Anda di halaman 1dari 17

PENANAMAN JIWA KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN

MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN


MAKE A MATCH KELAS X SMK NEGERI 2 KOTA TEBING TINGGI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Oleh:DELIANA,S.Pd.
ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk menanamkan jiwa kewirausahaan
dalam meningkatkan minat berwirausaha siswa kelas X Teknik Komputer
Jaringan 2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2010/2011 melalui
pembelajaran make a match . Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik
Komputer Jaringan 2 sebanyak 32 orang.Prosedur penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.Pembelajaran menggunakan
metode make a match. Data tentang jiwa kewirausahaan siswa dinilai melalui
pembelajaran dengan menggunakan metode make a match.Berdasarkan metode
pembelajaran make a match di dapat nilai dalam pembelajaran kewirausahaan
pada siklus I nilai rendah. Data penelitian tentang minat berwirausaha siswa
dikumpulkan melalui angket. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Dari
hasil angket, penelitian diperoleh jumlah skor siklus I minat siswa untuk
berwirausaha kurang.Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, tes
teori, tes praktek.Tes praktek atau tugas praktek yang memanfaatkan lingkungan
sekolah dan lingkungan tempat tinggal,Dari tugas praktek tersebut dimasukkan
nilai-nilai jiwa kewirausahaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman
jiwa kewirausahaan meningkat melalui pembelajaran make a match.Selama
pembelajaran peneliti banyak mengalami masalah dalam menyampaikan materi
kepada siswa. Banyak motede pembelajaran yang dapat digunakan, akan tetapi
dalam materi ini peneliti merasa cocok untuk membuat metode make a match
dalam pembelajaran karekteristik jiwa wirausaha.Hal ini ditunjukan oleh semakin
meningkatnya sikapmemiliki mimpi yang tinggi,percaya diri (self
confidence),pengambil Risiko,kepemimpinan,kerja keras,kreatif dan inovatif,suka
tantangan.
Kata kunci :Pembelajaran Kooperatif Make A Match, Kewirausahaan, Jiwa
kewirausahaan.
ENTREPRENEURSHIP SPIRIT INVESTMENT INTEREST IN
INCREASING STUDENTS THROUGH LEARNING entrepreneurship
MAKE A MATCH CLASS X SMK NEGERI 2 YEAR STUDY OF HIGH CITY
Climbing 2010/2011.
By:DELIANA, S.Pd.
ABSTRACT:This study aims to instill entrepreneurial spirit in increasing interest in
entrepreneurship class X Computer Network 2 SMK Negeri 2 Cliff High School
Year 2010/2011 through learning the make a match.The subject of this study is the
class X 2 Computer Network 32 people.The procedure of this study was
classroom action research conducted in two cycles.Learning using the make a
match.Data on the entrepreneurial spirit of students assessed through learning by
using the make a match method. Based learning methods in the make a match can
be value in learning entrepreneurship in low-cycle I value. The research data on
students' interest in entrepreneurship was collected through questionnaires.
Furthermore, the data were analyzed descriptively. From the results of
questionnaires, the research cycle I obtained the number of student interest scores

for less entrepreneurship. Data collection techniques used were questionnaires,


theory test, practice tests. Practice tests or tasks that take advantage of the
environmental practices of schools and neighborhoods, the practice of the task
included the values of entrepreneurial spirit. Results showed that planting
increased entrepreneurial spirit through learning the make a match. During the
study researchers lot of problems in delivering material to students. Many motede
learning that can be used, but the researchers feel this material is suitable for the
make a match making methods in the learning characteristics of entrepreneurial
spirit. This is evidenced by the increasing attitude dream of having high selfconfidence (self confidence), Risk taker, leadership, hard work, creative and
innovative, like a challenge.
Key words: Cooperative Learning Make A Match, Entrepreneurship,
entrepreneurial spirit.
PENDAHULUAN
Dari hasil observasi dan selama mengajar di kelas, peneliti mendapatkan
siswa kelas X Teknik Komputer Jaringan 2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi
kesulitan dalam menjawab pertanyaan secara lisan dan tulisan menghubungkan
materi yang disampaikan dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Salah
satu materi yang yang dirasa sulit oleh siswa yaitu teori mengenai
karekteristik (jiwa) kewirausahaan , sebagian siswa tidak dapat mengartikan
bagaimana sebenarnya karekteristik (jiwa) wirausaha berkaitan dengan minat
berwirausaha. Sebagian siswa kurang memiliki mimpi yang tinggi,percaya diri
(self confidence),pengambil Risiko,kepemimpinan,kerja keras,kreatif dan
inovatif,suka tantangan dalam dirinya. Oleh sebab itu peneliti ingin menanamkan
jiwa kewirausahaan kepada peserta didik melalui tes teori, dengan metode
pembelajaran make a match tes praktek dan angket.Diharapkan melalui
motode kooperatif make a match siswa dapat bekerja sama menyelesaikan suatu
masalah dalam pembelajaran dan memiliki minat dalam berwirausaha.
Dari lampiran hasil angket minat berwirausaha yang peneliti sebar siswa
secara klasikal 43,75 % siswa kurang berminat berwirausaha. Sedangkan hasil
pembelajaran dengan secara klasikal rata-rata 65,76 ( tidak tuntas), dengan nilai
terendah 30 ( tidak tuntas). Selain dalam pembelajaran, penanaman jiwa
kewirausahaan dilakukan dengan praktek lapangan.
A.

Dari hasil angket dan pembelajaran yang dilakakukan peneliti, apabila tidak adanya
tindakan akan mengakibatkan merosotnya nilai dan jiwa wirausaha siswa tersebut. Untuk
itu peneliti lebih mendalam lagi dalam menggunakan metode pembelajaran ini.Model
pembelajaran sekarang ini tidak lagi terpusat pada guru (teacher center),akan tetapi lebih
terpusat, melibatkan dan keaktifan siswa (student center) dalam proses pembelajaran.
Membuat kelompok kecil agar siswa lebih mandiri dan aktif
pembelajaran.Model ini disebut juga model pembelajaranCooperative.

