Anda di halaman 1dari 10

Kasus 1

Topik :

Appendisitis Akut
31 Desember
Tanggal (kasus) :
Presenter :
dr. Nita Anugerawati. N
2015
Tanggal Presentasi :
24 Mei 2016
Pendamping : dr. Muh. Ridho, MARS
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi Anak
Remaja Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Perempuan, usia 15 th, nyeri perut kanan bawah, leukosit 13.900 / mm3
Tujuan :
Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Nama : Nn. Ega, , 15 tahun,
Data Pasien :
No. Registrasi : 04.61.55
BB : 50 kg, TB : 154 cm
Nama Klinik : RS. Bhayangkara
Telp :
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1 Diagnosis / Gambaran Klinis : Appendisitis Akut / Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat demam (+), mual (+), muntah (+). Pada pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri tekan di titik McBurney, Rovsing sign (+), Obturator sign (+), Psoas
2

sign (+).
Riwayat Pengobatan : Riwayat berobat ke dokter diberi obat ibuprofen 3x1 dan amoksilin
3x1
Riwayat Kesehatan/Penyakit: - Status gizi baik

- Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya


3
4
5

- Riwayat maag tidak ada


Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
Riwayat Pekerjaan : Pelajar
Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal dalam lingkungan yang sehat dengan

6
7

sanitasi baik, lingkungan pekerjaan sehat dan pola makan pasien baik.
Riwayat Imunisasi : Pasien lupa
Lain-lain : Leukosit 13.900 / mm3 dan Neutropil : 9320 /mm3

Daftar Pustaka :
1

De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640- 645.

Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2014. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi IV, jilid II.

Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius.


Rudi Ali Arsyad. 2006. Pemakaian Sistem Skor dalam Menegakkan Diagnosis Apendisitis
Akut pada Anak Usia 6-14 Tahun di Bagian Bedah Anak RS. DR. Sardjito Tahun 20041

2006. Diunduh dari http://arc.ugm.ac.id


Modul Kepaniteraan Klinik Bedah. Appendisitis Akut. Bagian Ilmu Bedah FK Unand.
2002.

Hasil Pembelajaran :
1 Definisi Appendisitis Akut
2 Etiologi
3 Patomekanisme
4 Tanda dan Gejala Klinis
5 Diagnosis
6 Penatalaksanaan
7 Prognosis

Apendisitis Akut
1

Definisi
Apendisitis akut adalah proses peradangan akut pada apendiks fermiformis. Apendisitis
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. Peradangan menyebabkan
obstruksi lumen, appendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup yang disebut closed
loop.

Etiologi
Etiologi apendisitis bersifat multifaktorial. Apendisitis disebabkan oleh adanya
obstruksi, iskemi, infeksi dan faktor herediter. Obstruksi seringkali menjadi pertanda penting
dalam patogenesis apendisitis. Akan tetapi obstruksi hanya ditemukan dalam 30-40% kasus.
Apendisitis akut juga merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus. Di samping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan
sumbatan adalah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti Entamoeba histolytica, batu,
makanan, mukus, apendiks yang terangulasi, endometriosis, benda asing dan hiperplasia
limfoid.

Patogenesis
Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan appendiks, yang mengalami iritasi baru
mukosa dari appendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat distensi dari
appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan
lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal. Jika reaksi
peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya proses supuratif akibat ekspansi kuman ke
dinding disebut appendisitis supurativa. Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang
mengalami gangren maka disebut appendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak
dilakukan pertolongan akan menjadi appendisitis perforasi.
Perjalanan penyakit appendisitis akut bisa terhenti pada stadium akut fokal, namun
mukosa yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam proses
penyembuhannya, sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar pusar berulang,
secara patologi stadium ini disebut appendisitis kronis. Pada stadium supuratif gangrenosa
atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh yang baik yang salah satu tandanya
3

adanya proses pendindingan dari appendiks yang meradang oleh omentum (walling off) maka
akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan bawah yang disebut appendisitis infiltrat.
4

