Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kanker kolorektum, atau usus dan rektum, sering dijumpai di Amerika
Serikat. Sebagian besar kanker kolorektum adalah karsinoma yang
biasanya

berasal

dari

sekretorik

lapisan

mukosa

yang

terjadi

dikolorektum. (J. Elizabeth Corwin, 2009).


Polip adalah massa jaringan yang menonjol kedalam saluran usus dan
rektum. Polip dapat diklasifikasika sebagai neoplastik (adenima dan
karsinoma) atau non-plastik (mukosal dan hiperplastik). (Brunner &
Suddarth, 2001).
Karsinoma Rekti adalah suatu neoplasma ganas yang merupakan
suatu pertumbuhan jaringan pada rektum yang abnormal yang melebihi
jaringan

disekitarnya,

tumbuh

infiltratif

dan

destruktif

dan

dapat

bermetastase atau dengan kata lain karsinoma adalah tumor ganas epitel
dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda-beda yang
menyebar melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon. (Price S.A, 2005).
Dari ketiga definisi diatas penilus menyimpulkan bahwa kanker
kolorektum adalah karsinoma yang berada pada rektum atau kolon yang
merupakan suatu neoplasma ganas yang biasanya diawalai dari polip
atau tumor yang mengganas dan bermetastase dapat menyebar melalui
pembuluh limfe karna dapat mensekresi mukus dalam jumlah yang
berbeda-beda.
B. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektum tidak diketahui, akan
tetapi Sebagian besar kanker kolorektum berawal dari polip yang sudah
ada sebelumnya. Faktor resiko untuk kanker kolorektum adalah
mencangkup makanan diet tinggi lemak dan rendah serat. Menahan feses
juga menyebabkan pelepasan toksin toksin yang terdapat dalam fases

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

untuk mencetuskan kanker. Terdapat faktor resiko genetik untuk kanker


kolorektum, dan gen spesifik yang berkaitan dengan kanker kolom telah
diidentifikasi.

Adanya

atau

riwayat

polip

dikolon

dan

rektum

mengidentifikasikan peningkatan resiko pengembangan kanker.


C. PATOFISIOLOGI
1. Perjalanan Penyakit
Dimulai dari faktor resiko untuk kanker kolorektum adalah mencangkup
makanan diet tinggi lemak dan rendah serat, yang menyebabkan kanker
kolon dan rektum terutama (95%) adenikarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) sebagai polip jinak tetapi menjadi ganas dan menyusup serta
meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke Hati).
2. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi. Terdapat darah dalam feses adalah gejala
paling umum kedua. Gejala dapat juga mencangkup anemia yang tidak
diketahui penyebabnya, anoreksia, penurun berat badan, dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah
nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam). Gejala yang sering
dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan
obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penampisan feses, konstipasi, dan
distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang
dihubungkan dengan lesi rektal dalam feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses disertai darah.
3. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh
darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi
dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan/atau sepsis dapat
menimbulkan syok.
Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Insidens komplikasi untuk pasien kolostomi sedikit lebih tinggi


dibandingkan pasien ileustomi. Beberapa komplikasi umum adalah
prolaps stoma (biasanya akibat obesitas), perforasi (akibat ketidaktepatan
irigasi stoma), retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran
dari anastomosis usus menyebabkan distensi abdomendan kekakuan,
peingkatan suhu tubuh, serta syok.
Komplikasi paru selalu menjadi perhatian pada pembedahan abdomen
pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dianggap beresiko, khususnya
bila mereka telah mendapat antibiotik atau sedatif, atau dipertahankan
tirah baring untuk waktu lama.
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat pendarahan yang cukup
bermakna,

terapi

komponen

darah

dapat

diberikan.

Pengobatan

tergantung pada tahapan penyakit dan komplikasi yang berahubungan.


Endoskopi, ultrasonografi, dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam
pentahapan kanker kolorektal pada periode pra operatif. Metode tahapan
yang digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
1.
2.
3.
4.

