Anda di halaman 1dari 33

APENDISITIS

Apendisitis,
inflamasi Apendisitis
apendiks adalah
vermiformis, inflamasi akut
merupakan pada apendiks,
penyebab yang bukan
umum nyeri merupakan
abdomen organ esensial
akut dalam proses
(LeMone, pencernaan
2015). (Hurst, 2015).
Kira-kira 7% akan mengalami apendisitis pada waktu
yang bersamaan dalam hidup mereka; pria lebih
sering mengalami dari pada wanita, remaja lebih
sering dari pada dewasa. Meskipun ini dapat terjadi
pada usia berapa pun, apendisitis sering terjadi antara
usia 10 dan 30 tahun.
(brunner & suddarth, 2002)

•Apendiksitis dapat ditemukan pada setiap umur,


hanya pada anak < 1 tahun jarang terjadi.
Insidensi tertinggi tejadi pada umur 20-30 tahun.
•Insidensi pada pria dengan perbandingan 2:3
lebih banyak daripada wanita .

(Santacroce, 2009)
Sering
mengonsumsi
Infeksi makanan
kolon pedas
ascendent Fekalit

Etiologi
Tumor Apendisit Kuman
is dan
virus

Mengonsum Terlalu tinggi


si garam in- kalsium fosfat
organic yang
memproduksi
banyak mukus
Nyeri di kuadran kanan bawah, biasanya
disertai dengan demam ringan, mual dan
terkadang muntah kehilangan nafsu makan
kerap dijumpai konstipasi dapat terjadi. (nyeri
akan memburuk ketika bergerak,berjalan atau
batuk).

Pada titik Mc Burney (terletak


dipertengahan antara umbilikus dan
spina anterior ilium), terasa nyeri tekan
lokal dan kekauan pada bagian bawah
otot rektus kanan.
Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks
menentukan kekuatan nyeri tekan, spasme
otot, dan adanya diare Atau konstipasi

Tanda Rovsing (muncul dengan


mempalpasi kuadran kiri bawah, dan
menyebabkan nyeri di kuadran kiri
bawah)

Jika apendiks pecah, nyeri menjadi


lebih menyebar abdomen menjadi
terdistensi akibat ileus paralitik, dan
kondisi memburuk.
Pemeriksaan Laboratorium

• Tes C-Reaktif Protein (CRP)


• Tes Leukositosis
• Urinalisis

Pemeriksaan Radiology

• CT-Scan, USG, Barium Enema, Foto Rontgen,


Pielogram intravena

Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan pelvik, uji psoas, uji obturator


Penatalaksanaan
 Perawat mengkaji tanda-tanda vital pasien dan
juga skala nyerinya.
 Perawat tidak boleh memberi makan/minum
pasien melalui mulut (oral) untuk mempersiapkan
kemungkinan operasi darurat dan untuk
menghidari proses inflamasi
 Perawat memberikan cairan intravena, seperti
yang diperintahkan untuk mencegah
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta
untuk menambah volume cairan.
• Jika posisi semi fowler dapat ditoleransi, perawat
menyarankan pasien untuk mempertahankan posisi ini sehingga
jika ada drainase perut, dapat terkandung di bagian bawah.
• Setelah diagnosa apendisitis dikonfirmasi, ahli bedah
menjadwalkan operasi.
• Perawat dapat memberikan analgesik opioid seperti yang
diresepkan, sementara pasien dipersiapkan untuk operasi.
• Pasien tidak boleh diberikan obat pencahar atau enema
karena bisa menyebabkan perforasi apendiks.
• Pasien tidak boleh dikompres panas atau hangat karena dapat
meningkatkan sirkulasi ke usus buntu dan menghasilkan
peningkatan peradangan dan perforasi.

(Ignatavicius & Workman, 2006)


