Dari hasil angket dan pembelajaran yang dilakakukan peneliti, apabila tidak adanya
tindakan akan mengakibatkan merosotnya nilai dan jiwa wirausaha siswa tersebut. Untuk
itu peneliti lebih mendalam lagi dalam menggunakan metode pembelajaran ini.Model
pembelajaran sekarang ini tidak lagi terpusat pada guru (teacher center),akan tetapi lebih
terpusat, melibatkan dan keaktifan siswa (student center) dalam proses pembelajaran.
Membuat kelompok kecil agar siswa lebih mandiri dan aktif
pembelajaran.Model ini disebut juga model pembelajaranCooperative.
B.
dalam
proses
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27).Berarti manusia hidup
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas,
interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa
kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan.Siswa
kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang
diberikan.Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.Pengetahuan yang didapat bukan
dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.Karena siswa
jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
keberhasilan
yang
berhubungan
dengan
jiwa
kewirausahaan
diantaranya : (1) memiliki mimpi, (2) percaya diri, (3) pengambilan resiko, (4)
kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka tantangan.
Adapun skor dari minat wirausaha siswa dapat peneliti tentukan ke dalam 4
(empat)interval, dengan cara pengaturan menurut Anas Sudijono (1992:50)
:Rumus Total Range ( R ) = H L + 1
Kategori skor di golongkan ke dalam:
1.
2.
3.
4.
5.
dan
kartu
jawaban
kepada
sebagian
siswa,
siswa
yang
lain
kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka tantangan.Tingkat
minat
berwirausaha
siswa
dalam
pembelajaran
kewirausahaan dengan
yang disebar dengan nilai yang didapat antara 87 sampai dengan 113. Untuk opsi
pilihan keempat jumlah nilai yang didapat pada kisaran nilai 114 sampai dengan
140.Untuk opsi pilihan kelima nilai yang didapat pada kisaran nilai antara 141
sampai dengan 167.Karena menggunakan interval dengan pembulatan 26 maka
nilai tertinggi adalah 167.
Dapat diketahui frekuensi minat berwirausaha berhubungan dengan jiwa
kewirausahaan siswa pada siklus I ini dapatdilihat pada table berikut :
No
Kategori
Frekuensi
Persentase
1.
Siswa tidak berminat berwirausaha
0%
2.
Minat siswa untuk berwirausaha kurang
14
43,75 %
3.
Minat siswa untuk berwirausaha cukup
18
56,25 %
4.
Minat siswa untuk berwirausaha besar
0 %
5. 1
Minat siswa untuk berwirausaha sangat
0
besar
%
Setelah dihitung hasil yang diperoleh kategori penilaian minat siswa untuk
berwirausaha kurang sebanyak 14 siswa dalam persen sebesar 43,75%. Hasil skor
digolongkan pada hasil interval pada kisaran 60 86. Sedangkan kategori Minat
siswa untuk berwirausaha cukup sebanyak 18 siswa dalam persen 56,25%. Hasil
skor digolongkan pada interval87 113.Dari hasil yang didapat bahwa siswa
tersebut kurang minatnya dalam berwirausaha.Untuk itu peneliti mencoba untuk
meningkatkan minat berwirausaha siswa dengan lebih meningkatkan model
pembelajaran pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
Kelemahan dalam siklus I sudah dapat diidentifikasi diantaranya siswa
kurang memahami materi yang disampaikan karena penguasaan siswa kurang atas
pembelajaran yang disampaikan guru. Dalam siklus ini kelemahan akan
diperbaiki. Untuk itu siswa diberi tugas agar lebih giat lagi mengulang materi
yang telah disampaikan sebelumnya sehingga pada saat pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran make a match siswa tidak kesulitan lagi untuk
menjawab dan menyelesaikan materi yang disampaikan. Kelemahan lainya
sebagai indikator keberhasilan dalam minat berwirausaha adalah siswa kurang
berminat dalam berwirausaha untuk itu peneliti mencoba lebih dalam lagi untuk
menyampaikan materi dengan tugas yang lain yaitu dengan tugas praktek
berwirausaha siswa. Peneliti tidak memanfaatkan kompetensi kejuruannya pada
materi kewirausahaan ini, karena siswa belum menguasai ilmu
kejuruannya,sehingga peneliti hanya ingin melihat jiwa kewirausahaannya saja.
