubungan antara tingkat status ekonomi keluarga dengan perilaku komunikasi siswa dalam menggunakan telepon genggam dengan keeratan hubungan cukup tinggi. Serta ada pula hubungan antara tujuan menggunakan telepon genggam dengan perilaku komunikasi siswa dalam menggunakan telepon genggam dengan keeratan hubungan tinggi; sedangkan jenis kelamin dengan perilaku komunikasi siswa dalam menggunakan telepon genggam tidak ditemukan hubungan.

b. Saran 1. Diharapakan para siswa tidak mengabaikan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar dan anak yang ditugaskan untuk bersekolah dengan memanfaatkan waktu penting mereka sebagai seorang pelajar. Bukan hanya mementingkan beraktivitas dan bergaya dengan telepon genggam untuk hal-hal yang kurang penting hanya untuk kesenangan atau hiburan semata. 2. Bagi para orang tua, agar senantiasa memberikan nasehat kepada anaknya agar memanfaakan telepon genggan mereka ke tujuan komunikasi yang sebenarnya bukan untuk kesenangan semata. Dan mengontrol pengeluaran biaya untuk pulsa operasional telepon genggam anak. Karena semakin banyak uang yang diberikan maka semakin banyak pula peluang anak untuk memanfaatkan fasilitas internet dan SMS, sehingga waktu belajar mereka banyak tersita.

Anda mungkin juga menyukai