B.

dalam

proses

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27).Berarti manusia hidup

saling ketergantungan.Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) Model pembelajaran kooperatif


merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan
hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus
diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,
tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).
C.

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas,
interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa
kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan.Siswa
kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang
diberikan.Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.Pengetahuan yang didapat bukan
dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.Karena siswa
jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam


pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat menghubungkan materi teori
dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti
mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan
metode make a match. Selain memiliki nilai falsafah homo homini socius, Salah
satu ragam metode dengan model pembelajaran cooperative yang menarik bagi
pembelejaran bagi peneliti adalah metode make a match. Metode make a match
atau mencari pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan
tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untukmenanamkan jiwa


kewirausahaan dalam meningkatkan minat berwirausaha siswa kelas X SMK
Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2010/2011 melalui pembelajaran make a
match. Peneliti hanya membatasi pada siswa kelas XTeknik Komputer Jaringan
2 sebanyak 32 orang siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan.
Peneliti berharap agar temuan penelitian ini memberikan inspirasi kepada
guru-guru kewirausahaan lainnya, terutama guru-guru di SMKN 2 ,untuk
memperbaiki praktek pembelajaran,serta memotivasi untuk melaksanakan PTK
lainnya.
KAJIAN PUSTAKA
Model pembelajaran cooperative yang menarik bagi pembelejaran bagi
peneliti adalah metode make a match. Metode make a match atau mencari
pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.

Dalam kurikulum SMK terdapat mata pelajaran kewirausahaan bertujuan


agar peserta didik dapat mengaktualisasikan diri dalam perilaku wirausaha.Isi
mata pelajaran kewirausahaan difokuskan pada perilaku wirausaha sebagai

1.
2.
3.
4.

fenomena empiris yang terjadi di lingkungan peserta didik.Berkaitan dengan hal


tersebut, peserta didik dituntut lebih aktif untuk mempelajari peristiwa-peristiwa
ekonomi yang terjadi di lingkungannya.
Permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah,sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk
mata pelajaran kewirausahaan SMK meliputi :
Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan seharihari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakatnya
Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakatnya
Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam
kehidupannya
Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil/mikro dalam bidangnya.
Berdasarkan uraian diatas standar kompetensi tamatan SMK harus mampu
melihat peluang usaha , menerapkan sikap dan perilaku wiausaha,memahami
makna kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari dan yang terjadi di sekolah
maupun lingkungan masyarakat serta mampu merencanakan dan mengelola usaha
kecil/mikro
dalam
bidangnya.
Guru
dalam
pembelajaran
dapat
menanamkan makna jiwa kewirausahaan pada peserta didiknya. Dalam
pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa menjadi dirinya sendiri berjiwa seorang
pemimpin.Siswa SMK dituntut memiliki keterampilan dibidangnya yang nantinya
menjadi sumber daya manusia yang kompeten di bidang keahliannya.Bekerja atas
jurusan dan kompetensi yang dimilikinya.Atas keahlian yang dimilikinya
diharapkan siswa SMK bisa membuka lapangan kerja sendiri dan dapat
menampung tenaga kerja tidak terdidik di lingkungan tempat tinggalnya. Tidak itu
saja, jiwa wirausaha harus ditanamkan pada diri setiap siswa karena mereka harus
bisa bekerja di perusahaan terkenal secara Nasional dan Internasional yang ada di
daerahnya, diseluruh Indonesia dan juga bekerja di luar negeri.
Pendidikan kewirausahaan (Inpres No. 4 tahun 1995).Wirausaha adalah
orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
kewirausahaan.Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah kepada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar
Dalam program 100 hari Mendiknas ( menteri pendidikan nasional, Bimtek
KTSP SMK 4-8 Nov 2009, Dinas Pendidikan Prov. SUMUT) diantaranya
pengembangan Entrepreneurship. Ada upaya untuk meningkatkan metode
pembelajaran dan menanamkan entrepreneurship di kalangan pelajar,khususnya
sekolah menengah kejuruan,dimana sekolah menengah kejuruan diharapkan dapat
menghasilkan kualitas siswa yang kreatif,inovatif,berpikir kritis dan berjiwa
kewirausahaan (entrepreneurship).Guru juga harus memahami metode-metode
apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran kepada peserta didik. Siswa SMK

a.
b.
c.
d.

