Anda di halaman 1dari 12

BAB X

KAJIAN PRINSIP KERJA MOBILE PHONE JAMMER SEBAGAI JAMMER


SINYAL PONSEL
1. Tujuan
Tujuan praktikum dengan pokok bahasan kajian prinsip keja mobile phone
jammer sebagai jammer sinyal telepon seluler (ponsel), mahasiswa akan dapat:
1) Mengkaji prinsip kerja mobile phone jammer sebagai jammer sinyal
ponsel pada saat kondisi off dan on
2) Mengukur mobile phone jammer sebagai jammer sinyal ponsel pada saat
kondisi off dan on
3) Membandingkan hasil pengukuran pada saat kondisi off dan kondisi on.
4) Kajian pengaruh level daya MS pada saat mobile phone jammer off dan
on?
2. Nama : Intan Maharani Putri
NIM : 1241160070
3. Alat dan Bahan
a. Jenis telepon seluluer
: Galaxy Ace +
b. Jenis SIM card/operator : GSM/TRI
c. Mobile phone jammer
4. Tabel Pengamatan
MOBILE PHONE JAMMER
Kondisi ON
1. Waktu ponsel tidak ada sinyal = 10 detik
2. Jarak 5 m dari phone jammer = -85 dBm
Level daya ponsel = -77 dBm
3. Jarak 10 m dari phone jammer = -87 dBm
4. Sinyal ponsel aktif lagi, pada jarak = 15 m
Level daya sinyal = - 87 dBm
Waktu yang dibutuhkan sinyal Proses Pengamatan:
1. Mencatat daya ponsel ketika Mobile Phone
ponsel aktif lagi = 3 detik
Pada saat mobile phone jammer
Jammer dalam posisi OFF
2.
Menghitung berapa menit ponsel kehilangan
dimatikan
sinyal pada Mobile phone Jammer dalam
posisi ON.
3. Arahkan ponsel 5 meter dari Mobile Phone
Jammer, lalu catat level daya yang muncul
setelah ponsel kehilangan sinyal.
4. Cara kerja sama seperti no. 3 hanya saja
arahkan ponsel 10 meter dari Mobile Phone
Jammer.
Kondisi OFF

5. Cara kerja sama seperti no.3 hanya saja


arahkan ponsel 15 meter dari Mobile Phone
Jammer.
6. Menghitung berapa waktu yang dibutuhkan
untuk sinyal muncul kembali setelah Mobile
Phone Jammer dimatikan (OFF).
5. Dasar Teori
a. Mobile Phone Jammer
Pengertian
Mobile phone jammer adalah perangkat yang mentransmisikan frekuensi yang
sama dengan sistem GSM900, CDMA, DCS1800 dan 3G, dan memancarkan sinyal
dengan level daya yang cukup tinggi untuk mengalahkan level daya sistem pada suatu
ponsel.
Gambar 5.1 adalah Mobile phone jammer tipe TG-101H, yang terdiri dari
empat antena dengan masing-masing antena bekerja pada frekuensi yang berbeda
yaitu GSM900, CDMA, DCS1800 dan 3G. Mobile phone jammer berhasil jika
perangkat yang diblokir pada suatu area tidak dapat menggunakan layanan (no
service).

Gambar 5.1 Mobile phone jammer tipe TG-101H


Gambar 5.2 menggambarkan MS yang berada dalam mobil masih ter-cover
oleh suatu BTS pada saat terjadi handover (sinyal diambil alih dari satu BTS ke BTS
lain tanpa ada pemutusan hubungan). Gambar 5.3 adalah menunjukkan bahwa
mobile phone jammer dipasang untuk memblokir sinyal antara MS dan BTS dengan
cara mengirim sinyal yang mempunyai frekuensi yang sama dengan frekuensi sistem
selular. Jika pada MS terdapat tampilan no service maka ponsel tidak dapat
menggunakan layanan sistem selular.

