Disusun oleh:
Kelompok IV
Miski Nabila Fasya 10/305101/KG/08781
Lastry Padang 11/314240/KG/08865
Annisa N Alwiansyah 14/362548/KG/09851
Reanita M O 14/362493/KG/9837
Isnaeni Sal Mah 14/362569/KG/9871
Dhella Rizki R 14/366532/KG/9905
M Fauriza I 14/366952/KG/9917
M Faiq Azhari 14/369037/KG/9989
Krishnan Priya 14/369473/KG/10015
Nadya Kurnia P 14/362582/KG/9883
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama bidang kedokteran gigi adalah untuk menjaga atau
meningkatkan kualitas hidup pasien melalui perawatan untuk mengembalikan
struktur, fungsi, kenyamanan, estetik, fungsi bicara, dan kesehatannya
(Anusavice et al., 2003). Keberhasilan suatu perawatan dapat ditentukan
dengan memilih material yang tepat. Pemilihan material kedokteran gigi harus
memperhatikan sifat-sifat dasar pada material tersebut.
Setiap material memiliki sifat-sifat tertentu, salah satunya adalah sifat
mekanis. Sifat mekanis adalah kemampuan suatu bahan menerima beban atau
gaya tanpa mengalami kerusakan. Rongga mulut memiliki berbagai gaya dan
beban, sehingga material yang diaplikasikan harus memiliki sifat mekanis
yang sesuai. Terdapat berbagai material yang diaplikasikan di dalam rongga
mulut, salah satunya adalah Semen Ionomer Kaca (SIK).
Semen Ionomer Kaca merupakan bahan restorasi gigi yang dipakai sejak
awal tahun 1970-an. Bahan ini berasal dari semen silikat (McCabe dan Walls,
2008). SIK merupakan salah satu material yang paling umum digunaka dokter
gigi untuk menumpat gigi pasien di Indonesia saat ini, terutama di puskesmas
serta rumah sakit umum. Maka seorang dokter gigi harus mengetahui
mengenai sifat mekanis dari bahan SIK.
Pada makalah ini akan membahas sifat mekanis pada Semen Ionomer
Kaca dan aplikasi klinisnya. Dengan adanya makalah ini diharapkan
pengetahuan mengenain sifat mekanis pada Semen Ionomer Kaca dan aplikasi
klinisnya semakin meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat mekanis yang terdapat pada Semen Ionomer Kaca?
2. Bagaimana aplikasi klinis sifat mekanis pada Semen Ionomer Kaca?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Strain (Regangan)
Strain diekspresikan sebagai perubahan panjang per panjang material
semula saat stress dikerjakan pada material tersebut. Stress dapat menyebabkan
perubahan bentuk suatu material (deformation). Perubahan bentuk tersebut
dapat diakibatkan karena tarikan yang menyebabkan material bertambah
panjang dan juga gaya tekan yang menyebabkan material memendek. Strain
dapat bersifat elastis, plastis maupun kombinasi dari keduanya (Manappallil,
2003). Material disebut elastis jika saat regangan dilepas, atom dalam benda
tersebut belum berpindah tempat sehingga benda kembali ke posisi semula.
Sedangkan pada material yang plastis, atom-atom pada material akan bergerak
sehingga posisi atom berubah, hal itu mengakibatkan benda tidak dapat
kembali seperti semula (Park dan Lakes, 2007).
2
Stress (Tegangan)
Stress didefinisikan sebagai gaya per unit area. Terdapat beberapa
memiliki
kecenderungan
untuk
meregangkan
atau
c) Shear stress
Shear stress merupakan gaya yang berasal dari dua beban yang
diarahkan sejajar. Tekanan yang diberikan biasanya memiliki
Hardness (Kekerasan)
Hardness merupakan sifat resistensi suatu material dari suatu goresan,
Kekerasan goresan
1) Mohs scale (terdapat skala acuan dimana suatu material dapat
tergores)
2) Micro character (untuk menentukan kerapuhan suatu material)
Ductility
Ductility merupakan material logam yang dapat ditarik menjadi
sebuah kawat. Semakin besar kekuatan tarikan, semakin besar sifat ductility,
dan semakin tipis kawat yang dihasilkan. Ductility merupakan indikator dari
kemampuan bending dari suatu metal atau bagaimana suatu kawat bisa
dibentuk sampai sebelum patah. Ductility dapat dihitung dengan persen
elongasi, mengukur reduksi pada area, dan cold bend test (Soratur, 2007).
