Anda di halaman 1dari 32

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328382367

Peran Penggunaan Smartphone Dalam Belajar Bahasa Inggris Pada Mahasiswa


Jurusan Pendidikan Bahasa InggrisIAIN Surakarta

Preprint · September 2017


DOI: 10.13140/RG.2.2.11334.52809

CITATION READS

1 8,880

1 author:

Muntaha Muntaha
State Institute For Islamic Studies, Surakarta
6 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Social Media for Language learning study View project

All content following this page was uploaded by Muntaha Muntaha on 19 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Peran Penggunaan Smartphone Dalam Belajar Bahasa Inggris Pada
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Surakarta
Muntaha
muntahasolo@gmail.com
IAIN Surakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) bagaimana peran smartphone
dalam pembelajaran bahasa Inggris 2) bagaimana pengaruh gender terhadap
penggunaan smartphone dalam pembelajaran bahasa Inggris dan 3) bagaimana
pengaruh lama kepemilikan smartphone dalam pembelajaran bahasa Inggris pada
mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris. Penelitian ini melibatkan 62
mahasiswa yang terdiri dari 22 laki-laki dan 40 perempuan sebagai partisipan.
Angket dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan data. Kemudian data
dianalisis dengan deskriptip statistic, uji Mann-Whitney U non-parametrik untuk
menganalisis data yang berkaitan dengan gender dan uji Kruskal Wallis-H untuk
menguji hubungan lamanya kepemilikan smartphone. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar peserta, memiliki dan menggunakan
smartphone untuk mendukung pembelajaran bahasa khususnya yang terkait dengan
kosa kata baru. Namun mereka belum sepenuhnya memanfaatkannya dalam untuk
spesifik meningkatkan skill berbahasa. Mereka belum menyadari manfaatnya
secara rinci, termasuk aplikasi mana yang akan dipilih, lama kepemilikan juga
berpengaruh terhadap sejauh mana mereka memanfaatkan smartphone untuk
pembelajaran, sedangkan gender tidak berpengaruh banyak dalam kasus ini.

Kata kunci: smartphone, pembelajaran bahasa Inggris,

A. Latar Belakang Masalah


Teknologi nirkabel, mobile, portable, perangkat genggam perlahan sedang
berkembang dan menganekaragamkan pendidikan di berbagai sektor, baik di
negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Nielsen (2012)
melaporkan pengguna smartphone di 39 negara di dunia dan 13 di antaranya

1
yaitu negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Di negara kita, penggunaan
smartphone sangat populer dan familiar.
Sesuai arti kata smartphone yaitu telepon pintar, ia mempunyai
kemampuan layaknya komputer yang didukung oleh sebuah sistem operasi yang
canggih. Keberadaan smartphone sebagai perangkat gerak (mobile)
memungkinkan penggunanya untuk tetap terhubung melalui fasilitas telepon
maupun data internet secara bersamaan, inilah yang membedakan smartphone
dengan telepon biasa. Pada saat ini, Smartphone tidak hanya sebagai teknologi
komunikasi namun juga sebagai hal yang mencerminkan ikatan emosional dan
budaya yang yang melambangkan status sosial manusia sehingga manusia selalu
melihat Smartphone sebagai ukuran status manusia dan berlomba untuk selalu
mengganti Smartphone dengan tipe yang terbaru. Smartphone sebagai sebuah
produk teknologi komunikasi baru hadir diberbagai kalangan masyarakat dan
telah menjadi icon sosial.
Dewasa ini, dapat dilihat bahwa penggunaan smartphone telah
mempengaruhi hidup masyarakat, termasuk para siswa. Smartphone ialah salah
satu alat yang menyediakan banyak aplikasi yang siswa dapat mengembangkan
pengetahuan mereka tentang apa saja, termasuk kemampuan mereka dalam
berbahasa Inggris, jika mereka memaksimalkan fungsi dari fitur-fitur dan
aplikasi di dalam smartphone tersebut. Beberapa aplikasi memfasilitasi para
siswa untuk belajar bahasa Inggris, seperti Kamus, Idiom bahasa Inggris, Tata-
bahasa Inggris, dll. Tidak hanya aplikasinya, tetapi fitur-fitur smartphone juga
dapat membantu siswa dalam proses belajar mereka, sebagai contoh wi-fi dapat
membantu mereka membuat tugas-tugas, MP3 player dapat membantu mereka
meningkatkan kemampuan mendengar mereka dan sebagainya.
Pengggunaan smartphone dalam belajar bahasa Inggris dapat
dikategorikan sebagai suatu sistem yang baru dalam belajar. Penguasaan bahasa
adalah bagian dari pembelajaran manusia secara umum, berkaitan erat dengan
kepribadian, terjalin erat dengan budaya pembelajaran bahasa kedua, melibatkan
gangguan, penciptaan sistem linguistik baru, dan pembelajaran wacana dan
fungsi komunikatif bahasa (Brown, 1993).

2
Di antara faktor pembelajar seperti usia, latar belakang akademis,
pengetahuan teknologi, dan jenis kelamin, gender dapat menjadi faktor yang
berpengaruh. Sebagai contoh, banyak penelitian menguji sikap siswa laki-laki
dan perempuan terhadap penggunaan komputer sebagai alat bantu untuk belajar
bahasa (Wilson, 2004). Hasil umum yang disimpulkan dari penelitian ini
menunjukkan sikap peserta didik mempengaruhi penggunaan hasil belajar
komputer secara positif. Selanjutnya, sikap laki-laki dan perempuan sangat
bervariasi dalam banyak aspek. Misalnya, laki-laki memiliki sikap yang lebih
baik dan nyaman terhadap penggunaan komputer dan internet daripada siswa
perempuan. Mengenai aspek kasih sayang, perempuan menunjukkan kecemasan
lebih banyak pada penggunaan teknologi daripada laki-laki. Temuan ini
menunjukkan bahwa laki-laki, secara umum, menerima dan menggunakan
teknologi lebih nyaman daripada perempuan. Selanjutnya, Slate dan Manuel,
(2002) menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan ditemukan antara laki-
laki dan perempuan dalam manfaat pendidikan. Misalnya, ada sebagain
mahasiswa laki-laki melaporkan bahwa informasi di Internet kurang bermanfaat
daripada yang dilaporkan oleh perempuan; Di sisi lain, perempuan lebih memilih
menggunakan Internet untuk tujuan pendidikan daripada rekan gender mereka.
Secara umum, penelitian ini menghasilkan perbedaan jenis kelamin yang
signifikan dalam sikap mereka terhadap penggunaan komputer dan internet
untuk belajar bahasa. Dapat diasumsikan bahwa kedua jenis kelamin melakukan
berbagai hasil belajar bahasa karena perbedaan sikap mereka.
Gender yang merupakan bagian dari kehidupan kita, bukanlah faktor
biologis seperti seks tapi produk sosial. Sejak tahun 1950 ketika Simon de
Beauvoir menulis The Second Sex, kita tahu bahwa kita tidak dilahirkan sebagai
pria dan wanita tapi kita mempelajari perilaku dan kepercayaan yang diberikan
pada seks kita oleh budaya kita. Gender sebagai bagian dari identitas mengalami
pergeseran terus-menerus dengan pengaruh faktor-faktor yang dihadapi.
Diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan media.
Berbedaan gender yang sudah dipaparkan diatas dalam kaitannya dengan
belajar bahasa Inggris menjadi bagian yang ingin peneliti investigasi

3
hubungannya dengan peran smartphone dalam pembelajaran bahasa inggris.
Mengingat bahwa smartphone juga sudah menjadi fenomena saat ini dan
sebagian besar mahasiswa menggunakan smartphone. Sehingga penelitian ini
ingin menginvestigasi peran penggunaan smartphone dalam belajar bahasa
Inggris pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dilihat dari
persfective gender.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana peran smartphone dalam pembelajaran bahasa Inggris pada
mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris?
2. Bagaimana pengaruh gender terhadap penggunaan smartphone dalam
pembelajaran bahasa Inggris pada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa
Inggris?
3. Bagaimana pengaruh lama kepemilikan smartphone dalam pembelajaran
bahasa Inggris pada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris?

B. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media


pembelajaran
Berbagai macam media dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan
sebuah proses pembelajaran. Media ini digunakan sesuai dengan jenis
pembelajaran yang dilakukan. Tidak ada media pembelajaran yang lebih baik
dari lainnya, yang ada adalah sebuah media pembelajaran adalah baik manakala
media itu dapat membantu suksesnya sebuah pembelajaran. Fungsi media,
khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang
dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu:
fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam
fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa
untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat
diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika membaca teks bergambar. Dalam
hal ini gambar atau simbol visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

4
Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif
media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat
pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat
pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambing visual tersebut.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada
siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat
kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini
berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima
dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan
secara verbal).
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992)
mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu:
4. dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih
menarik perhatian mereka;
5. makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami
siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan
pengajaran;
6. metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas
komunikasi verbal melalui kata-kata; dan
7. siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar,
tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan,
melakukan langsung, dan memerankan.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memilliki tiga fungsi utama
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan
sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu
pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat
unsur grafis, dan sebagainya. TIK menjembatani sebuah keadaan di tempat
lain dengan para peserta didik dalam sebuah proses pembelajaran. Untuk
melihat gunung Sakura misalnya, seorang pendidik cukup mengetik
“Gunung Sakura” di panel Google dan sederet pilihan akan muncul di daftar

5
pencarian. Dengan mengklik sebuah web, kemungkinan akan muncul
gunung sakura dan keterangannya. Laman yang baik tentu akan
memberikan gambaran jelas tentang suatu keadaan. Dengan cara ini, siswa
tidak perlu mencari informasi dari perpustakaan konvensional tentang
gunung Sakura karena memakan waktu yang lama dan hasilnyapun
mungkin tidak sebaik yang ditampilkan di internet yang dilengkapi dengan
warna warni dan animasi.
2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini
teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa.
Misalnya teknologi komputer dipelajari oleh beberapa jurusan di perguruan
tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu komputer. dalam
pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK
sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasi siswa semua kompetensinya.
3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran
(literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran
sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah kompetensi
berbantuan komputer. Disini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru
yang berfungsi sebagai fasilitator, motivator, transmiter, dan evaluator.
4. Perkembangan teknologi informasi saat ini, terutama internet, mampu
menghadirkan ruang-ruang interaksi virtual serta menyediakan
informasi/resources dalam jumlah yang melimpah yang bisa diakses secara
cepat dan akurat. Dengan demikian berbagai aktivitas keseharian termasuk
di dalamnya aktivitas pendidikan sebenarnya bisa dilakukan dengan lebih
mudah, murah, dan efisien. Jika pada masa lalu sumber pengetahuan hanya
terpusat pada institusi-institusi pendidikan formal maka saat ini sumber
pengetahuan tersebar di berbagai lokasi yang melintasi batas-batas institusi,
geografis maupun negara.

C. Smartphone dalam Pengajaran Bahasa Inggris


Dengan potensi besar mereka untuk menjadi perangkat penting di kelas
bahasa, smartphone dapat membantu siswa menjadi peserta didik otonom, karena

6
mereka memberikan akses mandiri terhadap materi pembelajaran yang
dipersonalisasi, terutama melalui internet. Mereka dapat menawarkan kesempatan
belajar multi-sensorik bagi para pelajar. Guru juga memiliki kesempatan untuk
berkomunikasi dengan peserta didik dari mana saja kapanpun mereka mau, dan
dapat mengirimkan materi pembelajaran yang mereka siapkan untuk peserta didik
mereka. Barrs (2011: 231) menekankan bahwa smartphone memungkinkan akses
"kapanpun, kapan saja … ke jumlah informasi dan sumber yang semakin meningkat
melalui fungsi dan aplikasi seperti panggilan seluler, audio/Rekaman video, akses
internet tanpa kawat, aplikasi jejaring sosial, kamus mobile dan program flashcard".
Kepemilikan smartphone semakin meningkat hari di seluruh dunia Ribuan
aplikasi tersedia untuk berbagai tujuan, termasuk pembelajaran bahasa. Beberapa
keuntungan dari merekomendasikan aplikasi pembelajaran bahasa kepada siswa
sebagai berikut: Kenyamanan - Mereka memberi siswa kesempatan untuk belajar /
meninjau setiap hari, kapan saja, tanpa perlu mengingat untuk membawa buku atau
materi kelas mereka. Kekurangan - Sebagian besar aplikasi mudah digunakan dan
diatur dengan baik menjadi topik. Siswa tidak membuang waktu mencari apa yang
ingin mereka praktikkan. Keterlibatan - Mereka ideal untuk melibatkan peserta
didik yang sangat berpikiran secara teknis dan secara alami menikmati penggunaan
gadget.
Rosell-Aguliar (2014) juga menjelaskan beberapa keuntungan
menggunakan aplikasi smartphone untuk pembelajaran bahasa. Layar sentuh yang
responsif, entri teks yang disempurnakan, gambar berkualitas tinggi, rekaman audio
dan video, editing, dan sharing, pengenalan suara, voltase, konektivitas, dan GPS
semua mempertemukan pengalaman multi-sensorik yang diperlukan untuk
pembelajaran bahasa yang efektif. Selanjutnya, informasi dapat disajikan dengan
cara yang bervariasi, melalui campuran media yang berbeda yang membuat mereka
lebih menarik daripada buku teks atau kegiatan tradisional. Mereka juga baik bagi
peserta didik karena takut gagal, karena mereka mungkin merasa nyaman untuk
mencoba tugas sebanyak yang mereka mau sampai mereka mendapatkan jawaban
yang benar. Fitur seperti permainan juga membuat aplikasi menjadi menyenangkan
dalam proses belajar bahasa. Di antara aplikasi yang berlaku untuk pelajar bahasa

7
adalah Busuu©, SpeakingPal© English Tutor©, Voxy©, MyWordBook©,
Converration English©, Tata Bahasa Inggris di Tes Penggunaan©, Sistem
Pengetesan Bahasa Inggris Internasional (IELTS) Panduan Kosakata Guru©
Duolingo©, Kindle©, MacMillan Sounds©, KuisWaktu©, Skype© atau FaceTime©,
dan Blackboard Berkolaborasi©.
Smartphone dapat menyimpan banyak aplikasi untuk tujuan yang berbeda.
Peserta didik dapat memutuskan mana yang paling sesuai dengan kebutuhan
mereka dan mendownloadnya. Ada berbagai macam aplikasi untuk
mengembangkan kemampuan bahasa yang berbeda (tatabahasa, kosa kata,
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Seperti Rosell-Aguliar (2014:
3) menyatakan "kombinasi aplikasi yang mencakup berbagai keterampilan akan
membantu peserta didik bahasa terlibat, kapan saja, di mana saja dan pada
kecepatan apapun dengan berbagai gaya pengajaran, dari Latihan tata bahasa yang
berulang ke solusi all-in-one yang mudah". Oleh karena itu, kehadiran aplikasi
mobile mempromosikan pembelajaran bahasa di mana-mana dan membuat peserta
didik lebih otomatis, memungkinkan mereka mendapatkan akses ke sumber daya
yang kaya, kapanpun dan dimanapun mereka inginkan.
Saat ini smartphone menjadi semakin umum dan banyak siswa
memilikinya dan membawa mereka ke kelas sebagai barang biasa, seperti buku dan
pensil. Namun, ada sedikit penelitian tentang penggunaan smartphone dalam
konteks belajar bahasa. Salah satu proyek pertama yang menggunakan ponsel
dalam pembelajaran bahasa dikembangkan oleh Stanford Learning Lab untuk
bahasa Spanyol. Program mereka mengembangkan praktik kosa kata, kuis,
terjemahan kata dan frase, dan akses ke tutor berbicara langsung. Hasilnya
menunjukkan bahwa penggunaan telepon seluler efektif untuk pengiriman kuis
(Chinnery, 2006). Thornton dan Houser (2005) meneliti sejauh mana ponsel
digunakan untuk tujuan pendidikan. Mereka menggunakan telepon genggam untuk
memberikan instruksi kosa kata melalui Short Message Service (SMS) di
universitas Jepang, dan membuat situs web untuk bahasa Inggris idiom. Hasilnya
menunjukkan bahwa siswa yang belajar melalui SMS dua kali lebih berhasil dalam