Gambar 5.2 Jaringan sistem selular tanpa mobile phone jammer


Sumber:ECE TKM Inst.of Technology.2010.11

Gambar 5.3 Perangkat mobile phone jammerdiaktifkan di jaringan


Sumber :ECE TKM Inst.of Technology.2010.11

Teknik Jamming
Ada beberapa cara untuk meng- jam sebuah perangkat RF. Teknik yang umum
digunakan dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Spoofing
Pada teknik ini perangkat jamming memaksa mematikan ponsel dengan
sendirinya. Tipe ini sangat sulit untuk diimplementasikan sejak perangkat
jamming pertama kali mendeteksi ponsel pada area tertentu, lalu
perangkat jamming mengirimkan sinyal untuk me-nonaktifkan ponsel.

Beberapa tipe pada teknik ini bisa dideteksi jika terdapat ponsel dekat
dengan perangkat dan mengirimkan pesan untuk memberitahu user untuk
mengubah status ponsel menjadi diam (silent mode)
b. Shielding Attack
Shielding Attack juga dikenal dengan TEMPEST atau EMF sheilding.
Jenis ini memerlukan penutup area pada kurungan Faraday sehingga
semua perangkat yang ada di dalam kurungan tidak bisa mengirim atau
menerima sinyal RF dari luar kurungan. Sebagai contoh, area ini
diibaratkan sebuah gedung besar.
c. Denial of Service
Tenik ini merujuk pada DOS. Pada teknik ini, perangkat mengirimkan
sinyal noise ke operasi frekuensi yang sama pada ponsel untuk
menurunkan signal-to-noise ratio (SNR) dibawa nilai minimum. Teknik
jamming jenis ini paling sederhana ketika perangkat selalu menyala.
Prosedur pengoperasian Mobile Phone Jammer TG-101H
1) Pasang semua antena sistem GSM, CDMA, DCS dan 3G sesuai tanda
pada unit.
2) Hubungkan adaptor ke perangkat.
3) Hubungkan adaptor ke tegangan AC.
4) Tunggu sampai indicator adaptor menyala.
5) Set jammer ke kondisi yang diinginkan (high or low).
6) Turn ON jammer.
7) Tunggu beberapa detik hingga ponsel mengalami jammer.

Spektrum Analyzer 2.7 GHz


Frekuensi mobile phone jammer tipe TG-101H adalah maksimum 2.1 GHz,
sehingga pemilihan spektrum analyzer harus berada diatas 2.1 GHz. Dan frekuensi
spektrum analyzer yang digunakan adalah 2.7 GHz.
Spektrum analyzer digunakan untuk mengukur level daya terhadap frekuensi,
pada saat mobile phone jammer off dan on, yaitu:
1) Mendeteksi tegangan yang muncul pada frekuensi 800 MHz (CDMA),
900 MHz (GSM), 1800 MHz (DCS) dan 2100 MHz (3G), pada saat
mobile phone jammer off dan on.
2) Mendeteksi tegangan yang muncul selain frekuensi sistem selular.
Peralatan yang digunakan antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
b.

Mobile phone jammer TG-101H.


Spektrum analyzer 2.7 GHz.
Antena 2.4 GHz.
Konektor antena helical 2.4 GHz female to konektor N female.
Ponsel support CDMA, GSM, DCS dan 3G versi baru dan versi lama.
Test Mobile System (TEMS)

