Anda di halaman 1dari 5

Laporan Pendahulua pada klien apendisitis

1. Pengertian
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekut. Karen pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi
(apendisitis). (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart edisi 8, Suzanne C.
Smeltzer, Brenda G. Bare, halaman 1097)
Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah volume 1, Barbara Engram, halaman 215)
Macam-macam apendiks : (Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, Iin Inayah, SKp, halaman 195)
1) Apendisitis atipikal
Berhubungan dengan posisi, usia, atau keadaan lain seperti ehamilan
2) Apendisitis retrosekal dan retroileal
Gejala :
a) Radang
b) Sakit tidak hebat
c) Batuk
d) Saat berjalan tidak terasa sakit
e) Nyeri epigastrium
f) Sering buang air kecil akibat iritrasi pada ureter
g) Sedikit terasa nyeri pada pinggang sebelah kanan
3) Apendisitis pelvik
Gejala :
a) Sakit yang hebat
b) Nyeri epigastrium
c) Sering buang air kecil dan defekasi
d) Disuria dan diare
e) Tidak ada nyeri tekan
f) Nyeri rektal atau vagina
4) Apendisitis obstruktif
Gejala : Sakit kejang hebat (kolik) akibat obstuktif usus halus dan terjadi ganggren
yang akhirnya terjadi okulasi akut pembuluh mesentrial
5) Apendisitis Bizar
Akibat mal rotasi usus
6) Apendisitis pada orang tua
Gejala :
a) Keluhan samar-samar
b) Terlambat berobat
c) Sakit minim
d) Demam ringan
e) Stadium lebih lanjut
7) Apendisitis kehamilan
Gejala :
a) Sakit tekan di perut kanan bawah, periumbilikal/subskostal kanan
b) Trimester ketiga
2. Etiologi

Penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen,
adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Kira-kira 7% dari populasi akan
mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka; pria lebih sering
dipengaruhi ketimbang wanita, dan remaja lebih sering dar pada orang dewasa. Meskipun ini
dapat tejadi pada usia berapa pun, dan aling sering terjadi antara usia 10-30 tahun. (Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart edisi 8, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G.
Bare, halaman 1097)
Penyebab dari apendiks (Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, Iin Inayah, SKp, halaman 196)
1) Diet kurang serat
2) Batu
3) Tumor
4) Cacing/parasit
5) Infeksi virus
6) Benda asing
3. Maifestasi Klinik
nyeri kuadran bawah terasa dn biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan
hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik McBurney bila dilakukan tekanan. Nyeri
tekan lepas (hasil atau intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung
oleh beratnya infeksi dan lokasiapendiks. Bila apendiks meingkar dari belakang sekum, nyeri
dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbar; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini
dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung
apendiks berada dekat rektum; nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks
dekat dengan ureter atau kandung kemih. Adanya kekakuan pada bagan bawah otot rektus
kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah
ruptur, nyeri menjadi lebih menyebar; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik, dan
kondisi pasien memburuk.
Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda tersebut
dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau penyakit lainnya. Pasien mungkin
telah mengalami gejala sampai dia ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih
tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan tidak
secepat pasien yang lebih muda. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
edisi 8, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, halaman 1098-1099)
Gejala dari apendiks (Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan, Iin Inayah, SKp, halaman 195) :
1) Leokosit PMN meningkat
2) Obstruksi fekalit atau masa fekal padat dapat terjadi
3) Sakit perut yang dapat kambuh
4) Mual dan muntah
5) Rasa ngilu dan nyeri tekan
6) Suhu kurang lebih 37,8C
7) Konstipasi
8) Kaki kanan fleksi
4. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), umor atau benda asing. Proses inflamasi

meningkatkan tekanan intraluminal, menibulkn nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif dalam beberapa jam, terlokasi di kuadran kanan bawah abdomen. Akhinya,
apendiks yang terinflamasi beris pus. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart edisi 8, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, halaman 1097)
5. Pemeriksaan Penunjang
Akan terjadi leokositosis ringan (10.000-20.000/ml) dengan peningkatan jumlah netrofil.
Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan kelainan pada ginjal
dan saluran kemih.
Pada kasus aku tidak diperbolehkan melakukan barium enema, sedangkan pada
apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan. Pemeriksaan USG dilakukan bila terjadi infiltrat
apendikularis. (Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid kedua, Mansjoer Arif, halaman
308)
6. Penatalaksanaan Medik
1) Sebelum Operasi
a) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali
masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien
diminta melakukan tirah barin dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan
apabila dicurigai apendisitis ataupun bentuk perinotisis lainnya. Pemeriksaan
abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah diulang secara periodik. Foto
abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit
lain. Pada kenyataan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah
kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
b) Intubasi bila perlu
c) Antibiotik
2) Operasi Apendiktomi
3) Pascaoperasi
Perlu dilakukan observasi tanda tanda vital untuk mengetahui terjadinya
pendarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan. Angkat sonde
lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.
Abringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar,
misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus
kembali normal.
Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi
30ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak.
Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2
x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh
jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
4) Penatalaksanaan gawat darurat non-operasi
7. Terapi pengobatan
1. Apendiktomi
2. Penatalaksanaan
3. Antibiotik sistemik
4. Penghisapan cairan melalui pipa nasogastrik.

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan apendisitis


1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien (praoperasi)
Aktivitas/istirahat
Gejala :
malaise
Sirkulasi
Tanda :
Eliminasi
Gejala :
Tanda :

takikardia
konstipasi pada awitan awal.
Diare (kadang-kadang)
distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan
Penurunan atau tidak ada bising usus

Makanan/cairan
Gejala :
anoreksia
Mual/muntah
Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, ang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang
ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, napas dalam (nyeri
berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks)
Tanda :
perilaku berhati-hati ; berbaring kesamping atau telentang dengan lutut
ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.

Keamanan
Tanda :

demam (biasanya rendah)

Pernapasan
Tanda :

takipnea, pernapasan dangkal

Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis
akut, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :4,2 hari
Rencana pemulangan : membutuhkan batuan sedikit dalam transportasi, tugas pemeliharaan
rumah
Pemeriksaan diagnostik
SDP : leukositosis diatas 12.000/mm, neotrofil meningkat sampai 75%
Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada

Foto abdomen : dapat menyatakan adanya pengerasan material pada apendiks, ileus
terlokalisir
Prioritas keperawatan
1) Meningkatkan kenyamanan
2) Mencegah komplikasi
3) Memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan
pengobatan, dan potensial komplikasi.
Tujuan pemulangan
1) Komplikasi dicegah/minimal
2) Nyeri hilang/terkontrol
3) Prosedur bedah/prognosis, program terapi, kemungkinn komplikasi dipahami.
2. Diagnosa

Anda mungkin juga menyukai