Kelas A tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa


Kelas B penetrasi melalui dinding usus
Kelas C invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional
Kelas D metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran luas
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk

pendukung atau terapi anjruan. Terapi anjuran biasanya diberikan selain


pengobatan bedah. Pilihan mencangkup kemoterapi, terapi radiasi
dan/atau imunoterapi. Tetapi anjuran standart yang diberikan untuk pasien
dengan kanker kolorektal kelas C. Terapi radiasi sekarang digunakan pada
periode

praoperatif,

dan

pascaoperatif

untuk

memperkecil

tumor,

mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan dan untuk mengurangi
resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat
diseksresi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara
bermakna. Alat radiasi intravakitas yang dapat diimplantasikan dapat
digunakan.
Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Adapun penatalaksanaan lain yaitu :


1) Tindakan pencegahan perlu dilakukan dan mencangkup pendidikan
mengenai diet agar individu meningkatkan asupan buah, sayur,
makanan

kasar,

dan

padi-padian

untuk

meningkatkan

massa

makanan, mengurangi lemak dan menyediakan antioksidan sebagai


pelindung.
2) Sebagai pencegahan, asupan yang tinggi buah dan sayuran dapat
melindungi individu dari perkembangan kanker kolorektum dengan
kandungan serat dalam diet dan menyediakan antioksidan yang
melindungi kerusakan sel dari karsinogen. Penggunaan aspirin dan
NSAID lainnya dalam jangka lama (>10 tahun) mengurangi secara
bermakna resiko kanker kolorektum dengan penggunaan yang sesuai
dosis.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

1) Adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya ( lokasi, frekuensi,


durasi berhubungan makanan atau defekasi)
2) Pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi warna, bau, dan
konsistensi feses, mencangkup adanya darah atau mukus.
3) Informasi tambahan mencangkup riwayat masa lalu tentang penyakit
usus dan imflamasi kronis atau polip kolorektal
4) Riwayat keluarga terdahulu dari penyakit kolorektal dan terapi
pengobatan sampai saat ini.
5) Riwayat kebiasaan diet diidentifikasikan mencangkup asupan lemak
dan atau serat serta jumlah konsumsi alkohol
6) Riwayat penurunan berat badan penting untuk pengkajian dini.
Pengkajian objektif mencangkup :
1) Auskultasi abdomen terhadap bising usus
2) Palpasi abdomen terhadap daerah / area nyeri tekan, distensi, dan
masa padat.
3) Spesimen feses diinpeksi terhadap karakter dan adanya darah
4) Anemia dapat terlihat dari hasil hitung sel darah lengkap, memerlukan
evaluasi lebih lanjut.
5) Pada pemeriksaan dengan jari mungkin teraba adanya massa.
6) Pemeriksaan darah samar untuk fases dapat mengidentifikasikan
adanya kanker.
7) Identifikasi dini polip dengan pemeriksaan jari, sigmoidoskopi atau
kolonoskopi (Pemeriksaan seluruh bagian rektum dan kolon sigmoid
dengan memasukan lensa seratoptik), serta pengangkatan secara
bedah semua polip yang dapat mencegah pembentukan kanker.
8) Penanda genetik untuk kanker kolon dapat memperkirakan siapa yang
paling berisiko menderita penyakit tersebut, sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan pembentukan kanker.
9) Pemeriksaan darah untuk antigen spesifik yang berkaitan dengan
kanken

kolorektum,

(carcinoembryonic

terutama

antigen,

CEA),

antigen
mungkin

karsinoembrionik
bermanfaat

untuk

identifikasi dini kekambuhan kanker kolorektum. Kadar CEA bukan


merupakan alat penapis yang baik unuk popilasi umum karena kadar
CEA yang dapat diukur hanya muncul pada kanker stadium lanjut.
Selain itu, kesalahan (prediksi adanya kanker jika tidak ada) sering
terjadi.

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Praoperatif
a) Konstipasi b/d lesi obstruktif
b) Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
c) Keletihan b/d anemia dan anoreksia
d) Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
e) Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
Pascaoperatif
a) Nyeri b/d insisi bedah / pasca operasi (abdomen dan perianal)
b) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
mual dan anoreksia
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen
dan perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap
kulit periostomal.
d) Kurang pengetahuan mengenai diagnosa prosedur pembedahan, dan
perawatan diri setelah pulang berhubungan dengan kurangnya
informasi.
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pascaoperatif
1. Diagnosa Keperawatan : Integritas Kulit, Kerusakan, Resiko Tinggi b/d
pasca operasi Ca. Rekti / Kolostomi
Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
klien tidak terjadi kerusakan integritas kulit, idak adanya lesi atau radang.
Intervensi :
a) Lihat stoma/area kulit peristomal pada tiap penggantian kantong.
Bersihkan dengan air dan keringkan. Catat iritasi, kemerahan ( warna
gelap, kebiru-biruan).
Rasional :
Memantau proses penyembuhan alat dan mengidentifikasi masalah
pada area, kebutuhan untuk evaluasi / intervensi lanjut. Mempertahankan
kebersihan / mengerinkan area untuk membantu pencegahan kerusakan
kulit. Identifikasi dini nekrosis stoma/iskemia atau infeksi jamur (dari
perubahan flora normal usus) memberikan intervensi tepat waktu untuk
mencegah komplikasi serius. Stoma harus kemerahan dan lembab. Area