harus mampu bekerja di bidangnya dapat mengembangkan ilmu kejuruan yang


dipelajarinya bekerja secara mandiri.
John Kao dalam Sudjana (2004:131)menyebutkan bahwa Kewirausahaan
adalah sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha ialah orang yang inovatif,
antisipatif, inisiatif, pengambil risiko dan berorientasi laba.Siswa yang inovatif,
antisipatif, inisiatif, berani mengambil resiko dalam bidang kejuruannya
orientasinya ke laba. Karena orang yang menginginkan keuntungan dalam
usahanya dapat menjamin kemakmuran dalam hidupnya,kehiduppannya lebih
mapan dan layak dibandingkan dengan orang lain.
Peter F. Drucker dalam Kasmir (2009: 17) mengatakan bahwa
kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
Sementara Zimmerer dalam Kasmir (2009: 17) mengartikan kewirausahaan
sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Menurut Kasmir (2009:18) menyimpulkan bahwa kewirausahaan
merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha.Wirausaha
adalah seorang yang memiliki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam
menemukan dan menciptakan berbagai ide.
Berdasarkan uraian diatas,dapat diambil kesimpulan bahwa kewirausahaan
adalah suatu sikap dan perilaku kreatif dan inovatif seseorang dalam
menggunakan ide-ide untuk menciptakan kegiatan usaha atau peluang usaha guna
menghasilkan keuntungan dan laba. Sedangkan wirausaha adalah orang yang
mempunyai kemampuan kreatif dan inovatif untuk dapat memanfaatkan ide-ide
dalam menghasilkan laba atau keuntungan.
Keberhasilan seseorang tidak hanya didukung oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Bagaimana mempengaruhi orang lain agar mau bekerja
sesuai dengan keingin kita. Kemauan yang lahir dari dalam diri kita akan
berpengaruh terhadap apa yang kita inginkan sebenarnya. Kesuksesan seseorang
sangat berpengaruh terdapat kemauaan dan tindakan yang ada pada diri orang
tersebut.Hanya saja kita tidak tahu bagaimana mengolah jiwa dan kualitas diri
kita.
Peggy A Lambing & Charles R Kuehl dalam (Hendro dan Chandra, 2006)
menyatakan bahwa setiap wirausahawan (entrepreneur) yang sukses memiliki
empat unsur pokok, yaitu:
Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill)
Keberanian (hubungannya dengan Emotional Quotient dan mental)
Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri)
Kreatifitas yang memerlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk
menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya dengan (experience).
Meredith et al.. (2002), mengemukakan nilai hakiki penting dari wirausaha
adalah:(1) Percaya diri (self confidence),(2) Berorientasi tugas dan hasil, (3)
Keberanian mengambil risiko,(4)Kempemimpinan, (5) Berorientasi ke masa
depan,(6) Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi.

Menurut Suryana (2003) bahwa orang-orang yang memiliki jiwa dan


sikap kewirausahaan yaitu : (a) Percaya diri (yakin, optimis dan penuh
komitmen), (b) Berinisiatif (energik dan percaya diri), (c) Memiliki motif
berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), (d) Memiliki jiwa
kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil resikodengan penuh
perhitungan), (e) Suka tantangan
Sedangkan menurut Alma (2003)jalan menuju wirausaha sukses adalah :
mau kerjakeras, bekerjasama, penampilan yang baik, yakin, pandai membuat
keputusan, mau menambah ilmu pengetahuan, ambisi untuk maju, pandai
berkomunikasi.
Menurut Bygrave dalam Ating (2004: 19) karekteristik kewirausahaan di
kenal dengan 10 D diantanya: Dream, Decisivenes, Doers, Determination,
Dedication, Devotion, Details, Destiny, Dollar, Distribute.
Menurut (Kasmir 20109: 27 28) Ciri-ciri wirausaha yang
berhasil diantaranya :Memiliki visi dan tujuan yang jelas, Inisiatif dan selalu
proaktif, Berorientasi
pada
prestasi, Berani
mengambil
risiko, Kerja
keras, Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, Komitmen
pada berbagai pihak, Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan
berbagai pihak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa kewirausahaan yang
dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya:
a. Memiliki mimpi
Seorang wirausaha berani bermimpi. Untuk mewujudkan mimpinyaia harus
berusaha dan belajar agar mimpi tersebut dapat di wujudkan. Tidak hanya terbuai
dalam mimpi itu sehingga tidak ada tindakan yang membuat wirausha tersebut
berubah.
b. Percaya diri (self confidence)
Sikap percaya diri yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh pada
kemandirian,disiplin dan keberanian seseorang dalam berwirausaha.
c. Pengambil Risiko
Segala keputusan yang telah direncanakan sebelumnya akan berdampak
pada resiko kerugian dan keuntungan yang maksimal. Seorang wiausaha tidak
akan pernah takut terhadap resiko kegagalan yang didapatnya. Ia akan terus
memaksimalkan kemampuan yang ada pada dirinya. Segala sesuatu itu harus
dicoba sehingga kita akan mengetahui kelemahan dari usaha yang kita jalankan
d. Kepemimpinan
Dalam Laurence D.A (2004: 3) kepemiminan dan identitas bertemu secara
langsung.Identitas itu merupakan hasil pengintergrasian dari kemampuankemampuan khusus mental, fisik maupun emosi.Berani dalam bertindak dan
bersikap. Berorentasi ke masa depan Seorang pemimpin itu harus jujur,kimitmen
tinggi dengan keputusannya.
e. Kerja keras
Seorang yang memilki jiwa wirausaha tidak pernah puas dengan
keberhasilan yang didapatnya.Ia akan terus mencoba dan mencoba. Uang bukan
target utama untuk mencapai kekayaan. Tetapi,uang merupakan ukuran

kesuksesan. Dia beramsumsi jika berhasil dalam bisnisnya maka ia pantas


mendapat laba,bonus atau hadiah
f. Kreatif dan inovatif
Seorang wirausaha bukan lahir begitu saja. Melainkan bagaimana ia
mengaplikasikan jiwa kewirausahaannnya melalui sikap dan perilaku yang kreatif
dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam mendukung Pengembangan
Ekonomi Kreatif (PEK) tahun 2010-2014, yakni pengembangan kegiatan ekonomi
berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan
daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
g. Suka tantangan.
Orang yang yakin dengan kemampuan yang dimilikinya biasanya suka
dengan tantangan yang membuat dia lebih unggul dari orang lainya.
Minat adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menyebabkan
terikatnya perhatian individu tersebut pada obyek tertentu. (Indryati,2003:62).
Oleh sebab itu jiwa kewirausahaan di dalam dalamdiri sesorang harus ada
dorongan dalam dirinya sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
disebut (Classroom Action Research (CAR) berlangsung selama dua siklus.D ilaksanakan di
SMK Negeri 2 Tebing Tinggi untuk mata pelajaran kewirausahaan. Sebagai
subjek dalam penelitian adalah kelas XTeknik komputer & jaringan 2 tahun
pelajaran 2010 2011 dengan jumlah siswa 32 orang terdiri dari 16 siswa lakilaki dan 16 siswa perempuan dimana siswa di kelas ini hetorogen di lihat dari
kemampuan, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya.Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan april dan mei tahun pelajaran 2010/2011. SMK Negeri 2
Tebing Tinggi terletak di jalan Gunung Leuser, yang merupakan sekolah Rintisan
Bertaraf Internasional (RSBI). Jumlah kelas sebanyak 25 kelas.