8
mempelajari kosa kata bila dibandingkan dengan mereka yang mendapat pelajaran
di sistem berbasis kertas.
D. Positive dan negative smartphone dalam pembelajaran
Berbicara mengenai pengaruh smartphone, pastinya ada pengaruh yang
bersifat positif dan juga ada pengaruh yang bersifat negatif. Pengaruh smartphone
yang sangat menonjol adalah pengaruh terhadap anak-anak yaitu di kalangan
pelajar. Dari pelajar sekolah dasar (SD), pelajar sekolah menengah pertama (SMP),
maupun pelajar sekolah menengah atas (SMA) dan mahasiswa perguruan tinggi
(Universitas) banyak yang telah menggunakan dan memanfaatkan handphon pintar
atau smartphone. Berikut pengaruh smarthphone bagi pelajar. Pengaruh
smartphone bagi pelajar yang bersifat positif, atau dapat disebut kegunaan dan
pemanfaatan diantaranya sebagai berikut :
1. Smartphone yang dilengkapi system operasi yang dapat terhubung dengan
internet mempermudah pelajar untuk mengakses internet guna mencari informasi
atau materi mata pelajaran yang hendak atau sedang dihadapi dengan
memanfaatkan aplikasi browser yang ada.
2. Dengan smartphone yang tersedia aplikasi email, mempermudah pelajar untuk
mengirim email tanpa harus mencari warung internet (warnet).
3. Pelajar dapat mencari informasi secara mendunia dan bahkan berkomunikasi
yang sangat luas tanpa harus bertatap muka langsung dengan orang tersebut.
4. Smartphone menambah wawasan pelajar dalam segala hal.
Selain manfaat tersebut, masih banyak yang lainnya, yang mungkin
dianggap sepele tapi juga bermanfaat. Selanjutnya pengaruh smartphone yang
bersifat negative terhadap pelajar. Pengaruh negative dapat disebut juga sebagai
dampak negative, diantaranya sebagai berikut :
1. Smartphone dapat mengganggu konsentrasi belajar, hal ini karena smartphone
mempunyai banyak fitur yang mengganggu konsentrasi belajar. Misalnya,
smartphone bordering ada panggilan masuk, ada sms masuk, ada pesan dari
jaringan sosial, dan lain sebagainya saat belajar berlangsung.

9
2. Smartphone dapat mengganggu kesehatan penggunanya. Penggunaan
smartphone yang terlalu lama dan terus menerus dapat mengganggu kesehatan mata
pada penggunanya.
3. Smartphone dapat menjadikan penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tak
jarang pelajar yang menggunakan smartphone sambil mengendarai kendaraannya,
hal tersebut sangat berbahaya terhadap keselamatan lalu lintas karena menjadikan
tidak fokus pada kendaraan yang dikendarainya serja jalan yang dilaluinya.
4. Smartphone menjadikan pelajar ketergantungan terhadap fitur dan aplikasi
yang ada, misalnya pelajar ketergantungan dengan aplikasi kalkulator yang ada di
aplikasi smartphone tersebut, pelajar ketergantungan terhadap aplikasi kamus yang
terinstal dalam smartphone dalam mengerjakan tugas sekolahnya.
5. Adanya fitur dan aplikasi game dalam smartphone, membuat pelajar dapat
memilih game dan memainkanya tanpa batasan waktu dan tenpa menghiraukan
bahkan menyampingkan kewajiban belajarnya, dan tak jarang yang kecanduan
terhadap game tersebut.
6. Smartphone dapat membuang waktu dengan sia-sia ataupun lupa waktu
untuk kewajiban belajarnya.
7. Smartphone menjadikan boros uang. Hal ini karena sering aktif dengan
smartphone yang juga membutuhkan pulsa, sering kali mereka rela menghabiskan
uang demi membeli pulsa untuk keperluan operasional smartphonenya.
8. Smartphone yang dengan mudah mengakses internet, tak jarang digunakan oleh
pelajar untuk mengakses situs-situs yang berbaur pornografi. Misalnya smartphone
digunakan untuk mengakses atau mendownload video-video pornografi.
9. Aplikasi jaringan sosial yang terinstal di smartphone yang dapat terhubung
dan digunakan setiap saat, tak jarang digunakan untuk kesenangan yang melebihi
batas. Dengan jaringan sosial dapat berkomunikasi dengan orang di dunia maya
tanpa mengenal orang yang sedang berkomunikasi dengannya di dunia nyata, hal
ini dapat menimbulkan masuknya budaya atau kebiasaan lawan komunikasi yang
bersifat negative ditirunya.
10. Dengan smartphone, pelajar terkadang menjadikannya sebagai alat
komunikasi dalam bergaul, dan tak jarang mereka yang salah dalam bergaul.

10
Masih banyak dampak smartphone bagi pelajar yang mungkin tanpa
disengaja dan tanpa disadari oleh kita dalam masyarakat. Semua dampak tersebut
tidaklah mutlak sebagai sisi negative handphone pintar smartphone tersebut. Semua
dampak negative pasti ada pencegahannya, bagaimana pencegahan pengaruh
smartphone dikalangan pelajar agar menghasilkan pengaruh yang positif saja.
Tentunya tak mudah semudah membalikkan telapak tangan. Penggunaan
smartphone oleh pelajar dengan pengawasan orang tua dan batasan waktu serta
batasan penggunaan adalah salah satu cara menanggulang dampak negatif
smartphone tersebut.
Sebaiknya orang tua selalu memberikan pengawasan yang lebih terhadap
anaknya yang masih di kalanga pelajar dalam penggunaan smartphone. Jadikanlah
perkembangan teknologi telekomunikasi smartphone sebagai alat penunjang dan
pembantu penunjang kehidupan yang maksimal serta berbuahkan hasil yang
bermanfaat dan memuaskan.

E. Gender dan Teknologi Komputer dalam pembelajaran


Ada jumlah laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang yang menekuni
bidang ilmu komputer (IK) dan Teknik Komputer (TK). Baru-baru ini, penelitian
menunjukkan bahwa ada penurunan bertahap bagi perempuan dalam mengambil
gelar atau mengejar karir di IK dan TK di Amerika (National Centre for Women &
Information Technology, 2009). Apakah perempuan dapat berhasil menggeluti
komputer dapat bergantung pada persepsi individual mereka, identitas gender di
masyarakat, dan dukungan dari keluarga dan masyarakat. Perempuan tidak dapat
berinteraksi secara bebas karena adanya perbedaan kekuatan dalam masyarakat saat
mereka mempelajari komputer. Selain itu, literatur tentang komputer dalam
pendidikan bahasa juga dilengkapi dengan penelitian yang menunjukkan
ketidaksetaraan dalam mengakses teknologi untuk anak perempuan.
Jalur lain dari penelitian perbedaan gender juga dilakukan di bidang
pembelajaran bahasa kedua (L2). Itu Hasil penelitian L2 mengungkapkan bahwa
gender telah terbukti menjadi variabel yang signifikan dalam menggunakan strategi
untuk belajar bahasa kedua. Sebagai contoh, perempuan menggunakan strategi