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

ulkus pada stoma mungkin pada lubang kantung yang terlalu sempit atau
lempengan yang menekan kedalam stoma. Pada pesien dengan
ileostomi, fases kaya akan enzim, meningkatkan bahwa iritasi pada kulit.
Pada pasien dengan kolostomi perawatan kulit. Pada pasien dengan
kolostomi perawatan kulit bukanlah masalah besar, karena enzim tak ada
lagi pada fases.
b) Ukur stoma secara periodik, mis, tiap perubahan kantong selama 6
minggu pertama, kemudian sekali sebulan selama 6 bulan.
Rasional :
Sesuai dengan penyembuhan edema pascaoperasi (selama 6
minggu pertama) ukuran kantong yang dipakai harus tepat sehingga fases
berkumpul sesuai aliran dari ostomi dan kontak dengan kulit dicegah.
c) Yakinkan bahwa lubang pada bagian belakang kantung berperekat
setidaknya lebih besar 1/8 ukuran stoma dengan perekat adekuat
menempel pada kantong.
Rasional :
Mencegah trauma pada jaringan stoma dan melindungi kulit.
Perekatan area yang adekuat penting untuk mempertahankan cincin
kantong. Catatan : perekatan terlalun kencang menyebabkan iritasi kulit
pada peng angkatan kantung.
d) Berikan pelindung kulit yang efektif, mis, wafer stomahesive, karaya
gum, reliaseal (davol) atau produk semacamnya.
Rasional :
Melindungi kulit dari perekat kantong, meningkatkan perekatan
kantong dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu. Catatan:
kolostomi signoid tak perlu menggunakan pelindung kulit karena fases
berbentuk dan eliminasi terjadi teratur melalui irigasi.
e) Kosongkan, irigasi, dan bersihkan kantong astomi dengan rutin,
gunakan alat yang tepat.
Rasional :
Pergantian kantong yang sering mengiritasi kantong kulit dan harus
dihindari. Pengosongan dan pencucian kantong dengan cairan yang tepat

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

tidak hanyan menghilangkan bakteri dan menyebabkan bau fases dan


flatus tetapi juga kantung menjadi bau.
f) Sokong kulit sekitar bila mengangkat kantong dengan perlahan.
Lakukan pengangkatan kantong sesuai indikasi, kemudian cuci
dengan baik.
Rasional :
Mencegah

iritasi

jaringan/kerusakan

sehubungan

dengan

penarikan kantong.
g) Selidiki keluhan rasa terbakar / gatal / melepuh dsekitar stoma.
Rasional :
Indikasi

kebocoran

fases

dengan

iritasi

periostomal,

atau

kemungkinan infeksi kandida yang memerlukan intervensi.


a. Selidiki keluhan rasa terbakar / gatal / melepuh dsekitar stoma.
Rasional :
Indikasi

kebocoran

fases

dengan

iritasi

periostomal,

atau

kemungkinan infeksi kandida yang memerlukan intervensi.


Intervensi Kolaborasi
a) Konsul dengan ahli terapi/enterostomal.
Rasional :
Membantu memelihara produk yang tepat untuk kebutuhan
penyembuhan pasien, termasuk tipe kolostomi, status, fisik/mental dan
sumber finansial.

b) Berikan sprei aerosol kortikosteroid dan bedak nistatin sesuai indikasi.