5
Malleability
Fleksibilitas
Terdapat suatu keadaan dimana dalam praktik klinik dibutuhkan suatu
Reologi
Membahas mengenai arus (flow) dan perubahan bentuk (deformasi)
itu juga dapat digunakan untuk pengikat ortodonsia, luting, inlay, onlay, dan
penutup lubang atau celah (Phinney dan Halstead, 2002).
Tipe II memiliki butiran lebih kasar yang memiliki perbedaan yang
bervariasi untuk pemilihan restorasi. Tipe ini memiliki ketebalan lapisan
sampai 45
dan agen bonding dentine. Tipe ini berguna untuk menutup lubang atau celah
dan memiliki ketebalan lapisan 25 - 35
m (Albers, 2002).
atau lebih
(Albers, 2002).
2. Komposisi Semen Ionomer Kaca
SIK merupakan turunan dari semen silikat dan semen polikarboksilat.
Semen polikarboksilat merupakan bahan yang bersifat adhesi atau melekat
pada bahan gigi (McCabe dan Walls, 2008). Susunan SIK yang umum adalah
sistem bubuk dan sistem cairan. Bubuk mengandung kalsium dan natrium
fluorofosfoaluminosilikat. Cairan secara khusus tersusun dari asam poliakrilik
dan tambahan asam polikarboksilat seperti asam maleic, asam tartrat, dan
asam itaconic (Schmalz dan Bindslev, 2009).
Kaca khusus pada ionomer kaca dibuat dengan menyatukan atau
menggabungkan kwarsa, alumina, kriolit, florit, aluminium triflorida, dan
aluminium fosfat (Albers, 2002). Presentase berat komponen pada SIK
umunya adalah 29% silikon dioksida (SiO 2), 16% aluminium oksida (Al2O3),
34,2% kalsium florida (CaF2), 5% kriolit (Na3AlF6), 5,3% aluminium Florida
(AlF3), dan 9,9% aluminium fosfat (AlPO4) (Hussain, 2004).
Fosfat dan Florida digunakan untuk mengurangi suhu penyatuan atau
penggabungan kaca dan meningkatkan handling properties dan kekuatan
semen. Lanthanum dan strontium oksida, barium sulfat, dan zink oksida
menyediakan radiopasitas. Florida memiliki sifat antikariogenik (Hussain,
2004).
Pada SIK, gigi tidak perlu banyak diasah seperti apabila menggunakan
material tumpatan lain, karena material sudah melekat pada stuktur gigi
dengan baik. Perlekatan terjadi akibat adanya pertukaran ion antara
tumpatan dan gigi.
memiliki kemampuan untuk melekat pada enamel dan dentin tanpa ada
pemanasan ataupun penyusutan.
Berguna untuk merawat pasien gigi anak yang memiliki risiko karies
tinggi karena pelepasan flour dan estetik yang dapat diterima tubuh.
4. Kekurangan semen ionomer kaca
Terdapat beberapa kekurangan pada penggunaan Semen Ionomer
Kaca, diantaranya :
Kekuatan tekanan relatif tinggi, tetapi daya tahan terhadap fraktur relatif
rendah sehingga tidak dapat menerima beban kekuatan yang besar seperti
pada gigi molar.
BAB III
PEMBAHASAN
Kedua gerakan ini juga dapat mencegah makanan yang menyangkut menempel
pada permukaan oklusal gigi. Besarnya gaya mastikasi dapat dipengaruhi oleh
kontak langsung antara makanan dan gigi. Gigi-gigi insisivus yang terletak
pada bagian anterior rahang membutuhkan sifat mekanis yang lebih sedikit
dibandingkan dengan gigi geligi molar. Gigi geligi di regio molar harus
memiliki potensial mekanis yang cukup kuat dan mampu memberikan tekanan
kompresi dan tekanan tarik pada permukaan oklusal selama terjadi pergerikan
grinding (McGarry dan Spangenberger, 2014).
Pada dasarnya gigi geligi juga mempunyai beberapa karakteristik
mekanik yaitu modulus elastisitas, kekerasan, dan ketahanan struktur yang
dapat diuji oleh uji tarik (tensile strength), uji gesek (shear strength), dan uji
kompresi (compressive strength). Ketiga uji tersebut merupakan gaya yang
terjadi pada saat mastikasi, dan gaya kompresi merupakan gaya yang paling
banyak terjadi karena beberapa gaya mastikasi adalah gaya kompresi (Koolstra,
2002). Suatu material restorasi harus memiliki ketahanan terhadap kekuatan
yang berasal dari dalam rongga mulut yaitu dari proses mastikasi.