TEMS (Test Mobile System) merupakan sebuah perangkat untuk membaca


dan mengontrol informasi yang dikirim melalui antarmuka udara diantara
Base Station dan Mobile Station pada GSM/sistem selular. Alat ini juga dapat
digunakan sebagai alat ukur radio coverage.
TEMS terdiri dari beberapa tipe yaitu:
1) TEMS Investigation
TEMS ini digunakan untuk drive test di luar ruangan (outdoor). Mulai
versi 4 sudah dapat digunakan untuk drive test dalam ruangan (indoor).
Menggunakan GPS (Global Positioning System) sebagai alat navigasi dan
plotting parameter pada rute drive test yang dilalui.
2) TEMS Light
Jenis TEMS Light ini digunakan untuk drive test di dalam ruangan
(indoor). TEMS Light merupakan versi penyederhanaan dari TEMS
Investigation dengan menghilangkan beberapa fitur, yang bertujuan
mengurangi beban kerja dan konsumsi baterai komputer. Hal tersebut
dilakukan karena saat itu komputer portable/laptop masih mempunyai
keterbatasan perangkat dan baterai. Data logfile yang dihasilkan TEMS
Light sama lengkapnya dengan yang dihasilkan oleh TEMS Investigation.
Plotting parameter dilakukan secara manual karena GPS tidak dapat
menerima sinyal dari satelit.
3) TEMS Automatic
TEMS Automatic ini digunakan untuk drive test di luar ruangan (outdoor).
TEMS Investigation dan TEMS Light hanya bisa mengukur sisi downlink
saja yaitu dari arah BTS ke MS. Untuk uplink yaitu dari arah MS ke BTS,
TEMS Investigation dan Light tidak dapat mengukur karena alat
pengukurnya hanya handphone. TEMS Automatic menggunakan sistem
client-server untuk pengukuran uplink dan downlink. Client-nya
menggunakan MTU (Mobile Test Unit) yang bekerja secara otomatis saat
dinyalakan. Hasil pengukuran di MTU dikirim lewat GPRS ke server.
Server akan menerima data dari MTU dan mengolahnya.

Gambar 2.1 Test Mobile System

c. Drive Test
Drive test adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dari hasil pengukuran
berupa kualitas sinyal suatu jaringan. Drive test merupakan bagian dari proses
optimasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas jaringan.
Drive test dibedakan menjadi 2 macam yaitu drive test outdoor dan indoor.
Drive test outdoor dilakukan diarea terbuka dengan berkeliling menggunakan
kendaraan (mobil), sedangkan drive test indoor(walktest) dilakukan dengan
berjalan kaki di area tertutup seperti di dalam gedung, perkantoran, mall, dsb.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran adalah:
1) Mobile Phone Jammer TG-101H.
2) Software TEMS Investigation 8.0.3.
3) Laptop (Windows XP SP2 processormin Core2, RAM min 512 MB,
hardisk min 10 GB).
4) Handphone TEMS: Sony Ericsson Tipe T610, K800.
5) Dongle.
6) GPS (untuk pengukuran outdoor).
7) Denah ruangan (untuk pengukuran indoor).
8) Aksesoris: USB Hub, Inverter, USB to RS-232, charger handphone
untuk mobil.
d. Parameter Drive Test
Drive Test 2G (GSM)
Parameter untuk drive test GSM ini dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu parameter untuk verifikasi data BTS dan parameter untuk verifikasi
kualitas jaringan. Paramater untuk verifikasi data BTS, antara lain :
a. Broadcast Control Channel (BCCH),merupakan frekuensi carrier
yang digunakan pada saat downlink untuk mentransmisikan system
informasi. Frekuensi carrier yang digunakan oleh BTS 2G yaitu
GSM900: 890-915 MHz dan DCS1800: 1805-1880 MHz
b. Absolute Radio Frequency Channel (ARFC), merupakan konversi dari
BCCH yang bernilai MHz diubah menjadi nomor-nomor kanal.
c. Cell Global Identity (CGI),merupakan sebuah identititas (ID) yang
unik dari sel-sel dalam suatu jaringan seluler untuk mengenali posisi
user berdasarkan sel. Format penamaan CGI, yang terdiri dari :
MCC (Mobile Country Code) adalah identifikasi suatu negara
dengan menggunakan 3 digit. Untuk Indonesia, digit MCC-nya
adalah 510.
MNC (Mobile Network Code) : adalah 2 digit identifikasi yang
digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah mobile network
atau PLMN. Kombinasi antara MCC dan MNC akan selalu
menghasilkan sebuah kode yang unik di seluruh dunia.