Rasional :
Membantu penyembuhan bila terjadi iritasi periostomal / infeksi jamur.
Catatan : produk ini mempunyai efeksamping yang besar dan harus
digunakan dengan jumlah sedikit saja.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan
kolostomi

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien


tidak terjadi kerusakan integritas kulit, tidak terjadi iritasi ataupun .
Intervensi :
a) Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin dan/atau kolostomi
perlu untuk didiskusikan.
Rasional :
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien/orang
terdekat terhadap pengetahuan tentang stuasi pasien dan proses
penerimaan.
b) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang
ostomi. Akui kenormalan perasaan marah, depresi, dan kehilangan.
Diskusikan naik dan turunnya yang dapat terjadi sehari-hari.
Rasional :
Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan
perasaan bersalah tentang mereka tidak perlu/tidak membantu. Pasien
perlu untuk mengenali perasaan sebelum mereka dapat menerima
dengan efektif.
c) Kaji ulang untuk pembedahan dan harapan masa datang.
Rasional :
Pasien dapat menerimanya ini lebih mudah bahwa ostomi
dilakukan untuk memperbaiki penyakit kronis/jangka panjang dari pada
sebagi cedera traumatik, meskipun ostomi hanya sementara. Juga pasien
yang akan mengalami prosedur kedua (untuk merubah kolostomi
kepenampung anal atau kontinen) mungkin menimbulkan derajat yang
lebih kecil pada masalah gambaran diri karena fungsi tubuh akan menjadi
lebih normal.
d) Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergangungan, manipulasi,
atau tidak terlibah pada perawatan.
Rasional :
Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi
lanjut dan terapi lebih ketat.
e) Berikan

pada

pasien/orang

terdekat

untuk

memandang

dan

menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda


Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

positif tentang penyembuhan, penampilan normal, dan sebagainya.


Ingatkan pasien bahwa penerimaan memerlukan waktu, baik secara
fisik dan emosi.
Rasional :
Meskipun integrasi stoma pada gambaran diri memerlukan waktu
berbulanbulan

atau

juga

tahunan,

melihat

pada

stoma

dan

mendengarkan komentar (dibuat dengan normal kejadian yang nyata)


dapat membantu pasien dalam penerimaan ini. Menyentuh stoma
meyakinkan pasien/orang terdekat bahwa hal ini tidak mudah rusak dan
bahwa gerakan pada stoma secara nyata menunjukkkan peristaltik yang
normal.
f) Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui
partisipasi pada perawatan diri.
Rasional :
Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki
kepercayaan diri dan penerimaan stuasi.
g) Rencanakan/jadwalkan aktivitas perawatan dengan pasien.
Rasional :
Meningkatkan rasa kontol dan memberika pesan pada pasien bahwa
ia dapat mengangani hal tersebut, meningkatkan harga diri.
h) Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan, hindari
ekspresi menghina atau reaksi berubah mendadak, jangan perlihatkan
rasa marah secara pribadi.
Rasional :
Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan
merasakan baik tentang diri sendiri. Marah paling sering ditujukan pada
situasi dan kurang kontrol individu terhadap apa yang terjadi (tidak
berdaya), bukan pada pemberi perawatan.
i) Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat
perjanjian untuk kunjungan bila diperlukan.
Rasional :

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Dapat memberikan pendukung sistem yang baik. Membantu


menguatkan pendidikan (berbagai pengalaman) dan memudahkan
penerimaan perubahan sesuai dengan kesadaran pasien akan hidup
harus berjalan terus dan dapat menjadi relatif normal.
3. Diagnosa

Keperawatan

Nyeri

(Akut)

berhubungan

dengan

pascaoperatif Ca. Rekti / kolostomi


Tujuan dan KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan harapkan klien
tidak Nyeri dan tidak gelisah.
Intervensi :
a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0 10)
Rasional :
Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesik atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi, mis, karena nyeri
abdominal biasanya terasa secara bertahap pada hari ketiga-keempat
pasca

operasi,

berlanjut

atau

meningkatkan

nyeri

menunjukan

melambatnya penyembuhan atau iritasi kulit periostomal. Catatan : nyeri


pada area anal sehubungan dengan reseksi abdominal perianal dapat
terjadi selama satu bulan.
b) Dorong pasien untuk menyatakan masalah. Mendengarkan dengan
aktif pada masalah ini, dan memberikan informasi yang tepat.
Rasional :
Menurunnya ansietas/takut dapat meningkatkan kemampuan koping.
c) Berikan

tindakan

punggung,

ubah

kenyamanan,
pisisi

mis,

(gunakan

perawatan

tindakan

mulut,

pijatan

pendukung

sesuai

kebutuhan). Yakinkan pasien bahwa perlu bahan posisi tidak akan


mencedrai stoma.
Rasional :
Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidaknyamanan,
menurunkan

tegangan

otot,

meningkatkan

relaksi,

dan

dapat

meningkatkan kemampuan koping.