B. Aplikasi Klinis Semen Ionomer Kaca
SIK dikembangkan oleh Wilson and McLean pada tahun 1965.
Klasifikasi dari semen ionemer kaca ini tergantung dari aplikasinya klinisnya.
Semen tipe 1 digunakan untuk luting material (pada saat pemasangan bridge
atau jembatan dimana digunakan untuk merekatkan bridge tersebut), tipe 2
digunakan untuk material restorasi, dan tipe 3 digunakan untuk lining semen
(melapisi region dekat pulpa jika karies terlalu dalam) dan fissure sealants
(Tyas, 2006).
SIK memiliki sifat yang paling signifikan yaitu adhesi ke dalam struktur
gigi, melepaskan fluoride dan memiliki resiko minimal terhadap pulpa. Dengan
adanya sifat tersebut, SIK digunakan secara luas termasuk fissure sealants,
tumpatan proksimal anterior, tumpatan anterior baik karies ataupun non-karies,
pada tumpatan gigi desidui, sebagai lining dan luting semen dan sebagai
bracket material (Tyas, 2006).
10
SIK merupakan bahan tumpatan ideal untuk resi servikal non karies
karena sifat adhesinya dan beban tumpatan yang tidak terlalu besar. SIK
memberikan retensi kimiawi yang kuat, tetapi tidak memiliki stabilitas warna
(Tyas, 2006). Banyak penelitian menunjukkan SIK memiliki masalah retensi
pada fissure sealants. SIK digunakan sebagai material fissure sealants tetapi
hanya sebagai alternatif pada situasi tertentu, misalnya : 1) pasien anak yang
tidak kooperatif dengan molar desidui yang fissurenya dalam dan sulit
diisolasi, 2) M1 dan M2 permanen yang baru erupsi sebagian, 3) sebagai
fissure sealant sementara yang akan diganti dengan permanen (Berg, 2002).
SIK dapat digunakan sebagai tumpatan gigi desidui meskipun secara
keseluruhan hasil tumpatan SIK tidak memuaskan. Terutama pada tumpatan
kelas II gigi desidui. Pada tumpatan kelas I, dibolehkan pada tumpatan dengan
preparasi kecil. Pada gigi permanen ukuran kecil, diperbolehkan pada tumpatan
dengan preparasi minimal. Tetapi akan lebih bagus apabila menggunakan
bahan tumpatan lain yang lebih kuat. Penggunaan SIK pada tumpatan kelas III
deirekomendasikan pada gigi desidui. Penggunaan oada tumpatan kelas III gigi
permanendapat digunakan meskipun dengan resiko kurang estetis. Penggunaan
SIK pada tumpatan klas V gigi desidui paling umum digunakan untuk
memperbaiki lesi karies pada masa awal kanak-kanak, kepada kasus-kasus
erosi, karies, atau kombinasi dari erosi dan karies yang disertai konsumsi
minuman berkarbonasi yang berlebih. SIK digunakan pada kasus-tersebut
karena sifatnya yang memiliki self-adhesif. Penggunaan SIK pada tumpatan
kelas V gigi permanen dapat dinilai awet dan cukup efektif, tetapi memiliki
kelemahan secara estetis. Tumpatan akan lebih baik jika ditumpat dengan
bahan yang sewarna dengan gigi sehingga menimbulkan estetis (Berg, 2002).
SIK merupakan bahan yang tepat dalam melakukan perawatan dengan
teknik ART (Atraumatic Restorative Treatment). Teknik ART merupakan
teknik menumpat dengan preparasi minimal bagian gigi yang terkena karies,
dapat digunakan pada keadaan dengan serba keterbatasan. Kekuatan bahan SIK
pada perawatan ini cukup kuat dan sebanding dengan kekuatan amalgam.
11
10,01 1,13
153,40 13,21
144,78 9,96
7,16 0,32
0,23 0,06
(Mathis dan Ferracane, 1989)
12
sangat bervariasi
tergantung pada kondisi uji yang diaplikasikan. Produk komersil SIK pada
umumnya memiliki modulus elastisitas sebesar 2-10 MPa (Lohbauer, 2009).
BAB IV
KESIMPULAN
13
Dari penjelasan mengenai sifat mekanis Semen Ionomer Kaca diatas, maka dapat
disimpulkan :
1
Semen Ionomer Kaca memiliki sifat mekanis yang kurang memadai dalam
tumpatan, dan tidak tahan terhadap tekanan yang besar di dalam mulut.
DAFTAR PUSTAKA
14
15
16