11
lebih sering daripada laki-laki sesuai dengan strategi Oxford's (1990) tentang
Strategi Inventori untuk Pembelajaran Bahasa, termasuk strategi memori, kognitif,
metakognitif, afektif, dan sosial. Ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
perempuan dalam kategori kompensasi dan strategi afektif. Selain itu, dalam
konteks pembelajaran bahasa berbasis komputer berbasis video, pembelajar L2
laki-laki dan perempuan menggunakan kategori strategi yang berbeda secara
signifikan untuk memahami pelajaran bahasa berbasis video (Lin, 2009). Karena
penelitian sebelumnya di bidang yang disebutkan di atas telah menunjukkan bahwa
gender dapat menjadi variabel yang signifikan. Namun, beberapa studi
membandingkan kinerja bahasa pelajar laki-laki dan perempuan dalam konteks
CALL berbasis video L2. Penelitian saat ini selanjutnya dilakukan untuk menguji
apakah ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam
pemahaman teks L2 dan pembelajaran kosa kata saat materi pembelajaran
diinterpretasikan dengan video dan ditampilkan di komputer.
Rahimi dan Miri (2014) menganalisis dampak penggunaan kamus mobile
pada pembelajaran bahasa. Temuan menunjukkan bahwa pelajar bahasa Inggris
sebagai orang asing (EFL) yang menggunakan kamus mobile untuk belajar bahasa
Inggris meningkatkan kemampuan bahasa mereka lebih banyak daripada mereka
yang menggunakan kamus cetak. Variabel gender tidak membuat perbedaan yang
signifikan. Dalam studi serupa lainnya, Wu (2014) menyelidiki keefektifan
smartphone dalam membantu siswa Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua (ESL)
belajar kosa kata bahasa Inggris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
menerima perlakuan pada kelompok eksperimen secara signifikan mengungguli
kelompok kontrol. Dari banyak penelitian itu maka penulis melihat pentingnya
penelitian tentang peran dan posisi smartphone dalam pembelajaran bahasa,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa jurusan
pendidikan bahasa Inggris FITK IAIN Surakarta menggunakan smartphone untuk
tujuan belajar bahasa ditinjau dari perspektif gender.

12
METODOLOGI
Ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menginvestigasi
penggunaan smartphone oleh mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris.
Penelitian ini memiliki desain metode campuran dalam hal pengumpulan data.
Sumber data utama terdiri dari kuesioner kuantitatif dan wawancara semi-
terstruktur kualitatif singkat, dilakukan dengan 62 mahasiswa. Yang terdiri dari 22
laki-laki dan 40 perempuan. Penelitian dijelaskan dengan model kuantitatif yang
dominan yang didukung dengan wawancara lanjutan.
Untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode Angket (Questionnaire)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung terhadap subjek
penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara
lebih mendalam tentang peran smartphone dalam pembelajaran bahasa Inggris
ditinjau dari perpektif gender. Dengan wawancara diharapkan dapat diketahui secar
detail apa yang dilakukan mahasiswa dengan smartphone selama proses
pembelajaran serta tanggapan mahasiswa terhadap smartphone serta kaitanya
dengan gender.
Untuk menganalisi data yang telah dikumpulkan, yang pertama adalah dengan
mendeskripsikan hasil angket mengenai peran smartphone dengan deskriptif
qualitative sederhana. Kemudian dilakukan uji Mann-Whitney U non-parametrik
untuk menganalisis data yang berkaitan dengan gender, sedangkan uji Kruskal
Wallis-H digunakan untuk menganalisis data yang berkaitan dengan lamanya
kepemilikan siswa terhadap smartphone. Untuk data yang berasal dari wawancara,
data kualitatif berupa rekaman tersebut di buat script oleh peneliti, setelah itu
jawabannya dikategorikan dan diinterpretasikan. Dalam wawancara peneliti

13
mengajukan pertanyaan tentang peranan penggunaan smartphone yang paling
penting dan prediksi mengenai status masa depan smartphone.

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Bagian ini menyajikan deskripsi data hasil penelitian yang menggambarkan
peran Smartphone dalam pembelajaran bahasa Inggris dari perspektif gender pada
mahasiswa Jurusan PBI FITK IAIN Surakarta.
Tabel 4.1 Analisis frekuensi tanggapan peserta terhadap item dalam kuesioner
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Kemunculan Smartphone telah 4,9% 16,4% 24,6% 32,8% 21,3%
memberikan kontribusi signifikan 3 10 15 20 13
terhadap proses belajar bahasa saya.
2 Saya sengaja menggunakan 6,6% 13,1% 16,4% 41% 23%
Smartphone saya untuk tujuan 4 8 10 25 14
belajar bahasa.
3 Saya menggunakan perekam suara 26,2% 36,1% 19,7% 13,1% 4,9%
Smartphone untuk merekam 16 22 12 8 3
pelajaran dan dapat
mendengarkannya nanti.
4 Biasanya saya mencari tahu item 0% 3,3% 8,2% 57,4% 31,1%
leksikal yang tidak diketahui dalam 0 2 5 35 19
kamus di smartphone.
5 Kemajuan teknologi tanpa henti 3,3% 11,5% 29,5% 39,3% 16,4%
membawa kesempatan unik bagi 2 7 18 24 10
saya untuk mengembangkan
kemampuan bahasa asing.
6 Dengan smartphone, saya bisa 14,8% 19,7% 18% 27,9% 19,7%
menyimpan materi bacaan bahasa 9 12 11 17 12

14
Inggris dan membukannya
kapanpun.
7 Saya tidak suka menggunakan 1,6% 8,2% 24,6% 54,1% 11,5%
Smartphone untuk tujuan belajar 1 5 15 33 7
bahasa.
8 Saya menggunakan Smartphone 1,6% 3,3% 14,8% 42,6% 37,7%
untuk mengambil foto dan video 1 2 9 26 23
tugas-tugas pada pembelajaran
bahasa.
9 Memiliki smartphone 4,9% 6,6% 21,3% 49,2% 18%
memungkinkan saya belajar bahasa 3 4 13 30 11
Inggris kapanpun dan dimanapun
saya inginkan tanpa batasan.
10 Memiliki smartphone menghemat 13,1% 14,8% 26,2% 44,3% 1,6%
banyak waktu saya dalam studi 8 9 16 27 1
bahasa Inggris.
11 Berbagai aplikasi yang ditawarkan 23% 34,4% 21,3% 16,4% 4,9%
oleh smartphone pada umumnya 14 21 13 10 3
mengalihkan perhatian saya dari
fokus pada studi yang berhubungan
dengan bahasa Inggris.
12 Memiliki smartphone adalah 0% 3,3% 23% 50,8% 23%
masalah nyata yang mencegah 0 2 14 322 14
konsentrasi saya dalam studi bahasa
Inggris di kampus.
13 Smartphone tidak diragukan lagi 6,6% 11,5% 27,9% 45,9% 8,2%
merupakan alat yang paling penting 4 7 17 28 5
dalam hal akses terhadap informasi.
14 Menggunakan smartphone 1,6% 8,2% 31,1% 47,5% 11,5%
membantu saya mengembangkan 1 5 19 29 7
kemampuan membaca.

15
15 Menggunakan smartphone 1,6% 13,1% 18% 44,3% 23%
membantu mengembangkan 1 8 11 24 4
kemampuan mendengar.
16 Menggunakan smartphone 11,5% 37,7% 16,4% 21,3% 13,1%
membantu saya mengembangkan 7 23 10 13 8
kemampuan menulis.
17 Menggunakan smartphone 19,7% 32,8% 21,3% 24,6% 1,6%
membantu saya mengembangkan 12 20 13 18 1
kemampuan berbicara.
18 Menggunakan smartphone 3,3% 16,4% 14,6% 36,3% 29,7%
membantu saya mengembangkan 2 10 8 22 20
kosakata saya.
19 Smartphone menawarkan 9,8% 181% 26,2% 39,3% 6,6%
kesempatan untuk berlatih bahasa 6 19 16 24 4
Inggris di luar kelas.
20 Saya dapat memanfaatkan 4,9% 27,9% 29,5% 34,4% 3,3%
Smartphone cukup efektif untuk 3 17 18 21 2
tujuan belajar bahasa.
21 Saya mencoba memanfaatkan setiap 1,6% 8,2% 19,7% 52,5% 18,0%
fasilitas yang disediakan oleh 1 5 12 32 11
smartphone untuk meningkatkan
kemampuan bahasa.
22 Smartphone adalah asisten nyata 4,9% 14,8% 34,4% 41% 4,9%
untuk saya dalam mengerjakan 3 9 21 25 3
tugas.
23 Sebagai calon guru bahasa Inggris, 1,6% 9,8% 37,7% 45,9% 4,9%
saya dapat memanfaatkan 1 6 23 28 3
smartphone saya sebagai fasilitator
untuk mengembangkan kemampuan
bahasa Inggris untuk profesi
pengajar.