Pada siklus II ini model pembelajaran sama dengan langkah-langkah
model pembelajaran pada siklus I. Hanya saja pada siklus II ini siswa diberi tugas
yang berhubungan dengan jiwa kewirausahaan. Tugas tersebut adalah menjual
produk dengan memanfaatkan warga lingkungan sekolah dan tempat tinggal,
produk yang dijual terserah pada kemampuan siswa, waktu yang digunakan
selama 2 minggu.Dalam tugas pembelajaran ini peneliti hanya ingin melihat jiwa
kewirausahaannya.Yang mana sebelumnya siswa sudah diberi penjelasan
mengenai karekteristik (jiwa) kewirausahaan. Indikator penilaian terhadap tugas
penjualan: Jenis produk dengan skor 25, Target penjualan sebanyak 5 konsumen
dengan skor 50, Foto penjualan sebagai bukti siswa melakukan penjualan dengan
skor 25. Skor keseluruhan adalah 100.Apabila siswa dapat menyelesaikan seluruh
indikator dari penjualan tersebut. Setelah selesai tugas tersebut , maka tugas
tersebut dikirim melalui email guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk
melibatkan siswa dalam pembelajaran yang berbasis TIK ( Teknologi Informasi
Komputer).
Penggunaan model pembelajaran make a match pada siklus II ini dengan
langkah-langkah Tahap (1)Menampilkan gambar wirausaha yang sukses di
bidangnya untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dengan
menggunakan LCD Proyektor. (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada
materi yang berbeda dari sebelumnya yang ingin di capai. Materi ini telah
disampaikan hanya saja belum dijelaskan kepada siswa akan tetapi siswa
diharapkan dapat mempelajari sendiri di rumah, siswa mendengarkan penjelasan
guru dan mencatat materi yang disampaikan guru . (3) Guru membuat kelompok
kecil dengan mengarahkan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama
dalam pembelajaran. (4) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada
sebagian siswa, siswa yang lain mendengarkan soal dan jawaban yang dibacakan.
Selain belajar secara kelompok siswa juga dituntut untuk dapat menguasai materi
secara individu atau pribadi (5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memikirkan soal dan jawaban yang dipegangnya. Disilah dapat kita lihat
kemandirian siswa dalam pembelajaran materi yang disampaikan guru (6) Guru
memperhatikan setiap siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya. Pada tahap ini siswa tidak lagi kebingungan untuk mencari
pasangannya dengan mencocokan soal dan jawaban. (7) Guru menghitung waktu
yang ditentukan kepada setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin. Waktu yang digunakan digunakan selama hitungan ke
lima setelah siswa memegang kartu soal dan jawaban. Pada tahap ini siswa kurang
dari setengah jumlah siswa yang dapat mencocokkan jawabannya dengan soal
yang ada. Mereka sebelumya telah menguasai materi yang di pelajari. Selain itu
tugas penjualan yang dikerjakan juga berhubungan dengan penanaman jiwa
kewirwusaaan (8) Setelah satu babak, guru mengocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, sampai pada
masing-masing siswa menguasai materi jiwa kewirausahaan berhubungan minat
berwirausaha (9) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok. (10) Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.Disini siswa telah dapat membuat
kesimpulan secara kelompok maupun pribadi.Siswa lebih berani dan percaya diri
dalam menyampaikan kesimpulan yang dibuatnya.Apabila mereka kurang jelas
mereka berani bertanya.
87,5 % dari jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut terlihat bahwa siswa
meningkat minat berwirausahanya setelah adanya penanaman jiwa kewirausahaan
dalampembelajaran make a match.
Untuk melihat kemampuan jiwa kewirausahaan pada masing-masing siswa,
peneliti membuat tugas lapangan dengan melihat peluang usaha di lingkungan
sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Dengan menanamkan jiwa wirausaha
pada siswa diharapkan siswa tersebut dapat meningkatkan minatnya dalam
berwirausaha.
Tugas berupa penjualan jenis barang dan jasa. Target penjualan >5
konsumen baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal.