d) Dorong penggunaan teknik relaksasi, misisalnya : bimbingan ajinasi,
visualisasi. Berikan aktivitas senggang.
Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Rasional :
Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan
kembali perhatian, sehingga menurunkan nyeri ketidaknyamanan.
e) Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini.
Hindari posisi duduk lama.
Rasional :
Menurunkan kekakuan otot/sendi. Ambulan mengembalikan organ
keposisi normal dan meningkatkan kembalinya fungsi ketingkat normal.
Catatan : adanya edema, tempon dan (bila reaksi perihal telah dilakukan)
peningkatan ketidaknyamanan dan adanya rasa ingin defekasi. Ambulasi
dan perubahan posisi sering menurunkan tekanan perianal.
f) Selidiki dan laporkan adanya kekuatan otot abdominal, kehati-hatian
yang tak disengaja, dan nyeri tekanan.
Rasional :
Diduga inflasi peritonial, yang memerlukan intervensi medik cepat.
Kolaborasi
g) Berikan obat sesuai indikasi, misalnya narkotik, analgesik, analgesi
dikontrol pasien (ADP).
Rasional :
Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan, khususnya setelah
perbaikan jaringan pasca operatif.
h) Berikan rendam duduk.
Rasional :
Menurunkan ketidaknyamanan lokal, menurunkann edema dan
meningkatkan penyembuhan luka perineal.
i) Lakukan/pantau efek unit TENS.
Rasional :
Perangsangan kutaneus dapat digunakan untuk menghambat
transmisi rangsangan nyeri.
4. Diagnosa keperawatan : nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan
tubuh, resiko tinggi terhadap
Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


diharapkan klien tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Intervensi :
a) Lakukan pengkajian nutrisi dengan skema.
Rasional :
Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih
intervensi.
b) Auskultasi bising usus.
Rasional :
Kembalinya fungsi usus menunjukan kesiapan untuk memulai makan lagi.
c) Mulai dengan makanan cairan perlahan.
Rasional : Menurunkan insiden kram abdomen, mual.
d) Mulai identifikasi bau yang ditimbulkan oleh makanan (mis, kol, ikan,
kacang kacangan) dan sementara batasi diet, secara bertashap
kenalkan kembali satu makanan pada saat makan.
Rasional :
Sensitivitas terhadap makanan tertentu tidak umum setelah bedah
usus. Pasien dapat mencoba berbagai makanan sebelum menentukan
apakah ini membantu masalah.
e) Anjurkan pasien meningkatkan penggunaan yogurt dan mentega susu.
Rasional :
Dapat membantu menurunkan pembentukan bau.
f) Berikan pasien dengan latihan ileostomi kewaspadaan pada buah
prem, strawberi, anggur, pisang, keluarga kol, kacang kacangan,
buah kurma aprikot rebus, dan kacang dan menghindari produk
berserat contoh kacang tanah.
Rasional :
Produk ini menginkatkan fases ileum, pencernaan selulosa
memerlukan bakteri kolom yang tak ada lagi karena reseksi.
g) Diskusikan mekanisme menelan udara sebagai faktor pembentukan
flatus dan beberapa cara pasien yang dapat mengontrol latihan.
Rasional :

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Minum melalui sedotan, menggorok, ansietas, merokok, sakit gigi, dan


meneguk makanan meningkatkan produksi flatus, terlalu banyak flatus
tidak hanya perlu untuk pengosongan sering, tetapi dapat menjadi faktor
penyebab kebocoran dari banyaknya tekanan dalam kantong.
kolaborasi
h) Konsul dengan ahli diet.
Rasional :
Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan
pencernaan dan fungsi usus.
i) Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila
masukan oral dimulai.

Rasional :
Diet rendah sisa dapat dipertahankan selama 6 8 jam minggu
pertama untuk memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan
usus.
j) Berikan makanan central/parental bila diindikasikan.
Rasional :
Pada

kelemahan/tidak

toleran

pada

masukan

per

oral,

hiperalimentasi digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada


penyembuhan dan mencegah status katabolisme
5. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan, mengenai kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan informasi.
Kriteria Hasil dan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
klien diharapkan klien mengerti tentang penyakit, pengobatan, dan cara
pencegahan.
Intervensi keperawatan :
a) Evaluasi kemampuan emosi dan fisik konsumen
Rasional :

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Faktor faktor ini mempengaruhi kemampuan pasien untuk


menguasai tugas tugas dan keinginan untuk melakukan tanggung jawab
perawatan kolostomi.
b) Tinjau ulang anatomi, fisiologi, dan implikasi intervensi bedah.
Diskusikan

harapan

masa

datang,

termasuk

perubahan

yang

diantisipasi dalam karakter keluarga fases.