16
24 Saya tidak dapat menggunakan 14,8% 11% 32,5% 40,5% 13,2%
Smartphone secara efektif untuk 9 13 22 13 4
tujuan belajar bahasa.
25 Smartphone sangat berguna dalam 11,5% 19,7% 31,1% 26,2% 11,5%
hal kontribusi mereka terhadap 7 12 19 16 7
studi saya.
26 Saya menggunakan aplikasi 4,9% 24,6% 27,9% 34,4% 8,2%
pembelajaran bahasa tertentu di 3 15 17 21 5
smartphone.
27 Saya menggunakan Smartphone 0% 3,3% 26,2% 44,3% 26,2%
yang memiliki fitur seperti kamus 0 2 16 27 16
bahasa Inggris dan akses internet.
28 Saya membeli Smartphone karena 18% 21,3% 39,3% 19,7% 1,6%
saya bisa menggunakannya untuk 11 13 24 12 1
belajar bahasa Inggris
29 Saya menghabiskan banyak waktu, 23% 24,6% 34,4% 14,8% 26,2%
mengobrol dalam bahasa Inggris 14 15 21 9 2
dengan teman-teman saya di
Smartphone.
30 Saya menggunakan bahasa Inggris 24,6% 31,1% 32,8% 8,2% 3,3%
sebagai media komunikasi saat 15 19 20 5 2
sedang ngobrol di WhatsApp
Messenger
31 Selama waktu senggang, saya 13,1% 24,6% 23% 31,1% 8,2%
menonton video berbahasa Inggris 8 15 14 19 5
di Smartphone.
32 Menggunakan terjemahan Google 1,6% 18% 21,3% 45,9% 13,1%
untuk mengetahui kata baru, tonton 1 11 13 28 8
youtube, dengan menggunakan
aplikasi sosial. Cara yang baik
untuk belajar bahasa Inggris

17
33 Smartphone selalu mudah dibawa 4,9% 19,7% 49,2% 18% 8,2%
dan selama waktu senggang kita 3 12 30 11 5
bisa akses dan pelajari
34 Smartphone sangat membantu, tapi, 9,8% 23% 31,1% 32,8% 3,3%
sebagai mahasiswa, saya selalu 6 14 19 20 2
membutuhkan buku-buku yang
sebenarnya untuk dipelajari.
35 Smartphone sangat membantu 3,3% 24,6% 41% 26,2% 4,9%
untuk memeriksa pengucapan. 2 15 25 16 3
36 Smartphone sangat membantu 4,9% 16,4% 18% 47,5% 13,1%
untuk memverifikasi penggunaan 3 10 11 29 8
kata-kata bahasa Inggris.
37 Melalui Smartphone, materi yang 11,5% 27,9% 29,5% 29,5% 1,6%
berhubungan dengan tatabahasa 7 17 18 18 1
bisa diakses.
38 Smartphone membantu saya untuk 14,8% 21,3% 32,8% 24,6% 6,6%
merekam dan menghafal daftar 9 13 20 15 4
kata-kata.
39 Aplikasi seperti WhatsApp 8,2% 16,4% 44,3% 27,9% 3,3%
membantu saya membentuk 5 10 27 17 2
kelompok dan berkontribusi untuk
meningkatkan kemampuan menulis,
membaca, dan berbicara.
40 Bayak aplikasi di smartphone yang 16,4% 24,6% 27,9% 23% 8,2%
dapat mengganggu saya dalam 10 15 17 14 5
meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris.
Catatan: (STS) Sangat tidak setuju: 1, (TS) Tidak setuju: 2, (N) Netral: 3, (S) Setuju: 4,
(SS) Sangat setuju: 5.

18
Table 4.1 menunjukkan frekuensi distribusi data hasil angket mengenai peranan
smartphone dalam pembelajaran bahasa Inggris.

1. Gambaran peran Smartphone dalam pembelajaran bahasa Inggris pada


mahasiswa Jurusan PBI FITK IAIN Surakarta

Pada bagian ini, temuan yang dihasilkan oleh analisis kuantitatif dan kualitatif
yang dilakukan sebagai bagian dari penelitian ini dibahas secara rinci. Semua
analisis berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian yang ditetapkan
pada awal penelitian ini. Pertanyaan penelitian 1: Bagaimana peran Smartphone
dalam pembelajaran bahasa Inggris pada mahasiswa Jurusan PBI FITK IAIN
Surakarta? Untuk memberikan jawaban yang pertama pertanyaan penelitian, Tabel
4.1 menyajikan analisis frekuensi dan persentase tanggapan mahasiswa terhadap
setiap item yang ada. Tabel 4.1 menjelaskan bahwa sebagian besar Mahasiswa
menganggap smartphone bermanfaat untuk proses belajar bahasa mereka dan
menggunakannya sesuai dengan itu. Terkait dengan kontribusi umum smartphone
terhadap proses belajar bahasa, item seperti 1, 2, 9, 21, dan 23 menerima
persetujuan dari sebagian besar mahasiswa yaitu 54,1%, 63%, 67,2%, 70,5%, dan
50,8. Dengan rata-rata ketidak setujuannya haya sebesar 13%. Hal ini juga
didukung oleh tingkat kesetujuan yang cukup besar pada item-item yang menjadi
lawan dari item-item tersebut yaitu item terbalik 7, 12, dan 24 yang mencapai
65,6%, 73,8%, dan 57,3%. Selain itu, item 9 dan 19 yang secara langsung berfokus
pada kontribusi smartphone terhadap pembelajaran dipilih dengan nilai persetujuan
yang sangat tinggi oleh para mahasiswa. Seperti yang dikutip dalam literatur terkait,
tidak adanya pembatasan waktu dan tempat merupakan salah satu alasan
penggunaan dan maanfaat smartphone yang paling signifikan (Barrs, 2011; El-
Hussein & Cronje, 2010; Kukulska-Hulme, 2009; Mehta , 2012; Sharples, 2006).
Mengenai peran smartphone dalam pengembangan kemampuan bahasa, item
14 (59%), terkait dengan membaca dan item 15 (67,3%), terkait dengan
pendengaran sebagian besar mendapat persetujuan dari para mahasiswa.
Sedangkan, item 16 (34,4%), yang berkaitan dengan penulisan dan item 17 (26,2%)

19
yang terkait dengan berbicara sebagian besar mahasiswa tidak begitu
menyetujuinya. Akan tetapi, item 18 mengenai kosa kata yang berkaitan dengan
bahasa Inggris, kebanyakan mendapatkan persetujuan dari para mahasiswa dengan
prosentase sebesar (66%). Ini jelas menunjukkan bahwa mahasiswa dapat
memanfaatkan smartphone untuk pengembangan keterampilan reseptif, namun
tidak untuk keterampilan produktif. Dimensi produktif bahasa secara umum
terbukti menantang. Di sini sekali lagi, ini menjadi kelemahan bagi smartphone
(Kétyi, 2013), namun di tahun-tahun mendatang, dengan munculnya aplikasi baru,
dimensi produktif ini diharapkan dapat ditambahkan ke smartphone.
Sedangkan untuk item dengan frekuensi tertinggi persetujuan dan ketidak
setujuan yaitu: item 4 " Biasanya saya mencari tahu item leksikal yang tidak
diketahui dalam kamus melalui smartphone." disetujui oleh 35 (57,4%) dan sangat
setuju dengan 19 (31,1%) mahasiswa (total persetujuan 88,5% mahasiswa
menyetujui), tidak ada mahasiswa yang menyatakan sangat tidak setuju dengan
item ini dan haya 3,3% mahasiswa saja yang menyatakan tidak setuju (total ketidak
setujuan 3,3%), dan 8,2% mahasiswa netral. sedangkan Item 3 "Saya menggunakan
perekam suara smartphone untuk merekam pelajaran dan dapat mendengarkannya
nanti" mendapatkan ketidak setujuan dengan angka 22 (36,1%) dan sangat tidak
setuju sebanyak 16 (26,2%) mahasiswa (total ketidak setujuan 62,3% mahasiswa),
mahasiswa yang menyetujui item ini hanya 13,1% dan sangat menyetujui 4,9%
mahasiswa (total persetujuan hanya 18% mahasiswa), dengan jumlah netral
mencapai 19,7% mahasiswa. Karena item mencari tahu leksikal yang tidak
diketahui merupakan komponen pembelajaran bahasa asing yang penting, atau
mungkin bahkan terbesar, dimana smartphone memberikan bantuan nyata, mudah
dipahami bahwa para mahasiswa menggunakan kamus online dan offline begitu
sering (Abbasi & Hash- emi, 2013; Rahimi & Miri, 2014; Thornton & Houser,
2005; Wu, 2014). Namun, dalam kasus Item 3, meskipun memiliki kelebihan yang
sangat baik yaitu fungsi perekam suara dari smartphone bisa memberikan
kesempatan berharga bagi mahasiswa untuk memiliki kesempatan untuk berhenti
mengikuti kuliah sejenak dan melanjutkan memahami perkuliahan dengan rekaman
kapanpun dan dimanapun mereka mau (Barrs, 2011), walaupun memiliki