1. Perawatan Preoperatif
 Pasien menandatangani Inform consent
 Pengajaran pra operasi sering terbatas karena
klien kesakitan atau mungkin dipindahkan ke
kamar operasi untuk tindakan darurat
 Persiapan alat untuk pasien operasi
 Perawat mempersiapkan pasien untuk anestesi
umum dan pembedahan
2. Prosedur Operasi
 Apendektomi adalah pengangkatan usus buntu
yang meradang.
 Dalam operasi usus buntu tradisional yang
tidak rumit, dokter bedah mengangkat apendiks
melalui sayatan kira-kira 3 cm (7,5 cm)
sepanjang kuadran kanan bawah.
 Syatan lebih besar apabila apendiks dalam
posisi atipikal atau ada peritonotis.
 Usus buntu sering dilakukan melalui
laparoskopi.
 Namun bisa juga dengan laparotomi.
Laparoskopi Laparotomi
 Observasi tanda-tanda vital dan tanda infeksi.
 Atur posisi pasien 2 jam sekali/anjurkan mobilisasi.
 Apabila pasien dengan peritornitis harus dipasang NGT yang
bertujuan untuk kompresi/bilas lambung dan mencegah distensi
lambung.
 Biasanya untuk pasien post operatif apendisitis dipasang drain,
pantau kondisi, banyaknya darah yang keluar dan warnanya.
 Observasi tanda-tanda vital dan tanda infeksi.
 Atur posisi pasien 2 jam sekali/anjurkan mobilisasi.
 Apabila pasien dengan peritornitis harus dipasang NGT yang
bertujuan untuk kompresi/bilas lambung dan mencegah distensi
lambung.
 Biasanya untuk pasien post operatif apendisitis dipasang drain,
pantau kondisi, banyaknya darah yang keluar dan warnanya.
 Antibiotik intravena biasanya diresepkan jika
terdapat peritornitis atau abses.
 Analgesik opioid diberikan untuk nyeri yang
dibutuhkan.
 Klien biasanya bangun dari tempat tidur pada
malam hari operasi atau hari pertama pasca
operasi.
 Klien yang telah menjalani operasi usus
buntu tanpa komplikasi melalui laparoskopi
dapat segera dipulangkan tanpa harus
dipasang NGT
 Klien yang menjalani operasi usus buntu
tanpa komplikasi biasanya pulih dengan
cepat dan dapat melanjutkan aktivitas
normal dalam 2 hingga 4 minggu.
 Jika pembedahan dipersulit oleh
perforasi atau peritonitis, ia harus
dirawat di rumah sakit selama 5 hingga
7 hari atau lebih.
 Buat discharged planning apabila
pasien siap dipulangkan.
(Ignatavicius &
Workman, 2006)
Tn.s umur 17 tahun dengan jenis kelamin laki-laki,
datang ke IGD RSUD Gambiran Kota Kediri.
Pasien mengeluh merasakan nyeri pada bagian
bawah perut kanan, nyeri terasa tajam dan
semakin parah ketika berjalan. Pasien juga
merasakan mual dan muntah, demam sejak 3 hari
yang lalu juga tidak BAB sejak 3 hari yang lalu.
Pada saat dilakukannya pemeriksaan pasien
mendapat diagnosa medis dengan masalah
apendisitis sehingga dokter menyarankan untuk
melakukan tindakan operasi.
• Riwayat : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan, dan
riwayat medik lainnya.

• Keluhan utama : nyeri di abdomen bawah

• Riwayat kesehatan sekarang

• Riwayat kesehatan masa lalu

• Riwayat kesehatan keluarga


Data Subjektif

1. Sebelum operasi
• Nyeri daerah pusar menjalar ke
daerah perut kanan bawah
• Mual, muntah, kembung
• Tidak nafsu makan, demam
• Tungkai kanan tidak dapat
diluruskan
• Diare atau konstipasi
2. Sesudah operasi
• Nyeri daerah operasi
• Lemas
• Haus
• Mual, kembung
• Pusing
Data Objektif