Tanda dan Gejala Klinis


Gejala klasik appendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan
kadang ada muntah. Umumnya, nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam, nyeri akan
berpindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney (1/3 lateral garis yang menghubungkan antara
spina iliaca anterior superior dengan umbilikus). Di sini, nyeri dirasa lebih tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila
terdapat perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau
batuk.
Bila apendiks terletak retrosekal retroperitoneal, tanda nyeri perut kanan bawah tidak
begitu jelas dan tidak ada tanda rangsang peritoneal karena apendiks terlindung oleh sekum.
Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi
otot psoas mayor yang menegang dari dorsal.
Radang pada apendiks yang terletak di rongga pelvis dapat menimbulkan gejala dan
tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltik meningkat dan pengosongan
rektum menjadi lebih cepat serta berulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih,
dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing akibat rangsangan apendiks terhadap kandung
kemih.
Tabel 1. Gambaran klinis apendisitis akut:
Tanda awal:
-nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan anoreksia
Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum
lokal di titik Mc Burney:
-Nyeri tekan
-Nyeri lepas
-Defans muskular
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
-Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
-Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)
4

-Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti napas dalam, berjalan,
batuk, atau mengedan

Diagnosis
Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa
appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score.
Tabel 2. Skor Alvarado, untuk diagnosis apendisitis

Interpretasi:
1-4 : Sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : Sangat mungkin apendisitis akut
8-10: Pasti apendisitis akut

Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah
appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Perbaikan keadaan umum dengan infus
antibiotik untuk kuman gram negatif dan gram positif serta kuman anaerob dan pemasangan
pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan. Perlu dilakukan laparatomi dengan
insisi yang panjang agar dapat dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun
pengeluaran fibrin secara adekuat dan dilakukan pula pembersihan kantong nanah secara
baik.
Pada penderita biasanya terjadi febris sebelum tindakan apendektomi sehingga perlu
pemberian cairan intravena dan antibiotik. Pada apendisitis non perforata pemilihan antibiotik
adalah cefixitin, cefotetan, ampicilin/sulbactam,ticarcillin/clavulanat. Sedangkan pada
apendisitisperforata digunakan kombinasi triple antibiotik (ampicilin, gentamycin,
clindamysin atau metronidazole). Pemberian antibiotik untuk apendisitis non perforata cukup
5

24 jam, sedangkan apendisitis perforata perlu dilanjutkan setelah 24 jam bebas panas dan
jumlah leukosit kembali normal.
8

Prognosis
Mortalitas adalah 0.1% jika apendisitis akut tidak pecah dan 15% jika perforasi.
Kematian biasanya berasal dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi; prognosis membaik dengan
diagnosis dini sebelum ruptur dan antibiotik yang lebih baik.
Morbiditas meningkat dengan ruptur dan usia tua. Komplikasi dini adalah sepsis.
Infeksi luka membutuhkan pembukaan kembali insisi kulit yang merupakan predisposisi
terjadinya robekan. Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasi peritonealis setelah
gangren dan perforasi. Fistula fekalis timbul dari nekrosis suatu bagian dari caecum oleh
abses atau kontriksi dari jahitan kantong. Obstruksi usus dapat terjadi dengan abses lokulasi
dan pembentukan adhesi. Komplikasi lanjut meliputi pembentukan adhesi dengan obstruksi
mekanis dan hernia.
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak
diangkat.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1

Subjektif :
Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Awalnya nyeri
dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa semakin hebat
sejak 1 hari ini. Keluhan lain demam sejak 2 hari yang lalu, tidak menggigil, hilang
timbul, dan tidak berkeringat, Nafsu makan berkurang semenjak sakit. Mual ada,
muntah ada. BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu. BAK tidak ada kelainan. Riwayat
sakit maag tidak ada

Objektif :
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

: CM

Nadi

Frekuensi Nafas : 20 x/ menit

Suhu

: 112x/menit

: 380 C

Status Internus
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks
o Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan
Palpasi

: Fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi

: Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/o Jantung


Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat
Palpasi

: Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V

Perkusi

: Batas jantung normal


7

Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada


Abdomen
Inspeksi

: Datar ikut gerak napas

Auskultasi

: Peristaltik (+) kesan normal

Perkusi

: Timpani

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) di titik


McBurney, rovsing (+),

Psoas sign (+), obturator sign

(+), defans muskuler (-), Tidak teraba massa di perut


kanan bawah
a

Ekstremitas : CRT normal

Laboratorium:
Tanggal 31 Desember 2015
b
c
d
e
f

Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Neutropil

: 10,7 gr/dl
: 13.900/mm3
: 241.000/mm3
: 30,1%
: 9320 /mm3

Dari pemeriksaan fisik didapatkan beberapa kelainan, antara lain:


1

Tanda vital pasien : suhu badan febris (380 C) dan takikardi (112x/menit)
2 Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di titik McBurney, rovsing (+),
3

Psoas sign (+), obturator sign (+)


Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (13.900/mm3) dan

peningkatan neutrofil (9320 /mm3)


Data pemeriksaan pada Alvarado score:

Gejala

Data Pemeriksaan
Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut

kanan bawah
Mual-muntah
Anoreksia
Tanda Nyeri di perut kanan bawah
Nyeri lepas
Demam di atas 37,50 C
Lab
Leukositosis
Hitung jenis leukosit shift to the left
Total
Interpretasi dari Alvarado Score
8 10 : Pasti Apendisitis Akut

Skor
1
1
1
2
1
1
2
1
10

Assesment (penalaran klinis) :


Keluhan yang disampaikan pasien secara umum merupakan keluhan yang
ditimbulkan akibat adanya peradangan yang timbul pada apendiks. Peradangan yang
mungkin timbul pada pasien kemungkinan besar sudah menimbulkan suatu akumulasi
kuman di dinding apendiks. Terjadi obstruksi pada lumen apendiks oleh parasit,
fecalith, hiperlasia limfoid, ataupun neoplasma kemudian menyebakan pertumbuhan
bakteri dan menyebabkan distensi apendiks. Distensi lumen apendiks awalnya
dirasakan sebagai nyeri visceral pada area periumbilikal. Awalnya pasien menyeluh
nyeri ulu hati, kemudian nyeri terlokalisir kanan bawah, mual, muntah serta
menurunnya nafsu makan. Pada pemeriksaan mengalami febris dan hasil laboratorium
menunjukkan peningkatan leukosit dan neutrofil. Nilai Modified Alvarado Scoring
System adalah 10 sehingga pasien ini pasti didiagnosis apendisitis. Penanganan
apendisitis akut lebih cenderung masif dan harus segera dilakukan karena jika tidak
dapat dengan mudah menimbulkan perforasi, sehingga tataksana yang paling tepat
pada pasien ini adalah dengan segera melakukan operasi Appendectomy.

Plan :
Diagnosis Kerja : Appendisitis Akut
Pengobatan :
-

IVFD RL 28 tts/mnt

Inj Ceftriaxone 2x2 gr IV

Inj. Ranitidin 2x1 amp IV

Inj. Paracetamol 3x1 gr IV

Konsul Spesialis Bedah rencana Appendectomy emergency (Perawatan selama 3


hari)

Obat pulang : Cefadroxil 2x500 mg, Ranitidin 2x50 mg, Asam Mefenamat 3x500
mg
Pendidikan : Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya
penyakit yang dideritanya dan menjelaskan tindakan yang seharusnya diambil jika
anggota keluarga yang lain mengalami gejala-gejala awal appendisitis akut.
Kontrol :
9

Kegiatan
Kontrol post-operasi

Periode

Hasil yang Diharapkan

Tiga hari setelah pulang

Hasil operasi sesuai yang

dari rumah sakit, dan jika

diharapkan dan tidak ada

diperlukan kunjungan lagi komplikasi yang timbul


tiga hari berikutnya
Nasihat

Setiap kali kunjungan

Kualitas hidup pasien


membaik

10

Anda mungkin juga menyukai