20
keunggulan itu namun mahasiswa dengan jelas melaporkan bahwa mereka
kebanyakan tidak menggunakan fungsi ini. Yang lebih menarik lagi, Item 8 "Saya
menggunakan smartphone untuk mengambil foto dan video tugas-tugas pada
pembelajaran bahasa" menerima persetujuan dari 26 mahasiswa, (42,6%) dan
sangat setuju dari 23 (37,7%) mahasiswa (total persetujuan 80,3%). Dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa di sini lebih memilih fungsi visual dan audio dalam
rangka untuk lebih mengeksplorasi kreatifitas mahasiswa.
Melihat peran dan penggunaan smartphone, dalam sebuah wawancara
lanjutan dengan 29 mahasiswa, kami mengajukan dua pertanyaan utama, yang
pertama adalah "menurut Anda apa penggunaan terpenting dari smartphone?"
Analisis kualitatif tanggapan para mahasiswa untuk pertanyaan ini mengungkapkan
bahwa mereka semua mengakses internet melalui smartphone dan
menggunakannya untuk mengambil foto dan merekam video. Sebagian besar dari
mereka (21 dari 29) menggunakan Smartphone mereka untuk mengembangkan dan
memperbaiki pengetahuan kosa kata mereka melalui beberapa kamus dan
permainan kata, yang mendukung tanggapan yang diberikan pada item leksikal dan
kamus dalam kuesioner. Area penggunaan utama kedua (10 dari 29) dilaporkan
merupakan situs jejaring sosial seperti Twitter®, Facebook® dan Instagram®.
Beberapa mahasiswa (8 dari 29) melaporkan bahwa mereka menggunakan
Smartphone mereka karena berlatih langgsung keterampilan bahasa, yaitu
membaca, mendengar, dan berbicara.
Pertanyaan kedua yang ditujukan kepada mahasiswa adalah " Seperti apa
peranan smartphone kedepannya? Apa yang Anda prediksi tentang masa depan
smartphone? "Menanggapi tanggapan para mahasiswa mengenai masa depan
smartphone, dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang percaya bahwa smartphone
akan mengkonsolidasikan tempat mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa
1, misalnya, menyatakan "smartphone akan menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari manusia". Demikian pula, Mahasiswa 27 mengatakan
"mereka akan menjadi seperti pensil dan kertas". Pandangan positif lainnya
termasuk: Mahasiswa 3: "Orang akan memakai smartphone seperti jam tangan."
Mahasiswa 7: "Mereka akan memungkinkan kita untuk melakukan teleportasi

21
kapanpun kita mau." Mahasiswa 8: "Ujian tertulis akan mati." Mahasiswa 13:
"Mereka akan lebih pintar”. Mahasiswa 16: "Akan ada lebih banyak aplikasi untuk
berbicara." Mahasiswa 20: "Mereka akan digunakan sebagai kartu identitas dan alat
pembayaran." Mahasiswa 23: "Mereka akan mengganti laptop." Pelajar 26:
"Pengajaran akan bergantung pada mereka. "
Di samping mayoritas melaporkan prediksi positif mengenai status masa
depan smartphone, dua mahasiswa menyatakan prediksi negatif tentang masa depan
smartphone. Mahasiswa 5, misalnya, berpendapat, "mungkin tidak ada smartphone
di masa depan, tapi mungkin ada beberapa perangkat lain untuk menggantikannya."
Demikian pula, Pelajar 29 meramalkan, "smartphone akan menjadi kuno, perangkat
teknologi baru akan muncul".
Pertanyaan ketiga yang ditujukan kepada mahasiswa adalah " Apakah Anda
menggunakan ponsel untuk belajar bahasa? "Menanggapi tanggapan para
mahasiswa mengenai penggunaan smartphone untuk belajar bahasa, dapat
dikatakan bahwa kebanyakan orang percaya bahwa smartphone sangat membantu
mahasiswa dalam belajar bahasa terutamnya adalah dalam hal pencarian leksikal
yang belum diketahui artinya (sebagai kamus/dictionary) dan juga untuk mengakses
berbagai material dari internet yang kemudian disimpan dalam memori serta di
pelajari kembali dilain waktu. Mahasiswa 5, misalnya, menyatakan "smartphone
sangat membatu untuk menemukan makna kata yang baru dan asing". Demikian
pula, Mahasiswa 17 mengatakan "mereka membuka aplikasi kamus offline dan
kamus online untuk mencari tahu makna serta cara pengucapa kata yang benar".
Pandangan positif lainnya termasuk: Mahasiswa 10: "kemampuan smartphone
untuk terhubung dengan jaringan internet online sangat membantu dalam
menemukan materi yang susah didapatkan di perpustakaan." Mahasiswa 7: "lewat
browsing internet mereka dapat memperkaya sumber-sumber belajar yang
beragam.".
Pertanyaan keempat yang ditujukan kepada mahasiswa adalah " Program atau
aplikasi apa yang telah Anda gunakan untuk belajar bahasa?" Menanggapi
tanggapan para mahasiswa mengenai aplikasi apa yang digunakan untuk belajar
bahasa inggris, dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang menggunakan aplikasi

22
kamus elektronik dengan suara, hal ini sangat membantu mahasiswa dalam belajar
bahasa terutamanya adalah dalam hal pencarian leksikal yang belum diketahui
artinya (sebagai kamus/dictionary). Selain itu ada beberapa applikasi pemutar MP3,
Youtube, dan web browser. Pemutar MP3 selalu menjadi pilihan utama dalam
pembelajaran listening, dimana audio rekaman bisa diputar secara berulang-ulang
kapanpun dan dimanapun. Youtube memberikan pengalaman listening dan juga
belajar yang berbeda dengan adanya video yang bisa ditonton, hal ini
memungkinkan mahasiswa menonton kuliah dari pakar-pakar luar negeri dengan
mudah sebagai tambahan informasi yang telah didapatkan selama kuliah. Web
browser memudahkan mahasiswa untuk mengakses berbagai materi dari internet
yang kemudian disimpan dalam memori serta di pelajari kembali dilain waktu.
Mahasiswa 2, misalnya, menyatakan "kamusku aplikasi yang dia miliki di
smartphone yang kerapkali dia buka ketika belajar bahasa Inggris ". Demikian pula,
Mahasiswa 11 mengatakan "mereka mendownload video-video pembelajaran dari
Youtube sebagai tambahan sumber informasi dalam belajar bahasa inggris
mengingat video lebih mudah dipahamai". Pandangan positif lainnya termasuk:
Mahasiswa 23: "google chrome serta google search engine membantu mereka
menemukan informasi dan materi yang susah didapatkan di perpustakaan."
Mahasiswa 7: "lewat browsing internet mereka dapat memperkaya sumber-sumber
belajar yang beragam.".
Pertanyaan kelima yang ditujukan kepada mahasiswa adalah " Sejauh mana
Smartphone memiliki dampak terhadap pembelajaran bahasa Anda?" Menanggapi
tanggapan para mahasiswa mengenai sejauhmana dampak smartphone untuk
belajar bahasa, dapat dikatakan bahwa kebanyakan orang percaya bahwa
smartphone merubah model belajar mereka dan sangat membantu mahasiswa dalam
belajar keterampilan berbahasa baik itu listening, speaking, reading dan writing.
Mahasiswa 9, misalnya, menyatakan "dulu susah sekali untuk melakukan latihan
listening, karena material yang terbatas, tetapi dengan smartphone hal itu menjadi
sangat mudah". Demikian pula, Mahasiswa 15 mengatakan "dengan smartphone
tidak peru susah bawa kamus cetak yang merepotkan dan tidak efisien dalam
pencarian arti katanya". Pandangan positif lainnya termasuk: Mahasiswa 21:

23
"kemampuan smartphone untuk terhubung dengan jaringan internet online sangat
membantu dalam menemukan materi yang susah didapatkan di perpustakaan."
Mahasiswa 14: "lewat browsing internet mereka dapat memperkaya sumber-
sumber belajar yang beragam.".