LAC (Location Area Code) : adalah identifikasi yang


digunakan untuk menunujukan kumpulan beberapa
cell. Dalam sebuah PLMN yang sama, tidak boleh digunakan 1
LAC yang sama untuk 2 group sel yang berbeda.Sebuah LAC
dapat digunakan dalam 2 (atau lebih) BSC yang berbeda,
asalkan masih dalam 1 MSC yang sama. Informasi lokasi LAC
terakhir dimana sebuah MS berada akan disimpan di VLR dan
akan diupdate apabila MS tersebut bergerak dan memasuki
area dengan LAC yang berbeda.
CI (Cell Identity) : adalah identifikasi sebuah sel dalam
jaringan seluler. Dalam sebuah PLMN, CI yang sama dapat
digunakan untuk 2 (atau lebih) sel yang berbeda, asalkan dalam
LAC yang berbeda.
d. Base Station Identity Code (BSIC), membedakan BTS-BTS
berdekatan yang mempunyai BCCH dan ARFC yang sama.

Sedangkan untuk kualitas jaringan GSM, memiliki parameter diantaranya


sebagai berikut :
a) aRxLev (Reception Level)
Level daya yang diterima oleh MS (Mobile Station) dalam satuan
dBm dimana semakil kecil nilai dBm-nya maka semakin lemah level
daya yang terima.
b) RxQual (Reception Quality)
Kualitas sinyal yang diterima MS dengan rentang nilai 0 sampai 7
dimana semakin besar nilai RxQual maka semakin buruk kualitas
sinyalnya.
c) Speech Quality Indicator (SQI)
Tingkat kualitas suara pada saat menelepon yang memiliki rentang
nilai antara -20 sampai dengan 30 dimana semakin besar nilai SQI
semakin baik.
d) Call Setup Success Ratio (CSSR)
Standarisasi prosentase tingkat keberhasilan panggilan oleh
ketersediaan kanal suara yang sudah dialokasikan untuk mengetahui
kesuksesan panggilan tersebut, maka ditandai dengan tone saat
terkoneksi dengan ponsel lawan bicara. Standard CSSR ditentukan
dalam Peraturan Menteri Kominfo Nomor : 12/Per/M.Kominfo/04/
2008 bahwa prosentase CSSR harus 90% .
e) Call Completion Success Ratio (CCSR)
Prosentase tingkat keberhasilan hubungan sampai berakhir tanpa
terjadi drop call. biasanya dari operator ditentukan nilai standarnya
agar mencapai > 98%.
f) Drop Call Ratio (DCR)

Dropped Call Ratio adalah prosentase banyaknya panggilan yang jatuh


atau putus setelah kanal pembicaraan digunakan. Dropped call dapat
disebabkan beberapa hal, antara lain:
Rugi-rugi frekuensi radio
Co-Channel interferensi dan Adjacent interferensi
Kegagalan proses handover
Standard DCR ditentukan dalam Peraturan Menteri Kominfo Nomor :
12/ Per/M.Kominfo/04/ 2008 bahwa prosentase DCR harus 5%.
g) Blocked Call Ratio (BCR)
Prosentase kepadatan panggilan yang disebabkan karena keterbatasan
kanal
h) Call Setup Time (CST)
Waktu yang diperlukan untuk melakukan panggilan dalam satuan detik
(s).

Drive Test 3G (WCDMA/UMTS)


Sama halnya pada GSM, parameter untuk drive test 3G juga
dikelompokkan menjadi dua yaitu parameter untuk verifikasi data BTS
dan parameter untuk verifikasi kualitas jaringan. Paramater untuk
verifikasi data BTS, antara lain :