1. Sebelum operasi
• Nyeri tekan dititik MC.Berney

• Spasme otot

• Takikardi, takipnea

• Pucat, gelisah

• Bising usus berkurang / tidak ada

• Demam 38-38,5˚C

2. Sesudah operasi
• Terdapat luka operasi di kuadran kanan
bawah abdomen
• Terpasang infus

•Terdapat drain/pipa lambung

• Bising usus berkurang

• Selaput mukosa mulut kering


3. Pemeriksaan laboratorium
• Leukosit: 10.000 – 18.000/mm3

• Netrofil meningkat 75%

• WBC yang meningkat sampai


20.000 mengindikasikan
terjadinya perforasi
4. Pemeriksaan diagnostik
• Radiologi: Foto colon yang
memungkinkan adanya fecalit
pada katup
• Barium enema: Apendiks terisi
barium hanya sebagian
1. Metode penelitian
 Menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan
analgetik.
 Pengambilan data menggunakan rekam medik pasien dengan
teknik consecutive sampling.
 Dan data dianalisis menggunakan independent T test dan mann-
whintney test.
2. Hasil penelitian
 suhu tubuh rata-rata pada apendisitis perforasi sebesar 37,80C.
Rata-rata suhu tubuh apendisitis akut 370C.
 Kadar leukosit rata-rata apendisitis akut sebesar 11.191 sel/mm3.
dan pada apendisitis peforasi sebesar 17.875 sel/mm3
 Pebedaan nilai PDW ( platelet distribution width) tidak jauh berbeda
yaitu 10,9 % pada kasus akut dan 11,2% pada perforasi dengan
nilai p 0,262 (p>0,05)
• Nyeri Akut abdomen b/d obstruksi dan peradangan apendiks

• Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree luka


pascabedah
• Hipertermi b.d respons sistemik dari inflamasi
gastrointestinal
• Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik,
rencana pembedahan apendektomi

• Aktual/ risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh b.d kurangnya asupan makanan yang adekuat

• Kecemasan b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan


No Diagnosa keperawatan NIC NIC

1 Nyeri Akut abdomen b/d Setelah diberikan •Kaji nyeri, termasuk


obstruksi dan Itervensi keperawatan karakter,lokasi, keparahan, dan
peradangan apendiks diharapkan nyeri durasi nyeri. Rasa nyeri pasien
berkurang. memberikan petunjuk penting
tentang diagnosis dan
komplikasi yang mungkin
terjadi(kewaspadaan Praktik
meredanya nyeri prabedah
secara mendadak dapat
menandai adanya ruptur
apendiks yang terdistensi dan
edama)
DS: Kriteria: •Berikan Analgesik sesuai
•nyeri daerah pusar •Klien resep untuk mempertahankan
menjalar kedaerah mengungkapkan rasa rasa nyaman dan
perut kanan bawah sakit berkurang meningkatkan mobilitas
•Mual, muntah, •Wajah dan posisi •Kaji efektivitas medikasi 30
kembung tubuh tampak rilaks menit setelah pemberian
•Tidak nafsu makan, •Skala nyeri
demam berukarang (1-3)
•TTV dalam batas
normal
•Lanjutan...
..

DO: •Kaji TTV


•Nyeri tekan dititk Mc. •Jelaskan penyebab rasa sakit.
Berney Caramengurangi
•Spasme Otot •Ajarkan teknik relaksasi
•Takhikardi,Takipnea
•Pucat,gelisah
•Demam 38-38,5˚C
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
2. Resiko tinggi infeksi Tujuan : Setelah dilakukan 1. Observasi TTV berkaitan
b/d port de entrée tindakan keperawatan, dengan demam,
luka pascabedah diharapkan klien tidak menggigil, berkeringat,
menunjukkan tanda dan perubahan mental, dan
gejala infeksi nyeri abdomen yang
meningkat
2. Lakukan pencucian
tangan yang baikdan
perawatan luka aseptik
3. Rawat luka sesuai
prosedur
DS: - Kriteria hasil: 4. Observasi luka bekas
DO: • Meningkatnya insisi dan balutan serta
• TTV : Suhu 380C penyembuhan luka dengan catat drainase luka (bila
• TD >110/70mmHg benar ada) dan adanya eritema
• RR >20x/menit • Drainase purulen 5. Berikan penjelasan yang
• Terdapat luka insisi • Tidak ada eritema tepat dan jujur kepada
bedah • Tidak ada demam pasien dan keluarga
• Tidak ada tanda-tanda berkaitan dengan
infeksi (rubor, dolor ) perawatan
luka bersih dan kering
 Wijaya Saferi, Nanda. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
 Hariyanto, Awan. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah I.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
 Brunner & Suddarth. (2001). Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical-Surgical Nursing, 8/E. Jakarta: EGC.
 Priscilla, Lemone. (2015). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking
in Patient Care, 5th Edition. Jakarta: EGC.
 Hurst, Marlene. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medical-Bedah.
Jakarta: EGC.
 Ignatavicius & Workman. (2006). Medical Surgical Nursing Critical
Thinking for Collaboratice Care.
 Windy & Sabir. (2016). Perbandingan Antara Suhu Tubuh, Kadar
Leukosit, Dan Platelet Distribution Width (PDW) Pada Apendisitis Akut
Dan Apendisitis Perforasi Di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
Tahun 2014. 2(2), 24-32

Anda mungkin juga menyukai