Kegiatan penjualan di foto hasil tugas tersebut di kirim melalui email peneliti.Dari
tugas tersebut indikator keberhasilan dalam tugas dengan skor penilaiannya
adalah:1. Jenis produk (25),2. Target penjualan (50),3. Foto kegiatan (25).Dari
hasil pembelajaran melalui tugas lapangan peneliti ingin melihat jiwa
kewirausahaan siswa terhadap minat bewirausaha .Dari 32 siswa 19 siswa dapat
melakukan penjual dengan baik , mereka mampu melakukan penjualan dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah dan rumah. Hanya saja foto penjualan tidak
dapat mereka kirim disebabkan oleh tidak adanya sarana foto atau kamera yang
mereka miliki. Disisi lain sekolah melarang siswa untuk membawa handphone.13
siswa lainya dapat melaksanakan tugas dengan nilai amat baik. Mereka mampu
mengirim foto-foto penjualan melalui email guru yang bersangkutan.Mereka
merasa puas dengan tugas yang diberikan guru.Dari tugas tersebut ada nilai-nilai
pembelajaran jiwa kewirausahaan dapat meningkatkan minat berwirausaha
siswa.Dalam tugas penjualan ini ada pihak yang merasa dirugikan dimana
penjualannya menurun diantaranya kantin sekolah dan koperasi sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan serta
melalui
analisis
data
penelitian
dapat
disimpulkan
sebagai
berikut:pertama,menanamkan jiwa
kewirausahaan
dapat
meningkatkan
minat
berwirausaha siswa kelas X Teknik Komputer Jaringan 2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi
Tahun Ajaran 2010/2011 melalui pembelajaran make a match.Indikator keberhasilan
dalam pembelajaran make a match adalah (1) mencocokan soal dan jawaban, (2)
kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban , (3) menjawab pertanyaan, (4)
mengambil kesimpulan.Kedua,selain melalui pembelajaran make a match jiwa
kewirausahaan dapat meningkatkan minat berwirausaha diukur dengan menggunakan
angket berwirausaha. Dimana dalam angket tersebut ada indikator keberhasilan dalam
menanamkan jiwa kewirausahaan, diantaranya: (1) memiliki mimpi, (2) percaya diri, (3)
pengambilan resiko, (4) kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka
tantangan.Angket tersebut disebarkan sebelum pembelajaran jiwa kewirausahaan.Dari
penyebaran pertama siswa kurang berminat dalam berwirausaha. Setelah adanya
pembelajaran karekteristik (jiwa) kewirausahaan dengan menggunakan model
pembelajaran make a match dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa kelas X
Teknik Komputer jaringan 2.Ketiga, penanaman jiwa kewirausahaan dapat juga dilihat
dengan kemampuan siswa dalam berwirausaha,disini peneliti hanya melihat jiwa
kewirausahaan siswa dengan menjual barang dan jasa atas kemampuan siswa tersebut.
Berwirausaha tidak pada kompetensi keahlian siswa karena pada saat penelitian siswa
masih kelas X jadi materi kompetensi kejuruan belum terlalu mendalam. Tapi peneliti
telah mengarahkan siswa untuk berwirausaha pada bidang yang menjadi arah dan citacitanya nanti.
Penelitian tindakan kelas menggunakan data deskriftif, yaitu dengan
membandingkan data sebelum adanya tindakan dengan sesudah adanya
tindakan.Dalam penelitian ini menggunakan dua siklus.Dari siklus I sampai siklus ke II
terlihat adanya perubahan pada diri masing-masing siswa dalam mata pelajaran
kewirausahaan khususnya materi karekteristik jiwa kewirausahaan.
kepada seluruh siswa untuk dapat ikut serta dalam program teaching factory dan
teaching industry ( program direktorat pendidikan SMK), Karena ini dapat
membangkitkan kepercayaan diri pada siswa atau kemampuan atas skill atau
keterampilan yang dimilikinya.Dalam praktek pembelajaran kewirausahaanpihak Sekolah
hendaknya menyediakan Work Shop untuk melihat keterampilan siswa dalam berwirausaha dan
keterampilan kejuruan siswa.Walaupun SMK Negeri 2 Tebing Tinggi bukan merupakan SMK
bisnis tapi diharapkan dari ilmu teknik kejuruan siswa juga harus mampu berwirausaha atas dasar
kompetensi kejuruannya. Selain itu dinas Pendidikan kota sebaiknya sering mengadakan MGMP
( musyawarah guru mata pelajaran).
DAFTAR PUSTAKA
Ating Tedjasutisna.2004. Memahami Kewirausahaan SMK Tingkat 1.
Bandung : CV. Armico
Ating Tedjasutisna.2007. Memahami Kewirausahaan SMK Tingkat 1.
Bandung : CV. Armico
Ahmad munim r.http(2010)
[online]://guruvalah.20m.com/minat_berwiraswasta.pdf
Baedhowi . (2010). Kewirausahaan.Materi disampaikan pada pelatihan
Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah.Medan tanggal 22-26 Desember 2010.
Bahrumsyah. (2010). Program 100 Hari Mendiknas ( Menteri Pendidikan
Nasional).Materi di sampaikan pada Kegiatan Pelatihan Pembinaan dan
Tarmizi.
(2008).
[online] Pembelajaran
Kooperatif
Make
A Matchhttp://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/
F.
Wardoyo. 2011. [online] Kewirausahaan
wardoyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/5053/Kewirausah - Mirip
G.
Zoul Ramadhan (2011) [online] hubungan antara pelaksanaan mata kuliah kewirausahaan