Langkah-langkahtindakan yang akan dilaksanakan pada setiap siklus dengan


prosedur. Perencanaan (planning),Pelaksanaan tindakan (action), Observasi
(observation), Refleksi ( reflection)( Suharsimi Arikunto, 2009- 16 ).
Pada tiap-tiap siklus, Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirangcang
yaitu:

Menampilkan gambar wirausaha yang sukses di bidangnya untuk membangkitkan


semangat dan motivasi siswa
Guru menjelaskan kompetensi yang ingin di capai dan langkah-langkah dalam
menyelesaikan masalah serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas
pembelajaran yang akan dipilih.
Guru membuat kelompok kecil dengan mengarahkan kepada siswa untuk
berdiskusi
Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada sebagian siswa, siswa
yang lain mendengarkan soal dan jawaban yang dibacakan.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan soal dan jawaban
yang dipegangnya.
Guru memperhatikan setiap siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartunya.
Guru menghitung waktu yang ditentukan kepada setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Setelah satu babak, guru mengocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu
yang cocok.
Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Peneliti menetapkan beberapa kriteria sebagai indikator keberhasilan
penetapan pembelajaran make a match : (1) mencocokan soal dan jawaban, (2)
kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban , (3) menjawab pertanyaan, (4)
mengambil kesimpulan. Penelitian dikatakan meningkat manakala rata-rata dari
semua aspek mencapai minimal 70 %.Untuk penguasaan materi karekteristik jiwa
kewirausahaan, peneliti menetapkan kriterianya berdasarkan hasil belajar
kewirausahaan yang diukur 2 X dalam setiap siklus,yaitu pada setiap 2 X
pertemuan. Pembelajaran dikatakan meningkat dalam jiwa kewirausahaan
manakala sedikitnya 70 % siswa memperoleh nilai 70.
Selain indikator keberhasilan di atas, untuk mengukur minat berwirausaha
juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan angket, di dalamnya terdapat
indikator

keberhasilan

yang

berhubungan

dengan

jiwa

kewirausahaan

diantaranya : (1) memiliki mimpi, (2) percaya diri, (3) pengambilan resiko, (4)
kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka tantangan.
Adapun skor dari minat wirausaha siswa dapat peneliti tentukan ke dalam 4
(empat)interval, dengan cara pengaturan menurut Anas Sudijono (1992:50)
:Rumus Total Range ( R ) = H L + 1
Kategori skor di golongkan ke dalam:

1.
2.
3.
4.
5.

Siswa tidak berminat berwirausaha


Minat siswa untuk berwirausaha kurang
Minat siswa untuk berwirausaha cukup
Minat siswa untuk berwirausaha besar
Minat siswa untuk berwirausaha sangat besar

HASIL DAN PEMBAHASAN.


Penelitian pembelajaran Kewirausahaan yang menggunakan model
kooperarif make a match, dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus.
Gambaran hasil penelitian ini diuraikan seperti berikut ini.
Siklus I
Pelaksanaan awal yang digunakan guru dalam siklus I dengan langkahlangkah sebagai berikut: Tahap (1)Menampilkan gambar wirausaha yang sukses di
bidangnya untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dengan
menggunakan LCD Proyektor. (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin di capai dan menyampaikan materi yang akan di pelajari, siswa
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi yang disampaikan guru . (3)
Guru membuat kelompok kecil dengan mengarahkan kepada siswa untuk
berdiskusi dan bekerjasama dalam pembelajaran. (4) Guru membagikan kartu
soal

dan

kartu

jawaban

kepada

sebagian

siswa,

siswa

yang

lain

mendengarkan soal dan jawaban yang dibacakan. (5) Guru memberikan


kesempatan kepada siswa untuk memikirkan soal dan jawaban yang
dipegangnya.Pada kesempatan ini materi yang di sampaikan mengenai pengertian
kewirausahaan.Siswa diberi kesempatan untuk mengingat materi yang dipelajari.
(6) Guru memperhatikan setiap siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartunya.Pada tahap ini siswa banyak yang kebingungan untuk mencari
pasangannya dengan mencocokan soal dan jawaban. (7)Guru menghitung waktu
yang ditentukan kepada setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin.Pada tahap ini siswa banyak yang tidak dapat
mencocokkan jawabannya dengan soal yang ada. (8) Setelah satu babak, guru
mengocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya,
demikian seterusnya.(9) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya
yang memegang kartu yang cocok. (10) Guru bersama-sama dengan siswa
membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.Pada awal pembelajaran,
penarikan kesimpulan tidak dapat dilaksanakan karena waktu pembelajaran telah

