Pendahuluan
Pemeriksaan klinis umum adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk menemukan ada tidaknya
tanda-tanda patologis pada tubuh, dengan
menggunakan metode pemeriksaan fisik
diagnostik tertentu, yaitu :
Inspeksi.
Palpasi.
Perkusi.
Auskultasi.
Pemeriksaan tengkorak.
Pemeriksaan rambut.
Pemeriksaan muka.
Pemeriksaan mata.
Pemeriksaan telinga.
Pemeriksaan mulut dan tenggorokan.
Pemeriksaan leher.
Pemeriksaan toraks.
Pemeriksaan abdomen.
Pemeriksaan anggota gerak.
Pemeriksaan kelamin (genitalia), dan
daerah sekitarnya.
Pemeriksaan tulang belakang.
Inspeksi.
Palpasi.
Perkusi.
Auskultasi.
Inspeksi
Merupakan metode pemeriksaan yang menggunakan
indera pengelihatan, untuk melihat ada tidaknya
perubahan-perubahan pada sikap, dan tubuh pasien,
yang dapat menunjukkan adanya penyakit tertentu.
Dalam pemeriksaan inspeksi, harus diingat, bahwa
kita harus melihat secara seksama, dan tidak
dipengaruhi oleh keterangan pasien.
Terdiri atas :
Inspeksi Umum.
Inspeksi Setempat (lokal).
Inspeksi Umum
Pada pemeriksaan inspeksi umum dapat
ditentukan keadaan umum
dengan cara memperhatikan :
Cara berjalan.
Sikap badan (posisi duduk).
Gerakan tangan.
Gerakan dari kepala.
Cara berbicara.
pasien,
Gaya Berjalan
Gaya berjalan seseorang dapat mencerminkan keadaan
jiwanya.
Keterkaitan antara cara berjalan dengan penyakit :
Penderita Parkinson
Cara berjalan khas yaitu tubuhnya agak membungkuk,
lengannya setengah dilipat pada siku dan melekat pada
badannya. Tungkai pasien agak dilipat pada sendi lutut,
dan langkahnya lambat dan kaku (propulsive gait).
Penderita Arteriosklerosis Cerebral
Langkah pasien pendek pendek sambil setengah
menyeret kakinya untuk maju ke depan, tapi hasilnya
mengecewakan.
Gaya Berjalan
Penderita penyakit Cerebellum
Cara berjalan seperti orang mabuk.
Penderita Hemiparesis karena Infarct Cerebri
Cara berjalan dengan menyeret setengah badannya
(spastic gait).
Penderita Polyneuritis
Cara berjalan seperti seekor ayam yaitu mengangkat
tinggi tinggi kakinya waktu melangkah supaya ujung
kakinya tidak menyentuh tanah (steppage gait).
Penderita Paraparesis Jenis Sentral
Cara berjalan seperti gunting, yaitu tungkai seolah-olah
menyilang yang dinamakan juga dengan scissors gait.
Penderita Nyeri Perut (akut abdomen)
Cara berjalan dengan membungkuk , sambil tangannya
memeluk perut.
Gaya Berjalan
Sikap Badan
Kaitan sikap badan dengan penyakit pasien
Sikap pasien yang tidak tenang dapat disebabkan
oleh karena perasaan yang tidak tenang , nyeri
perut, atau rasa gatal-gatal pada kulit yang
mengganggu.
Orang sakit berat tidak dapat duduk tegak, karena
badannya lemah.
Kepala pasien yang selalu miring ke satu sisi
menandakan adanya kontraktur dari otot, atau
tulang leher.
Inspeksi Lokal
Inspeksi lokal dilakukan dengan mengamati
Palpasi
Metode pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk menentukan
Palpasi
Palpasi
Palpasi
Dengan palpasi dapat ditentukan :
Besar.
Bentuk.
Konsistensi.
Palpasi
Besar :
Penentuan besar dari organ yang
dipalpasi harus dilakukan seteliti
mungkin, dan diukur dengan satuan
ukuran yang ada (mm, cm, inci).
Dengan membandingkan dengan
benda-benda yang lazim (kelerang,
telur ayam, jeruk, tinju).
Palpasi
Bentuk :
Harus diperhatikan bentuk yang secara
umum dapat diraba (bulat, lonjong, dll)
Diperhatikan permukaan dari organ tubuh
yang diraba.
Diperhatikan juga batasan, atau tepi
organ yang diraba.