a. Cell ID,merupakan nomor unik yang digunakan untuk


mengidentifikasi setiap BTS atau sektor dari BTS dalam kode
area Lokasi (LAC). Pada umumnya digit terakhir
dari Cell ID merupakan Sektor ID sel. Nilai 0 digunakan untuk
antenna Omnidirectional. Nilai 1,2,3 digunakan untuk
mengidentifikasi sektor antenatrisector atau bisektris. Misalnya sektor
1 BTS maka digit terakhir cell id-nya 1, dan seterusnya.
b. Universal Absolute Radio Frequency Channel Number
(UARFCN),merupakan nomor kanal yang mewakili carrier UMTS
sebesar 5 MHz. Nomor kanal UARFCN dihitung sesuai dengan
frekuensi yang digunakan dikalikan 5. Misalnya
jika frekuensi 2132,8 MHz maka UARFCN = 2132,8 MHz* 5
= 10.664.
c. Scrambling Code (SC),merupakan kode yang membedakan antar
sektor BTS atau sel digunakan untuk membedakan user yang satu
dengan yang lainnya.
Sedangkan parameter kualitas jaringan pada WCDMA, antara lain :
a. RSCP (Receive Signal Code Power)

b.

c.
d.
e.
f.

Tingkat kekuatan sinyal di jaringan 3G yang diterima ponsel sama


halnya dengan RxLev pada GSM dengan satuan -dBm.
Ec/No (Energy Carrier per Noise)
Perbandingan (ratio) antara kekuatan sinyal (signal strength) dengan
kekuatan derau (noise level) atau SNR (Signal/Noise Ratio) yang
dipakai untuk menunjukkan kualitas jalur (medium) koneksi.
.Fungsinya sama dengan RxQual di jaringan 2G.
CSSR (Call Setup Success Ratio)
CCSR (Call Completion Success Ratio)
DCR (Drop Call Ratio)
BCR (Blocked Call Ratio)

Untuk CSSR, CCSR, DCR, BCR dalam parameter kualitas jaringan 3G sama
dengan parameter kualitas jaringan 2G/GSM
e. SIM Card (Subscriber Identity Module)
SIM Card adalah aplikasi modul identitas pelanggan pada kartu pintar
yang menyimpan data untuk pelanggan telepon selular GSM/CDMA. Data
tersebut termasuk identitas user, data otorisasi jaringan, kunci keamanan
pribadi, daftar kontak, dan pesan teks yang tersimpan.
Kartu SIM dapat melakukan beberapa fungsi yaitu:
1) Identification
Identikasi pelanggan. IMSI diprogram pada SIM Card merupakan
identitas pelanggan. Setiap IMSI dipetakan ke nomer ponsel dan
ditetapkan pada HLR untuk memungkinkan pelanggan untuk
diidentifikasi.
2) Authentication
Auntentikasi pelanggan. Sebuah proses dimana algoritma autentikasi
pada kartu SIM, bersifat unik dan disediakan oleh masing-masing
pelanggan berdasarkan IMSI.
3) Storage
Untuk menyimpan kontak dan SMS.
4) Application
SIM Tool Kit atau standar GSM 11.14 yang memungkinkan
menciptakan aplikasi pada SIM untuk memberikan informasi dasar
tentang permintaan dan lainnya
aplikasi untuk m-commerce, mengobrol, area, buku telepon cadangan,
layanan berbasis lokasi dll

f. Frekuensi kerja SIM Card dan operator

g. Karakteristik Jenis Ponsel

8. Referensi
Modul Siskomber BAB 10
http://www.just.edu.jo/~nihad/files/mat/591/Jammer%20Final
%20Report.pdf (diakses tanggal 2 Mei 2015)
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/L2F607021_MKP.pdf (diakses tanggal 2 Mei
2015)
http://karionotelco.blogspot.com/2013/03/pengenalan-drive-test.html
(diakses tanggal 2 Mei 2015)
http://karionotelco.blogspot.com/2013/03/pengenalan-drive-test.html
(diakses tanggal 2 Mei 2015)
http://www.mpf.org.in/pdf/technology/SIM_Card_Committee_Report.pdf
(diakses tanggal 2 Mei 2015)
http://www.nicehp.com/samsung/harga-dan-spesifikasi-samsung-galaxyace-plus-s7500.html (diakses tanggal 2 Mei 2015)

Anda mungkin juga menyukai