mengundang pakar atau pengajar atau ilmuwan dari luar negeri, dan
sebagainya. Selain dengan membuat sekolah, para entrepreneur juga bisa
memberi sumbangsih dengan membuat lembaga bimbingan belajar atau
institusi pendidikan yang berkualitas. Prof Yohanes Surya merupakan
contoh entrepreneur pendidikan yang baik; bagaimana beliau mendirikan
Surya Institute, memberikan beasiswa untuk anak-anak Papua dan daerahdaerah lain, membimbing tim olimpiade fisika indonesia hingga meraih
juara dunia olimpiade fisika 2006, dan memfasilitasi para ilmuwan fisika
indonesia supaya bisa meraih hadiah nobel fisika. Surya Institute ini juga
memberi sumbangsih besar dalam hal menerbitkan buku-buku sains karya
pelajar-pelajar di tanah air, mengembangkan metode-metode pembelajaran
yang menarik, dan sebagainya; salah satu yang paling fenomenal adalah
metode belajar fisika tanpa rumus yang sudah mulai dipopulerkan oleh
Prof Yohanes Surya.
Kedua, bidang sains. Indonesia memerlukan adanya entrepreneur
yang menaruh perhatian pada bidang sains seperti Thomas Alva Edison
dan Alexander Graham Bell. Dua orang tersebut dulu membuat bisnis
laboratorium khusus untuk menampung para ilmuwan dan peneliti,
membiayai program-program riset dan penelitian mereka. Jika peneliti
tersebut berhasil menciptakan temuan baru; misalnya saja, menciptakan
baterei jenis baru; itu akan memberikan keuntungan finansial bagi bisnis
laboratorium tersebut, sekaligus memberi kemajuan dalam dunia sains
bangsa.
Pebisnis juga bisa bekerja sama dengan para ilmuwan dengan cara
berikut: pebisnis membiayai dan mensponsori riset/penelitian ilmuwan,
kemudian hasil penelitian tersebut akan dikomersialkan oleh pebisnis untuk
meraih keuntungan. Misalnya saja ilmuwan Indonesia tersebut berhasil
menciptakan mobil jenis baru, maka pebisnis yang mensponsorinya akan
memproduksi, memasarkan, dan menjual mobil tersebut, sehingga kedua
belah pihak sama-sama untung. Sudah banyak ilmuwan yang mengeluh
bahwa pemerintah kurang memfasilitasi para ilmuwan sehingga para
ilmuwan Indonesia lebih suka bekerja di luar negeri. Jadi sebenarnya di sini
problemnya bukan hanya pada pemerintah, melainkan juga kurangnya
entrepreneur di Indonesia.
Pengalaman penulis berkecimpung di berbagai olimpiade sains
semasa SMA juga turun membuktikan keprihatinan ini. Saat itu, penulis
sering bertemu, ngobrol, dan berdialog dengan para juara olimpiade sains
harus
secepatnya
diubah
pendidikan entrepreneurship.
secara
bertahap
melalui