berakhir. Tetapi setelah proses penyajian materi diperbaiki, pada pertemuan


selanjutnya pengambilan kesimpulan sudah dapat terlaksana.
Selama 2 kali pertemuan, hasil yang di dapat pada siklus I. Dengan melihat
indikator keberhasilan dalam pembelajaran diantaranya (1) mencocokan soal dan
jawaban skor tercapai 590 dari skor ideal 960 dengan tingkat ketercapai 61,5% ini
berarti setengah siswa yang dapat mencocokan soal dan jawaban sebagian siswa
sulit untuk menyelesaikan mencocokkan soal dan jawaban yang dibuat
guru.Disebabkan karena siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru.
(2) kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban skor ketercapaian 345 dari
skor ideal 640 dengan tingkat ketercapaian 53,9% dalam hal ini waktu yang
ditentukan tidak sesuai dengan kesepakatan. Setelah kartu dibagikan kepada
siswa, dalam hitungan kelima siswa harus dapat mencari pasangan atas kartu
yang dipegangnya. Siswa sulit dan bingung untuk mencari pasangan yang
berakibat waktu yang digunakan tidak tepat. (3) menjawab pertanyaan skor
ketercapaian 565 dari skor ideal 960 dengan tingkat ketercapaian 58,9% karena
siswa tidak menguasai materi yang disampaikan guru berakibat siswa sulit untuk
menjawab pertanyan yang disampaikan guru. (4) mengambil kesimpulan skor
ketercapai 440 dari skor ideal 640 dengan tingkat ketercapaian 68,7%.Dalam
siklus ini siswa sulit untuk mengambil kesimpulan materi yang telah disampaikan
guru. Dalam siklus 1 siswa belum memahami model yang digunakan guru dalam
pembelajaran. Siswa cenderung mencari nilai dalam pembelajaran bukan
bagaimana ia dapat lebih mendalami materi yang disampaikan dalam proses
pembelajaran. Rata-rata siswa dapat menyelesaikan indikator keberhasilan dengan
menggunakan model make a match sebesar60,6%, Ketuntasan perorangan siswa
dikatakan tidak berhasil. Karena tahap penguasaan siswa yang memiliki nilai < 70
%.Nilai terendah 30, nilai tertinggi 100. Nilai ketuntasan secara klasikal 56,25
%. Hal ini tidak sesuai dengan standart ketuntasan klasikal dimana siswa
dikatakan berhasil jika paling sedikit 85 % dari jumlah siswa dalam kelas tersebut
telah mencapai ketuntasan perorangan.
Selama siklus I peneliti juga menyebarkan angket minat berwirausaha yang
berhubungan dengan jiwa kewirausahaan siswa. Data angket yang disebar pada
siklus I di dapat data dengan menggunakan indikator keberhasilan(1) siswa yang
memiliki mimpi (cita-cita), (2) percaya diri, (3) pengambilan resiko, (4)

kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka tantangan.Tingkat
minat

berwirausaha

siswa

dalam

pembelajaran

kewirausahaan dengan

memberikan angket minat berwirausaha diawal sebelum tindakan dan sesudah


tindakan pembelajaran dengan metode make a match. Pada kesempatan ini siswa
kurang memahami makna kewirausahaan berhubungan dengan jiwa wirausaha.
Guru telah memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dan diharapkan dapat
berhasil di bidang kejuruan masing-masing.
Penyebarkan angket pada siswa kelas X Teknologi Komputer Jaringan 2,
berisi pernyataan-pernyataan menyangkut minat berwirausaha. Angket terdiri atas
33 pertanyaan dengan opsi jawaban 1, (Siswa tidak berminat berwirausaha ),2
(Minat siswa untuk berwirausaha kurang), 3 (Minat siswa untuk berwirausaha
cukup ), 4 (Minat siswa untuk berwirausaha besar), 5 (Minat siswa untuk
berwirausaha sangat besar ).
Adapun skor dari minat wirausaha siswa di awal dapat penulis tentukan :
Rumus Total Range ( R ) = H L + 1
R = Total Range
H = Skor Maksimum
L = Skor Minimum
1 = Bilangan Konstan
Jadi R = 165 33+ 1 = 132
Menetapkan banyaknya interval =
132:5= 26,4 dibulatkan : 26
Dengan demikian skor digolongkan menjadi :
141 167
: minat siswa untuk berwirausaha sangat besar
114 - 140
: minat siswa untuk berwirausaha besar
87 113
: minat siswa untuk berwirausaha cukup
60 - 86
: minat siswa untuk berwirausaha kurang
33 59
: Siswa tidak berminat berwirausaha.
Pembulatan dalam menentukan interval adalah 26.Interval ini dibuat untuk
dapat menentukan batas penilaian yang didapat dari jumlah yang didapat siswa
dalam penyebaran angket. Opsi yang digunakan adalah sebanyak lima bagian, jadi
interval tersebut membatasi nilai yang didapat siswa dalam menentukan
penggolongan skor. Dari jumlah angket yang disebar indikator keberhasilan dari
minat berwirausaha berhubungan dengan jiwa kewirausahan nilai tertinggi adalah
dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan opsi tertinggi yaitu 5 maka nilai
tertinggi adalah 165.Dengan nilai terendah adalah 33. Nilai terendah didapat dari
tiga puluh tiga pernyataan dikali dengan nilai terendah pada skor penilaian, jadi
apabila siswa menjawab semua pernyaan dengan opsi pilihan satu (terendah)
maka nilainya adalah tiga puluh tiga. Untuk opsi pilihan pertama dengan
menggunakan interval maka nilai yang didapat pada kisaran 33 sampai dengan
59. Sedangkan opsi pilihan kedua apabila nilai yang didapat dari jumlah angket
sekitar 60 sampai dengan 86. Untuk opsi pilihan ketiga apabila jumlah angket

yang disebar dengan nilai yang didapat antara 87 sampai dengan 113. Untuk opsi
pilihan keempat jumlah nilai yang didapat pada kisaran nilai 114 sampai dengan
140.Untuk opsi pilihan kelima nilai yang didapat pada kisaran nilai antara 141
sampai dengan 167.Karena menggunakan interval dengan pembulatan 26 maka
nilai tertinggi adalah 167.
Dapat diketahui frekuensi minat berwirausaha berhubungan dengan jiwa
kewirausahaan siswa pada siklus I ini dapatdilihat pada table berikut :
No
Kategori
Frekuensi
Persentase
1.
Siswa tidak berminat berwirausaha
0%
2.
Minat siswa untuk berwirausaha kurang
14
43,75 %
3.
Minat siswa untuk berwirausaha cukup
18
56,25 %
4.
Minat siswa untuk berwirausaha besar
0 %
5. 1
Minat siswa untuk berwirausaha sangat
0
besar
%