Palpasi
Konsistensi dapat dibedakan atas :
Lembek (misalnya pada palpasi hati yang mengalami
pelemakan, atau fatty liver).
Kenyal (misalnya pada palpasi jaringan lunak).
Padat, atau keras (misalnya pada palpasi tulang).
Berfluktuasi (misalnya pada palpasi abses).
Pemeriksaan dilakukan dengan dua jari telunjuk,
dimana tekanan pada bagian yang satu akan terasa
pada jari telunjuk pada bagian lainnya.
Palpasi
Palpasi juga dapat dipergunakan untuk menentukan :
Denyut nadi, variasi suhu permukaan tubuh, dan tekanan darah.
Ada tidaknya nyeri tekan, baik superfisial, dalam, maupun
referred (hantaran).
Menentukan tonus otot, misalnya tonus melemah, spasme, atau
rigiditas.
Menentukan massa tumor. Hal-hal yang perlu dideskripsikan
antara lain :
Lokalisata (letak massa).
Bentuk, besar, simetris atau tidak, pinggirnya (tajam, tumpul).
Permukaan massa (rata, berbenjol-benjol).
Konsistensi (lunak, kenyal, keras, berfluktuasi).
Pulsasinya (pulsasi ada, atau pulsasi tidak ada).
Tanda-tanda peradangan (nyeri, merah, dan panas).
Gerakan, atau perlekatan massa tumor, dengan jaringan sekitar
(dinyatakan dalam mobile, atau immobile).
Perkusi
Metode pemeriksaan perkusi dilakukan dengan cara
melakukan pengetukan dengan jari pada bagian-bagian
tubuh tertentu, kemudian dilakukan penilaian dengan
membandingkan suara perkusi yang dihasilkan, dengan
suara perkusi normal pada bagian tubuh tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik perkusi
yang benar adalah :
Jari fleksor yang mengetuk harus dijaga tetap tegak lurus
pada waktu mengenai jari fleksimeter.
Ketukan dilakukan dengan menggerakkan pergelangan
tangan saja.
Teknik Perkusi
Langsung dengan satu tangan.
Teknik perkusi satu tangan jarang dilakukan
karena sulit menentukan lokasi kelainan pada
tubuh dengan teliti.
Tidak langsung (dengan menggunakan dua jari ).
Perkusi Sonor.
Perkusi Timpani.
Perkusi Pekak / Beda (dullness).
Perkusi Redup.
Perkusi Sonor
Didapati suara sonor (resonance) bila suara
timbul pada perkusi organ-organ tubuh yang
mengandung udara.
Suara sonor sesungguhnya dapat ditemukan
pada jaringan paru dimana terdapat jutaan
kantong udara kecil (alveoli).
Pada kelainan paru tertentu, dapat dijumpai
suara sonor memendek, atau suara hipersonor.
Perkusi Timpani
Merupakan bunyi suara yang ekstrim dari
hiperresonance (sonor).
Dijumpai pada organ dalam yang mengandung
udara tanpa ruangan kecil (alveoli), seperti :
Lambung (bila dalam keadaan kosong).
Usus (bila dalam keadaan kosong).
Perkusi Redup
Merupakan suara yang terdengar pada
perkusi organ yang mengandung cairan
Dapat dijumpai pada kasus dimana terjadi
penimbunan cairan yang masif pada paru
atau pada pleura. Misalnya :
Edema paru.
Efusi pleura yang masif.
Auskultasi
Merupakan metode pemeriksaan yang bertujuan untuk
menentukan kelainan, yang dapat diketahui dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan getaran dari organ
yang diperiksa, baik secara langsung dengan telinga,
maupun dengan stetoskop.
Pada dasarnya stetoskop merupakan alat untuk
menghantarkan bunyi dari organ yang diperiksa ke
telinga pemeriksa.
Terdapat dua jenis stetoskop yaitu :
Monoaural.
Binaural.
Permukaan Stetoskop
Bunyi Jantung I
Bunyi jantung I adalah bunyi jantung yang
terjadi karena penutupan katup mitral dan
trikuspid serta membukanya katup aorta
dan pulmonal.
Terdengar bersamaan dengan denyut
arteri sistemik.
Bunyi Jantung II :
Bunyi jantung yang terjadi karena membukanya
katup mitral dan trikuspid, serta penutupan
katup aorta dan pulmonal
Tidak terdengar bersamaan dengan denyut
arteri sistemik