2. Bagaimana pengaruh gender terhadap penggunaan smartphone dalam


pembelajaran bahasa Inggris pada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa
Inggris
Untuk memberikan jawaban yang kedua pertanyaan penelitian, Tabel 4.2
menyajikan analisis uji Mann-Whitney U yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh variabel 'gender'. Tabel 4.2 Analisis hasil uji Mann-Whitney U pada
kelompok variabel 'gender'
Table 4.2. Analisis test Mann-Whitney U untuk mengukur peranan gender
Group N Mean rank Sum of ranks U Significant
Male 22 60,53 2.179
1.501 0.995
Female 40 60,49 5.081
Catatan: * p> 0.05
Sudah jelas dari Tabel 4.2 bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik yang dihasilkan oleh variabel 'gender'. Baik laki-laki maupun perempuan,
bagaimana memanfaatkan smartphone untuk tujuan belajar bahasa sampai tingkat
yang sama. Dalam konteks ini, Abbasi dan Hashemi (2013) melaporkan bahwa
variabel gender tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelajaran kosa
kata dan retensi mahasiswa melalui telepon genggam. Demikian pula, studi
sebelumnya yang dilakukan oleh Economides dan Grousopoulou (2008)
menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan jenis kelamin pada penggunaan
telepon seluler mahasiswa universitas Yunani.

24
3. Bagaimana pengaruh lama kepemilikan smartphone dalam pembelajaran
bahasa Inggris pada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris

Pertanyaan Penelitian 3 ditanyakan: apakah lamanya kepemilikan sebuah


smartphone membuat perbedaan signifikan dalam penggunaan smartphone untuk
keperluan belajar bahasa? Untuk menjawab ini, Tabel 4.3 menyajikan analisis Uji
Kruskal Wallis-H yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel "lamanya
kepemilikan mahasiswa terhadap smartphone".

Tabel 4.3 Analisis hasil uji Kruskal Wallis-H dalam 'Lama kepemilikan' dari
variabel smartphone Mean of Ranks
N Mean of ranks sd X2 p
0-6 bulan 9 51,98
6-12 bulan 15 52,64
3 6,140 0,105
1-2 tahun 25 64,82
>2 tahun 12 69,24
Catatan: * p> 0.05
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik yang signifikan
antara tanggapan mahasiswa dengan lama kepemilikan 0-6 bulan, 6-12 bulan, 1-2
tahun, dan lebih dari 2 tahun kepemilikan smartphone (p> 0,05). Namun, nilai rata-
rata ini menunjukkan bahwa lama kepemilikan pengguna smartphone memiliki
tingkat pengaruh tertentu, walaupun tidak signifikan secara statistik, pada
penggunaan smartphone mereka. Data diatas menunjukkan bahwa mahasiswa yang
telah menggunakan smartphone selama lebih dari dua tahun menghasilkan nilai
tertinggi (69, 24). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa lama kepemilikan
smartphone agak sebanding dengan tingkat yang digunakan untuk tujuan belajar
bahasa. Kesimpulan Smartphone saat ini menempati ruang yang cukup dalam
kehidupan kita sehari-hari. Efek teknologi dapat dengan mudah diamati di banyak
tempat mulai dari jalan-jalan hingga lingkungan kelas. Disamping penggunaannya
secara luas oleh orang-orang dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar
komunikasi atau hiburan, ada sejumlah aplikasi dan fasilitas yang layak ditawarkan
untuk tujuan pembelajaran. Ini juga menjanjikan berbagai manfaat untuk proses

25
belajar bahasa asing (Rahimi & Miri, 2014; Rosell-Aguliar, 2014; Thornton &
Houser, 2005; Wu, 2014).
Smartphone saat ini menempati posisi yang cukup penting dalam kehidupan
kita sehari-hari. Efek teknologi ini dapat dengan mudah diamati di banyak tempat
dari jalanan ke lingkungan kelas. Disamping penggunaannya secara luas oleh
orang-orang dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar komunikasi komunikasi
atau tujuan hiburan, ada sejumlah peluang dan fasilitas yang layak ditawarkan
untuk tujuan pembelajaran. Ini juga menjanjikan segudang manfaat untuk proses
belajar bahasa asing. Berdasarkan pertanyaan penelitian pertama, analisis frekuensi
statistik dari jawaban yang diberikan pada item dalam kuesioner menunjukkan
bahwa sebagian besar peserta menggunakan ponsel cerdas secara aktif untuk tujuan
belajar bahasa. Aspek yang mendapat frekuensi persetujuan tertinggi nampaknya
adalah perkembangan kosakata dan penggunaan kamus. Ini juga terjadi pada
jawaban yang diberikan pada pertanyaan yang dialamatkan dalam wawancara lisan.
Di sisi lain, aspek yang menerima frekuensi ketidak setujuan tertinggi ternyata
adalah penggunaan perekam suara dalam untuk tujuan pembelajaran. Mengenai
pertanyaan penelitian kedua dan ketiga, uji Mann-Whitney U dan Kruskal Wallis-
H dijalankan masing-masing. Hasil yang dihasilkan dari analisis tentang 'gender'
dan 'lamanya kepemilikan siswa terhadap variabel smartphone' tidak menghasilkan
efek statistik yang signifikan terhadap penggunaan ponsel pintar oleh siswa untuk
tujuan belajar bahasa.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat dilakukan disimpulkan bahwa
sebagian besar peserta, memiliki dan menggunakan smartphone; dan mereka
memanfaatkannya dalam beberapa cara untuk tujuan belajar bahasa. Namun, jika
mereka menyadari manfaatnya secara rinci, termasuk aplikasi mana yang akan
dipilih, mereka dapat mengintegrasikan alat ini ke dalam proses belajar mereka
dengan cara yang jauh lebih kreatif dan terarah. Alih-alih mencoba mencegah
mereka dari gangguan smartphone di kelas, kita harus mengajari mereka cara
mengatasi kemungkinan adanya gangguan, sekaligus memanfaatkan kesempatan
itu untuk belajar sendiri. Suka atau tidak suka, smartphone cenderung mendapatkan
popularitas lebih baru-baru ini, dan setiap fasilitas yang ada bisa dimanfaatkan