Rasional :
Berikan dasar pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi dan kesempatan untuk menjelaskan
kesalahan konsepsi mengenai situasi individu. (Iliostomi sementara dapat
diubah menjadi reservoar ileonal pada masa datang; ileostomi dan
kolostomi asenden tidak dapat diatur dengan diet, irigasi, atau obat
obatan, dan sebagainya).
c) Masukan sumber sumber tertulis/gambar.
Rasional :
Memberikan referensi pasca pulang untuk mendukung pasien
berupaya untuk mandiri dalam perawtan diri.
d) Intruksikan pasein/orang terdekat dalam perawatan stomaa. Berikan
waktu untuk mendemostrasikan kembali dan berikan umpan balik
positif upaya upaya tersebut.
Rasional :
Mengingat

penatalaksanaan

pisitif

dan

menurunkan

risiko

ketidaktepatan perawatan sotomi/perkembangan komplikasi.


e) Anjurkan peningkatan masukan cairan selama bulan cuaca hangat.
Rasional :
Kehilangan fungsi normal kolon untuk cadangan air dan elektrolit
dapat menimbulkan dehidrasi dan konstipasi.
f) Diskusikan kemungkinan kebutuhan untuk menurunkan masukan
garam.
Rasional :

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Garam dapat meningkatkan haluran ileal, mempotensialkan resiko


dehidrasi

dan

menignkatkan

frekuensi

kebutuhan

perawatan

kolostomi/ketidaknyamanan pasien.
g) Identifikasi gejala gejala kekjurangan elektrolit, misalnya; anoreksia,
kram otot, abdomen, perasaan atau tangan/kaki dingin; kelelahan
umum/kelemahan, pening, penurunan sensasi pada lengan/kaki.
Rasional :
Keluhan fungsi kolon dengan perubahan absorpasi cairan/elektrolit
dapat mengakibatkan kekurangan natrium/kalium yang memerlukan
koreksi diet dengan makanan/cairan tinggi natrium (misalnya kaldu,
gatorade) atau kalium (misalnya jus jeruk, prem, tomat, pisang, atau
gatorade).
h) Tekankan pentingnya mengunyah makanan dengan baik, masukan
cairan adekuat dengan/diikuti makan dan hanya menggunakan
makanan tinggi serat sedang, hindari selulosa.
Rasional :
Menurunkan resiko obstruksi usus, khususnya pada pasien dengan
ileostomi.
i) Tinjau ulang makanan sumber flatus (misalnya minuman karbonat, bir,
buncis, keluarga kol, bawang putih, ikan, dan makanan berbumbu
tinggi) atau berbau (misalnya bawang putih, keluarga kol, telur, ikan,
dan buncis.
Rasional :
Makanan ini dapat dibatasi atau dihindari untuk kontrol ostomi lebih
baik, atau ini perlu untuk mengosongkan kantung lebih sering, bila
makanan ini dimakan.
Pasien dengan ostomi mempunyai 2 kunci masalah, misalnya perubahan
disintregasi dan absorvasi obat oral dan efeksamping merigikan atau
takbiasanya. Beberapa obat obatan yang oleh pasien ini drespon
berbeda, meliputi laksatif, salisilat, antagonis reseptor H2, \antibiotik, dan
diuretik.
D. IMPLEMENTASI
Lakukan apa yang sudah direncanakan
Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

E. EVALUASI
1.
Mempertahankan eliminasi usus adekuat.
2.
Mengalami sedikit nyeri.
3.
Meningkatkan toleransi aktivitas
4.
Mencapai tingkat nutrisi optimal
a.
Makanan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori.
b.
Kram abdomen berkurang
5.
Keseimbangan cairan tercapai
a.
Membatasi asupan makanan dan cairan oral bila terjadi mual.
b.
Berkemih sedikitnya 1,5 liter / 24 jam.

Moh. Rifandi Arifin : ASKEP KANKER KOLOREKTUM

Anda mungkin juga menyukai