Setelah dihitung hasil yang diperoleh kategori penilaian minat siswa untuk
berwirausaha kurang sebanyak 14 siswa dalam persen sebesar 43,75%. Hasil skor
digolongkan pada hasil interval pada kisaran 60 86. Sedangkan kategori Minat
siswa untuk berwirausaha cukup sebanyak 18 siswa dalam persen 56,25%. Hasil
skor digolongkan pada interval87 113.Dari hasil yang didapat bahwa siswa
tersebut kurang minatnya dalam berwirausaha.Untuk itu peneliti mencoba untuk
meningkatkan minat berwirausaha siswa dengan lebih meningkatkan model
pembelajaran pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
Kelemahan dalam siklus I sudah dapat diidentifikasi diantaranya siswa
kurang memahami materi yang disampaikan karena penguasaan siswa kurang atas
pembelajaran yang disampaikan guru. Dalam siklus ini kelemahan akan
diperbaiki. Untuk itu siswa diberi tugas agar lebih giat lagi mengulang materi
yang telah disampaikan sebelumnya sehingga pada saat pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran make a match siswa tidak kesulitan lagi untuk
menjawab dan menyelesaikan materi yang disampaikan. Kelemahan lainya
sebagai indikator keberhasilan dalam minat berwirausaha adalah siswa kurang
berminat dalam berwirausaha untuk itu peneliti mencoba lebih dalam lagi untuk
menyampaikan materi dengan tugas yang lain yaitu dengan tugas praktek
berwirausaha siswa. Peneliti tidak memanfaatkan kompetensi kejuruannya pada
materi kewirausahaan ini, karena siswa belum menguasai ilmu
kejuruannya,sehingga peneliti hanya ingin melihat jiwa kewirausahaannya saja.
Pada siklus II ini model pembelajaran sama dengan langkah-langkah
model pembelajaran pada siklus I. Hanya saja pada siklus II ini siswa diberi tugas
yang berhubungan dengan jiwa kewirausahaan. Tugas tersebut adalah menjual
produk dengan memanfaatkan warga lingkungan sekolah dan tempat tinggal,
produk yang dijual terserah pada kemampuan siswa, waktu yang digunakan

selama 2 minggu.Dalam tugas pembelajaran ini peneliti hanya ingin melihat jiwa
kewirausahaannya.Yang mana sebelumnya siswa sudah diberi penjelasan
mengenai karekteristik (jiwa) kewirausahaan. Indikator penilaian terhadap tugas
penjualan: Jenis produk dengan skor 25, Target penjualan sebanyak 5 konsumen
dengan skor 50, Foto penjualan sebagai bukti siswa melakukan penjualan dengan
skor 25. Skor keseluruhan adalah 100.Apabila siswa dapat menyelesaikan seluruh
indikator dari penjualan tersebut. Setelah selesai tugas tersebut , maka tugas
tersebut dikirim melalui email guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk
melibatkan siswa dalam pembelajaran yang berbasis TIK ( Teknologi Informasi
Komputer).
Penggunaan model pembelajaran make a match pada siklus II ini dengan
langkah-langkah Tahap (1)Menampilkan gambar wirausaha yang sukses di
bidangnya untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dengan
menggunakan LCD Proyektor. (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada
materi yang berbeda dari sebelumnya yang ingin di capai. Materi ini telah
disampaikan hanya saja belum dijelaskan kepada siswa akan tetapi siswa
diharapkan dapat mempelajari sendiri di rumah, siswa mendengarkan penjelasan
guru dan mencatat materi yang disampaikan guru . (3) Guru membuat kelompok
kecil dengan mengarahkan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama
dalam pembelajaran. (4) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada
sebagian siswa, siswa yang lain mendengarkan soal dan jawaban yang dibacakan.
Selain belajar secara kelompok siswa juga dituntut untuk dapat menguasai materi
secara individu atau pribadi (5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memikirkan soal dan jawaban yang dipegangnya. Disilah dapat kita lihat
kemandirian siswa dalam pembelajaran materi yang disampaikan guru (6) Guru
memperhatikan setiap siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya. Pada tahap ini siswa tidak lagi kebingungan untuk mencari
pasangannya dengan mencocokan soal dan jawaban. (7) Guru menghitung waktu
yang ditentukan kepada setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin. Waktu yang digunakan digunakan selama hitungan ke
lima setelah siswa memegang kartu soal dan jawaban. Pada tahap ini siswa kurang
dari setengah jumlah siswa yang dapat mencocokkan jawabannya dengan soal
yang ada. Mereka sebelumya telah menguasai materi yang di pelajari. Selain itu
tugas penjualan yang dikerjakan juga berhubungan dengan penanaman jiwa
kewirwusaaan (8) Setelah satu babak, guru mengocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, sampai pada
masing-masing siswa menguasai materi jiwa kewirausahaan berhubungan minat
berwirausaha (9) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok. (10) Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.Disini siswa telah dapat membuat
kesimpulan secara kelompok maupun pribadi.Siswa lebih berani dan percaya diri
dalam menyampaikan kesimpulan yang dibuatnya.Apabila mereka kurang jelas
mereka berani bertanya.

Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a


match dengan indikator keberhasilan (1) mencocokan soal dan jawaban skor
tercapai 960 dari skor ideal 960 dengan tingkat ketercapai 100 % ini berarti siswa
dapat mencocokan soal danjawaban yang dibuat guru. Disebabkan karena siswa
telah memahami materi yang disampaikan guru. (2) kecepatan waktu mencocokan
soal dan jawaban skor ketercapaian 430 dari skor ideal 640 dengan tingkat
ketercapaian 67,2% dalam hal ini waktu yang ditentukan masih tidak sesuai
dengan kesepakatan.Setelah kartu dibagikan kepada siswa, dalam hitungan kelima
siswa harus dapat mencari pasangan atas kartu yang dipegangnya.Hanya kurang
setengah dari jumlah siswa dapat menyelesaikan dengan waktu yang tepat. (3)
menjawab pertanyaan skor ketercapaian 810 dari skor ideal 960 dengan tingkat
ketercapaian 84,4 % karena siswa telah menguasai materi yang disampaikan guru
berakibat siswa mampu untuk menjawab pertanyan yang disampaikan guru. (4)
mengambil kesimpulan skor ketercapai 625 dari skor ideal 640 dengan tingkat
ketercapaian 97,7%. Dalam siklus ini siswa mampu untuk mengambil kesimpulan
materi yang telah disampaikan guru. Dalam siklus II ini siswa sudah
mampu memahami model yang digunakan guru dalam pembelajaran.Siswa telah
mampu mencapai taraf penguasaan minimum dengan nilai di atas 70 atau >
70%.Ketuntasan klasikal siswa telah mancapai > 85% dari ketuntasan individu.
Pada tahap ini ketuntasan klasikal mencapai 100% berarti siswa semua dikatakan
mampu dalam penguasaan materi pembelajaran ini.
Selain pembelajaran dengan menggunakan model make a match, guru juga
menggunakan angket untuk mengukur minat berwirausaha siswa dengan indikator
keberhasilan sama dengan pada siklus I. hasil tersebut dapat di lihat pada table
berikut.
Sesudah adanya tindakan pada siklus II baik metode pembelajaran make a
match dan tugas sehingga didapat hasil dari angket sebagai berikut:
Frekwensi
Persentase
No
Kategori
1
Siswa tidak berminat berwirausaha
0%
2
Minat siswa untuk berwirausaha kurang
0%
3
Minat siswa untuk berwirausaha cukup
2
6,25 %
4
Minat siswa untuk berwirausaha besar
28
87,5 %
5
Minat siswa untuk berwirausaha sangat
2
6.25 %
besar
Jadi dari paparan data di atas 87,5% dari siswa kelas X teknik computer
jaringan 2 mempunyai minatberwirausaha besar.Hasil skor digolongkan pada
hasil interval pada kisaran antara 114-140.Kategoricukup 6,25%.Hasil skor
digolongkan pada hasil interval pada kisaran 87 113. Sedangkan minat
berwirausaha kategorisangat besar dan 6.25 % .Hasil skor digolongkan pada
hasil interval pada kisaran 141 167 .Hal ini terlihat bahwa adanya peningkatan
minat berwirausaha karena adanya tindakan pada siklus II. Kategori minat siswa
yang pada siklus I dengan frekuensi 18 orang untuk minat berwirausaha cukup
menjadi minat berwirausaha besar dengan frekuensi 28 orang dengan persentase

87,5 % dari jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut terlihat bahwa siswa
meningkat minat berwirausahanya setelah adanya penanaman jiwa kewirausahaan
dalampembelajaran make a match.
Untuk melihat kemampuan jiwa kewirausahaan pada masing-masing siswa,
peneliti membuat tugas lapangan dengan melihat peluang usaha di lingkungan
sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Dengan menanamkan jiwa wirausaha
pada siswa diharapkan siswa tersebut dapat meningkatkan minatnya dalam
berwirausaha.
Tugas berupa penjualan jenis barang dan jasa. Target penjualan >5
konsumen baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal.
Kegiatan penjualan di foto hasil tugas tersebut di kirim melalui email peneliti.Dari
tugas tersebut indikator keberhasilan dalam tugas dengan skor penilaiannya
adalah:1. Jenis produk (25),2. Target penjualan (50),3. Foto kegiatan (25).Dari
hasil pembelajaran melalui tugas lapangan peneliti ingin melihat jiwa
kewirausahaan siswa terhadap minat bewirausaha .Dari 32 siswa 19 siswa dapat
melakukan penjual dengan baik , mereka mampu melakukan penjualan dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah dan rumah. Hanya saja foto penjualan tidak
dapat mereka kirim disebabkan oleh tidak adanya sarana foto atau kamera yang
mereka miliki. Disisi lain sekolah melarang siswa untuk membawa handphone.13
siswa lainya dapat melaksanakan tugas dengan nilai amat baik. Mereka mampu
mengirim foto-foto penjualan melalui email guru yang bersangkutan.Mereka
merasa puas dengan tugas yang diberikan guru.Dari tugas tersebut ada nilai-nilai
pembelajaran jiwa kewirausahaan dapat meningkatkan minat berwirausaha
siswa.Dalam tugas penjualan ini ada pihak yang merasa dirugikan dimana
penjualannya menurun diantaranya kantin sekolah dan koperasi sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan serta
melalui
analisis
data
penelitian
dapat
disimpulkan
sebagai
berikut:pertama,menanamkan jiwa
kewirausahaan
dapat
meningkatkan
minat
berwirausaha siswa kelas X Teknik Komputer Jaringan 2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi
Tahun Ajaran 2010/2011 melalui pembelajaran make a match.Indikator keberhasilan
dalam pembelajaran make a match adalah (1) mencocokan soal dan jawaban, (2)
kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban , (3) menjawab pertanyaan, (4)
mengambil kesimpulan.Kedua,selain melalui pembelajaran make a match jiwa
kewirausahaan dapat meningkatkan minat berwirausaha diukur dengan menggunakan
angket berwirausaha. Dimana dalam angket tersebut ada indikator keberhasilan dalam
menanamkan jiwa kewirausahaan, diantaranya: (1) memiliki mimpi, (2) percaya diri, (3)
pengambilan resiko, (4) kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka
tantangan.Angket tersebut disebarkan sebelum pembelajaran jiwa kewirausahaan.Dari
penyebaran pertama siswa kurang berminat dalam berwirausaha. Setelah adanya
pembelajaran karekteristik (jiwa) kewirausahaan dengan menggunakan model
pembelajaran make a match dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa kelas X

Teknik Komputer jaringan 2.Ketiga, penanaman jiwa kewirausahaan dapat juga dilihat
dengan kemampuan siswa dalam berwirausaha,disini peneliti hanya melihat jiwa
kewirausahaan siswa dengan menjual barang dan jasa atas kemampuan siswa tersebut.
Berwirausaha tidak pada kompetensi keahlian siswa karena pada saat penelitian siswa
masih kelas X jadi materi kompetensi kejuruan belum terlalu mendalam. Tapi peneliti
telah mengarahkan siswa untuk berwirausaha pada bidang yang menjadi arah dan citacitanya nanti.
Penelitian tindakan kelas menggunakan data deskriftif, yaitu dengan
membandingkan data sebelum adanya tindakan dengan sesudah adanya
tindakan.Dalam penelitian ini menggunakan dua siklus.Dari siklus I sampai siklus ke II
terlihat adanya perubahan pada diri masing-masing siswa dalam mata pelajaran
kewirausahaan khususnya materi karekteristik jiwa kewirausahaan.

Berdasrkan penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan


adalah dalam pembelajaran, guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran sesuai
dengan materi yang akan diajarkan. Membuat variasi model pembelajaran sehingga tidak
membosankan bagi siswa. Model pembelajaran make a match sangat cocok dengan materi
kewirausahan khususnya karekteristik jiwa kewirausahaan karena siswa dituntut untuk dapat lebih
memaknai belajar bukan hanya nilai yang ingin di capai tapi bagaimana aplikasi materi yang
dipelajari agar bermakna dengan kehidupan yang sebenarnya. Adanya shering dengan guru mata
pelajaran lainnya sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam semua mata pelajaran yang
dipelajari. Pihak Sekolah, dalam hal ini Kepala sekolah dapat memberikan kesempatan

kepada seluruh siswa untuk dapat ikut serta dalam program teaching factory dan
teaching industry ( program direktorat pendidikan SMK), Karena ini dapat
membangkitkan kepercayaan diri pada siswa atau kemampuan atas skill atau
keterampilan yang dimilikinya.Dalam praktek pembelajaran kewirausahaanpihak Sekolah
hendaknya menyediakan Work Shop untuk melihat keterampilan siswa dalam berwirausaha dan
keterampilan kejuruan siswa.Walaupun SMK Negeri 2 Tebing Tinggi bukan merupakan SMK
bisnis tapi diharapkan dari ilmu teknik kejuruan siswa juga harus mampu berwirausaha atas dasar
kompetensi kejuruannya. Selain itu dinas Pendidikan kota sebaiknya sering mengadakan MGMP
( musyawarah guru mata pelajaran).

DAFTAR PUSTAKA
Ating Tedjasutisna.2004. Memahami Kewirausahaan SMK Tingkat 1.
Bandung : CV. Armico
Ating Tedjasutisna.2007. Memahami Kewirausahaan SMK Tingkat 1.
Bandung : CV. Armico
Ahmad munim r.http(2010)
[online]://guruvalah.20m.com/minat_berwiraswasta.pdf
Baedhowi . (2010). Kewirausahaan.Materi disampaikan pada pelatihan
Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah.Medan tanggal 22-26 Desember 2010.
Bahrumsyah. (2010). Program 100 Hari Mendiknas ( Menteri Pendidikan
Nasional).Materi di sampaikan pada Kegiatan Pelatihan Pembinaan dan

Pengembangan Pendidikan Sekolah Bertaraf Internasional dan Sekolah Standart


Nasional Sumatera Utara. Dinas Pendidikan Provinsi Sumateran Utara.
Erni Mulatsih. (2009). Materi Bimbingan Teknis kurikulum ( KTSP) SMK.
Makalah di sajikan pada seminar Bimbingan Teknis Kurikulum (KTSP)
SMK Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Medan Tanggal 4-8 November
2009
Kasmir. (2009).Kewiraushaan.jakarta:PT. Rajagrafindo Persada.
Laurence D. Ackerman. (2004). Identity Is Destiny( Lesdership and the
Roots of Value Creation) Kepemimpinan dan Landasan Penciptaan Nilai. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lorna Curran (1994)
[online] (http://pelawiselatan.blogspot.com/2009/04/model-pembelajarancooperative-dengan.html).
Mohammad Asrori. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV.
Wacana Prima
D.

Sanjaya. (2005). [online]


(http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/41_Husni%20Jamal_KINERJA
%20GURU%20DALAM%20MENGADOPSI%20INOVASI%20KURIKULUM.pdf )

Suharsimi Arikunto.(2009). Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.
Tim Kewiraushaan SMK (2007). Kewirausahaan untuk SMK Kelas X .
Bekasi : PT. Galaxy Puspa Mega.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran terpadu.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
E.

Tarmizi.

(2008).

[online] Pembelajaran

Kooperatif

Make

A Matchhttp://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/
F.
Wardoyo. 2011. [online] Kewirausahaan
wardoyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/5053/Kewirausah - Mirip
G.
Zoul Ramadhan (2011) [online] hubungan antara pelaksanaan mata kuliah kewirausahaan

Anda mungkin juga menyukai