26
untuk proses belajar bahasa. Akan tetapi harus tetap waspada juga akan ancaman
dari smartphone yang bisa membuat mahasiswa lupa akan belajar, sehingga
kemungkinan itu harus dianggap serius untuk diperhatikan.
Adanya smartphone membuat cara komunikasi lebih cepat dan mudah,
sehingga hal ini mempercepat permintaan berbagai aplikasi terbaru yang digunakan
seperti panggilan suara, pesan, chatting, penjelajahan web, multimedia, dan
terjemahan. Sistem komunikasi terbaru ini mudah dioperasikan dan tersedia dengan
harga terjangkau. Permintaan akan smartphone dengan fitur canggih seperti kamus
elektronik, perangkat lunak terjemahan dan pembelajaran bahasa meningkat karena
nilai pendidikannya. Kamus elektronik telah mempermudah mahasiswa untuk
mencari kata-kata sulit dengan cepat dan dengan sedikit usaha. Karena nilai
pendidikan mereka, mahasiswa di tingkat perguruan tinggi merasa penting untuk
membawa smartphone ke kelas.
Smartphone dengan konektivitas internet bisa mencari ribuan halaman web
dan memberikan rincian tingkat tinggi keakuratan pembaca. Mereka hampir
mengganti buku referensi dan menghindari cara manual mengunjungi perpustakaan
universitas. Terlepas dari keefektifannya dalam mengumpulkan informasi untuk
tugas kelas, ada juga guru dan orang tua yang mungkin tidak mendorong anak atau
mahasiswa mereka untuk menggunakan telepon genggam di kelas. Ada banyak
institusi pendidikan di seluruh dunia yang telah memberlakukan larangan
penggunaan Smartphone selama kuliah reguler dan jam kelas. Kelebihan
ketergantungan pada perangkat mobile dapat menghalangi mahasiswa untuk
mengaktifkan keterampilan kognitif seperti brainstorming dan mengingat hal yang
diperlukan untuk kreativitas. Karena mahasiswa dapat memiliki akses cepat ke
informasi tentang perangkat mobile mereka, mungkin mereka merasa tidak perlu
menyimpan informasi tersebut di benak mereka. Ada beberapa peneliti yang
berpendapat bahwa informasi yang sebenarnya harus disimpan di benak mahasiswa
agak tersimpan di kartu memori Smartphone mereka. Shudong dan Higgins (2006)
menunjukkan bahwa untuk melihat gambar dan teks, pembuat Smartphone telah
membuat layar mereka lebih besar, namun layar ini tidak dapat dibuat terlalu besar
karena dengan ukuran layar yang besar tersebut maka smartphone akan menjadi

27
tidak portabel atau nyaman. Kerugian teknologi mobile adalah bahwa mahasiswa
sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol dengan teman mereka di
situs jejaring sosial dan browsing non-akademik situs web, yang, pada gilirannya,
mempengaruhi kinerja kelas mereka. Kuznekoff dan Titsworth (2013) berpendapat
bahwa potensi gangguan yang disebabkan oleh mahasiswa yang menggunakan
smartphone mereka untuk bermain game, pesan teks, memeriksa Facebook atau
terlibat dalam kegiatan lain telah menjadi perhatian banyak instruktur kelas.
Namun, tersedianya program perangkat lunak pembelajaran bahasa gratis,
portabilitas, kecepatan, keluaran audio dan fitur visual pada Smartphone terbaru
menjadikannya alat penting bagi mahasiswa EFL untuk belajar bahasa Inggris.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa peran smartphone dalam
pembelajaran bahasa sangatlah penting bagi mahasiswa dan mendorong mereka
untuk aktif serta terus belajar secara mandiri. Fungsi penting yang membuat
Smartphone handal adalah kemampuannya untuk mentransmisikan modul
pembelajaran secara elektronik dan memungkinkan mahasiswa didik
berkomunikasi dengan instruktur dan rekan kerja mereka (Brown 2003). Ally
(2009) berpendapat bahwa orang-orang di seluruh dunia ingin mengakses materi
pembelajaran di Smartphone mereka daripada memperoleh teknologi lain untuk
menerima materi pembelajaran.

Kesimpulan
Berdasarkan pertanyaan penelitian pertama, Analisis frekuensi statistik dari
jawaban yang diberikan pada item dalam kuesioner menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa menggunakan ponsel cerdas secara aktif untuk tujuan belajar
bahasa. Aspek yang mendapat frekuensi persetujuan tertinggi nampaknya adalah
perkembangan kosakata dan penggunaan kamus. Ini juga terjadi pada jawaban yang
diberikan pada pertanyaan yang dialamatkan dalam wawancara lisan. Di sisi lain,
aspek yang menerima frekuensi ketidaksetujuan tertinggi ternyata adalah
penggunaan perekam suara dalam untuk tujuan pembelajaran. Mengenai
pertanyaan penelitian kedua dan ketiga, uji Mann-Whitney U dan Kruskal Wallis-
H dijalankan masing-masing. Hasil yang dihasilkan dari analisis tentang 'gender'

28
dan 'lamanya kepemilikan mahasiswa terhadap variabel smart phone' tidak
menghasilkan efek statistik yang signifikan terhadap penggunaan ponsel pintar oleh
mahasiswa untuk tujuan belajar bahasa.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat dilakukan disimpulkan bahwa
sebagian besar mahasiswa, jika tidak semua, memiliki dan menggunakan
smartphone; dan mereka memanfaatkannya dalam beberapa cara untuk tujuan
belajar bahasa. Namun, jika mereka menyadari manfaatnya secara rinci, termasuk
aplikasi mana yang akan dipilih, mereka dapat mengintegrasikan alat 'ajaib' ini ke
dalam proses belajar mereka dalam proses belajar pewaris yang jauh lebih
termotivasi dan sadar dengan cara yang jauh lebih termotivasi dan sadar. Alih-alih
mencoba mencegah mereka terganggu oleh ponsel mereka di kelas, kita harus
mengajari mereka cara mengatasi kemungkinan adanya gangguan, sekaligus
memanfaatkan kesempatannya untuk belajar sendiri. Suka atau tidak suka,
smartphone cenderung mendapatkan lebih banyak popularitas dalam waktu dekat,
dan setiap kesempatan dan keuntungan yang mereka hadapi harus dianggap serius,
dan dimasukkan ke dalam proses belajar bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Barrs. K. (2011). Mobility in learning: The feasibility of encouraging language


learning on smartphones. Studies in Self-Access Learning Journal,
2(3):228- 233.
Bester. G. & Brand. L. (2013). The effect of technology on learner attention and
achievement in the classroom. South African Journal of Education,
33(2):
Batters, J. (1986). Do boys really think languages are just girl-talk? Modern
Languages, 67(2), 75-79.
Bonk. C.J. (2009). The world is open: How web technology is revolutionizing
education. San Francisco, CA: Jossey-Bass.

29
Cassavoy. L. (2003). What makes a smartphone smart? Available at
http://cellphones. about.com/od/ smartphonebasics/a /
what_is_smart.htm. Accessed 12 April 2015.
Chinnery. G.M. (2006). Emerging technologies: Going to the MALL: Mobile
assisted language learning. Language Learning & Technology, 10(1):9-
16.
El-Hussein, M.O.M & Cronje, J.C. (2010). Defining mobile learning in the higher
education landscape. Educational Technology & Society, 13(3):12–21.
Gholami, J & Azarmi, G. (2012). An introduction to mobile assisted language
learning. International Journal of Management, IT and Engineering
(IJMIE), 2(8):1- 9.
Klopfer, E & Squire, K. (2008). Environmental detectives - the development of an
augmented reality platform for environmental simulations. Educational
Technology Research and Development, 56(2):203-228.
Lin, L.-F. (2009). Video Segment Comprehension Strategies: Male and female
university students. English Language Teaching, 2(3), 129 -139.
Mayisela, T. (2013). The potential use of mobile technology: enhancing
accessibility and communication in a blended learning course. South
African Journal of Education, 33(1)
Mehta, N.K. (2012). Mobile phone technology in English teaching: Causes &
concerns. The Modern Journal of Applied Linguistics, 2(4):82-92.
Oxford, R. L. (1990). Language learning strategies: What every teacher should
know. Boston: Heinle & Heinle.
Oxford, R. (2002). Sources of variation in language learning. In R. Kaplan (Ed.),
The Oxford handbook of applied linguistics (pp. 245-252). Oxford:
Oxford University Press.
Rahimi, M & Miri, S.S. (2014). The impact of mobile dictionary use on language
learning. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 98:1469-1474. doi:
10.1016/j.sbspro.2014.03.567

30
Rosell-Aguliar, F. (2014). How smartphone apps are revolutionising language
learning. Available athttp://theconversation.com/how-smartphone-apps-
are-revolutionis ing-language-learning-25165.
Sharples, M (ed.). (2006). Big issues in mobile learning. Report of a workshop by
the Kaleidoscope Network of Excellence Mobile Learning Initiative. UK:
University of Nottingham.
Warschauer. M, Shetzer, H & Meloni, C. (2000). Internet for English teaching.
Alexandria, VA: TESOL Publications.
Wu, Q. (2014). Learning ESL vocabulary with smartphones. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 143:302-307. doi:
10.1016/j.sbspro.2014.07.409

31

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai